HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
|
|
- Utami Kurnia
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus Penyemaian dilakukan di kebun IPB Tajur, benih yang berkecambah mengalami etiolasi karena kekurangan cahaya matahari saat disemai beberapa saat sebelum penanaman bibit atau transplanting. Penanaman bibit dilakukan saat bibit berumur 42 hari, seharusnya penanaman bibit dilakukan ketika bibit berumur hari, kondisi ini disebabkan terlambat dalam melakukan pembumbunan. Disamping itu kondisi ruang semai yang kurang pencahayaan serta kelembaban relatif tinggi, beberapa bibit yang telah dibumbun terserang jamur. Penanaman bibit dilakukan pada pagi hari agar tanaman tidak mengalami stres. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Bogor (2008), pada bulan April hingga Agustus, di kebun percobaan IPB Tajur curah hujan rata-rata 188,34 mm/bulan, suhu 25,54 C dan kelembaban 82,1%. Menurut Sutarya et al (1995) waktu tanam tomat yang baik adalah ditanam sebelum musim hujan berakhir yakni bulan April-Mei, sehingga curah hujan tidak menyebabkan kerusakan batang tanaman dan meningkatnya serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Penanaman dilakukan pada bulan April, namun karena perubahan iklim global menyebabkan hingga bulan Juni hujan masih sering turun, hal ini mengakibatkan beberapa tangkai tomat patah dan akibat kondisi lembab disertai suhu yang tinggi beberapa tanaman tomat terserang OPT. Gambar 1. Penampilan tanaman penelitian di Kebun Percobaan IPB Tajur (A) Penampakan tanaman penelitian (B) Batang tanaman yang patah akibat deraan hujan.
2 12 Beberapa hama yang menyerang tomat selama penelitan adalah ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) dan ulat grayak (Spodoptera litura F.). Serangan hama tersebut tidak menurunkan kuantitas hasil panen, namun menurunkan kualitas hasil atau penampilan buah. Gambar 2. Tomat yang terserang hama (A) ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) (B) ulat grayak (Spodoptera litura F.). Penyakit yang menyerang tanaman tomat antara lain: penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kuhn. yang menyerang bibit semai tomat di persemaian, penyakit antraknos (Colletotrichum coccodes) dengan serangan tidak parah, penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) yang menyerang beberapa tanaman contoh, serta penyakit virus kuning dan daun menggulung yang menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Gambar 3. Penampilan tanaman tomat yang terserang penyakit (A) penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) (B) Virus Kuning Daun Menggulung (TYLCV)
3 13 Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan genotipe berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah fruit set, umur berbunga, umur panen, panjang buah, diameter buah, diameter tinggi buah, kekerasan pangkal buah, kekerasan tengah buah, kekerasan ujung buah, PTT, TAT, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot per buah. Perlakuan genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya (Tabel 2). Tabel 2. Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah Peubah KT F hit KK (%) Tinggi Tanaman ** < Jumlah Daun Majemuk ** < Jumlah Fruit Set ** < Umur Berbunga ** < Umur Panen ** Panjang Buah tn Diameter Buah * Diameter Tinggi Buah ** Kekerasan Pangkal Buah * Kekerasan Tengah Buah * Kekerasan Ujung Buah * PTT tn TAT ** Jumlah Buah per Tanaman ** Bobot Buah per Tanaman * Bobot per Buah * Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5% ** berpengaruh nyata pada taraf 1% tn tidak berpengaruh nyata Hasil di atas juga menunjukkan bahwa terdapat berbagai nilai koefisien keragaman (KK) pada sejumlah peubah yang diamati. Nilai KK tertinggi ditunjukkan oleh peubah bobot buah per tanaman sementara nilai KK terendah
4 14 dimiliki oleh peubah umur panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap peubah yang diamati. Nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh suatu percobaan (Gomez dan Gomez, 1995). Peubah Vegetatif Dari ke-9 genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki tipe pertumbuhan determinate (R0, NP dan EF1) dan enam lainnya memiliki tipe pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Peubah yang diamati saat fase vegetatif adalah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk. Tinggi Tanaman Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, sehingga tinggi tanaman setelah fase generatif muncul cenderung stabil (Jaya, 1997), seperti pada genotipe R0, NP dan varietas EF1. Sedangkan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt) memiliki percabangan yang rimbun dan tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda. Kedua tipe pertumbuhan tersebut mempunyai karakter yang menguntungkan dan merugikan. Menurut Harjadi (1989) tanaman tomat dengan tipe indeterminate pematangan buahnya tidak serempak sehingga dapat dipanen berkali-kali. Oleh sebab itu tomat jenis ini sangat cocok untuk tujuan konsumsi segar. Kerugiannya menurut Villareal (1980) tomat jenis ini memerlukan budidaya yang sangat intensif karena memerlukan penopang ajir dan tenaga kerja yang lebih banyak. Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman masih terlihat seragam, belum terlihat perbedaan antara varietas yang bersifat determinate dan indeterminate. Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman pada sembilan genotipe dan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST hingga 5 MST. Tinggi tanaman baru menunjukkan perbedaan pada umur 6 MST.
5 15 Tabel 3 menunjukkan tinggi tanaman genotipe B0, P0, dan P lebih tinggi dibandingkan dengan varietas EF1 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Prmt. Genotipe R0 memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dua varietas pembanding. Sedangkan genotipe M0, SMO64 dan NP tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Tabel 3. Nilai Tengah Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Majemuk 7 Genotipe Genotipe dan 2 Varietas Pembanding. Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Majemuk B a 44.9 M P a 37.3 b SMO R ab 20.8 ab NP ab P a 40.9 EF Prmt Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%. Jumlah Daun Pada tanaman bertipe indeterminate yang memiliki percabangan rimbun, mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding tanaman dengan tipe pertumbuhan determinate. Jumlah daun pada sembilan genotipe dan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari 1 MST hingga 6 MST. Pengamatan menunjukkan (Tabel 3) semua genotipe tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Genotipe P0 memiliki jumlah daun majemuk lebih rendah dibandingkan varietas Prmt. Jumlah daun majemuk genotipe R0 dan NP lebih sedikit dari pada dua varietas EF1 dan Prmt, dikarenakan tanaman mengalami penurunan jumlah daun karena di lapang mengalami serangan OPT.
6 16 Peubah Generatif Penelitan ini mengamati karakter kuantitatif pada fase generatif seperti pengamatan pada umur berbunga, umur panen dan jumlah fruit set tanaman tomat yang diteliti. Pengamatan umur berbunga dan umur panen ditentukan dari jumlah hari setelah transplanting hingga 75% bunga mekar (umur berbunga) atau buah masak (umur panen). Gambar 4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian (A) Genotipe P0 (B) Genotipe M0 (C) Genotipe SMO64. Tabel 4. Nilai Tengah Umur Berbunga, Umur Panen, dan Jumlah Fruit Set 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding. Genotipe Umur Berbunga (hari) Umur Panen (hari) Jumlah Fruit Set B0 23 a a M P0 27 b 77 b 9.8 b SMO64 25 b 77 b 15.7 R0 30 ab 76 b 6.2 ab NP 30 ab 78 ab 6.7 ab P 26 b 78 ab 13.7 b EF Prmt Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
7 17 Berdasarkan Tabel 4, pada peubah umur berbunga, genotipe B0 lebih cepat dibandingkan varietas EF1, namun lebih lambat dibandingkan dengan varietas Prmt. Umur berbunga genotipe P0, SMO64 dan P lebih lama dibandingkan dengan varietas Prmt. Sedangkan umur berbunga genotipe R0 dan NP lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding. Umur panen genotipe B0 dan M0 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, umur panen genotipe SMO64 dan R0 lebih lama dibandingkan varietas Prmt. Umur panen genotipe NP dan P lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding. Pada peubah fruit set, genotipe B0 lebih banyak dibandingkan varietas EF1, fruit set genotipe P0 dan P lebih sedikit dibanding varietas Prmt dan fruit set genotipe R0 dan NP lebih sedikit dibandingkan dua varietas pembanding. Produksi Karakter jumlah buah dihitung setiap panen. Bobot buah per tanaman dijumlahkan dari panen pertama hingga panen ke-5. Tabel 5 menunjukkan bahwa genotipe SMO64, R0 dan NP memiliki jumlah buah pertanaman lebih rendah dibandingkan dua varietas pembanding EF1 dan Prmt. Tabel 5. Nilai Tengah Produksi 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding Genotipe Jumlah Buah per Tanaman Bobot Buah per Tanaman (gr) Bobot per Buah (gr) B M P SMO ab ab R0 9.6 ab ab NP 24.8 ab P a EF Prmt Produktivitas Ton/ha Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding E F1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
8 18 Sedangkan jumlah buah pertanaman genotipe B0, M0, P0, dan P tidak berbeda nyata dibandingkan dengan dua varietas pembanding. Jumlah buah pertanaman genotipe yang diamati berkisar antara buah, sedangkan jumlah buah pada varietas yang menjadi pembanding berkisar buah (Tabel 5). Bobot Buah per Tanaman Bobot buah pertanaman dari suatu genotipe yang diuji berkisar antara gram, untuk varietas pembanding berkisar gram (Tabel 5). Pada data terlihat bahwa genotipe B0, M0, P0, SMO64 dan NP memilki bobot buah pertanaman tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Bobot buah pertanaman genotipe P menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan varietas EF1. Bobot buah pertanaman genotipe R0 lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding. Produktivitas suatu genotipe yang diuji berkisar 12,74-38,01 ton/ha, sedangkan varietas pembanding berkisar 42,58-44,95 ton/ha (Tabel 5). Genotipe B0 memiliki produktivitas paling besar dibandingkan genotipe yang lain berkisar 38,01 ton/ha, menyusul genotipe M0 (34,00 ton/ha) dan SMO64 (32,38 ton/ha). Terendah R0 hanya berkisar 12,74 ton/ha. Bobot Rata-rata Buah Dalam budidaya tomat, perlu mengetahui tujuan pemasarannya. Tomat memiliki ukuran yang beragam, diameter buah juga berkorelasi dengan bobot buah, walaupun tidak ada pengaruh antara bobot buah dengan tipe buah (Jones, 2008). Bobot rata-rata buah merupakan hasil bagi antara bobot buah per tanaman dengan jumlah buah. Pada panen pertama dan kedua genotipe dan varietas pembanding memiliki bobot rata-rata buah lebih tinggi dibanding bobot rata-rata akhir, hal ini disebabkan pada panen akhir terdapat jumlah buah yang banyak namun bobotnya relatif kecil, sehingga mempengaruhi bobot rata-rata buah akhir. Bobot rata-rata buah dari genotipe yang diuji berkisar gr/buah. Sedangkan varietas berkisar gr/buah (Tabel 5). Semua genotipe memiliki nilai yang tidak
9 19 berbeda nyata dengan varietas E F1 dan Prmt, sedangkan bobot perbuah genotipe SMO64 lebih tinggi dibandingkan dua varietas pembanding. Gambar 5. Keragaan Tujuh Genotipe dan Dua Varietas Pembanding Tomat Peubah Kualitatif Pada pengamatan dimensi buah dilakukan tiga pengukuran panjang (lingkar buah), lebar (bentuk ujung buah) dan tinggi buah. Hal ini guna memperoleh gambaran rata-rata bentuk dasar buah tomat, sehingga dapat dikategorikan kedalam buah bulat pipih, bulat, bulat persegi, silinder dan pear (Jaya, 1997). Pada peubah diameter buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, kecuali diameter lebar buah genotipe SMO64 lebih besar dibandingkan varietas EF1 dan Prmt. Pada peubah diameter tinggi buah (DTB), semua genotipe tidak berbeda nyata dengan pembanding, kecuali DTB genotipe R0 lebih kecil dibandingkan varietas EF1. DTB genotipe P0 dan P lebih tinggi dibandingkan varietas Prmt (Tabel 6). Kekerasan Buah Nilai kekerasan buah diukur dengan penetrometer, kekerasan buah makin tinggi bila nilai pada penetrometer makin kecil. Berdasarkan Tabel 5 pada peubah kekerasan pangkal buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, kecuali kekerasan pangkal buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1. Pada peubah kekerasan tengah buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, genotipe R0 lebih tinggi
10 20 dibandingkan dua varietas pembanding yaitu EF1 dan Prmt. Pada peubah kekerasan ujung buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Kekerasan ujung buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1 dan Prmt. Total Asam Tertitrasi Secara umum nilai TAT genotipe dan varietas yang diuji berkisar TAT semua genotipe yang diamati tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding (EF1 dan Prmt), kecuali pada genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1 (Tabel 6). Kandungan total asam tertitrasi dipengaruhi oleh faktor asam-asam organik pada buah. Asam-asam organik ini digunakan sebagai substrat dalam proses reaksi metabolisme sebagai cadangan makanan yang nantinya akan diubah menjadi gula atau direspirasikan (Santoso dan Purwoko, 1995). Tabel 6. Nilai Tengah Dimensi Buah, Kekerasan Buah, dan TAT 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding. Diameter Kekerasan PanjangBuah Genotipe Buah Pangkal (mm) (mm) Buah Kekerasan Kekerasan Tengah Buah Ujung Buah TAT B M P b SMO ab R a a ab ab 0.55 a NP P b EF Prmt Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
11 21 Heritabilitas Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan variabilitas dengan nilai 1 berarti variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah. Heritabilitas dalam arti luas digunakan untuk menduga nilai proporsi pengaruh genetik terhadap penampilan fenotipe. Tabel 7 menunjukkan nilai duga heritabilitas yang diamati dengan kisaran %. Tabel 7. Nilai Duga Heritabilitas dalam Arti Luas No Peubah h² bs (%) 1 Tinggi Tanaman (tinggi) 2 Jumlah Daun Majemuk (tinggi) 3 Jumlah Fruit Set (tinggi) 4 Umur Berbunga (tinggi) 5 Umur Panen (tinggi) 6 Diameter Buah (tinggi) 7 Diameter Tinggi Buah (tinggi) 8 Kekerasan Pangkal Buah (tinggi) 9 Kekerasan Tengah Buah (tinggi) 10 Kekerasan Ujung Buah (tinggi) 11 TAT (tinggi) 12 Jumlah Buah per Tanaman (tinggi) 13 Bobot Buah per Tanaman (tinggi) 14 Bobot per Buah (tinggi) Pendugaan nilai karakter dengan nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan karakter yang muncul terutama lebih banyak dikendalikan oleh faktor genetik dan sedikit dipengaruhi lingkungan. Suatu populasi yang secara genetik berbeda yang hidup pada lingkungan yang sama kemungkinan besar dapat memperlihatkan nilai duga heritabilitas yang berbeda untuk suatu karakter yang sama. Begitu pula sebaliknya. Nilai heritabilitas dipengaruhi oleh antara lain
12 22 faktor karakteristik populasi, sampel genotipe yang dievaluasi serta metode perhitungan (Fehr, 1987). Menurut Syukur et al. (2009) tinggi rendahnya nilai heritabilitas digolongkan berdasarkan tiga kategori : a). Rendah (H 2 bs< 0.2), b). Sedang (0.2 H 2 bs 0.5), c). Tinggi (H 2 bs> 0.5). Karakter 14 peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = %, Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih ditentukan oleh faktor genetik.
UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR) ACHMAD DIMYATI A
i UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR) ACHMAD DIMYATI A24070174 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7
Lebih terperinciLampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F
LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Asal Kebun 1 651.11 651.11 35.39** 0.0003 Ulangan 2 75.11 37.56 2.04 0.1922 Galat I 2 92.82 46.41 2.52 0.1415 Posisi Batang 2 444.79 222.39
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Persentase daya berkecambah menunjukkan hasil yang baik, yaitu berada diatas 80 %. Penyakit yang menyerang bibit di persemaian adalah rebah kecambah (Pythium sp.) dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian
3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
23 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani PT JORO merupakan sebuah perusahaan agribisnis hortikultura yang meliputi budidaya, sarana budidaya, distributor benih, produsen pupuk dan konsultan pertanian..
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data
17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan
Lebih terperincigabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh
81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Tujuan Penelitian.. 4 1.3 Landasan Teori. 5 1.4 Kerangka Pemikiran. 7 1.5 Hipotesis...12 II. TINJAUAN PUSTAKA... 13 2.1
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai
3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT
29 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT dilakukan
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi
BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian secara keseluruhan terbagi dalam tiga percobaan sebagai berikut: 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 2. Studi Keragaan Karakter Agronomis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan
Lebih terperinci4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian
4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca
Lebih terperinciLampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum meliputi muncul daun ke permukaan (emergence),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB yang berada pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut dengan tipe tanah latosol. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciAGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari
Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan hasil analisa varian (ANAVA) 5% tiga jalur menunjukkan bahwa posisi biji pada
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST W0J0 87,90 86,60 86,20 260,70 86,90 W0J1 83,10 82,20 81,00 246,30 82,10 W0J2 81,20 81,50 81,90 244,60 81,53 W1J0 78,20 78,20 78,60 235,00 78,33 W1J1 77,20
Lebih terperinciLampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai
Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan Tabel 2 di bawah parameter tinggi tanaman umumnya perlakuan jarak tanam berbeda nyata pada 2, 4 dan 6 MST.Variasi varietas tanaman jagung berbeda
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT
PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Anonimous, 2009.Pupuk Hantu untuk Pertanian Organik.www.pencerah.com.25 Januari 2010.
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2009.Pupuk Hantu untuk Pertanian Organik.www.pencerah.com.25 Januari 2010. Diyansyah, B., 2013. Ketahanan Lima Varietas Semangka Terhadap Inveksi Virus CMV.Diunduh dari pustakapertanian.staff.ub.ac.id.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
13 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisa sidik ragam untuk parameter tinggi tanaman pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam (MST) yang disajikan pada Lampiran 3a, 3b, 3c dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciPENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN
PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan mulai Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. 3.2 Bahan dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik
Lebih terperinciLampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan
Lebih terperinci