BAB II KONDISI KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA
|
|
- Handoko Tanuwidjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONDISI KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA 2.1. Kondisi Umum Daerah Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami cenderung menurun dibandingkan tahun 2013 (6,25%). Namun dilihat kondisi setahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2016 sebesar 5,32% dan pada tahun 2017 naik menjadi sebesar 5,33%. Kondisi ini relevan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi nasional, namun kondisi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah terjadi stagnan pada angka 5,27%. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 6,30 6,10 6,25 5,90 5,70 5,50 5,30 5,10 4,90 5,71 5,11 5,21 5,27 5,28 5,47 5,44 5,01 5,32 5,33 5,27 5,27 5,19 5,06 4,70 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Nasional, Buku Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut lapangan usaha, 2018 Gambar 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta Tahun (%) Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kota-kota lainnya se Jawa Tengah pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi kota Surakarta menempati posisi ketiga tertinggi setelah Kota Semarang (5,64%) dan Kota Tegal (5,46%). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. II-Kondisi kemiskinan-1
2 5,70 5,60 5,50 5,46 5,64 5,40 5,30 5,20 5,10 5,18 5,21 5,32 5,33 5,27 5,19 5,00 4,90 Kota Magelang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kota Surakarta Kota Tegal Kota Semarang Kota Jawa Tengah Nasional PDRB Sumber : BPS Nasional, Buku Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut lapangan usaha, 2018 Gambar 2.2 Posisi Relatif Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2017 (%) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku (harga-harga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan. Selama lima tahun terakhir ( ) struktur perekonomian Kota Surakarta didominasi oleh 5 (lima) kategori lapangan usaha, diantaranya: konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor, informasi dan komunikasi, Industri Pengolahan; dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Hal ini dapat dilihat dari peranan masingmasing lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kota Surakarta. Sektor terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Surakarta pada tahun 2017 dihasilkan oleh lapangan usaha konstruksi, yaitu sebesar Rp ,65 juta; selanjutnya lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor sebesar Rp ,08 juta mengalami kenaikan dibanding tahun 2013 sebesar Rp ,39 juta rupiah; disusul oleh lapangan usaha Informasi dan komunikasi sebesar Rp ,76 juta; Kontribusi kategori Industri pengolahan sebesar II-Kondisi kemiskinan-2
3 Rp ,13 juta; Berikutnya lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar Rp ,56 juta. Salah satu sektor yang penyumbang PDRB terrendah yaitu sektor Pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp ,51 juta, salah satu penyebab utama adalah adalah berkurangnya luas lahan pada lapangan usaha tersebut. Lambatnya kenaikan harga produk lapangan usaha tersebut dibandingkan produk lain juga menjadi penyebab turunnya peranan lapangan usaha. II-Kondisi kemiskinan-3
4 Tabel 2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun (Juta Rupiah) Kategori Lapangan Usaha A Pertanian, Kehutanan, danperikanan , , , , ,51 B Pertambangan dan Penggalian 600,78 697,25 770,26 779,11 800,26 C Industri Pengolahan , , , , ,13 D Pengadaan Listrik dan Gas , , , , ,04 E Pengadaan Air, Pengelolaan , , , , ,83 Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi , , , , ,65 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , , , ,08 H Transportasi dan Pergudangan , , , , ,74 I Penyediaan Akomodasi dan Makan , , , , ,56 Minum J Informasi dan Komunikasi , , , , ,76 K Jasa Keuangan dan Asuransi , , , , ,78 L Real Estat , , , , ,64 M,N Jasa Perusahaan , , , , ,83 O Administrasi Pemerintahan, , , , , ,03 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan , , , , ,48 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , , , , ,32 R,S,T,U Jasa lainnya , , , , ,83 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,47 Sumber : BPS Kota Surakarta, Buku"Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta Menurut Lapangan Usaha ", 2018 II-Kondisi kemiskinan-4
5 PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha yang sudah bebas dari pengaruh inflasi. Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2017 sebesar Rp ,46 juta rupiah. Secara rinci PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. II-Kondisi kemiskinan-5
