PETUNJUK TEKNIS. Pengendalian Tungro Terpadu Secara Alamiah, Konservasi Musuh Alami dan Varietas Unggul Padi Tahan Tungro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS. Pengendalian Tungro Terpadu Secara Alamiah, Konservasi Musuh Alami dan Varietas Unggul Padi Tahan Tungro"

Transkripsi

1 PETUNJUK TEKNIS Pengendalian Tungro Terpadu Secara Alamiah, Konservasi Musuh Alami dan Varietas Unggul Padi Tahan Tungro Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2015 i

2 Penulis: Wasis Senoaji Ahmad Muliadi Nur Rosida Ema Komalasri I Nyoman Widiarta R. Heru Praptana ISBN : Diterbitkan oleh : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan 29, Pasarminggu, Jakarta Telp.: , Faks.: ii

3 PENGANTAR Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit utama pada padi sawah di Indonesia. Penyakit ini telah menyebar pada sentra produksi padi terutama pada daerah pola tanam tidak serempak. Luas tanaman padi terkena penyakit tungro periode antara ha. Meskipun secara nasional tidak terluas, mengingat luas kepemilikan lahan rata-rata 0,25 ha, kerusakan karena penyakit ini merugikan banyak petani. Pengendalian penyakit tungro selama ini dilakukan dengan pengendalian penyakit terpadu yang memposisikan pemakaian insektisida sebagai alternatif terakhir. Namun dalam praktiknya banyak yang sangat tergantung dengan insektisida karena keinginan melihat hasil pengendalian secara cepat. Petunjuk teknis ini menguraikan tahapan pengendalian terpadu yang mengutamakan bekerjanya pengendalian secara ilmiah, berfungsinya musuh alami dengan baik melalui konservasi dan penggunaan varietas tahan, serta penggunaan antifidan nabati, sehingga pengendalian penyakit tungro ramah terhadap lingkungan. Bogor, Agustus 2015 Kepala Pusat, Dr. Made Jana Mejaya iii

4 iv

5 DAFTAR ISI PENGANTAR... iii PENDAHULUAN... 1 MENGENAL PENYAKIT TUNGRO DAN WERENG HIJAU... 2 PENGENDALIAN PENYAKIT TUNGRO DENGAN TEKNIK KONSERVASI MUSUH ALAMI... 7 DESKRIPSI VARIETAS TAHAN TUNGRO PETA TINGKAT VIRULENSI DAN KESESUAIAN VARIETAS TAHAN TUNGRO PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gejala penyakit tungro... 2 Gambar 2. Wereng hijau N. virescens... 3 Gambar 3. Mekanisme penularan penyakit tungro... 4 Gambar 4. Sumber inokulum tungro (penularan)... 5 Gambar 5. Pola fluktuasi populasi wereng hijau dan kejadian tungro... 5 Gambar 6. Beberapa musuh alami wereng hijau... 7 Gambar 7. Kondisi hamparan saat pengolahan lahan yang dianjurkan dalam pengendalian tungro... 9 Gambar 8. Penampilan ketahanan varietas terhadap penyakit tungro di lapangan Gambar 9. Persemaian dilakukan pada saat setelah olah lahan pertama Gambar 10. Setelah olah lahan, digenangi air setinggi 5 cm Gambar 11. Tanam dengan jajar legowo, upaya menekan pemencaran wereng hijau Gambar 12. Teknis pemanfaatan daun sambiloto sebagai antifidan nabati dan jamur Metharizium anisoplie sebagai agen hayati untuk mengendalikan wereng hijau Gambar 13. Teknis pemangkasan gulma di pematang Gambar 14. Gulma-gulma yang berpotensi sebagai inang alternatif sumber inokulum tungro Gambar 15. Kondisi ketersediaan air di pertanaman pada fase pertumbuhan vegetatif vi

7 PENDAHULUAN Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia. Tuntutan peningkatan produktivitas dan produksi seiring dengan peningkatan kebutuhan akan bahan pangan diupayakan melalui penerapan teknologi budidaya, termasuk teknologi dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Pengendalian OPT secara berkelanjutan yang terintegrasi dalam Pengendalian Tanaman Terpadu (PTT) memprioritaskan pada pengelolaan agroekosistem yang lebih ramah lingkungan. Pemanfaatan varietas unggul tahan OPT, penerapan kultur teknis yang dapat mempengaruhi dinamika populasi OPT, penggunaan bahan nabati dan agens hayati, serta penggunaan bahan kimia secara rasional sebagai alternatif terakhir menjadi komponen-komponen yang sinergis yang dikelola pada ekosistem padi sawah spesifik lokasi. Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit penting pada padi. Kejadian tungro masih ditemui di daerah-daerah endemis dengan tingkat penularan yang bervariasi. Teknologi pengendalian tungro telah dikembangkan diantaranya: penggunaan varietas tahan vektor, penerapan waktu tanam tepat, eradikasi sumber inokulum (singgang dan gulma sebagai inang alternatif), serta aplikasi pestisida baik sebagai antifidan atau racun kontak. Upaya pengendalian tungro dengan metode konservasi musuh alami telah dikembangkan untuk menekan kejadian tungro di lapangan. Kelebihan metode konsevasi musuh alami adalah: 1) mampu mengendalikan tingkat populasi dan keberadaan vektor sehingga dapat mengurangi penularan tungro pada pola tanam secara serempak; dan 2) pengendalian yang ramah lingkungan. Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 1

8 MENGENAL PENYAKIT TUNGRO DAN WERENG HIJAU Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit penting pada padi. Gejala yang muncul pada rumpun tanaman tampak kerdil (pertumbuhan terhambat/memendek), daun muda menguning hingga orange apabila telah parah, daun bergejala agak terpuntir, anakan berkurang (Gambar 1a), dan pada hamparan tampak pertumbuhan padi bergelombang dengan spot-spot gejala menguning (Gambar 1b). Tanaman bergejala umumnya terlihat pada masa vegetatif (4-6 minggu setelah tanam), yang disebabkan oleh penularan tungro yang terjadi sejak di persemaian. Gejala demikian di beberapa daerah dikenal dengan istilah: cellapance (Sulawesi), Habang (Kalimantan selatan), Kebebeng (Bali), dan Mentek (Jawa). Gambar 1. Gejala penyakit tungro. 2 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

9 Kejadian penyakit tungro di lapangan disebabkan oleh interaksi antara dua virus tungro yaitu RTBV (Rice tungro bacilliform virus) dan RTSV (Rice tungro spherical virus) yang keduanya ditularkan oleh wereng hijau (green leafhopper). Jenis wereng hijau Nephotettix virescens paling efektif menularkan virus tungro diantara 4 jenis wereng hijau lainnya: N. nigropictus, N. malayanus, N. parvus, dan Recilia dorsalis. Wereng hijau mampu menularkan virus dengan masa paling lama adalah 6 hari. Waktu yang dibutuhkan serangga untuk memperoleh virus dari tanaman sakit (inokulum) berkisar 5-30 menit, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menularkan virus juga cukup singkat, mulai hinggap pada daun hingga alat mulut (stilet) ditusukan dan menghisap cairan tanaman, hanya 7-30 menit (Gambar 3a). Periode inkubasi virus (tanaman menunjukkan gejala sakit: daun menguning, Gambar 2. Wereng hijau N. virescens. (a) Nimfa; (b) Dewasa. Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 3

10 Gambar 3. Mekanisme penularan penyakit tungro, a. Alat mulut wereng hijau; b. Gejala tanaman terinfeksi tungro. tumbuh kerdil) berkisar 6-15 hari (Gambar 3b). Pola penyebaran wereng hijau di persemaian adalah reguler. Artinya keberadaan wereng hijau selalu ada, dan proporsi wereng hijau yang mampu sebagai penular aktif virus di wilayah endemis lebih tinggi daripada wilayah non-endemi. Wereng hijau betina lebih efisien dalam menularkan virus tungro daripada jantan. Pola fluktuasi populasi vektor mempengaruhi keberadaan kejadian penyakit tungro, apabila sumber inokulum virus (tanaman bergejala tungro, singgang, gulma) telah ada di lapang (Gambar 4). Kepadatan populasi wereng hijau umumnya rendah (kurang dari 1 ekor imago/ rumpun) dan hanya meningkat sekali selama satu periode pertanaman padi, terutama pada pola tanam tidak serempak. Pemencaran imago mempengaruhi dinamika populasi wereng hijau. Pola populasi wereng hijau dan kejadian tungro terjadi dua kali dalam setahun. Pertama, pada pertengahan Februari hingga Maret, diikuti munculnya gejala pada Maret dan April. Kedua, pola kurva puncak wereng hijau terjadi pada awal Juli hingga Agustus, dan kejadian tungro muncul pada akhir Juli-awal September (Gambar 5). 4 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

11 Gambar 4. Sumber inokulum tungro (penularan). Gambar 5. Pola fluktuasi populasi wereng hijau dan kejadian tungro. Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 5

12 Aktivitas pemencaran wereng hijau dewasa di lapang didorong oleh pola tanam tidak serempak. Pola tanam tidak serempak menyediakan inang (sumber makanan, tempat berlindung) pada stadia pertumbuhan yang disukai wereng hijau dewasa. Wereng hijau dewasa yang baru menetas hanya tinggal sebentar, kemudian berpindah ke tanaman yang lebih muda. Di tempat tersebut telur yang diletakkan oleh wereng hijau dewasa hanya sebagian kecil, sehingga kepadatan populasi di tempat tersebut tidak meningkat. Pada daerah dengan pola tanam padi-padi-padi, umumnya populasi wereng hijau dapat berkembang hingga pertengahan pertumbuhan tanaman (persemaian dan pertanaman hingga 40 HST), sedangkan pada pola tanam padi-bera-padi/padi-palawija-padi populasi wereng hijau tidak berkembang. Kondisi lingkungan pada musim hujan lebih menguntungkan untuk wereng hijau untuk reproduksi/berkembang biak. Peranan pemencaran wereng hijau dewasa cukup besar pada pola padi-padi-padi, sedangkan pada pola padi-padi-bera/palawija, pemangsa atau musuh alami sangat mempengaruhi populasi wereng hijau terutama pada periode nimfa. Dampak dari temuan ini adalah untuk pengendalian tungro pada daerah pola tanam padi-padi-padi, dengan mengurangi kemampuan pemerolehan dan penularan virus oleh wereng hijau menjadi komponen utama pengendalian, sedangkan pada pola tanam padi-padi-palawija/bera konservasi musuh alami terutama pemangsa, sangat penting untuk menekan populasi wereng hijau. 6 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

13 PENGENDALIAN PENYAKIT TUNGRO DENGAN TEKNIK KONSERVASI MUSUH ALAMI Prinsip pengendalian penyakit tungro dengan teknik konservasi musuh alami adalah mengkondisikan/memodifikasi cara budidaya padi pada agroekosistem sawah daerah endemis tungro dengan tujuan melestarikan musuh alami terutama pemangsa wereng hijau, sehingga akan mengurangi kejadian penularan tungro (Gambar 6). Ada beberapa tahapan teknis konservasi musuh alami dalam pengendalian penyakit tungro yang terintegrasi dengan komponenkomponen pengendalian lain secara sinergis. Gambar 6. Beberapa musuh alami wereng hijau. Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 7

14 Tahap I: Mengolah lahan pertama 3 minggu sebelum tanam Pengolahan lahan merupakan tahapan awal dalam mengupayakan media tumbuh untuk mendukung pertumbuhan padi sehingga hasil dapat optimal sesuai potensi hasilnya. Umumnya, olah lahan sawah dilakukan 2-3 kali. Olah lahan pertama dianjurkan dilakukan 3 minggu sebelum tanam. Secara teknis dengan menggunakan traktor, lahan dibalik sehingga sisa panen (singgang, rumput, jerami, dan bahan organik lainnya) diposisikan terbenam. Bahan organik dapat meningkatkan populasi serangga netral yang dapat menjadi mangsa bagi predator. Selain membantu proses pembusukan sisa bahan organik di lahan, pembenaman sisa bahan organik terutama singgang dapat mengurangi keberadaan sumber inokulum virus. Kegiatan olah lahan dengan teknis membenamkan pada lahan tergenang merupakan upaya eradikasi/pemusnahan sumber inokulum virus. Harapannya, penularan virus tidak terjadi pada saat di pertanaman nantinya. Berhubungan dengan penularan dan penyebaran kejadian penyakit tungro terutama di daerah endemis tungro, kegiatan olah lahan dianjurkan pada lahan/hamparan secara bersamaan (Gambar 7). Upaya ini merupakan upaya preventif/pencegahan penularan virus tungro secara efektif. 8 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

15 Gambar 7. Kondisi hamparan saat pengolahan lahan yang dianjurkan dalam pengendalian tungro. Tahap II: Penggunaan varietas tahan tungro Penentuan varietas yang tepat merupakan langkah preventif/ pencegahan terhadap serangan OPT (organisme penggangu tanaman). Demikian juga upaya pengendalian terhadap penularan penyakit tungro. Penggunaan varietas tahan tungro di lapangan adalah upaya pertahanan secara genetis (kemampuan dari dalam tanaman) untuk melindungi dari penularan virus tungro maupun vektor penularnya (Gambar 8). Varietas tahan mampu mengurangi kejadian penularan Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 9

16 Gambar 8. Penampilan ketahanan varietas terhadap penyakit tungro di lapangan. tungro di lapangan sehingga persentase gejala yang ditimbulkan akan tertekan. Ada beberapa varietas tahan tungro yang telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian, yaitu: Inpari 7, Inpari 8, Inpari 9, Inpari 36, dan Inpari 37. Selain Inpari, varietas tahan tungro sebelumnya yaitu: Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad Unda, Kalimas, dan Bondoyudo. Varietas-varietas tersebut secara efektif mampu mengendalikan tungro dengan pertimbangan kesesuaian varietas pada setiap daerah endemis. Artinya, ada varietas-varietas tertentu yang secara khusus/ spesifik lokasi sesuai dengan daerah tertentu. Tahap III: Semai setelah olah lahan pertama Pada daerah dengan sistem tanam pindah, persiapan persemaian dianjurkan dilakukan pada saat setelah olah lahan pertama, atau hari sebelum tanam. Persemaian merupakan fase/masa kritis penularan penyakit tungro, dan vektor dewasa lebih cenderung 10 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

17 memilih pada inang muda. Semai setelah olah lahan pertama adalah upaya untuk menghindari penularan virus tungro sejak dini. Kondisi lahan yang bersih atau telah dilakukan eradikasi sumber inokulum virus saat olah lahan dapat menghindarkan bibit bebas virus, meskipun vektor mempunyai peluang untuk hinggap di persemaian. Untuk lebih meyakinkan perlindungan terhadap bibit yang sehat, pada umur 7-10 hari setelah sebar dapat diaplikasikan antifidan ekstrak sambiloto di persemaian. Aplikasi ekstrak sambiloto di persemaian mampu mempengaruhi kebiasaan makan vektor pada daun padi, namun tidak mempengaruhi keberadaan musuh alami baik pola makan dan kebugarannya. Gambar 9. Persemaian dilakukan pada saat setelah olah lahan pertama. Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 11

18 Tahap IV: Olah lahan kedua pada 4-5 hari sebelum tanam, diikuti dengan penggenangan air setinggi 5 cm Olah lahan kedua bertujuan untuk melumpurkan/meratakan tanah beserta bahan organik untuk siap ditanami. Penggenangan air setinggi 5cm hingga saat waktu tanam akan dilakukan mempunyai 3 keuntungan, yaitu: 1) meningkatkan pasokan nutrisi terutama nitrogen dalam bentuk amonia dan fosfor tersedia untuk tanaman padi; 2) menjaga biji-biji gulma untuk tetap dorman (tertunda berkecambah); 3) kondisi yang kurang kondusif bagi keberadaan vektor dan mengurangi tingkat pemencaran/penyebarannya. Gambar 10. Setelah olah lahan, digenangi air setinggi 5 cm. 12 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

19 Tahap V: Tanam bibit umur hari dengan sistem tanam legowo Tanam bibit umur hari setelah sebar (HSS) adalah umur ideal bibit padi yang erat hubungannya dengan pembentukan anakan secara maksimal dan anakan produktif. Pada stadia vegetatif, anakan maksimal yang dapat terbentuk berkisar anakan dari kisaran 3-5 bibit perlubang tanam, dan tentunya dengan faktor cukup nutrisi dan jarak tanam. Demikian halnya dengan pengaturan jarak tanam dapat mempengaruhi kebiasaan fisik dari vektor. Penanaman dengan cara legowo dua baris atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau. Ruang gerak yang terbatas bagi wereng hijau berakibat pada kurangnya penyebaran tungro di hamparan, apabila sudah terjadi gejala tungro. Gambar 11. Tanam dengan sistem legowo, upaya menekan pemencaran wereng hijau. Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 13

20 Tahap VI: Aplikasi Andrometa Andrometa adalah campuran antifidan nabati dari ekstrak sambiloto dengan agen hayati jamur entomopatogen Metharizium anisoplie. Aplikasi Andrometa dengan konsentrasi 40 mg/l ekstrak sambiloto dan 2 x 10 6 spora jamur Metarizium anisoplie dengan volume semprot 500 l/ha yang diaplikasikan pada waktu 2, 4, 6, 8 minggu setelah tanam (MST) mempengaruhi kebiasaan makan wereng hijau dan kepadatan populasinya. Aplikasi ekstrak sambiloto bertujuan untuk mengurangi kemampuan wereng hijau dalam memperoleh dan menularkan virus. Ekstrak sambiloto menyebabkan kebiasaan makan wereng hijau menghisap cairan tanaman hingga jaringan floem tidak terjadi, sehingga infeksi virus tungro dapat dihindari dan berdampak pada rendahnya persentase kejadian tungro di lapangan. Sedangkan aplikasi jamur entomopatogen untuk menekan pemencaran wereng hijau imigran. Aplikasi pada 6 MST untuk menekan kepadatan populasi turunan dari generasi imigran, sehingga dapat mempengaruhi kepadatan populasi di lapangan. Aplikasi andrometa tidak mempengaruhi keberadaan musuh alami, sehingga bersinergis dengan peran musuh alami dalam mengendalikan vektor, bahkan hama lain yang dapat menjadi mangsa musuh alami. Teknis persiapan ekstrak sambiloto cukup mudah. Daun sambiloto yang telah dikeringkan (simplisia), dihancurkan menggunakan alat pencacah/blender dengan takaran 200 g/100 ml air. Rendam 1 malam atau lebih dengan menambahkan 200 ml air (1 gelas kemasan air mineral) untuk melepaskan zat aktif/sari sambiloto dari daun menjadi larutan yang siap aplikasi. Untuk mendapatkan kandungan sari sambiloto lebih tinggi dapat menganti air dengan metanol (spirtus) dengan takaran yang sama. Apabila akan digunakan untuk aplikasi, saring hasil rendaman daun sambiloto. Takaran penggunaan yaitu ml (1 gelas kemasan air mineral) larutan ekstrak sambiloto (hasil penyaringan) per tangki semprot 15 l. 14 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

21 Gambar 12. Teknis pemanfaatan daun sambiloto sebagai antifidan nabati dan jamur Metharizium anisoplie sebagai agen hayati untuk mengendalikan wereng hijau. Tahap VII: Eradikasi gulma di pematang pada 2 dan 4 MST Upaya menghindari penularan sekunder (penularan di pertanaman), dilakukan pemangkasan gulma yang tumbuh di pematang pada 2 dan 4 MST (Gambar 13). Pemangkasan gulma di pematang adalah upaya eradikasi gulma-gulma yang dapat menjadi sumber inokulum virus. Meskipun dilakukan pemangkasan, pematang masih dapat berfungsi sebagai tempat berlindung atau tempat alternatif untuk berkembang bagi musuh alami. Ada beberapa gulma yang mampu menjadi sumber inokulum virus (penyakit) yang tumbuh baik di pertanaman maupun di pematang, yaitu: jejagoan/jawan (Echinocloa cruss-galli), Echinocloa colona, Fimbristylis miliceae (jarum-jarum), Cyperus rotundus (teki-tekian), Phyllanthus niruri, dan Eulisine indica, Monochoria vaginalis (eceng) (Gambar 14). Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 15

22 Gambar 13. Teknik pemangkasan gulma di pematang. Gambar 14. Gulma-gulma yang berpotensi sebagai inang alternatif sumber inokulum tungro. 16 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

23 Tahap VIII: Penyiangan gulma di pertanaman (pencabutan dan pembenaman) Kegiatan penyiangan gulma merupakan bagian dari budidaya tanaman padi. Tujuan kegiatan penyiangan gulma di pertanaman adalah mengurangi kompetisi tanaman utama dengan rumput (tanaman yang tidak diinginkan) terhadap nutrisi dalam tanah, air, dan cahaya. Umumnya, gulma lebih respon terhadap serapan nutrisi dibanding tanaman padi, sehingga pada lahan-lahan yang tidak dilakukan penyiangan, tanaman padi tampak tumbuh merana (pertumbuhan terhambat, anakan sedikit, daun agak menguning, dan malai menjadi pendek). Sebagai tanaman kompetitior, gulma juga merupakan inang alternatif virus tungro (Gambar 14). Secara sinergis, upaya kegiatan penyiangan/pengendalian gulma secara mekanis adalah upaya pengendalian tungro dengan mengurangi potensi sumber inokulum virus tungro. Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan, yaitu 20 HST sebelum pemupukan I dan HST sebelum pemupukan II. Pada pertumbuhan setelah 40 HST tidak diperlukan penyiangan, karena secara tidak langsung pertumbuhan gulma-gulma baru akan tertekan dengan pertumbuhan padi. Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 17

24 Tahap IX: Pengaturan ketersediaan air Padi merupakan tanaman yang relatif membutuhkan banyak air, namun bukan tanaman air. Pengaturan pengairan (ketersediaan air) perlu diupayakan untuk pertumbuhan tanaman secara optimal. Pada masa pertumbuhan vegetatif (0-40 HST), kondisi air macak-macak atau tergenang 2-3 cm diperlukan untuk pembentukan anakan secara optimal (Gambar 15). Pada masa pertumbuhan vegetatif ini, diusahakan tidak mengeringkan lahan, karena wereng hijau memiliki kebiasaan memencar (cenderung berpindah-pindah) jika kondisi lahan kering. Apabila ada sumber inokulum yang diperoleh oleh wereng hijau, kebiasaan memencar akan membantu penyebaran virus secara luas. Gambar 15. Kondisi ketersediaan air di pertanaman pada fase pertumbuhan vegetatif. 18 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

25 INPARI 7 Lanrang Deskripsi Varietas Tahan Tungro Nomor Seleksi : RUTTST96B Asal persilangan : S3054-2D-12-2/Utrimerah-2 Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 104 ± 7cm Anakan produktif : 16 ± 3 anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 20,78% Bobot 1000 butir : 27,4 gram Rata-rata hasil : 6,23 ton/ha Potensi hasil : 8,7 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak rentan terhadap hama wereng batang hama dan penyakit coklat (WBC) biotipe 1,2, dan 3 Agak tahan terhadap HDB (kresek) ras III, dan agak rentan IV dan VIII, agak tahan penyakit tungro inokulum 013 Anjuran tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai tinggi 600 dpl. Pemulia/Peneliti : Aan A. Daradjat, Nafisah, dan Bambang Suprihatno Dilepas tahun : 2009 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 19

26 INPARI 8 Nomor Seleksi : IR Asal persilangan : IR /IR Golongan : Cere Umur tanaman : 125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 113 ± 8cm Anakan produktif : 19 ± 3 anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang dan ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 21% Bobot 1000 butir : 23,3 gram Rata-rata hasil : 6,25 ton/ha Potensi hasil : 9,9 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak rentan terhadap hama WBC biotipe 1, hama dan penyakit 2, dan 3 Agak tahan terhadap HDB (kresek) ras III, dan agak rentan IV dan VIII, agak tahan penyakit tungro inokulum 073, tahan penyakit tungro inokulum 031 dan 013 Anjuran tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai tinggi 600 dpl. Alasan utama dilepas : Nasi pulen, potensi hasil tinggi Pemulia/Peneliti : Aan A. Daradjat, Nafisah, dan Bambang Suprihatno Dilepas tahun : Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

27 INPARI 9 Elo Nomor Seleksi : IR Asal persilangan : IR /IR Golongan : Cere Umur tanaman : 125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 113 ± 8cm Anakan produktif : 18 ± 3 anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang dan ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 20,46% Bobot 1000 butir : 22,8 gram Rata-rata hasil : 6,41 ton/ha Potensi hasil : 9,3 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak rentan terhadap hama WBC biotipe 1, hama dan penyakit 2, dan 3 Agak tahan terhadap HDB (kresek) ras III, dan agak rentan IV dan VIII, agak tahan penyakit tungro inokulum 073 dan 031, tahan penyakit tungro inokulum 013 Anjuran tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai tinggi 600 dpl. Alasan utama dilepas : Nasi pulen, potensi hasil tinggi Pemulia/Peneliti : Aan A. Daradjat, Nafisah, dan Bambang Suprihatno Dilepas tahun : 2009 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 21

28 INPARI 36 Lanrang Asal persilangan : IR /IR Golongan : Cere Umur tanaman : ±114 hari setelah sebar Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : ±113 cm Jumlah gabah isi/malai : ±111 butir Anakan produktif : ±16 malai/rumpun Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kerebahan : Toleran Potensi hasil : 10,0 ton/ha GKG Rata-rata hasil : ±6,7 ton/ha GKG Bobot 1000 butir : ±26,0 gram Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 20,7% Ketahanan terhadap : Agak rentan terhadap WBC biotipe 1 dan 2, hama dan penyakit rentan WBC bioptipe 3 Agak tahan HDB strain IV, rentan HDB strain III dan VIII Tahan tungro varian 073, Tahan blas ras 033 dan ras 073, agak tahan blas ras 133 dan 173 Anjuran tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah irigasi sampai ketinggian <600 dpl. Pemulia/Peneliti : Ahmad Muliadi, Aan A. Daradjat, Nafisah, Trias Sitaresmi, dan Cucu Gunarsih Dilepas tahun : Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

29 INPARI 37 Lanrang Asal persilangan : CT /Seratus Hari T36//Memberamo/ Cibodas///IR /Memberamo Golongan : Cere Umur tanaman : ±114 hari setelah sebar Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : ±111 cm Jumlah gabah isi/malai : ±105 butir Anakan produktif : ±16 malai/rumpun Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kerebahan : Toleran Potensi hasil : 9,1 ton/ha GKG Rata-rata hasil : ±6,3 ton/ha GKG Bobot 1000 butir : ±25,0 gram Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 21,4% Ketahanan terhadap : Agak rentan terhadap WBC biotipe 1 dan 2, hama dan penyakit rentan WBC bioptipe 3 Agak tahan HDB strain III dan IV, agak rentan HDB strain VIII Tahan tungro varian 073, Tahan blas ras 133 dan ras 173, agak tahan blas ras 073 dan 033 Anjuran tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian <600 dpl. Pemulia/Peneliti : Ahmad Muliadi, Aan A. Daradjat, Nafisah, Trias Sitaresmi, dan Cucu Gunarsih Dilepas tahun : 2015 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 23

30 TUKAD BALIAN Nomor Seleksi : IR Asal persilangan : IR /IR Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan : Mudah rontok Kerebahan : Agak tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 21% Bobot 1000 butir : 24 gram Rata-rata hasil : 4,0 ton/ha Potensi hasil : 7,0 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak tahan hama WBC biotipe 3 hama dan penyakit Agak tahan terhadap HDB (kresek) ras VIII, tahan terhadap penyakit tungro Anjuran tanam : Baik ditanam di daerah endemik penyakit tungro, khususnya daerah Bali dan Nusa Tenggara Barat Pemulia/Peneliti : Aan A. Daradjat, Abdul Rohim, I N. Widiarta, Ng. Astika, Suprapto, Triny S. Kadir, Putu Oka Darmawan, dan I Gst. Ngr. Gede Dilepas tahun : Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

31 TUKAD UNDA Nomor Seleksi : IR Asal persilangan : Balimau Putih/ 4* IR64 Golongan : Cere, kadang-kadang gundil Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan : Mudah rontok Kerebahan : Agak tahan Tekstur nasi : Pera Kadar amilosa : 25% Bobot 1000 butir : 24 gram Rata-rata hasil : 4,0 ton/ha Potensi hasil : 7,0 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak tahan hama WBC biotipe 3 hama dan penyakit Agak tahan terhadap HDB (kresek) ras VIII, tahan terhadap penyakit tungro Anjuran tanam : Baik ditanam di daerah endemik penyakit tungro, khususnya daerah Bali dan Nusa Tenggara Barat. Pemulia/Peneliti : Aan A. Daradjat, Abdul Rohim, I N. Widiarta, Ng. Astika, Suprapto, Triny S. Kadir, Putu Oka Darmawan, dan I Gst. Ngr. Gede Dilepas tahun : 2000 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 25

32 TUKAD PETANU Nomor Seleksi : IR Asal persilangan : IR /IR72// 2* IR /Utri merah Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan : Mudah rontok Kerebahan : Agak tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Bobot 1000 butir : 24 gram Rata-rata hasil : 4,0 ton/ha Potensi hasil : 7,0 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak tahan hama WBC biotipe 3 hama dan penyakit Agak tahan terhadap HDB (kresek) ras VIII, tahan terhadap penyakit tungro Anjuran tanam : Baik ditanam di daerah endemik penyakit tungro, khususnya daerah Bali dan Nusa Tenggara Barat Pemulia/Peneliti : Aan A. Daradjat, Abdul Rohim, I N. Widiarta, Ng. Astika, Suprapto, Triny S. Kadir, Putu Oka Darmawan, dan I Gst. Ngr. Gede Dilepas tahun : Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

33 KALIMAS Nomor Seleksi : IR (HD 176) Asal persilangan : PSBRC2/IR Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 20,6% Bobot 1000 butir : 26,5 gram Rata-rata hasil : 6,0 ton/ha Potensi hasil : 9,0 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak tahan terhadap hama WBC biotipe 3 hama dan penyakit Tahan terhadap penyakit tungro Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 550 dpl. Pemulia/Peneliti : S. Roesmarkam, Aan A. Daradjat, Suwono, G. Kustiono, Suyamto dan Widarto YP. Dilepas tahun : 2000 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 27

34 BONDOYUDO Nomor Seleksi : IR (HD 176) Asal persilangan : IR72/IR Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak pendek, malai kelihatan Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Mudah rontok Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 20,4% Bobot 1000 butir : 21,3 gram Rata-rata hasil : 6,0 ton/ha Potensi hasil : 8,4 ton/ha Ketahanan terhadap : Agak tahan terhadap hama WBC biotipe 3 hama dan penyakit Tahan terhadap penyakit tungro Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 550 dpl. Pemulia/Peneliti : S. Roesmarkam, Aan A. Daradjat, Suwono, G. Kustiono, Suyamto dan Widarto YP. Dilepas tahun : Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

35 Keterangan Golongan Nama Varietas V1 Tukad Petanu Inpari 7 V2 Tukad Balian Kalimas Inpari 8 V3 Inpari 9 Bondoyudo V4 Tukad Unda Tanda Kategori Keganasan Indeks Penyakit Bendera hijau Virulensi lemah 0 - < 4 Bendera biru Virulen 4 - < 7 Bendera merah Sangat virulen 7-9 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah 29

36 30 Petunjuk Teknis Pengendalian Tungro Terpadu secara Alamiah

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2. Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III T V1 V2 V3 U S V2 V1 V2 B 150 cm V3 V3 V1 100 cm V3 V3 V1 50 cm V1 V2 V3 18,5 m V2 V1 V2 V3 V1 V1 V2 V2 V2 5,5 m V1 V3 V3 80 cm 300 cm Lampiran 2.Bagan Tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo Nomor seleksi : S3382-2D-PN-16-3-KP-I Asal Persilangan :S487B-75/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3- I///IR 64////IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115-125

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Nomor seleksi : B2484B-PN-28-3-MR-1 Asal persilangan : Pelita I-1/B2388 Golongan : Cere, kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135-140 hari Bentuk tanaman :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk dalam genus Oryza, yang terbagi menjadi 25 spesies dan semuanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk dalam genus Oryza, yang terbagi menjadi 25 spesies dan semuanya 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi termasuk dalam genus Oryza, yang terbagi menjadi 25 spesies dan semuanya tersebar di daerah-daerah yang beriklim tropis dan sub-tropis di benua Asia, Afrika,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Keterangan : A B C D E F G = Kontrol = Urea = Urea

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) 40 LAMPIRAN Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Lebih terperinci

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 22 Lampiran 1 Deskripsi Varietas Inpari 13 INPARI 13 Nomor seleksi : OM 1490 Golongan : Cere Umur tanaman : 103 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 101 cm Anakan produktif : 17 Warna kaki : Hijau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l.

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l. 47 Lampiran 1. Komposisi Media Larutan Hara Minimum Miftahudin (00). Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl.H O 0,40 mm 10 mg/l K SO4 0.65 mm 195 mg/l MgSO 4.7H O 0.8 mm 75 mg/l NH 4 Cl 0.01 mm 3 mg/l NH 4

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat LAMPIRAN 83 84 Lampiran 1. Analisi ragam tinggi tanaman umur 10 HST setelah aplikasi pupuk organik padat Perlakuan 216,603 20 10,830 1,81 0,0529 Jenis Tanah 12,532 2 6,266 1,05tn 0,3604 Penambahan Fe 69,770

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete Nomor seleksi : BP205D-KN-78-1-8 Asal persilangan : Dakava line 85/Membramo Golongan : Cere Umur tanaman : 118 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 100

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.02 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.02 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA PHB71 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS PP-1 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

Lampiran I. Lay Out Peneltian

Lampiran I. Lay Out Peneltian Lampiran I. Lay Out Peneltian 49 Lampiran II. Deskripsi Varietas Mentik Wangi Asal Persilangan : Mentikwangi Golongan : Cere Umur Tanaman : 112-113 Hst Bentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 106-113 cm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.05 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.05 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

Peranan Vektor Dan Sumber Inokulum Dalam Perkembangan Tungro Intisari Tungro merupakan penyakit virus penting pada padi yang ditularkan oleh wereng hijau dan wereng sigsag. Virus tungro maupun vektornya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MS 099 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA SEGARA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH S3254-2G-21-2 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA SARINAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU U P7 P3 P5 P4 P0 P2 P8 P5 P3 P5 P8 P4 P1 P6 P8 P3 P7 P6 P6 P1 P7 P0 P2 P1 P2 P4 P0 U1 U2 U3 Lampiran 2. Prosedur Metode Bray II Prinsip : P tersedia tanah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MS 811 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA BRANG BIJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Mansur Loka Penelitian Penyakit Tungro Jl. Bulo no. 101 Lanrang, Sidrap, Sulsel E-mail : mansurtungro09@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Trias Sitaresmi, Yudhistira Nugraha, dan Untung Susanto BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Disampaikan pada seminar Puslitbangtan, Bogor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH LOKAL ANAK DARO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ANAK DARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008 TENTANG PELEPASAN GALUR MUTAN PADI SAWAH Obs-1692/PsJ SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA BESTARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru,

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

: varietas unggul nasional (released variety) : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15

: varietas unggul nasional (released variety) : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Batutugi Nama varietas : Batutugi Kategori : varietas unggul nasional (released variety) SK : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 Tetua

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN GALUR-GALUR PADI TERHADAP PENYAKIT TUNGRO DI DAERAH ENDEMIK ABSTRAK PENDAHULUAN

UJI KETAHANAN GALUR-GALUR PADI TERHADAP PENYAKIT TUNGRO DI DAERAH ENDEMIK ABSTRAK PENDAHULUAN UJI KETAHANAN GALUR-GALUR PADI TERHADAP PENYAKIT TUNGRO DI DAERAH ENDEMIK Mansur 1, Syahrir Pakki 2, Edi Tando 3 dan 4 Yulie Oktavia 1 Loka Penelitian Penyakit Tungro 2 Balai Penelitian Tanaman Serealia

Lebih terperinci

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd pertemuan sayap depan. Panjang badan serangga jantan

Lebih terperinci

PADI VARIETAS UNGGUL SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO. Materi Pendampingan SL-PTT. 50 Padi Varietas Unggul & Sistem Tanam Jajar Legowo

PADI VARIETAS UNGGUL SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO. Materi Pendampingan SL-PTT. 50 Padi Varietas Unggul & Sistem Tanam Jajar Legowo 50 Suhendrata, T., 2011. Peningkatan produksivitas dan pendapatan petani padi sawah melalui penerapan system tanam jajar legowo di Kabupaten Karanganyar dan. Prosiding Seminar Nasional Implementasi Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah LAMPIRAN 62 63 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria ph H 2 O (1:2,5) - 6,2 Agak masam ph KCl (1:2,5) - 5,1 - C-Organik % 1,25 Rendah N-Total % 0,14 Rendah C/N - 12 Sedang

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai 9 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi BAB I PENDAHULUAN Pentingnya padi sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa indonesia tidak seorangpun yang menyangsikannya. Oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi tingkat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5 Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI Menduku. Swasembada PADI, Jagung Dan Kedelai Di Provinsi Bengkulu

INOVASI TEKNOLOGI Menduku. Swasembada PADI, Jagung Dan Kedelai Di Provinsi Bengkulu INOVASI TEKNOLOGI Menduku ung Swasembada PADI, Jagung Dan Kedelai Di Provinsi Bengkulu BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat 1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH LOKAL PANDANWANGI CIANJUR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA PANDANWANGI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R Luas areal padi sawah setiap tahun di Jawa Timur mencapai 1,62 juta ha berupa padi sawah dan padi gogo. Areal padi sawah irigasi maupun

Lebih terperinci

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal Oleh : Budi Budiman Nak, kemungkinan hasil panen padi kita tahun ini berkurang!, sebagian besar padi di desa kita terserang hama wereng. Itulah

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi Padi merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia, karena sebagai sumber energi dan karbohidrat bagi mereka. Selain itu, padi juga merupakan tanaman yang paling penting

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci