BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Tahun Ajaran 2012/2013 Data gambaran umum komunikasi interpersonal siswa diperoleh dari hasil penyebaran instrumen terhadap sampel penelitian. Berdasarkan data, diperoleh gambaran mengenai komunikasi interpersonal, aspek dan indikator komunikasi interpersonal siswa. Secara rinci, gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot tahun ajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Gambaran Umum Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Gambaran Umum Rendah Sedang Tinggi Total Persentase 13,95% 76,16% 9,88% Tingkat Pencapaian 84,23 Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa paling banyak pada kategori sedang, digambarkan dalam bentuk grafik 4.1 berikut : Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

2 ,95 76,16 9,88 Rendah Sedang Tinggi Gambaran umum Grafik 4.1 Gambaran Umum Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Tahun Ajaran 2012/2013 Secara umum komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori sedang, artinya siswa yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa yang termasuk dalam kategori sedang mampu mencapai tingkat komunikasi interpersonal yang sudah sesuai kriteria yaitu kemampuan yang sedang terhadap pengiriman pesan atau informasi dengan adanya feedback yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. 2. Gambaran Umum Pencapaian Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Tahun Ajaran 2012/2013 Hasil yang lebih spesifik mengenai gambaran komunikasi interpersonal siswa di sekolah, berikut disajikan mengenai gambaran komunikasi interpersonal siswa berdasarkan aspek-aspek yang digunakan untuk berkomunikasi dengan teman di Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

3 55 sekolah yaitu aspek keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraaan. Gambaran pencapaian aspek-aspek komunikasi interpersonal siswa dapat dilihat seperti berikut : a. Aspek Keterbukaan Gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengenai indikator-indikator dari aspek keterbukaan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Gambaran Tingkat Pencapaian Aspek Keterbukaan Rendah Sedang Tinggi Gambaran Total Umum Persentase 13,95% 73,84% 12,21% Tingkat Pencapaian 80,65 Pada aspek keterbukaan, dari tabel diketahui bahwa kategori sedang masih memiliki persentase paling tinggi. Hal ini dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut: 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 73,84 13,95 12,21 Aspek Keterbukaan Rendah Sedang Tinggi Grafik 4.2 Gambaran Komunikasi Interpersonal Siswa Berdasarkan Aspek Keterbukaan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

4 56 Grafik 4.2 menunjukkan perolehan aspek keterbukaan berada pada kategori tinggi sebanyak 12,21%, rendah sebanyak 13,95%, dan sedang sebanyak 73,84% yang berarti bahwa pada dasarnya kemampuan komunikasi interpersonal siswa telah mencapai tingkat yang cukup baik. Secara umum, grafik menunjukkan bahwa semua indikator dalam aspek ini berada pada kategori sedang (73,84%). Artinya sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang sesuai kriteria siswa sudah memiliki kemampuan yang sesuai kriteria dalam menerima masukkan-masukkan yang datangnya dari orang lain dan membuka diri pada orang lain, dan mengakui perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah milik sendiri dan bertanggung jawab atasnya. Namun jika dibandingkan dengan aspek yang lain, pada aspek keterbukaan ini jumlah siswa yang berada pada kategori rendah memang lebih banyak. Sehingga perlu adanya pelayanan dalam meningkatkan kemampuan siswa pada aspek keterbukaan. Secara spesifik, tingkat pencapaian tiap indikator dapat dilihat pada grafik 4.3 di bawah ini: Keterbukaan ,7 Kemauan Membuka Diri 77,79 78,6 Kemauan Memberikan Tanggapan Mengakui Pendapat Grafik 4.3 Gambaran Komunikasi Interpersonal Tiap Indikator Pada Aspek Keterbukaan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

5 57 Pada aspek keterbukaan, Pada aspek keterbukaan, tingkat pencapaian dari tiga indikator berada diatas 70% yang artinya bahwa semua indikator berada di kategori sedang dan tinggi. Pada indikator kemauan membuka diri atas pendapat yang dimiliki berada pada tingkat pencapaian 86,7%, kemauan memberikan tanggapan terhadap teman secara jujur mengenai sebuah gagasan dan pendapat sebesar 77,79%, dan mengakui bahwa pendapat yang dikemukakan merupakan milik sendiri dan bertanggungjawab atasnya adalah 78,6%. Artinya sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang tergolong optimal dalam kemampuan untuk membuka diri terhadap pendapat dan gagasan yang dimiliki, mampu memberikan tanggapan terhadap teman secara jujur mengenai sebuah gagasan dan pendapat, dan siswa mampu untuk mengakui pendapat dan pikiran yang dikemukakan merupakan milik sendiri. b. Aspek Empati Gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengenai indikator-indikator dari aspek empati dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Pencapaian Aspek Empati Gambaran Umum Tinggi Sedang Rendah Total Persentase 14,53% 68,60% 16,86% Tingkat Pencapaian 82,8 Gambaran umum pada aspek empati, jika dibuat grafik maka akan tampak seperti grafik 4.4 berikut: Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

6 58 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 14,53 68,60 16,86 Rendah Sedang Tinggi Aspek Empati Grafik 4.4 Gambaran Umum Indikator Aspek Empati Pada aspek empati, pencapaian indikator berada pada kategori sedang (68,60%). Sedangkan untuk siswa yang termasuk kategori tinggi (16,86%) memiliki jumlah presentase yang lebih besar daripada siswa yang termasuk kategori rendah (14,53%). Ini artinya bahwa siswa dianggap memiliki potensi dan mampu menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. Kemampuan untuk mampu memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan dari sudut pandang orang lain secara emosional maupun intelektual. Secara rinci, tingkat pencapaian tiap indikator pada aspek empati dapat dilihat pada grafik 4.5 di bawah ini: Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

7 59 Empati ,67 81,86 91,57 Empati Memikirkan yang dipikirkan teman merasakan yang dirasakan teman mendengarkan dan merasakan cerita teman Grafik 4.5 Gambaran Komunikasi Interpersonal Tiap Indikator Pada Aspek Empati Pada aspek empati, dari tiga indikator yang dijadikan acuan semua indikator berada pada tingkat pencapaian dengan kategori tinggi yaitu pada indikator mampu memikirkan apa yang dipikirkan oleh teman (72,67%), mampu merasakan apa yang dirasakan oleh teman (81,86%), dan mampu mendengarkan dan ikut merasakan yang diceritakan dan dialami teman (91,57%). Artinya sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang sesuai kriteria dalam kemampuan untuk mampu memikirkan apa yang dipikirkan oleh temannya, siswa sudah mampu untuk merasakan apa yang dirasakan oleh temannya, dan siswa juga memiliki kemampuan yang optimal dalam mendengarkan dan merasakan apa yang dialami oleh temannya. c. Aspek Sikap Mendukung Gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengenai indikator-indikator dari aspek sikap mendukung dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini: Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

8 60 Tabel 4.4 Gambaran Tingkat Pencapaian Aspek Sikap Mendukung Gambaran Umum Tinggi Sedang Rendah Total Persentase 15,7% 55,23% 29,07% Tingkat Pencapaian 86,6 Grafik 4.6 ini menggambarkan gambaran umum semua indikator dari aspek sikap mendukung: 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 55,23 29,07 15,70 Sikap Mendukung Rendah Sedang Tinggi Grafik 4.6 Gambaran Umum Indikator Aspek Sikap Mendukung Grafik 4.6 menunjukkan spek sikap mendukung berada pada sedang (55,23%), sisanya berada pada kategori rendah (15,70%) dan tinggi (29,07%). Jika dilihat dari persentase, maka siswa lebih banyak yang berada pada kategori sedang yang memiliki arti sebagian besar siswa cukup mampu untuk menggunakan bahasa verbal dan isyarat-isyarat non verbal seperti tersenyum, menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tepuk tangan secara tepat sebagai bentuk sikap mendukung yang dimilikinya. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

9 61 Secara rinci, tingkat pencapaian setiap indikator pada aspek sikap mendukung dapat dilihat pada grafik4.7 yang ada di bawah ini: Sikap Mendukung ,41 87,31 Mengungkapkan perasaannya dan tidak melakukan mekanisme pertahanan diri secara spontan menciptakan suasana mendukung 80,23 bersedia mendengarkan pandangan yang berbeda Grafik 4.7 Gambaran Komunikasi Interpersonal Tiap Indikator Pada Aspek Sikap Mendukung Tiga indikator yang dijadikan acuan pada aspek sikap mendukung, semua indikator berada pada tingkat pencapaian dengan kategori tinggi yaitu pada indikator mengungkapkan perasaannya dan tidak melakukan mekanisme pertahanan diri (90,41%), kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang bersifat mendukung (87,31%), dan bersedia mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia merubah posisi apabila keadaan mengharuskan (80,23%). Artinya sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang optimal dalam kemampuan untuk mampu mengungkapkan perasaannya tanpa ada pertahanan diri yang berlebihan, bersedia menciptakan suasana yang mendukung diantara teman-temannya, dan mau menerima masukan-masukan dan pandangan yang berbeda dari teman. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

10 62 d. Aspek Sikap Positif Secara rinci, gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengenai pencapaian indikator-indikator dari aspek sikap positif dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Gambaran Umum Tabel 4.5 Gambaran Tingkat Pencapaian Aspek Sikap Positif Tinggi Sedang Rendah Total Persentase 12,21% 58,72% 29,07% Tingkat Pencapaian 86,2 Tabel di atas, kemudian diubah dalam bentuk grafik agar lebih terlihat bagaimana persentase kelompok siswa. Dipaparkan pada grafik 4.8 berikut: 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 12,21 58,72 29,07 Rendah Sedang Tinggi Sikap Positif Grafik 4.8 Gambaran Umum Indikator Aspek Sikap Positif Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

11 63 Grafik 4.8 menunjukkan kebanyakan siswa berada pada kategori sedang (58,72%) pada aspek sikap positif. Sedangkan untuk kategori tinggi sebesar 29,07% dan rendah sebanyak 12,21%. Banyaknya siswa yang termasuk kedalam kategori sedang berarti sebagian besar siswa cukup mampu untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain secara positif begitupun yang mempunyai perasaan negatif terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu sikap positif muncul dengan diawali dari adanya penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara rinci,tingkat pencapaian setiap indikator pada aspek sikap positif dapat dilihat pada grafik4.9 yang ada di bawah ini: Sikap Positif ,58 87,32 85,61 Sikap positif terhadap diri sendiri Sikap positif sesama jenis kelamin sikap positif terhadap yang berbeda jenis kelamin Grafik 4.9 Gambaran Komunikasi Interpersonal Tiap Indikator Pada Aspek Sikap Positif Tiga indikator pada aspek sikap positif yaitu indikator memiliki sikap positif terhadap diri sendiri (85,58%), memiliki sikap positif terhadap teman dengan yang sesama jenis kelamin (87,32%), dan indikator memiliki sikap positif terhadap teman yang berbeda jenis kelamin (85,61%) berada pada tingkat pencapaian yang sedang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

12 64 dan cenderung tinggi. Ini berarti bahwa sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang optimal dalam memandang positif dirinya dan memiliki sikap positif pada semua teman tanpa membedakan gender. e. Aspek Kesetaraan Gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengenai pencapaian indikator-indikator dari aspek kesetaraan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Gambaran Umum Tabel 4.6 Gambaran Tingkat Pencapaian Aspek Kesetaraan Tinggi Sedang Rendah Total Persentase 8,72% 62,79% 28,49% Tingkat Pencapaian 84,9 Grafik 4.10 memaparkan mengenai pengelompokkan jawaban pilihan siswa Kelas VIII yang menjadi sampel: 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 62,79 28,49 8,72 Aspek Kesetaraan Rendah Sedang Tinggi Grafik 4.10 Gambaran Umum Indikator Aspek Kesetaraan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

13 65 Grafik 4.10 menunjukkan aspek kesetaraan berada pada kategori tinggi (28,49%), terbanyak pada kategori sedang (62,79%), dan rendah (8,72%). Ini berarti bahwa siswa cukup mampu menghargai, berguna, dan memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Selain itu siswa juga mampu menerima orang lain apa adanya tanpa harus ada syarat-syarat tertentu misalnya tanpa memandang jenis kelamin. Secara rinci, gambaran setiap indikator pada aspek sikap mendukung dapat dilihat pada grafik4.11 yang ada di bawah ini: Kesetaraan ,09 90,41 86,82 Mengaku semua pihak memiliki kepentingan yang sama memberikan penghargaan tidak bersyarat tidak membedakan jenis kelamin Grafik 4.11 Gambaran Komunikasi Interpersonal Tiap Indikator Pada Aspek Kesetaraan Pada aspek kesetaraan, indikator mengaku semua pihak mempunyai kepentingan yang sama (72,09%), memiliki sikap positif terhadap teman yang satu jenis kelamin (90,41%), dan indikator memberikan penghargaan tidak bersyarat (95,93%), dan tidak membedakan jenis kelamin dalam berkomunikasi (86,82%) Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

14 66 berada pada tingkat pencapaian diatas 70% dan walaupun sudah baik, masih dapat ditingkatkan agar lebih optimal. Artinya sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang optimal dalam memandang positif dirinya dan memiliki sikap positif pada semua teman tanpa membedakan gender. ini : Hasil tingkat pencapaian tiap indikator dipaparkan dalam tabel 4.7 di bawah Tabel 4.7 Gambaran Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot tahun ajaran 2012/2013 Berdasarkan Aspek dan Indikator Tingkat Tingkat Aspek Indikator Pencapaian Pencapaian 1. Keterbukaan (openness) 2. Empati (empathy) 80,65% 82,92% a. Kemauan untuk membuka diri atas pendapat dan gagasan yang dimiliki. b. Kemauan memberikan tanggapan terhadap teman secara jujur mengenai sebuah gagasan dan pendapat c. Mengakui bahwa pendapat dan pikiran yang dikemukakan merupakan milik sendiri dan beranggungjawab atasnya. a. Mampu memikirkan apa yang dipikirkan oleh teman. b. Merasakan apa yang dirasakan oleh teman. 86,7% 77,79% 78,6% 72,67% 81,86% Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

15 67 Aspek Tingkat Pencapaian Indikator Tingkat Pencapaian c. Mampu mendengarkan dan ikut merasakan yang 91,57% diceritakan dan dialami teman 3. Sikap a. Mengungkapkan perasaannya mendukung dan tidak melakukan 90,41% (supportiveness) mekanisme pertahanan diri. b. Kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana 87,31% 86,62% yang bersifat mendukung. c. Bersedia mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia merubah posisi 80,23% apabila keadaan mengharuskan. 4.Sikap positif (positiveness) a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri 85,58% 86,21% b. Memiliki sikap positif terhadap teman yang satu gender 87,32% c.memiliki sikap positif terhadap teman dengan yang berbeda gender 85,61% 5. Kesetaraan (Equality) 84,93% a. Mengaku semua pihak mempunyai kepentingan yang sama 72,09% Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

16 68 Aspek Tingkat Pencapaian Indikator Tingkat Pencapaian b. Memberikan penghargaan tidak bersyarat 90,41% c. Tidak membedakan gender dalam berkomunikasi 86,82% B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Mengenai Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Didasarkan pada data-data yang dihimpun melalui penyebaran angket, menunjukkan secara umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori sedang. Siswa yang berada pada kategori sedang diasumsikan dia telah mencapai tingkat kemampuan komunikasi interpersonal yang sesuai kriteria dalam setiap aspeknya. DeVito (2011:24) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Dengan mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh ahli, maka siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot dapat dikatakn sudah mampu untuk mengirim dan menerima pesan, memiliki tujuan dan konteks tertentu dalam komunikasi yang dilakukan, dan mampu melakukan umpan balik. Siswa melakukan interaksi sosial yang baik dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dapat menjadikan siswa berprilaku yang diterima secara Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

17 69 sosial, memainkan peranan di lingkungan sosialnya, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya. Secara umum pencapaian aspek-aspek komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 menunjukkan tingkat pencapaian yang sesuai kriteria yang ditandai melalui data perhitungan bahwa semua aspek berada pada kategori sedang yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Pencapaian aspek-aspek komunikasi interpersonal siswa akan optimal dengan adanya upaya bimbingan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa. Upaya bimbingan diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan, yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah sehingga siswa dapat menjalin hubungan sosial dengan tepat dan efektif. Komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh DeVito (2011, ) yaitu komunikasi interpersonal dapat berlangsung efektif apabila mengandung 5 aspek yang digunakan untuk mengukur kualitas kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa, yaitu: a) Keterbukaan (Openess), b) Empati (Empathy), c) Sikap mendukung (Supportiveness), d) Sikap positif (Positiveness), e) Kesetaraan (Equality). Siswa diharapkan memiliki tingkat pencapaian yang baik pada setiap aspeknya yaitu siswa mampu meningkatkan sikap keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Penelitian menunjukkan pada aspek keterbukaan, sebagian besar siswa telah memiliki kemampuan yang sesuai kriteria dalam membuka diri terhadap pendapat dan gagasan yang dimiliki, siswa mampu membuka diri kepada orang lain, akan menjadikan orang lain yang diajak bicara merasa aman dalam melakukan komunikasi interpersonal yang akhirnya juga akan turut membuka diri. Selain itu, siswa juga mampu menerima masukan-masukan yang datangnya dari orang lain dan membuka diri pada orang lain, serta mengakui perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah milik sendiri dan bertanggung jawab atasnya. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

18 70 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan kemampuan membuka diri merupakan hal penting untuk dimiliki siswa dalam mewujudkan komunikasi yang efektif. Dengan demikian, siswa memerlukan upaya bimbingan untuk meningkatkan kemauan memberikan tanggapan terhadap teman secara jujur mengenai sebuah gagasan dan mengakui bahwa gagasan atau pendapat yang dikemukakan merupakan miliknya. Upaya bimbingan dilakukan dengan pemberian layanan berupa bimbingan kelompok. Pada aspek empati, sebagian besar siswa mampu menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain, memikirkan apa yang dipikirkan oleh temannya dan memiliki kemampuan yang optimal dalam merasakan apa yang dirasakan oleh temannya, dan bersedia mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia merubah posisi. Dengan tingkat pencapaian yang tinggi, maka layanan yang diberikan bersifar pemeliharan untuk menjaga siswa agar terus memiliki empati yang baik karena empati merupakan dasar untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan upaya bimbingan dilakukan dengan pemberian layanan yang tepat berupa bimbingan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok. Willis (2007: 161) mengungkapkan bahwa empati ialah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati dibagi menjadi dua yaitu primer dan empati tingkat tinggi. Empati primer yaitu suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman orang lain. Sedangkan empati tingkat tinggi ialah apabila kepahaman seseorang terhadap perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman orang lain lebih dalam dan menyentuh orang lain. Berdasarkan pendapat ahli, maka siswa kebanyakan berada pada kategori empati primer karena banyak yang berada pada kategori sedang. Hal ini berarti bahwa kemampuan empati siswa masih perlu ditingkatkan. Dalam aspek sikap mendukung, siswa mampu untuk mendengar pandangan yang berbeda dari sekitarnya, mampu untuk mengungkapkan perasaannya dengan tidak melakukan mekanisme pertahanan diri, dan siswa mampu untuk menciptakan suasana yang mendukung. Siswa mampu menyampaikan perasaaan dan persepsi Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

19 71 kepada orang dan mampu menciptakan suasana yang bersifat mendukung yang dapat dilakukan dengan menggunakan isyarat-isyarat non verbal seperti tersenyum, menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tepuk tangan. DeVito (2011:289) mengungkapkan pada aspek sikap mendukung, siswa yang cenderung memiliki sikap spontan dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya, biasanya akan bereaksi dengan cara yang sama yaitu terus terang dan terbuka, sedangkan apabila seseorang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, akan bereaksi secara defensif. Hasil penelitian sebenarnya menunjukkan bawa siswa dapat dikatakan sudah optimal dalam aspek ini. Namun, walaupun kemampuan siswa sesuai kriteria pada aspek sikap mendukung akan tetapi hal tersebut dirasa masih dapat ditingkatkan karena masih ada indikator yang didalamnya tidak ada siswa yang berada pada kategori tinggi dan hal ini berarti perlunya upaya peningkatan kemampuan siswa berupa bimbingan kelompok dan konseling kelompok untuk meningkatkan kemampuan mengungkapkan persaannya dengan mampu menciptakan suasana yang mendukung secara spontan dan mendengar pandangan yang berbeda. Pada aspek sikap positif, penelitian menunjukkan siswa memiliki sikap positif yang ditunjukan terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain. Siswa sudah dapat menghargai dirinya sendiri dan orang lain secara positif begitupun yang mempunyai perasaan negatif terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Siswa sudah mulai memiliki sikap positif yang baik yaitu mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Seperti yang diungkapkan Devito (2011:289) bahwa individu mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman individu berinteraksi. Aspek ini dapat lebih ditingkatkan dan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

20 72 dioptimalkan dalam perkembangan siswa melalui upaya pemberian layanan dasar yaitu bimbingan klasikal. Pada aspek kesetaraan, siswa dinilai sudah cukup mampu menerima orang lain apa adanya dan menyetujui kehadiran orang lain sacara positif tanpa harus ada syarat-syarat tertentu. Siswa sudah cukup mampu belajar untuk menganggap bahwa diri sendiri tidak selalu lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan atau kecantikan. Selain itu siswa juga telah mampu bergaul dan berinteraksi dengan semua teman tanpa membedakan jenis kelamin. Penelitian menunjukkan siswa mampu memberikan penghargaan tidak bersyarat pada orang lain, menilai semua orang sama dengan tidak membedakannya memiliki selain itu siswa juga memiliki kemampuan yang optimal dalam mengakui semua pihak mempunyai kepentingan yang sama. Sehingga upaya bimbingan yang diberikan lebih difokuskan pada pengembangan yaitu dengan diberikannya layanan bimbingan berupa bimbingan kelompok. Kemampuan komunikasi interpersonal membuat siswa dapat memahami antar sesamanya dan mengetahui informasi mengenai lingkungan interaksi sekitarnya, sehingga secara otomatis siswa mampu mengambil tindakan dan keputusan sebagai respon informasi yang diberikan karena pada hahikatnya, kemampuan komunikasi interpersonal merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam berinteraksi. Namun kenyataanya di lapangan, ada beberapa siswa yang belum mampu menggunakan kemampuan komunikasi interpersonalnya secara optimal. Persoalan-persoalan yang muncul akibat dari ketidakmampuannya melakukan komunikasi interpersonal tersebut mengakibatkan siswa mengalami kegagalan dalam proses kehidupannya. Penelitian Vance Packard (Budiamin, 2011) mengemukakan bila seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin sakit fisik dan mental, dan mengalami flight syndrome (ingin melarikan diri dari lingkungannya). Remaja yang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

21 73 mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial yang lebih luas. Berdasarkan data hasil penelitian, kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa pada semua aspek sudah menunjukkan tingkat pencapaian yang sesuai kriteria akan tetapi siswa tetap memerlukan upaya bimbingan yang diharapkan mampu memelihara dan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal sehingga siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dan terutama mampu mengatasi dan mengarahkan dirinya, memperhatikan dunia luar dan mempunyai kemampuan untuk berinteraksi sosial yang baik. Seperti yang telah diungkapkan, siswa yang tidak dapat melakukan komunikasi interpersonal akan mengalami permasalahan dan kegagalan dalam proses kehidupannya dan hal ini termasuk kedalam bidang permasalahan pribadi-sosial. Layanan bimbingan dan konseling terutama untuk bidang pribadi-sosial di sekolah memang sudah dibuat dan terencana. Namun tidak ada program khusus yang dibuat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi atau interaksi siswa. Dari hasil wawancara secara informal dengan koordinator dan guru BK didapat kesimpulan bahwa program di sekolah tidak menitikberatkan pada tugas perkembangan tertentu karena semua tugas perkembangan harus dapat diakomodasi dengan baik. oleh karena itu program yang dibuat bersifat menyeluruh. Satuan layanan yang telah dibuat kemudian disampaikan kepada siswa setiap satu minggu sekali sebagai langkah pencegahan atau preventif. Sedangkan untuk pelayanan khusus seperti misalnya kuratif diberikan jika memang sudah ada masalah yang muncul. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian, maka dibuat hipotetik program bimbingan dan konseling pribadi-sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Program ini dibuat untuk meningkatkan dan mempertahankan kemampuan siswa dalam berinteraksi khususnya berkomunikasi dengan lingkungannya. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

22 74 C. Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Penyusunan program didasarkan pada hasil analisis terhadap data yang diperoleh mengenai gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa dan indikator-indikator kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah. Gambaran dari indikator-indikator komunikasi interpersonal siswa merupakan dasar dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabpaten Bandung tahun ajaran 2012/2013, diketahui siswa kelas VIII memiliki tingkat pencapaian komunikasi interpersonal yang dapat dikategorikan sesuai kriteria. Penyusunan program bimbingan pribadi sosial diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan. Program bimbingan pribadi sosial disusun untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Pemberian bantuan dilakukan melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem, dengan materi relevan yang disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 divalidasi oleh dosen ahli Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta Guru BK SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Validasi yang dilakukan menunjukkan adanya perbaikan (revisi) pada komponen-komponen tertentu, akan tetapi pada dasarnya program dapat direkomendasikan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa ini adalah program tambahan bagi program Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

23 75 bimbingan dan konseling pribadi sosial khususnya bagi siswa kelas VIII sehingga diperlukan adanya sosialisasi terlebih dahulu kepada guru pembimbing siswa kelas VIII. Kesimpulan hasil validasi, sebagai berikut: 1. Rumusan kompetensi yang dikembangkan merujuk pada Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik 2. Deskripsi kebutuhan dan visi misi program dapat dihilangkan. 3. Tujuan program ditulis dan disesuaikan dengan hasil need assesment 4. Point personel yang dilibatkan dapat digabungkan dengan mekanisme kerja antar personel 5. Sarana dan prasarana yang ditulis dalam program adalah yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan dalam pelaksanaan program. 6. Instrumen yang dipergunakan untuk evaluasi diusahakan menggunakan bahasa dan format yang mudah digunakan oleh guru BK. Selanjutnya ditarik kesimpulan dari hasil validasi untuk selanjutnya dilakukan perbaikan atau revisi program menjadi program hipotetik, program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa merupakan program yang melengkapi program BK yang sudah ada pada bidang pribadi sosial. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

24 76 PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPRSONAL SISWA (Setelah Validasi) A. Rasional Perkembangan sosial dialami oleh semua individu dalam setiap fase perkembangannya, termasuk remaja. Perkembangan sosial pada fase remaja semakin tampak jelas dan sangat dominan dibandingkan dengan masa anak-anak. Masa remaja merupakan awal pembentukan kematangan karakter sosial dari seseorang yang akan menjadi bekal kemampuan bersosialisasi ketika memasuki masa dewasa. Remaja mulai memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap lingkungan, kesadaran akan kesunyian, dan juga kebutuhan akan teman untuk berinteraksi dan berbagi. Salah satu proses interaksi sosial sebagai bentuk perkembangan sosial remaja ialah interaksi sebagai siswa di sekolah. Interaksi sosial yang baik akan terbentuk jika siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dapat menjadikan siswa berprilaku yang diterima secara sosial dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya. Kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan komunikasi yang efektif ialah salah satu ciri bahwa siswa memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Mulyana (Andreas,2009:1) mengemukakan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Devito (2011: 252) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Ukuran seperti apa seorang siswa dapat diterima Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

25 77 atau tidak di lingkungan sosialnya dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan efektif. Siswa dalam melakukan komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila tercipta rasa saling menyukai antara satu dengan yang lainnya, dan sebaliknya apabila tidak ada rasa saling menyukai dan membuat hubungan antar sesama menjadi tidak baik maka siswa akan mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Dengan demikian, komunikasi memiliki arti yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam berinteraksi dengan dunia sosial khususnya lingkungan sekolah (Rakhmat, 2001: 45). Siswa yang tidak mampu melakukan komunikasi interpersonal selain mengalami kegagalan juga akan menimbulkan banyak persoalan bagi dirinya. Vance Packard (Budiamin, 2011) mengemukakan bila seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan ingin melarikan diri dari lingkungannya. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai dampak yang cukup besar bagi kehidupan siswa. Ketidakmampuan yang dialami siswa dalam melakukan komunikasi interpersonal diindikasikan dengan beberapa kriteria tolak ukur, sesuai yang dikemukakan oleh Devito (2011: ). yaitu keterbukaan (openess), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) Berdasarkan hasil need assement di sekolah, diperoleh gambaran umum dan aspek kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot tahun ajaran 2012/2013. Temuan yang diperoleh menunjukkan 76,16% berada pada kategori sedang tingkat kemampuan komunikasi interpersonalnya,13,95% siswa berada pada kategori tinggi dan 9,88% siswa berada kategori rendah. Dilihat secara umum gambaran yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal sedang, artinya siswa yang termasuk dalam kategori sedang mampu mencapai tingkat komunikasi interpersonal yang sudah sesuai kriteria yaitu kemampuan yang sedang terhadap pengiriman pesan atau informasi dengan adanya feedback yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan, Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

26 78 empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Tingkat pencapaian aspek komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 menunjukkan semua aspek berada pada kategori sedang yaitu keterbukaan 73,84%, empati sebesar 68,60%, sikap mendukung 55,23%, sikap positif 58,72%, dan kesetaraan sebesar 62,79%, namun aspek sikap mendukung memiliki persentase yang paling kecil yaitu 55,23%. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot tahun ajaran 2012/2013, diketahui siswa kelas VIII memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang dapat dikatakan sesuai kriteria akan tetapi belum maksimal dan perlunya upaya yang mengarah pada suatu kegiatan yang dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimilikinya. Upaya bimbingan dilakukan oleh pelaksana layanan bimbingan dan konseling di sekolah, karena bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk membantu meningkatkan potensi siswa dalam meningkatkan kemampuan diri dan sosial di sekolah. Hadirnya bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang menghambat perkembangannya. Masalah-masalah yang dialami siswa terutama kemampuan komunikasi interpersonal yang muncul termasuk dalam bidang layanan bimbingan pribadi sosial. Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan yang memiliki fokus untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang bersifat pribadi serta memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, dan diharapkan kedepannya siswa dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan kehidupan dan perkembangannya. Program bimbingan pribadi sosial diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimilikinya. Bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa yang efektif perlu disusun dalam rancangan program bimbingan dan konseling yang direncanakan secara sistematis, terarah, dan terpadu. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

27 79 Penyusunan program bimbingan pribadi sosial didasarkan pada hasil need assesment yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yaitu diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan, yaitu program bimbingan pribadi sosial disusun untuk dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot. B. Kompetensi yang Dikembangkan Kompetensi secara umum dititikberatkan kepada meningkatkan kemampuan siswa dalam kematangan emosi, pengembangan pribadi, dan kematangan penempatan diri di lingkungan sosial. Siswa dapat mempelajari cara-cara menumbuhkan empati menjadi bagian dalam dirinya, bersikap toleran terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain dan mengekspresikan perasaan dalam cara-cara yang bebas, terbuka dan sesuai dengan norma; mempelajari keragaman interaksi sosial seperti nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalam pergaulan; mempelajari keunikan dalam diri, menerima dan menggali keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya; mempelajari cara menghargai dan menunjukkan dukungan pada teman sebaya; mempelajari cara-cara membina dan kerjasama dan toleransi dalam pergaulan dengan teman sebaya tanpa membedakann jenis kelamin. Kompetensi yang diharapkan setelah pemberian layanan adalah sebagai berikut: 1. Siswa dapat menambah dan membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal (Pengenalan) 2. Siswa dapat menjadikan komunikasi interpersonal sebagai kemampuan yang harus dimiliki (Akomodasi) 3. Siswa dapat mewujudkan kemampuan komunikasi interpersonal yang diperlihatkan dalam tindakan nyata sehari-hari (Tindakan). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

28 80 C. Dasar dan Landasan Operasional Penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa didasari pada landasan hukum sebagai berikut : 1. UU No.20 tahun 2003 ayat 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. 2. UU No.20 tahun 2003 ayat 6 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 3. Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal 27, yaitu bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Secara operasional yang melandasi penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa yaitu adanya hasil observasi dan hasil analisis angket kemampuan komunikasi interpersonal siswa pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot tahun ajaran 2012/2013 yang menunjukkan kategori sedang. Secara umum, program bimbingan diarahkan pada pendekatan yang bersifat preventif dan pengembangan, yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah. Meskipun secara umum diperoleh gambaran siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun ajaran 2012/2013 memiliki kemampuan komunikasi interpersonal sedang. Hal tersebut belum optimal sehingga perlu adanya layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal di sekolah. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

29 81 D. Tujuan Program Munculnya aspek-aspek komunikasi interpersonal ditandai oleh adanya indikator yang menunjukkan tingkat pencapaian komunikasi interpersonal siswa VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Secara rinci, dipaparkan sebagai berikut : Pada aspek keterbukaan, tingkat pencapaian masing-masing indikator yaitu kemauan untuk membuka diri atas pendapat dan gagasan yang dimiliki mencapai 86.7%, kemauan memberikan tanggapan terhadap teman secara jujur mengenai sebuah gagasan dan pendapat mencapai 77.79%, dan mengakui bahwa pendapat dan pikiran yang dikemukakan merupakan milik sendiri dan beranggungjawab atasnya mencapai 78,6%. Untuk aspek empati, tingkat pencapaian masing-masing indikator yaitu mampu memikirkan apa yang dipikirkan oleh teman sebesar 72.67%, nerasakan apa yang dirasakan oleh teman sebesar 81.86%, dan mampu mendengarkan dan ikut merasakan yang diceritakan dan dialami teman sebesar 91,57%. Aspek sikap mendukung, tingkat pencapaian masing-masing indikator yaitu mengungkapkan perasaannya dan tidak melakukan mekanisme pertahanan diri sebesar 90.41%, kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang bersifat mendukung sebsar 87.31%, dan bersedia mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia merubah posisi apabila keadaan mengharuskan sebesar 80,23%. Aspek sikap positif, tingkat pencapaian masing-masing indikator ialah untuk indikator memiliki sikap positif terhadap diri sendiri sebesar 85.58%, memiliki sikap positif terhadap teman yang satu gender sebesar 87.32%, dan memiliki sikap positif terhadap teman yang berbeda gender sebesar 85.61%. dan untuk aspek yang terakhir yaitu kesetaraan, tingkat pencapaian masing-masing indikator ialah 72.09% untuk mengaku semua pihak mempunyai kepentingan yang sama, 90.41% untuk memberikan penghargaan tidak bersyarat, dan 86.82% untuk indikator tidak membedakan gender dalam berkomunikasi. Temuan penelitian yang merupakan hasil kajian gambaran umum dan aspek kemampuan komunikasi interpersonal siswa, maka diperoleh kebutuhan siswa Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

30 82 terhadap layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebagai berikut : Tabel 4.8 Kebutuhan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Tahun Ajaran 2012/2013 Kebutuhan Siswa Secara Umum Kebutuhan Siswa Secara Khusus 1. Memiliki sikap terbuka a. Kemauan memberikan tanggapan terhadap teman secara jujur mengenai sebuah gagasan dan pendapat b. Mengakui bahwa pendapat dan pikiran yang dikemukakan merupakan milik sendiri dan beranggungjawab atasnya. 2. Menumbuhkan Empati a. Mampu berempati terhadap perasaan teman b. Mampu menunjukkan rasa empati terhadap perasaan teman 3. Meningkatkan keterampilan sikap a. Mampu menunjukkan sikap mendukung kepada teman mendukung 4. Meningkatkan sikap a. Mengetahui dan mengenal positif terhadap diri sendiri dan orang lain keunikan diri serta mampu memanfaatkannya Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

31 83 Kebutuhan Siswa Secara Umum 5. Menumbuhkan rasa kesetaraan dengan sesama terutama dengan teman Kebutuhan Siswa Secara Khusus b. Mengenal keunikan dari teman-teman serta mampu menghargainya a. Menumbuhkan kebersamaan dan kerjasama dengan semua teman tanpa membedakan jenis kelamin Program disusun bertujuan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. Berbagai strategi dan jenis layanan bimbingan pribadi sosial secara khusus untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa. Secara khusus, layanan yang diberikan dalam program bimbingan pribadi sosial dikembangkan berdasarkan profil aspek dan indikator komunikasi interpersonal siswa yang berada pada kategori tinggi, sedang dan rendah tingkat pencapaiannya. Walaupun secara umum tingkat pencapaian komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun ajaran 2012/2013 sesuai kriteria, hal itu dirasa belum maksimal dan perlu upaya pengembangan ke arah yang lebih berarti. E. Komponen Program 1. Layanan Dasar Layanan dasar memiliki tujuan untuk membantu seluruh siswa SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 (kategori sedang) memperoleh perkembangan yang optimal, dan meningkatkan kemampuan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

32 84 komunikasi interpersonal yang dimilikinya secara efektif. Layanan dasar pada program bimbingan pribadi sosial dikembangkan berdasarkan pada hasil penelitian profil kemampuan komunikasi interpersonal siswa yang mencakup pada indikatorindikator komunikasi interpersonal yang menunjukkan dimana siswa sudah sesuai kriteria dalam menampilkan kemampuan komunikasi interpersonalnya. Strategi yang digunakan dalam layanan adalah bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok menggunakan Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Indikator-indikator yang menjadi fokus pengembangan pelayanan dasar mencakup hal-hal berikut : a) Kemauan untuk membuka diri atas pendapat dan gagasan yang dimiliki, b) Kemauan memberikan tanggapan terhadap teman secara jujur mengenai sebuah gagasan dan pendapat, c) Mengakui bahwa pendapat dan pikiran yang dikemukakan merupakan milik sendiri dan beranggung jawab atasnya, d) Mampu memikirkan apa yang dipikirkan oleh teman, e) Merasakan apa yang dirasakan oleh teman, f) Mengungkapkan perasaannya dan tidak melakukan mekanisme pertahanan diri, g) Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, h) Memiliki sikap positif terhadap teman yang satu gender, i) Memiliki sikap positif terhadap teman dengan yang berbeda gender, j) Mengaku semua pihak mempunyai kepentingan yang sama, k) Memberikan penghargaan tidak bersyarat, dan l) Tidak membedakan gender dalam berkomunikasi. 2. Layanan Responsif Pemberian layanan responsif difokuskan pada siswa SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang berada pada kategori rendah tingkat kemampuan komunikasi interpersonalnya. Layanan responsif diasumsikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Layanan responsif dapat membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya terutama dalam mencapai perkembangan pribadi dan sosialnya khususnya dalam kemampuan komunikasi interpersonalnya. Fokus pengembangan layanan responsif yaitu pada upaya membantu siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang dapat digunakan untuk Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

33 85 melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya. Layanan reponsif diberikan kepada siswa yang selama mengikuti pelayanan dasar cenderung masih memiliki pemahaman yang kurang terhadap pentingnya memiliki kemampuan komunikasi interpersonal. Bentuk layanan yang dilakukan oleh guru BK melalui pendekatan krisis atau kuratif dengan strategi yang digunakan yaitu konseling kelompok. Materi yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator pada aspek komunikasi interpersonal dengan tingkat pencapaian yang dianggap memerlukan layanan ini, yaitu: 1) Mampu mendengarkan dan ikut merasakan yang diceritakan dan dialami teman, 2) Kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang bersifat mendukung, dan 3) Bersedia mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia merubah posisi apabila keadaan. 3. Layanan Perencanaan Individual Layanan perencanan individual ialah layanan yang memiliki fokus untuk membantu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang berada kategori tinggi dalam membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana untuk mempertahankan kemampuan komunikasi interpersonalnya. Tujuan dari layanan perencanaan individual adalah membantu siswa agar memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya memiliki kemampuan komunikasi interpersonal, dan menyadari dampak yang ditimbulkan jika tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Fokus pengembangan layanan perencanaan individual mencakup : a. Jangka Pendek 1) Rencana melakukan kegiatan-kegiatan yang rutin positif dalam rangka mencari kesibukan melalui sejumlah aktivitas yang bermanfaat. 2) Rencana melakukan budaya 5S (sapa, senyum, salam, sopan, dan santun) yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari bertujuan untuk melatih komunikasi positif antar siswa. 3) Rencana kerjasama dengan pelatih ekstrakurikuler untuk memasukan materi mengenai pengembangan diri dalam materi ekstrakurikuler. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah kuantitatif karena diperlukan data hasil penelitian mengenai kemampuan komunikasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam dalam rentang kehidupan yang dilalui oleh individu. Masa ini merupakan periode kehidupan yang penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA Indah Wahyu Utami, S.T., M.Si. 1, Margaretha Evi Yuliana, S.S, M.Si Teknik Informatika 1, Sistem Informasi 2 STMIK Duta Bangsa Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Setiap aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah. ABSTRAK IRMAYANTRI. Perilaku Komunikasi Antara Orang Tua Tunggal (Single Parent) Dan Anak Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak Di SMP Negeri 8 Makassar (Dibimbing oleh Muh. Farid dan Kahar). Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang banyak di hadapi oleh remaja adalah interaksi sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja melakukan komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. pembimbing utama dan pembimbing kedua, kemudian dilanutkan dengan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. pembimbing utama dan pembimbing kedua, kemudian dilanutkan dengan 46 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Setelah peneliti melakukan kegiatan seminar yang telah dilaksanakan sesuai prosedur, selanjutnya dilakukan perbaikan desain. Perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup diri pribadi tidak dapat melakukan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Terdapat ikatan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada setiap warga negara dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia setiap hari melakukan komunikasi mulai dari lingkungan keluarga, di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan orang lain, untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan model konseling kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Secara uji statistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai usaha sadar yang mempunyai tujuan, sedangkan tujuan pendidikan yang harus dicapai pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk atau pola tingkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi selalu terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia merupakan refleksi dari kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi

Lebih terperinci

Kelompok Materi : Materi Pokok

Kelompok Materi : Materi Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi : Materi Pokok 67 Materi Pelatihan Alokasi Waktu : 2.2. Perancangan Pembelajaran dan Penilaian 2.2. b. Psiko Edukatif : 2 JP (90 menit) No Kompetensi

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu cita-cita besar dari kebijakan sistem pendidikan nasional saat ini adalah dapat terjadinya revolusi mental terhadap bangsa ini. Mengingat kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam proses kehidupannya guna melangsungkan aktivitas

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah. STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan 1 : Landasan Hidup Religius INTERNALISASI SD SLTP SLTA PT 1. Pengenalan Mengenal bentuk-bentuk dan tata cara ibadah sehari-hari. Mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL 3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK Pengertian Beberapa Jenis Kelompok 1. Kelompok Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL Richah Sofiyanti

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Interaksi Sosial Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS Oleh : Nining Sriningsih, M.Pd NIP. 197912112006042001 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh dikatakan

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, banyak dijumpai perubahan maupun perkembangan di bidang usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA Gambaran Komunikasi Interpersonal Guru Mata Pelajaran Dengan Guru Bimbingan... Di SMPN 1 Jakarta GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup ini BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup ini telah mencapai tujuan, yakni menghasilkan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan: a. Remaja kelas XII SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Muhammad (dalam Budiamin, 2011) komunikasi interpersonal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Muhammad (dalam Budiamin, 2011) komunikasi interpersonal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Menurut Muhammad (dalam Budiamin, 2011) komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai Proses pertukaran informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dijadikan sebagai perhatian utama disetiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Upaya meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

Perilaku Keorganisasian IT

Perilaku Keorganisasian IT Perilaku Keorganisasian IT-021251 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Perilaku Kelompok dan Interpersonal PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK 1. Kelompok 2. Kelompok Formal 3. Kelompok Informal 4. Kelompok

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang program bimbingan belajar berbasis pendekatan humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan di SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling Mengembangkan program bimbingan dan konseling Melaksanakan strategi layanan bk Mengembangkan jejaring laya

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling Mengembangkan program bimbingan dan konseling Melaksanakan strategi layanan bk Mengembangkan jejaring laya MANAJEMEN BK Kegiatan mengelola bimbingan dan konseling Yusi Riksa Yustiana Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling Mengembangkan program bimbingan dan konseling Melaksanakan strategi layanan bk Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST BENTUK KOMUNIKASI By : Lastry. P, SST 1. KOMUNIKASI INTRAPERSONAL Komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Berfungsi : 1. Untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, mamahami dan mengendalikan diri,

Lebih terperinci

Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa

Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa Latar Belakang: Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa Pendekatan: Pendekatan Perkembangan Berorientasi kepada penciptaan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Agus (2003) komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Andri Setiawan, 2014 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Andri Setiawan, 2014 : BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas tentang arah dari penelitian, sehingga pada bab ini akan dipaparkan secara berurutan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian dan

Lebih terperinci