VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Rumah Tangga terhadap KRPL KEMPLING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Rumah Tangga terhadap KRPL KEMPLING"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga terhadap KRPL KEMPLING Penilaian masyarakat terhadap kondisi potensi desa khususnya pekarangan setelah pelaksanaan KRPL merupakan hal yang penting. Hal yang menjadi sangat penting untuk keberlangsungan KRPL dengan salah satunya dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap beberapa kriteria. Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pelaksanaan KRPL merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi evaluasi baik untuk wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya. Persepsi masyarakat tersebut merupakan suatu gambaran dari kondisi yang dirasakan oleh rumah tangga sebagai dampak dari KRPL. Beberapa kriteria penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi respon masyarakat dari KRPL adalah kondisi pekarangan, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari pengembangan KRPL, dan kendala dalam pelaksanaan KRPL. Penentuan kriteria penilaian ini berdasarkan kondisi lingkungan sekitar yang dirasakan oleh masyarakat setempat. Indikator-indakator tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua PPL Desa Banjarsari, Ketua dan Pengurus KRPL KEMPLING di Desa Banjarsari Penilaian Rumah Tangga terhadap Kondisi Pekarangan Pelaksanaan KRPL yang dilaksanakan di Desa Banjarsari memberikan perubahan aktivitas di pekarangan. Responden merasakan perubahan aktivitas dari yang sebelum dan sesudah adanya KRPL khususnya dalam hal pemanfaatan pekarangan. Kondisi pemanfaatan pekarangan sebelum adanya KRPL dapat dilihat pada Tabel

2 Tabel 16. Pemanfaatan Pekarangan Sebelum adanya KRPL KEMPLING Pemanfaatan Pekarangan Strata 1 Strata 2 Strata 3 Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Ya 18 60, , ,00 Tidak 12 40, , ,00 Total , , ,00 Sumber: Data Primer (diolah), 2012 Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa sebesar 60,00%, 80,00%, 76,00% responden baik pada strata 1, strata 2, dan strata 3 sudah memanfaatkan pekarangan sebelum adanya KRPL dan sebesar 40,00%, 20,00%, 24,00% responden sebelum adanya KRPL pekarangan belum dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan bercocok tanam, beternak di pekarangan sudah menjadi hal biasa di daerah pedesaan. Tabel 17. Tanaman di Pekarangan Sebelum adanya KRPL KEMPLING Tanaman Buah-buahan Tanaman Hias Mangga, Nangka, Pepaya, Srikaya, Pisang, Jeruk, Rambutan, Belimbing Bunga TOGA Tamaman Pangan Kunyit, Kencur, Laos, Jahe Ganyong, Ketela,Ubi, Kacang Panjang Sumber : Data primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa pada strata 1, strata 2, dan strata 3 masyarakat menanam beraneka ragam tanaman yaitu buah-buahan, tanaman hias, TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. Tanaman yang ditanam setelah dilaksanakannya KRPL yaitu dengan adanya tambahan tanaman sayuran. Optimalisasi pekarangan dilaksanakan untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dengan melakukan intensifikasi 57

3 pekarangan secara intensif. Penilaian masyarakat Desa Banjarsari menunjukkan bahwa terdapat perubahan baik aktivitas maupun produksi yang dihasilkan. Meskipun terdapat perubahan setelah melaksanakan KRPL, masyarakat tidak merasa terganggu terhadap aktivitas pertanian lain di wilayah tersebut Penilaian Rumah Tangga terhadap Manfaat KRPL KEMPLING Pengembangan KRPL yang dilaksanakan di Desa Banjarsari dapat memberikan manfaat untuk perbaikan potensi desa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat KRPL yang terjadi di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan. Kesadaran rumah tangga terhadap manfaat KRPL ditunjukkan oleh Tabel 18. Tabel 18. Kesadaran Rumah Tangga terhadap Manfaat KRPL Strata 1 Strata 2 Strata 3 Manfaat Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Ya , , ,00 Tidak Total , , ,00 Sumber: Data Primer, diolah(2012) Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa 100,00% responden merasakan manfaat dari adanya KRPL. Pemanfaatan pekarangan selain sebagai penyedia bahan makanan yang beraneka ragam, tetapi dapat berfungsi sebagai tambahan penghasilan keluarga atau tabungan keluarga. Pelaksanaan KRPL memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Banjarsari. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat desa akibat pengembangan KRPL KEMPLING dapat dijelaskan pada Tabel

4 Tabel 19. Manfaat yang dirasakan oleh Rumah Tangga dengan adanya KRPL KEMPLING Strata 1 Strata 2 Strata 3 Manfaat Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Menghemat pengeluaran 26 86, , ,00 2. Menambah penghasilan 4 13, , ,00 Total , , ,00 Sumber: Data Primer (diolah), 2012 Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa perbedaan manfaat yang dirasakan tidak terlalu signifikan. Manfaat yang paling besar dirasakan pada strata 1, strata 2, dan strata 3 adalah KRPL KEMPLING mampu menghemat pengeluaran keluarga. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat bersifat tangible dan intangible. Manfaat tangible adalah manfaat yang terukur dan dapat dinilai secara moneter. Adapun manfaat intangible merupakan manfaat yang tidak terukur. Manfaat tangible dan manfaat intangble dari pelaksanaan KRPL dapat ditunjukkan pada Tabel 20. Inisiatif ketua KRPL untuk memperbaiki kondisi potensi desa melalui KRPL yang dimulai dari satu RT, satu dusun, dan kemudian berkembang menjadi satu desa merupakan salah satu upaya untuk membantu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Tabel 20. Manfaat Tangible dan Intangible KRPL KEMPLING Manfaat Tangible Manfaat Intangible - Meningkatkan produksi - Mampu menyediakan lumbung hidup, warung hidup, apotek hidup, dan kulkas hidup - Membuat rumah ASRI dan memberikan stimulun bagi desa di sekitarnya Sumber: Data Primer, diolah (2012) 59

5 Berdasarkan Tabel 20 menyatakan bahwa dalam pengembangan KRPL mampu meningkatkan produksi bagi masyarakat di Desa Banjarsari. Peningkatan produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dan peningkatan produksi dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Manfaat dari KRPL yaitu lumbung hidup dimana masyarakat sewaktu-waktu butuh pangan pokok seperti umbi-umbian sudah tersedia di pekarangan. Pemenuhan warung hidup yaitu tersedianya sayuran di pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Pekarangan mampu membuat apotek hidup yaitu tersedianya tanaman obat-obatan secara tradisional. Pengembangan pekarangan terdapat kulkas hidup yaitu tersedianya kebutuhan pangan di pekarangan baik tanaman pangan, sayur-sayuran, obat-obatan, dan buah-buahan dalam keadaan segar Penilaian Rumah Tangga terhadap Kendala KRPL KEMPLING Penilaian masyarakat terhadap kendala yang dirasakan selama pelaksanaan KRPL menjadi hal yang penting. Persepsi rumah tangga terhadap kendala KRPL menunjukkan bahwa responden dari strata 1, strata 2, dan strata 3 menyatakan telah merasakan kendala dari adanya KRPL. Kendala yang dirasakan oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Kendala dalam Pelaksanaan KRPL KEMPLING Strata 1 Strata 2 Strata 3 Kendala Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Hama (orang) 5 (%) 16,70 (orang) 9 (%) 36,00 (orang) 6 (%) 24,00 Iklim 25 83, , ,00 Total , , ,00 Sumber: Data Primer, diolah(2012) 60