6 Tabel 2.2. PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun (Juta Rupiah) Kategori Lapangan Usaha A Pertanian, Kehutanan, danperikanan , , , , ,99 B Pertambangan dan Penggalian 562,50 549,59 535,17 532,82 530,74 C Industri Pengolahan , , , , ,47 D Pengadaan Listrik dan Gas , , , , ,52 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang , , , , ,10 F Konstruksi , , , , ,75 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi , , , , ,59 Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan , , , , ,25 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , , , , ,59 J Informasi dan Komunikasi , , , , ,75 K Jasa Keuangan dan Asuransi , , , , ,81 L Real Estat , , , , ,02 M,N Jasa Perusahaan , , , , ,42 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib , , , , ,54 P Jasa Pendidikan , , , , ,85 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , , , , ,40 R,S,T,U Jasa lainnya , , , , ,68 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,46 Sumber : BPs Kota Surakarta, Buku"Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta Menurut Lapangan Usaha ", 2018 II-Kondisi kemiskinan-6
7 Inflasi Inflasi merupakan persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Inflasi yaitu indikator ekonomi yang sering dicermati karena terkait langsung dengan kemampuan daya beli dari uang yang dimiliki oleh masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan tetap. Perubahan harga secara umum (inflasi/deflasi) untuk barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat di ukur dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Laju inflasi tahun kalender 2017 (Januari - Desember 2017) sebesar 3,10%, dalam kurun waktu lima tahun mengalami fluktuatif dengan angka tertinggi pada tahun 2013 sebesar 8,32% dan angka terendah pada tahun 2016 sebesar 2,15%, seperti terlihat pada gambar berikut. 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0, Indeks Gini 8,32 8,01 Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.3 Perkembangan Laju Inflasi Kota Surakarta Tahun (%) Salah satu indikator yang dipergunakan untuk menilai ketimpangan pemerataan pendapatan di suatu wilayah adalah dengan menggunakan Indeks Gini. Besarnya nilai Indeks Gini adalah 0 (nol) hingga 1 (satu) yang mengandung arti bahwa sama sekali tidak terjadi ketimpangan ketika capaian indeks Gini ketika bernilai 0 (nol) dan ketimpangan dapat dikatakan tinggi apabila capaian Indeks Gini ketika bernilai 1 (satu). Ketimpangan pemerataan pendapatan menggunakan Indeks Gini dapat diklasifikasikan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) 2,56 2,15 3,10 II-Kondisi kemiskinan-7
8 0,32 0,33 0,34 0,35 0,35 0,38 ketimpangan rendah (<0,3), (2) ketimpangan sedang (0,3-<0,4)dan (3) ketimpangan tinggi (>0,4-1). Indeks gini Kota Surakarta dalam periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terjadi fluktuatif dan posisi terendah pada tahun 2011 sebesar 0,33. Indeks gini Kota Surakarta selama tahun 2011 hingga tahun 2015 termasuk dalam kategori sedang. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. 0,38 0,37 0,36 0,35 0,34 0,33 0,33 0,32 0,31 0,37 0,35 0,36 Sumber: BPS, 2016 Gambar 2.4 Perkembangan Indeks Gini Kota Surakarta tahun , Indeks Gini Posisi relatif indeks gini Kota Surakarta tahun 2015 sebesar 0,35 berada di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 0,38 dan Nasional sebesar 0,41. Namun dibandingkan kota lainnya di Jawa Tengah, Kota Surakarta masih lebih tinggi dibandingkan Kota Magelang, Kota Semarang dan Kota Pekalongan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut. 0,5 0,4 0,3 0,2 0,41 0,38 0,1 0 Kota Kota Kota Kota Kota Tegal Pekalongan Semarang Magelang Surakarta Kabupaten Jateng Nasional Kota Salatiga Sumber: BPS, 2016 Gambar 2.5 Posisi Relatif Indeks Gini Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2015 II-Kondisi kemiskinan-8
9 Indeks Pembangunan Manusia 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui status kemampuan dasar penduduk, yang dihitung BPS dari beberapa komponen, meliputi Angka Harapan Hidup, Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran Per Kapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak. IPM Kota Surakarta terus meningkat tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2013 sebesar 78,89, meningkat menjadi sebesar 80,85 pada tahun Kondisi tersebut relevan terhadap realisasi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, seperti terlihat pada gambar berikut: 85,00 80,00 78,89 79,34 80,14 80,76 80,85 75,00 70,00 65,00 68,31 68,90 68,02 68,78 69,55 70,18 70,81 69,49 69,98 70,52 60,00 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.6 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surakarta Tahun Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 80,85, merupakan ketiga tertinggi di seluruh wilayah Jawa Tengah setelah Kota Semarang sebesar 82,01 dan Kota Salatiga sebesar 81,68. Secara rinci terlihat pada gambar berikut. II-Kondisi kemiskinan-9
10 Brebes Pemalang Banjarnegara Tegal Wonosobo Batang Blora Purbalingga Kebumen Temanggung Magelang Pekalongan Wonogiri Grobogan Cilacap Rembang Pati Demak Kendal Banyumas Jepara Purworejo Sragen Boyolali Semarang Kota Pekalongan Kudus Kota Tegal Klaten Karanganyar Sukoharjo Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang 64,86 65,04 65,86 66,44 66,89 67,35 67,52 67,72 68,29 68,34 68,39 68,40 68,66 68,87 68,90 68,95 70,12 70,41 70,62 70,75 70,79 71,31 72,40 72,64 73,20 73,77 73,84 73,95 74,25 75,22 75,56 77,84 80,85 81,68 82,01 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 70,81 70,52 Kabupaten/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.7 Posisi Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surakarta dan Kab/Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2017 Kondisi indikator pembentuk IPM Kota Surakarta sebagai berikut : a) Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh masyarakat sejak lahir yang mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Kualitas kesehatan masyarakat Kota Surakarta secara umum semakin membaik berdasarkan rata-rata usia harapan hidup yang semakin panjang. Angka Harapan Hidup Kota Surakarta dalam kurun waktu menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu dari sebesar 76,97 pada tahun 2013 menjadi sebesar 77,06 pada tahun 2017, kondisi tersebut relevan dengan Jawa Tengah dan Nasional. Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut. II-Kondisi kemiskinan-10
11 74,19 74,23 76,66 76,98 77,06 77,21 78,00 76,97 76,99 77,00 77,03 77,06 76,00 74,00 72,00 73,28 73,88 73,96 74,02 74,08 70,00 68,00 66,00 70,40 70,59 70,78 70,90 71,06 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.8 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Surakarta Tahun Posisi relatif angka harapan hidup di antara kota-kota di Provinsi Jawa Tengah, Kota Surakarta menempati posisi kedua tertinggi setelah Kota Semarang, seperti terlihat pada gambar berikut. P E K A L O N G A N T E G A L M A G E L A N G S A L A T I G A S U R A K A R T A S E M A R A N G Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.9 Posisi Relatif Angka Harapan Hidup Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 b) Harapan Lama Sekolah Harapan lama sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas, digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai II-Kondisi kemiskinan-11
12 12,77 12,88 13,55 14,50 14,70 14,98 oleh setiap anak. Capaian harapan lama sekolah di Kota Surakarta dalam kurun waktu menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu dari sebesar 13,64 (tahun 2013) menjadi 14,51 (tahun 2017), kondisi tersebut relevan dengan Jawa Tengah dan Nasional, seperti terlihat pada gambar berikut. 15,00 14,50 14,00 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 14,50 14,51 14,14 13,92 13,64 12,39 12,55 12,72 12,85 12,10 12,38 12,45 12,57 12,17 11,89 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.10 Perkembangan Harapan Lama Sekolah di Kota Surakarta Tahun Posisi relatif harapan lama sekolah di antara kota-kota se Jawa Tengah, harapan lama sekolah Kota Surakarta menempati posisi ketiga tertinggi setelah Kota Salatiga dan Kota Semarang, secara dapat dilihat pada gambar berikut. P E K A L O N G A N T E G A L M A G E L A N G S U R A K A R T A S E M A R A N G S A L A T I G A Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.11 Posisi Relatif Harapan Lama Sekolah Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-12
13 c) Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam Pendidikan Formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). Angka rata-rata lama sekolah bermanfaat untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam Pendidikan Formal. Rata-rata lama sekolah di Kota Surakarta mengalami kenaikan, yaitu dari 10,25 tahun pada tahun 2013 menjadi sebesar 10,38 tahun pada tahun 2017, kondisi tersebut relevan dengan Jawa Tengah dan Nasional. Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut : 11,00 10,25 10,33 10,36 10,37 10,38 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 7,61 7,73 7,84 7,95 8,10 6,80 6,93 7,03 7,15 7,27 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.12 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kota Surakarta Tahun Dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah, posisi Rata-rata lama sekolah Kota Surakarta menempati posisi kedua tertinggi setelah Kota Semarang, seperti terlihat pada Gambar berikut. II-Kondisi kemiskinan-13
14 8,29 8,56 10,15 10,30 10,38 10,50 T E G A L P E K A L O N G A N S A L A T I G A M A G E L A N G S U R A K A R T A S E M A R A N G Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.13 Posisi Relatif Rata-Rata Lama Sekolah Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 d) Pengeluaran Per Kapita Pengeluaran perkapita di Kota Surakarta mengalami kenaikan dari Rp ribu (tahun 2013) menjadi Rp ribu (tahun 2017). Kondisi tersebut relevan dengan kondisi pengeluaran per kapita Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.14 Perkembangan Pengeluaran per Kapita Kota Surakarta Tahun Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan capaian pengeluaran per kapita di antara kota-kota di Provinsi Jawa Tengah, capaian II-Kondisi kemiskinan-14
15 pengeluaran per kapita Kota Surakarta menempati posisi ketiga. Pengeluaran per kapita kota-kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar berikut. M A G E L A N G P E K A L O N G A N T E G A L S U R A K A R T A S E M A R A N G S A L A T I G A Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.15 Posisi Relatif Pengeluaran Per Kapita Kota Surakarta dan Kota-Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 (Ribu Rupiah) 2.2. Kondisi Umum Kemiskinan Kondisi umum kemiskinan Kota Surakarta terdiri dari 4 indikator, meliputi: 1) Persentase Penduduk Miskin (P0); 2) Jumlah Penduduk Miskin; 3) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1); 4) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Persentase Penduduk Miskin Persentase penduduk miskin di Kota Surakarta tahun 2013 hingga tahun 2017 terus menurun dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2013 sebesar 11,74% dan pada tahun 2017 menurun menjadi sebesar 10,65%. Kondisi tersebut relevan dengan Jawa tengah, sedangkan Nasional berfluktuatif. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut ini. II-Kondisi kemiskinan-15
16 Kota Semarang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kab. Kudus Kab. Semarang Kota Tegal Kab. Jepara Kab. Sukoharjo Kota Magelang Kab. Tegal Kota Surakarta Kab. Batang Kab. Kendal Kab. P a t i Kab. Temanggung Kab. Boyolali Kab. Karanganyar Kab. Magelang Kab. Pekalongan Kab. Wonogiri Kab. Blora Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Purworejo Kab. Cilacap Kab. Sragen Kab. Klaten Kab. Banyumas Kab. Banjarnegara Kab. Pemalang Kab. Rembang Kab. Purbalingga Kab. Brebes Kab. Kebumen Kab. Wonosobo 4,62 5,07 7,47 7,59 7,78 8,11 8,12 8,75 8,75 9,90 10,65 10,80 11,10 11,38 11,46 11,96 12,28 12,42 12,61 12,90 13,04 13,27 13,41 13,81 13,94 14,02 14,15 17,05 17,21 17,37 18,35 18,80 19,14 19,60 20,32 15,00 14,50 14,00 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 11,74 14,44 11,47 10,96 13,58 13,58 11,22 10,95 10,89 13,27 10,88 13,01 10,65 10,70 10,64 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.16 Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun Berdasarkan posisi relatif, persentase penduduk miskin Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 10,65% berada di atas rata-rata Nasional (10,64%) dan berada di bawah rata-rata Jawa Tengah (13,01%). Dibandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah, Kota Surakarta menempati urutan ke 11 terendah setelah Kota Semarang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan, Kudus, Semarang, Kota Tegal, Jepara, Sukoharjo, Kota Magelang dan Tegal. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 25,00 20,00 15,00 10,00 13,01 10,64 5,00 0,00 Kab/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.17 Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-16
17 Kota Salatiga Kota Magelang Kota Tegal Kota Pekalongan Kota Surakarta Kab. Kudus Kab. Sukoharjo Kab. Semarang Kota Semarang Kab. Batang Kab. Temanggung Kab. Purworejo Kab. Jepara Kab. Kendal Kab. Karanganyar Kab. Pekalongan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Boyolali Kab. Wonogiri Kab. Sragen Kab. P a t i Kab. Tegal Kab. Demak Kab. Banjarnegara Kab. Magelang Kab. Wonosobo Kab. Klaten Kab. Purbalingga Kab. Grobogan Kab. Pemalang Kab. Kebumen Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Brebes Jumlah Penduduk Miskin Perkembangan jumlah penduduk miskin Kota Surakarta pada tahun 2013 hingga tahun 2017 terus mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2013 sebesar jiwa sampai dengan tahun 2017 menurun menjadi sebesar jiwa atau turun sebanyak jiwa Kota Surakarta Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.18 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun (jiwa) Sedangkan posisi relatif jumlah penduduk miskin Kota Surakarta tahun 2017 sebanyak jiwa menempati posisi terendah ke 5 terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah, setelah Kota Salatiga, Kota Magelang, Kota Tegal dan Kota Pekalongan Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.19 Posisi Relatif Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-17
18 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat (semakin senjang) dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2013 sebesar 1,63 menurun menjadi 1,48 pada tahun 2014, pada tahun 2015 meningkat menjadi 1,74, kemudian pada tahun 2016 menurun kembali menjadi 1,34, dan pada tahun 2017 kembali naik menjadi 1,87. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. 2,60 2,40 2,374 2,440 2,370 2,20 2,087 2,214 2,00 1,89 1,97 1,87 1,80 1,75 1,74 1,83 1,60 1,40 1,63 1,48 1,74 1,34 1,20 1,00 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.20 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta pada tahun 2017 sebesar 1,87 berada di atas rata-rata Jawa Tengah (1,83) dan di bawah rata-rata Nasional (2,214). Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya se Jawa Tengah, Kota Surakarta menempati posisi ke-16 tertinggi setelah Wonosobo, Kebumen, Pemalang, banjarnegara, Rembang, Banyumas, Brebes, Purbalingga, Klaten, Purworejo, Demak, Grobogan, Cilacap, Boyolali dan Sragen. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. II-Kondisi kemiskinan-18
19 Kota Semarang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kab. Sukoharjo Kab. Jepara Kab. Kudus Kab. Semarang Kab. Tegal Kota Magelang Kota Tegal Kab. P a t i Kab. Batang Kab. Blora Kab. Magelang Kab. Kendal Kab. Pekalongan Kab. Wonogiri Kab. Temanggung Kab. Karanganyar Kota Surakarta Kab. Sragen Kab. Boyolali Kab. Cilacap Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Purworejo Kab. Klaten Kab. Purbalingga Kab. Brebes Kab. Banyumas Kab. Rembang Kab. Banjarnegara Kab. Pemalang Kab. Kebumen Kab. Wonosobo 0,54 0,85 0,92 0,93 0,98 1,00 1,10 1,27 1,30 1,42 1,44 1,51 1,53 1,67 1,69 1,73 1,80 1,81 1,85 1,87 1,93 1,96 1,98 2,03 2,20 2,25 2,46 2,79 3,06 3,19 3,24 3,25 3,52 3,62 3,85 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 2,214 1,83 Kab/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.21 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta Tahun Indeks Keparahan kemiskinan (P2) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) merupakan satuan indeks yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dalam kurun waktu lima tahun terakhir ( ) Kota Surakarta terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat (semakin timpang), yaitu pada tahun 2013 sebesar 0,34 menurun menjadi 0,30 pada tahun 2014, selanjutnya pada tahun 2015 naik menjadi 0,40, kemudian menurun pada tahun 2016 menjadi 0,35, dan pada tahun 2017 kembali naik menjadi 0,44. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. II-Kondisi kemiskinan-19
20 Kota Semarang Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Kudus Kota Salatiga Kab. Jepara Kab. Semarang Kab. Tegal Kab. Magelang Kab. Blora Kab. Batang Kota Magelang Kab. P a t i Kab. Pekalongan Kota Tegal Kab. Kendal Kab. Cilacap Kab. Sragen Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Temanggung Kota Surakarta Kab. Boyolali Kab. Purworejo Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Klaten Kab. Purbalingga Kab. Brebes Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Rembang Kab. Kebumen Kab. Pemalang Kab. Wonosobo 0,12 0,17 0,2 0,21 0,21 0,22 0,25 0,27 0,31 0,31 0,31 0,32 0,35 0,36 0,38 0,39 0,42 0,42 0,43 0,43 0,43 0,44 0,53 0,54 0,56 0,59 0,61 0,68 0,78 0,84 0,85 0,89 0,99 1,00 1,1 0,70 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,65 0,63 0,59 0,573 0,51 0,54 0,48 0,44 0,48 0,44 0,44 0,40 0,34 0,35 0,30 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.22 Grafik Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Surakarta Tahun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 0,44 berada di bawah rata-rata Jawa Tengah (0,48) dan Nasional (0,573), serta menempati posisi ke-14 tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah, setelah Wonosobo, Pemalang, Kebumen, Rembang, Banyumas, Banjarnegara, Brebes, Purbalingga, Klaten, Demak, Grobogan, Purworejo, dan Boyolali, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut. 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,573 0,48 0,2 0 Kab/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.23 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Surakarta Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-20
21 Kinerja Persentase Penduduk Miskin Persentase penduduk miskin Kota Surakarta saat ini data yang tersedia dari Badan Pusat Statistik masih data tahun 2017 sebesar 10,65%. Data tahun 2017 dibandingkan target tahun 2018 sebesar 8,34% dengan kinerja sebesar 72,30% atau status perlu upaya keras, artinya persentase realisasi dibandingkan target dengan kinerja kurang dari atau sama dengan 75%. Tabel 2.3. Kinerja Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2018 Realisasi Target Kinerja ,74 10,95 10,89 10,88 10,65 N/A 8,34 72,30 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Status Perlu upaya keras II-Kondisi kemiskinan-21
I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN
No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN
7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social
Lebih terperinciGambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,
No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016
No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),
KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1
Lebih terperincihttps://binjaikota.bps.go.id
BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH
No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih
Lebih terperinciBPS KABUPATEN MALINAU
BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen
No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan
Lebih terperinciTABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN
TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh
Lebih terperinciBila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan
Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014
Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014
No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016
No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo
Lebih terperinciBPS KABUPATEN BATU BARA
BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014
No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 27/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,24 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2017
Lebih terperinciTIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal
LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015
No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016
BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017
Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 No. 79/11/33/Th. XI, 06 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Agustus
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016
No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017
No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pendapatan suatu pembangunan perekonomian di Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN
Lebih terperinciBPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 45/08/Th.XIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,29 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian
Lebih terperinciData PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun
92 Lampiran Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun 2010-2014 PDRB ADHK 2010 Tahun Kota Magelang Kabupaten MGL Wonosobo Temanggung Purworejo
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017
No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dimasa pergantian era reformasi pembangunan manusia merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pemerintah di Indonesia, bahkan tidak hanya di Indonesia di negara-negara
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016
No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016
No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471
Lebih terperinciBPS KABUPATEN LANGKAT No. 01/11/1213/Th. IX, 1 Nopember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015
No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian
Lebih terperinciBPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t
PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015
BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017
No. 40/08/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 2,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 26/05/32/Th.XVIII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,08 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015
No. 64/11/13/Th.XVIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- TUMBUH 4,71 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016
BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/08/53/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 TUMBUH PERSEN 5,29 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinci