10 th April Standar Petani Swadaya RSPO Dokumen untuk Konsultasi Publik 10 April 2019

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "10 th April Standar Petani Swadaya RSPO Dokumen untuk Konsultasi Publik 10 April 2019"

Transkripsi

1 Standar Petani Swadaya RSPO Dokumen untuk Konsultasi Publik 10 April

2 Daftar Isi Pendahuluan Cakupan: Memahami aspek siapa, apa, dan bagaimana dalam Standar Petani Swadaya RSPO Siapa yang dapat menggunakan Standar Petani Swadaya RSPO? Hal apa yang diatur oleh Standar Petani Swadaya? Bagaimana cara mendapatkan sertifikat di bawah Standar Petani Swadaya? Standar mana yang digunakan jika Standar Petani Swadaya tidak berlaku? Pendekatan Bertahap RSPO untuk Sertifikasi Petani Swadaya Verifikasi, klaim, dan kredit Eligibilitas - tingkat awal TC-A - perbaikan dan perkembangan terus menerus TC-B - perbaikan dan kepatuhan penuh secara terus menerus Persyaratan Normatif dalam Standar Petani Swadaya RSPO Prinsip, Kriteria, dan Indikator Pedoman lebih jauh untuk menafsirkan PCI Dukungan bagi petani dalam mencapai kepatuhan Melewatkan indikator yang tidak berlaku/relevan Pernyataan Petani Pertimbangan lainnya Persyaratan sistem untuk pembentukan kelompok Dukungan bagi manajer kelompok untuk membentuk kelompok Pedoman bagi Manajer Kelompok Lampiran 1 Definisi Lampiran Ringkasan Pendekatan dan Perangkat NKT RSPO yang Disederhanakan untuk Petani Swadaya Lampiran Kerangka Kerja Kepastian untuk Standar Petani Swadaya RSPO

3 Standar Petani Swadaya RSPO Pendahuluan The Roundtable on Sustainable Palm Oil ( RSPO ) mengakui pentingnya posisi petani dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan peran serta petani dalam sistem RSPO. Strategi Petani RSPO yang telah disahkan oleh Dewan Gubernur RSPO pada tanggal 14 Juni 2017 mengamanatkan dilakukannya penyederhanaan sistem dan standar sertifikasi RSPO (prinsip, kriteria, dan indikator) agar dapat semakin memenuhi kebutuhan petani. Pada tahun 2018, Teori Perubahan (Theory of Change atau ToC ) RSPO telah mengidentifikasi sasaran pengikutsertaan petani dalam jumlah yang lebih banyak untuk masuk ke dalam sistem demi produksi yang lestari sekaligus memperoleh penghasilan yang lestari dari minyak sawit. Standar Petani Swadaya (Independent Smallholder Standard/ Standar Petani Swadaya ) RSPO yang baru dikembangkan ini akan menanggapi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi para petani swadaya ketika hendak berperan serta di dalam sistem RSPO: yakni persyaratan yang sederhana dan mudah dipahami serta perangkat yang efektif dari segi biaya dan mempertimbangkan keanekaragaman, kemampuan, dan insentif. Standar ini berfungsi sebagai pelengkap bagi Prinsip & Kriteria (Principles & Criteria/ P&C ) RSPO Standar Petani Swadaya ini dikelola dalam tiga bidang dampak, dengan menggunakan ToC RSPO sebagai kerangka kerjanya. Bidang Dampak ToC Kesejahteraan Sasaran Dampak: Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan berkelanjutan Standar Petani Swadaya Prinsip 1: Mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, dampak positif dan ketahanan Masyarakat Sasaran Dampak: Mata pencaharian yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan. Dilindungi, dihormati, dan dipulihkannya Hak Asasi Manusia ( HAM ). Prinsip 2 Legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan masyarakat Prinsip 3 Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja Planet Sasaran Dampak: Ekosistem yang dilestarikan, dilindungi, dan ditingkatkan sebagai bekal bagi generasi yang akan datang Prinsip 4 Lindungi, lestarikan, dan tingkatkan ekosistem dan lingkungan 3

4 Standar Petani Swadaya ini merupakan bagian dari sistem RSPO yang lebih luas. Selain Standar Petani Swadaya, RSPO juga menyediakan informasi yang sesuai bagi petani pada situs webnya, termasuk keseluruhan strategi RSPO. Untuk mendukung petani swadaya dalam mencapai kelestarian dan perbaikan mata pencaharian, RSPO memiliki perangkat dan bahan pelatihan yang ditujukan secara khusus bagi petani, termasuk di dalamnya Akademi Petani RSPO. Terakhir, terdapat persyaratan sertifikasi yang spesifik untuk Standar Petani Swadaya (lih. Lampiran 3). Gambar berikut ini menyajikan ikhtisar mengenai semua dokumen yang sesuai dengan sertifikasi petani di bawah Standar Petani Swadaya. Gambar 1 Dokumen-dokumen yang sesuai dengan Standar Petani Swadaya RSPO Dokumen ini meliputi Standar Petani Swadaya beserta Prinsip, Kriteria dan Indikator dalam standar tersebut dan sertifikasi kelompok, dan pedoman untuk pengelolaan dan pelaksanaan kriteria dan indikator tersebut. Dokumen ini diatur sebagai berikut. Bagian Isi Pengguna Utama Bagian 1 Cakupan: Pemahaman terkait aspek siapa, apa dan bagaimana dalam Standar Petani Swadaya. Semua pengguna standar: manajer kelompok, petani swadaya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), penyedia pendampingan teknis, pembeli kredit petani, badan sertifikasi (certification body atau CB ), penjual, pembeli, pekebun sawit besar, dsb. Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Pendekatan bertahap RSPO untuk sertifikasi dan klaim petani swadaya. Dokumen Normatif: a. Prinsip, Kriteria, dan Indikator Standar Petani Swadaya. b. Persyaratan Sistem untuk Pembentukan dan Pengelolaan Kelompok. Pedoman bagi Manajer Kelompok mengenai cara pelaksanaan Standar Petani Swadaya. Semua pengguna standar: manajer kelompok, petani swadaya, LSM, penyedia pendampingan teknis, pembeli kredit petani, CB, penjual, pembeli, pekebun sawit besar, dsb. a. Manajer kelompok dan petani swadaya; penyedia pendampingan teknis. b. Manajer kelompok. Manajer kelompok. 4

5 Bagian 5 Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Pedoman bagi anggota perorangan dalam kelompok mengenai cara pelaksanaan Standar Petani Swadaya (tidak dijelaskan dalam dokumen ini). Definisi Ringkasan Pendekatan dan Perangkat NKT RSPO yang Disederhanakan untuk Petani Swadaya Standar Kerangka Kepastian Petani Swadaya Manajer kelompok, petani swadaya,, penyedia pendampingan teknis. Semua pengguna Semua pengguna Semua pengguna, khususnya CB 1. Cakupan: Memahami aspek siapa, apa, dan bagaimana dalam Standar Petani Swadaya RSPO Bagian cakupan ini menentukan siapa yang dapat menggunakan standar dan sistem ini (serta siapa saja pihak lainnya yang tidak dapat menggunakannya), hal apa yang diatur standar ini, dan bagaimana standar ini berlaku. CATATAN: Untuk bagian tulisan yang diberikan sorot hijau, ini berarti bahwa istilah tersebut sudah dijelaskan dalam daftar definisi (Lampiran 1). 1.1 Siapa yang dapat menggunakan Standar Petani Swadaya RSPO? Standar Petani Swadaya RSPO hanya berlaku bagi dan hanya dapat digunakan oleh petani yang memenuhi persyaratan selaku Petani Swadaya. Saya adalah seorang petani swadaya jika: Saya BUKAN petani skema/plasma (lih definisi Lampiran 1). Luas total areal produksi sawit saya: (lebih kecil atau sama dengan) 50 ha jika tidak ada batasan yang ditetapkan dalam Interpretasi Nasional; ATAU (lebih kecil atau sama dengan) luasan maksimal yang ditetapkan dalam Interpretasi Nasional (contoh: untuk Indonesia, berlaku batasan 25 ha atau di bawahnya; dan untuk Ekuador, 75 ha atau di bawahnya). Saya memegang kewenangan pengambilan keputusan yang dapat saya laksanakan pada operasi areal tersebut dan praktik produksinya; dan/atau Saya memiliki kebebasan memilih bagaimana cara memanfaatkan lahan, apa jenis tanaman yang hendak ditanam, dan bagaimana cara mengelolanya (apakah dan bagaimana mereka mengatur, mengelola, dan membiayai lahan tersebut). Saya memenuhi semua kriteria lebih lanjut terkait keberlakuan standar ini sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional negara saya. 5

6 Standar Petani Swadaya RSPO berlaku untuk produksi minyak sawit lestari di seluruh dunia. 1.2 Hal apa yang diatur oleh Standar Petani Swadaya? Jika luasan total areal tidak melebihi batasan (50 ha atau luasan lain sebagaimana ditetapkan Interpretasi Nasional), maka Standar Petani Swadaya ini akan berlaku untuk semua petak lahan yang: merupakan petak tempat produksi sawit saat ini; petak yang dialokasikan untuk penanaman kembali (replanting) atau perluasan; DAN/ATAU petak yang, atau berpotensi untuk, dialokasikan untuk penanaman baru sawit. Bagaimana cara menentukan ukuran suatu areal produksi sawit? Luas total suatu areal produksi sawit ditentukan dengan cara menjumlahkan luasan semua petak yang dimiliki oleh satu petani. Yang dijumlahkan ini adalah petak-petak lahan yang ada saat ini beserta kawasan-kawasan lainnya yang tersedia untuk perluasan penanaman sawit baru, atau kawasan-kawasan yang dialokasikan untuk penanaman baru, yang dimiliki oleh satu orang petani di dalam unit sertifikasi (contoh: kelompok petani yang bersangkutan). 1.3 Bagaimana cara mendapatkan sertifikat di bawah Standar Petani Swadaya? Unit Sertifikasi untuk Standar Petani Swadaya terdiri dari sekelompok petani, manajer kelompok, dan semua anggota perorangan. Yang memegang sertifikat adalah kelompok tersebut. Petani swadaya yang memenuhi persyaratan haruslah: merupakan anggota dari suatu kelompok untuk sertifikasi Petani Swadaya Anggota yang memenuhi persyaratan haruslah: merupakan entitas yang terdaftar resmi atau dibentuk secara legal, sebagaimana diatur oleh hukum nasional yang berlaku di negara tempat kelompok tersebut berada; dan menunjuk satu manajer kelompok yang memenuhi semua persyaratan dalam Prinsip 1. Apakah yang dimaksud dengan kelompok? Tidak semua kelompok mirip satu sama lainnya. ü Manajer kelompok dapat merupakan perwakilan dari suatu Pabrik Kelapa Sawit ( PKS ), organisasi, atau perorangan. ü Kelompok dapat terdaftar secara legal sebagai perorangan atau organisasi. ü Kelompok dapat memiliki anggota berapa pun jumlahnya, termasuk jika hanya ada satu anggota saja. ü Tidak ada batasan bagi jumlah maksimal luasan hektar suatu kelompok. Batasan maksimal hanya berlaku bagi setiap anggota perorangan. Lih. juga pedoman lebih lanjut pada Bagian 4 tentang pedoman bagi manajer kelompok dan persyaratan pengelolaan. 6

7 1.4 Standar mana yang digunakan jika Standar Petani Swadaya tidak berlaku? Jika Standar Petani Swadaya tidak berlaku karena persyaratan Petani Swadaya atau Sertifikasi Kelompok tidak terpenuhi, masih memungkinkan untuk mendapatkan sertifikat RSPO dengan menggunakan salah satu dari pendekatan berikut ini. a. Sertifikasi Kelompok untuk produksi Tandan Buah Segar ( TBS ) lihat di sini. b. P&C RSPO 2018: Dokumen ini mencakup serangkaian prinsip, kriteria, dan indikator dari P&C RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Lestari 2018 yang menentukan kelestarian kinerja produsen sawit besar, termasuk di dalamnya proses verifikasi dan kepastian. 2. Pendekatan Bertahap RSPO untuk Sertifikasi Petani Swadaya Standar Petani Swadaya RSPO memperkenalkan suatu pendekatan bertahap untuk membantu petani mencapai kepatuhan dalam jangka waktu tertentu sebagaimana disajikan dalam Gambar 2. Pendekatan ini mencakup tiga tahap sebagai berikut. 1) Pemenuhan Persyaratan (Eligibilitas/E) 2) Tonggak Capaian A (TC-A) 3) Tonggak Capaian B (TC-B, yang berarti kepatuhan penuh) Gambar 2 Pendekatan bertahap untuk sertifikasi petani berdasarkan Standar Petani Swadaya. Pendekatan ini membantu agar petani mampu masuk ke dalam sistem setelah bergabung dalam kelompok dan memenuhi semua Indikator Pemenuhan Persyaratan/Eligibilitas. Pendekatan ini dirancang untuk menyeleksi petani dari praktik-praktik yang paling tidak lestari. Selanjutnya petani-petani yang memenuhi persyaratan akan mendapatkan waktu untuk melakukan perbaikan dan mencapai perkembangan secara terus menerus agar memenuhi semua persyaratan. Persyaratan kunci dari pendekatan ini adalah sebagai berikut. 7

8 Kelompok perlu menunjukkan perkembangan dalam bergerak dari pemenuhan indikator Eligibilitas menuju indikator-indikator yang ada dalam TC-A dan pada akhirnya memenuhi indikator-indikator dalam TC-B Harus ada perkembangan dalam jadwal yang telah ditetapkan, yaitu dua tahun untuk bergerak maju dari Eligibilitas menuju TC-A. Selanjutnya, akan diberikan waktu satu tahun untuk maju dari indikator TC-A ke TC-B Kepatuhan pada setiap tonggak capaian diukur dengan cara memenuhi semua persyaratan tonggak capaian pada saat ini dan semua tonggak capaian yang telah dilalui sebelumnya. Sebagai contoh, untuk dapat mematuhi TC-A, kelompok petani harus menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan pada tahap Eligibilitas dan TC-A. Akan diberikan waktu selambatnya dua tahun untuk melakukan perkembangan dari tahap Eligibilitas menuju TC-A, dan selambatnya satu tahun dari tahap TC-A ke TC-B. Namun demikian, petani dapat melakukan perkembangan langsung menuju TC-B jika dapat menunjukkan kepatuhan terhadap TC-A dan TC-B pada tahap Eligibilitas. Petani dapat bergerak maju dan diaudit untuk TC- A dan TC-B pada saat yang sama, di mana hal ini akan dinilai oleh manajer kelompok dan auditor pihak ketiga. Hal demikian juga berlaku bagi semua pelatihan (TC-A) di mana manajer kelompok akan menilai petani-petani yang telah memiliki kemampuan yang relevan. Proses perbaikan terus menerus terikat pada insentif-insentif yang akan dijelaskan rinci pada subbagian berikut ini. 2.1 Verifikasi, klaim, dan kredit Sistem sertifikasi mencakup penilaian dan verifikasi yang dilakukan pada setiap tahap dalam ketiga tahap ini. Masing-masing tahap memiliki persyaratan kepastian sendiri untuk menilai kepatuhan, klaim yang dapat dilakukan petani, dan manfaat bagi petani. Persyaratan kepastian mengacu pada tingkat verifikasi pada setiap tahap. Klaim mengacu pada status yang dapat diberikan petani kepada TBS yang dihasilkannya. Hal ini dinyatakan sebagai setara Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil/CPO)/Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil/PKO) bersertifikat, dan dapat dijual sebagai minyak sawit bersertifikat melalui semua model rantai pasok, baik melalui penjualan fisik atau sebagai kredit petani. Manfaat mengacu pada insentif yang dapat diterima petani melalui penjualan TBS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik, yaitu Penjagaan Identitas (Identity Preserved/IP), Segregasi (SG) atau Kesetimbangan Massa (MB) yang masuk ke dalam PKS atau sebagai kredit RSPO. Pembeli dapat membeli minyak sawit bersertifikat dari petani dan menyampaikan sumber-sumbernya dalam komunikasi eksternal. à lih di sini untuk info lebih lanjut mengenai kredit RSPO. Prinsip untuk mengonversi TBS bersertifikat menjadi minyak sawit lestari bersertifikat (Certified Sustainable Palm Oil/ CSPO") Petani dapat menjual TBS bersertifikatnya kepada PKS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik atau sebagai bentuk yang setara dengan kredit RSPO. Satu ton TBS ditransfer ke beberapa ton kredit CSPO menggunakan rendemen (Oil Extraction Rate/OER) 20%, dengan tunduk kepada hasil verifikasi dan konfirmasi dari auditor. Dengan demikian, 100 ton TBS lestari bersertifikat = 20 ton CSPO = 20 kredit. Rendemen Inti Sawit (Kernel Extraction Rate/"KER") juga ada untuk minyak inti sawit atau bungkil inti sawit (lih. gambar). 8

9 Bagian-bagian di bawah ini menjelaskan persyaratan kepastian, klaim, dan manfaat secara umum pada setiap tahap dalam ketiga tahap tersebut, sebagaimana dapat dilihat ringkasannya pada Gambar Eligibilitas - tingkat awal Persyaratan kepastian Kepatuhan kelompok terhadap indikator eligibilitas diaudit oleh auditor independen 1 yang diakreditasi untuk menjalankan tugasnya di bawah skema RSPO. Lih. daftarnya di sini. Semua anggota perorangan dari kelompok wajib memenuhi Indikator Eligibilitas. Klaim Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai TBS bersertifikat kepada PKS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik (IP, SG atau MB). Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai kredit RSPO, atau kredit CSPO, Minyak Inti Sawit Lestari Bersertifikat (Certified Sustainable Palm Kernel Oil/ CSPKO ) atau Bungkil Inti Sawit Lestari Bersertifikat (Certified Sustainable Palm Kernel Expeller/ CSPKE ) melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO. Setelah indikator eligibilitas diverifikasi, kelompok dapat melakukan klaim terhadap TBS sebagai hasil yang setara dengan CSPO dan menjualnya melalui semua model rantai pasok TC-A - perbaikan dan perkembangan terus menerus Persyaratan kepastian Praktik yang dilakukan kelompok diverifikasi oleh audit internal yang dilakukan oleh manajer kelompok untuk membuktikan perkembangan dipenuhinya 100% indikator TC-A, sekaligus mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Eligibilitas. Auditor independen yang terakreditasi melakukan verifikasi dokumen terhadap audit internal yang diselenggarakan oleh manajer kelompok. Klaim dan manfaat Kelompok dapat membuktikan dipenuhinya indikator-indikator TC-A selambatnya dalam waktu dua tahun setelah tingkat awal (yakni Eligibilitas). Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai TBS bersertifikat kepada PKS bersertifikat melalui model-model rantai pasok fisik (IP, SG atau MB). 1 Kelompok dapat meminta Dana Dukungan Petani RSPO (RSPO Smallholder Support Fund/RSSF) untuk menutupi biaya audit pertama Indikator Eligibilitas. 9

10 Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai Kredit RSPO atau kredit CSPO, CSPKO atau CSPKE melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO TC-B - perbaikan dan kepatuhan penuh secara terus menerus Persyaratan kepastian Kelompok diaudit oleh auditor independen yang terakreditasi. Semua anggota perorangan dari kelompok wajib memenuhi 100% indikator TC-B sekaligus mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Eligibilitas dan 100% indikator TC-A Klaim dan manfaat 100% TBS dapat dijual sebagai TBS bersertifikat kepada PKS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik (IP, SG atau MB). 100% TBS dapat dijual sebagai Kredit RSPO, atau kredit CSPKO atau CSPKE melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO. 10

11 Gambar 3 Kepastian dan sistem klaim kredit petani 11

12 3. Persyaratan Normatif dalam Standar Petani Swadaya RSPO Bagian ini mencakup komponen-komponen normatif Standar Petani Swadaya RSPO yang terdiri dari: Prinsip, Kriteria, dan Indikator yang berlaku bagi petani swadaya maupun manajer kelompok; dan Persyaratan Sistem untuk Pembentukan dan Pengelolaan Kelompok (termasuk di dalamnya SKI) yang hanya berlaku bagi manajer kelompok [tidak bagi petani perorangan yang merupakan anggota kelompok]. 3.1 Prinsip, Kriteria, dan Indikator Prinsip, Kriteria, dan Indikator (Principles, Criteria and Indicators/ PCI ) Standar Petani Swadaya RSPO terdiri dari 4 prinsip, 23 kriteria, dan 58 indikator yang dikelola bersama bidang dampak RSPO, yakni Kesejahteraan, Masyarakat, dan Planet. Tabel berikut ini terdiri dari Prinsip, Kriteria dan Indikator yang harus dipertimbangkan sebagai berikut. ü ü ü Keempat Prinsip tersebut merupakan pernyataan mengenai hasil yang dikehendaki dan berfungsi sebagai kerangka kerja keseluruhan. Kriteria adalah bagaimana cara manajer kelompok dan anggota kelompok perorangan (petani) mencapai hasil tersebut. Indikator menetapkan apa yang anggota petani perorangan dan/atau kelompoknya harus buktikan agar dapat mematuhi kriteria. Indikator disajikan dalam tiga kolom, sehingga mencerminkan ketiga tahap dalam mencapai kepatuhan penuh. Indikator Eligibilitas harus dipenuhi sebelum masuk ke dalam sistem. Indikator TC-A harus dipenuhi untuk membuktikan bahwa kelompok terus mencapai perkembangan menuju pemenuhan kepatuhan penuh. TC-B harus dipenuhi untuk mencapai kepatuhan penuh terhadap Standar Petani Swadaya RSPO. Indikator bersifat kumulatif, sehingga: o pada tahap Eligibilitas, 100% indikator harus dipatuhi; o o pada tahap TC-A, 100% indikator Eligibilitas + 100% indikator TC-A harus dipatuhi; dan pada tahap TC-B, 100% indikator Eligibilitas + 100% indikator TC-A + 100% indikator TC- B harus dipatuhi Pedoman lebih jauh untuk menafsirkan PCI Prinsip, Kriteria dan Indikator Standar Petani Swadaya RSPO harus dibaca dan digunakan bersama dengan perangkat, sumber daya, dan pedoman yang diatur lebih lanjut pada Bagian 4 dokumen ini (untuk manajer kelompok) 2. 2 Versi akhir dokumen ini juga akan mencakup Panduan untuk anggota kelompok perorangan, untuk dimasukkan ke dalam Bagian 5. 12

13 3.1.2 Dukungan bagi petani dalam mencapai kepatuhan Standar Petani Swadaya RSPO ini mengasumsikan bahwa tidak semua petani memiliki kemampuan dan sumber daya untuk mematuhi semua indikator ketika mereka masuk ke dalam sistem. Oleh karena itu, standar ini secara spesifik memasukkan indikator-indikator yang mengacu pada pelatihan, pada umumnya yang ada pada TC-A. Jika disebutkan pelatihan, RSPO mengasumsikan bahwa manajer kelompoklah yang pada prinsipnya bertanggung jawab menyediakan pelatihan. Diharapkan agar hal ini dapat dilakukan dengan dukungan dari PKS (beserta pembeli yang berada lebih ke hilir) sebagaimana diatur dalam Prinsip 5 P&C RSPO 2018 (P&C Generik). Tidak semua petani perlu ikut serta di semua pelatihan. Kepatuhan terhadap indikator-indikator yang mengacu pada pelatihan bergantung pada tingkat kebutuhan anggota kelompok akan kemampuan dan dukungan. Oleh karena itu, pada saat masuk ke dalam sistem, manajer kelompok akan melakukan penilaian terhadap kebutuhan anggota kelompok akan pelatihan. Sesuai dengan Strategi Petani RSPO, RSPO bermaksud agar dukungan lebih lanjut (dalam bentuk kemampuan teknis, perangkat, pedoman atau dukungan keuangan) disediakan melalui RSPO Smallholder Support Fund (RSSF), sebagai contohnya, bagi manajer kelompok dan para anggotanya. Ini mencakup sumber daya keuangan untuk audit pertama guna menilai eligibilitas. Selain itu, untuk membantu petani swadaya memenuhi praktik-praktik sawit lestari, RSPO telah mendirikan Akademi Petani RSPO yang akan menyediakan serangkaian modul pelatihan untuk manajer kelompok dan petani melalui suatu sistem pendekatan Pelatihan untuk Pelatih (ToT). Oleh karena itu, modul pelatihan tersebut (yang nantinya akan disediakan melalui Akademi Petani) lebih dirancang secara spesifik untuk para pelatih (yang dapat mencakup manajer kelompok) ketimbang petani Melewatkan indikator yang tidak berlaku/relevan Tabel Prinsip, Kriteria, dan Indikator berikut ini memberikan enam contoh di mana kriteria atau indikator dapat dilewatkan jika petani dapat membuktikan bahwa indikator tersebut tidak berlaku baginya. Sebagai contoh, jika petani hendak memperluas petak lahannya atau menanam sawit baru, maka ada beberapa kriteria tertentu untuk penanaman baru yang tidak berlaku sehingga dapat dilewatkan. Indikator sebagaimana dimaksud ditandai jelas dalam tabel di bawah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada indikator dalam tahap Eligibilitas yang dapat dilewatkan Pernyataan Petani Tabel 1 berikut ini, bersama dengan Prinsip, Kriteria, dan Indikator, beberapa kali mencakup acuan terhadap Pernyataan Petani. Hal ini mengacu pada suatu pernyataan pendek dan sederhana yang tidak mengikat secara hukum, yang akan diberikan manajer kelompok kepada para petani yang bergabung dengan, atau membentuk, suatu kelompok. Kandungan dan maksud dokumen tersebut akan dijelaskan kepada para petani sebelum mereka diminta untuk menandatangani dan berkomitmen pada isi pernyataan tersebut. Tujuan dari Pernyataan Petani adalah 1) memastikan bahwa petani memahami komitmen mereka dan apa yang diharapkan dari mereka di dalam sertifikasi Standar Petani Swadaya RSPO; dan 2) menyampaikan manfaatmanfaat yang akan diterima petani swadaya jika bergabung dalam sistem RSPO. 13

14 3.1.5 Pertimbangan lainnya Kecuali dinyatakan berbeda, Petani berarti petani perorangan yang menjadi bagian dari suatu kelompok. Untuk tujuan ketidaksesuaian, indikator-indikator yang ada tidak akan dibedakan satu sama lain. Sebagai contoh, tidak ada indikator yang ditentukan sebagai penting dan tidak penting. 14

15 Tabel 1 Prinsip, Kriteria, dan Indikator (PCI) dalam Standar Petani Swadaya RSPO KESEJAHTERAAN Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan berkelanjutan Prinsip 1: Mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, dampak positif, dan ketahanan Melaksanakan operasi yang profesional dan transparan untuk mendapatkan perbaikan mata pencaharian yang berkelanjutan. Kriteria Indikator 1.1 Petani membentuk kelompok dan memiliki kapasitas kelembagaan untuk mematuhi Standar Petani Swadaya RSPO. Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) 1.1.E Kelompok petani yang dibentuk secara legal memiliki bukti-bukti tercatat untuk memasukkan sebagai berikut. 1. Pembentukan secara legal (sesuai negara). 2. Pengambilan keputusan dan tata kelola yang adil dan transparan. 3. Pernyataan Petani yang ditandatangani. 4. Dokumen lainnya sesuai persyaratan untuk Pembentukan dan Pengelolaan Kelompok. 1.1.TC-A Manajer Kelompok beserta anggotanya memiliki Sistem Kendali Internal (SKI) yang memenuhi semua persyaratan Eligibilitas dan TC-A sistem tersebut, dan menyelesaikan pelatihan tentang pemasaran; dinamika kelompok; dan praktik terbaik untuk organisasi petani. 1.1.TC-B Kelompok petani menjalankan operasi sesuai dengan Praktik Pengelolaan Terbaik ( PPT ) bagi kelompok, termasuk: pengambilan keputusan dan tata kelola yang adil dan transparan; dan pengelolaan keuangan berkelanjutan. 1.2 Petani memiliki kemampuan untuk mengelola perkebunannya secara efektif. 1.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang membuatnya berkomitmen untuk: a. menyatakan semua kepemilikan lahan dan memberikan informasi sebagai berikut kepada kelompok: i. lokasi semua petak petani yang saat ini telah ditanami dengan sawit; 1.2.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai operasi, pemantauan, dan perencanaan usaha perkebunan. Pelatihan dimaksud mencakup pelatihan mengenai penyimpanan catatan untuk produksi dan transaksi, penelusuran data terkait luas, tahun tanam, jenis/varietas dan catatan produksi, termasuk di 1.2.TC-B Petani mengelola perkebunan mereka secara efektif dan mengelola catatan data produksi dan transaksi semua penjualan TBS. 15

16 ii. lokasi semua petak petani yang tidak ditanami dengan sawit; iii. informasi rinci mengenai rencana penanaman kembali (replanting) dan/atau perluasan sawit; iv. segala konflik atas lahan yang masih ada saat ini; v. status kepemilikan dan pemanfaatan lahan; dan vi. sumber didapatkannya tenaga pekerja perkebunan. dalamnya input/asupan produksi dan hasil panen. b. melanjutkan untuk memenuhi tonggak capaian yang diwajibkan untuk terus melakukan perkembangan; c. berperan serta secara aktif dalam kelompok dan berkontribusi terhadap kemajuan yang dicapai kelompok menuju produksi yang berkelanjutan, termasuk di dalamnya: tidak ada penanaman baru atau perluasan perkebunan yang ada saat ini, yang dilakukan di hutan primer, kawasan Nilai Konservasi Tinggi (NKT ), zona penyangga kawasan riparian/sungai, kawasan berlereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana diatur oleh Interpretasi Nasional); tidak ada penanaman baru di atas gambut; tidak ada praktik kerja paksa; tidak ada praktik pekerja anak; dan 16

17 berkonsultasi/musyawarah dengan masyarakat setempat mengenai segala perencanaan penanaman baru. 1.3 Petani melaksanakan Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practice/ GAP ) di perkebunannya. TIDAK ADA 1.3.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang GAP dan memberitahukan manajer kelompok mengenai hasil panen saat ini. 1.3.TC-B Petani telah menerapkan GAP di perkebunannya dan terus melacak produktivitasnya. MASYARAKAT Mata pencaharian yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan. Dilindungi, dihormati, dan dipulihkannya HAM. Prinsip 2 - Legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan masyarakat Mematuhi hukum yang berlaku dan menghormati hak-hak masyarakat Kriteria 2.1 Petani memiliki hak legal atau adat dalam memanfaatkan lahan sesuai dengan praktik nasional dan peraturan daerah. Indikator Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) 2.1.E Petani memberikan informasi mengenai geolokasi petaknya dan status kepemilikan dan pemanfaatan lahan tersebut. (Lih. Indikator 1.2.E). TIDAK ADA 2.1.TC-B Petani memberikan bukti-bukti kepatuhan terhadap hak-hak legal atau adat, terkait dengan pemanfaatan lahan. 2.2 Petani tidak membatasi hak yang sah atas lahan dan sumber daya yang dimiliki oleh pihak lain, khususnya (akan tetapi tidak terbatas pada) hak yang dimiliki kaum yang rentan seperti perempuan dan masyarakat adat. 2.2.E. Petani memberikan informasi mengenai segala konflik yang masih ada terkait dengan lahannya (lih. Indikator 1.2.E). 2.2.TC-A Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait pemanfaatan dan hak akses atas lahan dan sumber daya; atau diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat. 2.2.TC-B Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait pemanfaatan dan hak akses atas lahan dan sumber daya; atau diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat. 17

18 2.3 Petak petani berlokasi di luar kawasan-kawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung oleh hukum nasional, regional atau daerah, atau sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional. 2.3.E Petani tidak menjalankan operasi di dalam petak yang berada di kawasan-kawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung oleh hukum nasional, regional atau daerah, atau sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional. TIDAK ADA 2.3.TC-B Semua petak petani ditandai batasannya dengan jelas dan terlihat, dan dilakukan pemeliharaan terhadap zona penyangga dan batas-batas yang berada di dekat petak anggota kelompok. Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 2.4 Petani tidak pernah mendapatkan lahan dari masyarakat setempat (termasuk, akan tetapi tidak terbatas pada, kelompok masyarakat adat dan perempuan) tanpa disertai Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior and Informed Consent/ FPIC ) dari mereka, sebagaimana dinyatakan melalui lembaga perwakilan yang mereka pilih secara bebas. 2.4.E Untuk penanaman sawit baru, petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk berkonsultasi/musyawarah dengan masyarakat setempat untuk penanaman sawit baru (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) (lih. Bagian 1.2.E). Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 2.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai cara melakukan pemetaan masyarakat sesuai dengan praktik-praktik dalam prinsip yang mengikuti FPIC. Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 2.4.TC-B Berdasarkan praktik-praktik yang mengikuti prinsip FPIC, petani dan masyarakat (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) menyepakati rencana pengembangan sawit baru jika praktik ini menyebabkan terjadinya perubahan pemanfaatan lahan. Prinsip 3 Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja Melindungi HAM dan melindungi hak-hak pekerja, dengan memastikan kondisi kerja yang aman dan layak Standar Petani Swadaya ini berlaku bagi berbagai macam petani swadaya sehubungan dengan keadaan geografis, jenis, ukuran dan karakteristik demografis yang ada. Penggunaan tenaga kerja di perkebunan sawit dari luar pihak keluarga/rumah tangga petani adalah hal yang lebih biasa terjadi di beberapa negara. Contohnya, hal ini dikarenakan rerata usia petani yang memiliki lahan, atau karena rerata ukuran ekonomis dalam kepemilikan lahan. Risiko tidak diikutinya praktik-praktik ketenagakerjaan akan semakin meningkat di perkebunan-perkebunan petani yang menggunakan tenaga kerja dari luar rumah tangga/keluarganya. Risiko semacam ini terlebih khusus muncul pada situasi-situasi di mana petani selaku pemilik lahan mempekerjakan orang lain untuk bekerja di lahannya karena petani tidak secara aktif melakukan kegiatan perkebunan. Oleh karena itu, Standar Petani Swadaya ini memiliki persyaratan yang cukup ketat mengenai pekerja, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekerasan pada pekerja dan memberlakukan standar ini pada berbagai jenis kelompok petani di semua kawasan. Hal ini akan meningkatkan penerapan praktik pekerja yang lebih baik pada skala besar dan juga meningkatkan dampak-dampak positif secara signifikan. 18

