III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup benih ikan patin diamati selama 3 hari masa pemeliharaan. Data hasil kelangsungan hidup benih ikan patin dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. 1 1 a 1 a 1 a 1 a Kelangsungan Hidup (%) Keterangan: Huruf superscript yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>,5). Gambar 1. Kelangsungan hidup benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K.kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan uji statistik pada Lampiran 2, diketahui bahwa tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata dimana semua perlakuan memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 1% Laju Pertumbuhan Harian Pengaruh pemberian sinbiotik dengan dosis yang berbeda pada pakan menghasilkan nilai laju pertumbuhan harian yang berbeda pula. Perbedaan nilai laju pertumbuhan harian pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. 11

2 Laju Pertumbuhan Harian (%) a 3.14 b 3.56 b 2.24 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>,5). Gambar 2. Laju pertumbuhan harian benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada perlakuan B yaitu sebesar 3,56%. Sedangkan nilai yang terendah terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 2,24%. Pada kontrol, nilai laju pertumbuhan harian sebesar 2,63% dan pada perlakuan A sebesar 3,14%. Hasil uji statistik pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan harian perlakuan A dan B berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan C. Namun perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, sedangkan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan C Pertumbuhan Panjang Perbedaan panjang awal dan akhir benih ikan patin selama 3 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rata-rata panjang awal dan akhir benih ikan patin Rata-rata panjang awal (Lo) (cm) Rata-rata panjang akhir (Lt) (cm) K 3,52 7,4 A 3,62 7,92 B 3,48 8,2 C 3,62 7,24 Keterangan: K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 12

3 Pengaruh pemberian sinbiotik dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan panjang yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. Pertumbuhan panjang (cm) b 4.31 c 4.54 c 3.62 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>,5). Gambar 3. Pertumbuhan panjang benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Nilai dari pertumbuhan panjang yang dihasilkan masing-masing perlakuan mengalami perbedaan, dimana nilai tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 4,54 cm. Nilai pertumbuhan panjang terendah terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 3,62 cm. Sedangkan nilai pertumbuhan panjang pada kontrol dan perlakuan A secara berturut-turut adalah sebesar 3,89 cm dan 4,31 cm. Berdasarkan hasil uji statistik pada Lampiran 4, didapatkan bahwa perlakuan A dan B tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Namun kedua perlakuan ini menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan yang lainya Konversi Pakan Nilai konversi pakan yang dihasilkan dari pemberian pakan sinbiotik dengan dosis berbeda dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. 13

4 Konversi Pakan c 1.46 c 1.28 b 1.7 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>,5). Gambar 4. Konversi pakan benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Berdasarkan Gambar 4 di atas, diketahui bahawa nilai konversi pakan tertinggi selama pemeliharaan benih ikan patin terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar1,46. Konversi pakan yang terendah terdapat pada perlakuan B dengan nilai 1,7. Sedangkan nilai konversi pakan pada kontrol dan perlakuan A secara berturut-turut adalah sebesar 1,4 dan 1,28. Setelah diuji statistik, didapatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antara kontrol dengan perlakuan C, namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan A dan B (Lampiran 5) Hematologi Ikan Total Eritrosit Hasil pengukuran rata-rata jumlah sel darah merah (1 6 sel/mm 3 ) pada masing-masing perlakuan pada akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. 14

5 Total Eritrosit (1 6 sel/mm 3 ) Gambar 5. Total eritrosit benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Total eritrosit benih ikan patin pada akhir pemeliharaan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Total eritrosit dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 1,74 x 1 6 sel/mm 3. Nilai terendah total eritrosit terdapat pada perlakuan C dengan nilai,53 x 1 6 sel/mm 3. Sedangkan total eritrosit pada kontrol adalah sebesar 1,9 x 1 6 sel/mm 3 dan pada perlakuan A sebesar 1,27 x 1 6 sel/mm Total Leukosit Rata-rata total leukosit (1 5 sel/mm 3 ) masing-masing perlakuan yang diamati pada akhir pemeliharaan ditunjukkan pada Gambar 6 berikut. Total Leukosit (1 5 sel/mm 3 ) Gambar 6. Total leukosit benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 15

6 Berdasarkan data yang disajikan pada Gambar 6 diatas, diketahui bahwa total leukosit pada kontrol adalah sebesar 1,29 x 1 5 sel/mm 3. Berikutnya pada perlakuan A sebesar 8,9 x 1 5 sel/mm 3, perlakuan B sebesar 6,78 x 1 5 sel/mm 3, dan perlakuan C sebesar 6,96 x 1 5 sel/mm 3. Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata total leukosit tertinggi terdapat pada kontrol, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan B Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin (gram%) yang diamati pada masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 7 berikut. 1 Hemoglobin (gram%) Gambar 7. Kadar hemoglobin benih ikan patin selama pemeliharaan perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Kadar hemoglobin yang didapat pada masing-masing perlakuan menunjukkan korelasi yang positif terhadap total eritrosit, dimana nilai tertinggi terdapat pada perlakuan B dan yang terendah terdapat pada perlakuan C. Adapun nilai kadar hemoglobin pada masing-masing perlakuan adalah kontrol sebesar 5,4 gram%, perlakuan A sebesar 6,4 gram%, perlakuan B sebesar 6,8 gram%, dan perlakuan C sebesar 3,4 gram% Kadar Hematokrit Kadar hematokrit (%) yang terukur dari masing-masing perlakuan pada akhir pemeliharaan disajikan pada Gambar 8 berikut. 16

7 Kadar Hematokrit (%) Gambar 8. Kadar hematokrit benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Sama halnya dengan nilai dari kadar hemoglobin, kadar hematokrit juga memiliki hasil yang berkorelasi positif dengan total eritrosit. Namun nilai terendah dari kadar hematokrit terdapat pada kontrol dan perlakuan C yaitu sebesar 12,5%. Sedangkan kadar hematokrit pada perlakuan B dengan nilai tertinggi adalah sebesar 22,5% dan nilai kadar hematokrit pada perlakuan A adalah sebesar 17,95% Diferensial Leukosit Pengamatan diferensial leukosit pada benih ikan patin terdiri dari jumlah limfosit, monosit, trombosit dan neutrofil yang ditunjukkan pada Gambar 9 berikut. L M T N Gambar 9. Diferensial leukosit; L. limfosit; M. monosit; T. trombosit; N. neutrofil. 17

8 Jumlah Limfosit Rata-rata jumlah limfosit (%) benih ikan patin pada akhir perlakuan ditunjukkan pada Gambar 1 berikut. Jumlah Limfosit (%) Gambar 1. Jumlah limfosit benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Data dari Gambar 1 di atas terlihat bahwa jumlah limfosit pada masingmasing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda. Jumlah limfosit terbanyak terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 71%, dan yang paling sedikit terdapat pada kontrol dengan nilai 49%. Sedangkan jumlah limfosit pada perlakuan A dan C secara berturut-turut adalah sebanyak 64% dan 54% Jumlah Monosit Perbedaan rata-rata jumlah monosit benih ikan patin yang diamati pada akhir perlakuan disajikan pada Gambar 11 berikut. 18

9 Jumlah Monosit (%) Gambar 11. Jumlah monosit benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Gambar 11 di atas, diketahui bahwa rata-rata jumlah monosit benih ikan patin tertinggi terdapat pada kontrol dengan nilai sebesar 26%. Nilai terendah dari jumlah monosit terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 12%. Sedangkan jumlah monosit pada perlakuan A adalah sebesar 16% dan pada perlakuan C adalah sebesar 22% Jumlah Trombosit Rata-rata jumlah trombosit (%) yang berbeda-beda dari masing-masing perlakuan pada akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 12 berikut. Jumlah Trombosit (%) Gambar 12. Jumlah trombosit benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 19

10 Seperti halnya dengan jumlah limfosit dan jumlah monosit, jumlah trombosit pada setiap perlakuan memiliki nilai yang berbeda. Nilai tertinggi dari jumlah trombosit terdapat pada kontrol yaitu sebesar 1%. Nilai terendah terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 3%. Sedangkan pada perlakuan A sebesar 6% dan pada perlakuan C sebesar 9% Jumlah Neutrofil Rata-rata jumlah neutrofil (%) yang terhitung dari masing-masing perlakuan pada akhir pemeliharaan disajikan pada Gambar 13 berikut. Jumlah Neutrofil (%) Gambar 13. Jumlah neutrofil benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Data pada Gambar 13 di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah neutrofil pada beberapa perlakuan menghasilkan nilai yang relatif sama. Jumlah neutrofil pada kontrol dan perlakuan C sebesar 15%, sedangkan pada perlakuan A dan B sebesar 14% Aktivitas fagositosis Persentase aktivitas fagositosis yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut. 2

11 Aktivitas Fagositosis (%) Gambar 14. Aktivitas fagositosis benih ikan patin selama perlakuan sinbiotik; K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 Persentase aktivitas fagositosis yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan menunjukkan nilai yang berbeda. Nilai persentase tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 37%. Persentase terendah terdapat pada kontrol dengan nilai 16%. Sedangkan persentase aktivitas fagositosis pada perlakuan A dan C adalah sebesar 29% dan 3% Kualitas Air Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini terdiri dari suhu, DO, ph, dan TAN. Adapun kisaran dari parameter kualitas air tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Kualitas air selama perlakuan sinbiotik Parameter Referensi (SNI 2) Suhu ( C) , DO (ppm) 5,3 7,5 5,8 7,5 5,5 7,5 6,2 7,5 > 4 ph 6,7 7,49 6,63 7,49 6,68 7,49 7,18 7,49 6,5 7,5 TAN (ppm),5,6,5,9,5,51,5,94 < 1 Keterangan: K. kontrol; A. sinbiotik,5 dosis; B. sinbiotik 1 dosis; C. sinbiotik 2 21

12 Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 3, kisaran suhu, DO, ph, dan TAN air selama pemeliharaan masih berada pada batas toleransi benih ikan patin. 3.2 Pembahasan Penggunaan probiotik dalam kegiatan akuakultur saat ini mulai banyak diterapkan untuk meningkatkan produksi. Ada beberapa fungsi probiotik dalam akuakultur seperti meningkatkan nilai nutrisi pakan, meningkatkan sistem imun, dan memperbaiki kualitas air media pemeliharaan. Dari beberapa keuntungan tersebut, fungsi probiotik yang paling diandalkan saat ini adalah potensinya untuk meningkatkan sistem imun pada ikan (Nayak 21). Sedangkan prebiotik merupakan salah satu bahan penyusun makanan yang tidak dicerna oleh saluran pencernaan dan dapat menstimulasi pertumbuhan serta aktivitas bakteri flora normal di dalam saluran pencernaan hewan inang (Ringo et al. 21). Kerjasama antara penggunaan probiotik dan prebiotik biasa disebut dengan sinbiotik. Penggunaan sinbiotik dalam dosis yang tepat mampu meningkatkan pertumbuhan serta sistem imun pada ikan. Kelangsungan hidup ikan dalam penelitian ini adalah sebesar 1% pada semua perlakuan. Hal ini menandakan bahwa semua ikan dalam keadaan sehat. Namun dilihat dari pertumbuhan dan sistem imun ikan dari masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda. Dimana dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian sinbiotik dengan dosis berbeda melalui pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan sistem imun pada benih ikan patin. Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi keturunan, umur dan penyakit ikan sedangkan faktor luar meliputi pakan, padat penebaran dan lingkungan (Effendie 1997). Penggunaan sinbiotik pada pakan dengan dosis berbeda menghasilkan kinerja pertumbuhan benih ikan patin yang berbeda pula. Berdasarkan hasil yang didapat, laju pertumbuhan harian benih ikan patin tertinggi terdapat pada perlakuan B (sinbiotik 1 dosis) yaitu sebesar 3,56% dan yang terendah terdapat pada perlakuan C (sinbiotik 2 dosis) yaitu sebesar 2,24%. 22

13 Selain itu, pertumbuhan panjang benih ikan patin yang paling tinggi juga didapat pada perlakuan B yaitu sebesar 4,54 cm. Sedangkan nilai terendah juga terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 3,62 cm. Hasil yang didapat tersebut menunjukkan bahwa dosis optimal pemberian sinbiotik untuk meningkatkan pertumbuhan benih ikan patin adalah 1 dosis (1% probiotik dan 2% prebiotik). Semakin tinggi pemberian dosis sinbiotik menyebabkan semakin menurunnya kinerja pertumbuhan pada benih patin bahkan menghasilkan pertumbuhan yang lebih kecil dibandingkan kontrol. Hasil penelitian Li et al. (29) menyebutkan bahwa pengaruh optimal pemberian sinbiotik pada udang vaname terdapat pada dosis,2% isomaltooligosaccharides (IMO) yang ditambahkan 1 8 CFU/gram pakan bakteri Bacillus OJ (PB). Selanjutnya, efek positif tersebut menurun secara signifikan ketika dosis pemberian PB ditingkatkan menjadi 1 1 CFU/gram pakan. Dalam penelitian ini, pada perlakuan B diduga dosis sinbiotik yang diberikan merupakan dosis yang paling efektif untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan pada benih ikan patin. Pada perlakuan ini, diduga bahwa pemberian sinbiotik mampu meningkatkan kecernaan pakan yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan. Menurut Putra (21), gabungan pemberian bakteri NP5 sebagai probiotik dan oligosakarida dari ekstrak ubi jalar sebagai prebiotik menunjukkan pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi cukup baik, sehingga protein digunakan secara optimal untuk proses pertumbuhan. Konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR) merupakan suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging ikan kultur (Effendi, 24). Menurut Mahyuddin (28), konversi pakan (FCR) dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan ikan. Apabila nilai konversi pakan rendah, kualitas pakan yang diberikan baik (analog dengan pertumbuhan ikan baik). Namun jika konversi pakannya tinggi, berarti kualitas pakannya kurang baik atau jumlah pakan yang diberikan tidak efektif untuk pertumbuhan berat badan ikan. Berdasarkan hasil yang didapat, nilai konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan B, sedangkan yang tertinggi terdapat pada perlakuan C. Hasil ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian dosis sinbiotik, semakin tidak efisien pemanfaatan pakan yang diberikan. Hasil penelitian Son et al. (29) menyatakan bahwa 23

14 pemberian probiotik Lactobacillus plantarum dengan dosis 1 8 CFU/kg pakan pada ikan kerapu lumpur Epinephelus coioides menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dosis 1 6 dan 1 1 CFU/kg pakan terhadap peningkatan nilai efisiensi pakan. Pada perlakuan B, terlihat bahwa pemanfaatan pakan yang diberikan menunjukkan hasil yang paling efisien dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena adanya peningkatan aktivitas enzim amilase dan enzim protease yang mampu meningkatkan kecernaan karbohidrat dan protein pada pakan sehingga pemanfaatan pakan menjadi lebih efektif. Hasil penelitian Putra (21) menunjukkan pada perlakuan sinbiotik terjadi peningkatan aktivitas enzim amilase dan enzim protease dalam pencernaan ikan nila yang kemudian mampu meningkatkan nilai kecernaan karbohidrat dan protein dalam pakan. Dengan demikian protein dan energi nutrien pakan yang diserap oleh usus untuk dimanfaatkan tubuh menjadi lebih tinggi, sehingga pemanfaatan pakan menjadi lebih optimal. Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (Randal 197 dalam Affandi dan Tang 22). Darah ikan berfungsi utuk mengedarkan nutrien yang berasal dari pencernaan makanan ke sel-sel tubuh, membawa oksigen ke sel-sel tubuh (jaringan), serta membawa hormon dan enzim ke organ tubuh yang memerlukannya (Lagler et al. 1977). Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5, jumlah sel darah merah yang paling tinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 1,74 x 1 6 sel/mm 3, dan terendah pada perlakuan C dengan nilai,53 x 1 6 sel/mm 3. Tingginya nilai sel darah merah pada perlakuan B diduga karena fungsi ginjal pada ikan dalam keadaan baik, sehingga jumlah sel darah merah yang diproduksi pun dalam jumlah yang baik untuk keadaan ikan yang sehat. Sedangkan rendahnya total eritrosit pada perlakuan C menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pemberian sinbiotik tidak memberikan pengaruh yang baik terhadap respon imun benih ikan patin. Li et al. (29) menyatakan bahwa pengaruh peningkatan dosis bakteri probiotik tidak selalu berimplikasi positif terhadap peningkatan respon imun. Pemberian dengan dosis tinggi mungkin tidak mampu meningkatkan respon imun, bahkan mungkin dapat menghambat respon imun. Hasil penelitian 24

15 Li et al. (29) menunjukkan bahwa pada perlakuan sinbiotik dengan dosis prebiotik IMO,2%, menghasilkan penurunan nilai aktivitas fagositosis dan phenoloxidase ketika dosis probiotik PB ditingkatkan dari 1 8 menjadi 1 1 CFU/gram pakan. Menurut Chinabut et al. (1991) leukosit terdiri atas dua bagian yaitu agranulosit dan granulosit. Agranulosit terdiri dari limfosit, trombosit, dan monosit. Sedangkan granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil. Jumlah leukosit pada benih ikan patin di akhir pemeliharaan menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Nilai leukosit terendah terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 6,78 x 1 5 sel/mm 3, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada kontrol yaitu sebesar 1,29 x 1 5 sel/mm 3. Rendahnya nilai leukosit pada perlakuan B ini dapat disebabkan karena kondisi ikan yang sehat. Menurut Angka et al. (1985), ikan yang sehat memiliki jumlah sel darah putih yang lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang sakit. Sedangkan tingginya nilai sel darah putih pada kontrol diduga karena pada kontrol tidak diberikan perlakuan sinbiotik yang mampu membentuk sistem kekebalan tubuh pada ikan, sehingga menyebabkan ikan kontrol memiliki kondisi yang rentan terhadap serangan penyakit akibat tidak adanya respon imun yang terbentuk untuk mengatasi serangan penyakit. Marthen (25) menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya respon dari tubuh ikan terhadap infeksi bakteri atau stres. Kadar hemoglobin dan hematokrit memiliki kaitan yang erat terhadap sel darah merah (Fujaya 24). Menurut Lagler et al. (1977), hemoglobin merupakan protein dalam eritrosit yang tersusun atas protein globin tidak berwarna dan pigmen heme. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen kemudian digunakan dalam proses katabolisme untuk menghasilkan energi. Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen bergantung pada kadar hemoglobin dalam darah. Kadar hemoglobin tertinggi pada akhir perlakuan terdapat pada perlakuan B dengan nilai 6,8 gram%, dan yang terendah terdapat perlakuan C sebesar 3,4 gram%. Tingginya kadar hemoglobin pada perlakuan B menunjukkan hasil yang berkorelasi positif terhadap jumlah sel darah merah. Rendahnya kadar hemoglobin yang terjadi pada perlakuan C juga menandakan korelasi yang positif terhadap jumlah sel darah merah. Hemoglobin merupakan indikator anemia atau dengan 25

16 kata lain penurunan kadar hemoglobin adalah indikator ikan terserang anemia (Blaxhall 1971). Hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah dan plasma darah, serta berpengaruh terhadap pengaturan sel darah merah (Hesser 196 dalam Marthen 25). Hal ini dapat diartikan bahwa kadar hematokrit memiliki korelasi positif terhadap jumlah sel darah merah. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 8, terlihat bahwa kadar hematokrit terendah terdapat pada kontrol dan perlakuan C dengan nilai 12,5%. Sedangkan kadar hematokrit tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan nilai 22,5%. Tanbiyaskur (211) menyatakan bahwa pemberian probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada ikan nila memberikan pengaruh yang baik terhadap kadar hematokrit darah. Tingginya kadar hematokrit pada perlakuan B diduga karena pakan perlakuan B memiliki kandungan nutrisi yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena adanya peningkatan aktifitas enzim amilase dan enzim protease akibat pemberian sinbiotik yang mampu meningkatkan kecernaan karbohidrat dan protein di dalam pakan. Sedangkan rendahnya kadar hematokrit pada kontrol dan perlakuan C diduga karena nilai nutrisi pakan kedua perlakuan masih belum cukup optimal bagi ikan patin. Pada kontrol, rendahnya nilai nutrisi pakan ini diduga karena tidak adanya penambahan sinbiotik yang mampu meningkatkan nilai nutrisi pakan. Menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi sehingga nafsu makan menurun (Wedemeyer dan Yasutake 1977). Sel limfosit mampu menerobos jaringan organ lunak dan mempunyai peranan dalam pembentukan antibodi (Dellmann dan Brown 1989). Jumlah limfosit yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan menunjukkan presentase yang paling banyak dibandingkan dengan jenis-jenis leukosit lainnya. Berdasarkan hasil yang didapat, persentase jumlah limfosit terbanyak terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 71%. Sedangkan persentase jumlah limfosit terendah terdapat pada kontrol dengan nilai 49%. Tingginya persentase jumlah limfosit pada perlakuan B diduga karena pemberian sinbiotik mampu merangsang organ pembentuk limfosit untuk menghasilkan limfosit dalam jumlah yang lebih 26

17 banyak sebagai respon adanya peningkatan respon imun. Menurut Moyle dan Cech (1988), limfosit berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk kekebalan tubuh dari gangguan penyakit. Fujaya (24) menyatakan bahwa limfosit yang bersirkulasi dalam darah dan jaringan berasal dari timus dan organ limfoid perifer seperti ginjal dan limpa. Apabila terjadi kerusakan pada organ penghasil ini maka dapat menghambat pembentukkan limfosit. Kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan dapat meningkatkan serangan penyakit. Monosit berfungsi sebagai fagosit terhadap benda-benda asing termasuk agen penyakit (Moyle dan Cech 1988). Berdasarkan hasil penelitian, presentase jumlah monosit yang paling tinggi terdapat pada kontrol dengan nilai 26%, sedangkan yang paling rendah terdapat pada perlakuan B dengan nilai 12%. Menurut Hurriyani (211), rendahnya jumlah monosit pada larva patin yang diberi imunostimulan tanpa diuji tantang disebabkan karena kondisi larva yang baik, sehingga monosit akan menembus dinding kapiler, masuk ke jaringan dan berdiferensiasi menjadi sel makrofag yang terikat pada jaringan dan menjadi ekstravaskuler. Nabib dan Pasaribu (1989) menyatakan bahwa trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah dan juga berfungsi mencegah kehilangan cairan tubuh pada kerusakan-kerusakan di permukaan. Berdasarkan hasil penelitian, persentase nilai trombosit masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang cukup rendah. Persentase nilai trombosit paling rendah terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 3%. Rendahya nilai trombosit ini diduga karena semua ikan dalam keadaan sehat dengan tingkat kelangsungan hidup 1%. Angka et al. (24) menyatakan bahwa trombosit diproduksi agar darah membeku untuk mencegah terjadinya lebih banyak pendarahan. Menurut Fujaya (24), trombosit tidak umum terdapat dalam darah pada kondisi normal. Tetapi apabila terjadi sesuatu yang mengejutkan, jumlah trombosit dapat meningkat tajam. Neutrofil adalah sel darah putih yang mengandung vakuola yang berisi lisozim untuk menghancurkan organisme yang dimakannya (Chinabut et al. 1991). Hasil penelitian menunjukkan persentase nilai neutrofil yang hampir sama. Nilai neutrofil yang didapat dari masing-masing perlakuan berkisar 14-15%. Keseragaman nilai neutrofil pada semua perlakuan diduga karena tidak adanya 27

18 serangan bakteri pada semua perlakuan. Hal ini menyebabkan tidak adanya perbedaan signifikan dari jumlah neutrofil dari masing-masing perlakuan. Dellman dan Brown (1989) menyatakan bahwa pada saat terjadi infeksi bakteri biasanya jumlah neutrofil dalam darah akan meningkat, hal ini disebabkan karena limfoid perlu melepas leukosit untuk melawan infeksi. Fagositosis merupakan pertahanan pertama dari respon selular yang dilakukan oleh monosit (makrofag) dan granulosit (netrofil) (Tizard 1988). Menurut Secombes (1996), proses fagositosis terjadi dalam beberapa tahap yang terdiri dari pergerakkan (kemotaksis), pelekatan partikel (antigen) pada permukaan sel, penelanan yang kemudian terjadi pembentukan fagosom, pemusnahan dan pencernaan. Berdasarkan hasil yang ditunjukan pada Gambar 14, nilai aktivitas fagositosis yang paling tinggi terjadi pada pelakuan B yaitu sebesar 37%, sedangkan yang paling rendah terdapat pada kontrol yaitu sebesar 16%. Rendahnya nilai aktivitas fagositosis pada kontrol diduga karena kontrol tidak diberikan pakan sinbiotik yang mampu membentuk sistem kekebalan tubuh pada benih ikan patin. Menurut Pirarat et al. (26), pemberian bakteri probiotik Lactobacillus rhamnosus selama 2 minggu dalam pakan mampu meningkatkan nilai aktivitas fagositosis pada ikan nila. Carver (1994) menyatakan bahwa peningkatan kekebalan tubuh dapat diketahui dari peningkatan aktivitas sel fagositik. Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian meliputi suhu, DO, ph, dan TAN. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 3, kisaran suhu, DO, ph, dan TAN air selama pemeliharaan masih berada pada batas toleransi benih ikan patin. Hal ini juga dapat menjadi salah satu penyebab tidak adanya kematian ikan selama proses pemeliharaan. 28

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR

Lebih terperinci

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERTUMBUHAN DAN RESPON IMUN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. NURLITA ANNISA SARI

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERTUMBUHAN DAN RESPON IMUN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. NURLITA ANNISA SARI PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERTUMBUHAN DAN RESPON IMUN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. NURLITA ANNISA SARI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sintasan Sintasan atau kelangsungan hidup merupakan persentase udang yang hidup pada akhir pemanenan terhadap jumlah ikan saat ditebar. Sintasan merupakan parameter utama

Lebih terperinci

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Lele masamo Klasifikasi lele menurut Saanin, (1984) yaitu : Phylum: Subphylum: Class : Subclass: Ordo: Subordo: Family: Genus: Spesies: Chordata Vertebrata Pisces Telostei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh 21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik

II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik Bakteri probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri NP5, yang merupakan bakteri dari genus Bacillus. Bakteri NP5 ini merupakan bakteri yang

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Sintasan Sintasan pada penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yakni setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV selama 12 hari. Nilai

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Darah Gambaran darah merupakan salah satu parameter yang menjadi indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi (mikroorganisme)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL)

GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL) Laporan Praktikum ke-3 Hari/Tanggal : Jumat/ 17 Maret 2017 m.k Manajemen Kesehatan Kelompok : VII Organisme Akuatik Asisten : Niar Suryani GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL) Disusun oleh: Nuralim

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo 2.1.1. Taksonomi Dan Morfologi Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Jumlah sel darah merah yang didapatkan dalam penelitian ini sangat beragam antarkelompok perlakuan meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Pola kenaikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

Eritrosit Vertebrata

Eritrosit Vertebrata DARAH IKAN Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang HASIL DAN PEMBAHASAN Hemoglobin Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang Hemoglobin burung merpati jantan dan betina sebelum dan sesudah dilatih terbang selama penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011-Juni 2012. Pemeliharaan ikan dilakukan di Pusat Studi Ilmu Kelautan (PSIK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidaya secara intensif hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4.1 Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Uji Akut Uji akut dilakukan pada konsentrasi timbal sebesar 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm serta perlakuan kontrol negatif. Respon ikan uji terhadap deretan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Gambar 1 menunjukkan adanya penambahan bobot rata-rata pada ikan uji. Penambahan bobot akhir rata-rata dari bobot awal rata-rata pada perlakuan pakan RUSNAS sebesar

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor. Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Apabila terdapat perbedaan maka analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan tawes (Barbonymus gonionotus) termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Lingkungan Ikan Nila Gift 2.2 Distribusi dan Akumulasi Pencemar Logam oleh Hewan Air

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Lingkungan Ikan Nila Gift 2.2 Distribusi dan Akumulasi Pencemar Logam oleh Hewan Air II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Lingkungan Ikan Nila Gift Ikan nila gift merupakan golongan ikan euryhalien, pada salinitas > 29 ppt ikan ini masih dapat bertumbuh dengan baik tetapi tidak dapat berkembang

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun Keunggulan lele

I. PENDAHULUAN. dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun Keunggulan lele I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digemari masyarakat. Pengembangan usaha budidaya lele semakin meningkat setelah masuknya lele dumbo (Clarias gariepinus)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Bobot dan Biomassa Post-Larva Udang Vaname Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan (panjang rerata, SGR, bobot individu, biomassa) post-larva

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Perikanan di Pckanbaru Di daerah Pekanbaru, terutama di daerah yang berdekatan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA Perikanan di Pckanbaru Di daerah Pekanbaru, terutama di daerah yang berdekatan dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perikanan di Pckanbaru Di daerah Pekanbaru, terutama di daerah yang berdekatan dengan sumbcrdaya perairan scpcrti daerah sekitar sungai dan danau, kebanyakan masyarakat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo ( Clarias gariepenus ) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1986.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Sasaran : Pemahaman siswa akan materi sistem peredaran darah menjadi lebih baik. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. 2.1 Biologi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

BAB II. Tinjauan Pustaka. 2.1 Biologi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Biologi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan jenis ikan air tawar yang bersisik dan biasanya dibudidayakan di tebat (empang), memiliki

Lebih terperinci