BAB X PENUTUP. ekonomi Indonesia diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. a. Lokasi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode

Transkripsi

1 BAB X PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dimensi spasial pembangunan ekonomi Indonesia diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. a. Lokasi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Tampak bahwa Pulau Sulawesi didominasi oleh provinsi-provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa provinsi-provinsi cenderung mengelompok di daerah Hot-Spot. Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dikelilingi oleh provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi karena provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi provinsi di sekitarnya. b. Lokasi provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi di Indonesia pada periode meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua. Mayoritas provinsi-provinsi di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan merupakan provinsi-provinsi dengan tingkat kemiskinan rendah. Provinsi-provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi hanya Nanggroe 260

2 Aceh Darussalam dan Lampung. Hal ini menunjukkan provinsi-provinsi cenderung mengelompok di daerah Cold-Spot. Provinsi dengan tingkat kemiskinan rendah dikelilingi oleh provinsi dengan tingkat kemiskinan rendah. 2. Hasil analisis ketimpangan antarprovinsi baik dengan menggunakan indeks entropi Theil, indeks Williamson maupun koefisien variasi menunjukkan terjadinya ketimpangan antarprovinsi di Indonesia. Besaran indeks ketimpangan berfluktuasi selama periode Indeks entropi Theil menunjukkan trend ketimpangan yang menurun, sedangkan indeks Williamson dan koefisien variasi menunjukkan trend ketimpangan yang meningkat. Terkait dengan hipotesis Kuznets, hipotesis Kuznets tidak berlaku pada perekonomian Indonesia. Dengan kata lain, tidak terdapat trade-off antara ketimpangan dan PDRB per Kapita pada pembangunan ekonomi Indonesia. 3. Hasil analisis indeks transformasi struktural provinsi-provinsi di Indonesia periode menunjukkan terdapat korelasi negatif antara pertumbuhan ekonomi dan kecepatan transformasi struktural. Masih banyak provinsiprovinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi yang mengandalkan sektor pertanian sebagai kontributor utama dalam perekonomiannya. Rata-rata kontribusi sektor pertanian kelompok provinsi-provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi lebih besar daripada rata-rata kontribusi sektor pertanian kelompok provinsi-provinsi dengan pertumbuhan ekonomi rendah. 261

3 4. Hasil analisis persamaan simultan berulang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan memiliki hubungan yang signifikan dan pengaruh yang negatif terhadap ketimpangan di Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dana bagi hasil, tingkat inflasi, BI rate, pelabuhan dan dummy provinsi. 5. Terkait dengan strategi percepatan pembangunan ekonomi provinsi-provinsi tertinggal di Indonesia, hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa dana bagi hasil merupakan prediktor terbaik untuk membedakan pencapaian pembangunan ekonomi antara kelompok provinsi-provinsi tertinggal dan kelompok provinsi-provinsi tidak tertinggal. Prediktor-prediktor lainnya meliputi dana alokasi, kontribusi sektor pertanian, pelabuhan dan kredit provinsi. Dana alokasi dan kontribusi sektor pertanian memiliki daya prediksi dengan tanda koefisien yang negatif. Tanda koefisien yang negatif menunjukkan bahwa peningkatan proporsi terkait prediktor-prediktor tersebut tidak meningkatkan probabilitas provinsi-provinsi untuk masuk dalam kategori provinsi-provinsi tidak tertinggal SARAN Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan, didapat beberapa saran bagi para perumus strategi terkait dengan dimensi spasial pembangunan ekonomi Indonesia. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. a. Terkait pusat pertumbuhan ekonomi, pemerintah perlu memahami pentingnya konsep teori pusat karena hasil temuan menunjukkan bahwa provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dapat menstimulasi 262

4 pertumbuhan ekonomi provinsi di sekitarnya. Selain itu, juga dilaksanakan strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan pembangunan dan menciptakan iklim investasi yang dapat mendorong dunia usaha untuk melakukan investasi serta mengembangkan usahanya di bidang-bidang yang produktif. b. Terkait permasalahan kemiskinan, perlu adanya koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan desa dalam hal penyediaan infrastruktur produktif di provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi. Penyediaan infrastruktur produktif dapat meningkatkan kegiatan ekonomi produktif. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan strategi big push pada investasi-investasi dasar. Investasi-investasi dasar mencakup investasi pada administrasi publik, sumberdaya manusia dan infrastruktur utama. Penyediaan sarana-sarana pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan di provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi. 2. Pemerintah hendaknya meningkatkan perhatian pada pengembangan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat serta dapat mengejar ketertinggalannya dari wilayah-wilayah maju. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan menguatkan keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh. Dengan kata 263

5 lain, pemerintah perlu memahami pentingnya konsep teori pusat dalam merumuskan strategi. 3. Masih banyaknya provinsi-provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi yang mengandalkan sektor pertanian sebagai kontributor utama dalam perekonomiannya menunjukkan pengelolaan sektor pertanian yang tepat dan efisien dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu memperhatikan program-program intensifikasi dan ekstensifikasi sektor pertanian yang tepat dan efisien untuk menjadikan sektor pertanian sebagai sektor pendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. 4. Terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan, para pembuat kebijakan tidak boleh mengabaikan faktor-faktor daya saing daerah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan di Indonesia. Faktorfaktor daya saing daerah tersebut meliputi dana bagi hasil, tingkat inflasi, BI rate dan pelabuhan. 5. Terkait strategi percepatan pembangunan ekonomi provinsi-provinsi tertinggal di Indonesia, para perumus strategi idealnya menitikberatkan pada pengalokasian dana alokasi dan dana bagi hasil, pengembangan sektor pertanian, pengelolaan ekspor melalui pelabuhan serta aksesibilitas kredit provinsi. Dana bagi hasil, dana alokasi, kontribusi sektor pertanian, pelabuhan dan kredit provinsi merupakan prediktor-prediktor yang membedakan pencapaian pembangunan ekonomi antara kelompok provinsi-provinsi tertinggal dan kelompok provinsi-provinsi tidak tertinggal. 264

6 10.3. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki keterbatasan dan keterbatasan ini bisa menjadi landasan bagi pengembangan penelitian sejenis. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel-variabel yang mewakili faktor daya saing daerah hanya diwakili oleh variabel ekonomi yang meliputi variabel dana alokasi, dana bagi hasil, penanaman modal asing, tingkat inflasi, BI rate, kredit provinsi,dan pelabuhan. Tidak dimasukkannya variabel spasial (factor endowment), variabel ekonomi (comparative advantage), variabel bisnis (entrepreneurship) dan variabel non-ekonomi karena adanya keterbatasan dalam hal ketersediaan data variabel-variabel tersebut. 2. Variabel dana alokasi umum dan dana alokasi khusus disatukan menjadi dana alokasi karena tidak tersedianya rincian data dana alokasi umum dan dana alokasi khusus untuk tahun-tahun sebelum tahun Data sejenis yang tersedia hanya data alokasi tanpa rincian lebih lanjut. 265