JURNAL Smart PAUD. Vol. 1, No.2, Juli 2018, p-issn , e-issn

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL Smart PAUD. Vol. 1, No.2, Juli 2018, p-issn , e-issn"

Transkripsi

1 JURNAL Smart PAUD Vol. 1, No.2, Juli 2018, p-issn , e-issn EFEKTIVITAS POLA PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL NOSARARA NOSABATUTU ANAK Andi Agusniatih 1) *, Sitti Supiati 1) 1 Jurusan PG-PAUD, Universitas Tadulako, Jln. Soekarno Hatta, Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia * Korespondensi Penulis. andiagusniatih@gmail.com, Telp: Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pola asuh orang tua terhadap keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu di Kota Palu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Expost Facto. Populasi penelitian ini adalah seluruh Taman Kanak-Kanak (TK) yang ada diwilayah kota Palu dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data pengujian hipotesis menggunakan analisis varians satu jalur. Tekhnik analisis data menggunakan analisis statisik deskriptif dan analisis inferensial dengan observasi dan angket. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa diantara ketiga pola pengasuhan yakni pola pengasuhan orang tua demokratis rata-rata perolehan keterampilan sosialnya mencapai 69,0370, rata-rata perolehan pola pengasuhan otoriter mencapai 54,3061, pola pengasuhan permisif rata-rata 64,3404. Dari ketiga pola asuh yang paling efektif mendukung keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu adalah pola pengasuhan demokratis Kata kunci: Keterampilan sosial, pola asuh orang tua, anak THE EFFECTIVENESS OF THE PARENTING PATTERNS PARENTS TOWARDS THE CHILD'S SOCIAL SKILLS NOSARARA NOSABATUTU Abstract This research aims to know the effectiveness of parenting parents against social skills Nosarara Nosabatutu in the town of Palu. This research uses a quantitative approach to the type of research the Expost Facto. The population of this research is the entire kindergarten (TK) that there is a relic in the town of Palu with cluster random sampling techniques. Data collection techniques of hypothesis testing using analysis of variance of one line. Engineering data analysis using descriptive analysis ' and inferensial analysis with observation and question form. Based on the analysis of data obtained results that among these three patterns of caregiving caregiving patterns i.e. Democratic parents average social skills acquisition reached , the average earnings of authoritarian parenting pattern reaches , patterns permissive parenting average The three most effective parenting support social skills Nosarara Nosabatutu is a pattern of democratic parenting Keywords: Social skills, parenting parents, children PENDAHULUAN Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia membutuhkan satu sama lain. Manusia hidup adalah untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi antar manusia memerlukan keterampilan, salah satunya adalah keterampilan sosial. Keterampilan sosial menurut Rogers (1995: 64) adalah kemampuan anak untuk mengelolah lingkungannya di dalam bekerjasama, tolong-menolong, berbagi dan sukses memecahkan masalah sosial. Hampir sama dengan Morrison (2012) bahwa keterampilan sosial adalah perilaku yang diperlihatkan anak dalam kehidupan sehari-hari yakni mencakup bergaul dan bekerjasama dengan orang lain, mempelajari dan menggunakan tata krama. Johnson and Johnson (1999: 82-84) juga mendefinisikan bahwa keterampilan sosial merupakan pengetahuan keterampilan antar pribadi, kemampuan untuk membangun hubungan dan menjaga hubungan yang positif 169

