KAMPANYE PEMILU 2019 DAN POTENSI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA
|
|
- Teguh Kurniawan
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAMPANYE PEMILU 2019 DAN POTENSI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA Martien Herna Susanti, Setiajid, Novia Wahyu Wardhani Abstrak: Pemilihan umum lahir dari konsepsi dan gagasan besar demokrasi. Pemilu demokratis secara sederhana dapat dirumuskan sebagai predictable procedures but unpredictable results, yakni demokrasi harus menjaga dan memastikan prosedur yang terpola dan pasti (predictable procedures) dalam melaksanakan Pemilu sehingga hasilnya tidak dapat diketahui (unpredictable results). Tahun 2018 sebagai tahun politik diwarnai dengan kegiatan kampanye yang seharusnya menyebarkan visi, misi dan program malah menjadi forum menyerang, menangkis, bahkan menyebarkan berita palsu dan ujaran kebencian. Hal ini sangat bertentangan dengan pengertian kampanye menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yaitu kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk peserta pemilu untuk meyakinkan publik dengan menawarkan visi misi program atau citra diri peserta pemilu. Di era generasi mileneal interaksi politik di media sosial semakin marak, bahkan mulai menghawatirkan dengan munculnya bentuk-bentuk sentimen berbasis ras, golongan, dan agama, hoaks dan ujaran kebencian. Kebhinnekaan sebagai pengikat sosial diuji dengan kecenderungan praktik ujaran kebencian yang dipromosikan melalui media sosial. Kondisi itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita bohong atau informasi palsu (hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan dan tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Jika kondisi dibiarkan berlarut-larut, maka akan berpotensi mengancam disintegrasi bangsa. Kondisi ini tidak lain terjadi, karena masyarakat politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan habitus politik yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Kata Kunci: Kampanye, Pemilu 2019, Disintegrasi Bangsa PENDAHULUAN Perjalanan demokrasi Indonesia telah menuju ke arah konsolidasi demokrasi di tengahtengah banyaknya paradoks yang muncul yang berpotensi menyebabkan demokrasi menjadi stagnan mengingat tidak adanya jaminan, bahwa demokrasi tidak akan mengalami kemunduran menjadi otoritarianisme. Momentum Pemilu 2019 bisa jadi merupakan test case perwujudan konsolidasi bagi Indonesia, dimana untuk pertama kalinya, pemilu legislatif dan pemilu presiden dilaksanakan dalam waktu bersamaan. Hakikatnya pemilihan umum lahir dari konsepsi dan gagasan besar dari demokrasi. Pemilihan umum merupakan salah satu bagian dari proses sekaligus hasil dari sebuah sistem demokrasi, meski demokrasi secara substansial dengan nilai-nilai yang menjunjung tinggi keterbukaan, kebebasan dan hak asasi baru dapat dilaksanakan pasca runtuhnya kekuasaan Orde Baru di bawah rezim Presiden Soeharto. Tahun 1998 disebut-sebut menjadi tonggak sejarah dimulainya babak baru demokrasi substansial dan tidak lagi sebatas demokrasi prosedural yang telah berlangsung selama 32 tahun. Demokrasi substansial sangat identik dengan pemilu demokratis yang secara sederhana dapat dirumuskan sebagai predictable procedures but unpredictable results, yaitu demokrasi harus menjaga dan memastikan prosedur yang terpola dan pasti (predictable procedures) dalam melaksanakan Pemilu sehingga hasilnya tidak dapat diketahui (unpredictable results) (Surbakti, 2003: 390). Sedangkan demokrasi procedural atau empirik adalah demokrasi dalam perwujudannya PROSIDING SEMINAR NASIONAL JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN ǀ 199
2 pada kehidupan politik praktis yang terkait erat dengan pelembagaan sistem sosial budaya dan peraturan perundang-undangan. Dalam memahami konsep demokrasi terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan formal prosedural dan substansial. Dua pendekatan ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Pada prinsipnya demokrasi substantial hanya sebatas teori yang ideal dan tidak aplikatif, kecuali jika ada mekanisme yang menerjemahkan ide-ide ideal tersebut ke ranah realitas. Sebaliknya demokratisnya institusi prosedural akan tidak berarti, jika tidak menerapkan nilai-nilai ideal dalam demokrasi. Menurut Morlino, sebuah pemilu disebut demokratis jika memenuhi 3 (tiga) dimensi. Pertama, kualitas hasil. Kualitas hasil ini mengacu pada pemerintahan yang memiliki legitimasi