FRAMEWORK INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DAN BERKETAHANAN IKLIM DI INDONESIA
|
|
- Adi Irawan
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 Batam, 8-9 September 208 FRAMEWORK INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DAN BERKETAHANAN IKLIM DI INDONESIA Wulfram I. Ervianto Program Studi Teknik Sipil,Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 44 Yogyakarta ervianto@mail.uajy.ac.id ABSTRAK Fenomena terjadinya perubahan iklim di Bumi sedikit banyak dipicu oleh aktifitas manusia berupa pembangunan berbagai jenis infrastruktur, diantaranya bangunan gedung, jalan raya, waduk, jalan kereta api, pelabuhan, bandar udara dan lainnya. Jika tidak menerapkan pendekatan yang tepat, maka dapat berdampak negatif terhadap terganggunya ketersediaan material terutama yang bersifat tak terbarukan. Oleh karenanya, pengelolaan proyek konstruksi perlu bermetamorfosa dari pendekatan konvensional menjadi pendekatan ramah lingkungan yang fokus pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Di sisi lain, adanya perubahan iklim menimbulkan banyak persoalan lingkungan, diantaranya banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Tentu hal ini menimbulkan berbagai persoalan lingkungan yang berdampak langsung bagi manusia. Oleh karenanya, perlu dilakukan pendekatan baru dalam melaksanakan aktifitas konstruksi, tidak hanya pendekatan ramah lingkungan namun perlu mengelaborasi dampak perubahan iklim. Tujuan kajian ini adalah mengidentifikasi tantangan yang terkait dengan integrasi aspek ketahanan infrastruktur terhadap perubahan iklim dan aspek keberlanjutan, serta memformulasikan pendekatan terbaik dalam mengelola infrastruktur agar lebih tahan terhadap pengaruh alam dan berkelanjutan. Penelitian didasarkan pada kajian secara komprehensif terhadap berbagai dokumen akademis maupun hasil penelitian yang telah dipublikasikan baik di dalam maupun di luar negeri. Temuan dalam kajian ini adalah dimungkinkannya mengintegrasikan aspek teknis, sosial, politik dan strategis dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan sebagaimana yang dilakukan di Jepang dalam sistem penilaian CASBEE. Kata kunci: infrastruktur, berkelanjutan, berketahanan iklim. PENDAHULUAN Di era sekarang ini khususnya untuk Indonesia, infrastruktur menjadi sangat penting sebagai pendukung penggerak roda perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan karakteristik spesifik wilayah Indonesia yang terdiri dari.860 pulau dan terpisahkan satu sama lain oleh perairan dan lautan (BPS, 207). Saat ini, infrastruktur pelabuhan laut yang tersedia untuk menghubungkan antar pulau adalah 40 pelabuhan, sehingga rasio antara pelabuhan dan jumlah pulau adalah :. Kondisi ini menyebabkan tingginya biaya transportasi komoditas barang dan jasa di berbagai daerah yang berdampak meningkatnya harga barang dan jasa di pulau-pulau tertentu. Bagi pemerintah, tentu hal ini menjadi persoalan penting yang harus segera diselesaikan. Salah satu solusinya adalah membangun infrastruktur di darat dan di laut sesuai kebutuhan. Respon dari persoalan ini berupa program proyek strategis nasional. Jumlah proyek yang masuk dalam skema proyek strategis nasional Indonesia adalah 225 proyek yang terbagi menjadi 24 jenis proyek (gambar ). Sejumlah proyek strategis nasional tersebut diatas diyakini akan mampu mengakomodasi persoalan wilayah-wilayah di Indonesia yang masih tertinggal dalam pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, politik masih sangat terbatas dan terisolir dari wilayah sekitarnya. Dampak lainnya adalah belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh. Di sisi lain, setiap aktivitas proyek konstruksi cenderung menghasilkan dampak negatif dimana setiap jenis proyek akan menimbulkan dampak yang bervariasi dalam hal volume dan jenisnya. Banyak sedikitnya limbah yang dihasilkan sepanjang aktivitas proses konstruksi salah satunya ditentukan oleh kapasitas tim proyek, khususnya dalam hal memilih metoda konstruksi, jenis peralatan yang akan digunakan, dan kapasitas manajemen proyek yang dimiliki oleh tim proyek. Persoalan lainnya adalah pemerintah akan melakukan percepatan pembangunan proyek strategis nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor Tahun 206 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional pasal 2 Ayat, dinyatakan bahwa Pemerintah melakukan percepatan Proyek Strategis Nasional yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Badan Usaha, yang bersumber dari anggaran Pemerintah dan/atau non-anggaran Pemerintah. Dampak langsung adanya percepatan proyek adalah meningkatnya biaya proyek itu sendiri. Selain itu, fakta yang terjadi saat ini ada sejumlah proyek konstruksi yang mengalami kegagalan pengelolaan sehingga menimbulkan kerugian secara finansial, waktu dan korban jiwa. ISBN: MK - 65
2 MK - 66 Proyek Strategis Nasional Indonesia Program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan Proyek pertanian dan kelautan Proyek pembangunan smelter Pariwisata Pembangunan kawasan industri prioritas /kawasan ekonomi khusus Proyek infrastruktur IPTEK strategis lainnya Proyek peningkatan jangkauan broadband Proyek bendungan Proyek pembangunan pos lintas batas (PLBN) dan sarana penunjang Proyek pembangunan tanggul penahan banjir Proyek penyediaan infrastruktur sistem air limbah komunal Proyek penyediaan infrastruktur air minum Proyek infrastruktur energi asal sampah Proyek pipa gas/terminal LPG Proyek pembangunan kilang minyak Program satu juta rumah Proyek pembangunan pelabuhan baru dan pengembangan kapasitas Proyek bandar udara strategis lainnya Proyek pembangunan bandar udara baru Proyek revitalisasi bandar udara Proyek pembangunan infrastruktur kereta api dalam kota. Proyek pembangunan infrastruktur sarana dan pra-sarana kereta api Proyek pembangunan infrastruktur jalan nasional/strategis nasional Proyek pembangunan infrastruktur jalan tol Gambar. Proyek Strategis Nasional Indonesia Aspek regulasi, telah dipublikasikannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 05/PRT/M/205 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman wajib diakomodasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Inti regulasi ini adalah adanya kewajiban untuk mengimplementasikan konstruksi berkelanjutan, yaitu sebuah pendekatan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan fasilitas fisik yang memenuhi tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan pada masa yang akan datang, serta memenuhi prinsip berkelanjutan. Dampak regulasi ini cukup signifikan terutama dalam hal pembiayaan proyek yang mengalami kenaikan sekitar 0% dari biaya proyek tanpa mengakomodasi isu berkelanjutan. Namun demikian, hal ini tetap harus dilakukan guna memastikan keberlanjutan kehidupan bagi generasi mendatang. Aspek lainnya yang menjadi isu adalah persoalan berketahanan iklim. Indonesia telah meratifikasi Kerangka Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tahun 994 berupa Undang-Undang No. 6 tahun 994. Dengan meratifikasi UNFCCC tersebut maka Indonesia berkewajiban mengkomunikasikan berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dampak pemanasan global akibat terjadinya perubahan iklim global. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia ikut bertanggung jawab terhadap persoalan lingkungan di tingkat global lebih spesifik perubahan iklim di Bumi. Beberapa persoalan tersebut diatas perlu ditindaklanjuti dalam bentuk program yang operasional sehingga terlihat kegiatan nyata. Tujuan dalam kajian ini adalah memformulasikan pendekatan yang secara nyata dalam membangun infrastruktur yang berkelanjutan sekaligus berketahanan iklim. 2. KAJIAN PUSTAKA Sejalan dengan rencana pembangunan proyek strategis nasional harus diikuti dengan pendekatan berkelanjutan. Undang-Undang No. 2 Tahun 997, menyebutkan pembangunan berkelanjutan didefinisikan Upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Turunan dari pembangunan berkelanjutan adalah green. Capaian terkait isu berkelanjutan saat ini sudah lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Jenis infrastruktur yang telah mengimplementasikan isu inipun telah beragam, antara lain adalah bangunan gedung (green building), infrastruktur jalan (green road), sedangkan infrastruktur lainnya masih dalam tahap penelitian, diantaranya adalah pelabuhan laut hijau (green port). Persoalan lainnya adalah bagaimana mengimplementasikan pendekatan green dalam pembangunan infrastruktur saat konstruksi berlangsung maupun setelah operasional? Perubahan iklim global disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang sangat berpengaruh terhadap siklus air sehingga berpotensi memperpanjang kemarau dan meningkatkan intesitas hujan serta menaikan permukaan laut. Hal ini akan ISBN:
3 MK - 67 berdampak terhadap kerawanan kekeringan dan banjir. Berdasarkan data diketahui bahwa ± 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya dari tempat pembuangan akhir yang bersifat open dumping sebagai penghasil gas metana (CH4). Selain itu, bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi di tahap konstruksi dan operasi. Dengan demikian, daerah perkotaan merupakan kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim ditambah lagi populasi penduduk perkotaan relatif lebih besar dibanding perdesaan sehingga dalam menghasilkan gas rumah kaca cenderung lebih besar. Isu lainnya adalah persoalan perubahan iklim yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Adanya isu tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap ketiga isu lain, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan demikian seluruh infrastruktur yang akan dibangun di Indonesia perlu mengakomodasi empat isu tersebut (Gambar 2). Sejauh ini belum ditemui formulasi infrastruktur berkelanjutan dan berketahanan iklim yang komprehensif. Gambar 2. Pendekatan Isu Berkelanjutan dan Berketahanan Iklim Pengetahuan tentang berketahanan iklim perlu dilakukan studi secara komprehensif terlebih dahulu. Upaya pemerintah dalam pengurangan dampak perubahan iklim dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 20 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Perpres ini mencakup lima sektor, yaitu: kehutanan dan lahan gambut, limbah, pertanian, industri, energi dan transportasi. Secara nyata, aktivitas kontruksi mencakup empat dari lima isu tersebut diatas, yaitu (a) kehutanan, mengingat sebagian besar material konstruksi dipanen dari hutan berupa kayu, (b) limbah, proses konstruksi menghasilkan limbah relatif besar meskipun banyak sedikitnya bergantung dari kemampuan manajemen kontraktor, (c) industri, ketergantungan produk manufaktur dalam proyek konstruksi relatif tinggi, apalagi adanya usaha untuk mengindustrialisasikan proyek konstruksi, (d) energi, komoditas ini berperan penting dalam proses konstruksi, (e) transportasi, aktivitas ini sangat bergantung dari ketersediaan energi, dimana saat ini masih didominasi energi fosil. Dengan demikian apabila sebuah proyek konstruksi mengakomodasi kelima isu tersebut dalam pembangunannya maka dapat dinyatakan bahwa infrastruktur tersebut berkelanjutan dan berketahanan iklim. Namun demikian masih perlu diformulasikan di tingkat indikator agar dapat diukur pencapaiannya. Kerangka pikir dalam konsep berketahanan iklim didasarkan pada interaksi tiga elemen, yang terdiri dari (a) Sistem, didefinisikan suatu kesatuan yang terdiri elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan terjadinya aliran informasi, materi, energi guna mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini berupa infrastruktur, ekosistem, pasokan makanan dan air, energi, transportasi, tempat berlindung (shelter), komunikasi. (b) Institusi, mencakup aturan sosial atau konvensi dalam aspek sosial dan ekonomi. (c) Agen, yaitu individual, rumah tangga, organisasi sektor swasta dan pemerintah. Ketiga aspek tersebut saling berinteraksi dan berkolaborasi menciptakan pendekatan berketahanan iklim (Gambar ). Berketahanan iklim dalam lingkup kota, terdiri dari empat komponen penting, yaitu: (a) kesehatan dan kehidupan yang layak, (b) aspek sosial dan ekonomi, (c) infrastruktur dan lingkungan, (d) strategi dan kepemimpinan. Selain itu terdapat tujuh hal yang terkait dengan kualitas berketahanan iklim, yaitu: (a) integrasi, (b) inklusif, (c) selalu membutuhkan sumberdaya, (d) fleksibel, (e) sesuai kebutuhan, (f) kuat, (g) reflektif. ISBN:
4 MK - 68 Sistem Agen Institusi Gambar. Elemen Penting Dalam Konsep Berketahanan Iklim Berketahanan iklim diukur dalam banyak sedikitnya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sebuah negara, yang dikontribusi secara kolaborasi dari tingkat kabupaten kota, propinsi, negara. Timbulnya emisi CO 2 dipicuoleh berbagai hal, antara lain persoalan hutan dan lahan gambut, transportasi, pertanian, industri, energi, dan limbah. Dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP 2 pada tahun 205 yang lalu telah disepakati pembatasan emisi gas rumah kaca. Dengan harapan tidak akan terjadi pemanasan global lebih dari 2 o Celcius hingga tahun 200. The Washington Post memprakirakan emisi pada tahun 207 akan mencapai 7 miliar ton karbon dioksida, yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research Letters. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dalam Rencana Aksi Nasional Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (RAN MAPI) yang fokus pada beberapa hal penting sebagai upaya mitigasi maupun adaptasi, yaitu: (a) Bidang Sumberdaya air dalam upaya mitigasi perubahan iklim pada penanganan pengelolaan tata air lahan gambut di kawasan rawa berupa rehabilitasi sistem jaringan irigasi hemat air serta mendorong terlaksananya gerakan hemat air. (b) Bidang jalan dan jembatan mengarahkan rencana aksi mitigasi melalui upaya penurunan kemacetan serta penggunaan material jalan ramah lingkungan, sedangkan upaya adaptasi fokus pada upaya penurunan risiko kerusakan jalan akibat dampak perubahan iklim. (c) Bidang Keciptakaryaan fokus pada upaya mitigasi dan pengelolaan sampah dan limbah guna menurunkan emisi gas metana, dan pengelolaan bangunan dan lingkungan hemat energi. Adaptasi diarahkan untuk mengaktifkan gerakan hemat air dan penanganan sistem drainase sehingga mampu mengantisipasi dampak dari perubahan curah hujan yang ekstrem. (e) Bidang penataan ruang mengupayakan mitigasi perubahan iklim yang difokuskan pada upaya mendorong perwujudan 0% kawasan konservasi pada daerah aliran sungai guna meningkatkan carbon sink melalui percepatan penetapan perda RTRW provinsi dan kabupaten/kota. Upaya lain adalah melalui konsep ekonomi rendah karbon dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sementara dalam upaya adaptasi lebih diarahkan untuk mengidentifikasi wilayah (kabupaten/kota) yang rentan terkena dampak perubahan iklim.. METODOLOGI Kajian untuk memperoleh pengetahuan terkait dengan isu berkelanjutan dan berketahanan iklim untuk infrastruktur digunakan pendekatan dan tahapan sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Tahap pertama, yaitu mendefinisikan pendekatan infrastruktur berkelanjutan yang terdiri dari 42 indikator (Ervianto, 205). Tahap kedua, mendefinisikan pendekatan infrastruktur berketahanan iklim khususnya untuk wilayah di Indonesia. Tahap ketiga, mengagregasikan hasil kajian pendekatan berkelanjutan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Sedangkan hasil kajian berketahanan iklim, terdiri dari isu kehutanan dan lahan gambut, isu transportasi, isu pertanian, isu industri, isu energi, dan isu limbah. Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi sejumlah indikator yang merupakan representasi dari isu berkelanjutan dan berketahanan iklim yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan di Indonesia (gambar 4). Perlu dipahami bahwa indikator berkelanjutan dan berketahanan iklim antara negara yang satu dengan negara lainnya belum tentu sama dikarenakan isu keduanya sangat bergantung dengan karakter spesifik lokal namun berdampak global. Pengetahuan yang bersumber dari berbagai pihak yang terlibat harus terintegrasi menjadi sebuah pengetahuan baru yang mengakomodasi isu berkelanjutan dan berketahanan iklim. Persoalan dalam mengintegrasikan dua pendekatan tersebut bukan persoalan mudah, namun perlu segera dilaksanakan meskipun melalui proses panjang (gambar 4). Salah satu pendekatan yang mungkin dilakukan adalah melalui program insentif dan kebijakan. Belajar dari negara Jepang, dalam mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan tersebut diatas melalui sistem penilaian yang mengintegrasikan resilience dan sustainability yang disebut CASBEE (Comprehensive Assessment System for Building Environmental Efficiency). ISBN:
5 MK - 69 Mulai Isu Berkelanjutan Isu Berketahanan Iklim Aspek Ekonomi Kehutanan dan lahan gambut Aspek Sosial Faktor/Indikator Pembangunan Berkelanjutan Faktor/Indikator Berketahanan Iklim Transportasi Aspek Lingkungan Pertanian Faktor/Indikator Berkelanjutan dan berketahanan iklim Industri Energi Selesai Limbah Gambar 4. Pendekatan Infrastruktur Berkelanjutan dan Berketahanan Iklim Pengetahuan yang bersumber dari berbagai pihak yang terlibat harus terintegrasi menjadi sebuah pengetahuan baru yang mengakomodasi isu berkelanjutan dan berketahanan iklim. Persoalan dalam mengintegrasikan dua pendekatan tersebut bukan persoalan mudah, namun perlu segera dilaksanakan meskipun melalui proses panjang (gambar 4). Salah satu pendekatan yang mungkin dilakukan adalah melalui program insentif dan kebijakan. Belajar dari negara Jepang, dalam mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan tersebut diatas melalui sistem penilaian yang mengintegrasikan resilience dan sustainability yang disebut CASBEE (Comprehensive Assessment System for Building Environmental Efficiency). 4. BELAJAR DARI SISTEM PENILAIAN CASBEE CASBEE rating tools adalah instrumen yang digunakan untuk menilai seberapa ramah lingkungan sebuah infrastruktur yang dibangun. Instrumen ini dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu : Tool- : CASBEE for new construction, Tool-2 : CASBEE for existing building. Tool- : CASBEE for renovation. Tool-4 : CASBEE for heat island. Tool-2 : CASBEE for urban development. Sekilas instrumen ini ada kemiripan dengan instrumen penilai yang ada di Indonesia, yaitu GREENSHIP yang dikelola oleh Green Building Council Indonesia. Perbedaannya terletak pada diakomodasinya CASBEE for heat island. Tentu saja setiap instrumen tidak selalu sama antara negara satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam mengakomodasi isu tertentu akan berbeda kondisi lingkungan negara satu dengan yang lain. Sebagai langkah awal dapat digunakan sistem rating GREENSHIP selanjutnya dapat ditingkatkan secara gradual. 5. KESIMPULAN Temuan dalam kajian ini secara teknis isu tentang keberlanjutan dan berketahanan iklim dimungkinkan untuk diagregasikan melalui proses yang relatif panjang yang melibatkan berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai pemangku kepentingan antara lain ilmu teknik, strategis, sosial, dan politik. Mengagregasikan antara insentif dan kebijakan merupakan salah satu pendekatan terbaik agar seluruh pemangku kepentingan terintegrasi. Di setiap daerah/negara indikator mengenai berkelanjutan dan berketahanan iklim belum tentu sama oleh karenanya jika akan mengadopsi indikator dari suatu daerah/negara harus disesuaikan dengan karakter lokalitasnya. Kajian ini masih di tahap konsep yang bertujuan untuk memformulasikan pengetahuan yang mengagregasikan isu berkelanjutan dan berketahanan iklim, sehingga keluarannya masih berupa tahapan dalam menemukan isu yang sesungguhnya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Tahun 207. ISBN:
6 MK - 70 CASBEE (Comprehensive Assessment System for Building Environmental Efficiency). Green Building Council Indonesia, GREENSHIP Versi.. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 05/PRT/M/205 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 05/PRT/M/205 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Peraturan Presiden Nomor Tahun 206 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 20 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Undang-Undang No. 2 Tahun 997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No. 6 Tahun 994. Tentang Pengesahan United Nations Framework Convention On Climate Change. ISBN:
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1194, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Mitigasi dan Adaptasi. Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2012
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan
Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciIntegrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek
Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada
Lebih terperinciCAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION
CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciTANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK STRATEGIS NASIONAL INDONESIA
TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK STRATEGIS NASIONAL INDONESIA Wulfram I. Ervianto Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta E-mail: wulframervianto@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Workshop Mobilizing Support and Strengthening Food Security and Community Resilience againts Shocks and
Lebih terperinciALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa
UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya
Lebih terperinciSambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012
Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan
Lebih terperinciPENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA Wulfram I. Ervianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Pembangunan yang dilakukan diantaranya adalah
Lebih terperinciRAN MAPI KEMENTERIAN PU BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM
1.1. UMUM BAB I PENDAHULUAN Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992, Indonesia menjadi salah satu negara yang menyepakati Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan
Lebih terperinciRencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin
Lebih terperinciNo. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan
Lebih terperinciPemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut
SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim meningkat pesat akhir-akhir ini. Berbagai gerakan hijau dilakukan untuk
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya
PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH
Lebih terperinciVersi 27 Februari 2017
TARGET INDIKATOR KETERANGAN 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara. 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun , dan tidak termasuk. Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran yang sangat strategis dalam mengamankan kelangsungan
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah
2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai
Lebih terperinciSTUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR
STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global
PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan
Lebih terperinciMEWUJUDKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DI INDONESIA
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DI INDONESIA Keynote Speech oleh: Dr. (HC) Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE. Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Disampaikan dalam: The Second International
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:
IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus dilakukan. Kebutuhan yang selalu meningkat membuat banyak orang yang ingin terus melakukan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi tantangan terbesar bagi kemanusiaan, ilmu pengetahuan, dan politik di abad ke-21. Kegiatan manusia menambah konsentrasi gas rumah kaca
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
Lebih terperinci2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep
No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas
Lebih terperinciCANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2010 SERI. E CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya
Lebih terperinciKebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi
Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi Outline Perubahan Iklim dan resikonya Dampak terhadap lingkungan dan manusia Kebijakan Iptek Penutup
Lebih terperinciPercepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa kondisi infrastruktur
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan kegiatan ekonomi/bisnis dan atau kegiatan sosial suatu masyarakat. Jalan merupakan infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinci2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c
No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA
KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciINTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN
INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam
Lebih terperinciKomunikasi: Tiktik Dewi Sartika Rina Widiyaningsih
PERANAN IPTEK DALAM MENJAWAB PEMANASAN GLOBAL Dewan Riset Nasional Sekretariat Gedung I BPP Teknologi Lantai 2 Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340 Penyusun: Sonny Yuliar Penyunting : Tusy A. Adibroto
Lebih terperinciNo pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG PEDOMAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO, DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciRENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)
RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan
Lebih terperinciDAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA
30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciMenuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan
Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana No / Fokus / Kegiatan Rencana Tahun 2010 Prakiraan Rencana Tahun 2011 Prakiraan Maju I SUMBER DAYA AIR I SUMBER DAYA
Lebih terperinciSosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan
Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Disampaikan oleh: Ir. Ati Nurzamiati HZ, MT. Kasubdit Konstruksi Berkelanjutan Jakarta, 4 Agustus 2016
Lebih terperinciI. Permasalahan yang Dihadapi
BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2011 NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM JAWA TIMUR MENUJU PROVINSI HIJAU ( GO GREEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bidang yang saling berkaitan. Di satu sisi pembangunan dirasakan perlu untuk meningkatkan harkat hidup manusia. Tapi di
Lebih terperinci-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Instrumen Ekonomi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciSISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA
9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa
Lebih terperinciPelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas
Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas Endah Murniningtyas Deputi Sumber
Lebih terperinciPerubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara
Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi DKI Jakarta. Areal sepanjang pantai sekitar 32 km tersebut merupakan pintu gerbang dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota (urban heat island)
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti
Lebih terperinci