2 dengan orang lain, sikap, motivasi orang lain tentang apa yang dikatakan dan dilakukannya, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif, serta kemampuan membangun hubungan yang efektif dan kooperatif. Hargie (2006: 1-12) mengutip beberapa definisi dari para ahli mengenai pengertian keterampilan sosial antara lain: 1) Combs adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat bermanfaat secara pribadi, bermanfaat secara bersama atau dapat bermanfaat bagi orang lain, 2) Rinn dan Markl mengatakan keterampilan sosial sebagai daftar yang bermuatan perilaku lisan dan non lisan, 3) Senada dengan Wilkinson keterampilan sosial adalah perilaku lisan dan non lisan, yakni sarana dimana orang berkomunikasi dengan orang lain, dan mereka membuat unsur dasar dari keterampilan sosial, 4) Sergin dan Dillard bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk mencapai sasaran dalam berhubungan dengan orang lain, yang efisien dan tepat. Keterampilan sosial tersebut didefinisikan terkait dengan unit perilaku yang dapat diidentifikasikan/diperlihatkan oleh individu. Keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu yang merupakan konsep filosofis masyarakat Kota Palu (masyarakat suku Kaili), yang memiliki arti Bersama-sama bersatu dalam persaudaraan menuju keberhasilan, telah lama mewarnai kehidupan masyarakat Kota Palu. Itulah gambaran kebersamaan untuk mencapai tujuan keberhasilan, yang sebaiknya ditanamkan sejak anak usia dini dimana tujuan utama adalah memperbaiki kehidupan masyarakat dengan menghilangkan penderitaan mereka sehingga mencapai kemakmuran. Namun seiring dinamika waktu dan perkembangan zaman, filosofis ini juga mulai tergerus, sehingga kurang dipahami dan dihayati oleh masyarakat khususnya generasi muda. Nosarara Nosabatutu adalah semboyan dalam dialek Kaili (bahasa suku kaili), salah satu suku yang ada di wilayah Palu yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semboyan ini merupakan petuah bagi seluruh masyarakat Kota Palu, yang diikrarkan bersama dengan pemerintah Kota Palu pada tanggal 7 Juni 2007 dengan melibatkan berbagai Stakeholders dan organisasi kemasyarakatan. Semboyan ini diikrarkan bagi keberlangsungan pengembangan nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat Kota Palu. Keterampilan sosial yang mengacu pada kearifan lokal Nosarara Nosabatutu merupakan perilaku yang diperlihatkan anak dalam kehidupan sehari-hari yakni mencakup bergaul dan bekerjasama dengan orang lain, mempelajari dan menggunakan tata krama merupakan keterampilan sosial yang sangat penting dimana selain bermanfaat bagi diri sendiri, bermanfaat secara bersama-sama juga bermanfaat bagi orang lain. Fakta membuktikan berbagai bentuk krisis sosial khususnya di Kota Palu masih kerap terjadi, seperti: kemiskinan, kurang disiplin, kurang empati terhadap masalah sosial, kurang efektif dalam berkomunikasi, bentuk perilaku kekerasan, pemaksaan kehendak, konflik antar kelompok, dan konflik antar keluarga. Hal ini menjadi cerminan masih buruknya keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu yang dimiliki oleh masyarakat Kota Palu. Karakteristik sosial anak yang akan diteliti adalah anak usia 4-6 tahun. Usia ini merupakan masa golden age, masa ini adalah masa yang penting dalam membentuk intelegensi, kepribadian dan perilaku sosial anak. Menurut Jamaris (2005: 40) usia 4-6 tahun sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan sudah dapat menerima peraturan dan disiplin. Sedangkan Bandura dalam Salkind (2007: 304-6), periode ini juga dikenal sebagai usia meniru, seperti meniru pembicaraan atau tindakan yang dilihatnya, baik yang sesuai norma ataupun terkadang meniru sesuatu tingkah laku buruk yang tidak pantas dilakukan. Lingkungan sangat mempengaruhi keterampilan sosial anak. Berdasarkan pandangan Behaviorisme dalam Salkind (2007: 284), anak belajar karena ada penguatan (reonforcement) sebagai efek imbalan (reward) dan hukuman (punishment), sebagai bentuk penekanan agar perilaku buruk tidak dilakukan lagi. Perilaku yang disetujui akan cenderung membuat anak mengulangi lagi. Pengulangan yang dilakukan secara konsisten atau pembiasaan dapat terinternalisasi dalam diri anak hingga dewasa. Sepakat dengan ide Behaviorisme, Bandura dalam Jamaris (2010: 153) menekankan peran model dalam berperilaku. Anak-anak belajar menolong karena melihat contoh atau model yang diperlihatkan oleh orang-orang yang berada dilingkungannya. 170

3 Vygotsky dalam Jamaris (2010: 212) seseorang psikolog Rusia menggulirkan teori sosio kultural yang terkenal sampai saat ini. Ia mengatakan bahwa pembelajaran terjadi ketika anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Anak tidak bisa mengerjakan tugasnya seorang diri tetapi membutuhkan bantuan teman atau orang dewasa yang kompeten. Vygotsky menggunakan perancah (scaffolding) untuk memberikan dukungan kepada anak agar mampu menyelesaikan tugasnya. Dukungan itu kemudian dihilangkan jika anak sudah bisa dilepas sendiri dalam menyelesaikan tugas tersebut. Konsep yang disampaikan Vygotsky ini mengedepankan kerjasama antar sesama anak dan orang dewasa yang ada disekelilingnya. Aspek bekerjasama dan saling membantu membuat anak-anak bisa meningkatkan kemampuan semaksimal mungkin yang bisa ia capai. Oleh karena itu, pada usia berapapun, anak bisa berinteraksi dengan teman sebaya atau orang dewasa yang berada di dekatnya. Interaksi, kerjasama dan saling membantu ini memungkinkan keterampilan sosial semakin berkembang pada usia dini khususnya usia 4-6 tahun. Berbeda dengan Vygotsky, Piaget dalam Salkind (2007: 190) justru memandang bahwa anak berusia empat sampai tujuh tahun belum terlalu mengerti tentang perilaku prososial. Kecenderungan berpikir egosentrisme di masa ini membuat mereka tidak biasa membedakan perspektif orang lain. Apapun yang ada disekitarnya menjadi miliknya sendiri. Ketika bermainpun mereka akan bermain secara sendiri-sendiri meski berada dilingkungan yang sama dengan teman-temannya. Anak-anak yang berada dalam tahap praoprasional ini seringkali menafsirkan sesuatu dengan merujuk pada dirinya sendiri. Pandangan Piaget ini dimaklumi karena memang fokus utama pengkajian teorinya bertitik tekan pada aspek kognitif, bukan pada aspek sosial. Meskipun demikian, Piaget beranggapan bahwa semua anak mengalami urutan perkembangan yang sama, tetapi mengalami kecepatan yang berbeda. Perbedaan tersebut memungkinkan orang tua dan guru membuat strategi pendekatan pembelajaran dan penilaian berdasarkan sudut perjalanan perkembangan anak itu sendiri. Piaget percaya bahwa perkembangan kognitif berkembang lebih dahulu. Kemampuan kognitif ini kemudian menentukan kemampuan anak-anak bernalar dalam situasi sosial. Anakanak berada dalam tahap praoprasional belum mampu berprilaku sosial, seperti berinteraksi dengan bekerjasama dan saling menolong karena memang kemampuan penalaran moral dan sosialnya belum mencapai ke arah itu. Pada usia enam tahun anak-anak sudah bisa mengetahui aturan yang disebut dengan moralitas heteronom. Meskipun sampai usia 10 tahun anak tidak bersungguh-sungguh dalam mentaatinya. Mereka sekedar tahu, bahwa ada aturan yang harus ditaati dan siapa yang melanggar akan dikenai sanksi. Aturan tersebut dibuat secara absolut oleh orang lain yang memiliki otoritas, seperti orang tua atau guru di sekolah. Pengkajian utama pada aspek sosial dilakukan oleh Erikson dalam Salkind (2007: 190) dengan teorinya yang terkenal dengan teori psikososial. Menurutnya anak usia 3-6 tahun berada dalam krisis psikososial inisiatif vs rasa bersalah. Kemampuannya ini menyebabkan munculnya inisiatif-inisiatif yang semakin besar. Jika perilaku ini dikecam dan dilarang, maka anak akan merasa bersalah dan cenderung untuk tidak mau melakukan perbuatan yang mengarah pada perilaku sosial tersebut. Dorongandorongan alami anak untuk berinsiatif ini akan menghilang bahkan sampai mereka berusia dewasa. Berdasarkan pandangan Behaviorisme dalam Jamaris (2010: 153) bahwa anak usia dini tidak bisa dengan sendirinya mengembangkan kemampuan sosialnya, melainkan membutuhkan keteladan orang dewasa dan pembiasaan seharihari dalam pembentukan perilaku sosialnya. Anak dapat dibentuk, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuknya. Oleh sebab itu, apakah anak akan menjadi pelukis, atau menjadi dokter,dll, sangat ditentukan oleh lingkungannya, yaitu orangorang yang mendidik dan mengarahkan perkembangan anak, sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Senada dengan Santrock (2008: 56) bahwa perkembangan anak khususnya anak usia dini dipengaruhi oleh lingkungan di mana anak tinggal dan pengalaman yang didapatkan dari hubungan dengan lingkungannya. Faktor keluarga adalah lingkungan pertama yang bertanggung jawab mengarahkan dan 171