19 Untuk petani yang hanya menggunakan pekerja keluarga yang berasal dari satu rumah tangga, standar ini menggunakan metode skip logic untuk beberapa persyaratan kerja. Untuk bisa melewatkan indikator, petani harus menyatakan sumber tenaga kerjanya, sehingga menentukan mana saja kriteria yang sesuai dengannya dan mana yang tidak (lih. juga Bagian 3.1.3). Kriteria 3.1 Tidak ada penggunaan praktik kerja paksa. Indikator Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) 3.1.E Manajer kelompok dan petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk tidak melakukan praktik kerja paksa, kerja ijon, perbudakan, kerja wajib, dan perdagangan manusia, serta memberikan informasi tentang sumber tenaga kerja yang ada di perkebunannya. (Lih. 1.2.E). 3.1.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang pemberian kerja yang adil serta melaksanakan dan membuktikan bahwa semua pekerjaan yang diberikannya dilakukan atas dasar sukarela, dan bahwa praktik-praktik berikut ini adalah hal yang dilarang. Penahanan dokumen identitas atau paspor. Kewajiban membayar biaya perekrutan. Pekerjaan lembur yang tidak sukarela. Tidak adanya kebebasan bagi pekerja untuk mengundurkan diri. Adanya hukuman/penalti jika pekerja. Kerja ijon. Penahanan gaji Gangguan/campur tangan dalam pembentukan atau operasi organisasi atau asosiasi pekerja. 3.1.TC-B Pekerja di perkebunan, termasuk keluarganya, memiliki akses terhadap dokumen identitasnya, kebebasan untuk bergerak, dan dapat menyatakan bahwa mereka dapat memilih pekerjaan mereka dengan bebas. 3.2 Tidak ada praktik penggunaan pekerja anak. 3.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk tidak menggunakan pekerja anak, termasuk di dalamnya: 3.2.TC-A Manajer kelompok, petani dan pekerja menyelesaikan pelatihan dan memahami dampak negatif dari praktik pekerja anak. 3.2.TC-B Manajer kelompok dan petani menerapkan tindakan-tindakan sebagai berikut untuk melindungi anak. 19

20 1. mematuhi usia minimum pekerja sebagaimana diatur oleh peraturan daerah, provinsi atau nasional. 2. tidak menempatkan anak pada pekerjaan berbahaya; 3. menempatkan pengawasan orang dewasa terhadap anak yang bekerja di perkebunan; dan 4. memastikan agar pekerjaan di perkebunan tidak mengganggu pendidikan anak. (Lih. Bagian 1.2.E) 1. Tidak ada pekerja berusia 15 tahun atau lebih muda (sebagaimana diatur oleh peraturan daerah, provinsi atau nasional) di perkebunan petani. 2. Jika terdapat pemberian kerja kepada pekerja usia muda, mereka tidak diberikan pekerjaan yang berbahaya secara mental maupun fisik dan yang mengganggu kegiatan pendidikan mereka di sekolah, jika ada. Apakah ada pekerja di perkebunan? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 3.3 Upah pekerja mematuhi persyaratan minimal dalam hukum yang berlaku, standar wajib industri, dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagaimana diatur oleh hukum nasional. TIDAK ADA 3.3.TC-A Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan TC-B Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan. Apakah ada pekerja di perkebunan? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 3.4 Pekerja diberikan hak dan peluang untuk menyampaikan pengaduan kepada manajer kelompok atau pihak ketiga yang sesuai (contoh: RSPO, pemerintah daerah setempat, dsb.). TIDAK ADA 3.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai hak pekerja untuk menyampaikan pengaduan dan menyampaikan informasi kepada pekerja mengenai sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengaduan. 3.4.TC-B Pekerja memahami dan memiliki akses terhadap sarana yang efektif untuk menyampaikan pengaduan. 3.5 Kondisi dan fasilitas kerja yang aman tanpa risiko bagi kesehatan dan memenuhi ketentuan hukum yang minimal. TIDAK ADA 3.5.TC-A Petani, pekerja, dan anggota keluarga petani menyelesaikan pelatihan dan memahami risikorisiko kesehatan dan keamanan 3.5.TC-B Pekerja, termasuk juga anggota keluarga petani, memiliki akses terhadap kondisi kerja yang aman 20

21 yang berkaitan dengan pekerjaan di perkebunan (termasuk di dalamnya risiko yang timbul akibat penggunaan pestisida) dan cara untuk memitigasinya. dan fasilitas yang harus mencakup: perumahan yang aman dan layak, jika ada; pelatihan dan peralatan kesehatan dan keselamatan, termasuk Alat Pelindung Diri ( APD ) minimum jika sesuai dengan jenis pekerjaan; persediaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dasar; dan air minum dan toilet yang layak. Apakah ada pekerja di perkebunan? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 3.6 Tidak ada diskriminasi, pelecehan, atau kekerasan yang terjadi di perkebunan. TIDAK ADA 3.6.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang diskriminasi, pelecehan dan kekerasan di tempat kerja, dan memahami kebutuhan akan tempat kerja yang aman. 3.6.TC-B Pekerja menyatakan dengan bebas bahwa mereka bekerja di tempat yang aman dan terbebas dari diskriminasi, pelecehan atau kekerasan. PLANET Ekosistem yang dilestarikan, dilindungi, dan ditingkatkan sebagai bekal bagi generasi yang akan datang Pendahuluan Stok Karbon Tinggi (SKT) Standar Petani Swadaya ini bertujuan untuk memenuhi tujuan Strategi Petani RSPO untuk meningkatkan keterlibatan petani, memprioritaskan praktik-praktik yang ditingkatkan, yang turut memberi manfaat bagi mata pencaharian petani, sekaligus menjunjung tinggi persyaratan inti keberlanjutan. Hal ini mencakup perlindungan bagi kawasan-kawasan NKT dan Stok Karbon Tinggi ( SKT ). Oleh karena itu, RSPO telah mengembangkan metodologi NKT yang telah disederhanakan untuk mengidentifikasi, melindungi dan mengelola NKT, di mana hal ini akan memberikan pedoman bagi penanaman yang ada saat ini maupun penanaman baru (lih. di sini). Pedoman untuk penanaman yang ada saat ini didasarkan atas prinsip kehati-hatian. Untuk penanaman baru, kombinasi antara risiko potensi NKT dan ukuran perluasan akan menentukan prosedur NKT mana yang dibutuhkan. 21

22 Untuk memenuhi Kriteria 4.1 dan 4.2, Standar Petani Swadaya ini mengizinkan penggunaan metodologi NKT ini dengan menggunakan perangkat yang disederhanakan, termasuk aplikasi telepon seluler yang memberikan pedoman untuk potensi keberadaan NKT 1-3 (melalui peta potensi NKT pada tingkat negara) dan potensi keberadaan NKT 4-6 (melalui kuesioner yang telah ditentukan. Lampiran 2 memberikan ringkasan singkat mengenai cara kerja perangkat tersebut. Sesuai dengan persyaratan-persyaratan SKT yang baru dalam P&C generik RSPO 2018, RSPO bekerja sama dengan HCSA Steering Group untuk mengembangkan suatu perangkat NKT-SKT yang dikombinasikan dan disederhanakan untuk mengidentifikasi dan melindungi kawasan-kawasan SKT. Namun untuk sementara, hingga tersedianya perangkat dimaksud bagi petani swadaya, Standar ini akan menggunakan pendekatan kehati-hatian untuk NKT dalam mengidentifikasi dan melindungi kawasan-kawasan SKT terkait dengan penanaman sawit baru. Untuk kasus-kasus yang diidentifikasi berisiko tinggi, perlu untuk melibatkan penilai dari Skema Perizinan Penilai (Assessor Licencing Scheme/ALS), dan pada dasarnya SKT sudah dimasukkan sebagai bagian dari penilaian tersebut. Pendekatan NKT yang disederhanakan ini akan berlaku mulai tanggal diadopsinya Standar Petani Swadaya yang baru hingga pendekatan NKT-SKT yang dikombinasikan dan disederhanakan siap dilaksanakan dan disetujui. Pendekatan kombinasi NKT-SKT hasil pengembangan untuk petani swadaya akan dibuka untuk konsultasi publik dan diharapkan untuk dipublikasikan selambatnya bulan November 2020 (atau Majelis Umum 17 RSPO). Prosedur Remediasi dan Kompensasi (Remediation and Compensation Procedure/RaCP) Remediasi dan kompensasi harus dilakukan untuk segala pembukaan lahan sejak bulan November 2005 yang tidak didahului kajian penilaian NKT (lih. Kriteria 4.2). Persyaratan sebagaimana dijelaskan dalam RaCP (2015) tidak berlaku sepenuhnya bagi petani swadaya. Untuk petani swadaya, standar ini akan berfokus untuk mengembangkan suatu mekanisme RaCP yang semestinya, seperti remediasi di lokasi (mekanisme pendanaannya akan ditentukan) karena ini secara kontekstual sesuai dengan skala produksi petani swadaya, dan akan membantu agar petani swadaya mampu memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan di lokasi yang bersangkutan. Ketentuan ini berarti bahwa tanggung jawab yang terukur akan diungkap dan dinilai melalui suatu analisis perubahan pemanfaatan lahan (Land Use Change Analysis/ LUCA ) yang didukung oleh Sekretariat RSPO. Prinsip 4 - Lindungi, lestarikan, dan tingkatkan ekosistem dan lingkungan Lindungi lingkungan, lestarikan keanekaragaman hayati, tingkatkan ekosistem, dan pastikan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Kriteria Indikator 4.1 Kawasan NKT yang ada di petak lahan petani atau di dalam kelompok dikelola untuk memastikan agar kawasankawasan tersebut dipelihara dan/atau ditingkatkan. TIDAK ADA Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) 4.1.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai berikut ini dan memahaminya. - Pentingnya memelihara dan melestarikan kawasan NKT. - Konflik antara manusia dan satwa liar. - Mengenal spesies-spesies langka, terancam, dan genting (Rare, Threatened and Endangered RTE ) beserta ekosistem-ekosistem penting. 4.1.TC-B Petani melaksanakan praktik kehati-hatian dan menjaga spesies-spesies RTE beserta kawasan NKT, jika ada. 22

23 4.2 Jika petak lahan petani yang ada saat ini berada dalam kawasan yang diidentifikasi memiliki NKT dan dibuka setelah bulan November 2005, maka akan berlaku proses remediasi dan kompensasi yang sebagaimana mestinya bagi petani-petani berdasarkan LUCA (lih. Pendahuluan bagian ini). 4.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua petak lahan petani yang telah dikonversi dan ditanami dengan sawit setelah tahun 2005, melalui penggunaan Aplikasi NKT untuk Petani (lih. Bagian 1.2.E). 4.2.TC-A Anggota kelompok mengembangkan rencana untuk mengidentifikasi luasan maksimum remediasi di lokasi untuk kawasan NKT yang hilang antara tahun 2005 dan November 2019 melalui proses partisipatif. Rencana ini disampaikan ke RSPO. 4.2.TC-B Petani (atau manajer kelompok) melaksanakan rencana yang telah disetujui RSPO untuk meremediasi kawasan NKT yang hilang antara tahun 2005 dan November Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 4.3 Penanaman baru yang dilakukan petani swadaya, sejak bulan November 2019: o tidak menggantikan hutan primer; o tidak menggantikan kawasan NKT mana pun; o tidak dilakukan di lereng curam (dengan kemiringan lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional); dan o tidak berada di kawasan gambut, berapa pun kedalamannya. 4.3.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua rencana penanaman baru dan berkomitmen tidak akan melakukan penanaman baru yang dilakukan di hutan primer, kawasan NKT, kawasan berlereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional), atau di atas gambut (lih. Bagian 1.2.E). TC-A Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? 4.3.TC-A Anggota kelompok mengembangkan rencana kelola terintegrasi untuk memelihara atau meningkatkan NKT dan kawasan lainnya yang dicadangkan [sebagaimana diidentifikasi oleh NKT untuk Aplikasi Petani atau sarana lainnya] sebelum memulai segala kegiatan persiapan lahan melalui pendekatan partisipatif. TC-B Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? 4.3.TC-B Petani memiliki rencana kelola terintegrasi yang telah disetujui untuk penanaman baru yang direncanakannya dan membagikan pemberitahuan akan rencana ini kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pemetaan partisipatif sebelum memulai segala kegiatan persiapan lahan. Apakah ada petani di dalam kelompok yang memiliki petak lahan yang masih beroperasi di atas gambut? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 4.4 Jika ada petak lahan petani yang masih beroperasi di lahan gambut, pelesakan/subsidensi dan degradasi tanah gambut tersebut diminimalkan melalui penerapan PPT. TIDAK ADA 4.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk gambut, dan manajer kelompok memiliki rencana aksi/tindakan untuk meminimalkan risiko kebakaran dan mengelola sistem air* dan menerapkan PPT untuk penanaman di atas gambut yang dilakukan di dalam unit sertifikasi. 4.4.TC-B Petani melaksanakan rencana tindakan berdasarkan PPT untuk penanaman yang masih ada saat ini di atas gambut. 23

24 Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana untuk menanam kembali petak lahan yang berada di atas gambut? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 4.5 Petak lahan yang berada di atas gambut ditanami kembali hanya pada kawasan-kawasan tertentu saja yang memiliki risiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi sebagaimana dibuktikan oleh penilaian risiko. 4.5.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua rencana untuk penanaman kembali dan berkomitmen bahwa penanaman kembali hanya akan dilakukan di kawasan-kawasan yang berisiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi (lih. Bagian 1.2.E). 4.5.TC-A Petani yang petak lahannya berada di atas gambut dan sudah lebih dari 15 tahun, menyelesaikan pelatihan tentang identifikasi risiko-risiko banjir di masa yang akan datang yang berkaitan dengan subsidensi dan alternatif strategi pengembangan lahan. 4.5.TC-B Sebelum melakukan penanaman kembali di atas gambut, petani menyelesaikan penilaian risiko terkait banjir yang berhubungan dengan subsidensi dan, jika terdapat risiko tinggi, menyampaikan rencana yang mencakup alternatif strategi pengembangan lahan. 4.6 Tidak ada penggunaan api di perkebunan untuk mempersiapkan lahan, untuk pengendalian hama, ataupun untuk pengelolaan limbah. 4.6 E Tidak ada bukti fisik penggunaan api oleh petani untuk persiapan lahan. 4.6.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang berikut ini dan memahaminya. Alternatif bagi penggunaan api untuk persiapan lahan dan pengelolaan limbah pertanian (jika memungkinkan). Alternatif bagi penggunaan api untuk pengendalian hama. Pencegahan kebakaran, bagaimana cara menangani dan mengelola kebakaran di masyarakat dan desa. 4.6.TC-B Petani tidak menggunakan api atau praktik bakar untuk persiapan lahan, pengelolaan limbah, atau pengendalian hama di perkebunan. Untuk pengendalian hama, api dapat digunakan hanya dalam keadaan luar biasa, di mana tidak ada tindakan lain yang efektif, dan hal demikian harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari otoritas pemerintah yang berwenang. 4.7 Dilindungi dan dikelolanya zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional). 4.7.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk tidak melakukan penanaman baru di zona kawasan sungai (lih. Bagian 1.2.E). 4.7.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai pengelolaan zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional) dan memahaminya. 4.7.TC-B Petani merehabilitasi, mengelola, dan memelihara zona penyangga kawasan sungai (sesuai dengan Interpretasi Nasional). 4.8 Petani meminimalkan dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah. TIDAK ADA 4.8.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk melindungi tanah marjinal dan rentan, 4.8.TC-B Petani melaksanakan PPT untuk pemeliharaan dan perlindungan tanah. 24

25 termasuk di dalamnya lereng curam, dan memahaminya. 4.9 Pestisida digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan pekerja, keluarga, masyarakat, atau pun lingkungan. TIDAK ADA 4.9.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk pestisida, termasuk di dalamnya penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan pestisida, serta mengenai pestisida yang dilarang digunakan (dan sesuai dengan Bagian 3.5). 4.9.TC-B Petani melaksanakan PPT untuk penggunaan pestisida yang mewajibkan untuk menghindari pestisida yang dikategorikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) dalam Kelas 1A atau 1B, atau yang masuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, dan menghindari paraquat, kecuali jika telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk menangani serangan hama Petani mengelola hama, penyakit, gulma, dan spesies introduksi yang invasif dengan menggunakan teknik yang sebagaimana mestinya, termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) teknik-teknik Pengendalian Hama Terpadu ( PHT ). TIDAK ADA 4.10.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) penggunaan bahan kimia yang aman, PHT, gulma, dan pengelolaan spesies invasif, serta memahaminya TC-B Petani memaksimalkan penggunaan pendekatanpendekatan PHT untuk meminimalkan penggunaan pestisida di perkebunannya. 3.2 Persyaratan sistem untuk pembentukan kelompok Sebagaimana disebutkan pada Bagian 3 Pendahuluan di atas, Standar Petani Swadaya RSPO terdiri dari dua komponen normatif. Tabel di bawah ini menyajikan Kriteria dan Indikator untuk Pembentukan dan Pengelolaan Kelompok. Manajer kelompok bertanggung jawab untuk memastikan agar semua sistem yang diatur dalam indikator dipatuhi pada setiap tahap yang dilalui (yakni tahap Eligibilitas, TC-A, dan TC-B). 25

26 3.2.1 Dukungan bagi manajer kelompok untuk membentuk kelompok RSPO mengakui bahwa pembentukan kelompok dan mengumpulkan petani merupakan langkah yang sangat penting ketika menuju sertifikasi. Pada saat yang sama, bagian proses ini juga penuh tantangan, khususnya dalam keadaan di mana petani masih belum terkelola. Meski demikian, agar dapat menghasilkan manfaat dan mengklaim kredit sebagai kelompok, ada beberapa persyaratan minimum dalam pembentukan kelompok yang harus dipenuhi. Persyaratanpersyaratan tersebut tercakup dalam indikator Eligibilitas pada Tabel 2 berikut ini. Di antara beberapa mekanisme dukungan lainnya, melalui Akademi Petani RSPO, RSPO bermaksud memberikan program pengembangan kemampuan, di mana program ini mencakup pelatihan mengenai pembentukan dan penguatan kelompok. Tabel 2 Kriteria dan indikator untuk pembentukan dan pengelolaan kelompok (hanya untuk manajer kelompok) A Persyaratan Entitas Kelompok dan Pengelolaan Kelompok Alasan: Agar dapat memiliki hubungan dagang dalam transaksi TBS bersertifikat, kelompok mengemban tanggung jawab untuk memiliki identitas sesuai hukum yang berlaku. Kriteria A1 Kelompok membuktikan bahwa pihaknya dibentuk sesuai hukum yang berlaku. Indikator Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) A1.1E Kelompok memiliki bukti-bukti identitas legal (dicatat menggunakan templat RSPO). TIDAK ADA A1.1.TC-B Kelompok mampu menunjukkan bukti-bukti tercatat mengenai identitas legal. A1.2E Kelompok telah menunjuk manajer kelompok. TIDAK ADA TIDAK ADA A1.3.E Kelompok memiliki persyaratan keanggotaan (berdasarkan model standar Pernyataan Petani yang diatur RSPO). A1.3TC-A Semua anggota telah menandatangani dan menerima persyaratan keanggotaan. A1.3.TC-B Semua anggota mampu membuktikan pemahamannya mengenai persyaratan keanggotaan. A2.1.E Manajer kelompok telah mendapatkan pelatihan untuk persiapan dan pelaksanaan SKI. TIDAK ADA A.2.1.TC-B Manajer kelompok memastikan bahwa anggota perorangan yang dikelolanya mematuhi SKI. A2 Manajer kelompok bertanggung jawab mengelola Kelompok untuk sertifikasi. A2.2.E Manajer kelompok membuktikan kemampuan dan sumber daya dasar dalam mengelola sertifikasi A2.2.TC-A Manajer kelompok telah mendapatkan pelatihan tentang sertifikasi kelompok beserta A2.3.TC-B Manajer kelompok mampu membuktikan kemampuan untuk mengelola dan 26

27 kelompok dan penilaian performa dengan cara yang efektif dan sistematik. A2.4.E Manajer kelompok membuktikan kompetensi, pengetahuan dan pemahaman akan persyaratan dan standar RSPO yang sesuai. A2.5.E Adanya rencana pelatihan tahunan kelompok (mengikuti templat RSPO), di mana rencana ini mencakup Standar Petani, pengelolaan kelompok (termasuk tujuan dan struktur kelompok, serta prosedur dan proses sertifikasi terkait) dan topik-topik lainnya sebagaimana diatur dalam Standar Petani. topik-topik terkait dan sumber daya yang cukup untuk menjalankan kelompok. A2.4.TC-A Manajer kelompok telah mendapatkan pelatihan mengenai Standar Petani Swadaya serta persyaratan dan standar RSPO lainnya yang sesuai. A2.5.TC-A Manajer kelompok melaksanakan pendekatan bertahap untuk memastikan agar anggota telah menghadiri secara progresif pelatihan Standar Petani, pengelolaan kelompok dan topik lainnya sebagaimana diatur dalam Standar Petani sesuai rencana pelatihan tahunan kelompok. menjalankan sertifikasi kelompok dan persyaratan sertifikasi. A2.4.TC-B Manajer kelompok mampu membuktikan kompetensi, pengetahuan dan pemahaman akan persyaratan dan standar RSPO yang sesuai. A2.5.TC-B Anggota mampu membuktikan pemahaman akan Standar Petani, pengelolaan kelompok, dan persyaratan sertifikasi, termasuk di dalamnya pemahaman akan PPT, NKT, perlindungan lingkungan, kesejahteraan sosial pekerja, dan operasi usaha. B SKI Kebijakan dan pengelolaan Kriteria B3 SKI kelompok berisi kebijakankebijakan dan prosedur yang tercatat untuk pengelolaan operasional. Indikator Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) B3.1.E Adanya SKI kelompok (mengikuti templat RSPO). B3.2.E Tersedianya informasi dasar untuk perorangan, informasi geolokasi, dan Pernyataan Petani yang telah ditandatangani. B3.1.TC-A SKI dilaksanakan. TIDAK ADA B3.1.TC-B Kelompok membuktikan kepatuhan terhadap standar ini. B3.2.TC-B Manajer kelompok mampu memberikan informasi dasar perorangan, informasi perkebunan, data produksi, dokumen-dokumen legal, dan Pernyataan Petani yang telah 27

28 ditandatangani kepada semua anggota. C Pengintegrasian SKI untuk sertifikasi dalam proses perencanaan usaha untuk kelompok Kriteria C4 Kelompok memiliki Rencana Usaha Kelompok dengan partisipasi dari anggota kelompok. Indikator Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) C4.1.E Rencana Usaha Kelompok (mengikuti templat RSPO) tersedia dan mencakup: pemeliharaan catatan dan akun usaha; perkiraan produksi dan pendapatan; dan rencana perluasan. C4.1TC-A Rencana Usaha Kelompok ditingkatkan agar mencakup rencana kelola kelompok sebagai berikut. Rencana pelatihan/pengembangan kemampuan Semua rencana untuk perluasan perkebunan oleh anggota perorangan. Memperkuat mata rantai yang ada dalam rantai pasok. Penyediaan pelayanan bagi anggota. Pengadaan proyek peningkatan yang bersifat terus menerus (yaitu tentang limbah, tanah, dsb.) C4.1.TC-B Kelompok membuktikan kestabilan dan pertumbuhan keuangan, serta kemampuan untuk mendukung dirinya sendiri. C5 SKI kelompok diintegrasikan dengan rencana kelola kelompok tersebut. TIDAK ADA C5.1.TC-A SKI diintegrasikan secara efektif dengan rencana kelola kelompok. C5.1.TC-B Manajer kelompok membuktikan kepatuhan kelompok terhadap standar ini. D SKI Kelompok harus mencakup sistem yang bertujuan agar kelompok dapat memperjualbelikan produk-produk yang setara dengan kredit petani, yang dihasilkan oleh kelompok 28

29 Kriteria D6 Kelompok memiliki prosedur dan sistem berjalan untuk melacak dan menelusuri TBS. Indikator Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B) D6.1.E Tersedianya lembar catatan untuk melacak produksi dan penjualan kredit, yang mencakup ketertelusuran pihak produsen dan/atau penjual. D6.1.TC-A Manajer kelompok mampu mengidentifikasi sumber semua TBS bersertifikat. D6.1.TC-B Manajer kelompok mengelola catatan semua sumber TBS. D7 Kelompok mencatat dan melaksanakan sistem untuk pelacakan dan penelusuran TBS. D7.1.E Manajer kelompok memelihara total produksi berdasarkan estimasi dan penjualan semua anggota berdasarkan informasi yang diberikan. DI dalam lembar catatan sebagaimana disediakan oleh RSPO D7.1.TC-A Manajer kelompok memelihara total produksi berdasarkan penerimaan dan penjualan aktual yang dilakukan semua anggota dengan berdasarkan atas data aktual yang diberikan. D7.1.TC-B Manajer kelompok mampu memberikan informasi rinci untuk total produksi berdasarkan atas penerimaan dan penjualan aktual semua anggota berdasarkan data aktual yang diberikan. D8 Kelompok memiliki prosedur dan sistem untuk pembagian premi. D8.1.E Kelompok dan manajer kelompok telah menyepakati cara penggunaan premi, dan hal ini disampaikan kepada anggota kelompok. D8.1.TC-A Pembayaran premi kepada anggota kelompok, termasuk besar/nilai dan waktu pembayarannya, dicatat dengan jelas. D8.1.TC-B Premi anggota kelompok dibayarkan secara tepat waktu dan diterima dengan baik oleh anggota. Harga, premi, dan waktu pembayaran premi disampaikan dengan jelas dan transparan kepada anggota kelompok. 29

30 4. Pedoman bagi Manajer Kelompok Tabel berikut ini menjelaskan secara rinci pedoman bagi manajer kelompok mengenai cara mematuhi PCI dalam Standar Petani Swadaya ini beserta tanggung jawabnya. KESEJAHTERAAN Prinsip 1 - Mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, dampak positif, dan ketahanan Melaksanakan operasi secara profesional dan transparan untuk mendapatkan peningkatan mata pencaharian yang lestari. Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer Kelompok Pedoman bagi Manajer Kelompok Pedoman, Perangkat dan Dokumen Pendukung 1.1 Petani membentuk kelompok dan memiliki kemampuan kelembagaan untuk mematuhi Standar Petani Swadaya RSPO. 1.1.E Kelompok petani memiliki bukti-bukti tertulis yang mencakup: pembentukan sesuai ketentuan hukum yang berlaku (sesuai negara); tata kelola yang adil dan transparan; pernyataan petani secara perorangan yang ditandatangani; dan dokumen lainnya sesuai ketentuan SKI. Daftarkan kelompok secara legal. Kumpulkan pernyataan masingmasing petani anggota kelompok, yang ditandatangani. Periksa apa saja yang menjadi persyaratan nasional untuk pendaftaran secara legal, dan daftarkan kelompok secara resmi sesuai dengan ketentuan peraturan daerah setempat. Tingkatkan kesadaran sesama anggota kelompok akan perlunya menandatangani Pernyataan Petani dan pastikan agar mereka memahami apa yang diharapkan untuk mereka lakukan sebagai anggota kelompok. Templat Pernyataan Petani (yang mencakup serangkaian komitmen spesifik oleh anggota kelompok). Pedoman generik mengenai pembentukan kelompok dan SKI. Pastikan agar setiap anggota kelompok menandatangani Pernyataan Petani dan menyimpan dokumen tersebut. 30

31 1.1.TC-A Manajer kelompok dan anggota memiliki SKI yang sudah selesai dibuat dan berjalan, serta menyelesaikan pelatihan tentang pemasaran, dinamika kelompok, dan praktik terbaik untuk organisasi petani, dan memahaminya. Masukkan rencana pelatihan dan rencana kelola perkebunan ke dalam kelompok. Fasilitasi pelaksanaan pelatihan tersebut. Berikan dukungan kepada anggota kelompok melalui templat. Pastikan agar anggota kelompok memberikan informasi mengenai semua petak yang mereka miliki, termasuk di dalamnya petak yang berada di luar kelompok, di kabupaten lain, dan yang saat ini belum ditanami. Panduan pelatihan untuk manajer kelompok mengenai pengelolaan keuangan dan penyimpanan catatan. Templat untuk Standar Operasional Prosedur (SOP)/ Pernyataan Petani 1.1.TC-B Kelompok petani melaksanakan operasinya sesuai dengan PPT untuk kelompok, termasuk: pengambilan keputusan yang adil dan transparan; dan pengelolaan keuangan berkelanjutan. Dukung anggota kelompok untuk mencatat dan melaporkan praktikpraktik produksi serta memverifikasinya sendiri terhadap SOP. Pastikan agar anggota kelompok memberikan informasi mengenai semua petak lahan tertanam yang mereka miliki, bahkan yang berada di luar kelompok di kabupaten/kawasan lain. 1.2 Petani memiliki kemampuan untuk mengelola perkebunannya secara efektif. 1.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk: a. menyatakan/ menginformasikan semua kepemilikan lahan dan memberikan informasi sebagai berikut kepada kelompok: i. lokasi semua petak lahan petani yang saat ini telah ditanami sawit; ii. lokasi semua petak lahan petani yang tidak ditanami sawit; iii. informasi rinci mengenai rencana penanaman kembali dan/atau perluasan sawit; iv. konflik lahan yang ada saat ini; Dukung anggota kelompok untuk: - mencatat semua penjualan TBSnya; - bekerja bersama RSPO dan sistem IT RSPO yang menggabungkan informasi ini ke dalam suatu sistem untuk melacak dan menelusuri TBS yang diproduksi oleh anggota kelompok dan hendak dijual sebagai TBS bersertifikat RSPO. Pencatatan harus mencakup: tagihan dan tanda terima (pembelian dan penjualan); informasi mengenai pengangkutan (yaitu plat nomor kendaraan); nomor identifikasi keanggotaan kelompok dari anggota yang terkait; klasifikasi TBS yang dijual (yaitu bersertifikat RSPO atau tidak), volume TBS, dan tujuannya; informasi harga TBS; dan salinan semua dokumen dan catatan yang akan disimpan selama 5 tahun. Templat Pernyataan Petani Dukungan oleh Sekretariat RSPO untuk menyimpan data dan catatan terkait penjualan TBS bersertifikat 31

32 b. melanjutkan perkembangan untuk memenuhi tonggak capaian yang dipersyaratkan; c. berpartisipasi aktif dalam kelompok dan berkontribusi dalam kemajuan yang dicapai kelompok menuju produksi yang berkelanjutan, termasuk: tidak ada penanaman baru di, atau perluasan perkebunan yang ada saat ini ke, hutan primer, kawasan NKT, lereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional); tidak ada penanaman baru di atas gambut; tidak ada praktik pekerja anak; berkonsultasi/ musyawarah dengan masyarakat tentang semua rencana penanaman baru. 1.2.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai operasi usaha perkebunan serta pemantauan dan perencanaan, termasuk di dalamnya penyimpanan catatan untuk produksi dan transaksi, pemantauan dan pelacakan data mengenai ukuran luas, tahun tanam, jenis varietas, dan Materi pelatihan untuk anggota kelompok perorangan mengenai praktik usaha yang baik, termasuk di dalamnya penyimpanan catatan dan pengetahuan keuangan. 32

33 catatan produksi, termasuk di dalamnya input dan hasil panen. 1.2.TC-B Petani mengelola perkebunannya dengan efektif dan memelihara data catatan produksi dan transaksi dari semua penjualan TBS. 1.3 Petani melaksanakan GAP di perkebunannya. 1.3.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai GAP. 1.3.TC-B Petani telah mengadopsi GAP di perkebunannya dan meningkatkan produktivitasnya. Pantau dan tinjau dampak dari kegiatan pengembangan kemampuan, sesuaikan rencana karena prioritas dan tujuan terus berkembang menuju sertifikasi dan peningkatan dalam produksi dan mata pencaharian petani. Panduan GAP (Buku Pedoman Agronomi) untuk anggota kelompok, termasuk video (bahan disediakan oleh Akademi Petani RSPO). MASYARAKAT Prinsip 2 - Legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan masyarakat Mematuhi hukum yang berlaku dan menghormati hak masyarakat Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer Kelompok 2.1 Petani memiliki hak 2.1.E Petani memberikan informasi Kumpulkan informasi mengenai legal atau adat untuk mengenai geolokasi petaknya lokasi dan batas perkebunan, dari memanfaatkan lahan dan status lahan tersebut. semua anggota kelompok petani. sesuai dengan praktik yang dilakukan secara Dukung para petani yang nasional dan peraturan berkepentingan untuk belajar daerah setempat. memetakan batas petak lahannya. Jika telah dilakukan pemetaan Pedoman bagi Manajer Kelompok Gunakan aplikasi Petani/ NKT RSPO untuk pemetaan dan pencatatan petak lahan petani. Sistem lain untuk pemetaan GPS juga dapat digunakan, akan tetapi hasilnya perlu disajikan dalam bentuk shapefile yang Panduan, Perangkat dan Dokumen Pendukung Pelatihan manajer kelompok mengenai cara menggunakan aplikasi ponsel cerdas (smartphone) dan mengunggah data yang dikumpulkan ke dalam bagian situs yang menampilkan laporan-laporan (dashboard) dan 33

34 batas lahan, telaah hasil temuan mereka terhadap aplikasi NKT atau sumber lain yang diakui RSPO. menunjukkan batas-batas petak setiap anggota kelompok. Manajer kelompok dapat melatih anggota kelompok mengenai penggunaan aplikasi NKT bagi petani sehingga hal ini dapat membantu pengumpulan data dari semua anggota kelompok. Data dan batas perlu tersedia untuk setiap petak yang dimiliki anggota kelompok yang telah ditanami sawit dan termasuk dalam bagian sertifikasi kelompok. mengumpulkan hasil untuk semua anggota kelompok. Manajer kelompok harus melatih anggota kelompok untuk menggunakan aplikasi ponsel cerdas dalam memeriksa lokasi dan mengunggah berkas shapefile. Pohon keputusan yang memandu manajer kelompok dalam menangani situasi terjadinya ketidakpatuhan. 2.1.TC-B Petani dapat memberikan bukti kepatuhan terhadap hak-hak legal atau adat terkait dengan pemanfaatan lahan. Kelola buku catatan dan peta yang menunjukkan luasan, lokasi, dan batas-batas kepemilikan lahan semua anggota kelompok. Buku catatan setiap anggota dan petak lahannya juga harus memasukkan hak mereka untuk memanfaatkan lahan dan salinan fotokopi buku catatan tanah/jenis hak atas tanah atau hak pemanfaatan. Untuk setiap anggota kelompok, manajer kelompok harus menyimpan catatan tentang berikut ini. Informasi tentang lokasi, dalam satu berkas/dokumen tunggal berdasarkan NKT untuk aplikasi petani. Peta yang menunjukkan batas tanah secara legal. Buku catatan hak atas tanah, termasuk di dalamnya fotokopi akta atau acuan pada catatan kadastral jika sesuai. Praktik setempat digunakan untuk membuktikan hak adat atas tanah, termasuk acuan pada praktik setempat. 2.2 Petani tidak membatasi hak yang sah atas lahan dan sumber daya yang 2.2.E Petani memberikan informasi mengenai segala konflik yang Kumpulkan informasi dari setiap anggota kelompok mengenai Periksa apakah setiap anggota kelompok memberikan informasi mengenai konflik lahan sebagai Templat Pernyataan Petani 34

35 dimiliki pihak lain, khususnya (akan tetapi tidak terbatas pada) hak yang dimiliki kaum yang rentan seperti perempuan dan masyarakat adat. masih ada, terkait dengan lahannya. 2.2.TC-A Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait hak pemanfaatan dan akses terhadap lahan dan sumber daya; atau diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat. pengetahuan mereka tentang konflik lahan yang ada. Berikan pedoman bagi anggota kelompok mengenai hukum adat maupun positif yang terkait, sehubungan dengan kepenguasaan lahan untuk lokasi tersebut. Jika diperlukan, kelola pemetaan partisipatif dengan semua anggota kelompok. bagian dari pernyataan petani yang ditandatangani. Pahami dan konsultasikan/ musyawarahkan dengan sumbersumber terkait sebagaimana diperlukan, untuk semakin memahami sejarah semua konflik lahan di kawasan masing-masing. Pedoman untuk pemetaan partisipatif (dimasukkan dalam pedoman dan perangkat NKT yang disederhanakan untuk petani. Pedoman Akademi Petani RSPO tentang FPIC. 2.2.TC-B 2.2.TC-A Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait hak pemanfaatan dan akses terhadap lahan dan sumber daya; atau diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat. Kelola catatan semua konflik dan proses penyelesaian yang melibatkan anggota kelompok. Lakukan penilaian terhadap kepatuhan anggota kelompok terhadap ketentuan semua perjanjian yang telah mereka tanda tangani bersama masyarakat setempat mengenai hak pemanfaatan dan akses lahan. Jika terdapat konflik, maka berikan perangkat/sumber daya yang sesuai kepada petani untuk memfasilitasi pengelolaan dan penyelesaian konflik dengan belajar dari pengalaman organisasi masyarakat sipil (CSO) dan badan pemerintah. Usahakan mendapatkan kesepakatan tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang berkepentingan, sebagai hasil yang dapat bertahan lama dari proses negosiasi untuk menyelesaikan konflik hak atas lahan. Kesepakatan demikian dapat memasukkan tindakantindakan yang perlu dilakukan untuk alih bagi manfaat. Usahakan pula selama memungkinkan untuk mendaftarkan kesepakatan ini kepada otoritas setempat yang berwenang agar dapat diakui oleh hukum yang berlaku dan hindari keberulangan konflik yang sama. Templat untuk pencatatan konflik. Kantor lokal RSPO akan memberikan daftar sumber daya setempat yang sesuai (organisasi masyarakat sipil/cso, badan pemerintah). 2.3 Petak petani berada di luar kawasan-kawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung, sebagaimana diatur oleh peraturan nasional, regional atau 2.3.E Petani tidak menjalankan operasi di dalam kawasankawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung sebagaimana diatur oleh peraturan nasional, regional atau daerah atau Tinjau peta petak lahan petani terhadap peta/lokasi kawasan lindung/aplikasi NKT atau catatan pemerintah daerah setempat. Gunakan NKT untuk aplikasi petani ketika membandingkan batas petak petani dengan batas taman nasional dan kawasan lindung. Jika ada anggota kelompok yang petak lahannya terletak di dalam taman nasional atau kawasan Untuk manajer kelompok akan disediakan peta kawasan lindung yang spesifik pada tingkat nasional sebagai bagian dari aplikasi manajer kelompok (saat ini peta ini diintegrasikan dalam peta potensi kawasan NKT) 35

36 daerah atau sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional. sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional. lindung, lakukan kunjungan lokasi untuk memverifikasi. Jika terletak di lokasi yang diklasifikasikan sebagai kawasan lindung, petak tersebut tidak dapat disertifikasi dan harus dikeluarkan dari kelompok. 2.3.TC-B Semua petak petani ditandai batasannya dengan jelas dan terlihat, dan dilakukan pemeliharaan terhadap zona penyangga dan batas-batas yang berada di dekat petak anggota kelompok. Simpan buku catatan anggota kelompok yang petak lahannya berada dekat zona penyangga dan simpan foto/catatan mengenai kawasan-kawasan yang mereka telah tandai batasnya. Untuk petak lahan dalam kelompok, yang terletak dekat kawasan lindung atau NKT, lakukan kunjungan lapangan untuk memeriksa penandaan batas petak tersebut dan zona penyangga. Pelatihan mengenai pengelolaan zona penyangga dan zona kawasan sungai. 2.4 Petani tidak mendapatkan lahan dari masyarakat setempat (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) tanpa FPIC, sebagaimana dinyatakan melalui lembaga perwakilan yang mereka pilih secara bebas. 2.4.E Untuk penanaman sawit baru, petani menandatangani Pernyataan yang berisi komitmen untuk berkonsultasi/musyawarah dengan masyarakat setempat untuk penanaman sawit baru (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan). Masukkan informasi yang diperlukan dan proses penanaman baru yang dilakukan oleh anggota kelompok ke dalam peraturan dan anggaran rumah tangga kelompok. Pastikan ditandatanganinya Pernyataan Petani dan mengelola catatan pernyataan yang telah ditandatangani untuk kelompok. Berikan templat Pernyataan untuk ditandatangani petani. Jika diperlukan, jelaskan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok. Pernyataan yang telah ditandatangani ini tidaklah mengikat secara hukum, melainkan hanya dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman petani akan pentingnya komitmen ini. Templat pernyataan petani. Daftar poin-poin yang perlu dibicarakan oleh manajer kelompok ketika memperkenalkan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok. 2.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai cara melakukan pemetaan masyarakat sesuai dengan praktik pelaksanaan prinsip yang mengikuti kaidah FPIC. Gabungkan rencana pelatihan ke dalam Kelompok dan memfasilitasi pelaksanaan pelatihan. Panduan teknik pemetaan partisipatif dan FPIC (akan disediakan melalui Akademi Petani RSPO). 2.4.TC-B Berdasarkan praktik-praktik yang mengikuti prinsip-prinsip FPIC, masyarakat setempat Dukung anggota dan memastikan agar mereka melakukan pemetaan partisipatif terhadap hak-hak Manajer kelompok harus mampu membuktikan kepada pihak ketiga bahwa proses FPIC dilakukan 36

37 (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) bersama-sama menyepakati rencana pengembangan sawit baru dengan petani jika hal ini memerlukan perubahan pemanfaatan lahan. kepenguasaan atas, akses terhadap, dan pemanfaatan sumber daya alam yang diklaim oleh masyarakat sekitar. sebagaimana dikehendaki masyarakat. Diperlukan peta, akan tetapi tidak mencukupi untuk tujuan ini. Semua unsur FPIC harus diselesaikan, yaitu (i) free (bebas, tanpa paksaan); (ii) prior (sebelum melakukan pengembangan); (iii) informed (menyediakan segala informasi yang sesuai dalam bentuk dan bahasa yang semestinya); dan (iv) consent (hak untuk menyatakan tidak). Manajer kelompok harus: menyimpan catatan semua pertemuan dan peserta yang menghadirinya dapatkan tanda tangan atau sidik ibu jari; dan meminta izin jika hendak mengambil foto. MASYARAKAT Prinsip 3 Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja Lindungi HAM dan hak-hak pekerja dengan memastikan kondisi kerja yang aman dan layak Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer Kelompok Panduan bagi Manajer Kelompok 3.1 Tidak ada praktik 3.1.E Petani memberikan informasi Pastikan agar semua anggota memahami Jadikan pelatihan RSPO yang ada penggunaan pekerja mengenai sumber tenaga persyaratan-persyaratan yang ada dalam sebagai acuan dan, jika paksa (lih. definisi kerja yang digunakan di standar ini terkait dengan praktik kerja diperlukan, adaptasikan pekerja paksa) perkebunan dan paksa dan mampu menerjemahkannya pelatihan dimaksud agar berkomitmen untuk tidak ke dalam operasi mereka sendiri. memberikan dukungan terbaik melakukan praktik kerja bagi kepatuhan. Panduan, Perangkat dan Dokumen Pendukung Pelatihan Akademi Petani RSPO dan pemahaman akan bahanbahan mengenai praktik kerja paksa. 37

38 3.2 Tidak ada praktik pekerja anak. paksa, kerja ijon, perbudakan, dan perdagangan manusia. 3.1.TC-A Semua pekerjaan yang diberikan bersifat sukarela dan praktik berikut ini dilarang: Penahanan dokumen identitas atau paspor. Kewajiban membayar biaya perekrutan. Substitusi kontrak kerja. Pekerjaan lembur yang tidak suka rela. Tidak adanya kebebasan bagi pekerja untuk mengundurkan diri. Adanya hukuman/penalti jika terjadi pemutusan hubungan kerja. Kerja ijon. Penahanan gaji. Gangguan/campur tangan dalam pembentukan atau operasi organisasi atau asosiasi pekerja. 3.1.TC-B Pekerja di perkebunan, khususnya anggota keluarga pekerja, memiliki akses terhadap dokumen identitas mereka dan kebebasan bergerak, dan dapat menyatakan bahwa mereka dapat memilih pekerjaan mereka dengan bebas. 3.2.E Petani berkomitmen bahwa tidak ada praktik penggunaan pekerja anak, termasuk untuk Jelaskan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok; tanda tangani dan kelola catatan Pernyataan Petani untuk kelompok. Pastikan adanya dukungan dan komitmen semua anggota kelompok untuk mematuhi kriteria ini. Wakili semua anggota dalam mengelola catatan penggunaan tenaga orang-orang yang dipekerjakan, jika: dipekerjakan secara langsung atau melalui kontraktor/agen; dipekerjakan secara waktu tertentu (PKWT) atau tetap (PKWTT). Catatan ini harus mencakup informasi mengenai: - cara perekrutan pekerja atau penugasan kontraktor; - basis pembayaran upah borong atau upah harian. Catat semua pengaduan atau ketidakpatuhan yang terjadi dan selidiki sumbernya. Pastikan agar semua anggota memahami persyaratan-persyaratan dalam standar Templat kebijakan untuk berkomitmen kepada manajer kelompok mungkin akan membantu. Manajer kelompok dapat menyusun satu kebijakan tunggal mengenai penggunaan tenaga kerja oleh anggota kelompok, yang mencakup semua kriteria terkait pekerja, dan harus memastikan adanya dukungan dan komitmen semua anggota kelompok melalui kebijakan ini. Jadikan pelatihan RSPO yang ada sebagai acuan dan, jika diperlukan, adaptasikan Video singkat untuk memperkenalkan konsep tersebut. Templat kebijakan ketenagakerjaan untuk anggota kelompok. Templat penilaian diri. Protokol mengenai bagaimana seharusnya manajer kelompok menangani situasi tertentu. Templat Pernyataan Petani. 38

39 melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Mematuhi ketentuan usia minimum pekerja dan ketentuan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan daerah, provinsi atau nasional. b. Tidak memaparkan anak pada pekerjaan berbahaya. c. Memberikan pengawasan orang dewasa untuk anak yang bekerja di perkebunan. d. Memastikan agar pekerjaan di perkebunan tidak mengganggu pendidikan anak. 3.2.TC-A Manajer kelompok, petani dan pekerja menyelesaikan pelatihan dan memahami dampak-dampak negatif dari praktik pekerja anak. 3.2.TC-B Manajer kelompok dan petani melaksanakan tindakantindakan sebagai berikut untuk melindungi anak. a. Tidak ada pekerja di perkebunan petani yang berusia di bawah 15 tahun atau di bawah ketentuan usia minimum yang diatur oleh peraturan daerah, provinsi atau nasional. b. Jika terdapat pemberian kerja kepada pekerja usia muda, mereka tidak diberikan pekerjaan yang berbahaya secara mental ini dan mampu menerjemahkannya dalam operasi mereka sendiri. Perjelas kepada anggota mengenai persyaratan-persyaratan di mana orangorang berusia di bawah 18 tahun dapat melakukan pekerjaan di perkebunan petani, dan pastikan agar anggota memiliki cukup pemahaman akan persyaratan usia yang diatur oleh peraturan yang berlaku di daerah tersebut. Pastikan dukungan dan komitmen semua anggota kelompok untuk mematuhi kriteria ini. Masukkan ke dalam rencana pelatihan kelompok dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan tersebut. Prioritaskan pengecekan terhadap penilaian diri. Lakukan pemeriksaan bukti-bukti dipenuhinya persyaratan usia minimum. Segera selidiki segala laporan mengenai ketidakpatuhan terhadap kriteria ini, lakukan tindakan yang sebagaimana mestinya untuk melakukan pemulihan segera jika terdapat kasus-kasus yang terbukti mengandung ketidakpatuhan, dan kelola catatan kasus-kasus tersebut. pelatihan dimaksud agar memberikan dukungan terbaik bagi kepatuhan. Templat kebijakan untuk berkomitmen kepada manajer kelompok mungkin akan membantu. Anak hanya dapat bekerja di bawah pengawasan dan tidak melakukan pekerjaan berbahaya. Anak hanya bekerja di perkebunan selama masa libur, di luar jam kegiatan belajar di sekolah, bekerja sebagai anggota keluarga, di bawah pengawasan, dan hanya melakukan pekerjaan yang tidak berbahaya. Jika peraturan daerah menetapkan pembatasan yang lebih ketat terhadap pemberian kerja kepada orang-orang yang belum mencapai usia 18 tahun Video singkat untuk memperkenalkan konsep tersebut. Pelatihan Akademi Petani RSPO dan bahan-bahan peningkatan kesadaran akan praktik pekerja anak. 39

40 maupun fisik dan yang mengganggu kegiatan pendidikan mereka di sekolah, jika ada. daripada yang diatur oleh Konvensi ILO, maka harus dipastikan untuk mematuhi peraturan daerah tersebut. 3.3 Upah pekerja mematuhi persyaratan minimal dalam hukum yang berlaku, standar wajib industri, dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagaimana diatur oleh hukum nasional. 3.3.TC-A Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan. Pastikan agar semua anggota memahami ketentuan untuk mencatat pembayaran kepada pekerja. Wakili semua anggota dalam menyusun dan mengelola catatan penggunaan tenaga kerja yang diupah, yang harus mencakup catatan pembayaran dan basis pembayaran (upah borong atau upah harian). Tunjukkan acuan terhadap kebijakan kelompok kepada anggota dan beri pelatihan. Pedoman mengenai keadaan di mana pekerja dianggap murni pekerja dan bukan pekerja dari kalangan anggota keluarga, karena ketentuan ini dapat dilewatkan dan akan diaudit Pekerja diberikan hak dan peluang untuk menyampaikan pengaduan kepada manajer kelompok atau pihak ketiga yang sesuai (contoh: RSPO, pemerintah daerah setempat, dsb.). 3.3.TC-B Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan. 3.4.TC-B Pekerja memahami dan memiliki akses terhadap sarana yang efektif untuk menyampaikan pengaduan. Pastikan agar semua anggota memahami persyaratan-persyaratan yang ada dalam standar terkait dengan hal ini, dan mampu menerjemahkannya ke dalam operasi mereka sendiri. Pastikan bahwa semua anggota memahami ketentuan-ketentuan dalam standar terkait hal ini serta mampu menerjemahkannya ke dalam operasi mereka sendiri dan untuk pekerjanya. Untuk keperluan pemeriksaan kepatuhan, pembayaran upah borong harus dikonversi menjadi upah harian yang setara. Manajer kelompok dapat menyusun satu kebijakan tunggal mengenai penggunaan tenaga kerja oleh anggota kelompok, yang mencakup semua kriteria terkait pekerja (lih. juga Bagian 3.1.TC-A). Kebijakan dimaksud harus: menggabungkan mekanisme untuk menerima dan menyelesaikan pengaduan dari pekerja terkait dengan Pedoman untuk menjelaskan basis konversi pembayaran upah borong menjadi upah harian yang setara. Pedoman pengumpulan bukti dan pemenuhan persyaratanpersyaratan yang diberikan oleh Akademi Petani. Templat pedoman untuk kebijakan dan SOP ketenagakerjaan tingkat kelompok. Bahan pelatihan Akademi Petani RSPO. 40

41 3.5 Kondisi dan fasilitas kerja dalam keadaan aman, tanpa ada risiko bagi kesehatan, dan memenuhi persyaratan legal minimum. 3.5.TC-A Petani, pekerja dan anggota keluarga petani menyelesaikan pelatihan tentang risiko kesehatan dan keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan perkebunan (termasuk risiko dalam penggunaan pestisida) dan cara memitigasinya, dan memahami pelatihan tersebut. 3.5.TC-B Pekerja, termasuk anggota keluarga petani, memiliki akses terhadap kondisi kerja yang aman, termasuk berikut ini. Perumahan yang aman dan layak, jika ada. Pelatihan dan peralatan kesehatan dan keselamatan, termasuk APD minimum jika sesuai dengan jenis pekerjaan. Persediaan P3K dasar. Air minum dan toilet yang layak. Gabungkan kesehatan dan keselamatan ke dalam kebijakan dan rencana pelatihan tingkat kelompok. Fasilitasi pelaksanaan pelatihan. Dorong anggota kelompok untuk melaporkan kecelakaan yang terjadi di perkebunannya dan catat semua kecelakaan yang dilaporkan. Tinjau catatan kecelakaan secara berkala dan dukung tindakan yang dilakukan kelompok untuk mengidentifikasi dan menangani segala risiko signifikan yang muncul dari tinjauan tersebut. kondisi kerja atau remunerasi. Kedua proses sengketa ini beserta cara penyelesaiannya harus dicatat. mewajibkan anggota kelompok untuk memastikan bahwa pekerjanya memahami dengan kemungkinan menyampaikan pengaduan. Fasilitasi pelatihan untuk memastikan agar semua anggota memahami risiko-risiko utama yang berkaitan dengan kondisi kerja di perkebunan petani serta menggabungkan tindakan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan pekerja yang dipekerjakan anggota kelompok. Pelatihan juga memastikan agar semua pekerja memahami prosedur kesehatan dan keselamatan tingkat kelompok serta memiliki akses terhadap kebutuhan akan P3K. Kembangkan daftar jenis-jenis pekerjaan yang dianggap memiliki risiko kesehatan dan keselamatan tinggi. Fasilitasi ketersediaan dan keterjangkauan APD dan persediaan P3K tersebut. Bahan pelatihan Akademi Petani RSPO untuk manajer kelompok dan petani. Templat untuk mencatat kecelakaan. Pedoman mengenai yang harusnya dicakup/ada dalam persediaan P3K dasar. 41

42 3.6 Tidak ada diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan di perkebunan. 3.6.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan di tempat kerja. 3.6.TC-B Pekerja menyatakan dengan bebas bahwa mereka bekerja di tempat yang aman dan terbebas dari diskriminasi, pelecehan atau kekerasan. Gabungkan kesadaran akan diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan ke dalam rencana pelatihan kelompok dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan kesadaran tersebut. Kenali kelompok masyarakat (perempuan, masyarakat adat) yang mungkin menjadi target diskriminasi/ pelecehan/kekerasan. Manajer kelompok dapat menyusun satu kebijakan tunggal mengenai penggunaan tenaga kerja oleh anggota kelompok, yang mencakup semua kriteria terkait pekerja (lih. juga Bagian 3.1.TC-A). Kebijakan tersebut harus mewajibkan anggota kelompok untuk: menawarkan kesetaraan peluang kepada semua pekerjanya; memastikan agar semua pekerjanya memahami aspek ini dalam kebijakan ketenagakerjaan kelompok; dan berkomitmen untuk mencegah pelecehan, baik dalam bentuk seksual maupun lainnya, kekerasan, dan perlindungan hak reproduksi. Templat kebijakan kelompok tentang praktik ketenagakerjaan yang baik. Modul/perangkat pelatihan Akademi Petani RSPO untuk manajer kelompok. PLANET Prinsip 4 - Lindungi, lestarikan dan tingkatkan ekosistem dan lingkungan Lindungi lingkungan, lestarikan keanekaragaman hayati, tingkatkan ekosistem dan pastikan pengelolaan yang berkelanjutan untuk sumber daya alam Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer Kelompok Panduan bagi Manajer Kelompok 4.1 TC-A Petani menyelesaikan Pimpin kelompok melalui pelaksanaan pelatihan tentang hal-hal pendekatan NKT yang disederhanakan berikut ini dan bagi petani swadaya. memahaminya. 4.1 Kawasan NKT yang ada di petak lahan petani atau di dalam kelompok dikelola untuk memastikan Latih dan tingkatkan kesadaran di antara Pendekatan NKT untuk petani swadaya menggunakan aplikasi ponsel cerdas dengan situs web yang menampilkan laporanlaporan (dashboard) untuk Panduan, Perangkat dan Dokumen Pendukung Pelatihan manajer kelompok mengenai NKT (identifikasi, pengelolaan dan pemantauan). Perangkat: 42

43 agar nilainya dikelola dan/atau ditingkatkan. - Pentingnya memelihara dan melestarikan kawasan NKT. - Konflik manusia dan satwa liar. - Mengakui spesies RTE, serta ekosistem penting. para anggota kelompok akan prinsipprinsip perlindungan melalui praktik kehati-hatian, baik untuk perkebunan yang masih beroperasi saat ini maupun penanaman baru berisiko rendah. Ikut serta dalam pelatihan mengenai penggunaan Aplikasi NKT dan/atau latih anggota kelompok mengenai cara menggunakannya. Pahami konsep dasar Konflik Manusia- Satwa Liar dan NKT. Ikuti pelatihan atau buktikan pengetahuan akan NKT dan spesies RTE. mengumpulkan data mengenai anggota kelompok petani dan petak-petak lahannya. Pendekatan ini lebih mudah untuk diikuti, dengan adanya akses terhadap ponsel cerdas atau tablet. Namun jika tidak dapat dilakukan, dapat digunakan templat kertas secara offline (tanpa koneksi internet). Untuk perkebunan petani yang sudah mapan, pendekatan ini terdiri dari 4 tahap sebagai berikut. Ponsel cerdas/aplikasi NKT dan dashboard untuk mengumpulkan data yang diperoleh. Tahap 1 Perkenalkan konsep dan prosedur NKT kepada anggota kelompok Anda. Tahap 2 Kunjungi dan catat semua petani yang ada di kelompok Anda. Tahap 3 Kumpulkan informasi: survei lapangan, unggah data ke dashboard, unduh daftar petani dan peta dari dashboard. Tahap 4 Laksanakan praktik kehati-hatian: penentuan cakupan & identifikasi spesies penting, dialog dengan anggota kelompok untuk menyepakati praktik kehati-hatian, dan verifikasi dan pemantauan. Lih. Dokumen Pedoman RSPO tentang Perangkat yang 43

44 Disederhanakan untuk Petani Swadaya Aplikasi NKT, untuk perkebunan petani swadaya yang sudah mapan ( download/a48691dcf9dd573 ons/download/3b95ed16efc90 d2) 4.1 TC-B Petani melaksanakan praktik kehati-hatian serta mengelola dan menjaga spesies RTE dan kawasan NKT, jika ada. Sama dengan bagian 4.1.TC-A. Lih. tahap 4 NKT untuk pendekatan petani swadaya. Dapat menggunakan pendekatan yang terkalibrasi risiko untuk melibatkan anggota yang petak lahannya berdekatan dengan kawasan NKT secara lebih berkala. Templat untuk memantau pelaksanaan (manajer kelompok) 4.2 Jika petak lahan petani yang ada saat ini berada dalam kawasan yang diidentifikasi memiliki NKT dan dibuka setelah bulan November 2005, maka akan berlaku proses remediasi dan kompensasi yang sebagaimana mestinya bagi petanipetani berdasarkan LUCA (lih. Pendahuluan bagian ini). 4.2.E 4.2.TC-A Petani memberikan informasi mengenai semua petak lahan petani yang dikonversi dan ditanami sawit setelah tahun 2005, melalui penggunaan Aplikasi NKT untuk Petani. Dikembangkannya rencana untuk mengidentifikasi luasan maksimum agar dapat melakukan remediasi in situ untuk kawasan NKT yang hilang pada masa antara tahun 2005 dan bulan November 2019, melalui proses partisipatif oleh semua anggota kelompok Kumpulkan informasi dari anggota mengenai tanggal mulai melakukan penanaman kelapa sawit. Lakukan verifikasi jika memungkinkan. Kumpulkan dan catat informasi mengenai petak tempat terjadinya konversi lahan setelah tahun 2005 dan kumpulkan informasi tersebut untuk semua anggota kelompok. Dukung pemahaman anggota kelompok akan kriteria ini dan koordinasikan proses partisipatif yang dilakukan, dengan mengikuti pedoman dari Sekretariat RSPO. Kumpulkan dan catat informasi dari semua anggota kelompok mengenai tanggal mulai melakukan penanaman. LUCA berlaku bagi kelompok, bukan perorangan. Templat untuk menyatakan sejarah pembukaan lahan. Peta LUCA. Pedoman remediasi dan kompensasi kawasan NKT untuk petani swadaya. Pelatihan mengenai cara melakukan proses partisipatif (untuk manajer kelompok dan petani) 44

45 4.3 Penanaman baru yang dilakukan petani swadaya, sejak bulan November 2019: o tidak menghilangkan hutan primer; o tidak menghilangkan kawasan NKT mana pun; o tidak dilakukan di lereng curam (dengan kemiringan lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional); dan o tidak berada di kawasan gambut, berapa pun kedalamannya. 4.2.TC-B 4.3.E perorangan yang terdampak, untuk kemudian disampaikan ke RSPO. Dilaksanakannya rencana yang telah disetujui RSPO untuk meremediasi kawasankawasan NKT yang hilang antara tahun 2005 dan bulan November Petani memberikan informasi mengenai semua penanaman baru yang direncanakan dan berkomitmen untuk tidak melakukan penanaman baru di hutan primer, kawasan NKT, lereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional), atau di atas gambut. Koordinasikan pengembangan rencana remediasi in situ dengan kelompok. Catat dan kumpulkan data mengenai petak lahan yang direncanakan anggota kelompok untuk ditanami sawit. Kumpulkan batas petak lahan yang dialokasikan untuk penanaman baru, lengkapi pertanyaan aplikasi NKT untuk setiap petak. Terapkan pedoman dari pendekatan NKT yang disederhanakan dan laporkan dan catat untuk setiap plot, tingkat risiko, perlindungan yang tepat, dan praktik pengelolaan yang menentukan apakah: - NKT dapat dikelola melalui pelaksanaan praktik kehati-hatian di mana risikonya rendah; atau - harus ada kajian NKT yang dilakukan di bawah seorang penilai terakreditasi penuh Assessor Licensing Scheme (ALS). Jika memungkinkan, rencana remediasi in situ harus berlaku bagi para anggota, secara kolektif ataupun perorangan. Remediasi in situ secara kasus per kasus. Untuk penanaman baru oleh petani swadaya, NKT untuk pendekatan petani swadaya terdiri dari 4 tahap sebagai berikut. Tahap 1 Perkenalkan konsep dan prosedur NKT kepada anggota kelompok Anda. Tahap 2 Kunjungi dan catat semua petani yang ada di kelompok Anda. Tahap 3 Kumpulkan dan olah informasi: survei lapangan, unggah informasi survei ke dashboard, tinjau data dan laporan, dan tindak lanjuti petak-petak yang memiliki risiko medium. Tahap 4 Persiapan NPP dan pengelolaan NKT. Pedoman RSPO untuk Prosedur Remediasi dan Kompensasi (Remediation and Compensation Procedure/RaCP) (akan dijelaskan). Kelompok petani swadaya tidak diharapkan untuk membayar kompensasi. Hanya remediasi in situ. Templat untuk Pernyataan Petani Lih. Bagian 2.1.E. Lih. Dokumen Pedoman RSPO mengenai Perangkat yang Disederhanakan untuk Petani 45

46 Swadaya Aplikasi NKT untuk perkebunan petani swadaya yang telah mapan. ownload/a48691dcf9dd573 ownload/bdb07d1992be1e2 Jika NKT untuk pendekatan petani swadaya menunjukkan bahwa penanaman baru oleh petani swadaya dapat memunculkan risiko tinggi bagi NKT. Manajer kelompok perlu menyelenggarakan penilaian ALS secara penuh untuk petakpetak ini. 4.3.TC-A Sebelum memulai persiapan lahan di mana NKT dan kawasan pencadangan lainnya telah diidentifikasi [melalui Aplikasi NKT untuk Petani dan proses lainnya], rencana kelola terintegrasi untuk memelihara atau meningkatkan kawasankawasan ini dikembangkan melalui pendekatan partisipatif dengan semua anggota kelompok. Dukung petani dalam memahami kriteria ini dan pengembangan rencana kelola terintegrasi. Untuk penanaman baru, perlu diantisipasi agar pendekatan NKT untuk petani swadaya mengidentifikasi risiko tinggi dikarenakan adanya hutan primer, lereng yang terlalu curam, atau tanah gambut. Jika praktik kehati-hatian dilakukan di dalam pendekatan NKT untuk petani, maka tidak ada kawasan NKT spesifik yang ditetapkan. Hanya sesuai dalam keadaan di mana kajian NKT ALS telah dilakukan, di mana ini adalah hal yang jarang. Pedoman dan pelatihan mengenai cara mengembangkan rencana pengelolaan terintegrasi (bagian dari SOP) 46

47 4.4 Jika ada petak lahan petani yang masih beroperasi di lahan gambut, pelesakan/subsidensi dan degradasi tanah gambut tersebut diminimalkan melalui penerapan PPT. 4.3.TC-B 4.4.TC-A 4.4.TC-B Petani memiliki rencana kelola terintegrasi yang telah disetujui untuk rencana penanaman barunya dan membagikan pemberitahuan mengenai rencana ini dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pemetaan partisipatif sebelum memulai persiapan lahan apa pun. Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk gambut, dan manajer kelompok memiliki rencana aksi untuk meminimalkan risiko kebakaran dan mengelola sistem air* dan menerapkan PPT untuk penanaman yang dilakukan di atas gambut di dalam unit sertifikasi. Petani melaksanakan rencana aksi berdasarkan PPT untuk perkebunan yang saat ini masih beroperasi di atas gambut. Dukung anggota dalam mengembangkan rencana penanaman baru jangka pendek dan menengah. Susun rencana dan SOP untuk pengelolaan perkebunan anggota kelompok yang ada di atas tanah gambut dan pastikan dukungan dan komitmen semua anggota kelompok untuk mengikuti rencana dan SOP tersebut. Selenggarakan pelatihan untuk anggota kelompok sebagaimana diperlukan, dalam rencana pelatihan kelompok secara keseluruhan, agar rencana kelola gambut dapat dilaksanakan oleh kelompok. Lih. pedoman NKT untuk petani. Dalam mengembangkan rencana kelompok, manajer kelompok perlu mempertimbangkan: - pedoman RSPO mengenai PPT untuk budi daya yang masih berjalan di atas gambut; - protokol untuk petani sawit swadaya mengenai Pengelolaan Kawasan Gambut secara Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab; dan - pedoman yang disederhanakan bagi petani mengenai sistem kelola air. Lih. pedoman NKT untuk petani. Pedoman yang disederhanakan untuk petani mengenai sistem kelola air (akan dijelaskan). Pedoman dan pelatihan mengenai risiko kebakaran dan pengelolaan air di tanah gambut. Templat untuk pengelolaan dan pemantauan kebakaran, air dan gambut. Perangkat Templat pemantauan (lih. Bagian 4.4.TC-A). Pantau pelaksanaan rencana dan praktik kelola gambut di perkebunan anggota kelompok perorangan dan lakukan tindakan untuk memperbaiki segala hal yang menyimpang dari rencana. 47

48 4.5 Petak lahan yang berada di atas gambut ditanami kembali hanya pada kawasan-kawasan tertentu saja yang memiliki risiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi sebagaimana dibuktikan oleh penilaian risiko. 4.6 Tidak ada penggunaan api di perkebunan untuk mempersiapkan lahan, untuk pengendalian hama, ataupun untuk pengelolaan limbah. 4.5.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua rencana untuk penanaman kembali dan berkomitmen bahwa penanaman kembali hanya akan dilakukan di kawasan-kawasan yang risiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi (lih. Bagian 1.2.E). 4.5.TC-B Sebelum melakukan penanaman kembali di atas gambut, petani menyelesaikan penilaian risiko terkait banjir yang berhubungan dengan subsidensi dan, jika terdapat risiko tinggi, menyampaikan rencana yang mencakup alternatif strategi pengembangan lahan. 4.5.TC-A Petani yang petak lahannya yang berada di atas gambut sudah lebih dari 15 tahun menyelesaikan pelatihan tentang identifikasi risikorisiko banjir di masa yang akan datang, yang berkaitan dengan subsidensi dan alternatif strategi pengembangan lahan. 4.6 E Tidak ada bukti fisik penggunaan api oleh petani untuk persiapan lahan. Pastikan agar semua anggota memahami ketentuan-ketentuan penanaman baru di atas gambut. Jelaskan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok; melakukan penandatanganan dan pengelolaan catatan Pernyataan Petani yang telah ditandatangani, untuk kelompok. Dukung anggota kelompok dalam menentukan kapan diperlukan penilaian terhadap petak di atas gambut. Selenggarakan pelatihan untuk anggota kelompok sebagaimana diperlukan, di dalam rencana kelola kelompok. Beri dukungan atau selenggarakan pelatihan; dukung anggota yang perlu mengembangkan alternatif strategi pengembangan lahan. Lakukan penilaian terhadap eligibilitas dengan mengikuti pedoman mengenai bukti pembakaran. Tindak lanjut di lapangan setiap kali muncul peringatan di dekat petak anggota kelompok untuk memastikan jika telah terjadi pelanggaran Jika memungkinkan, dapat menggunakan Global Forest Watch Fire Alerts untuk menilai dan memantau kepatuhan. Templat Pernyataan Petani. Pedoman yang disederhanakan untuk PPT di atas gambut (sedang dalam pengembangan). Templat Pernyataan Petani 48

49 4.7 Dilindungi dan dikelolanya zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional). 4.6 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang berikut ini dan memahaminya. Alternatif bagi penggunaan api untuk persiapan lahan dan pengelolaan limbah pertanian (jika memungkinkan). Alternatif bagi penggunaan api untuk pengendalian hama. Pencegahan kebakaran, bagaimana cara menangani dan mengelola kebakaran di masyarakat dan desa. 4.6 TC-B Petani tidak menggunakan api atau praktik bakar untuk persiapan lahan, pengelolaan limbah, atau pengendalian hama di perkebunan. Untuk pengendalian hama, api dapat digunakan hanya dalam keadaan luar biasa, di mana tidak ada tindakan lain yang efektif, dan hal demikian harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari otoritas pemerintah yang berwenang. 4.7.E Petani berkomitmen untuk tidak melakukan penanaman baru di zona kawasan sungai. 4.7.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai pengelolaan zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional) dan memahaminya. 4.7 TC-B Petani merehabilitasi, mengelola, dan memelihara zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional). Pastikan anggota kelompok memahami persyaratan ini. Masukkan pelatihan yang diperlukan ke dalam rencana pelatihan kelompok. Pantau kepatuhan dan tindak lanjut (sama seperti di atas). Atur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan, dan memasukkannya ke dalam rencana pelatihan kelompok. Manajer kelompok harus mendukung anggota untuk menyusun rencana pengelolaan perkebunan untuk: menyusun draf kebijakan kelompok dan SOP untuk perlindungan dan pengelolaan zona penyangga kawasan sungai; memastikan dukungan dan komitmen dari semua anggota kelompok terhadap kebijakan dan SOP ini; mengatur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan Bantu anggota kelompok untuk: -- sampaikan persyaratan ini kepada setiap pekerja yang dipekerjakan di perkebunan mereka; -- identifikasi teknik alternatif untuk persiapan lokasi penanaman, khususnya untuk penanaman kembali pada lokasi yang berisiko tinggi terhadap hama dan penyakit. Pedoman dan pelatihan mengenai api untuk pengelolaan limbah perkebunan, pengendalian hama, pencegahan kebakaran, dan pengelolaan api. Perangkat: SOP mengenai pengendalian api Sama seperti di atas. Templat Pernyataan Petani. Modul pelatihan Akademi Petani RSPO. Templat untuk SOP 49

50 4.8 Petani meminimalkan dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah. 4.9 Pestisida digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan pekerja, keluarga, masyarakat, atau pun lingkungan. 4.8 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk melindungi tanah marjinal dan rentan, termasuk di dalamnya lereng curam, dan memahaminya. 4.8 TC-B Petani melaksanakan PPT untuk pemeliharaan dan perlindungan tanah. 4.9 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk pestisida, termasuk di dalamnya penggunaan, penyimpanan dan pembuangan pestisida, serta mengenai pestisida yang dilarang digunakan (dan sesuai dengan Bagian 3.5). 4.9.TC-B Petani melaksanakan PPT untuk penggunaan pestisida yang mewajibkan untuk menghindari pestisida yang dikategorikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) dalam Kelas 1A atau 1B, atau yang masuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, dan menghindari paraquat, kecuali jika telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk menangani serangan hama. agar melaksanakan kebijakan dan SOP ini; memantau pelaksanaan SOP dan mengambil tindakan remediasi segala ketidakpatuhan. Atur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan, dan masukkan ke dalam rencana pelatihan kelompok. Manajer kelompok harus: memperoleh peta tanah areal yang menjadi lokasi perkebunan anggota kelompok dan mengidentifikasi tanah rentan yang berisiko di dalam areal ini; menyusun draf SOP untuk mencegah erosi dan degradasi tanah; memastikan dukungan dan komitmen dari semua anggota kelompok terhadap SOP ini. Atur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan, dan memasukkannya ke dalam rencana pelatihan kelompok, baik mengenai penanganan dan penggunaan pestisida maupun prinsip dasar PHT. Lakukan pemeriksaan berkala untuk memastikan anggota kelompok melaksanakan praktik-praktik yang mereka pelajari pada saat pelatihan. Masukkan kebijakan dan SOP untuk pengelolaan hama, penyakit, gulma, dan spesies invasif ke dalam rencana pengelolaan perkebunan. Pastikan dukungan dan komitmen dari Untuk penanaman baru, pendekatan NKT untuk petani diharapkan dapat mengidentifikasi tingginya risiko dari keberadaan lereng yang terlalu curam dan tanah rentan. Untuk tanah di zona penyangga kawasan sungai, akan diberlakukan kebijakan dan SOP yang mengacu pada Bagian 3.6 Fasilitasi atau memberikan pelatihan kepada anggota kelompok mengenai PPT. Kebijakan dan SOP kelompok harus mengatur prinsip-prinsip berikut ini. Penerapan pendekatan PHT untuk meminimalkan segala penggunaan pestisida. Tidak ada pestisida yang digunakan untuk tujuan Modul Pelatihan Akademi Petani RSPO Pedoman NKT untuk petani. Modul pelatihan Akademi Petani RSPO. Modul pelatihan Akademi Petani RSPO. 50

51 semua anggota kelompok terhadap kebijakan dan SOP ini. Kelola catatan atas nama kelompok mengenai semua pestisida yang digunakan di perkebunan anggota kelompok, termasuk: o sumber produk; o tujuan penggunaan (mis. gulma dan hama yang membutuhkan adanya pengendalian); o kuantitas penggunaan; o tanggal penggunaan; o metode dan tingkat penerapan; o metode pembuangan wadah pestisida; pantau pelaksanaan SOP dan mengambil tindakan remediasi segala ketidakpatuhan. profilaksis (pencegahan), kecuali dalam keadaan tertentu. Pestisida hanya digunakan sesuai dengan label produknya. Disediakannya penyimpanan yang aman dan terkendali, dan persoalan penggunaan pestisida. Pestisida hanya ditangani dan diaplikasikan hanya oleh orangorang yang telah menyelesaikan pelatihan yang diperlukan. Penyediaan dan penggunaan peralatan keamanan dan aplikasi yang tepat. Tidak ada penggunaan pestisida yang dikategorikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) dalam Kelas 1A atau 1B, atau yang masuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, atau paraquat kecuali dalam keadaan tertentu sebagaimana diidentifikasi dalam pedoman praktik terbaik nasional. Penggunaan pestisida tersebut harus diminimalkan dan dihapus dari bagian suatu rencana dan hanya boleh digunakan pada keadaan luar biasa. 51

52 Hindari penggunaan pestisida oleh perempuan hamil atau menyusui. Disediakannya pemeriksaan medis untuk petani dan pekerjanya yang sering bersentuhan dengan pestisida. Umpan balik dari perkebunan perorangan dan kemudian menganalisis data tersebut untuk meningkatkan kinerja Petani mengelola hama, penyakit, gulma, dan spesies introduksi yang invasif, dengan menggunakan teknik yang sebagaimana mestinya, termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) teknikteknik PHT TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang PPT termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) penggunaan bahan kimia yang aman, PHT, gulma, dan pengelolaan spesies invasif, serta memahaminya TC-B Petani memaksimalkan penggunaan pendekatan-pendekatan PHT untuk meminimalkan penggunaan pestisida di perkebunannya. Lih. Bagian 4.8 TC-A Lih. Bagian 4.8 TC-B Beberapa kelompok dapat memilih untuk tidak menggunakan pestisida. Jika hal ini terjadi, maka manajer kelompok harus menuliskan penjelasan sederhana yang menyatakan hal tersebut beserta alasannya. Lih. Bagian 4.8 TC-A di atas Lih. Bagian 4.8 TC-B di atas 52

53 Lampiran 1 Definisi Praktik Pekerja Anak Praktik pekerja anak merupakan pekerjaan yang merampas masa kecil, potensi, dan harga diri dari anak-anak, dan berbahaya bagi perkembangan fisik dan mentalnya. Istilah ini berlaku untuk: semua anak berusia kurang dari 18 tahun yang terlibat dalam bentukbentuk pekerjaan terburuk untuk anak (sesuai dengan Konvensi ILO No. 182); semua anak berusia kurang dari 12 tahun yang turut andil dalam kegiatan ekonomi; dan semua anak berusia 12 hingga 14 tahun yang terlibat dalam pekerjaan yang tidak ringan. ILO mendefinisikan pekerjaan ringan sebagai pekerjaan yang tidak memiliki kemungkinan membahayakan kesehatan atau perkembangan anak dan tidak pula memiliki kemungkinan untuk menghalangi anak untuk dapat terus bersekolah atau mengikuti pelatihan kejuruan. Anak berusia kurang dari 18 tahun tidak boleh terlibat dalam pekerjaan berbahaya yang dapat mengganggu kesejahteraan fisik, mental, atau moralnya, baik karena sifat pekerjaan ataupun kondisi ketika pekerjaan tersebut berlangsung. Bagi pekerja muda yang berusia lebih dari usia minimum legal akan tetapi kurang dari 18 tahun, harus ada batasan jam kerja dan lembur, yaitu tidak bekerja: di ketinggian yang berbahaya; dengan mesin, peralatan, dan alat-alat berbahaya; memindahkan beban berat; terpapar unsur atau proses berbahaya; dan dengan kondisi sulit seperti bekerja di malam hari. Kerja Paksa Sumber: Konvensi Usia Minimum Bekerja ILO, 1973 (No. 138) Semua pekerjaan atau jasa yang dipaksakan untuk dilakukan seseorang dengan disertai ancaman hukuman, dan yang bersangkutan melaksanakan pekerjaan atau jasa tersebut tidak dengan sukarela. Definisi ini mencakup tiga unsur. 1. Pekerjaan atau jasa mengacu pada semua tipe pekerjaan yang dilakukan dalam segala kegiatan, industri, atau sektor, termasuk sektor ekonomi informal. 2. Ancaman hukuman mengacu pada berbagai macam hukuman yang digunakan untuk memaksa seseorang bekerja. 3. Ketidaksukarelaan: Istilah dengan sukarela mengacu pada persetujuan atas dasar informasi tanpa paksaan dari seorang pekerja untuk mengambil pekerjaan serta kebebasannya untuk meninggalkan pekerjaan kapanpun. Istilah ini tidak berlaku ketika pemberi kerja atau perekrut memberi janji palsu sehingga pekerja mengambil pekerjaan yang seharusnya tidak mereka terima. Sumber: Definisi Kerja Paksa ILO Konvensi Kerja Paksa ILO, 1930 (No. 29) Protokol ILO Tahun 2014 untuk Konvensi Kerja Paksa Tahun 1930 (P029) 53

54 Konvensi Penghapusan Kerja Paksa ILO, 1957 (No. 105) Rekomendasi Kerja Paksa ILO, 2014 (No. 203) P&C Generik Manajer Kelompok Petani Kebun petani Petak petani Unit sertifikasi untuk Standar Petani Swadaya Pekerja Orang usia muda Mengacu pada Prinsip dan Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Lestari (2018), produksi oleh pekebun dan PKS besar disetujui oleh Majelis Umum RSPO pada tahun Perorangan, kelompok atau organisasi yang bertanggung jawab menjalankan SKI dan mengelola kelompok tersebut. Manajer kelompok dapat berupa PKS, organisasi, atau perorangan. Petani Swadaya Petani Plasma Semua petani yang tidak dikategorikan sebagai Petani Plasma [lih. definisi untuk Petani Plasma di bawah ini] dikategorikan sebagai Petani Swadaya. Petani, pemilik lahan, atau perwakilannya yang tidak memiliki: kekuasaan untuk mengambil keputusan mengenai operasi lahan dan praktik produksi; dan/atau kebebasan untuk memilih bagaimana mereka memanfaatkan lahannya, jenis tanaman komoditas yang ditanam, dan bagaimana mereka mengelolanya (apakah dan bagaimana mereka mengatur, mengelola, dan membiayai lahan tersebut). Perorangan atau keluarga (besar) yang memproduksi sawit di petak petani perorangan atau gabungan, berdasarkan ambang batas yang saat ini ditetapkan oleh RSPO untuk petani. Lahan yang dimiliki petani dan ditanami dengan sawit atau dialokasikan untuk perluasan atau penanaman kembali sawit. Entitas yang menandatangani perjanjian sertifikasi dan memegang sertifikat RSPO. Entitas ini bertanggung jawab atas pengembangan dan pelaksanaan sistem pengelolaan internal kelompok dan sistem pengelolaan perkebunan semua anggota kelompok. Pihak manajemen kelompok harus memastikan perkebunan anggota kelompok patuh terhadap Standar tersebut. Lelaki dan perempuan, migran, transmigran, pekerja kontrak, pekerja harian lepas, dan karyawan dari semua tingkat di perusahaan, di perkebunan, dan di SKI, yang bukan merupakan anggota keluarga (di mana keluarga didefinisikan sebagai satu kesatuan rumah tangga). Pekerja muda berusia 15 tahun, atau lebih dari usia minimum untuk bekerja, akan tetapi masih kurang dari 18 tahun. Menurut ILO, pekerja ini masih dianggap anak-anak walaupun secara legal mereka boleh melakukan pekerjaan tertentu. 54

55 Lampiran 2 Ringkasan Pendekatan dan Perangkat NKT RSPO yang Disederhanakan untuk Petani Swadaya RSPO menyadari bahwa petani swadaya menghadapi tantangan dalam memenuhi kriteria untuk mengidentifikasi, memelihara, dan meningkatkan kualitas NKT, lih. Kriteria 4.1 sampai dengan 4.3. Untuk membantu petani swadaya melaksanakan kriteria-kriteria ini, RSPO mengembangkan Pendekatan NKT yang Disederhanakan. Pendekatan ini mengakui bahwa potensi keberadaan NKT dan dampaknya berbeda antara penanaman sawit yang sudah ada (Kriteria 4.1 dan 4.2) dan penanaman baru (Kriteria 4.3). Hal ini didasari pada dan menyatukan pekerjaan sebelumnya mengenai metodologi NKT untuk petani oleh Conservation Internasional (CI), High Conservation Value Resource Network (HCVRN), dan Program SHARP. Dalam perkebunan yang ada saat ini, vegetasi alami telah dibabat untuk sawit. Pemanfaatan hutan secara tradisional telah berakhir dan sebagian besar tumbuhan dan hewan asli tidak ada lagi di sini. Akibatnya, risiko rusaknya NKT dalam perkebunan yang telah ditanami dianggap rendah. Untuk areal yang ditanami setelah pembukaan lahan setelah tahun 2005, maka berlaku prosedur Remediasi dan Kompensasi bagi petani swadaya (lih. Kriteria 4.2). NKT cenderung ditemukan dalam habitat alami, sehingga jika lahan tersebut dibuka untuk penanaman sawit (Kriteria 4.3), maka risiko terhadap NKT akan lebih tinggi. Untuk penanaman baru, risiko rusaknya NKT bergantung pada hal-hal sebagai berikut. Potensi kehadiran NKT: Semakin tinggi kecenderungan adanya NKT, maka risiko dampak negatif dari penanaman sawit di lokasi tersebut akan semakin besar. NKT 1-3 tergantung pada jenis, ukuran, dan kualitas habitat alaminya (mis. hutan) dan spesies yang ada di lokasi tersebut, sedangkan NKT 4-6 berkaitan dengan ketergantungan masyarakat setempat terhadap lokasi tersebut untuk kebutuhan subsisten atau identitas budayanya. Ukuran/skala perluasan: Pembangunan perkebunan sawit skala besar cenderung menimbulkan lebih banyak dampak terhadap NKT daripada perluasan skala kecil. Oleh karena itu, rencana ukuran total perkebunan sawit baru juga merupakan faktor yang menentukan risiko dan semua penanaman baru sawit yang lebih dari 500 ha dianggap berisiko tinggi. Jika luasannya kurang dari 500 ha, maka penggolongan risiko (apakah termasuk rendah, sedang, atau tinggi) tergantung pada potensi keberadaan NKT. Gabungan antara potensi dan ukuran perluasan menentukan prosedur NKT yang diperlukan untuk penanaman baru. Pendekatan ini juga berfungsi sebagai Prosedur Penanaman Baru (New Planting Procedures/NPP) bagi petani swadaya (lih. juga gambar di bawah ini). 55

56 Gambar di bawah ini menyajikan gambaran umum mengenai usulan prosedur penanaman baru bagi petani swadaya. 56

57 57

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS. Agustus 2017 Versi 1

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS. Agustus 2017 Versi 1 PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS Agustus 2017 Versi 1 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi

Lebih terperinci

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO RSPO NPP (NPP 2015) PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Disahkan oleh Dewan Gubernur pada tanggal 20 November 2015 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Kode referensi dokumen: Cakupan geografis: Internasional

Lebih terperinci

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm 1. Penilaian Dampak Aktivitas Langkah Tindakan Rinci Catatan Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan independen yang komprehensif

Lebih terperinci

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Disahkan oleh Dewan Gubernur tanggal 7 Maret 2016 Maret 2016 RSPO-GUI-T06-008 V1.0 IND Halaman 1 dari 64 Daftar

Lebih terperinci

BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK)

BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK) BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK) Catatan khusus Disarankan mencetak di atas hard card paper (250 gsm), dua sisi Saat mencetak,

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) 1 1.Kebijakan Lingkungan 1.1 Dilarang Deforestasi Tidak akan ada pengembangan baru di kawasan stok

Lebih terperinci

DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014

DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014 DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS Versi 1.5; Oktober 2014 Penting: Dokumen DRAF ini disusun oleh Global Sustainability Associated di bawah arahan

Lebih terperinci

Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi Terkait Pembukaan Lahan tanpa didahului Kajian NKT

Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi Terkait Pembukaan Lahan tanpa didahului Kajian NKT Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi Terkait Pembukaan Lahan tanpa didahului Kajian NKT Latar belakang - Konteks pengembangan dokumen ini Sesuai dengan Prinsip & Kriteria (selanjutnya dalam dokumen

Lebih terperinci

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia

Lebih terperinci

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 5 PENDAHULUAN... 11 Lingkup dokumen ini... 11 Dokumen Acuan...

Lebih terperinci

Forest Stewardship Council

Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok 1/11

Kode Etik Pemasok 1/11 1/11 Kami akan memimpin sebuah gerakan yang akan menjadikan cokelat berkelanjutan sebagai norma, sehingga cokelat yang kita semua cintai akan selalu hadir untuk generasi yang akan datang. Pengantar Sebagai

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Dipersiapkan oleh Taskforce untuk Petani Tanggal: 19 Juni 2010 Pendahuluan: Dokumen ini menetapkan Pedoman Umum RSPO untuk

Lebih terperinci

Sorot warna hijau: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru yang ditambahkan RSPO.

Sorot warna hijau: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru yang ditambahkan RSPO. PROSEDUR RSPO UNTUK PENANAMAN BARU (NEW PLANTING PROCEDURE/NPP) DRAF UNTUK KONSULTASI Revisi Juli 2015 Versi 4.3 Untuk konsultasi publik KETERANGAN: Sorot warna kuning: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009 Document final Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani Tanggal: 2 Juli 2009 Page 1 1/11/2012 Pendahuluan: Dokumen ini menampilkan versi akhir pedoman Generik RSPO untuk Petani Plasma. Dokumen ini

Lebih terperinci

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT merambah Sulawesi sejak tahun 1980 an dan ekspansinya tetap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO Lampiran 1 Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO PRINSIP 1 LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN Kriteria 1.1 Izin Lokasi Perusahaan Perkebunan harus memperoleh Izin Lokasi

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia.

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia. Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia Draft 3 Oktober 2007 Prinsip 1 : Komitmen terhadap transparansi Nasional 1.1.Pihak

Lebih terperinci

Sustainability Policy

Sustainability Policy Sustainability Policy Progress Report 4 Dec 2014-31 Mar 2015 Komitmen Kelestarian Kebijakan Kelestarian Musim Mas Membawa manfaat bagi masyarakat sekitar. Laporan Triwulan terhadap Perkembangan Kebijakan

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak

Lebih terperinci

Catatan Penjelasan untuk Konsultasi Publik September 2015

Catatan Penjelasan untuk Konsultasi Publik September 2015 Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO Terkait Pembukaan Lahan yang Tidak Didahului Kajian NKT Catatan Penjelasan untuk Konsultasi Publik September 2015 Apa kegunaan catatan ini? Catatan Penjelasan ini

Lebih terperinci

Golden Agri-Resources Ltd

Golden Agri-Resources Ltd Golden Agri-Resources Ltd Intisari Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 2015 Agus Purnomo Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement Bambang Chriswanto Head of National

Lebih terperinci

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI OLEH DIREKTUR TANAMAN TAHUNAN HOTEL SANTIKA, JAKARTA 29 JULI 2011 1 KRONOLOGIS FAKTA HISTORIS Sejak 1960-an dikalangan masyarakat internasional mulai berkembang

Lebih terperinci

Pedoman bagi Manajer Kelompok Versi 2.4, 09 Desember 2015

Pedoman bagi Manajer Kelompok Versi 2.4, 09 Desember 2015 PEDOMAN RSPO BAGI PETANI MANDIRI DALAM MENGELOLA Nilai Konservasi Tinggi (NKT) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG TELAH BERDIRI (Kriteria 5.2) Pedoman bagi Manajer Kelompok Versi 2.4, 09 Desember 2015 RSPO-GUI-T06-007

Lebih terperinci

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015 Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru 1 November 2016 Judul Dokumen: Kode Dokumen: Lingkup: Jenis Dokumen: FAQ Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Dipublikasikan bersama oleh: Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sekretariat Komisi Indonesian Sustainable

Lebih terperinci

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) Kebijakan Asosiasi Tujuan Pada bulan Juni 2015, APRIL telah menerapkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan ("SFMP") 2.0 1 yang menyatakan komitmen Grup APRIL untuk: mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi RSPO RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang kebun sawit yang berkelanjutan. Diinisiasi oleh WWF, Aarhus, Golden Hope, MPOA, Migros,

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Indikator Verifikasi. Maret Palm Oil Innovation Group. Foto oleh: DAABON. Foto oleh: Paul Hilton / Rainforest Action Network

Indikator Verifikasi. Maret Palm Oil Innovation Group. Foto oleh: DAABON. Foto oleh: Paul Hilton / Rainforest Action Network Indikator Verifikasi Maret 2016 Foto oleh: DAABON Foto oleh: Paul Hilton / Rainforest Action Network Palm Oil Innovation Group Foto oleh: DAABON **Catatan: Indikator utama untuk setiap bagian ditandai

Lebih terperinci

GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak

GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak sawit terkemuka dengan lahan tertanam total seluas 485,606 hektar (termasuk perkebunan plasma) pada 31 Desember 2015, berlokasi di Indonesia. Perusahaan

Lebih terperinci

Kode Perilaku 4C. 4CDoc_001a_Code of Conduct_v1.3_id

Kode Perilaku 4C. 4CDoc_001a_Code of Conduct_v1.3_id Kode Perilaku 4C 4CDoc_001a_Code of Conduct_v1.3_id versi disetujui pada bulan Mei 2009 Meliputi - Umum yang Disetujui pada Bulan Februari 2010 Versi berlaku dari Juli 2010 seterusnya Harap kirim pertanyaan

Lebih terperinci

Dokumen ini menggantikan "Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim" yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011

Dokumen ini menggantikan Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011 Diadopsi oleh Dewan Eksekutif RSPO pada 30 November, 2011. Dokumen ini menggantikan "Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim" yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011 RSPO will transform

Lebih terperinci

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah Februari 2017 Tentang CPI Climate Policy Initiative (CPI) merupakan lembaga independen dan nirlaba yang mendukung

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0 ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA Versi 3.0 II Pemberitahuan Hak Cipta 2017 ISCC System GmbH Dokumen ISCC ini dilindungi oleh hak cipta. Dokumen ini tersedia secara gratis di situs web ISCC atau

Lebih terperinci

Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE)

Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE) Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE) Versi 4-10 Februari 2012 (versi akhir) 1 1.Pendahuluan Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah: Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti

Lebih terperinci

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI PROSES PENINJAUAN KEMBALI P&C 1. Mengapa proses peninjauan kembali P&C RSPO dilakukan setiap 5 tahun sekali? Ketika standarisasi

Lebih terperinci

Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO

Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO 26 Juni 2007 Disetujui oleh Dewan Eksekutif Pada 30 Agustus,2011 pada Revisi Prosedur untuk Pengesahan Kriteria Generik Internasional sebagai Interpretasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG SISTEM SERTIFIKASI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL CERTIFICATION SYSTEM /ISPO)

Lebih terperinci

Tinjauan Perkebunan FSC

Tinjauan Perkebunan FSC Tinjauan Perkebunan FSC - ringkasan dari Tahap Kebijakan Anders Lindhe Process co-ordinator Latar Belakang Keprihatinan Di dalam FSC : - standard mendukung perkebunan daripada hutan alam - standard tidak

Lebih terperinci

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Ringkasan Eksekutif Bismart Ferry Ibie Nina Yulianti Oktober 2016 Nyahu Rumbang Evaphilo Ibie RINGKASAN EKSEKUTIF Kalimantan Tengah berada di saat

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesian Smallholder Working Group (INA-SWG) Dok: 01/INA-SWG/2009 Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Petani Kemitraan Republik Indonesia Dokumen akhir Interpretasi

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) 1 Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) DR. ROSEDIANA SUHARTO SEKRETARIAT KOMISI ISPO Workshop Skema ISPO (P&C) untuk Minyak Sawit (CPO) sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergy)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NOL DEFORESTASI, NOL GAMBUT, NOL EKSPLOITASI

KEBIJAKAN NOL DEFORESTASI, NOL GAMBUT, NOL EKSPLOITASI KEBIJAKAN NOL DEFORESTASI, NOL GAMBUT, NOL EKSPLOITASI 5 DESEMBER 2013 Tujuan: Wilmar Internasional mengakui bahwa sementara pembangunan perkebunan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.1841, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan

GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan Untuk diterbitkan segera GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan Jakarta, Singapura, 15 Februari 2012 - Golden Agri-Resources Limited (GAR) dan

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Dipublikasikan bersama oleh: Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sekretariat Komisi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Kantor

Lebih terperinci

Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh Identifikasi NKT

Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh Identifikasi NKT Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh Identifikasi NKT Dokumen final untuk konsultasi publik tanggal 1 Agustus 2013 1. Pendahuluan Standar Roundtable

Lebih terperinci

Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO

Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO PRINSIP 1 KOMITMEN TERHADAP TRANSPARASI Kriteria I Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit menyediakan informasi yang

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Versi 1.0.0 Versi 1.0.0 Fair Trade USA A. Pengantar Standar Produksi Pertanian (Agricultural Production Standard/APS) Fair Trade USA merupakan serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun keberadaan tanaman ini telah masuk hampir ke semua sektor kehidupan. Kondisi ini telah mendorong semakin meluasnya

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen

kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen Lampiran 1 Verifikasi Kelayakan Hutan Rakyat Kampung Calobak Berdasarkan Skema II PHBML-LEI Jalur C NO. INDIKATOR FAKTA LAPANGAN NILAI (Skala Intensitas) KELESTARIAN FUNGSI PRODUKSI 1. Kelestarian Sumberdaya

Lebih terperinci

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah April 2015 Supported by: Dalam Konteks Indonesia dan Kalimantan Tengah Indonesia memiliki 10% dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik Indikator Pasal Biaya (Rp) Dolok Ilir Pabatu Pulu Raja SOP Kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai dengan panen tersedia 4.1

Lebih terperinci

RSPO FACTSHEET. Sejarah. Kapan dan mengapa RSPO didirikan? Anggota Pendiri. Roundtable on Sustainable Palm Oil

RSPO FACTSHEET. Sejarah. Kapan dan mengapa RSPO didirikan? Anggota Pendiri. Roundtable on Sustainable Palm Oil FACTSHEET RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil Sejarah Pada tahun 2001, WWF mulai menjajaki kemungkinan pembentukan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Hasil dari penjajakan ini adalah dibentuknya

Lebih terperinci

INA-NITF ( ) 1 4 INDIKATOR PANDUAN CATATAN

INA-NITF ( ) 1 4 INDIKATOR PANDUAN CATATAN Draft I Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (16-18 Oktober 2013) Prinsip 1 s/d 4 NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah organisasi nirlaba yang didirikan dengan visi mentransformasi pasar untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.0 PENDAHULUAN PT. Ayamaru Sertifikasi menyusun Aturan Pelaksanaan ini untuk digunakan

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO LATAR BELAKANG Sebaran Areal Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2014 Ekstensifikasi

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

BRIDGESTONE GROUP. Versi 1.0. December BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL

BRIDGESTONE GROUP. Versi 1.0. December BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL BRIDGESTONE GROUP Versi 1.0 December 2017 1 BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL DAFTAR ISI PENDAHULUAN 03 FILOSOFI PERUSAHAAN BRIDGESTONE 04 MISI PENGADAAN BRIDGESTONE 06 KOMITMEN

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator

Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator Versi 3.0.1 19 Mei 2017 RSPO-REF-T04-008 V1.0 IND Judul Dokumen: Kode Dokumen: Ruang linkup: Jenis Dokumen: FAQ tentang PalmGHG Calculator RSPO-REF-T04-008

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK Lampiran 3.3. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci