Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Edisi Agustus 2000

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Edisi 07 21 Agustus 2000"

Transkripsi

1 Yayasan HAK Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol Dili - Timor Lorosae Tel.: Fax.: yhak@minihub.org Editorial Hampir setahun peristiwa naas itu berlalu. Black September, demikian disebut orang. Tetapi dalam waktu setahun ini masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Pertanyaan paling pelik mungkin, siapa sesungguhnya yang merencanakan dan memerintahkan pembunuhan dan penghancuran itu?di manakah mayat-mayat itu dibuang? Awalnya pertanyaan-pertanyaan itu terbayang mudah didapat jawabannya. Tidak lama selang penghancuran itu, semua mata seolah tercurah pada Timor Lorosae. Seruan bagi Pengadilan Internasional menggema di mana-mana. Semua kemarahan dan protes mengalir bak banjir menghujam Jakarta. Rakyat Timor Lorosae berharap dapat menyaksikan keadilan ditegakkan di negerinya untuk pertama kalinya, dan kekebalan para jendral Jakarta diakhiri sekali untuk selamanya. Ternyata seruan Pengadilan Internasional itu hanyalah gertak sambal. PBB masih mempercayai Indonesia untuk membereskan urusan ini. Kepercayaan ini ternyata tidak dapat diemban Jakarta secara memuaskan. Amandemen UUD tidak memungkinkan UU Peradilan HAM berlaku surut. Artinya, para jendral, dan bahkan prajurit serendah apapun tidak akan diadili di Indonesia dengan tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan. Di Timor Lorosae, para politisi diam seribu basa. Panel khusus yang dibentuk UNTAET di Pengadilan Distrik Dili pun tak tahu kapan mulai bersidang. Konon Pimpinan Nasional berkomitmen mencegah pengadilan oleh rakyat. Tapi bagaimana rakyat akan mendapat keadilan? Jika keadilan tak didapat, sulit memutus rantai ketidakadilan dan kekerasan. Pengadilan bagi para pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan memang masih perlu perjuangan keras. Direito Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia Edisi Agustus 2000 Kurang Dukungan, Perjuangan untuk Pengadilan Internasional Para korban kekerasan kejahatan terhadap kemanusiaan tetap menuntut keadilan. Pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan harus segera diadili. Tapi, dukungan untuk diadakannya pengadilan internasional semakin surut. Kunjungan Mary Robinson ke Timor Lorosae disambut isak tangis para korban penyerangan Gereja Suai. Ratusan orang meninggal, sejumlah perempuan diperkosa. Bahkan ada perempuan muda kemudian dijadikan istri simpanan seorang milisi. Sejumlah orang pun tak pernah kembali lagi ke rumahnya. Penyerangan brutal itu dilakukan oleh milisi dan TNI pada 6 September lalu. Ini hanya sebagian kecil dari korban kejahatan terhadap kemanusiaan setelah referendum tahun lain. Di Suai, Komissaris Tinggi Hak Asasi Manusia di PBB itu berdialog dengan sekitar 40 saksi dan korban kejahatan terhadap kemanusian yang tergabung dalam Grupo Mate Restu. Salah seorang perempuan, yang suaminya dibantai milisi, meminta agar Mary membantu mengembalikan kerangka suaminya. Ami husu ba Senhora atu sebele ajuda buka hela ami nia la in nia ruin, atu mai hakoi iha ne e. [Kami minta pada Nyonya, jika mungkin, tolong carikan kerangka suami saya agar bisa dikubur di sini], keluh Tia Mary Robinson. Penaburan bunga di Suai, mengenang para korban kejahatan terhadap kemanusiaan. Rosa [bukan nama sebenarnya]. Sementara perempuan lain menuturkan, anak laki-laki satu-satunya yang berumur 13 tahun telah dibunuh milisi. Anak perempuannya yang berusia 15 tahun juga disiksa dan kemudian dipaksa menjadi istri ketiga seorang milisi yang kini berada di Timor Barat. Saya sangat tersiksa. Bantu saya, Nyonya. Kembalikan anak perempuan saya. Dialog yang diselenggarakan pada Sabtu, 5 Agustus lalu itu diwarnai isaktangis. Mary Robinson pun tak bisa menahan keharuan. Matanya sering berkacakaca. Seorang korban perkosaan meminta agar pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan segera diajukan ke pengadilan. Terutama mereka yang melakukan kekerasan seksual terhadap kaum perempuan. Kami minta pada Nyonya agar dapat mencari orang-orang yang dulu telah melakukan kekerasan seksual. Akibat perbuatan mereka banyak korban yang hamil dan sekarang telah melahirkan anak. Kami menuntut agar pelakunya mempertanggungjawabkan perbuatannya. Belum selesai Martinha [nama samaran] berbicara, bayi - akibat perkosaan itu, yang digendong neneknya menangis. Mendengar suara tangis bayi, Mary Robinson segera bertanya, Siapa bayi itu? Dalam suara pelan, Martinha menjawab, Dia anak saya, akibat perkosaan itu. Bekas Presiden Irlandia periode kemudian mendekati bayi perempuan itu. Sambil berlutut ia menggendong anak Martinha. Anak ini akan tumbuh menjadi besar. Dia adalah saksi hidup dari seluruh peristiwa di sini. Setelah besar nanti ia akan bersaksi pada dunia atas semua kekerasan dan pelanggaran HAM di Bumi Lorosae, kata Mary, dengan mata basah.

2 Direito Utama Bagaimana dengan kelanjutan diadakannya pengadilan internasional? Menurut Mary, jika Timor Lorosae merdeka nanti sebaiknya dibuka saja pengadilan internasional di Timor daripada para saksi harus bersaksi di Indonesia. Saya tidak percaya dengan sistem hukum Indonesia. Saya tidak setuju jika saksi harus dibawa ke Indonesia, tutur seorang bekas tahanan politik semasa pendudukan Indonesia. Saya menyaksikan bagaimana para milisi dan tentara Indonesia itu membunuh pastor dan para pengungsi. Saya siap bersaksi di mana saja, termasuk di pengadilan internasional. Tapi apakah Nyonya Mary bisa membantu memberikan perlindungan hukum terhadap saya? tanya perempuan lainnya. Mary menjanjikan, jika proses hukum yang dilakukan Indonesia terbukti tidak transparan dan tidak adil, maka akan digelar pengadilan internasional di Timor Lorosae. Sekarang kita ikuti dulu proses yang sedang dijalankan Indonesia itu. Ia juga menghimbau agar kaum perempuan di Timor Lorosae membangun jaringan kerjasama dengan kaum perempuan di Indonesia. Mereka, kata Mary, bisa membantu mempercepat proses penyelidikan kasus-kasus kejahatan terhadap kemanusiaan. Menuntaskan perkara di pengadilan memang perlu waktu yang lama. Apalagi terhadap kasus kejahatan terhadap kemanusiaan. Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya, saat ini dunia Saya tidak percaya dengan sistem hukum Indonesia. Saya menyaksikan bagaimana para milisi dan tentara Indonesia membunuh pastor dan para pengungsi. Saya siap bersaksi di mana saja, termasuk di pengadilan internasional. Tapi adakah yang memberikan perlindungan hukum pada saya? internasional tidak mendukung pengadilan internasional. Alasannya? Pengadilan internasional akan memakan banyak biaya dan memakan banyak waktu. Selain itu, dunia internasional telah memberi kepercayaan pada Indonesia untuk melakukan pengadilan terhadap para pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan itu. Lalu, apa yang harus kita lakukan saat ini? Langkah yang harus ditempuh adalah mengadakan jaringan antara organisasi hak asasi manusia di Timor Lorosae dengan di Indonesia untuk memantau pengadilan di Indonesia. Dan, informasi hasil pemantauan itu disampaikan pada Komisaris Tinggi Hak Asasi dan Markas Besar PBB New York. Selain bekerjasama dengan organisasi HAM di Indonesia, rakyat Timor juga harus melakukan kerjasama dengan organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional. Harus ada tekanan dari organisasi nonpemerintah dan harus dilakukan kampanye dengan informasi yang baik. Kalau tidak, tidak akan ada pengadilan internasional, kata sumber tersebut. Hal senada juga dikemukakan Munir dari KONTRAS, ketika berdiskusi di Yayasan HAK. Munir menegaskan perlunya keluarga korban berorganisasi untuk memperjuangkan keadilan bagi para korban. Organisasi keluarga korban bisa bekerja sama dengan organisasi hak asasi manusia untuk melakukan kampanye dan tekanan-tekanan, dengan bekerjasama organisasi hak asasi di mana saja. Falur Rate Laek Cegah Pengadilan Oleh Rakyat Di wilayah mana pun ketika terjadi perang pasti banyak terjadi pelangaran HAM. Akibat perang yang terjadi di Timor Lorosae selama 24 tahun kemungkinan besar banyak yang terlibat dalam berbagai jenis pelangaran hak asasi manusia [HAM]. Dan perang itu sekarang telah berakhir. Pelanggaran HAM itu terjadi karena rakyat melawan pendudukan Indonesia. Kesalahan itu merupakan kesalahan bersama, dan itu merupakan konsekuensi dari perang, kata Comandante Falur Rate Laek, kepada Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Mary Robinson, saat berdialog di Yayasan HAK, 6 Agustus lalu. Karena Falintil mengemban misi perang untuk mencapai kemerdekaan dan keadilan, maka sudah menjadi tugas kami untuk terus menperjuangkan keadilan. Apa yang saat ini kami lakukan di Aileu? Kami berusaha semaksimal mungkin mencegah pengadilan oleh rakyat. Falintil akan menentang tindakan main hakim sendiri, sampai institusi hukum mampu menjalankan fungsinya dalam menegakkan keadilan. Kami percaya bahwa UNTAET dan pemimpin politik kita mampu melakukan tugas mereka untuk menegakan keadilan. Dan kami yakin itu tak akan lama lagi. Selama proses penegakan keadilan sejak masa transisi sampai Timor merdeka nanti, Falintil sebagai embrio Tentara Nasional Timor akan bersikap netral. Falintil tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik praktis, apalagi mendukung kelompok politik tertentu. Falintil akan selalu menghargai dan membantu semua upaya perbaikan situasi, proses pembuatan konstitusi negara ini yang dilakukan oleh para leader politik dan UNTAET. Kami akan selalu menghargai hak asasi manusia di Timor Lorosae. Kami percaya, bahwa perdamaian yang langgeng akan tercipta di sini dan hanya dengan perdamaian orang Timor Lorosae bisa menegakkan hak asasi manusiannya. Direito Agustus

3 Bagaimana Anda melihat masalah perbatasan? Menurut saya di sana ada tiga soal. Pertama, masalah pengungsi, kedua milisi, dan yang ketiga adalah konsolidasi TNI yang berkaitan dengan politik nasional di Indonesia. Masih banyaknya pengungsi di wilayah Timor Barat menimbulkan berbagai masalah. Sebab, Indonesia tidak memiliki solusi bagi nasib pengungsi. Kondisi mereka secara ekonomi buruk, dukungan kebutuhan pengungsi sangat tidak cukup, sehingga menimbulkan konflik dengan penduduk lokal. Salah satunya adalah konflik di Noelbaki. Jumlah pengungsi di sana sekitar sementara penduduk lokal 700. Di sana terjadi perebutan lahan, akibatnya penduduk lokal yang harus mengungsi. Masalah kedua adalah milisi. Sejak Desember lalu ketika penyelidikan kasus Timor Lorosae dimulai, pihak polisi dan militer berusaha melucuti senjata milisi. Sejak itu, antara Kupang dan Atambua tidak ada lagi milisi yang bersenjata, meskipun diam-diam masih ada yang menjual pistol maupun granat. Tampaknya, militer Indonesia tidak mampu lagi untuk mendukung milisi. Ini membuat mereka frustrasi. Sementara pemimpin milisi masih punya bisnis dengan militer Indonesia. Milisi biasa menjadi korban di perbatasan. Mereka menjadi kelompok kriminal. Mereka masih punya obsesi ingin mengembalikan Timor Lorosae ke wilayah Indonesia, karena itu mereka ingin bergerilya. Hal yang ketiga, ada sebagian TNI - individu maupun pasukan - masih punya obsesi macam-macam. Saya kira, kasus terakhir di Kupang adalah penyerangan terhadap pedagang dan penghancuran toko-toko. Kasusnya sederhana. Terjadi perampokan di bus antara Kupang-Atambua. Di dalam bus tersebut kebetulan ada sersan dari Wawancara Munir, SH Kekuatan Keluarga Korban Bisa Menjadi Penekan Pada awal Agustus lalu, Munir - pimpinan KONTRAS menjadi salah seorang pembicara dalam lokakarya Hak Asasi Manusia dan Masa Depan Timor Lorosae, kerjasama Unit HAM UNTAET dan Asosiasaun Nasional Makaer Fukun Timor Lorosae ( ANMEFTIL). Di antara kesibukannya, Yayasan HAK mengundang Munir untuk mendiskusikan masalah perkembangan politik di Indonesia bersama sejumlah aktivis NGO. Direito menyarikan diskusi tersebut. Batalyon 744 yang mencoba menghentikan, tapi ia ditusuk sampai meninggal. Akibatnya, seluruh Batalyon 744 keesokan harinya ngamuk di seluruh kota. Jadi, konflik yang berat justru bukan terjadi di perbatasan. Tapi, mengamankan wilayah NTT dari milisi [dan bekas TNI]. Di sana banyak pertikaian, dan penduduk lokal mulai mempersenjatai diri untuk melindungi dari serangan milisi atau TNI. Menurut saya, ini akan Dunia internasional tidak lagi menekan Indonesia. Tujuh NGO di Indonesia telah mengirim surat kepada PBB, menuntut diadakannya pengadilan internasional. Mereka perlu dukungan dari keluarga korban di sini, karena kekuatan korban dan keluarganyalah yang bisa menjadi penekan terkuat. Kita harus memperkuat kerjasama antara gerakan hak asasi manusia di Indonesia dengan Timor Lorosae. menimbulkan konflik berat untuk jangka waktu panjang. Bagaimana Anda melihat perkembangan politik di Indonesia yang berkaitan dengan pengadilan nasional dan internasional bagi penjahat perang dan kemanusiaan yang terjadi di Timor Lorosae? Ada perkembangan di Indonesia yang penting. Pertama, menguatnya kembali kekuatan politik konservatif, yang sesunggguhnya merupakan bagian dari kekuatan politik Orde Baru. Mereka memperkuat kembali politik anti-demokrasi dan menguatkan kembali posisi militer. Kedua, berkembangnya politik arus bawah, dengan tumbuhnya berbagai respons yang terarah secara konsisten menjaga proses perubahan demokratis. Ketiga, upaya mengkompromikan semua perubahan politik itu dengan respons internasional terhadap soal di sekitar politik di Indonesia. Ketiga hal itu sangat berpengaruh pada masa transisi politik Indonesia saat ini. Pengusutan pelanggaran hak asasi manusia di Timor Lorosae sangat tergantung pada proses ini. Kenapa? Karena dunia internasional menyerahkan pengusutan kasus kejahatan perang dan kemanusiaan di Timor Lorosae pada Indonesia. Ada kecenderungan dunia internasional semakin melemahkan tekanan mereka terhadap Indonesia, termasuk tekanan untuk pengadilan internasional. Bagaimana Anda melihat berkembangnya konservatisme politik di Indonesia? Sekitar 60% anggota parlemen dari berbagai partai saat ini melakukan tekanan politik terhadap Presiden Gus Dur, agar mundur. Mereka berasal dari Golkar, PDI-Perjuangan, dan sejumlah partai yang menyebut dirinya Poros Tengah, antara lain PAN pimpinan Amien Rais dan PKB. Mereka memanfaatkan kelemahan pemerintahan Gus Dur. Kekuatan pro-demokrasi di DPR/MPR hanya tertumpu pada Partai Kebangkitan Bangsa [PKB]. PKB lah yang menopang Gus Dur. PKB adalah satu-satunya partai di parlemen yang secara terbuka mendukung pengusutan kasus Timor Lorosae. Ketika dilakukan pengusutan kasus Timor Lorosae, kelompok konservatif menuduh KPP-HAM [Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia] Timor Lorosae sebagai agen Australia, yang didanai oleh Australia. Intelijen Indonesia juga berusaha melakukan kontrol terhadap lembaga penyelidikan yang sebelumnya oleh militer Indonesia diharapkan bisa melindungi mereka dari pengusutan internasional. Tapi, militer Indonesia gagal menggunakan mereka. Hal lain yang menarik adalah parlemen Indonesia menulis surat resmi meminta KPP-HAM datang. Kami diminta memberikan keterangan 3 Direito Agustus 2000

4 Wawancara dananya dari mana, apakah benar dari Australia, dan kenapa bisa berhubungan dengan Australia. Jadi, parlemen pun percaya dengan disinformasi yang dilakukan oleh intelijen di Indonesia [padahal Australia tidak membiayai penyelidikan KPP-HAM di Timor Lorosae). PKB kemudian memberi kesempatan pada KPP-HAM untuk klarifikasi terhadap disinformasi intelijen di Indonesia. Bahkan, PKB yang membuat pernyataan dukungan. PKB itu terdiri atas para kiai NU. Dengan menyebutkan dalil kitab suci Al Qur an, mereka menyatakan bahwa dalam ajaran Islam, dunia internasional wajib melakukan intervensi pada satu negara jika negara tersebut tidak mampu menyelesaikan kejahatan besar yang terjadi. Itu untuk menghentikan laju partai lain yang mengatakan: ini agen asing, agen Kristen dan lain-lain. Itu satu perdebatan di parlemen yang cukup penting dalam soal ini. Artinya, konsolidasi kekuatan konservatif sangat penting menopang politik militer... Ya, karena mereka dulu yang membela Wiranto ketika dia diperiksa dalam kasus Timor Lorosae. Prospek demokrasi saat ini bisa dikatakan begini: kekuatan politik di parlemen - antara 60%-70% menghendaki Gus Dur jatuh. Musuh besar mereka sebenarnya bukan Gus Dur tapi arus bawah. Politik arus bawah hampir setiap hari membentuk komisi pengawasan militer. Kalau dulu orang hanya mengenal NGO, tapi sekarang rakyat biasa mulai membentuk Pemantauan TNI, Pemantauan Koramil, di kampung atau di desa. Itu merupakan kekuatan yang tidak mungkin ditarik ke belakang. Gerakan mahasiswa menjadi gerakan yang paling konsisten untuk melawan militer. Gerakan mahasiswa cukup penting memberikan inisiatif untuk mempertahankan Presiden Gus Dur dari manuver konservatif parlemen. Jadi, pertarungan politik di Indonesia saat ini adalah antara kekuatan konservatif dalam parlemen lawan gerakan mahasiswa, NGO, dan arus bawah masyarakat. Jadi, kekuatan konservatif dan otoritarian itu justru lahir di parlemen, yang dihasilkan pemilihan umum demokratis pertama dalam sejarah Indonesia pasca Suharto. Ancaman arus bawah terhadap parlemen cukup signifikan. Dua bulan terakhir, kelompok konservatif di Indonesia berada di atas angin dan Gus Dur jadi bulan-bulanan. Gus Dur dipanggil ke parlemen dan dituduh sebagai pembohong dan sebagainya. Saya kira, Gus Dur adalah presiden pertama di Indonesia yang dimaki-maki secara kasar oleh anggota parlemen. Arus bawah mengambil inisiatif sendiri. Inisiatif arus bawah itu didukung oleh PRD [Partai Rakyat Demokratik], yang mengambil jalur politik jalanan dengan menghidupkan kembali parlemen jalanan. Mereka menuntut konsistensi parlemen untuk menghentikan politik militer di Indonesia dan menuntut pembubaran Golkar sebagai simbol politik konservatif. Inisiatif PRD itu sekarang menjadi satu gerakan yang cukup luas. Sampai-sampai Pemuda Pancasila, yang merupakan onderbouw Golkar, di Jawa Timur telah melakukan aksi membakar bendera-bendera Golkar. Mereka memperingatkan agar Golkar tidak menghidupkan kembali politik Orde Baru. Gejala ini mulai mengerem laju kelompok konservatif di parlemen. Kalau demokratisasi terus melaju, artinya arus bawah memenangkan pertarungan politik dan militer gagal mengkonsolidasi politik lewat kekuatan sipil konservatif kemungkinan pengusutan kasus Timor Lorosae cukup besar. Tapi, kalau konsolidasi kekuatan partai-partai konservatif dan militer yang memenangkan pertarungan maka pengusutan kasus Timor Lorosae di Indonesia akan lemah. Jelasnya bagaimana? Penentangan partai-partai konservatif itu tidak saja terjadi pada kasus Timor Lorosae untuk melindungi militer, tapi juga kasuskasus pelanggaran HAM lainnya. Kebanyakan partai bersikap tidak konsisten. Ketika pengusutan kasus Timor Lorosae, para pengusut dituduh anti-islam, diskriminatif terhadap pelanggaran hak asasi yang korbannya umat Islam, seperti kasus Tanjung Priok. Ini dilakukan untuk menghentikan penyelidikan kasus Timor Lorosae. Tapi KPP-HAM berhasil menyelesaikan tugasnya, dan kemudian dilakukan penyelidikan terhadap kasus Tanjung Priok. Para jenderal lama menjadi marah pada Wiranto dan kawan-kawan. Akibat disinformasi yang mereka kembangkan sejumlah jenderal lama terpaksa diusut. Yang terlibat dalam kasus Timor Lorosae, antara lain Benny Moerdani dan Direito Agustus 2000 Try Soetrisno. Berbeda dengan penyelidikan kasus Timor Lorosae yang tidak bisa dikendalikan oleh TNI, penyelidikan kasus Tanjung Priok dikendalikan penuh oleh TNI. Yang menarik, di antara anggotanya ada yang berasal partai Islam, misalnya Aisyah Amini dari PPP. Selama ini PPP yang paling keras menentang digunakannya ketentuan internasional untuk mengusut pelanggaran hak asasi di dalam negeri. Selama ini ada partai yang menggunakan isu seperti ini untuk mendapat suara, tapi pemimpinnya menghendaki agar kasusnya tak diusut. Persis dengan Kasus 27 Juli. Para pemimpin PDI-Perjuangan menghendaki agar Kasus 27 Juli tidak diusut. Arus bawah lah yang menghendaki pengusutan. Partai-partai merasa pengungkapan kasus-kasus itu akan mengganggu konsolidasi politik mereka Tampaknya, militer Indonesia tidak mampu lagi untuk mendukung milisi. Ini membuat mereka frustrasi. Mereka masih punya obsesi ingin mengembalikan Timor Lorosae ke wilayah Indonesia, karena itu mereka ingin bergerilya. dengan TNI. TNI masih punya 38 kursi gratis di parlemen yang bisa mendukung kepentingan politik mereka. Boleh dikatakan, gerakan HAM saat ini berhadapan dengan kekuatan konservatif secara utuh. Bukan interes soal Timor Lorosae atau bukan. Kenapa tidak ada lagi perdebatan atas kasus di sini? Saat ini dunia internasional tidak lagi menekan Indonesia. Kelompok konservatif yakin bahwa konsesi ekonomi yang mereka siapkan untuk kekuatan internasional sudah memperlunak tekanan terhadap pengadilan. Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan salah satu anggota parlemen Jerman. Dia pesimis dengan peran internasional untuk mengusut kasus Timor Lorosae. Dua bulan lalu tujuh NGO Indonesia mengirim surat kepada PBB, menuntut diadakannya pengadilan internasional. NGO di Indonesia perlu dukungan dari para keluarga korban di sini, karena kekuatan korban dan keluarganya lah yang bisa menjadi penekan terkuat. Tapi justru tekanan dari sini sekarang tidak ada. Saya harap kita bisa memperkuat kerjasama antara gerakan hak asasi manusia di Indonesia dengan di Timor Lorosae. 4

5 Ada yang mengatakan, politik dan hak asasi manusia (HAM) bagaikan dua sisi dari sebuah mata uang. Politik tidak bisa lepas dari HAM. Berpolitik adalah hak asasi, begitu pula menegakkan asasi adalah tindakan politik. Politik dapat memajukan HAM, tapi juga dapat memperburuk HAM. Karena begitu eratnya politik dan HAM, kita sering menyaksikan dalam percaturan politik, isu HAM mewarnai retorika dan argumentasi para politikus. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama kurang lebih setengah abad ini, aktivitas politik internasional telah memperbaiki dan memajukan HAM di dunia. Perbudakan, penindasan, dan kolonialisme di muka bumi ini berangsur-angsur hilang seiring dengan perkembangan kesadaran masyarakat internasional mengenai HAM. Tapi tidak selamanya aktivitas politikus yang mengangkat HAM itu murni untuk memajukan HAM. Tidak ada sesuatu yang gratis. Mungkin itulah prinsip yang selalu ada pada politikus. Mereka melakukan sesuatu dengan tujuan mendapatkan hasil politik tertentu. Bila hasil yang diinginkan telah diperoleh, tuntutan HAM pun bisa berubah. Pemerintah Amerika Serikat belakangan gencar mengkritik pelanggaran HAM di Cina. Ternyata tujuan utama AS adalah memaksa Cina untuk membuka pasar bagi produknya. Begitupun sewaktu pemerintah Australia dan Amerika Serikat memberi lampu hijau pada penguasa Indonesia untuk menginvasi Timor Lorosae tahun Alasan kemanusiaan (HAM) digunakan untuk menutupi kepentingan bisnis dua negara tersebut. Lalu bagaimana dengan politikus Timor Lorosae? Sewaktu perjuangan menentang Fenomena Kehancuran. Pengorbanan bersama demi Kemerdekaan bersama? Politik dan Hak Asasi Manusia Jose Luis de Oliveira* pendudukan Indonesia di Timor Lorosae, pelanggaran HAM menjadi isu utama para politikus kita. Yang pro-kemerdekaan maupun pro-integrasi berlomba-lomba meyakinkan masyarakat Maubere maupun internasional, bahwa yang mereka lakukan adalah untuk memajukan HAM. Yang prointegrasi menggunakan hak untuk pembangunan untuk menutupi terjadinya penangkapan sewenang-wenang, perkosaan seksual, pembunuhan, perampasan tanah rakyat, dan sebagainya. Yang prokemerdekaan gigih menarik solidaritas internasional untuk mendukung perjuangan hak menentukan nasib sendiri. Dalam perjuangan ini ribuan orang telah menjadi korban karena pembunuhan, kehilangan harta benda, dan sebagainya. Penghargaan Doctor Honoris Causa, Reebok s Human Rights Awards, hingga Nobel Perdamaian diperoleh para politikus pro-kemerdekaan. Apa yang terjadi selanjutnya? Setelah terbukti mayoritas rakyat menginginkan kemerdekaan, agenda politik pun berubah. Politik HAM menjadi kurang jelas. Para politikus mulai bingung antara menegakkan HAM (terutama mengupayakan keadilan bagi korban) dan memberikan konsesi ekonomi dan politik pada negara-negara yang dianggap berjasa bagi kemenangan prokemerdekaan. Kelantangan dan kegigihan para aktivis pro-kemerdekaan yang bertahuntahun lalu selalu menggegerkan dunia internasional, mulai pudar. Tidak lagi ada bintang menyala dari Timor Lorosae dalam sidang tahunan Komisi HAM PBB di Geneva. Yang mulai didengungkan dan dijadikan proyek adalah rekonsiliasi dan stabilitas nasional. Ratusan ribu dolar dihabiskan para bintang politik (termasuk yang dulunya prointegrasi) untuk berfoya-foya di hot e l - h o t e l berbintang, mulai dari Jakarta, Singapura hingga Washington, untuk menyanyikan lagu rekonsiliasi dan stabilitas nasional. Lagunya pun tak pernah didengar oleh Mau Koli dan Bi Koli di Remexio atau di tempat lain di Timor Lorosae. O p i n i Sementara itu ratapan tangis para keluarga korban yang menanti keadilan bagi penderitaanya tak didengar. Seorang ex-tapol yang luka-luka akibat disiksa di penjara, terpaksa setiap malam menjerit kesakitan menunggu kematiannya akibat tak ada yang bersedia membiayainya berobat ke luar negeri. Seorang istri yang suaminya mati ditembak Brimob di Dili menjelang Pemilu 1997, sekarang harus mondar-mandir ke kantor CNRT, Yayasan HAK dan lembaga lain, meminta bantuan makanan untuk ketiga anak kecilnya yang kelaparan. Dengan tangis ibu itu mengeluhkan pengorbanan suaminya yang tidak dihargai. Masih banyak keluarga korban yang seperti yang dialami ibu ini. Selama pendudukan militer Indonesia mereka menderita, sekarang pun mereka tidak dihiraukan. Penderitaan yang panjang! Apakah kita membiarkan para korban ini menderita terus? Lalu siapakah yang paling diuntungkan dari percaturan politik HAM ini? Para oportunis lah yang paling memperoleh keuntungan. Kemana arah angin politik bertiup, mereka selalu mengikuti. Mereka sangat lihai bersilat lidah memantapkan posisi mereka. Argumentasinya tampil sangat rasional. Pemerintah Amerika Serikat dan Australia menjelaskan perubahan politik mereka terhadap Timor Lorosae. Tidak ada sedikit pun penyesalan atas keterlibatan mereka yang mengakibatkan 25 tahun penderitaan bagi rakyat Maubere. Begitupun para oportunis Timor Lorosae. Sewaktu pendudukan Indonesia mereka mendapat hak istimewa menikmati politik HAM pada waktu itu (pembangunan) dengan berbisnis dan melalang buana ke luar negeri untuk menimba ilmu dan jalan-jalan. Setelah status politik Timor Lorosae berubah, mereka pun cepat menyesuaikan diri. Dengan bualan bahasa HAM, mereka mendapat hak istimewa lagi. Adilkah politik HAM selama ini? Di manakah nurani kita yang membiarkan keadaan ini terus berlangsung? Para korban bukanlah obyek permainan untuk obyek penelitian para opurtunis intelektual yang akan naik kariernya, karena berhasil menerapkan konsep rekonsiliasi mereka, atau obyek wisata bagi turis-turis manca negara. Jelas ini harus dihentikan! 5 Direito Agustus 2000

6 Serba Serbi Menuntut Keadilan Bagi Orang Hilang Paksa! Pada 30 Agustus mendatang, bertepatan dengan peringatan satu tahun referendum penentuan status politik Timor Lorosae, keluarga korban akan memperingati Hari Internasional untuk Orang Hilang. Hari ini perlu diperingati karena sangat banyak orang yang hilang di Timor Lorosae selama kekuasaan militer Indonesia. Misalnya, pada saat Pembantaian Santa Cruz, 12 November 1991, ratusan orang tak ketahuan di mana mereka berada. Komisi penyelidik yang kemudian dibentuk oleh pemerintah Indonesia, saat itu mengatakan ada 50 orang mati. Tapi, lebih dari 200 orang tidak kembali ke rumah. Bahkan, sampai saat ini tidak diketahui - apakah mereka mati atau hidup. Orang-orang seperti inilah yang menurut ketentuan internasional disebut sebagai orang hilang secara paksa. Pada 17 Agustus 2000, Yayasan HAK mengundang sejumlah organisasi untuk berdiskusi dan mempersiapkan peringatan hari internasional ini. Kerry Brogan, yang pernah bekerja di Amnesty International, London yang sekarang bekerja pada Unit Hak Asasi Manusia UNTAET, menjadi narasumber mengenai ketentuan internasional tentang orang hilang. Menurutnya, berdasar ketentuan internasional seseorang dianggap hilang paksa, jika ia ditangkap, ditahan, diculik secara paksa oleh aparat pemerintahan atau kelompok yang berfungsi sebagai pemerintahan atau dengan sepengetahuan langsung maupun tak langsung pemerintah. Orang juga dianggap hilang paksa jika pemerintah menolak memberikan informasi tentang keberadaan seseorang. Seseorang baru bisa disebut hilang paksa jika ada indikasi kuat bahwa pemerintah atau penguasa terlibat. Gejala pelanggaran hak asasi semacam ini muncul pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an di negeri-negeri Amerika Latin. Di sana banyak aktivis politik yang mengkritik keras pemerintah yang ditangkap dan ditahan tanpa tuduhan yang jelas dan tidak diadili, tapi kemudian malah tidak kembali. Agar tidak ada orang hilang paksa, pemerintah suatu negara harus membuat peraturan yang ketat mengenai prosedur penangkapan, kata Kerry. Petugas yang menangkap seseorang harus menunjukkan identitas yang jelas, berpakaian seragam disertai surat perintah penangkapan. Seseorang yang ditangkap pun diberitahu kenapa ia ditangkap dan kemudian sesorang harus dibawa ke tempat tahanan resmi, keluarganya diberitahu tempatnya ditahan, hak-hak asasi orang yang ditahan harus dilindungi, seperti hak untuk dikunjungi keluarga dan didampingi pengacara yang ditunjuknya. Selain itu, di setiap negara harus ada sistem untuk investigasi jika terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Bagaimana jika ada orang hilang paksa? Keluarga atau teman yang bersangkutan harus melakukan pencatatan tentang nama lengkap (dan nama orang tua jika perlu), tanggal lahir, alamat, pekerjaan (kalau masih sekolah sebutkan sekolahnya), organisasi, dan sebagainya. Kemudian, informasi tentang bagaimana ia hilang. Misalnya, siapa yang menculik, bagaimana pakaiannya, berapa orang, bagaimana datangnya, ambil apa saja, bilang apa ketika menculik, bagaimana memperlakukan orang yang diculik, penculiknya bawa dokumen apa tidak. Kadang-kadang orang hilang setelah ditangkap secara resmi. Catat juga dugaan mengapa yang bersangkutan ditangkap atau diculik, saksi mata (termasuk informasi tentang kesediaanya memberi kesaksian secara tertutup), apa ada yang tahu kemana ia dibawa dan dengan cara bagaimana kita tahu (misalnya diberitahu orang dalam ), bagaimana keadaannya dalam tahanan, apa yang sudah dilakukan untuk mencari korban, serta tanggal terakhir pencarian dilakukan. Semakin rinci infomasi semakin baik, karena akan memudahkan pencarian, saran Kerry. Setelah mencatat informasi tersebut, yang kemudian harus dilakukan adalah melaporkan kepada pemerintah (karena pemerintah lah yang paling punya kewajiban untuk mencari), organisasi hak asasi manusia setempat, organisasi hak asasi manusia internasional (terutama yang punya sistem langsung ke PBB), pers, dan Kelompok Kerja PBB khusus Orang Hilang. Pengaduan pada Kelompok Kerja PBB itu bisa dilakukan secara perwakilan, misalnya oleh organisasi hak asasi manusia yang dihubungi keluarga atau teman korban. Laporan tertulis itu harus menyebutkan pembuatnya dan bagaimana cara menghubunginya. Jika pembuat bukan keluarga atau teman, harus mencantumkan informasi cara mengontak keluarga atau teman korban. Hal-hal yang harus diputuskan oleh orang Timor Lorosae yang berkaitan dengan persoalan orang hilang dan pelanggaran hak asasi manusia umumnya adalah jangka waktu investigasi: apakah antara Januari hingga September 1999 atau sejak 1975? Sebab, Tapi, masih belum ada kesepakatan karena ada yang tidak mau kalau pelanggaran hak asasi manusia sejak 1975 itu diungkap. Setelah diskusi dengan Kerry Brogan, para peserta mendiskusikan rencana untuk memperingati Hari Internasional Orang Hilang. Para peserta kemudian membentuk Direito Agustus 2000 komite ad hoc, yang terdiri dari sejumlah organisasi non-pemerintah yang akan menyelenggarakan acara kesaksian keluarga dan teman, yang akan disusul dengan konferensi pers. Yayasan HAK mengajak rakyat Timor Lorosae, jika ada anggota keluarga atau teman yang hilang agar menuntut keadilan. Sebab, keluarga orang hilang punya hak untuk mengetahui di mana keberadaan orang yang hilang dan siapa yang membuatnya hilang. Selain itu, juga punya hak atas keadilan, yaitu keluarga mendapat ganti rugi dan pelakunya dihukum. Menuntut keadilan ini perlu dilakukan agar tidak lagi terjadi orang hilang dan agar tidak terjadi impunity (kekebalan hukum bagi pelaku pelanggaran hak asasi manusia). Perjuangan menuntut keadilan bagi orang hilang dimulai oleh sejumlah ibu di Argentina, yang datang berdemonstrasi di depan Plaza de Mayo. Di depan Istana Kepresidenan Argentina itu mereka menuntut penjelasan resmi keberadaan anak-anak mereka. Anak-anak mereka ditangkap dan kemudian hilang pada masa junta militer berkuasa. Ibu-ibu yang kemudian dikenal dengan sebutan Madres de Plaza de Mayo itu terus berdemonstasi di depan Istana Kepresidenan 15 tahun setelah junta militer tidak lagi berkuasa. Mereka terus menuntut keadilan yang mereka belum dapatkan. Perjuangan Madres de Plaza de Mayo itu kemudian diikuti oleh keluarga orang hilang di negeri-negeri lain yang menjadi korban penindasan rezim militer. Para keluarga korban yang hilang di Indonesia selama kekuasaan militaristis Suharto kemudian membentuk IKOHI [Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia], yang bersama KONTRAS [Komite untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan] menuntut pemerintah Indonesia memberi penjelasan tentang hilangnya anggota keluarga mereka. KONTRAS juga terus berkampanye untuk menyadarkan masyarakat perlunya membantu keluarga korban dalam perjuangannya. Ya, mulai saat ini setiap keluarga mulai mencatat anggota keluarga yang hilang, berdasarkan ketentuan-ketentuan internsional yang disebutkan di atas. Mereka harus menggalang kerjasama antar keluarga korban, untuk memperkuat satu sama lain dalam rangka berjuang bersama-sama untuk menuntut keadilan. Kerjasama ini perlu juga dilakukan melalui kerjasama dengan organisasi hak asasi manusia di dalam negeri maupun di luar negeri. 6

7 Diskusi Masalah Konstitusi Isu konstusi saat ini menjadi agenda penting. Hampir semua agenda politik politik kelompok masyarakat, seperti partai politik dan masyarakat sipil turut mewarnai perdebatan masalah konstitusi. Ini menunjukkan indikasi kesadaran orang akan pentingnya konstitusi dalam sebuah negara. Tapi, masalahnya adalah dari mana memulai dan bagaimana menyusun sebuah konstitusi. Pentingnya proses pembuatan konstitusi itu akan menentukan isi konstitusi yang akan dipengaruhi oleh seberapa jauh partisipasi masyarakat dalam pembuatan konstitusi tersebut. Sebab melalul mekanisme partisipasl yang baik, maka sebuah konstitusi menjadi milik bersama dan sudah tentu akan mencerminkan kepentingan yang beragam dari seluruh komponen masyarakat Mengingat pentingnya masalah proses pembentukan sebuah konstitusi, maka Divisi Studi dan Pengkajian Yayasan HAK mengundang Johny de Lange, seorang alhi konstitusi dan anggota Parlemen Afrika Selatan. Diskusi yang diselenggarakan pada 9 Agustus lalu itu dihadiri oleh sejumlah waki] NGO, jurnalis, kelompok perempuan, dan undangan lainnya. Kegiatan Rumah Rakyat Pada awal Agustus lalu, tim Divisi Emergency Aid wilayah barat mendistribusikan bibit jagung ke kelompok dampingan di Atabae. Bibit jagung tersebut diserahkan langsung pada Pastor Andreas Hane, SVD. Kemajuan sudah dicapai oleh beberapa kelompok, seperti kelompok Tiu Graciano da Cruz dan Tiu Deolindo Tavares. Mereka memiliki lahan sekitar 20 hektar. Kelompok mereka akan panen pada bulan September. Pendistribusian penambahan bibit jagung itu diprioritaskan pada kelompok kerja yang telah mempersiapkan lahannya. Sementara kelompok yang membuka lahan baru dimaksudkan untuk memperluas kelompok kerja yang ada di Atabae. Penambahan kelompok kerja ini, kelak direncanakan untuk menanam sayur, pisang dan ubi kayu, kata Antonio Geronimo, koordinator Rumah Rakyat wilayah barat. Sementara itu pada pertengah Juli lalu, Rumah Rakyat di wilayah timur mengadakan pelayanan kesehatan di Subdistrik Luro, tepatnya di Desa Afabubo. Masyarakat mengeluhkan penyakit mereka. Antara lain, menderita penyakit saluran pernafasan, TBC, penyakit kulit dan malaria. Masyarakat mengharapkan agar pelayanan seperti ini dapat dilakukan secara teratur. Selain melakukan pelayanan kesehatan, kegiatan tim Rumah Rakyat di wilayah timur juga melakukan distribusi bantuan alat-alat rumah tangga. Bantuan tersebut diberikan pada Chefe de Suco se Sub-distrik Luro. Kegiatan yang diselenggaran oleh tim Rumah Rakyat di wilayah tengah adalah melakukan investigasi atas tercemarnya sungai di Desa Horai Kiik, di Sub-distrik Maubisse akibat limbah kopi. Pencemaran yang dilakukan oleh NCBA itu menyebabkan air sungai berubah menjadi cokelat dan berbau busuk. Pencemaran itu tentu sangat mengganggu masyarakat setempat, karena penduduk di sekitar sungai itu menggunakan air sungai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka juga melakukan pelayanan kesehatan di Desa Rairema. Penderita di Distrik Aileu yang dating pada pelayanan kesehatan itu sekitar 130 orang. Masyarakat setempat banyak yang menderita penyakit saluran pernafasan, rematik, dan malaria. Masyarakat setempat kurang pengetahuan tentang kebersihan diri, kata Ana Maria, dari seksi pelayanan kesehatan. Selain memberikan pelayanan kesehatan, tim Rumah Rakyat juga memberikan penyuluhan kesehatan. Hearing Rancangan Hukum Acara Pidana Pada Kamis, 10 Agustus lalu, telah diselenggarakan hearing rancangan Hukum Acara Pidana di NCC. Dengar pendapat masalah rancangan Hukum Acara Pidana tersebut telah lama ditunggu-tunggu oleh para praktisi hukum di Timor Lorosae. Namun, rancanagan tersebut masih banyak kelemahannya. Masih banyak yang harus diperbaiki, kata Silverio Pinto, pengacara Yayasan HAK. Untuk memperbaikinya, perlu melibatkan Serba Serbi komponen-komponen masyarakat, antara lain akademisi, praktisi hukum dan hak asasi manusia. Merka harus diberi kesempatan untuk mendiskusikan secara intensif agar rancangan Hukum Acara Pidana tersebut mencapai kesempurnaan yang maksimal, sebelum diperdebatkan di forum NCC. Namun, jika mekanisme tersebut tidak bisa dijalankan, sebaiknya di Timor Lorosae tetap memberlakukan KUHAP dengan melakukan amandemen pasal-pasal yang tidak sesuai dengan prinsip hak asasi manusia, saran Silverio. Kejaksaan Agung RI Tetapkan Beberapa Tersangka Pelanggaran HAM Timtim Kejaksaan di Indonesia telah menetapkan tersangka untuk pelanggaran hak asasi manusia di Timor Leste tahun lalu. Para tersangka ini dalam waktu dekat akan diperiksa secara internsif. Menurut detikcom, penjelasan ini disampaikan Jaksa Agung RI Marzuki Darusman di kantornya minggu lalu. Siapa saja para tersangkanya? Jaksa Agung tidak bersedia menyebutkan nama, ia hanya mengatakan sebagian besar tersangkanya sama dengan yang disebutkan oleh KPP HAM Timtim. Dari militer lebih ke penanggungjawab lapangan, kata Marzuki. Tidak cuma militer, sipil juga ada. Lima kasus besar, yaitu kasus Gereja Ave Maria, Suai, kasus Liquiça, penyerangan rumah Manuel Carrascalão, dan penembakan jurnalis Belanda Sander Thoenes sudah memasuki tahap penyidikan kejaksaan. Dari penyidikan ini kejaksaan akan membuat surat dakwaan yang selanjutnya diajukan ke pengadilan. Kejaksaan Agung antara lain telah memeriksa mantan Menkopolkan Wiranto, mantan Kepala BIA Zakky Makarim, mantan Panglima Darurat Militer Timtim Kiki Syahnakri, dan mantan Pangdam Udayana Adam Damiri. Tetapi mereka masih belum akan dijadikan tersangka karena penanggungjawab lapangan lima kasus tersebut bukan mereka. 7 Direito Agustus 2000

8 Ami Lian Perjuangan Pendirian Pengadilan Internasional Harus Diteruskan Ada dua masalah penting yang mengakibatkan kemandekan hukum di sini. Pertama, belum ada kepastian penanganan hukum bagi pelaku kejahatan kriminal pasca 30 Agustus Kedua, belum ada penentuan apakah mereka akan dibawa ke pangadilan atau tidak. UNTAET telah mendirikan pengadilan semiinternasional, sebuah panel akan didirikan untuk menanggani kasus ini. Secara yuridis sikap ini sangat lemah. Pertimbangan yuridis ada pada jurisdiksi, baik tempat maupun waktu pelaksanaan dengan pendirian pengadilan dan peraturan baru yang dilakukan setelah satu tahun kejahatan dilakukan. Penerapan asas hukum tidak berlaku surut akan mengundang banyak serangan terhadap pengadilan semiinternasional. Ini merupakan satu preseden dan mungkin berakibat buruk bagi pengadilan di masa depan. Menurut saya, pengadilan semi-internasional itu tidak diperlukan. Perjuangan pendirian pengadilan internasional harus diteruskan. Selain karena dasar hukum dan instrumen hukum internasional dapat menjadi landasan, pengadilan internasional mempunyai sasaran khusus yang tidak ada pada pengadilan nasional maupun semi-internasional. Kedua sasarannya adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Sepanjang sejarah PBB hanya bisa adil, transparan dan diterima jika diadili melalui suatu pengadilan internasional. Kenapa? Pertama, selain tidak ada dasar hukum juga sasarannya tidak jelas; kedua. jika sasarannya meminjam kasus internasional, yaitu kejahatan perang dan kejahatan Korban di Gereja Suai. Pusara tanpa makam. terhadap kemanusiaan, kondisinya sangat lemah di mata hukum. Ketiga, karena belum ada suatu dasar hukum, akan menjadi preseden buruk bagi sistem hukum di Timor Lorosae; dan yang terakhir, bisa saja para pelaku kejahatan pasca 30 Agustus itu dibebaskan atas dasar legitimasi jurisdiksi. [Didi Babo-Soares, Presiden Assosiasaun Nasional Makaer Fukun Timor Lorosae] Para Pelaku Harus Bertanggungjawab Saya melihat banyak kemunduran untuk menuju pengadilan internasional bagi pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan tahun lalu. Saya sangat gembira ketika Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Mary Robinson datang ke Timor pada tahun lalu. Saat itu ia berbicara keras, agar militer Indonesia bertanggungjawab dalam kasus Timor Lorosae. Tapi, sampai saat ini tuntutan itu menurun. Bukan hanya karena saudara saya meninggal karena dibunuh oleh milisi dan ayah saya juga mengalami percobaan pembunuhan pada awal September lalu. Namun saya tidak percaya dengan pengadilan yang akan dilakukan di Indonesia. Para pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan itu harus diseret di pengadilan internasional. Mereka harus bertanggungjawab atas semua perbuatannya di sini, di Timor Lorosae. Masyarakat keluarga korban akan terus menuntut keadilan. [Manuel, keluarga korban] Masih Banyak Pelaku yang Berkeliaran Saya mengaku bersalah karena terlibat dalam tindakan kejahatan. Tapi, keterlibatan saya bukan atas inisiatif pribadi. Saya dapat dikatagorikan sebagai korban politik di Timor Lorosae. Karena saya bukan pimpinan politik atau pemegang kekuasaan di Indonesia atau di sini. Saya bukan anggota TNI tapi sebagai Komandan Tim Alfa, di bawah pimpinan pimpinan pejabat militer Daerah Tingkat I. Jadi, semua kegiatan operasi yang berhubungan dengan keamanan di bawah perintah pimpinan TNI atau pemerintah yang ada di sini. Yang melakukan kegiatan itu adalah pemerintah Indonesia, baik sipil maupun militer. Dengan begitu saya tidak menerima bahwa saya dituduh sebagai pelaku kejahatan di Timor Lorosae. Saya tidak setuju apabila saya diseret ke pengadilan internasional, karena saya bukan pimpinan politik. Yang harus diseret ke pengadilan internasional adalah pimpinan politik otonomi, bupati, ketua DPR, gubernur, Yayad Sudrajad, pimpinan SGI, Tono Suratman dan Prabowo. Saya mengakui kesalahan saya, tapi masih banyak pelaku yang masih berkeliaran di luar dan mereka tidak ditangkap. Mereka tidak diperlakukan seperti saya. Hampir satu tahun saya ditahan tapi belum diproses secara hukum. Melalui pengacara saya, saya pernah mengusulkan agar mengirim surat pada Presiden CNRT, Sergio de Mello, dan Uskup Belo. Saya ingin mereka memberikan hukuman bagi kami - para milisi. Lebih baik kami dibunuh saja. Tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan. [JM, tersangka kasus pembunuhan di Los Palos] Nilai Keadilan Dibuktikan di Pengadilan Para pelaku segala tindakan kejahatan yang dilakukan oleh rezim Orde Baru dapat ditindak berdasarkan hukum yang berlaku. Mereka dapat ditindak melalui pengadilan internasional di Timor Lorosae. Menurut saya, jalannya pengadilan internsioanl itu masih dipengaruhi oleh dimensi politik negaranegara barat. Amerika Serikat, misalnya. Sementara mereka memperjuangkan adanya pengadilan internasional, Amerika juga terlibat dalam kejahatan di Timor Lorosae, dan mereka pun masih punya kepentingan di Indonesia. Sebagai orang Timor Lorosae, saya tetap menuntut agar para pelaku tindak kejahatan terhadap kemanusiaan baik yang dilakukan oleh sipil maupun militer yang pernah bertugas di sini harus diajukan ke pengadilan internasional. Setelah proses pengadilan internasional itulah nilai-nilai keadilan akan dibuktikan. Setelah itu baru bisa melakukan upaya rekonsiliasi. Rekonsiliasi bukan sekadar melupakan tindakan kejahatan di Timor Lorosae. [Alcino de Araujo, Ketua Jaksa Distrik Dili] Redaksi Direito Pemimpin Redaksi: Rui Editor: TI Lay Out: Quim Staff & Reporter: Neves, Rodrigues, Exposto, Silva, Borges, Julio, Bangbo, Abel. Diterbitkan atas dukungan: 8 Direito Agustus 2000

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS Tanggal Embargo: 13 April 2004 20:01 GMT Indonesia/Timor-Leste: Keadilan untuk Timor-Leste: PBB Berlambat-lambat sementara para pelaku kejahatan bebas berkeliaran Pernyataan

Lebih terperinci

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT TUNTUTAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN UNTUK MANTAN MENTERI PERTAHANAN INDONESIA, KOMANDAN MILITER TERTINGGI INDONESIA DAN GUBERNUR TIMOR LESTE Resolusi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana.

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi adalah... hukum dasar suatu negara. Konstitusi adalah

Lebih terperinci

pembentukan komisi kepresidenan

pembentukan komisi kepresidenan Keluarga korban pelanggaran HAM usul pembentukan komisi kepresidenan Setara dan keluarga korban mengatakan tidak ada rekonsiliasi tanpa pengungkapan kebenaran Published 3:47 PM, March 29, 2016 TUNTUT KEADILAN.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948 telah terjadi perubahan arus global di dunia internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2001/11

REGULASI NO. 2001/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2001/11 13

Lebih terperinci

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan luar negeri (foreign aid) digunakan saat suatu kawasan sedang dilanda bencana alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

Lebih terperinci

DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1. Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum

DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1. Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1 Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum No Nama Kasus Th Jumlah Korban Keterangan 1 Pembantaian massal 1965 1965-1970 1.500.000 Korban sebagian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/14

REGULASI NO. 2000/14 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa- Bangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/14 10

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan Ifdhal Kasim Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) A. Pengantar 1. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc untuk Timor Timur tingkat pertama telah berakhir.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965*

KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* MASALAH IMPUNITAS DAN KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* Oleh MD Kartaprawira Bahwasanya Indonesia adalah Negara Hukum, dengan jelas tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Siapa pun tidak bisa mengingkari.

Lebih terperinci

13. KESIMPULAN. Majelis Hakim Yang Terhormat

13. KESIMPULAN. Majelis Hakim Yang Terhormat 13. KESIMPULAN Majelis Hakim Yang Terhormat Maksud saya menuliskan Pembelaan saya sendiri adalah untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang mudah dipahami, dengan demikian agar tidak ada lagi keraguan

Lebih terperinci

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu Wawancara dengan Soe Tjen: Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu Tak ada yang memberitahu Soe Tjen tentang nasib ayahnya dan genosida anti-komunis. Sampai ia mendengar kisah itu dari ibunya, setelah

Lebih terperinci

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999 KLP: RUU KKR-1999 KOMPAS - Senin, 28 Jun 1999 Halaman: 1 Penulis: FER/AS Ukuran: 5544 RUU HAM dan Komnas HAM: Jangan Hapuskan Pelanggaran HAM Orba Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum 2014 Jakarta, 4 Februari Kepada Yth. 1. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia 2. Amir Syamsudin Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Di Jakarta 1. Pemerintah-dalam hal ini diwakili

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SIDANG KABINET PARIPURNA DI GEDUNG

Lebih terperinci

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Jakarta, 7 November 2009 I. Pendahuluan Menjelang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS Di dunia ini Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan status sosial yang berbeda dalam masyarakat mereka, dan Komisi diharuskan untuk memahami bagaimana hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Patrick Walsh Austral Policy Forum 09-17B 27 Augustus 2009 Ringkasan: Patrick Walsh, Penasehat Senior untuk Sekretariat Teknik Paska-CAVR,

Lebih terperinci

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: Jakarta 14 Mei 2013 Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: a. Pertama, dimensi internal dimana Negara Indonesia didirikan dengan tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae PERSERIKATAN BANGSA-BANGS Administrasi Transisi Perserikatan Bang bangsa di Timor Lorosae UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Natio Unies in au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/3 16 March

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto: Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud

Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud 15 Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Adapun jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat, sebagai berikut: 1. Kejahatan Genosida

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

amnesti internasional

amnesti internasional [Embargo: 11 Maret 2004] Umum amnesti internasional Indonesia Direktur-direktur Amnesti Internasional seluruh Asia Pacific mendesak partai-partai politik untuk menjadikan HAM sebagai prioritas Maret 2004

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH 1 PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * I. PENDAHULUAN Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH Hukum itu akal, tetapi juga pengalaman. Tetapi pengalaman yang diperkembangkan oleh akal, dan akal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/11

REGULASI NO. 2000/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/11 6 Maret

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010. Kesimpulan

Lebih terperinci

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR UNITED NATIONS NATIONS UNIES United Nations Transitional Administration Administration Transitoire des Nations Unies in East Timor au Timor Oriental UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 24 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014

Lebih terperinci

Bagian 2: Mandat Komisi

Bagian 2: Mandat Komisi Bagian 2: Mandat Komisi Bagian 2: Mandat Komisi...1 Bagian 2: Mandat Komisi...2 Pendahuluan...2 Batasan waktu...3 Persoalan-persoalan dengan relevansi khusus...3 Makna berkaitan dengan konflik politik...3

Lebih terperinci

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

perkebunan kelapa sawit di Indonesia Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,

Lebih terperinci

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Sepuluh Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Banyak kesalahpahaman terjadi terhadap Pengadilan Rakyat Internasional. Berikut sepuluh hal yang belum banyak diketahui

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN (MENKOPOLHUKKAM) --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948 telah terjadi perubahan arus global di dunia internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP Oleh : LBH Jakarta 1. PENGANTAR Selama lebih dari tigapuluh tahun, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau KUHAP diundangkan

Lebih terperinci