4 membimbing terhadap pendidikan dan pengetahuan anaknya. Pelaksanaannya terjadi secara informal, karena secara langsung anak memperoleh, baik secara sadar maupun tidak, sikap dan kebiasaan orang tua dilihat, dinilai dan ditiru oleh anak yang kemudian menjadi kebiasaan pada diri anak. Hal ini terjadi disebabkan anak mengidentifikasi orang tua sebelum mengidentifikasi orang lain. Keluarga merupakan primary group bagi anak dan merupakan lingkungan sosial pertama, tempat anak berkembang sebagai mahluk sosial. Kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dipelajari dan dikembangkan pertama dalam lingkungan keluarga dengan bimbingan dan arahan dari orang tua, menjadi landasan bagi anak untuk melakukan penyusaian, dengan orang lain diluar lingkungan keluarga, baik dengan teman sebaya, maupun orang dewasa lainnya. Pada interaksi sosial dengan orang tua, anak memperoleh bekal yang memungkinkan menjadi anggota masyarakat yang baik. Sesuai yang dikatakan oleh Dewantara (1977: 28) bahwa masa kanak-kanak pendidikan yang diberikan adalah memberi contoh dan pembiasaan. Freud dalam Crain (2007: ) sejak masa kanak-kanak awal, orang tua melatih anak bertindak dengan cara benar secara sosial. Orang tua melatih anak menggunakan toilet, melatih anak untuk makan, minum, mandi sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial sangat dibutuhkan oleh anak, khususnya anak usia dini, di mana anak usia ini mudah menyerap segala pelajaran dengan baik. Apabila dilihat dari segi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan hidup. Sebagai sistem sosial, keluarga terdiri ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih dan hubungan antar pribadi, kerjasama, disiplin dan perilaku baik. Sebagai figur yang paling banyak dekat dengan anak, orang tua tidak hanya berperan dalam mengajarkan keterampilan sosial secara langsung pada anak, tetapi juga berperan dalam pembentukan hubungan dengan lingkungan, terutama dengan teman sebaya. Anak tidak mungkin bisa belajar bergaul, bila lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri. Semakin banyak dan bervariasi lingkungan bergaulnya, semakin banyak hal-hal yang bisa di pelajari anak sebagai bekal keterampilan sosialnya. Dengan demikian, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penerapan keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu anak. Erikson (2008: 29) bahwa perlakuan termasuk dalam hal ini bentuk pengasuhan orang tua yang diberikan kepada anak memiliki efek jangka panjang pada perkembangan sosial anak hingga dewasa. Apa yang diperoleh dari orang tua akan menjadi pengalaman awal anak yang akan mempengaruhi kepribadian anak selanjutnya. Peran orang tua dalam mengasuh, membimbing, mendidik, mengawasi, memberi perhatian, dan contoh yang baik kepada anak akan berdampak pada perkembangan kepribadian sosial anak. Masih rendahnya pemahaman keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu yang dimiliki anak tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor yang diperkirakan turut mempengaruhi, diantaranya pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua kepada anaknya. Beberapa model pola asuh orang tua juga dapat meningkatkan keterampilan sosial pada peserta didik. Pola asuh orang tua secara harfiah mempunyai maksud pola interaksi antara orang tua dan anak. Pola interaksi ini meliputi, bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berhubungan dengan anak. Tipe atau bentuk pola asuh orang tua untuk mendidik anakanaknya sangat bermacam-macam dan bervariasi. Dewantara (1977: 374) pola pengasuhan orang tua ditinjau dalam konteks pendidikan, yakni momong, among, dan ngemong yang dapat dilakukan pemberian contoh dan pembiasaan sesuai dengan perkembangan umur anak. Pengasuhan yang benar, harus didasari oleh kasih sayang dan kemesraan, serta penerimaan anak sesuai dengan kemampuannya. Menurutnya, di dalam pendidikan atau pengasuhan anak harus dijauhkan dari unsurunsur pemaksaan. Pengasuhan orang tua sering dikonseptualisasikan sebagai suatu interaksi antara dua dimensi perilaku orang tua. Pertama, berkenaan dengan hubungan emosionalnya antara orang tua dengan anak. Mulai dari sikap penerimaan hingga sikap penolakan terhadap anak. Kedua, cara orang tua dalam mengontrol perilaku anaknya, meliputi kontrol orang tua yang bersifat membatasi atau sama sekali tidak ada pembatasan perilaku anak. 172

5 Tiga pola pengasuhan menurut Santrock (2008: 91-92) yakni: 1) pengasuhan autoritatif adalah pola pengasuhan yang mendorong anaknya untuk menjadi independen tetapi masih membatasi dan mengontrol tindakan anaknya. Anak yang orang tuanya autoritatif seringkali berperilaku kompeten secara sosial. Mereka cenderung mandiri, tidak cepat puas, gaul, dan memperlihatkan harga diri yang tinggi. 2) Pola pengasuhan permisif adalah pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anaknya, tapi tidak banyak memberi batasan atau kekangan pada perilaku mereka. Hasilnya adalah anak tidak belajar untuk mengontrol perilakunya sendiri. Orang tua ini tidak memperhatikan seluruh aspek perkembangan si anak. 3) Pola pengasuhan otoriter adalah pengasuhan yang bersifat membatasi dan menghukum. Orang tua yang otoriter memerintahkan anak untuk mengikuti petunjuk mereka dan menghormati mereka. Orang tua membatasi dan mengontrol anak mereka dan tidak mengizinkan anak banyak cakap. Setiap orang tua memiliki cara atau pola pengasuhan tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola pengasuhan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut tentu berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya, ada yang menerapkan pola pengasuhan autoritatif, dan ada yang menerapkan pola pengasuhan permisif dan otoriter. Pola pengasuhan orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Kebanyakan dalam kehidupan seharihari orang tua menggunakan kombinasi dari ke semua pola asuh yang ada, akan tetapi ada jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan daripada pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu. Mengingat pentingnya keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu bagi peserta didik, maka diperlukan pola asuh yang efektif yang mampu mengembangkan nilai-nilai dan keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu anak. Mencermati kajian diatas, penulis melakukan penelitian dan mengkaji aspek ini khususnya pada anak usia dini. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian efektivitas pola pengasuhan terhadap keterampilan sosial nosarara nosabatutu anak pada kelompok B Taman Kanak-Kanak di Kota Palu Sulawesi Tengah. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Palu Sulawesi Tengah. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada tahun Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Jenis ini yaitu penelitian expost facto atau kausal komparatif yang menguraikan pengaruh antara suatu variabel dengan variabel lain. Variabel bebas adalah pola asuh dan variabel terikat adalah keterampilan sosial. Pengujian hipotesis menggunakan analisis varians satu jalur. Tekhnik analisis data menggunakan analisis statisik deskriptif dan analisis inferensial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pola pengasuhan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan sosial anak. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Hasil keterampilan sosial anak untuk kelompok anak yang memiliki pola demokratis lebih tinggi dari kelompok gaya pengasuhan orang tua kategori permisif Rata-rata perolehan anak dari pola pengasuhan demokratis mencapai 69,0370 lebih tinggi dari pada anak dari gaya pengasuhan permisif yakni 64,3404. Hal ini didasarkan karena anak dari gaya pengasuhan autoritatif menurut Baumrind lebih kompoten secara sosial, senang bergaul dan berteman, senang bermain bersama,senang mengerjakan tugas bersama-sama, suka menolong orang dan bertanggung jawab. Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang demokratis, cenderung menjadi mandiri dan matang dalam interaksi sosial, sedangkan anak dari gaya pengasuhan permisif kurang kompoten secara sosial, senang menjalin kontak dengan teman sebayanya hanya saja sulit menyusaikan diri secara sosial, cenderung kurang kontrol diri, senang menganggu dan merampas permaianan temannya dan bertindak sekehendak hatinya. Hasil penelitian ini menunjukkan, ratarata perolehan keterampilan sosial untuk kelompok anak yang memiliki gaya pengasuhan orang tua dengan kategori demokratis, lebih tinggi dari kelompok gaya pengasuhan orang tua 173

6 kategori permisif.dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anak dari pola pengasuhan orang tua demokratis lebih efektif dalam mendukung keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu, dibanding anak dari pola pengasuhan permisif 2. Hasil keterampilan sosial anak untuk kelompok anak yang memiliki pola demokratis lebih tinggi dari kelompok pola pengasuhan orang tua kategori otoriter Hal ini terlihat dari rata-rata perolehan keterampilan sosial anak dari gaya pengasuhan demokratis mencapai 69,0370 lebih tinggi dari pada pola pengasuhan otoriter yakni 54,3061. Hal ini didasarkan karena pola pengasuhan yang demokratis, memiliki karakteristik yang lebih efektif mendukung keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu. Anak dengan gaya pengasuhan demokratis memiliki ciri-ciri, mudah menyusaikan diri, mandiri, bertanggung jawab, empati, simpati pada temannya, dan sopan dalam berkomunikasi. Karakteristik yang demikian, maka akan lebih efektif dalam mendukung keterampilan sosial seperti berempati, simpati, mengontrol diri, kerjasama dan bertanggung jawab, yang akan membentuk anak menjadi anak yang berkepribadian sosial yang lebih baik. Anak dengan gaya pengasuhan otoriter cenderung kurang efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial anak. Anak yang memiliki gaya pengasuhan otoriter dimungkinkan akan meningkat keterampilan sosialnya, apabila anak mendapat kesempatan dari orangtuanya untuk bermain bersama dengan teman sebayanya. Melalui bermain anak dapat belajar dan mendapatkan pengalaman dari temannya, bagaimana bekerjasama, berkomunikasi, berempati, saling tolong menolong dan mengontrol diri. 3. Hasil keterampilan sosial anak untuk kelompok anak yang memiliki pola permisiflebih tinggi dari kelompok pola pengasuhan orang tua kategori otoriter Hal ini terlihat dari rata-rata perolehan keterampilan sosial anak dari gaya pengasuhan permisifmencapai 64,3404 lebih tinggi dari pada pola pengasuhan otoriter yakni 54,3061. Hal ini didasarkan pola pengasuhan permisif dimana orang tua memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk bersosialisasi atau bermain bersama dengan teman sebayanya tanpa batas, walaupun kurang diterima keberadaannya oleh temannya karena sering mengganggu, berteriak dalam kelas dan egois atau merampas barang milik temannya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu melalui kegiatan pembelajaran dikelas yang diberikan oleh gurunya,lama kelamaan karakteristik yang dimiliki oleh anak tersebut semaking hari semaking berkurang. Berbeda dengan anak dari pola pengasuhan otoriter, dengan karakteristik yang dimiliki kurang berani, pemalu karena kekangan orang tua yang tidak memberi izin bermain, sehingga anak dari kelompok pengasuhan otoriter kurang senang bermain, bekerjasama dengan anak yang lain. Anak dengan pola pengasuhan otoriter cenderung kurang efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial nosarara nosabatutu anak. Anak yang memiliki gaya pengasuhan otoriter dimungkinkan akan meningkat keterampilan sosialnya, apabila anak sering mendapat kesempatan dari orangtuanya untuk bersosialisasi dan bermain bersama dengan teman sebayanya. Anak dapat belajar dan mendapatkan pengalaman dari temannya melalui kegiatan bermain, seperti: bekerjasama, berkomunikasi, berempati, bersimpati dan mengontrol diri SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Terdapat perbedaan keterampilan sosial anak untuk kelompok anak pola pengasuhan demokratis dengan pola pengasuhan permisif. Terbukti rata-rata perolehan keterampilan sosial dari pengasuhan demokratis lebih tinggi dari pola pengasuhan permisif, sehingga pola pengasuhan demokratis lebih efektif mendukung keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu dari pada pola pengasuhan anak permisif. 2. Terdapat pebedaan keterampilan sosial anak untuk kelompok anak yang memiliki pola demokratis, lebih tinggi dari kelompok gaya pengasuhan orang tua kategori otoriter. Terbukti rata-rata perolehan keterampilan sosial dari pengasuhan demokratis lebih tinggi dari pola pengasuhan otoriter, sehingga pola pengasuhan demokratis lebih 174

7 efektif mendukung keterampilan sosial Nosarara Nosabatutu dari pada pola pengasuhan otoriter. 3. Terdapat pebedaan keterampilan sosial anak untuk kelompok anak yang memiliki pola permisif, lebih tinggi dari kelompok gaya pengasuhan orang tua kategori otoriter. Terbukti rata-rata perolehan keterampilan sosial dari pengasuhan permisif lebih tinggi dari pola pengasuhan otoriter, sehingga anak dari pola pengasuhan demokratis lebih efektif mendukung keterampilan sosial NosararaNosabatutu dari pada pola pengasuhan otoriter. Saran Terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan adalah: 1. Kepada orang tua anak diharapkan : a) Dapat meningkatkan kualitas pengasuhannya dengan menerapkan tipe pengasuhan autoritaif, pengasuhan tipe demokratis terbukti dapat membentuk anak lebih kompoten secara sosial di dalam berempati, bersimpati, bekerjasama, berkomunikasi yang sopan; b). Dapat bekerjasama dengan semua anggota keluarga, agar menjadi contoh dan tauladan yang baik, sehingga anak memperoleh bekal yang memungkinkan menjadi anggota masyarakat yang baik. 2. Kepada kepala sekolah diharapkan, dapat memfasilitasi kerjasama semua elemen yang terkait dengan anak yakni guru, staf administrasi, pembantu sekolah serta orang tua murid, agar semua elemen ini dapat menjadi role model yang baik, dan dapat melakukan intensitas komunikasi dan kerjasama yang baik dalam menangani perkembangan keterampilan sosial nosarara nosabatutu anak. 3. Kepada para peneliti, diharapkan: a). Melakukan kajian yang mendalam apabila berminat melakukan penelitian dibidang ini, penelitian ini memiliki keterbatasan, masih banyak kemampuan keterampilan sosial yang belum digali dan dilaksanakan, hanya terfokus pada kemampuan anak dalam berempati, bersimpati, bekerjasama, berkomunikasi; b). Kepada para peneliti yang berminat melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan penelitian tindakan, agar dapat diketahui model mana yang paling efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial. DAFTAR PUSTAKA Crain,William Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dewantara, K. H Karya Kihajar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa. Erikson, Erik Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Hargie, Owen Social Skills In Interpersonal Communication Third Edition. British: British Library In Publication Data. Jamaris, Martini Orentasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Penamas Murni. Johnson, W. David, Johnson, T. Roger Learning Together and Alone, Cooperative, Competitive, and Indivudualistic Learning. Third Edition. Massachusets: Allyn and Bacon Publisher. Morrison, S George Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta, Indeks. Lwin, May et, al How to Multiply your Child,s Intelligence, alih Bahasa Cristine Sujana. Yogyakarta, Indeks. Rogers, S Cosby. and Janet K. Sawyers Play In The Lives Of Children. Washington, DC: Printed The United States of America. Salkind, J Neil Teori-Teori Perkembangan Manusia: Sejarah Kemunculan, Konsepsi Dasar, Analisis Komparatif, dan Aflikasi. Bandung: Nusamedia. Santrock, W. John Masa Perkembangan Anak, Edisi ke 11. Jakarta: Salemba Humanika Psikologi Pendidikan, Edisi kedua. Jakarta: Kencana. 175

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG Irma Rostiani, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Anak untuk Bersekolah HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu usia 0-6 tahun yang mempunyai karakterikstik yang unik. Pada usia tersebut anak sedang menjalani pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi: HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan masa yang menyenangkan, karena sebagian besar waktunya untuk bermain. Anak dapat berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia enam tahun melalui pemberian rangsangan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA Lita Afrisia (Litalee22@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The research objective was to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN MORAL PADA REMAJA oleh: Triana Noor Edwina D.S, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan dan merupakan usia emas dalam proses perkembangan anak. Apabila pada masa tersebut anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY) PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY) A. Profil Singkat Vygotsky Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia ini anak mempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya. Menurut Yusuf (2003),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi sebagian besar orang, Taman kanak-kanak (TK) merupakan sebuah jenjang pendidikan awal bagi anak sebelum mereka memasuki sekolah dasar (SD). Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

POLA PERLAKUAN ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU ANAK USIA DINI DI KELURAHAN PISANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

POLA PERLAKUAN ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU ANAK USIA DINI DI KELURAHAN PISANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL POLA PERLAKUAN ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU ANAK USIA DINI DI KELURAHAN PISANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL Mitra Wahyuni 10060121 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan dari Allah SWT, karena Allah telah memberi amanah kita untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya. Oleh karena itu, setiap orang tua bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL, KABUPATEN BANTUL ARTIKEL JURNAL

UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL, KABUPATEN BANTUL ARTIKEL JURNAL UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL, KABUPATEN BANTUL ARTIKEL JURNAL Oleh : Andita Fitriana NIM 09101241017 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari keseluruhan populasi, Sensus Penduduk 2000). Gutama (dalam Dharmawan, 2006) mengatakan bahwa anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama merupakan faktor penting yang dapat membimbing manusia agar berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran agama yang dianut

Lebih terperinci

Abstrak. Hubungan Tingkat Pendapatan (Vera Widyastuti)1. Oleh : Vera Widyastuti, Universitas Negeri Yogyakarta,

Abstrak. Hubungan Tingkat Pendapatan (Vera Widyastuti)1. Oleh : Vera Widyastuti, Universitas Negeri Yogyakarta, Hubungan Tingkat Pendapatan (Vera Widyastuti)1 HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SMK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup ini tidak selalu bersifat positif, ada beberapa pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses dalam rangka memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1 1 PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU Zulfitri 1 ABSTRAK Permasalah pokok dalam penelitian ini adalah perkembangan moral anak belum berkembang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak prasekolah merupakan anak usia dini dimana anak belum menginjak masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6 tahun. Pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus wajib mengikuti jenjang pendidikan baik jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I. pendidikan informal dalam rangka pembentukan nilai-nilai, sopan santun, (1991) bahwa keluarga, yakni orangtua merupakan sumber pengasuhan dan

BAB I. pendidikan informal dalam rangka pembentukan nilai-nilai, sopan santun, (1991) bahwa keluarga, yakni orangtua merupakan sumber pengasuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak lahir hingga menjelang usia sekolah, anak menghabiskan banyak waktunya bersama keluarga. Bowlby (1966) menekankan bahwa pada tahuntahun awal kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun 1. Pengertian hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun Perilaku sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini dalam perjalanan umur manusia merupakan periode penting bagi pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lain.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG Pendidikan adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia, sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam pasal 1, butir 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Realitas perubahan zaman yang terus bergerak dinamis menjelaskan tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup signifikan dalam hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang saling bergantung dengan manusia yang lainnya sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi yang diawali dengan perubahan biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja ditandai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Perilaku Sosial Anak 2.1.1) Pengertian Perilaku Sosial Anak Hakikat manusia adalah mahluk sosial yang selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2)

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2) 4 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Perilaku Tanggung Jawab Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2) Dalam bukunya melatih anak bertanggung jawab, arti tanggung jawab adalah mengambil

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Anindhita Prameswari Jl. Kuta V Blok D6 no.21 Kompleks Graha Cinere, Depok Efi Afifah ABSTRAK

Anindhita Prameswari Jl. Kuta V Blok D6 no.21 Kompleks Graha Cinere, Depok Efi Afifah ABSTRAK PERBEDAAN PERKEMBANGAN SOSIO- EMOSIONAL ANAK ANTARA KETERLIBATAN ORANGTUA DENGAN POSITIF BELIEF DAN KETERLIBATAN ORANGTUA DENGAN NEGATIF BELIEF DI PAUD BAITURRAHMAH Anindhita Prameswari Jl. Kuta V Blok

Lebih terperinci

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai Teori Psikososial, Erik Erikson ( 1902-1994 ) Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai manusia tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban

Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban Correlated between Education in Playgroup with Childern Emotional Growth in Hidayah Kindergarten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, menyebutkan bahwa jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya

Lebih terperinci

MENGGAMBARKAN MANFAAT PROGRAM PARENTING MENURUT ORANG TUA DI KECAMATAN LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN

MENGGAMBARKAN MANFAAT PROGRAM PARENTING MENURUT ORANG TUA DI KECAMATAN LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN MENGGAMBARKAN MANFAAT PROGRAM PARENTING MENURUT ORANG TUA DI KECAMATAN LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN SPEKTRUM PLS Jurnal Pendidikan Luar Sekolah http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/ Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas dan kewajiban orang tua bukan hanya memberikan kewajiban secara jasmani anak melainkan juga secara rohani yaitu dengan memberikan pendidikan akhlak yang baik,yaitu

Lebih terperinci