SPM-FP Standar Pelayanan Masyarakat pada Fasilitas Publik. Standar Pelayanan Masyarakat pada Fasilitas Publik Pelabuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SPM-FP Standar Pelayanan Masyarakat pada Fasilitas Publik. Standar Pelayanan Masyarakat pada Fasilitas Publik Pelabuhan"

Transkripsi

1 SPM-FP Standar Pelayanan Masyarakat pada Publik Standar Pelayanan Masyarakat pada Publik Pelabuhan

2 Daftar isi Daftar isi..i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Kriteria Hal yang dinilai... 5 LAMPIRAN 1 (Informatif) Peta korelasi SPM-FP Pelabuhan generik dengan spesifik Bibliografi i

3 Prakata Standar Pelayanan Masyarakat pada Publik selanjutnya disebut SPM-FP adalah standar yang direncanakan, dirumuskan, ditetapkan, diterapkan, dinilai kesesuaiannya, dibina dan diawasi, yang bertujuan untuk menyediakan layanan bagi masyarakat di fasilitas publik dalam rangka peningkatan kualitas. SPM-FP merupakan suatu standar yang diamanatkan dari kesepakatan bersama di tingkat global oleh PBB pada Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang salah satu adalah Tujuan 12 yaitu mencapai konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab atau lebih dikenal sebagai SCP atau Sustainable Consumption and Production. Ketentuan SPM-FP sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.90/Menlhk/Setjen/Set.1/11/2016 Tentang Standar Pelayanan Masyarakat Pada Pos-Pos Publik Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Lingkungan. Standar ini berisi tentang komponen generik dan spesifik terkait dengan usaha efisiensi penggunaan sumber daya dan pengelolaan dalam rangka peningkatan kualitas pada fasilitas publik. Komponen generik terdiri atas : a. substansi teknis yaitu efisiensi pengelolaan sumber daya alam meliputi energi, air dan material/bahan, serta pengelolaan ; dan b. layanan sarana, dan edukasi bagi masyarakat pengguna fasilitas publik. SPM-FP ini disusun oleh Komite Teknis Perumusan Standar Pelayanan Masyarakat pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang telah dibahas dan disepakati dalam rapat komite teknis SPM-FP pada tanggal 27 November 2017 di Jakarta. Hadir pada rapat tersebut keterwakilan dari Pemerintah, pelaku usaha dan/atau asosiasi terkait, konsumen dan/atau asosiasi terkait, pakar dan/atau akademisi, dan komunitas masyarakat generasi muda. ii

4 Pendahuluan 01 Pendahuluan Pada saat ini sudah banyak fasilitas publik yang dibangun baik oleh Pemerintah maupun swasta. Banyak jenis dan model fasilitas publik yang dikembangkan serta besar dan kecil ukurannya. publik yang dikembangkan tersebut berfungsi memberikan layanan kepada masyarakat dimana untuk mendapatkan layanan tersebut ada yang berbayar dan ada juga yang tidak. Dalam memberikan layanan tersebut terkadang pengelola fasilitas publik tersebut belum mempertimbangkan aspek. Salah satu contoh adalah ketika pengelola pusat perbelanjaan modern memberikan layanan kepada pengunjung dengan memberikan suasana belanja yang nyaman terkadang pengelola mengatur suhu ruangan terlalu dingin. Hal ini akan menyebabkan pemborosan penggunaan pendingin ruangan dan penggunaan energi yang dapat berakibat pada pemborosan energi dan berkontribusi terhadap pemanasan global. 02 Tujuan SFM-FP bertujuan menyediakan standar bagi pengelola fasilitas publik yang dikelola baik oleh swasta dan Pemerintah dengan materi substansi pengelolaan hidup secara terpadu. Dengan dikelolanya aspek dari suatu FP diharapkan akan tumbuh fasilitas publik yang ramah serta didukung dengan layanan, edukasi, sarana dan apresiasi bagi masyarakat pengguna. Dengan tersedianya standar bagi pengelola fasilitas publik dengan materi substansi pengelolaan hidup terpadu, diharapkan tersedianya fasilitas publik yang ramah serta layanan, edukasi, sarana dan apresiasi bagi masyarakat pengguna fasilitas publik. Standar ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan peran Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana urusan pemerintahan dalam pelayanan masyarakat di fasilitas publik dan peningkatan kualitas menuju kota berkelanjutan, dengan dukungan Kementerian, Pemerintah Provinsi, serta para pemangku kepentingan. Lebih besar lagi diharapakan penerapan SPM-FP ini sebegai bentuk pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan dan aksi perubahan iklim berbasis masyarakat di Indonesia. 03 Konsep SPM-FP SPM-FP ini berisikan kriteria yang harus diterapkan oleh suatu fasilitas publik. Kriteria tersebut ada yang bersifat generik yang ada pada setiap SFM-FP namun juga ada kriteria spesifik FP. Sehingga SPM-FP disusun spesifik untuk model FP tertentu, untuk itu pada bagian lingkup diperjelaskan pada fasilitas publik mana standar ini dapat diterapkan. Pada bagian istilah dan definisi diberikan istilah dan definisi yang spesifik untuk suatu SPM- FP. Ada beberapa istilah yang mungkin berbeda dengan istilah yang biasa dipakai namun beberapa istilah dan definisi masih menggunakan yang dipakai pada umumnya. 04 Pendekatan Manajemen Sistem iii

5 Kriteria dalam SPM-FP menggunakan pendekatan pada perbaikan sistem manajemen pengelola FP. Dengan melakukan perbaikan sistem ini diharapkan pengelola FP dapat melakukan perbaikan pada pelayanan dengan tetap memperhatikan aspek dari layanan yang diberikan. Untuk memenuhi kriteria yang telah ditetapkan pengelola FP harus mengembangkan sistem manajemen untuk memenuhi kriteria komponen substansi teknis baik yang generik maupun yang spesifik. Pendekatan sistem manajemen yang digunakan adalah sistem manajemen dengan pendekatan Perencanaan, Lakukan, Periksa dan Tindaki (Plan, Do, Check dan Act). Sehingga diharapkan pengelola tidak hanya menetapkan perencanaan namun harus juga melakukan apa yang direncanakan kemudian memeriksa apakah yang dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan untuk kemudian ditindaki. Dalam pelaksanaan sistem manajemen tersebut pengelola juga harus memperhatikan sarana yang diperlukan agar apa yang direncanakan tersebut bisa dilaksanakan. Agar apa yang telah direncakan tersebut dapat dilaksanakan di FP maka perlu meyediakan dan edukasi kepada pengunjung gar dapat mendukung perencana yang telah ditatepkan oleh pengelola FP. Penerapan SPM-FP ini juga didukung dengan panduan penerapan. Panduan tersebut bertujuan untuk membantu pengelola FP menerapkan SPM-FP. 05 Pendekatan Perbaikan Berkelanjutan SPM-FP menggunakan model perbaikan pada sistem manajemen dimana tidak ada batasan tertentu yang harus dipenuhi atau dilewati oleh suatu FP. Suatu FP diharapkan melakukan perbaikan secara berkelanjutan sehingga diharapkan dengan penggunakan SPM-FP ini suatu FP akan selaku ada pebaikan menuju perbaikan berikutnya. 06 SPM-FP Pelabuhan Pelabuhan baik pada pelabuhan laut maupun pelabuhan penyeberangan merupakan tempat kegiatan kapal bersandar, naik turun penumpang, dan atau bongkat muat barang serta sebagai tempat perpindahan moda angkutan. Dengan fungsi tersebut membuat Pelabuhan menjadi suatu tempat interaksi yang setiap harinya banyak dikunjungi oleh penumpang. Interaksi tersebut akan meningkat pada waktu tertentu seperti liburan atau hari besar keagamaan. Interaksi pada pelabuhan yang melibatkan antara lain penumpang, pedagang, pemilik perusahaan pelayaran dan penangkutan dan penyelenggara. Dengan banyaknya interaksi tersebut menuntut penyelenggara pelabuhan untuk dapat melaksanakan pengelolaan kegiatan secara optimal. Banyak instrumen pengelolaan yang dapat digunakan oleh pengelola pelabuhan. Salah satu bentuk instrumen tersebut adalah standar. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan cq. Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan mengembangkan SPM-FP yang dapat digunakan oleh pengelola fasilitas publik. SPM-FP bertujuan memberikan pedoman kepada pengelola dalam pemberian layanan dengan tetap menjaga kualitas. iv

6 SPM-FP dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan fasilitas publik atau sebagai pendukung pemenuhan terhadap standar atau peraturan perundang-undangan yang mengatur suatu fasilitas publik. Namun SPM-FP ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan SNI atau Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. SPM-FP Pelabuhan disusun sebagai instrument penunjang untuk penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM.37 Tahun 2015 jo. PM.119 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut terkait dengan aspek layanan dari sisi manajemen sistem. v

7 Standar Pelayanan Masyarakat pada Publik Pelabuhan 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan kriteria generik dan spesifik pelayanan masyarakat pada Pelabuhan Laut dan Pelabuhan Penyeberangan untuk kegiatan menaikkan, menurunkan dan menunggu penumpang angkutan laut dan penyeberangan. Standar ini bertujuan untuk : a. menyediakan standar bagi pengelola fasilitas publik dengan materi substansi pengelolaan hidup terpadu; b. menyediakan fasilitas publik yang ramah serta layanan, edukasi, sarana dan apresiasi bagi masyarakat pengguna fasilitas publik. 2 Acuan normatif Untuk standar ini tidak ada acuan normatif yang diacu 3 Istilah dan definisi Untuk dokumen ini istilah dan definisi ini berlaku 3.1 pelabuhan tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. 3.2 pelabuhan laut pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan 3.3 pelabuhan penyeberangan pelabuhan umum untuk kegiatan angkutan penyeberangan 3.4 efisiensi energi usaha yang dilakukan oleh pengelola fasilitas publik dengan metode, teknik, dan prinsip yang memungkinkan untuk dapat menghasilkan penggunaan energi lebih efisien dalam 1

8 upaya memberikan pelayanan kepada pengunjung fasilitas publik tanpa mengurangi kenyamanan 3.5 efisiensi air usaha yang dilakukan oleh pengelola fasilitas publik dengan metode, teknik, dan prinsip yang memungkinkan untuk dapat menghasilkan penggunaan air lebih efisien tanpa mengurangi kenyamanan dan kaidah sanitasi dan hygien dalam upaya memberikan pelayanan kepada pengunjung fasilitas publik 3.6 efisiensi material/bahan usaha yang dilakukan oleh pengelola fasilitas publik dengan metode, teknik, dan prinsip yang memungkinkan untuk dapat menghasilkan penggunaan material/bahan air lebih efisien yang digunakan sebagai penunjang kegiatan di fasilitas publik dalam upaya memberikan pelayanan kepada pengunjung fasilitas publik CATATAN Penggunaan bahan diantaranya: 1. Penggunaan plastik dan kertas untuk keperluan kantor dan lainnya yang menunjang kegiatan di fasilitas publik; 2. Bahan pembersih untuk keperluan sanitasi di fasilitas public. 3.7 pengelolaan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan 4 Kriteria No Komponen substansi teknis 1. Efisiensi energi 1.1 Mengurangi konsumsi daya listrik 1.2 Menggunakan alat elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah Sistem manajemen mempunyai perencanaan penghematan konsumsi daya listrik menetapkan tata kerja pengadaan dan penggunaan Kriteria Layanan masyarakat Sarana Informasi Edukasi sarana yang menunjang program mengurangi konsumsi daya listrik alat elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan langkah penghematan daya listrik peralatan elektronik panduan kepada pengunjung perilaku hemat energi 2

9 2. Efisiensi air 2.1 Mengurangi konsumsi air 2.2 Menggunakan alat sanitasi yang hemat konsumsi air 2.3 Melakukan pengelolaan air limbah alat elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah mempunyai perencanaan penghematan konsumsi air menetapkan tata kerja penggunaan alat sanitasi yang hemat konsumsi air melakukan upaya pengelolaan air limbah 3. Efisiensi material/bahan 3.1 Penggunaan bahan pembersih sanitasi yang ramah menetapkan dan memastikan bahwa bahan pembersih sanitasi yang digunakan ramah 3.2 Penggunaan plastik dan kertas secara efisien menetapkan tata kerja dan memastikan penggunaan ramah Terpasangnya peralatan yang efisien dalam konsumsi air alat sanitasi yang hemat konsumsi air sarana pengelolaan air limbah bahan pembersih sanitasi yang digunakan ramah sarana dalam pelaksanaan efisiensi dalam penggunaan plastik dan dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah langkah penghematan konsumsi air alat sanitasi yang hemat konsumsi air pengelolaan air limbah bahan pembersih sanitasi yang digunakan ramah pelaksanaan efisiensi dalam penggunaan plastik dan panduan kepada pengunjung perilaku hemat air panduan kepada pengunjung perilaku penggunaan bahan pembersih sanitasi secara ramah panduan kepada pengunjung perilaku 3

10 4. an 4.1 Pewadahan 4.2 Pemilahan 4.3 Pengangkutan 4.4 Pengumpulan plastik dan kertas secara efisien menetapkan tata kerja penggunaan wadah/tempat untuk menyimpan menetapkan tata kerja penggolongan dan pemilahan serta memastikan bahwa terpilah dilakukan pengolahan secara tepat sesuai jenisnya menetapkan tata kerja dan memastikan terangkut menetapkan tata kerja dan memastikan tidak ada yang tercecer 5 Penghijauan fasilitas kertas kertas penggunaan plastik dan kertas yang ramah. - tempat dalam jumlah yang memadai - tempat penampungan sementara tempat untuk yang terpilah sarana pengangkutan sarana pengumpulan sarana untuk /penge nal pewadahan penggolongan dan pemilahan pengangkutan tempat pengumpulan panduan kepada pengunjung penggunaan tempat panduan kepada pengunjung pemilahan - - Menyediaka n himbauan 4

11 menetapkan tata kerja penghijaun terkait estetika, iklim mikro dan mengurangi polusi udara penghijuan untuk : Estetik, iklim mikro dan mengurangi polusi udara kepada pengunjung manfaat dari program penghijauan melakukan pemantauan dan evaluasi serta perbaikan secara berkelanjutan terhadap penerapan SPM-FP dan panduan kepada pengunjung untuk menjaga tanaman dan fasilitas penghijauan 5. Hal yang dinilai 5.1 Efisiensi energi Mengurangi konsumsi daya listrik a. fasilitas mempunyai perencanaan penghematan konsumsi daya listrik Perencanaan adalah pembuatan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan, serta mengembangkan rencana aktivitas kerja suatu lembaga sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen perencanaan yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b. sarana yang menunjang program mengurangi konsumsi daya listrik Sarana merupakan alat/material yang dapat digunakan untuk menunjang pengurangan konsumsi daya listrik seperti pengukur konsumsi listrik, sensor, dan saklar sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan sarana penunjang pengurangan konsumsi daya listrik sesuai dokumen a c. langkah penghematan daya listrik mengkan (baik lisan maupun tulisan) langkah penghematan daya listrik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan hal-hal yang telah dilaksanakan sesuai dokumen perencanaan a. Informasi lisan dapat dibuktikan dengan rekaman atau foto d panduan kepada pengunjung perilaku hemat energi Panduan adalah pemberian tuntunan kepada pengunjung untuk melakukan kegiatan ramah difasilitas publik sehingga yang dinilai adalah ketersediaan panduan kepada pengunjung perilaku hemat energi sesuai dokumen perencanaan a Menggunakan alat elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah a fasilitas menetapkan tata kerja pengadaan dan penggunaan alat elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah 5

12 Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisien sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen tata kerja pengadaan dan tata kerja penggunaan dengan memperhatikan prioritas alat elektronik dan/atau mesin yang perlu di hemat atau diganti sesuai penetapan pimpinan pengelola fasilitas. Hal itu mengacu pada panduan penerapan b alat elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah Sarana merupakan alat elektronik dan/atau mesin yang bersifat hemat energi sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan alat elektronik dan/atau mesin hemat energi dan ramah, seperti yang tertera di dokumen perencanaan a c mengkan peralatan elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah. mengkan (baik lisan maupun tulisan) peralatan elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah sehingga yang dinilai adalah ketersediaan lisan ataupun tulisan sesuai dengan dokumen tata kerja a. Jika secara lisan dapat dibuktikan dengan rekaman atau foto. 5.2 Efisiensi air Mengurangi konsumsi air a fasilitas mempunyai perencanaan penghematan konsumsi air Perencanaan adalah pembuatan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan, serta mengembangkan rencana aktivitas kerja suatu lembaga sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan perencanaan penghematan konsumsi air yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b Terpasangnya peralatan yang efisien dalam konsumsi air Efisien adalah kemampuan pencapaian tujuan secara tepat sehingga tidak terjadi pemborosan sehingga hal yang dinilai pemasangan peralatan yang efisien (kecuali alat sanitasi) dalam konsumsi air sesuai dokumen perencanaan a c langkah penghematan konsumsi air mengkan (baik lisan maupun tulisan) kegiatanhemat air yang dilakukan di fasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan lisan ataupun tulisan. Jika secara lisan dapat dibuktikan dengan rekaman atau foto d panduan kepada pengunjung perilaku hemat air Panduan adalah pemberian tuntunan kepada pengunjung untuk melakukan kegiatan ramah difasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan panduan kepada pengunjung perilaku penghematan konsumsi air selain sanitasi sesuai dokumen perencanaan a Menggunakan alat sanitasi yang hemat konsumsi air 6

13 5.2.2.a menetapkan tata kerja penggunaan alat sanitasi yang hemat konsumsi air Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisien sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen tata kerja penggunaan alat sanitasi yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola fasilitas publik. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b alat sanitasi yang hemat konsumsi air Alat sanitasi adalah alat yang digunakan untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan fasilitas publik, seperti toilet dual flushing, keran sensor, dll sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan alat sanitasi yang hemat konsumsi air berdasarkan tata kerja pengelola a c alat sanitasi yang hemat konsumsi air mengkan (baik lisan maupun tulisan) kegiatanhemat air yang dilakukan di fasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan lisan ataupun tulisan sesuai dengan tata kerja pengelola a. Jika secara lisan dapat dibuktikan dengan rekaman atau foto d. panduan kepada pengunjung perilaku hemat air dalam penggunaan alat sanitasi Panduan adalah pemberian tuntunan kepada pengunjung untuk melakukan kegiatan ramah difasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan panduan kepada pengunjung perilaku penghematan konsumsi air dalam penggunaan alat sanitasi sesuai dokumen perencanaan a Melakukan pengelolaan air limbah a. melakukan upaya pengelolaan air limbah an air limbah merupakan kegiatan terencana yang bertujuan untuk mengurangi cemaran limbah cair sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen perencanaan pengelolaan air limbah yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b sarana pengelolaan air limbah Sarana merupakan alat/material yang dapat digunakan untuk pengelolaan air limbah sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan sarana yang dapat merealisasikan pengelolaan air limbah sesuai yang tertera dalam dokumen perencanaan a c pengelolaan air limbah mengkan (baik lisan maupun tulisan) kegiatan pengelolaan air limbahyang dilakukan di fasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan lisan ataupun tulisan sesuaidokumen perencanaan a. Jika secara lisan dapat dibuktikan dengan rekaman atau foto. 5.3 Efisiensi material bahan Penggunaan bahan pembersih sanitasi yang ramah 7

14 5.3.1.a. fasilitas menetapkan bahwa bahan pembersih sanitasi yang digunakan ramah Bahan pembersih sanitasi adalah material yang digunakan untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan fasilitas publik, seperti, bahan pembersih lantai, bahan pembersih kamar mandi, dll. Hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen yang berisi penetapan dan bahan sanitasi ramah yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Penetapan bahan sanitasi dapat mengacu pada panduan penerapan b. bahan pembersih sanitasi yang digunakan ramah Bahan pembersih sanitasi adalah material yang digunakan untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan fasilitas publik, seperti, bahan pembersih lantai, bahan pembersih kamar mandi, dll. Hal yang dinilai adalah ketersediaan bahan pembersih sanitasi sesuai dokumen a c. bahan pembersih sanitasi yang digunakan ramah mengkan bahan pembersih sanitasi ramah yang digunakan sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan sesuai dokumen a d. panduan kepada pengunjung perilaku penggunaan bahan pembersih sanitasi yang ramah Panduan adalah pemberian tuntunan kepada pengunjung untuk melakukan kegiatan ramah difasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan panduan kepada pengunjung perilaku penggunaan bahan pembersih sanitasi yang ramah sesuai dokumen a Penggunaan plastik dan kertas secara efisien a. menetapkan tata kerja dan memastikan penggunaan plastik dan kertas secara efisien Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisiensehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen tata kerja penggunaan plastik dan kertas yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Dokumen tata kerja juga berisi sarana yang diperlukan. Penetapan tata kerja dapat mengacu pada panduan penerapan b. sarana dalam pelaksanaan efisiensi dalam penggunaan plastik dan kertas Sarana merupakan alat/material yang dapat digunakan secara efisien adalah kemampuan pencapaian tujuan secara tepat sehingga tidak terjadi pemborosan. Oleh karena itu, hal yang dinilai adalah ketersediaan sarana efisiensi penggunaan plastik dan kertas sesuai dokumen tata kerja a c. pelaksanaan efisiensi dalam penggunaan plastik dan kertas mengkan (baik lisan maupun tulisan) efisiensi plastik dan kertas yang dilakukan di fasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan lisan ataupun tulisan. Jika secara lisan dapat dibuktikan dengan rekaman atau foto. 8

15 5.3.2.d. panduan kepada pengunjung perilaku penggunaan plastik dan kertas yang ramah Panduan adalah pemberian tuntunan kepada pengunjung untuk melakukan kegiatan ramah difasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan panduan kepada pengunjung perilaku penggunaan dan efisiensi penggunaan plastik dan kertas sesuai dokumen perencanaan a an Pewadahan a. fasilitas menetapkan tata kerja penggunaan wadah/tempat untuk menyimpan Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisien termasuk penetapan jumlah wadah yang memadai. Hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen tata kerja penggunaan wadah/tempat penyimpan yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola fasilitas. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b.1. tempat dalam jumlah yang memadai Tempat merupakan wadah yang digunakan untuk menampung dari sumber (pengguna Publik) dan memadai berarti jumlah wadah cukup untuk keseluruhan area fasilitas. Oleh karena itu, hal yang dinilai adalah tersedia tempat penyimpanan sesuai dokumen tata kerja a b.2. tempat penampungan sementara Tempat penampungan sementara adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengumpulkan dari tempat, sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Hal yang dinilai adalah ketersediaan tempat penampungan sementara sesuai dokumen tata kerja a c. /pengenal pewadahan mengkan secara lisan atau tertulis wadah yang tersedia sehingga dalam hal ini dinilai ketersediaan secara tertulis atau lisan di wadah d. panduan kepada pengunjung penggunaan tempat Panduan adalah pemberian tuntunan kepada pengunjung agar dapat menggunakan wadah sebagaimana mestinya sehingga yang dinilai adalah ketersediaan panduan kepada pengunjung penggunaan tempat sesuai dokumen tata kerja a Pemilahan a. fasilitas menetapkan tata kerja penggolongan dan pemilahan serta memastikan bahwa terpilah dilakukan pengolahan secara tepat sesuai jenisnya Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisien sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen tata kerja 9

16 penggolongan dan pemilahan yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b. tempat untuk yang terpilah Sampah terpilah merupakan yang telah terpisah sesuai dengan jenisnya sehingga dapat dilakukan pemanfaatan. Oleh karena itu hal yang dinilai adalah ketersediaan tempat sesuai penggolongan pemilahan yang tertera di dokumen tata kerja a c. penggolongan dan pemilahan mengkan (baik lisan maupun tulisan) jenis yang dipilah sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan (baik lisan maupun tulisan). Jika lisan dibuktikan dengan rekaman atau foto d. panduan kepada pengunjung pemilahan Panduan adalah pemberian tuntunan kepada pengunjung untuk memilah dari sumberdifasilitas publik sehingga hal yang dinilai adalah panduan kepada pengunjung pemilahan dari sumber sesuai dokumen tata kerja a Pengumpulan a. fasilitas menetapkan tata kerja dan memastikan tidak ada yang tercecer Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisien sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan tata kerja untuk mencegah tercecer saat pengumpulan yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b. sarana pengumpulan Sarana merupakan alat atau material yang dapat digunakan untuk mengumpulkan sesuai jenisnya sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan sarana untuk mengumpulkan di fasilitas publik sesuai dengan tata kerja pengumpulan sesuai dokumen tata kerja a c. tempat pengumpulan mengkan (baik lisan maupun tulisan) tempat pengumpulan sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan (baik lisan maupun tulisan). Jika lisan dibuktikan dengan rekaman atau foto Pengangkutan a. fasilitas menetapkan tata kerja dan memastikan terangkut Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisien sehingga yang dinilai adalah ketersediaan dokumen tata kerja untuk pengangkutan. Isinya dapat berupa jadwal, absensi pengangkutan, dll yang ditetapkan oleh pimpinan pengelola. Hal tersebut dapat mengacu pada panduan penerapan b. sarana pengangkutan Sarana pengangkutan merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengangkut dari TPS/TPST ke TPA. Hal yang dinilai adalah ketersediaan sarana pengangkut. 10

17 Jika pengangkutan dilakukan oleh pihak ketiga, maka pengelola dapat memberikan pembuktian saja, misal foto, absen pengangkutan, dll c. pengangkutan mengkan pengangkutan sehingga hal yang dinilai adalah ketersediaan sarana pengangkutan dengan waktu angkut yang telah ditentukan. 5.5 Penghijauan 5.5.a Tata kerja adalah cara untuk melaksanakan suatu pekerjaan/kegiatan agar berjalan dengan efektif dan efisien termasuk dalam melakukan penghijauan. Hal yang dinilai adalah ketersediaan dokumen tata kerja program penghijauan dikaitkan dengan aspek estetika, iklim mikro dan mengurangi polusi udara. 5.5.b Sarana merupakan alat/material yang dapat digunakan secara efisien untuk pencapaian tujuan penghijauan yaitu aspek estetika, iklim mikro dan mengurangi polusi udara. Oleh karena itu, hal yang dinilai adalah ketersediaan sarana penghijauan seperti areal atau lokasi sesuai dokumen tata kerja 5.5.a. 5.5.c Penyelenggara mengkan (baik lisan maupun tulisan) manfaat dari program penghijauan yang dilakukan. Manfaat terkait Estetika, iklim mikro dan pengurangan polusi udara. Hal yang dinilai adalah ketersediaan tersebut dengan bukti yang disertakan. 5.5.d Penyelenggara memberikan himbauan dan panduan kepada pengunjung baik secara lisan maupun tulisan untuk menjaga tanaman dan fasilitas penghijauan. Hal yang dinilai adalah ketersediaan himbauan dan panduan kepada pengunjung dengan bukti yang disertakan. 11

18 LAMPIRAN 1 (Informatif) Peta korelasi kriteria generik dengan spesifik SPM-FP Pelabuhan No Komponen Generik substansi teknis 1. Efisiensi energi Mengurangi konsumsi daya listrik Menggunakan alat elektronik dan/atau mesin yang hemat energi dan ramah 2. Efisiensi air Mengurangi konsumsi air Menggunakan alat sanitasi yang hemat konsumsi air Melakukan pengelolaan air limbah Spesifik 3. Efisiensi material/bahan Penggunaan bahan pembersih sanitasi yang ramah Penggunaan plastik dan kertas secara efisien 4. an Pewadahan Pemilahan Pengangkutan Pengumpulan 5. Penghijauan Melakukan program penghijauan 12

19 Bibliografi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 37 Tahun 2015 jo. PM. 119 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 39 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Penyeberangan; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.68/Menlhk/setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 13

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.90/MENLHK/SETJEN/SET.1/11/2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MASYARAKAT PADA POS-POS FASILITAS PUBLIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS

Lebih terperinci

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan

Lebih terperinci

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1764, 2015 KEMENHUB. Pelabuhan. Labuan Bajo. NTT. Rencana Induk PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 183 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 431, 2016 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Penyeberangan. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 28 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PENUMPANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 12.1.1* Jumlah kolaborasi tematik quickwins program. 12.1 Melaksanakan the 10-Year Framework of Programmes on Sustainable Consumption and Production Patterns, dengan semua negara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jaringan. Rute. Penerbangan. Angkutan Udara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 88 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan nasional 2010 yang menggambarkan masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Balai Karimun. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Standar Pelayanan Berdasarkan PM 37 Tahun 2015 Standar Pelayanan Minimum adalah suatu tolak ukur minimal yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5 No.1771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengguna Jasa. Bandar Udara. Pelayanan. Standar. Pencabutan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 178 Tahun 2015 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORTATION

GREEN TRANSPORTATION GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil

Lebih terperinci

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pusat Perbelanjaan

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pusat Perbelanjaan SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pusat Perbelanjaan SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pusat Perbelanjaan Pusat Standardisasi Lingkungan

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2002), pelabuhan perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 190 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENANGANAN OPERASI IREGULER BANDAR UDARA (AIRPORT JRREGULAR OPERATION)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandar udara, 1. kebandarudaraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.731, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pencemaran. Perairan. Pelabuhan. Penanggulangan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, surat Gubernur OKI Jakarta Nomor 3555/1.711.531 tanggal 29 Oesember 2006

Lebih terperinci

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 56 tahun 2015 tentang kegiatan pengusahaan di bandar udara ; 1. kebandarudaraan adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil evaluasi pengelolaan Menara Pakaya menunjukkan bahwa pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai dengan indikator pariwisata

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : PRESIDEN RUPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1499, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Arsip. Penyusutan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.94 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 98 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN AKSESIBILITAS PADA PELAYANAN JASA TRANSPORTASI PUBLIK BAGI PENGGUNA JASA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

Terminal kargo bandar udara

Terminal kargo bandar udara Standar Nasional Indonesia Terminal kargo bandar udara ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM... TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 30 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA KELOLA HIJAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Tanjung Emas adalah suatu kawasan pelabuhan yang berada di daerah pesisir utara jawa, dan berada disebelah utara kawasan kota Semarang. Pelabuhan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

PEMBINAAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA BAGI INDUSTRI

PEMBINAAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA BAGI INDUSTRI PEMBINAAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA BAGI INDUSTRI A. Latar Belakang Pengelolaan Lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, merupakan masalah yang sangat penting dalam hubungannya dengan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP No.933, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.865, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi Kapal. Sertifikat. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKAT SANITASI KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA

GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA Riana Bintang Rozaaqi Universitas Airlangga: Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat, Surabaya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH

Lebih terperinci