6 Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa strata 1 sebesar 83,30%, 64,00% pada strata 2, dan 76,00% pada strata 3 menyatakan iklim menjadi kendala pelaksanaan KRPL. Sisanya masing-masing setiap strata 1, starata 2, dan strata 3 adalah sebesar 16,70%, 36,00%, dan 24,00% menyatakan kendala dalam pelaksanaan KRPL adalah hama. Penyerangan hama akan berpengaruh pada hasil panen yang ditanam di pekarangan. Ketika musim kemarau, mata air dan sumur gali ini mengalirkan debit air yang menurun sehingga pengairannya cukup terganggu. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Ketua PPL Desa Banjarsari bahwa kendala yang dirasakan selama membimbing dan memberikan penyuluhan adalah iklim, cuaca, dan teknis. 6.2 Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Manfaat fisik merupakan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Desa Banjarsari dalam pelaksanaan KRPL. Manfaat fisik dari adanya KRPL dapat ditunjukkan dari salah satu tujuan utama pengembangan KRPL KEMPLING yaitu memenuhi ketersediaan pokok keluarga dengan dilihat dari hasil produksi yang dihasilkan. Manfaat fisik KRPL dapat ditunjukkan dengan hasil produksi selama umur tanaman. Umur tanaman adalah umur hingga tanaman tersebut mati sehingga harus diganti dengan tanaman yang baru. Pada umur 12 bulan tanaman tersebut harus diganti dengan tanaman yang baru. Umur ayam buras, Ikan Nila, dan Ikan Lele tidak digunakan sebagai patokan karena umur mati ketiga komoditas tersebut tergantung dari beberapa faktor baik alam dan lingkungan misalnya: dimangsa hewan lain khususnya Ikan Lele, keracunan, dan disembelih ketika akan dijual. Umur dari komoditas yang 61

7 dikembangkan pada KRPL baik umur tanaman dan umur panen dapat dilihat dari Tabel 22. Tabel 22. Umur Tanaman KRPL KEMPLING No Keterangan Umur Tanaman Periode Panen 1 Cabe rawit 12 bulan 3 bulan 2 Tomat 12 bulan 3 bulan 3 Terong 12 bulan 4 bulan 4 Kangkung 12 bulan 2 bulan 5 Bayam 12 bulan 2 bulan 6 Sawi 12 bulan 2 bulan Sumber : Data Primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa umur tanaman di Desa Banjarsari selama 12 bulan. Pengurus Ketua Seksi Pembibitan KRPL KEMPLING juga menyatakan bahwa umur tanaman yang di Desa Banjarsari adalah 12 bulan. Periode panen untuk ayam buras, Ikan Nila, dan Ikan Lele berbeda yaitu 1 bulan, 4 bulan, dan 3 bulan. Hasil dari KRPL KEMPLING diklasifikasikan menurut kegunaannya yaitu: (1) hasil yang dijual; (2) dikonsumsi; (3) berfungsi sosial. Distribusi hasil yang berorientasi dijual yaitu penggunaan hasil dari KRPL mampu menambah pendapatan dengan menjualnya di pasar atau warung. Distribusi hasil yang berorientasi konsumsi yaitu penggunaan hasil dari KRPL digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Distribusi hasil yang berorientasi sosial yaitu penggunaan hasil dari KRPL diberikan kepada tetangga atau saudara (orang lain) Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Strata 1 Setiap tanaman sayuran menghasilkan produksi yang berbeda dalam jangka waktu dua minggu. Rata-rata produksi sayuran yang dipanen responden selama dua minggu di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel

8 Tabel 23. Rata-Rata Produksi Sayuran Selama Dua Minggu No Tanaman Total Jumlah Rata-rata Satuan Produksi tanaman Produksi 1 Cabe rawit 4,50 kg 15 0,30 2 Tomat 2,32 kg 8 0,29 3 Terong 33,00 buah 11 3,00 4 Kangkung 10,00 ikat 10 1,00 5 Sawi 11,00 ikat 11 1,00 6 Bayam 10,00 ikat 10 1,00 Sumber: Data Primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 23 diatas menunjukkan bahwa rata-rata produksi tanaman yang dipanen responden paling banyak adalah cabe rawit dan kemudian tomat sebesar 0,30 kg karena memberikan penerimaan sebesar Rp dalam setahun. Hal ini dapat dipahami bahwa responden dalam memenuhi kebutuhan pangan membutuhkan cabe rawit untuk masak-memasak. Distribusi hasil pekarangan yang dijual, dikonsumsi, dan sosial pada strata 1 dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Penggunaan Sayuran Selama Dua Minggu No Tanaman Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%) 1 Cabe rawit 8,90 72,80 18,30 100,00 2 Tomat 9,80 68,40 21,80 100,00 3 Terong 10,00 50,00 40,00 100,00 4 Kangkung 13,33 66,67 20,00 100,00 5 Sawi 8,33 55,00 36,67 100,00 6 Bayam 10,00 63,33 26,67 100,00 Rata-rata penggunaan 10,06 62,70 27,24 100,00 Sumber: Data Primer (diolah), 2012 Berdasarkan pada Tabel 24 menyatakan bahwa pada pengembangan KRPL, rata-rata penggunaan hasiltanaman sayuran di strata 1 berorientasi untuk untuk memenuhi kebutuhan keluarga sebesar 62,70%, sosial sebesar 27,24% dan dijual sebesar 10,06%. Hasil pekarangan yang berorientasi pada pasar adalah tanaman kangkung yaitu sebesar 13,30% dan sisanya adalah terong, bayam, tomat, cabe rawit, serta sawi. Hal ini dapat dipahami bahwa kangkung merupakan 63

9 tanaman yang cepat panen sehingga responden memiliki peluang besar untuk menjualnya. Hasil pekarangan dari KRPL di Desa Banjarsari yang berorientasi pada konsumsi adalah cabe rawit dan tomat. Hal ini dapat dipahami bahwa cabe rawit dan tomat merupakan salah satu bahan utama dalam memasak. Hasil dari KRPL yang berfungsi untuk sosial adalah terong karena terong merupakan tanaman tahan lama baik pada musim kemarau maupun penghujan sehingga responden sewaktu-waktu dapat memberikannya kepada tetangga atau saudara Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Strata 2 Komoditas yang dikembangkan dalam strata 2 adalah tanaman sayuran dan ayam buras. Rata-rata produksi yang dipanen responden selama dua minggu di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Rata-Rata Produksi Sayuran Selama Dua Minggu No Tanaman Total Jumlah Rata-rata Satuan Produksi tanaman Produksi 1 Cabe rawit 3,48 Kg 12 0,29 2 Tomat 2,90 Kg 10 0,29 3 Terong 27,00 Buah 9 3,00 4 Kangkung 8,00 Ikat 8 1,00 5 Sawi 8,00 Ikat 8 1,00 6 Bayam 8,00 Ikat 8 1,00 Sumber: Data Primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 25 menunjukkan bahwa rata-rata produksi tanaman yang dipanen responden paling banyak adalah cabe rawit sebesar 0,29 kg karena memberikan penerimaan sebesar Rp dalam setahun. Hal ini dapat dipahami bahwa responden dalam memenuhi kebutuhan pangan membutuhkan cabe rawit sebagai salah satu bahan utama dalam memasak. Penerimaan yang diperoleh responden paling sedikit yaitu tanaman kangkung dan bayam sebesar Rp

