BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dan Taman Nasional Gunung

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) termasuk dalam 52 Taman Nasional yang ada di Indonesia. Taman Nasional Gunung Merapi terbentuk berdasarkan SK Menhut 134/Menhut- II/2004 tanggal 4 Mei 2004 (Statistik Balai TNGM, 2012). Tujuan pengelolaannya adalah perlindungan bagi sumber-sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota-kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Untuk status kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.3623/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 6 Mei 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu 5.820,49 ha di Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Dasar pertimbangan perubahan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam pada kelompok hutan kawasan hutan Gunung Merbabu menjadi Taman Nasional yaitu untuk melindungi sumber mata air masyarakat sekitar kawasan Gunung Merbabu sebagai habitat flora dan fauna yang dilindungi serta memiliki potensi wisata alam dan budaya yang menarik ( Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, 2016). Dalam pengelolaan Taman Nasional, terdapat masyarakat yang hidup di sekitar kawasan penyangga, yang dalam kesehariannya seringkali berdampingan 1

2 bahkan bersinggungan langsung dengan kawasan Taman Nasional. Keberadaan masyarakat penyangga di Taman Nasional seringkali berdampak positif namun sering pula berdampak negatif bagi keselamatan ekosistem kawasan Taman Nasional. Dampak positifnya antara lain masyarakat dapat ikut serta berperan aktif dalam kegiatan pengamanan dan pelestarian kawasan Taman Nasional. Sedangkan dampak negatifnya ialah masyarakat bisa juga menjadi ancaman bagi kelestarian kawasan, yaitu dengan penebangan liar, perburuan illegal satwa dilindungi di dalam kawasan maupun luar kawasan Taman Nasional, sengketa kawasan dengan pengelola Taman Nasional terkait batas kawasan dengan lahan milik masyarakat, dan sebagainya (Wakka,2013). Salah satu desa penyangga yang terdapat di peta zonasi kawasan TNGM dan TNGMb adalah Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. (BTNGM, 2012) (BTNGMb, 2016). Desa Samiran merupakan desa yang menjadi zona penyangga dua Taman Nasional, yakni Taman Nasional Gunung Merapi dan Taman Nasional Gunung Merbabu. Dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa yang sebagian besar memiliki profesi sebagai petani dan peternak, Desa Samiran memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian ekosistem kawasan kedua Taman Nasional disekitarnya. Masyarakat Desa Samiran memliki peluang besar untuk mengakses sumberdaya alam kawasan TNGM dan TNGMb untuk keperluan sehari-hari, seperti mencari kayu bakar dan rumput (merencek) untuk pakan ternak. Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, 2

3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang ditunjuk sebagai pengelola kawasan Taman Nasional Gunung Merapi melakukan pendekatan ke masyarakat yang bertujuan untuk memberikan pemahaman agar masyarakat bisa menjadi mitra dalam rangka pengelolaan kawasan Taman Nasional, karena apabila kawasan tersebut terjaga dengan baik, maka manfaat lingkungan yang akan dihasilkan oleh alam bisa berdampak positif juga baik masyarakat penyangga. Namun demikian, dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat, banyak terjadi penolakan yang muncul, hal ini disebabkan mayoritas masyarakat yang hidup di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak yang secara langsung sering membutuhkan kawasan Taman Nasional, utamanya untuk mencari pakan ternak (Balai TNGM, 2016). Balai TNGM melakukan beberapa program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan keahlian masyarakat di bidang tertentu yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam melakukan pendekatan program pemberdayaan masyarakat ini, Balai TNGM berupaya sekuat tenaga agar program tersebut mampu diadopsi oleh masyarakat dan berhasil diterapkan (Balai TNGM, 2012). Untuk mengurangi dampak negatif akibat aktifitas masyarakat desa penyangga di kedua Taman Nasional tersebut, maka TNGM melakukan program pemberdayaan masyarakat berupa pemanfaatan kotoran hewan ternak untuk diolah menjadi sumber energi terbarukan berupa biogas pada tahun 2011 di Desa Samiran. Menurut Sri Wahyu (2008), biogas merupakan suatu gas yang dihasilkan dari proses anaerobik (fermentasi) bahan-bahan organik seperti kotoran manusia, 3

4 limbah rumah tangga dan juga kotoran hewan. Bahan yang sangat dibutuhkan dalam membuat biogas yaitu metana dan karbon dioksida yang terkandung di dalam bahan organik. Masyarakat Desa Samiran telah mengenal biogas sejak tahun 1984, dimana program tersebut dikenalkan oleh salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing dari Jerman kemudian dikembangkan di desa sekitar Samiran yakni Desa Lenco. Tetapi, masyarakat Desa Samiran belum memiliki instalasi biogas hingga tahun 2011, dikarenakan biaya untuk membuat instalasi biogas yang mahal, yaitu berkisar Rp ,-/instalasi biogas. Satu instalasi dapat dimanfaatkan oleh satu sampai dua Kepala Keluarga (KK), sesuai kebutuhan setiap KK. Saat ini perkembangan teknologi biogas di Desa Samiran telah tersedia, namun belum diketahui proses adopsi program pembuatan biogas yang diprakarsai oleh BTNGM ini telah berhasil diapdopsi dengan baik oleh masyarakat Desa Samiran atau tidak. Adopsi merupakan proses sejak pertama kali mendengar hal baru, sampai orang tersebut mengadopsinya (Nawawi, 1998), sehingga diharapkan seseorang yang mendengar hal baru tersebut mampu mengadopsi dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari, agar tujuan si pemberi adopsi tersebut bisa tercapai. Dengan dilakukannya program pemberdayaan masyarakat tersebut, perlu dilakukan penelitian terkait proses adopsi program-program tersebut, sehingga apa yang masih kurang dapat sesegera diketahui, demi tercapainya tujuan-tujuan dari program-program tersebut. Diharapkan dengan penelitian ini, kita dapat 4

5 mengetahui proses adopsi masyarakaat desa Samiran, Boyolali dalam penerapan program ini RUMUSAN MASALAH Pengelolaan Taman Nasional yang dilakukan BTNGM dan BTNGMb tidak hanya mengelola kawasan konservasi semata, melainkan hingga pada aspek pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional sebagai bentuk kerjasama antar sesama pemangku kepentingan dalam hal mengelola kawasan Taman Nasional, serta membuat program-program pemberdayaan masyarakat lainnya yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Samiran sebagai desa penyangga TNGM dan TNGMb, salah satu yang dilakukan adalah program bantuan pembuatan biogas. Program ini sangat cocok dengan kondisi masyarakat sekitar TNGM yang umumnya merupakan petani dan peternak, sehingga mereka otomatis memiliki hewan ternak yang menjadi komponen utama dalam program biogas ini. Dalam program pembuatan biogas ini, masyarakat hanya membutuhkan 2 ekor ternak sapi yang kemudian kotorannya bisa dimanfaatkan untuk dimanfaatkan dalam instalasi biogas. Namun demikian, dalam melaksanakan suatu program pemberdayaan masyarakat, selalu saja ada kendala yang bisa muncul, salah satunya proses adopsi program ini. Apakah program ini telah berhasil diterapkan dan bermanfaat bagi masyarakat Desa Samiran, mengingat salah satu kendala dalam membuat instalasi biogas ialah kebutuhan dana yang 5

6 besar, yaitu Rp ,- untuk setiap instalasi biogas. Sudah sejauh apakah proses adopsi program ini dalam kehidupan masyarakat Desa Samiran? Selain itu, dalam setiap program pemberdayaan masyarakat, selalu ada faktor pendukung dan penghambat keberhasilan program tersebut yang perlu untuk diketahui, sehingga dapat diketahui apa saja permasalahan yang ada dalam proses adopsi inovasi program biogas ini serta potensi yang dimiliki masyarakat maupun pengelola Taman Nasional untuk menghadapi permasalahan adopsi inovasi tersebut TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui proses adopsi masyarakat Desa Samiran dalam hal program pembuatan biogas yang telah diinisiasi oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat program pembuatan biogas di Desa Samiran MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk BTNGM dan BTNGMb sebagai pengelola kawasan TNGM dan TNGMb yang bersinggungan langsung dengan Desa Samiran sebagai desa penyangga kedua Taman Nasional tersebut, utamanya dalam hal program pemberdayaan masyarakat berupa insentif instalasi biogas. Dengan mengetahui proses adopsi program biogas ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan program-program kemitraan lainnya pada masyarakat desa Samiran dalam kaitannya dengan dunia 6

7 kehutanan, seperti pemanfaatan energi biogas dan limbah biogasyang secara langsung dapat menambah penghasilan masyarakat dan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk mengembngkan energi terbarukan. Sedangkan dengan mengetahui faktor pendukung dan penghambat program ini, diharapkan dapat membantu pihak Balai TNGM sebagai inisiator program untuk melakukan evaluasi dalam hal program kemitraan masyarakat desa penyangga dan juga dapat membantu Balai Taman Nasional Gunung Merbabu dalam menegembangkan program kemitraan lanjutan di Desa Samiran. 7