dan dapat memuaskan warga negaranya. Kedua, kualitas isi atau substansi. Dilihat dari warga negara memiliki kebebasan dan kesetaraan. Ketiga, kualitas prosedur. Kualitas prosedur mengandung pengertian, bahwa warga negara memiliki kebebasan untuk memeriksa dan mengevaluasi bagaimanapemerintahnya mencapai tujuan-tujuan kebebasan dan kesetaraan sesuai dengan hukum yang berlaku (Morlino, 2004:10). KAMPANYE DAN BERITA BOHONG (HOAX) Mewujudkan kedewasaan berpolitik dan tanggungjawab politik merupakan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan konsolidasi demokratisasi dalam kehidupan politiknya. Selama ini kampanye dipahami sebagai ajang pertunjukan hiburan oleh para artis, pidato berapi-api dari para juru kampanye (jurkam) yang penuh propaganda, agitasi, caci maki, dan ledekan-ledekan sinis yang menyinggung kontestan lain. Dengan cara-cara seperti itu, pengertian kampanye telah melenceng dari tujuan yang sebenarnya yakni sebagai sebuah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi. Pasal 1 Undangundang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, kampanye adalah kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk peserta pemilu untuk meyakinkan publik dengan menawarkan visi misi program atau citra diri peserta pemilu. Selanjutnya pasal 267 ayat (1) menyebutkan, bahwa kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara betanggung jawab. Pasal 267 ayat (2), kampanye Pemilu dilaksanakan secara serentak antara kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan kampanye Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD. Oleh karena dilaksanakan dalam waktu bersamaan, maka sangat besar potensi konflik yang ada di dalam masyarakat. Pilpres 2019 diikuti oleh dua pasangan yang berkontestasi dan saling berkompetisi untuk mendapatkan simpati rakyat. Kerasnya persaingan sering kali mendorong munculnya kampanye negatif dan kampanye hitam yang menjatuhkan lawan politik. Kampanye yang seharusnya menyebarkan visi, misi dan program menjadi forum menyerang, menangkis, bahkan menyebarkan kabar palsu fitnah dan ujaran kebencian. Mulai dari isu Lombok dan Palu Donggala, Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali, serta kabar bohong terkait penganiayaan Ratna Sarumpaet (Kompas, 15 Oktober 2018). Peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilu, menyebutkan media sosial adalah kumpulan saluran komunikasi dalam jaringan internet yang digunakan untuk interaksi dan berbagi konten berbasis komunitas. Media sosial ini dapat menjadi media kampanye, tetapi para peserta pemilu wajib mendaftarkan akun resmi media sosial (paling banyak 10 akun setiap aplikasi. Aktivitas media sosial hanya diatur di pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 200 ǀ Penguatan Integrasi Nasional di Era Disrupsi dalam Perspektif Pancasila
3 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang antara lain mengatur penyebaran kebencian berbasis SARA di dunia maya. Di era generasi mileneal yakni generasi yang akrab dengan media sosial. Interaksi di media sosial semakin marak dan mulai menghawatirkan dengan munculnya bentuk-bentuk sentimen berbasis ras, golongan, dan agama, hoaks dan ujaran kebencian. Tidak hanya kampanye negatif, tetapi juga kampanye hitam yang mampu merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa yang dibangun di atas keberagaman. Sebenarnya kampanye dalam bentuk ujaran kebencian (hate speech) telah ada di media sosial sejak pilpres Kampanye dikategorikan sebagai propaganda. Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya dengan persuasi. Laswell melihat propaganda membawa masyarakat dalam sitausi kebingungan, keragu-raguan, dan terpaku pada sesuatu yang licik yang tampaknya menipu dan menjatuhkan mereka. Propaganda dan agitasi sering kali tidak bisa dibedakan. Agitasi ialah diseminasi informasi yang dilakukan dengan cara membakar emosi (blow-up) orang banyak. Penggunaan propaganda sebagai senjata persuasi pada saat kampanye bukan merupakan hal baru dalam komunikasi. Istilah propaganda dikenal pada abad ke-17 ketika gereja mulai mempraktikkan penyebaran agama Kristen. Propaganda sendiri mulai membawa pengaruh negatif ketika dipraktikkan dalam Perang Dunia II. Pada waktu itu Menteri Propaganda Jerman Dr, Joseph Gobbels mengatakan bahwa propaganda tidak mengenal aturan dan etika. Tujuannya ialah membelenggu rakyat dengan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Cangara, 2009:333). Potensi konflik semakin memanas mendekati Pemilu 2019 dengan muncul berita-berita bohong atau hoaxs yang mengandung ujaran kebencian atas seseorang atau sekelompok orang cenderung meningkat. Hoaks atau berita bohong ini tidak berdiri tunggal, namun memiliki tujuan untuk memecah belah atau kepentingan politik atau sosial tertentu. Sebagai contoh bahwa hoaxs ini merusak, dapat dilihat berdasarkan olah data yang dilakukan oleh PolMark Research Center, terdapat 4,3 persen responden yang mengaku hubungan pertemanannya rusak karena Pilpres Sementara itu, sebesar 5,7 persen responden yang mengatakan hubungan sosialnya terdampak akibat Pilkada Jakarta Jumlah tersebut memang masih terbilang kecil. Namun, jika dibiarkan begitu saja potensi keretakkan hubungan akibat pemilu mendatang menjadi semakin besar ( /read/2018/08/29/ /potensi-konflik-akibat-pemilu-terancammeningkat -karena-hoaks). Selain hoaxs, potensi konflik juga muncul dari adanya persaingan 2 (dua) kubu yang saling bertentangan yakni pendukung kubu petahana (Jokowi) dan kubu pesaing (Prabowo) yang dikenal dengan membawa slogan #2019TetapJokowi dan #2019 GantiPresiden. Dua kubu yang melibatkan kekuatan massa, jelas tidak memberikan kondisi kondusif bagi berlangsungnya demokrasi di Indonesia, meskipun tidak dapat dipungkiri, bahwa di era kebebasan berpendapat setiap individu bebas menyampaikan pendapat. Hal yang perlu diingat, bahwa kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan dalam arti sebebas-bebasnya, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya kebebasan berpendapat yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Mengeluarkan Pendapat di Muka Umum. Pemilu merupakan pertarungan kepentingan dalam memperebutkan kekuasaan. Oleh karena itu semua pihak yang berkonstestasi yakni calon peserta sekaligus penyelenggara pemilu harus mematuhi segala aturan main, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan calon peserta dan penyelenggara pemilu. PROSIDING SEMINAR NASIONAL JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN ǀ 201
4 PEMILU 2019 DAN POTENSI DISINTEGRASI BANGSA Pemilu tahun 2019 akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019 dan diikuti sebanyak 20 partai politik, termasuk di dalamnya 4 (empat) partai lokal asal Aceh. Pemilu serentak 2019 ini merupakan pemilihan umum yang paling rumit sepanjang sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia. Pada pemilu 2019, masyarakat dihadapkan pada lima kertas suara untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, Dewan Perwakilan Daerah, serta presiden dan wakil presiden. Keputusan pelaksanaan pemilu serentak ini dilakanakan setelah dikabulkannya permohonan uji materi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden oleh Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU- XI/2013, bahwa pengadaan pemilu legislatif dan presiden yang terpisah bertentangan Undang- Undang Dasar 1945, sehingga tidak bisa dijadikan dasar penyelenggaraan pemilu. Putusan MK ini jelas bukan perkara mudah pada tataran implementasinya, mengingat faktor kultural dan agama masyarakatnya yang majemuk. Indonesia juga merupakan negara paling beragam dari sisi budaya dan bahasa. Terdapat sekitar 400 bahasa lokal/daerah dan ada sekitar 300 etnis yang hidup di 17,508 pulau. Dengan merebaknya kampanye hitam dan negatif, kebhinnekaan sebagai pengikat sosial diuji dengan kecenderungan praktik ujaran kebencian yang dipromosikan melalui media sosial. Kondisi itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita bohong atau informasi palsu (hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan dan tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Kondisi ini terjadi, karena masyarakat politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan habitus politik yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika Indonesia layaknya berbangga menjadi percontohan bagi negara-negara di dunia dalam menjaga integrasi bangsa di antara negara-negara Asia. Dibanding negara lain, Indonesia telah memiliki landasan yang kuat sebagai negara demokrasi. Pemilu di Indonesia benar bisa menimbulkan konflik, namun berdasarkan statistik dan analisis kuantitatif dalam risetnya, Pierskalla menemukan bahwa konflik umum dan bahkan konflik separatis di daerah malah cenderung menurun. Belakangan, meski ada banyak pertanyaan mengenai keberlangsungan demokrasi Indonesia. Faktanya, Indonesia sebagai negara demokrasi masih bertahan, berkembang dan bertransformasi dalam semua sisi (Bachtiar, 2014). Menurut James J Coleman dan Carl G Roseberg (dalam Syamsuddin, 1989:5) menyebutkan, bahwa integrasi nasional mempunyai dua dimensi, yaitu dimendi vertikal (elit massa) dan dimensi horizontal (teritorial). Dimensi vertikal disebut juga dengan integrasi politik bertujuan untuk menjembatani celah perbedaan yang mungkin ada antara elit dan massa dalam rangka pengembangan suatu proses politik terpadu dan masyarakat politik yang berpartisipasi. Sedangkan dimensi horizontal atau integrasi teritorial merupakan integrasi dengan tujuan untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka proses penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen. Lebih lanjut menurut Syamsuddin persoalan yang hakiki dalam integrasi politik adalah: 1) bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh pada tuntutan negara. Masalah pertama ini mencakup persoalan pengakuan rakyat akan hak-hak yang dimiliki Negara dan keharusan rakyat untuk mematuhinya, 2) bagaimana meningkatkan consensus normative yang mengatur tingkah laku politik anggota masyarakat. Aspek yang kedua lebih bersifat pembinaan kesepakatan diantara sesama warga negara tentang tingkah laku politik yang diperlukan agar sistem politik dapat berjalan dengan baik (Syamsuddin, 1989:6). Atas dasar hal tersebut, Weiner membagi dua strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi integrasi politik sebagaimana 202 ǀ Penguatan Integrasi Nasional di Era Disrupsi dalam Perspektif Pancasila
5 diatas, yakni asimilasi dan persatuan dalam keanekaragaman yang di Indonesia dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia sebagai negara multikultural memilih keragaman dalam kesatuan atau unity in diversity. Kini kebhinnekaan sebagai pengikat sosial diuji dengan kecenderungan praktik ujaran kebencian yang dipromosikan melalui media sosial. Kondisi itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita bohong atau informasi palsu (hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Kondisi ini terjadi, karena masyarakat politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan habitus politik yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. SIMPULAN Potensi konflik semakin memanas mendekati Pemilu 2019 dengan muncul berita-berita bohong atau hoaxs yang mengandung ujaran kebencian atas seseorang atau sekelompok orang cenderung meningkat. Hoaks atau berita bohong ini tidak berdiri tunggal, namun memiliki tujuan untuk memecah belah atau kepentingan politik atau sosial tertentu. Menurut James J Coleman dan Carl G Roseberg (dalam Syamsuddin, 1989:5) menyebutkan, bahwa integrasi nasional mempunyai dua dimensi, yaitu dimendi vertikal (elit massa) dan dimensi horizontal (teritorial). Dimensi vertikal disebut juga dengan integrasi politik bertujuan untuk menjembatani celah perbedaan yang mungkin ada antara elit dan massa dalam rangka pengembangan suatu proses politik terpadu dan masyarakat politik yang berpartisipasi. Sedangkan dimensi horizontal atau integrasi territorial merupakan integrasi dengan tujuan untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka proses penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen. Kebhinnekaan sebagai pengikat sosial diuji dengan kecenderungan praktik ujaran kebencian yang dipromosikan melalui media sosial. Kondisi itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita bohong atau informasi palsu (hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan dan tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Kondisi ini terjadi, karena masyarakat politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan habitus politik yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. DAFTAR REFERENSI Buku Cangara, Hafield Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Morlino, Leonardo What is a Good Democracy?. Democratization 11, no. 5. Syamsuddin, Nazaruddin Dimensi Politik dan Integrasi Nasional: Tinjauan Teoritis dalam Safroedin Bahar dan AB. Tangdililing (Ed.), Integrasi Nasional: Teori, Masalah dan Strategi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Undang-Undang dan Peraturan KPU Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Mengeluarkan pendapat di Muka Umum. Peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Website PROSIDING SEMINAR NASIONAL JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN ǀ 203
6 Jurnal Bachtiar, Farahdiba Rahma, Pemilu Indonesia: Kiblat Negara Demokrasi dari Berbagai Prefresentasi. Jurnal Politik Profetik. Volume 3 Nomor 1 Tahun Surbakti, Ramlan Demokrasi Menurut Pendekatan Kelembagaan Baru. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Edisi 19 halaman 4-5. Media Massa Kompas, 15 Oktober ǀ Penguatan Integrasi Nasional di Era Disrupsi dalam Perspektif Pancasila
proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. twitter, facebook, dll untuk mencapai yang mereka inginkan yaitu dukungan dari. antarpribadi, dan organisasi (Tabroni, 2012:158).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilu merupakan pesta besar bagi masyarakat Indonesia. Menjelang pemilu 2014 berbagai partai memulai kampanye dengan berbagai cara. Mereka memanfaatkan surat kabar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter
Lebih terperinciFENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL
FENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL (Ruri Rosmalinda, S.S.I., M. I.Pol) Pendahuluan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, hal itu tercermin dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULA DA SARA
152 BAB V KESIMPULA DA SARA 5.1 Kesimpulan Bertitik tolak dari uraian dalam bab III dan IV yang merupakan analisa terhadap beberapa putusan Mahkamah Konstitusi tentang pengujian UU No. 10 tahun 2008 dan
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berakhirnya masa jabatan Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia maka dimulai jugalah acara pesta demokrasi pemilihan umum untuk presiden
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan menguraikan tiga permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Putusan-putusan Mahkamah Konstitusi dalam
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai
Lebih terperinciPERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL
PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah kampanye/campaign. Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi menjadi fenomena aktual yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Karakteristik kemajuan yang tidak mengenal ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-
Lebih terperinci-3- MEMUTUSKAN: Pasal I
-2-3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (L embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 5 TAHUN 2009 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 83 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjalanan demokrasi di Indonesia. Berbagai kegiatan politik menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik dan menjadi fase penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Berbagai kegiatan politik menarik perhatian masyarakat Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan
Lebih terperinciPILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)
PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok
Lebih terperinciIMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN
IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013)
Lebih terperinciPerspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif
Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif Materi II Melisa Arisanty, S.I.Kom, M.Si Ilustrasi Etika Komunikasi Persuasif Ruang Lingkup Komunikasi Interpersonal Ilustrasi Etika Komunikasi Persuasif Ilustrasi
Lebih terperinciPENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN
Lebih terperinciPemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dari zaman kemerdekaan hingga zaman reformasi bila dilihat berdasarkan pendekatan kesisteman, dapat di bedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintahan Daerah atau di negara-negara barat dikenal dengan Local Government dalam penyelenggaraan pemerintahannya memiliki otonomi yang didasarkan pada asas, sistem,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA
Lebih terperinciKOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK
KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 01 Demokrasi dan Komunikasi Pemasaran Politik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Demokrasi Demokrasi secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu Etnisitas adalah isu yang sangat rentan menjadi komoditi politik pada setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja dimobilisasi dan dimanipulasi
Lebih terperinciPERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI
PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi pelanggaran Pemilihan Gubernur Lampung
Lebih terperinciRingkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:
Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-VI/2008 tanggal 30 Desember 2009 atas Undang-undang 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.97,2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XI/2013 Parlementary Threshold, Presidential Threshold, Hak dan Kewenangan Partai Politik, serta Keberadaan Lembaga Fraksi di DPR I. PEMOHON Saurip Kadi II. III.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciDAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA
DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dimana dalam sistem ini kedaulatan berada ditangan rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 merupakan pengalaman pertama bagi partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Ketentuan peralihan
Lebih terperinciPemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris
Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia Oleh Syamsuddin Haris Apa Masalah Pemilu-pemilu Kita? (1) Pemilu-pemilu (dan Pilkada) semakin bebas, demokratis, dan bahkan langsung,
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi I. PEMOHON Habel Rumbiak, S.H., Sp.N, selanjutnya disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan pesta, yang di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2014. Pemilu
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat
Lebih terperinciPEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008
PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden I. PEMOHON Partai Islam Damai Aman (Partai IDAMAN) Ramdansyah diwakili
Lebih terperinciMEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015
MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan ciri utama sistem pemerintahan yang demokratis. Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini merupakan
Lebih terperinciPARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si
PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA Dr. H. Kadri, M.Si Outline Peran dan Fungsi Partai Politik Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Realitas Partai Politik saat ini Partai Politik sebagai Penjaga Nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN
Lebih terperinciDINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016
DINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016 Pengaturan mengenai syarat bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkeinginan
Lebih terperinciPemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan
Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca-Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan, Gubernur, Bupati, dan
Lebih terperinci2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu) yang terjadwal dan berkala. Amandemen UUD 1945 yakni Pasal 1 ayat (2), menyatakan
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi
Lebih terperinciMarketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta
Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciMENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL
SEMINAR NASIONAL Merawat Toleransi, Demokrasi dan Pluralitas Keberagaman (Mencari Masukan Gagasan untuk Pengembangan Kapasitas Peran FKUB) Royal Ambarrukmo Yogyakarta, 12 September 2017 MAKALAH MENJAGA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciNo.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.
No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE
Lebih terperinciSurat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman *
1 Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 23 November 2015; disetujui: 7 Desember 2015 Di era kebebasan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1583, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Audit. Laporan. Dana Kampanye. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN AUDIT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur
Lebih terperinciTujuan, Metodologi, dan Rekan Survei
Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 29/PUU-XII/2014 Hak Politik Bagi Mantan Terpidana Politik
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 29/PUU-XII/2014 Hak Politik Bagi Mantan Terpidana Politik I. PEMOHON H. Aziz Bestari, ST., MM. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materil Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM
RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 1. Untuk mengakomodir asas kepentingan umum dan untuk menjamin kemudahan
Lebih terperinci