10 Ayam buras atau ayam kampung adalah ayam lokal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang berasal dari ayam hitam merah Gallus gallus yang telah jinak sebagai contoh ayam sayur, ayam kedu, dan ayam pelung. Ayam buras dapat menghasilkan daging dan telur namun produk utama dari ayam buras adalah telur. Tabel 26. Rata-Rata Produksi Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan No Keterangan Jumlah 1 Produksi telur selama 1bulan (butir) 30 2 Produksi telur selama 1 tahun (butir) 360 Sumber: Data Primer (diolah), 2012 Berdasarkan Tabel 26 menyatakan bahwa rata-rata produksi telur yang dihasilkan sebanyak 30 butir telur per bulan dengan rata-rata jumlah ayam dewasa sebanyak 10 ekor. Harga jual ayam kampung pedaging dan telur ayam kampung relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga daging dan telur ayam ras. Hal ini disebabkan karena belum banyak yang membudidayakannya secara intensif. Hasil pekarangan pada strata 2 perlu adanya klasifikasi menurut kegunaannya dari hasil KRPL menjadi hasil yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial. Distribusi hasil sayuran yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial pada strata 2 dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Penggunaan Sayuran Selama Dua Minggu No Tanaman Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%) 1 Cabe rawit 13,10 70,34 16,56 100,00 2 Tomat 10,34 77,24 12,42 100,00 3 Terong 21,30 32,00 46,70 100,00 4 Kangkung 16,00 58,00 26,00 100,00 5 Sawi - 56,00 44,00 100,00 6 Bayam 20,00 56,00 24,00 100,00 Rata-rata penggunaan 13,46 58,26 28,28 100,00 Sumber: Data Primer (diolah),

11 Berdasarkan pada Tabel 27 menyatakan bahwa pada pengembangan KRPL, rata-rata penggunaan hasil pekarangan tanaman sayuran di strata 2 berorientasi konsumsi keluarga sebesar 58,26%, sosial sebesar 28,28%, dan pasar sebesar 13,46%. Penggunaan sayuran pada strata 2 memiliki nilai sosial yang lebih tinggi dibandingkan strata 1 dan strata 3. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kekerabatan pada strata 2 lebih besar. Hasil pekarangan dari KRPL di Desa Banjarsari yang berorientasi pada konsumsi adalah tomat sebesar 77,24% dan yang kedua adalah cabe rawit sebesar 70,34%. Hal ini dapat dipahami bahwa tomat dan cabe rawit merupakan salah satu bahan utama dalam memasak. Tanaman yang berorientasi pada pasar dan sosial adalah tanaman terong yaitu sebesar 21,30% dan 46,70%. Hal ini dapat dipahami bahwa terong merupakan salah satu tanaman yang tahan lama dan adanya rasa bosan dalam memasak sayur terong sehingga responden lebih banyak mempertimbangkan untuk sosial. Distribusi hasil ayam buras yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial pada strata 2 di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel 28. Kegiatan memelihara ayam buras merupakan usaha sampingan untuk menambah pendapatan atau hanya untuk menyalurkan hobi. Pemeliharaan ayam buras yang bersifat sampingan, maka penanganannya masih tradisional. Tabel 28. Penggunaan Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan No Keterangan Hasil Produksi (butir) Persentase (%) 1 Pasar 20 27,00 2 Konsumsi 43 57,00 3 Sosial 12 16,00 Total ,00 Sumber: Data Primer, diolah(2012) 66

12 Berdasarkan pada Tabel 28 menyatakan bahwa pada pengembangan KRPL, distribusi hasil telur ayam buras berorientasi pada konsumsi sebesar 57,00%, kemudian berorientasi pada pasar sebesar 27,00%, dan terakhir berorientasi sosial sebesar 16,00% Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Strata 3 Produksi dari pekarangan KRPL di Desa Banjarsari pada strata 3 adalah tanaman sayuran, ayam buras, dan ikan. Responden di Desa Banjarsari ada yang memelihara hanya Ikan Lele dan Ikan Nila. Setiap tanaman menghasilkan produksi yang berbeda dalam jangka waktu dua minggu. Rata-rata produksi yang dipanen responden selama dua minggu dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Rata-Rata Produksi Sayuran Selama Dua Minggu No Tanaman Total Jumlah Rata-rata Satuan Produksi tanaman Produksi 1 Cabe rawit 5,27 Kg 17 0,31 2 Tomat 4,06 Kg 14 0,29 3 Terong 52,00 Buah 13 4,00 4 Kangkung 10,00 Ikat 10 1,00 5 Sawi 13,00 Ikat 13 1,00 6 Bayam 11,00 Ikat 11 1,00 Sumber: Data Primer, diolah(2012) Berdasarkan Tabel 29 menunjukkan bahwa rata-rata produksi tanaman yang dipanen responden paling banyak adalah cabe rawit sebesar 0,31 kg dengan memiliki penerimaan terbesar yaitu Rp Hal ini dapat dipahami bahwa responden dalam memenuhi kebutuhan pangan membutuhkan cabe rawit. Penerimaan yang terkecil yang diterima dalam pelaksanaan KRPL terdapat pada tanaman kangkung sebesar Rp

13 Tabel 30. Rata-Rata Produksi Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan No Keterangan Jumlah 1 Produksi telur selama satu bulan (butir) 33 2 Produksi telur selama satu tahun (butir) 396 Sumber: Data Primer (diolah), 2012 Berdasarkan Tabel 30 menyatakan bahwa rata-rata produksi telur yang dihasilkan sebanyak 33 butir telur per bulan dengan rata-rata jumlah ayam dewasa sebanyak 11 ekor. Beternak ayam kampung cocok diusahakan dalam skala rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh jumlah minimum populasi yang dibutuhkan untuk mencapai skala ekonomi tidak besar dan modal yang dibutuhkan untuk memulai beternak ayam kampung relatif dapat dijangkau oleh masyarakat. Pada pengembangan KRPL di Desa Banjarsari memelihara Ikan Lele dan Ikan Nila memiliki kelebihan dan kekuranganya. Kelebihan Ikan Lele yaitu mudah perawatannya dan mampu bertahan pada kondisi yang buruk. Ikan Nila memiliki beberapa kelebihan yaitu pertumbuhan yang cepat, rakus terhadap makanan sisa (limbah), dan tahan terhadap penyakit. Rata-rata produksi ikan sekali panen dalam KRPL KEMPLING dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Rata-Rata Produksi Ikan Sekali Panen No Keterangan Sekali Panen 1 Ikan Lele (kg) 60 2 Ikan Nila (kg) 79 Sumber : Data Primer, diolah(2012) Berdasarkan Tabel 31 menyatakan bahwa rata-rata produksi Ikan Lele untuk satu kolam adalah 60 kg. Produksi Ikan Nila sebesar 79 kg untuk satu kolam. Ikan Nila di Desa Banjarsari merupakan ikan yang mudah mati dibandingkan Ikan Lele karena air merupakan persoalan yang kerap dihadapi masyarakat apabila memasuki musim kemarau. Kendala lain yang mnyebabkan Ikan Nila mudah mati yaitu pembibitan dan pakan karena masih mendatangkan 68

14 dari luar kota. Hal yang harus dipahami dalam memelihara Ikan Nila yaitu perawatannya yang intensif. Ikan Nila akan lebih cepat tumbuhnya jika dipelihara di kolam yang dangkal airnya karena di kolam dangkal pertumbuhan tanaman dan ganggang lebih cepat dibandingkan di kolam yang dalam. Klasifikasi menurut kegunaannya dari hasil KRPL KEMPLING yaitu menjadi hasil yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial. Distribusi hasil pekarangan yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial pada strata 3 dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Penggunaan Sayuran Selama Dua Minggu No Tanaman Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%) 1 Cabe rawit 12,90 70,32 16,78 100,00 2 Tomat 6,90 83,44 9,66 100,00 3 Terong - 51,00 49,00 100,00 4 Kangkung - 72,00 28,00 100,00 5 Sawi - 80,00 20,00 100,00 6 Bayam - 72,00 28,00 100,00 Rata-rata penggunaan 3,30 71,46 25,24 100,00 Sumber: Data Primer, diolah(2012) Berdasarkan pada Tabel 32 menyatakan bahwa pada pengembangan KRPL, rata-rata penggunaan tanaman sayuran pada strata 3 berorientasi pada konsumsi keluarga sebesar 71,46%. Hasil pekarangan yang berorientasi pada pasar adalah cabe rawit. Hasil pekarangan dari KRPL di Desa Banjarsari yang berorientasi pada konsumsi adalah tomat. Hal ini dapat dipahami bahwa tomat merupakan salah satu bahan utama dalam memasak. Hasil dari KRPL yang berfungsi untuk sosial adalah terong karena terong merupakan tanaman tahan lama baik pada musim kemarau maupun penghujan sehingga responden sewaktu-waktu dapat memberikannya kepada tetangga atau saudara. Distribusi hasil ayam buras yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial pada strata 3 dapat dilihat pada Tabel

15 Tabel 33. Penggunaan Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan No Keterangan Hasil Produksi (butir) Persentase (%) 1 Pasar 9 12,00 2 Konsumsi 49 65,00 3 Sosial 17 23,00 Total ,00 Sumber: Data Primer (diolah), 2012 Berdasarkan Tabel 33 menyatakan bahwa pada pengembangan KRPL, distribusi produk ayam buras berorientasi pada konsumsi sebesar 65,00%, kemudian berorientasi pada pasar sebesar 12,00%, dan terakhir berorientasi ada sosial sebesar 23,00%. Distribusi hasil yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial pada strata 3 dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Penggunaan Hasil Ikan Sekali Panen No Ikan Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%) 1 Ikan Lele 54,00 26,00 20,00 100,00 2 Ikan Nila 56,00 23,00 21,00 100,00 Rata-rata penggunaan 55,00 24,50 20,50 100,00 Sumber: Data Primer, diolah(2012) Berdasarkan pada Tabel 34 menyatakan bahwa pada pengembangan KRPL, rata-rata penggunaan ikan berorientasi untuk dijual sebesar 55,00%. Distribusi Ikan Lele dan Ikan Nila berorientasi pada pasar sebesar 54,00% dan 56,00%. Total penggunaan ikan pada strata 3 berorientasi pada pasar, konsumsi, dan terakhir pada sosial. Pada strata 3, perikanan yang memberikan pendapatan lebih banyak bagi respondennya. 6.3 Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Estimasi biaya dan manfaat dari suatu kegiatan bertujuan untuk layak atau tidaknya kegiatan tersebut dalam pengembangannya. Biaya dan manfaat dari pelaksanaan KRPL KEMPLING dilihat dari analisis pendapatan yang dikembangkan setiap strata. Pendapatan KRPL KEMPLING diperoleh dari pengurangan antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan yaitu rata-rata nilai 70

16 produksi yang diperoleh dikalikan dengan harga jual di pasar. Responden menjual hasil usahanya yaitu dengan tiga cara: (1) menjual ke pasar atau warung-warung; (2) menjual kepada pembeli yang datang; (3) menjual dengan cara barter kepada penjual sayuran keliling (rengkek). Responden mayoritas menjual hasil KRPL melalui cara barter kepada sayuran keliling. Harga sayuran yang berlaku di pasar berbeda-beda tergantung dari komoditasnya. Harga cabe rawit sebesar Rp /kg, harga tomat sebesar Rp 4.500/kg, harga kangkung sebesar Rp 500/ikat, harga bayam sebesar Rp 500/ikat, harga sawi sebesar Rp 1.000/ikat, dan harga terong sebesar Rp 1.000/buah. Harga telur ayam buras sebesar Rp 1.000/butir. Harga ayam buras sebesar Rp Harga Ikan Lele sebesar Rp /kg dan Ikan Nila sebesar Rp /kg. Pembeli membeli hasil ikan langsung datang ke rumah penjual (responden). Pembeli berasal dari penjual ikan di Pasar Arjowinangun, teman dari penjual, atau tetangga dari desa sebelah. Biaya dalam pengembangan KRPL di Desa Banjarsari merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan kegiatan. Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya KRPL KEMPLING dibedakan menjadi dua komponen yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan oleh responden secara tunai untuk melakukan kegiatan KRPL KEMPLING. Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan dalam pengembangan KRPL. Biaya yang diperhitungkan pada KRPL KEMPLING merupakan biaya yang dalam pengembangannya dilakukan secara 71

17 swadaya baik melalui iuran RT atau iuran Gapoktan pada awal didirikan KRPL, biaya mengambil benih/bibit secara gratis di KBD, maupun biaya yang dikeluarkan oleh responden namun responden tidak memperhitungkannya. Pada penelitian ini, biaya yang diperhitungkan merupakan ketika masyarakat mengambil benih/bibit secara gratis dari KBD dan pembuatan jagrak/rak secara swadaya. Pendapatan dari hasil KRPL di Desa Banjarsari dapat disebut dengan keuntungan atau laba dari suatu kegiatan produksi. Pendapatan dibagi dua komponen dalam KRPL KEMPLING yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh rumah tangga dengan membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan atas biaya total menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh rumah tangga dengan membayar seluruh biaya total baik biaya tunai maupun biaya diperhitungkan. Kontribusi pengembangan KRPL di Desa Banjarsari terhadap pendapatan keluarga dilihat dari pendapatan rumah tangga berasal dari dua sumber, yaitu dari pendapatan usaha KRPL dan dari pendapatan luar KRPL. Pendapatan luar KRPL berasal dari pendapatan anggota keluarga seperti suami dan anak. Jenis pekerjaan dari luar KRPL yang menjadi sumber pendapatan diperoleh dari petani, buruh, pensiunan, PNS, wiraswasta, swasta, dan kombinasi dari pekerjaan tersebut Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 1 Biaya tunai pada strata 1 meliputi jagrak/rak, bibit/benih, dan polibag. Apabila responden kurang benih/bibit, jagrak/rak, dan polibag maka mereka boleh menambah dengan mengusahakannya sendiri. Biaya yang diperhitungkan pada 72

18 strata 1 adalah jagrak/rak, benih/bibit, ajir/lanjaran, polibag, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan. Awal pengembangan KRPL, biaya rak maupun bibit dilakukan dari iuran RT atau Gapoktan yang dilakukan secara terpusat yaitu di KBD Desa Banjarsari. Umur rak buatan rumah tangga sendiri lebih lama daripada umur rak yang dilakukan secara gotong royong yaitu dua tahun. Hal ini disebabkan oleh kayu digunakan dalam rak buatan sendiri lebih baik. Rata-rata rak yang dimiliki oleh responden sebanyak satu hingga dua rak dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang disusun secara bertingkat. Rumah tangga di Desa Banjarsari membuat ajir/lanjaran yang bahannya diambil dari hutan atau kebun atau meminta ke tetangga. Ajir/lanjaran ini dibuat dari bambu dengan setengah gelondong (batang) bambu mampu menghasilkan sekitar buah. Pupuk yang digunakan pada pengembangan KRPL adalah pupuk kandang dan sisa-sisa sampah rumah tangga. Ketersediaan pupuk kandang dengan cara responden meminta dari kelompok tani atau meminta dari tetangga yang memiliki ternak yaitu responden strata 2 dan strata 3. Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung dimiliki sendiri oleh responden. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya pengurangan nilai barang sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi tiap sarana produksi tidak dapat digunakan kembali (rusak). Pada strata 1 jumlah biaya penyusutan adalah Rp /tahun. Biaya terbesar pada pengembangan KRPL strata 1 adalah pengeluaran biaya yang diperhitungkan. Tenaga kerja yang terlibat dalam KRPL KEMPLING 73

19 adalah tenaga kerja dalam keluarga. Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam bercocok tanaman sayuran dimulai dari persiapan lahan (pengolahan tanah, pemupukan awal, penanaman), pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemasangan ajir), dan pemanenan. Biaya kerja tenaga dalam keluarga pada strata 1 mencapai Rp Tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat dalam aktivitas KRPL seharusnya diperhitungkan dalam mengambil keputusan secara sosial namun dalam kenyataannya responden tidak memperhitungkannya. Jumlah tenaga kerja setiap rumah rata-rata 1-2 orang yang terdiri dari pekerja pria dan wanita. Waktu kerja dalam satu hari adalah 7 jam di tempat penelitian. Pengembangan KRPL KEMPLING merupakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan maka hanya beberapa menit atau beberapa jam dalam melakukan pelaksanaannya. Perhitungan untuk tenaga kerja disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui realisasi curahan waktu untuk melakukan kegiatan KRPL. Rata-rata curahan waktu dan curahan kerja dalam satu tahun dapat dilihat dalam Lampiran 5. Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya tunai pada strata 1 diperoleh sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan total dari strata 1 per rumah tangga di Desa Banjarsari dalam satu tahun adalah Rp Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya total. Pendapatan atas biaya total menjadi keuntungan bersih yang didapat dari responden. 74

20 Nilai R/C rasio pada strata 1 dapat digolongkan layak, karena nilainya lebih dari satu. Rata-rata pendapatan dari KRPL KEMPLING per rumah tangga dalam satu tahun di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga Strata 1 dalam Satu Tahun No Keterangan Nilai (Rp) 1 Penerimaan Tunai Penerimaan Non Tunai Total Penerimaan Total Biaya Biaya Tunai Biaya yang Diperhitungkan Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C rasio Biaya Tunai 13,30 6 R/C rasio Biaya Total 1,73 Sumber: Data Primer (diolah), 2012 Berdasarkan pada Tabel 35 menunjukkan bahwa kegiatan KRPL di Desa Banjarsari menguntungkan karena nilai R/C lebih dari satu. Perhitungan R/C atas biaya tunai dilakukan melalui pembagian penerimaan total dengan penjumlahan biaya tunai. Nilai R/C rasio pendapatan atas biaya total pada strata 1 adalah sebesar 1,73 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan total sebesar Rp 1,73. Nilai R/C rasio pendapatan atas biaya tunai ada strata 1 adalah sebesar 13,30 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan dalam pelaksanaan KRPL akan memberikan penerimaan sebesar Rp 13,30. Nilai R/C biaya tunai memiliki nilai yang cukup besar. Hal ini karena penerimaan yang diperoleh besar dan biaya yang diperoleh relatif kecil sehingga perbandingannya relatif besar. Hal ini disebabkan oleh komponen biaya tunai strata 1 lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang diperhitungkan seperti 75

21 pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan lain-lain. Komponen biaya dan rata-rata pendapatan strata 1 dapat dilihat pada Lampiran 1. Rumah tangga strata 1 hanya fokus pada tanaman sayuran tidak ada biaya ternak dan ikan Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 2 Total penerimaan pada strata 2 sebesar Rp yang terdiri dari penerimaan dari sayuran sebesar Rp , produksi telur ayam sebesar Rp , pembelian ternak sebesar Rp dan nilai produksi ayam buras sebesar Rp Pembelian ternak merupakan salah satu komponen penerimaan namun sebagai komponen yang bersifat mengurangi penerimaan karena menurut Soekartawi et al. (1986), pembelian ternak dianggap sebagai produk usaha ternak yang belum selesai. Pembelian ternak merupakan biaya yang dikeluarkan ketika responden memutuskan untuk beternak ayam buras. Rata-rata responden membeli ternak ayam buras sebanyak dua ekor ayam. Produksi ayam buras tersebut diasumsikan apabila responden menjual semua ayam maka penjualan ayam menjadi salah satu penerimaan responden yang tidak tunai. Biaya tunai pada strata 2 meliputi jagrak/rak, benih/bibit, dan polibag. Apabila responden kurang benih/bibit, jagrak/rak, dan polibag maka mereka boleh menambah dengan mengusahakannya sendiri. Rata-rata rak yang dimiliki oleh responden sebanyak satu hingga dua rak dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang disusun secara bertingkat. Biaya tunai meliputi pengeluaran untuk ternak dengan perlengkapan (tempat makan dan minum) yang biasanya responden menggunakan baskom, ember, atau tempat makanan bekas. Pakan ayam buras di Desa Banjarsari berupa bekatul dan menir dengan rata-rata perbandingan pemberian pakan 1 : 0,4 dalam 76

22 kg/hari. Kadang-kadang responden juga memberikan pakan berupa dedak dan menir dengan perbandingan 1 : 0,4 dalam kg/hari. Biaya tunai juga berupa kesehatan dengan memberikan kapsul dengan harga sebesar Rp 5.000/kapsul dan perbaikan kandang. Biaya yang diperhitungkan pada strata 2 untuk sayuran adalah jagrak/rak, benih/bibit, ajir/lanjaran, polibag, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran ternak yang dikelola oleh rumah tangga strata 2. Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung dimiliki sendiri oleh responden. Biaya yang diperhitungkan untuk ternak adalah biaya penyusutan kandang, dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya penggurangan nilai barang sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi tiap sarana produksi tidak dapat digunakan kembali (rusak). Total biaya penyusutan untuk peralatan sayuran sebesar Rp Rata-rata biaya penyusutan kandang di Desa Banjarsari senilai Rp dengan umur teknis kandang adalah 4 tahun, maka penyusutan kandang tiap tahunnya adalah Rp /tahun. Biaya terbesar pada pengembangan KRPL strata 2 adalah pengeluaran biaya yang diperhitungkan. Tenaga kerja yang terlibat dalam KRPL KEMPLING adalah tenaga kerja dalam keluarga. Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam bercocok tanaman sayuran dimulai dari persiapan lahan (pengolahan tanah, pemupukan awal, penanaman), pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemasangan ajir), dan pemanenan. Pada aktivitas beternak, tenaga 77

23 kerja melakukan kegiatan memberi makan, membersihkan kandang, dan memasukkan atau mengeluarkan ternak. Tenaga kerja dalam keluarga membersihkan kandang dalam frekuensi seminggu tiga kali. Aktivitas memasukkan atau mengeluarkan ayam di Desa Banjarsari dilakukan dengan cara ayam dikandangkan pada malam hari dan diumbar pada siang hari. Biaya kerja tenaga dalam keluarga pada strata 2 mencapai Rp Pengembangan KRPL KEMPLING dilaksanakan hanya beberapa menit atau beberapa jam, maka perhitungan untuk tenaga kerja disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui realisasi curahan waktu untuk melakukan kegiatan KRPL. Rata-rata curahan waktu dan curahan kerja dalam satu tahun dapat dilihat dalam Lampiran 5. Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya tunai pada strata 2 diperoleh sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan atas biaya total pada strata 2 diperoleh sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya total. Nilai R/C rasio pada strata 2 dapat digolongkan layak, karena nilainya lebih dari satu. Rata-rata pendapatan dari KRPL KEMPLING per rumah tangga dalam satu tahun di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 35. Penerimaan itik, kambing, dan ayam tidak dimasukkan dalam penerimaan karena diasumsikan ketiga ternak ini merupakan ternak yang penerimaannya tidak rutin karena penerimaannya yang diterima pada saat harihari besar keagamaan dan apabila rumah tangga membutuhkan uang yang 78

24 mendesak. Selain dari penerimaan tidak rutin, umur itik, kambing, dan sapi yang dimiliki oleh responden juga sudah terlalu lama. Tabel 36. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga Strata 2 dalam Satu Tahun No Keterangan Nilai (Rp) 1 Penerimaan Tunai - Produksi sayuran Produksi telur ayam Pembelian ternak (52.500) Penerimaan Non Tunai - Produksi sayuran Produksi telur ayam Produksi ayam Produksi itik* - - Produksi kambing* - - Produksi sapi* - Total Penerimaan Total Biaya Biaya Tunai Biaya yang Diperhitungkan Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C rasio Biaya Tunai 3,93 6 R/C rasio Biaya Total 1,94 Sumber : Data Primer (diolah), 2012 *) : Tidak masuk dalam penerimaan ( ) : penerimaannya bersifat mengurangi Berdasarkan pada Tabel 36 menunjukkan bahwa kegiatan KRPL di Desa Banjarsari menguntungkan karena nilai R/C lebih dari satu. Perhitungan R/C atas biaya tunai dilakukan melalui pembagian penerimaan total dengan penjumlahan biaya tunai. Pada strata 2, nilai R/C rasio pendapatan atas biaya total adalah sebesar 1,94 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan total sebesar Rp 1,94. Nilai R/C rasio pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar 3,93 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan dalam pelaksanaan KRPL strata 2 akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,93. 79

25 6.3.3 Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 3 Total penerimaan pada strata 3 sebesar Rp yang terdiri dari penerimaan dari sayuran sebesar Rp , produksi telur ayam buras sebesar Rp , pembelian ternak ayam buras sebesar Rp dan nilai produksi ayam buras sebesar Rp Total penerimaan ikan pada strata 3 sebesar Rp untuk Ikan Lele dan sebesar Rp untuk Ikan Nila. Rata-rata hasil Ikan Lele berisi 8 ekor /kg dan Ikan Nila per berisi 7 ekor /kg. Desa Banjarsari khusus strata 3 mendapatkan Bantuan dari pemerintah berupa pembuatan kolam, benih Nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), terpal, batu bata, ember, dinamo dan serokan. Bantuan pemerintah ini berasal dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat (IPTEKMAS) yang merupakan anggaran dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Bantuan pemerintah ini bersifat hibah yang akhirnya dapat menjadi insentif bagi masyarakat Desa Banjarsari agar dapat meningkatkan penganekaragaman sumberdaya pangan serta menunjang kebutuhan keluarga. Biaya tunai pada strata 3 meliputi jagrak/rak, benih/bibit, dan polibag. Apabila responden kurang benih/bibit, jagrak/rak, dan polibag maka mereka boleh menambah dengan mengusahakannya sendiri. Rata-rata rak yang dimiliki oleh responden sebanyak satu hingga dua rak dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang disusun secara bertingkat. Biaya tunai untuk ternak meliputi perlengkapan (tempat makan dan minum) yang biasanya responden menggunakan baskom, ember, atau tempat makanan bekas, pakan berupa bekatul dan menir dengan rata-rata perbandingan 80

26 pemberian pakan 1,1 : 0,3 kg/hari, kesehatan dengan memberikan kapsul dengan harga sebesar Rp 5.000/kapsul, dan perbaikan kandang. Pada perikanan, biaya tunai yang dikeluarkan meliputi pakan, kesehatan, serta benih ikan. Biaya pada perikanan yang paling besar dikeluarkan oleh responden adalah biaya pakan ikan. Hal ini disebabkan akses untuk membeli pakan jauh dari desa. Pemberian pakan untuk Ikan Lele dan Ikan Nila rata-rata 3,3 kg dalam sehari. Ikan Nila merupakan ikan yang membutuhkan pakan lebih banyak dan membutuhkan air yang deras atau mengalir. Responden kadang-kadang memberikan daun tela ke kolam ikan. Daun tela dapat menjadi vitamin buat Ikan Lele dan Ikan Nila. Kolam Ikan Lele rata-rata berukuran 4 m x 2 m x 0,5 m dan kolam untuk Ikan Nila rata-rata berukuran 3 m x 2 m x 0,3 m. Responden di Desa Banjarsari lebih banyak memiliki kolam Ikan Lele dibandingkan Ikan Nila yaitu dua kolam. Biaya yang diperhitungkan pada strata 3 untuk sayuran adalah jagrak/rak, benih/bibit, ajir/lanjaran, polibag, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan. Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung dimiliki sendiri oleh responden. Biaya yang diperhitungkan untuk ternak adalah biaya penyusutan kandang dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya yang diperhitungkan untuk perikanan meliputi penyusutan kolam, peralatan, dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya pengurangan nilai barang sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi tiap sarana produksi tidak dapat digunakan kembali (rusak). Total biaya 81

27 penyusutan untuk peralatan sayuran sebesar Rp /tahun. Rata-rata biaya penyusutan kandang di Desa Banjarsari senilai Rp /tahun dengan umur teknis kandang adalah 4 tahun. Rata-rata biaya penyusutan kolam Ikan Lele dan Ikan Nila di Desa Banjarsari senilai Rp dan Rp dengan umur teknis kolam adalah 10 tahun, maka jumlah penyusutan kolam Ikan Lele dan Ikan Nila tiap tahunnya adalah Rp /tahun. Serokan, pompa, dan pipa paralon mengalami penyusutan dalam pengembangan KRPL. Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam bercocok tanaman sayuran dimulai dari persiapan lahan (pengolahan tanah, pemupukan awal, penanaman), pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemasangan ajir), dan pemanenan. Pada aktivitas beternak, tenaga kerja melakukan kegiatan memberi makan, membersihkan kandang, dan memasukkan atau mengeluarkan ternak. Tenaga kerja dalam keluarga membersihkan kandang dalam frekuensi seminggu 3 kali. Aktivitas memasukkan atau mengeluarkan ayam di Desa Banjarsari dilakukan dengan cara ayam dikandangkan pada malam hari dan diumbar pada siang hari. Pada perikanan, tenaga kerja juga melakukan kegiatan memberi makan ke ikan pada siang hari dan sore hari serta membersihkan kolam. Waktu kerja di Desa Banjarsari dalam satu hari adalah 7 jam di tempat penelitian. Pengembangan KRPL KEMPLING dilaksanakan hanya beberapa menit atau beberapa jam, maka perhitungan untuk tenaga kerja disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Hal ini bertujuan agar mengetahui realisasi curahan waktu untuk melakukan kegiatan KRPL. Biaya tenaga kerja dalam keluarga pada strata 3 mencapai Rp Rata-rata curahan waktu dan curahan kerja dalam satu tahun dapat dilihat dalam Lampiran 5. 82

28 Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya tunai pada strata 3 diperoleh sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan atas biaya total KRPL di Desa Banjarsari pada strata 3 adalah Rp Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya total. Nilai R/C rasio pada strata 3 dapat digolongkan layak, karena nilainya lebih dari satu. Rata-rata Pendapatan dari KRPL KEMPLING per rumah tangga dalam satu tahun di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga Strata 3 dalam Satu Tahun No Keterangan Nilai (Rp) 1 Penerimaan Tunai - Produksi sayuran Produksi telur ayam Pembelian ternak (52.500) - Produksi Ikan Lele Produksi Ikan Nila Penerimaan Non Tunai - Produksi sayuran Produksi telur ayam Produksi ayam Produksi Ikan Lele Produksi Ikan Nila Bantuan Produksi itik* - - Produksi kambing* - - Produksi sapi* - Total Penerimaan Total Biaya Biaya Tunai Biaya yang Diperhitungkan Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C rasio Biaya Tunai 3,00 6 R/C rasio Biaya Total 1,95 Sumber : Data Primer (diolah), 2012 *) : Tidak masuk dalam penerimaan ( ) : penerimaannya bersifat mengurangi 83

29 Berdasarkan Tabel 37 menunjukkan bahwa kegiatan KRPL di Desa Banjarsari menguntungkan karena nilai R/C lebih dari satu. Perhitungan R/C atas biaya tunai dilakukan melalui pembagian penerimaan total dengan penjumlahan biaya tunai. Nilai R/C rasio pendapatan atas biaya total pada strata 3 adalah sebesar 1,95 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan total sebesar Rp 1,95. Nilai R/C rasio pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar 3,00 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan dalam pelaksanaan KRPL akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,00. Penerimaan itik, kambing, dan ayam tidak dimasukkan dalam penerimaan karena diasumsikan ketiga ternak ini merupakan ternak yang penerimaannya tidak rutin karena penerimaannya yang diterima pada saat harihari besar keagamaan dan apabila rumah tangga membutuhkan uang yang mendesak. Selain dari penerimaan tidak rutin, umur itik, kambing, dan sapi yang dimiliki oleh responden juga sudah terlalu lama Pendapatan KRPL KEMPLING per Luasan Lahan Status penguasaan lahan yang berbeda akan menentukan tingkat keragaman usaha tani, yang dalam hal ini meliputi tingkat produktivitas lahan dan distribusi pendapatan yang berlainan pula. Pendapatan per luasan lahan pada setiap strata KRPL KEMPLING berbeda karena penguasaan lahan yang berbeda dan paket komoditas setiap strata yang berbeda. Penguasaan lahan setiap strata per rumah tangga dapat dilihat pada Tabel Pengunaan lahan dalam pengembangan KRPL KEMPLING yang semakin luas, namun penggunaan untuk potensi tenaga kerja rata-rata hanya sebesar dua orang. Hal ini dikarenakan KRPL merupakan kegiatan yang sasarannya adalah ibu rumah tangga. Kepala rumah 84

30 tangga (bapak) dan anggota keluarga lainnya sifatnya hanya membantu kegiatan KRPL. Rata-rata pendapatan KRPL KEMPLING per m 2 per rumah tangga disajikan pada Tabel 38. Tabel 38. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Luasan Lahan No Klasifikasi Rata-rata Pendapatan (Rp/m 2 /rumah tangga) 1 2 Strata 1 Strata Strata Sumber : Data Primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 38 menunjukkan bahwa pendapatan per luas lahan yang paling besar pada strata 1 yaitu sebesar Rp dan pendapatan per luas lahan yang paling kecil pada strata 2 sebesar Rp Rata-rata pendapatan per m 2 per rumah tangga strata 2 memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan strata 1 dan strata 3. Hal ini dikarenakan (1) penggunaan input sayuran diperoleh paling kecil; (2) rendahnya kesadaran rumah tangga dalam mengusahakan sendiri benih/bibit sayuran akibatnya mereka bergantung dari pemberian KBD. Rumah tangga strata 1 memiliki lahan yang tergolong sempit, namun mereka mengusahakan secara optimal untuk mendapatkan sebesar-besarnya dengan mengusahakan sendiri benih/bibit dan yang diperoleh dari KBD. Penanaman sayuran di lahan sempit ini dengan meletakkan pada depan dan samping rumah serta di jagrak/rak. Sayuran yang diletakkan di jagrak/rak dipandang agar lebih rapi. Rumah tangga strata 1 memiliki distribusi pendapatan dari luar KRPL paling kecil sehingga mereka sadar akan pentingnya menanam tanaman pangan khususnya sayuran di pekarangan. Rumah tangga strata 2 memiliki lahan yang merupakan kategori sedang. Penanaman sayuran dilakukan di depan rumah dengan jagrak/rak dan kandang yang berada di samping rumah. Keliling halaman rumah juga terdapat tanaman 85

31 yang sudah turun temurun seperti pohon mangga, pohon pisang, dan lain-lain. Rumah tangga strata 3 merupakan rumah tangga yang memiliki lahan luas. Penanaman sayuran dilakukan di depan dan samping rumah serta di jagrak/rak. Beternak ayam dilaksanakan di samping rumah. Penggunaan lahan kolam ikan cukup luas untuk tingkat rumah tangga dan dilaksanakan di belakang rumah. Keliling halaman rumah juga terdapat tanaman yang sudah turun temurun Kontribusi KRPL KEMPLING terhadap Pendapatan Keluarga Pendapatan luar usaha KRPL berasal dari pendapatan anggota keluarga seperti suami atau istri dan anak. Jenis pekerjaan dari luar usaha KRPL yang menjadi sumber pendapatan diperoleh dari beraneka ragam pekerjaan. Distribusi pekerjaan luar usaha KRPL dari keluarga strata 1, strata 2, dan strata 3 dapat dilihat pada Tabel Tabel 39. Distrbusi Pekerjaan Luar Usaha KRPL dari Keluarga Strata 1 No Jenis Pekerjaan Jumlah Rata-rata Pendapatan Respondn (Rp/Bulan) (orang) 1 Petani PNS Buruh Wiraswasta Pensiun+buruh Petani+buruh Wiraswasta+buruh Rata-rata pendapatan (Rp/Bulan) Rata-rata pendapatan (Rp/Tahun) Sumber : Data Primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 39 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang paling besar pada sektor PNS yaitu rata-rata Rp dan pendapatan yang paling kecil pada sektor petani yaitu rata-rata Rp Sebagian rumah tangga strata 1 bekerja di sektor wiraswasta, kombinasi wiraswasta dan buruh dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp dan Rp

32 Sebagian rumah tangga strata 2 bekerja di sektor wiraswasta dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp Distribusi pekerjaan luar usaha KRPL strata 2 dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Distrbusi Pekerjaan Luar Usaha KRPL dari Keluarga Strata 2 No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden Rata-rata Pendapatan (orang) (Rp/Bulan) 1 Swasta Wiraswata PNS Petani+buruh Wirawswata+buruh Petani+wirawasata Petani+PNS Rata-rata pendapatan (Rp/Bulan) Rata-rata pendapatan (Rp/Tahun) Sumber : Data Primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 40 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang paling besar berada pada sektor PNS sebesar Rp Rata-rata pendapatan yang paling kecil berada pada sektor kombinasi petani dan buruh sebesar Rp Tabel 41. Distrbusi Pekerjaan Luar Usaha KRPL dari Keluarga Strata 3 No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden Rata-rata Pendapatan (orang) (Rp/Bulan) 1 PNS Wiraswasta Wiraswasta+Buruh Petani+Buruh Petani+Wiraswasta PNS+Wiraswasta Pensiunan+Wiraswasta PNS+Swasta Rata-rata pendapatan (Rp/Bulan) Rata-rata pendapatan (Rp/Tahun) Sumber : Data Primer, diolah (2012) Berdasarkan Tabel 41 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang paling besar pada sektor PNS yaitu rata-rata Rp Pendapatan yang 87

Lampiran 1. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga Strata 1 dalam Satu Tahun

Lampiran 1. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga Strata 1 dalam Satu Tahun LAMPIRAN 101 Lampiran 1. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga Strata 1 dalam Satu Tahun Keterangan Jumlah Satuan Harga satuan Nilai A. Biaya Tunai 1. Jagrak 2 Buah 55.000 110.000 2. Bibit

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

Lebih terperinci

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo Masyarakat di Desa Kalimulyo sebagian besar menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.

sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya. 1 ngin segar perubahan muncul ketika tim BPTP Lampung yang A sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Widya Sari Murni dan Rima Purnamayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari

Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari 1 Mengenal KRPL Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Diiringi dengan: 1. Jumlah penduduk semakin meningkat 2. Konversi lahan meningkat 3. Pemenuhan pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi Pemantapan kemandirian pangan melalui pekarangan Persepsi masyarakat

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah

Lebih terperinci

AKUAPONIK. Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto,

AKUAPONIK. Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto, AKUAPONIK Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto, 1 PENDAHULUAN Budidaya perikanan umumnya memerlukan lahan yang luas dan sumber air yang melimpah Keterbatasan lahan dan air merupakan kendala, terutama

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah Pendahuluan Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hayati yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan,

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Desain dan Instalasi Jaringan Irigasi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa Kayen, Kabupaten Pacitan

Desain dan Instalasi Jaringan Irigasi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa Kayen, Kabupaten Pacitan AgroinovasI Desain dan Instalasi Jaringan Irigasi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa Kayen, Kabupaten Pacitan Kementerian Pertanian telah mengembangkan suatu konsep pemanfaatan pekarangan dengan

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT.

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. Gusniwati dan Dedy Antoni Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN Dyah Panuntun Utami 1), Arif Pramudibyo 2) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat

Lebih terperinci

No. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti

No. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti No. Kode: 26.06.RDHP1801.19/022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Oleh : Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program P2KP di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Partisipasi menurut Mardikanto (1987) adalah keikutsertaan seseorang atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. (Kamis,14 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. (Kamis,14 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (Kamis,14 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Disusun oleh: PADIL, ST,

Lebih terperinci

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu Berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk (PSEP) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2005 diketahui jumlah keluarga miskin di Desa Sitemu 340 KK. Kriteria

Lebih terperinci

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017 Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret 2016 Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017 SUSENAS Sejak 1963- Sekarang Cakupan Estimasi Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota Responden: Rumah Tangga Biasa

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang A. Karakteristik Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian minat masyarakat untuk membeli sayur dan buah di Pasar Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang dilakukan di tiga wilayah

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013 DARI USAHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi   Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI (Oriza sativa L) DAN TERNAK ITIK PETELUR (Studi Kasus di Kelompok Mukti Tani Desa Banjarsari Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ai Indah Perwati, Dedi

Lebih terperinci

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari. Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari. Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah 46 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari Kecamatan Batanghari yang merupakan lokasi penelitian ini merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah tangga.

TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah tangga. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Menurut FAO (1997) menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB. Soli,loilo Ll* Xak"d hdrmi4&m1{

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB. Soli,loilo Ll* Xakd hdrmi4&m1{ PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB Soli,loilo Ll* Xak"d hdrmi4&m1{ KATA PENGANTAR Dalam berbagai kesempatan Presiden selalu mengingatkan kepada kita untuk berupaya meningkatkan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

KLOROFIL X - 2 : 58 62, Desember 2015 ISSN

KLOROFIL X - 2 : 58 62, Desember 2015 ISSN POLA DAN INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN MUSI RAWAS 1) Haris Kriswantoro 1) Firdinan Wahyudi 1) Dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK Pekarangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 41/07/71/Th. VIII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN GIZI KELUARGA MELALUI KRPL

UPAYA PENINGKATAN GIZI KELUARGA MELALUI KRPL UPAYA PENINGKATAN GIZI KELUARGA MELALUI KRPL JUDUL : Pemberdayaan Wanita Tani dalam Pengelolaan Lahan Pekarangan dengan Sayur-Sayuran dan Obat-obatan di Pesisir Pantai dalam Upaya Peningkatan Gizi Keluarga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci