BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo Kota Gorontalo merupakan salah satu Wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango serta secara Geografis Mempunyai luas 64,79 km atau 053 % dari luas Provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo dibagi menjadi 6 Kecamatan dan terdiri dari 49 desa/kelurahan, yaitu: 1. Kecamatan Kota Barat terdiri dari Kelurahan Dembe 1, Lekobalo, Pilolodaa, Buliide, Tenilo, Molosipat W dan Buladu. 2. Kecamatan Dungingi terdiri dari Kelurahan Libuo, Tuladenggi, Huangobotu, Tomulabutao, dan Tomulabutao selatan. 3. Kecamatan Kota Selatan terdiri dari Kelurahan Biawao, Biawu, Donggala, Limba B, Limba U satu, Limba U dua, Pohe, Tanjung keramat, Siendeng dan Kelurahan Tenda. 4. Kecamatan Kota Timur terdiri dari Kelurahan Bugis, Botu, Heledulaa, Heledulaa Selatan, Ipilo, Leato, Leato Selatan, Moodu dan Tamalate. 5. Kecamatan kota utara terdiri dari Kelurahan Bulotadaa, Bulotadaa Timur, Dulomo, Dulomo Selatan, Dembe dua, Molosipat U, Tapa, Wonggaditi, Wonggaditi Barat dan Dembe jaya. 6. Kecamatan Kota Tengah terdiri dari Kelurahan dulalowo, liluwo, pulubala, paguyaman, wumialo, dan dulalowo timur. 41

2 4.2 Gambaran Umum Satpol PP Dan LinMas Kota Gorontalo Pembentukan kantor Satpol PP Kota Gorontalo tertuang dalam Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja, Kepmendagri No. 4 Tahun 1997 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Pusat, Peraturan Daerah Kota Gorontalo No 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Gorontalo, Peraturan Walikota Gorontalo No 9 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Gorontalo No 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Gorontalo. Kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kota Gorontalo didasarkan pada Peraturan Daerah Kota GorontaloNo. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Gorontalo yang mengalami perubahan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja dan LinMas. Satpol PP Kota Gorontalo adalah lembaga yang merupakan salah satu unsur penunjang Pemerintahan di Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala dibantu oleh bidang-bidang dan seksi dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota. 42

3 4.2.1 Maksud, Tujuan dan fungsi Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo Penyusunan laskip Satpol PP ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai pelaksanaan program dan kegiatan strategis dalam rencana strategis perencanaan pembangunan Daerah. Lakip Satpol PP disusun bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan tugas atas program-program yang dilakukan dilingkungan badan perencanaan pembangunan Daerah selama Adapun fungsi dari Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo yakni: 1. Mempersiapkan, menyusun dan merumuskan kebijakan tekhnis terhadap pelaksanaan tugas Satpol dan LinMas Kota Gorontalo yang diserahkan oleh Walikota berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 2. Mempersiapkan, menyiapkan potensi LinMas dalam bentuk kesatuan organisasi untuk membantu menanggulangi atau mengatasi bencana alam menurut tingkat swakarya. 3. Melaksanakan tugas pembinaan dalam rangka memantapkan kesadaran tentang hal-hal kewajiban untuk memulihkan keamanan dan ketertiban melalui sistem swakarya. 4. Merumuskan kebijakan pelaksanaan SDM dibidang linmas melalui diklat sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Mengevaluasi pelaksanaan tugas Satpol PP dan LinMas secara berkala. 6. Mengerahkan dan mengendalikan anggota Satpol PP dan LinMas guna menanggulagi segala bentuk bencana. 7. Mengadakan komunikasi, koordinasi dengan instansi lain dibidang tugas ketentraman, ketertiban untuk kelancaran kepentingan tugas. 43

4 8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai kebijakan Visi dan Misi Visi: 1. Terwujudnya Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo yang professional Misi: 1. Menegakan Peraturan Daerah dan Perundang-undangan dalam konteks pembangunan 2. Menegakan keamanan dan ketertiban umum 3. Meningkatkan kapasitas dan sumber daya aparatur 4. Melakukan penanganan ketertiban, keamanan dalam menyelenggarakan pemilu serta kegiatan kesiap siagaan mitigasi dan penanganan bencana. Di dalam visi dan Misi dari Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo yang termasuk dalam kajian peneliti yaitu tentang maksiat tertuang pada misi Satpol dan LinMas Kota Gorontalo pada Nomor 2 dikatakan bahwa menegakan keamanan dan ketertiban umum, dalam bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat ada beberapa poin yang harus kita ketahui yaitu: 1. Melaksanakan tugas di bidang ketentraman dan ketertiban umum berdasarkan peraturan Perundang-undangan untuk tertibnya pelaksanaan tugas. 44

5 Adapun fungsi Satpol PP dalam melaksanakan tugas bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yakni: 1. Mengkoordinir penghimpunan kebijakan tekhnis di bidang ketentraman dan ketertiban sesuai kebutuhan dalam pelaksanaan tugas. 2. Mengkoordinir pengumpulan data potensi konflik sesuai jenis dan tingkatannya untuk mengetahui gambaran dan keadaan Daerah konflik. 3. Mengawasi pengelolaan data potensi konflik sesuai jenis dan tingkatannya untuk menentukan skala prioritas pengamanan. 4. Mengawasi penyusunan rencana kegiatan di bidang ketentraman dan ketertiban sesuai kebutuhan sebagai dasar pelaksanaan tugas. 5. Mengawasi sosialisasi KAMTIBMAS dan ketentraman umum melalui pertemuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. 6. Mengawasi tugas ketentraman dan ketertiban umum melalui operasi penertiban. 7. Mengkoordinir pelaksanaan monitoring kegiatan masyarakat di Daerah rawan konflik secara continue langsung atau tidak lamgsung mengetahui situasi ketentraman dan ketertiban masyarakat. 8. Mengkonsultasikan pelaksanaan tugas dengan atasan lisan maupun tulisan untuk beroleh petunjuk lebih lanjut dalam melaksanakan tugas. 9. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dengan Sekretaris dan Sub. Bagian melalui rapat atau pertemuan untuk kesatuan pendapat dalam pelaksanaan tugas. 45

6 10. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas secara berkala sebagai bahan evaluasi Gambaran Organisasi Sebagai salah satu lembaga Pemerintah di Daerah, Satpol PP Kota Gorontalo mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. Dalam menyelenggarakan tugas, Satpol PP mempunyai fungsi: 1. Penyusun program dan pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. 2. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. 3. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di daerah. 4. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat. 5. Pelaksanaan koordinasi penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan atau aparatur lainnya. 6. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur atau badan hukum agar mamatuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah. 46

7 Dalam melaksanakan tugas, Satpol PP wajib: 1. Menyelenggarakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar Satuan Organisasi sesuai tugas masing-masing. 2. Setiap Pimpinan kelompok jabatan fungsional dalam lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja wajib bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja secara berjenjang. 3. Setiap Pimpinan Satuan Organisasi dalam lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja berkewajiban memberikan petunjuk, bimbingan dan pengawasan pekerjaan pada unsur-unsur pembantu pelaksana yang berada dalam lingkungan kerjanya Akuntabilitas Kinerja Satpol PP Kota Gorontalo Akuntabilitas Kinerja Instansi merupakan pertanggung jawaban tentang Kinerja Instansi kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk meminta keterangan atau pertanggung jawaban tentang keberhasilan/kegagalan pelaksanaan sesuai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Pemerintah. Dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok Indikator Kinerja kegiatan yang berupa Indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Pengukuran 47

8 kinerja mencakup: (1) kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator kerja. (2) tingkat pencapaian sasaran Instansi Pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target dari masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam dokumen Rencana Kerja Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo. Dan tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan. 4.3 Implementasi pasal 3 Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Tentang Pencegahan Maksiat Peraturan Daerah merupakan suatu aturan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat di Daerah itu sendiri. Peraturan Daerah itu sendiri tidak bisa bertentangan dari pada aturan yang lebih tinggi yaitu UUD. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang pencegahan maksiat disahkan tepatnya pada tahun Peraturan Daerah ini memuat tentang tata cara mencegah masyarakat khususnya masyarakat Kota Gorontalo untuk tidak melakukan maksiat, kita tahu bersama bahwa maksiat merupakan salah satu perbuatan yang merusak sendi-sendi dan moral kehidupan masyarakat dan melanggar Norma-norma agama, kesusilaan dan adat istiadat. melihat dari beberapa tahun kemarin dari awal disahkannya Peraturan Daerah tentang maksiat tersebut masih adanya maksiat yang terjadi di mana-mana lebih tepatnya di Kota Gorontalo. Hal ini mengundang banyak perhatian khusus dari mayarakat khususnya bagi peneliti. Sebagaimana Kota Gorontalo dikenal dengan sebutan 48

9 Serambi Medinah dimana umat muslim khususnya wajib memelihara harkat dan martabat dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan data yang peneliti dapati bertempat di Kantor Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo yang terjaring dalam kasus zina, dari Data yang bersumber dari observasi awal yang peneliti dapatkan tertanggal 27 Desember Tahun 2012 di Kantor Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo ( ) terdapat 112 kasus. Demikian pula data yang peneliti peroleh dari Polres Gorontalo Kota dalam 3 tahun terakhir ( ) tercatat ada 68 kasus Perzinahan yang terjadi di Kota Gorontalo. Data 5 tahun terakhir dari Satpol PP Kota Gorontalo mengenai kasus zina : Tahun 2007 : 19 kasus Tahun 2008 : 25 kasus Tahun 2009 : 23 kasus Tahun 2010 : 18 kasus Tahun 2011 : 27 kasus Data 3 tahun terakhir dari Polresta Gorontalo Kota : Tahun 2009 : 24 Tahun 2010 : 17 Tahun 2011 : 27 Demikian pula data yang bersumber dari wawancara dengan pelaku maksiat khususnya zina pada tanggal 29 desember 2012 lebih tepatnya pukul 49

10 19:23 dengan nama disamarkan yakni (Melati) 45, berasal dari Kelurahan Liluwo Kec. Kota tengah Kota Gorontalo mengatakan bahwa hal yang membuat pelaku sampai terjerumus dalam zina adanya perkelahian dengan suami dari pelaku yang membuat pelaku merasa stress dan mencari pelampiasan kepada pihak ketiga yakni nama disamarkan yaitu (Anton) dan tanpa diketahui oleh suami dari Melati, yang dimana Anton juga sudah berstatus keluarga dan melakukan perbuatan zina dengan Melati tersebut. bahkan Melati mengatakan bahwa perbuatan tersebut membuat dia merasa lebih tenang dan untuk menghindari dari pihak yang berwajib Melati seringkali berpindah tempat dalam melakukan pertemuan dengan pihak ketiga atau Anton dan melakukan suatu hubungan layaknya pasangan suami istri agar para pihak yang berwenang tidak dapat mengetahui bahwa perbuatan zina mereka tersebut terulang lagi. Hal ini yang membuat Pemerintah Kota Gorontalo untuk lebih jeli dalam melaksanakan operasi atau razia pada tempat-tempat prostitusi, bahkan sekarang para pelaku maksiat khususnya zina kebanyakan sering menggunakan penginapan dan kos-kosan. Dengan melihat di Kota Gorontalo masih adanya kos-kosan bebas padahal hal ini sudah di atur dalam Peraturan Daerah pencegahan maksiat dalam Pasal 4 tentang tempat-tempat yang bisa membuat orang berbuat zina namun kenyataan dilapangan masih ada yang melanggar aturan-aturan dalam Peraturan Daerah tersebut. 45 Wawancara dengan pelaku maksiat khususnya Zina, kel. Liluwo Kec. Kota Tengah. Tgl 29 Des Jam

11 Pemerintah Kota Gorontalo khususnya Satpol PP telah berupaya sekuat mungkin untuk melaksanakan aturan-aturan dalam Peraturan Daerah pencegahan maksiat. Sesuai data wawancara dengan Penyidik Satpol PP dan LinMas Kota Gorontalo yakni bapak Arifin Sunai 46 pada tanggal 27 November 2013 pada jam bapak Arifin Sunai mengatakan bahwa maksiat di Kota Gorontalo khususnya zina ini telah membudaya hal ini di akibatkan oleh kurangnya kesadaran dari para pelaku yang terjaring dalam razia yang mengakibatkan para pelaku sering melakukannya berulang-ulang padahal kami selaku Satpol PP telah mengupayakan untuk memberikan pembinaan terhadap pelaku zina dan melakukan pendataan terhadap pelaku dengan tujuan agar pelaku tersebut tidak melakukan kesalahan yang sama, Kota Gorontalo adalah Ibukotanya Provinsi Gorontalo yang dikenal dengan sebutan Serambi Medinah namun maksiat di Kota Gorontalo masih banyak terjadi, Satpol PP sering turun razia tidak tetap karena menunggu laporan dari masyarakat sekitar tetapi Satpol PP melaksanakan tugas setiap hari Satpol PP melakukan Patroli dan pengawasan tetapi tidak di perintahkan untuk melakukan hal-hal yang semena-mena untuk urusan pribadi atau kepentingan sendiri tanpa menunggu perintah atasan. Dalam sebulan kadang turun razia tetapi kadang sebulan tidak ada, kemudian batas patroli dari Satpol PP hanya sampai pada pukul ketika Satpol PP melakukan razia, apabila menemukan pelaku zina maka Satpol hanya bisa memberikan pembinaan sekaligus pendataan pelaku dan apabila pelaku tertangkap lagi berulang karena melakukan kesalahan yang sama, maka pelaku akan diserahkan kepada pihak 46 Wawancara dengan penyidik Satpol pp Kota Gorontalo Bpk Arifin Sunai. Tgl 27 Nov Jam

12 Polres Gorontalo Kota. Untuk proses selanjutnya menjadi urusan pihak Polres Gorontalo Kota karena tugas Satpol sebatas menjalankan aturan dari pihak Satpol itu sendiri. Program yang dijalankan dalam razia yakni penertiban tempat koskosan sekaligus pendataan orang-orang yang menghuni kos-kosan yang di anggap rawan terhadap tindakan maksiat. Penertiban minuman keras. Secara garis besar Langkah-langkah dan tindakan yang dilakukan oleh pihak Satpol PP Kota Gorontalo yakni : 1. Satpol PP Kota Gorontalo sering patroli setiap hari. 2. Razia dilakukan apabila masyarakat melapor kepada pihak yang berwenang. 3. Dalam sebulan Satpol PP Kota Gorontalo turun razia 2 sampai 4 kali. 4. Satpol PP Kota Gorontalo melakukan pembinaan dan pendataan kepada yang terjaring razia. Pelaksanaan razia yang dilakukan oleh pihak Satpol PP Kota Gorontalo, awalnya pihak Satpol PP melakukan pendataan di setiap tempat tinggal atau koskosan yang dianggap rawan dari pihak Pemerintah, kemudian melakukan pengawasan dan apabila kedapatan terjadi hal-hal yang merugikan dan meresahkan masyarakat maka tempat tersebut akan di razia dan akan sering didatangi oleh pihak yang berwajib, demikian perbuatan maksiat masih saja terjadi. 52

13 Memperhatikan kenyataan yang ada maka Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo cenderung belum terimplementasi dengan baik di masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh : a. Masih adanya maksiat khususnya zina di Kota Gorontalo. b. Peraturan Daerah dimaksud belum tersosialisasi secara optimal. c. Satpol PP Kota Gorontalo tidak dapat mengambil alih tugas Satpol PP Provinsi Gorontalo. Melihat tidak efektifitasnya kinerja dari Satpol PP Kota Gorontalo, Maka diperlukan lagkah yang kongkrit dan efektif untuk memberantas segala bentuk maksiat. Salah satu contohnya adalah Satpol PP dapat membentuk sebuah unit kerja khusus yang dapat menangani secara efektif dan efisien maksiat yang ada di Kota Gorontalo. 4.4 Kendala Pemerintah Kota Gorontalo dalam mencegah zina Pencegahan zina oleh Pemerintah Kota Gorontalo 47 pada dasarnya dilakukan oleh Satpol dalam menjalankan tugasnya, Satpol PP diperhadapkan dengan berbagai kendala, antara lain : 1. Satpol PP Provinsi Gorontalo tidak berkonsultasi atau tidak bekerja sama dengan Satpol PP Kota Gorontalo untuk melakukan razia atau operasi bersama, Agar Satpol PP Kota Gorontalo mempunyai dasar dalam hal mengani kasus maksiat khususnya zina, Jika dilihat dari sisi asas etika otonomi dan pembantuan Pemerintah ditekankan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, harusnya pihak 47 Wawancara dengan penyidik Satpol pp Kota Gorontalo Bpk Arifin Sunai. Tgl 27 Nov Jam

14 Satpol PP Kota Gorontalo berperan menjalankan Peraturan Daerah Provinsi karena Peraturan Daerah Provinsi berlaku untuk seluruh wilayah administratif di Provinsi tersebut. 2. Kesadaran masyarakat khususnya pelaku zina dalam melakukan perbuatannya kembali. Dalam hal ini pelaku tidak merasa terancam dengan kejadian yang terjadi, dengan melakukan kesalahan yang sama tetapi lebih waspada agar tidak tertangkap oleh pihak yang berwajib. Tidak adanya etika dari pelaku yang berakar dari moral dan agama padahal sudah ditekankan pada agama masing-masing bahkan pada Peraturan Daerah, jika melihat dari sisi hukum lebih tinggi khususnya pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pemerintah Daerah dipandang perlu lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan Keanekaragaman Daerah, suatu Daerah diberikan keleluasaan dalam hal mengatur dan mengurus Daerahnya masing-masing. 3. Patroli sehari-hari tidak bisa lewat dari jam hal ini yang membuat pelaku merasa bebas melakukan perbuatannya di atas jam 24.00, harusnya patroli dilakukan 24 jam sehari agar tidak terjadi halhal yang merugikan masyarakat Kota Gorontalo. Dan hal tersebut yang membuat tidak tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan dan peran serta masyarakat. Jika melihat dari sisi hukum 54

15 terjadi kecenderungan atau kesewenang-wenangan pihak Pemerintah dalam hal melaksanakan Peraturan Daerah yang sudah ada. 4. Menunggu laporan masyarakat, hal ini menjadi tanggung jawab peran serta masyarakat dengan cara melaporkan suatu perbuatan yang merugikan masyarakat kepada pihak yang berwajib, meresahkan masyarakat pada saat jam istirahat maupun masyarakat yang merasa terganggu di saat haknya diambil oleh orang lain atau si pelaku. 5. Masih banyaknya masyarakat yang takut untuk melapor. Hal ini yang masih banyak terjadi dimana masyarakat yang merasa tidak nyaman namun mereka hanya diam dikarenakan oleh berbagai macam alasan dimana pasangan si pelaku atau laki-laki adalah anggota yang berwajib dan adapun yang bukan masyarakat sekitar yang hanya penghuni kos, hal tersebut yang banyak terjadi saat ini, ditinjau dari sisi hukum jelas dalam Peraturan Daerah Tentang Pencegahan Maksiat khususnya pada Pasal 3 Ayat 1 mengatakan bahwa setiap laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri dilarang berada ditempat dan atau waktu yang tidak patut menurut norma agama,kesusilaan dan adat istiadat. Jadi hal tersebut yang merupakan suatu kendala Pemerintah khususnya pihak Satpol PP dalam melaksanakan tugas khusunya menangani dan mengawasi masyarakat. 55