J U R N A L. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam. Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum. Disusun oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "J U R N A L. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam. Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum. Disusun oleh :"

Transkripsi

1 J U R N A L IMPLEMENTASI PASAL PERDA KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH YANG MENGATUR RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum Disusun oleh : S U D I M A N NPM : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

2 Judul : IMPLEMENTASI PASAL PERDA KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH YANG MENGATUR RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/ KEBERSIHAN Disusun oleh : Sudiman NPM : FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaj iimplementasi pelaksanaan Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 tahun 2011 TentangRetibusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Kota Surakarta adalah wilayah otonom dengan status Kota di bawah Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk jiwa (2010) dan kepadatan /km 2. Kota dengan luas 44 km 2, dan kepadatan /km 2. Dengan kepadatan tersebut maka Kota Surakarta sangat berpotensi menjadi produsen sampah bagi dirinya sendiri terutama sampah rumah tangga. Untuk itu perlu pengelolaan sampah yang baik agar kebersihan dan kenyamanan tetap terjaga dengan baik. Dalam rangka pelayanan pengelolaan sampah tersebut maka Pemerintah Kota Surakarta menarik retribusi kepada masyarakat. Dalam Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah mengatur Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Permasalahan sering kali muncul ketika terjadi kenaikan tariff retribusi sampah, belum ada kajian yang pasti dan baku dalam penentuan tariff ini, beberapa masyarakat mengeluh terhadap kenaikan tarif. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian hokum normative karena mengkaj itetang ketetapan Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah yang mengatur Pelayanan Persampahan/Kebersihan, terhadap asas-asas hukum yang berlaku dan sinkronisasi terhadap hukum yang terkait. Berdasarkan pada hasil kajian pustaka dan analisa yang dilakukan penulis terhadap Implementasi dari Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 tahun 2011 tentang Retribusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang meliputi berbagai jeni sobjek retribusi belum dapat diimplementasikan dengan baik terutama pada sector rumah tangga, perda tersebut dilaksanakan hanya terkait dalam upaya untuk mencapai tujuan penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yaitu mendapatkan pemasukan PAD. Adapun hambatan dari implementasi perda ini adalah adanya pengaturan kewenangan yang melebihi SOTK, belum adanya Perwali sebagai aturan pelaksana, masih rendahnya sumber daya Petugas Penarik Retibusi dan masih rendahnya pemahaman masayarakat dengan adanya Perda baru tersebut. Sedangka nupaya yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi dan penjelasan 1

3 kepada masyarakat dalam hal ini WR terkait dengan kenaikan tariff Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pemerintahan daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan otonomi tersebut dengan membentuk peraturan daerah sebagai dasar kewenangan untuk melaksanakan urusan-urusannya. Peraturan daerah yang dibentuk dapat berupa peraturan daerah tentang; pajak daerah, retribusi daerah, dan pengaturan tentang pelayanan kepada masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan. Khusus peraturan daerah yang mengatur tentang pungutan yang memberikan beban kepada masyarakat dapat berbentuk peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pembentukan peraturan daerah dalam bentuk pajak dan retribusi daerah ini ditetapkan dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undang yang berlaku antara lain Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pernerintah Daerah, dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta beberapa peraturan perundangundangan lainnya yang secara substansial dijadikan sebagai dasar hukum dan acuan normatif pembentukannya. 2

4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengandung prinsip "closed fist" (daftar tertutup), dalam arti bahwa yang dapat dijadikan obyek pungutan pajak daerah dan retribusi daerah termasuk pungutan lainnya adalah hanya yang diatur didalam undang-undang ini. Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan didalam peraturan tersebut, maka daerah kabupaten/kota tidak memiliki dasar hukum dan kewenangan untuk melakukan pungutan selain yang diatur didalam peraturan perundang-undangan tersebut. Kota Surakarta dalam upayanya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) tentu saja menjalankan kewenangannya dalam melakukan pungutan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dengan membuat Perda No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Kota Surakarta adalah wilayah otonom dengan status kota di bawah Propinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk jiwa (2010) dan kepadatan /km 2. Kota dengan luas 44 km 2, dan kepadatan /km 2. Dengan kepadatan tersebut maka Kota Surakarta sangat berpotensi menjadi produsen sampah bagi dirinya sendiri terutama sampah rumah tangga. Untuk perlu pengelolaan sampah yang baik agar kebersihan dan kenyamanan tetap terjaga dengan baik. Dalam rangka pelayanan pengelolaan sampah tersebut maka Pemerintah Kota Surakarta menarik retribusi kepada masyarakat. Dalam Pasal Perda Kota 3

5 Surakarta No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah mengatur Pelayanan Persampahan/Kebersihan. 4

6 2. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam suatu penelitian ini dimaksudkan agar permasalahan yang dibahas lebih terfokus, serta untuk mempermudah penulis dalam memecahkan permasalahan yang akan diteliti. Sehingga tujuan dan sasaran bisa dicapai dengan jelas serta mendapatkan hasil yang diharapkan. Untuk itu pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada dokumen-dokumen dan data-data terkait dengan Implementasi Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 tahun 2011 Tentang Retibusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan khususnya Wajib Retribusi pada Sektor Rumah Tangga. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian yang mendasari penelitian ini di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Implementasi Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 tahun 2011 Tentang Retibusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan? 2. Apa hambatan Implementasi Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 tahun 2011 Tentang Retibusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan? 5

7 B. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini diperlukan bagi penelitian hukum terutama bagi penelitian empiris. Lokasi Penelitian harus disesuaikan dengan judul dan permasalahannya (Mukti Fajar ND, 2010 : 170) Lokasi dalam penelitian IMPLEMENTASI PASAL PERDA KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH YANG MENGATUR RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/ KEBERSIHAN ini adalah di kota Surakarta khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta sebagai Leading Sector dari pemberlakuan peraturan daerah tersebut dan menjadi sumber ketersediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian. 2. Jenis Penelitian Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa penelitian hukum sosiologis atau empiris yang mencakup, penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektifitas hukum, (Soerjono Soekanto, 1983 : 51) karena penelitian ini mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di dalam masyarakat. Penelitian ini juga sering disebut sebagai penelitian bekerjanya hukum (law in action) yang mendasarkan pada doktrin para realis Amerika seperti Holmes, yaitu bahwa law is not 6

8 just been logic but experience atau dari Roscou Pound tentang law as tool of social engineering.. (Mukti Fajar ND, 2010 : 47) Untuk itu maka Penulis mengkaji Implementasi Pasal Perda Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah Yang Mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang terjadi di masyarakat Surakarta dalam hal ini penulis mewawancarai pejabat yang berwenang di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta serta masyarakat Kota Surakarta yang memanfaatkan layanan kebersihan/persampahan. 3. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan objek penelitian..(zainuddin Ali, 2011: ) Oleh karenanya Penelitian ini bersifat diskriptif analitis sebab bertujuan menggambarkan Implementasi Pasal Perda Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah Yang Mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. 4. Tehnik Pengumpulan Data Menurut Hadari Nawawi, dalam setiap penelitian, disamping metode yang tepat diperlukan pula kemampuan untuk memilih bahkan menyusun teknik dan alat pengumpul data yang relevan. Kecermatan 7

9 dalam memilih dan menyusun teknik, serta alat pengumpul data berpengaruh pada obyektivitas hasil penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk pengumpulan data dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Data Primer Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab kepada pihak-pihak yang dipandang mengetahui dan memahami obyek yang diteliti, yaitu pejabat yang berwenang di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta dan masyarakat Kota Surakarta yang memanfaatkan layanan kebersihan/persampahan. b. Data Sekunder Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan melalui studi pustaka, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non hukum. Penelusuran bahan-bahan hukum tersebut dapat dilakukan dengan membaca, melihat, mendengar, maupun sekarang banyak dilakukan penelusuran bahan hukum tersebut dengan melalui media internet. (Mukti Fajar ND, 2010:160) 8

10 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Implementasi Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 Tahun 2011 Tentang Retibusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Tinjauan implementasi regulasi terkait dengan kenaikan tarif retribusi pelayanan persampasan/kebersihan penulis berpendapat bahwa petugas pelaksana/implementor dari perda tersebut hanya mengetahui saja tentang regulasi tersebut tetapi tidak memahaminya sehingga dalam sosialisasi kepada masyarakat tidak mampu memberikan pengertian dengan jelas sehingga masyarakat sadar dalam menjalankan regulasi tersebut dengan sukarela sehingga tujuan dari perda tersebut dapat terwujud. Lemahnya pemahaman pelaksana dan sumber daya, derajat perubahan yang diinginkan terlaksana karena terpaksa, serta karakteristik kelembagaan yang tidak memahami betul terkait dengan regulasi dan kepatuhan yang semu dari petugas dan masyarakat apabila dilihat berdasarkan teori dari Grindle maka implementasi kebijakan tersebut tidak tercapai baik itu Isi Kebijakan maupun Konteks Kebijakan. Selanjutnya kita akan melihat dari implementasi penerapan obyek retribusi yang berupa pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah ditemukan ketidakpuasan layanan terhadap masyarakat dan kejelasan dalam pemungutan terhadap obyek retribusi menggambarkan kurang adanya komunikasi yang baik 9

11 antara petugas dengan masyarakat faktor-faktor inilah yang bisa mengakibatkan kegagalan dalam implementasi kebijakan, adapun faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn yaitu: tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial ekonomi dan politik dan sikap aparat pelaksana. Dalam hal ini bahwa tidak dipahaminya tujuan kebijakan baik oleh petugas pelaksana maupun masyarakat dikarenakan terbatasnya sumbersumber kebijakan seperti peraturan pelaksana dalam hal ini Peraturan Walikota tentang pelaksanaan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan lemahnya sumber daya pelaksana sehingga komunikasi yang terbangun kurang harmonis. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Van Horn dan Van Metter bahwa yang terjadi didalam implementasi kebijakan ini adalah belum adanya penerimaan masyarakat karena belum terwujudnya sinkronisasi dari Kondisi sosial dan politik ditengah masyarakat meskipun upaya sosialisasi sudah gencar dilakukan. Penulis melihat bahwa yang menjadi orientasi utama pada implementasi dari perda ini adalah terpenuhinya target yang dibebankan, sedangkan cara dan proses yang diatur dalam perda tersebut banyak yang diabaikan. Secara umum, apabila dilihat dari studi terhadap berbagai dokumen dan pustaka maka implementasi dari Pasal Perda Kota Surakarta 10

12 No. 9 tahun 2011 tentang Retribusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan belum dapat diimplementasikan dengan baik meskipun upaya untuk mencapai tujuan yaitu mendapatkan pemasukan PAD. 2. Hambatan Implementasi Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 Tahun 2011 Tentang Retibusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Ada 2 (dua) pihak yang melakukan pelayanan persampahan/kebersihan, yaitu yang pertama Kelurahan yang memiliki kewenangan terhadap petugas pengambil/pengumpul sampah dari rumahrumah menuju TPS dengan sarana angkut berupa gerobak sampah maupun motor pengangkut sampah. Kemudian yang kedua adalah DKP yang bertugas mengangkut sampah dari TPS menuju TPA dengan menggunakan alat berupa Truck serta melakukan pengelolaan sampah di TPA. Dalam situasi dualisme tersebut apabila terjadi keluhan dari masyarakat pada saat penarikan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan karena petugas sampah tidak melakukan pengambilan/pengumpulan secara rutin maka tidak dapat segera menyelesaikan permasalahan tersebut, apabila kemudian di sarankan untuk menyampaikan keluhannya ke Kelurahan maka sangat terkesan bahwa warga/wajib retribusi (WR) tersebut dilempar-lempar padahal memang demikian kewenangan masing-masing pihak. 11

13 Kekosongan koordinasi dalam penyelesaian keluhan/aduan dari masyarakat ini sering sekali menjadi hambatan dalam penarikan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. Belum terbitnya peraturan Walikota memaksa DKP untuk menafsirkan sendiri kegiatan-kegiatan teknis sebagai panduan/acuan implementasi perda tersebut sehingga sering kali kegiatan tersebut menjadi gagal karena ditolak dengan alasan tidak cukup kuat sebagai dasar pelaksanaan penarikan retribusi, selain itu petugas penari retribusi yang dibebani target tersebut sering sekali bertindak sesuai dengan pertimbangannya sendiri atau tidak sesuai dengan ketentuan dengan tujuan agar target yang dibebankan pada dirinya dapat terpenuhi. Sebagai contoh adalah menetapkan sendiri target tiap-tiap RT dan atau mengikuti ketetapan yang dibuat oleh pengurus PKK di tingkat RT, padahal dalam ketentuan diatur bahwa tarif berdasarkan luas rumah dan tanah, demikian pula apabila dalam 1 (satu) rumah dihuni oleh beberapa Kepala Keluarga (KK) maka semua KK tersebut tetap dipungut padahal obyeknya sama, dari kondisi itulah maka sering kali terjadi penolakan dari masyarakat atau WR. Bahwa dengan jumlah petugas yanga sangat terbatas yaitu 36 Petugas Penarik Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang bertugas di 51 Kelurahan di Surakarta maka sangat dimungkinkan untuk tidak dapat menuntaskan tugasnya, sehingga banyak WR yang terlewat penarikan retribusi ini, banyak petugas justru banyak yang memungut 12

14 perkantoran, rumah, makan maupun hotel, sedangkan WR di Kelurahan atau masyarakat banyak yang terlewatkan, sehingga penarikan retribusi tersebut tidak maksimal, selain itu bahwa masih kurangnya kemampuan petugas memahami tugasnya dengan segala peraturan yang terkait dengan tugas dan fungsinya, sehingga seringkali tidak mampu menjelaskan kepada masyarakat atau WR menjadikan mereka tidak tertagih atau tidak membayar. Masyarakat sebagai WR ternyata sangat beragam, ada sebagian dari mereka yang belum tahu dan mengerti bahwa sudah ada kenaikan tarif retribusi dengan ditetapkannya Perda Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah ini sehingga petugas seringkali membutuhkan waktu yang lama untuk menjelaskan aturan/regulasi baru tersebut, belum lagi apabila ada warga yang masih tetap pada pendiriannya untuk membayar dengan tarif yang lama atau bahkan tidak mau membayar sebelum petugas menunjukkan bukti kenaikan tarif tersebut. Dari empat pendapat tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hambatan dari implementasi perda ini adalah adanya pengaturan kewenangan yang melebihi SOTK, belum adanya Perwali sebagai aturan pelaksana, masih rendahnya sumber daya Petugas Penarik Retibusi dan masih rendahnya pemahaman masyarakat dengan adanya Perda baru tersebut. Beberapa hal yang dilakukan oleh DPK Kota Surakarta untuk menyelesaikan hambatan tersebut, antara lain adalah: 13

15 Melakukan sosialisasi terkait dengan kenaikan tarif sebagaimana ketetapan Perda Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah di Kelurahan-kelurahan dengan harapan informasi tersebut dapat segera diterima oleh masyarakat, namun kadang kala peserta yang diundang oleh Kelurahan dalam sosialisasi tersebut adalah petugas pengambil/pengumpul sampah seharusnya juga melibatkan penguruspengurus PKK ditingkat RT sehingga tidak salah sasaran. Ada upaya lain yaitu Petugas Penarik Retribusi Persampahan/Kebersihan memberikan penjelasan pada ibu-ibu PKK agar dapat disampaikan kepada warga masyarakat yang lain, tetapi kurangnya kemampuan dari petugas dalam memahami dan menjelaskan segala peraturan sehingga dalam hal ini juga menjadi hambatan, dan tidak pernah dilakukan supervisi oleh dinas terhadap WR Sektor Rumah Tangga sulit ditagih atau kurang memahami suatu aturan. D. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi pustaka dari Perda Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah terkhusus pada Pasal tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, peraturan perundangundangan, landasan teori dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: 14

16 a. Implementasi dari Pasal Perda Kota Surakarta No. 9 tahun 2011 tentang Retribusi Daerah yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan belum dapat diimplementasikan dengan baik hanya saja terkait dengan upaya untuk mencapai tujuan penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yaitu mendapatkan pemasukan PAD. b. Hambatan dari implementasi perda ini adalah adanya pengaturan kewenangan yang melebihi SOTK, belum adanya Perwali sebagai aturan pelaksana, masih rendahnya sumber daya Petugas Penarik Retibusi dan masih rendahnya pemahaman masyarakat dengan adanya Perda baru tersebut. Sedangkan upaya yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi dan penjelasan kepada masyarakat dalam hal ini WR terkait dengan kenaikan tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. 15

17 DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU Mukti Fajar ND Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Zainuddin Ali Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 16

Disusun oleh : Setyawan Hesta Rustendi NPM : FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI

Disusun oleh : Setyawan Hesta Rustendi NPM : FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI Judul : PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT PADA PT. ASURANSI RAMA SATRIA WIBAWA SURAKARTA. Disusun oleh : Setyawan Hesta Rustendi NPM : 13101070 FAKULTAS

Lebih terperinci

Kata Kunci : PTPAS, Perempuan Korban Kekerasa

Kata Kunci : PTPAS, Perempuan Korban Kekerasa LAYANAN PELAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK SURAKARTA (PTPAS) DALAM UPAYA PEMENUHAN HAK PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN FISIK DAN SEKSUAL Intan Hadiah Rastiti (kanjengmami8977@yahoo.com) ABSTRAKSI Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK Disusun oleh : Hadi Mustafa NPM : 11100008 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

: TINJAUAN HUKUM DIVERSI PADA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI

: TINJAUAN HUKUM DIVERSI PADA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI Judul : TINJAUAN HUKUM DIVERSI PADA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK (Studi Kasus Penetapan no : 01/Pen.Pid.Diversi/2015/PN.Skt ) Disusun oleh : Sartika Nilasari NPM : 12101096

Lebih terperinci

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. Judul : KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. 13/Pdt.G/2009/PN. Skh Disusun oleh : Rani Permata Sari NPM : 13101115 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Lebih terperinci

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : Premanti NPM : 11102114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola dirinya sendiri. Sebagai administrator penuh, masing-masing daerah harus

Lebih terperinci

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 Disusun oleh : Ade Didik Tri Guntoro NPM : 11100011 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat ini potensi yang ada masih terus digali. Pajak digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat. potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat. potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam menyelenggarakan roda

Lebih terperinci

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara. REALISASI PENDAPATAN PAJAK REKLAME DALAM PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 1998 DI KABUPATEN WONOGIRI (Studi Kasus Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri) TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini pemerintah daerah berusaha untuk mengatur roda kepemerintahannya sendiri yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak diartikan sebagai pungutan yang di lakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.

STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO. STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH Oleh: Agus Budi Wahono Universitas Slamet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu pemasukan tertinggi bagi negara, yang digunakan untuk pembangunan Negara dan mensejahterakan masyarakat. Menurut Undang Undang nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan masyarakat. Dalam ruang lingkup ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional dan paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan mempunyai kedaulatan penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri dari pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah pada tahun 1999, yaitu sejak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah pada tahun 1999, yaitu sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah pada tahun 1999, yaitu sejak diundangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diganti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan peneliatian hukum normatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan peneliatian hukum normatif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Penelitian ini merupakan peneliatian hukum normatif dengan pendekatan konseptual yaitu mencari asas-asas, dan sumber hukum dalam arti filosofis yuridis. Selanjutnya

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBERSIHAN, PASAR DAN PERTAMANAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang memberikan hak kepada setiap warganya untuk ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi dan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat, untuk itu pembangunan harus dipandang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN /KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada kas negara yang diatur sesuai undang- undang. Pemungutan pajak dapat dipaksakan oleh setiap warga negara. Hasil dari pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan yang paling memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kreatifitas pemerintah daerah masing-masing, karena memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi, dan propinsi terdiri atas kabupaten dan kota. Tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, artinya penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi total di seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia telah menciptakan suatu kehidupan masyarakat madani, menculnya suatu sistem pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Dari kegiatan pemetaan Perda dan pelaksanaan survey persepsi terhadap 900 UMKM yang dilakukan di 10 Kabupaten/Kota dapat disimpulkan hal-hal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan stabilitas politik dan kesatuan bangsa, maka pemberian otonomi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan stabilitas politik dan kesatuan bangsa, maka pemberian otonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, Perguruan Tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, untuk mewujudkan tujuan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan sebuah negara memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua potensi

Lebih terperinci

Perda Kab. Belitung No. 15 Tahun

Perda Kab. Belitung No. 15 Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/ KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia wilayahnya terbagi menjadi daerah propinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang satu sama lain berdiri sendiri. Di daerah kabupaten dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemungutan serta pengelolaan pajak dibagi menjadi dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah suatu pajak yang dikelola dan dipungut oleh Negara,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/ KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. No.274, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian dan penegakan hukum yang tepat dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu. Terjadinya peredaran rokok ilegal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman yang diikuti dengan adanya perubahan otonomi daerah, telah merubah paradigma penyelenggaraan pemerintah di daerah mengenai kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu daerah dalam pembangunan nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2005-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata - 1

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah diperlukan penerimaan keuangan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan

Lebih terperinci

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN /KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN /KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN /KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan Retribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri namun pula tetap tidak bisa hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1 Untuk mendapatkan data dan. menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1 Untuk mendapatkan data dan. menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut: 29 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang akan digunakan untuk mendapatkan suatu data dari obyek penelitian, dan kemudian data tersebut diolah untuk mendapatkan data yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal

Lebih terperinci

ANALYSIS OF EFFECTIVESS AND EFFICIENCY, OF THE HOTEL TAXES AND RETRIBUSI FOR CLEANING AS A SOURCE OF RECEIPT INCOME PAD KEDIRI CITY

ANALYSIS OF EFFECTIVESS AND EFFICIENCY, OF THE HOTEL TAXES AND RETRIBUSI FOR CLEANING AS A SOURCE OF RECEIPT INCOME PAD KEDIRI CITY JURNAL ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI, PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN RETRIBUSI KEBERSIHAN SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN 2013-2015 ANALYSIS OF EFFECTIVESS AND EFFICIENCY,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di berbagai sektor. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1. Penelitian lapangan Penelitian lapangan di lakukan secara langsung di lokasi penelitian yang bertujuan untuk memperoleh semua data, materi, dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terwujudnya masyarakat yang Adil, makmur dan merata berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah tujuan yang menjadi idaman masyarakat setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah berlaku secara efektif sejak awal Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR : 8 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR : 8 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR : 8 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, Perguruan Tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan tertata dalam mengelola daerahnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan tertata dalam mengelola daerahnya. 1 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak daerah yang berusaha untuk menata dan mengatur daerahnya sendiri sesuai dengan kebijakan otonomi daerah yang diberlakukan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA. sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak

BAB I PE DAHULUA. sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak 1 BAB I PE DAHULUA A. Latar Belakang Masalah Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 6 TAHUN 2006 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan PAJAK HOTEL PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2010 2010 PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK HOTEL ABSTRAK : bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. empiris, yang mencakup, penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis)

BAB III METODE PENELITIAN. empiris, yang mencakup, penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis atau empiris, yang mencakup, penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh : NI AM SYIFAUL JINAN NIM. L2D 004 338 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa retribusi Pelayanan Persampahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 48 TAHUN 2016

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 48 TAHUN 2016 WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATAKELOLA RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 97 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 97 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 97 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

Lebih terperinci

toko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro.

toko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pada tahun 2014 APBD Kabupaten Berau menganut anggaran surplus / defisit. Realisasi anggaran Pemerintah Kabupaten Berau dapat terlihat dalam tabel berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dan cita-cita Negara Indonesia yang tercantum dalam. adalah untuk melaksanakan pembangunan yang dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dan cita-cita Negara Indonesia yang tercantum dalam. adalah untuk melaksanakan pembangunan yang dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu tujuan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di suatu daerah diciptakan untuk membangun masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di suatu daerah diciptakan untuk membangun masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan di suatu daerah diciptakan untuk membangun masyarakat seutuhnya, diharapkan pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi

Lebih terperinci