KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA. Oleh, Helga Theressia Uspessy

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA. Oleh, Helga Theressia Uspessy"

Transkripsi

1 KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA Oleh, Helga Theressia Uspessy NIM: TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) PROGRAM STUDI TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018 i

2 LEMBAR PENGESAHAN KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA Oleh, HELGA THERESSIA USPESSY TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Disetujui oleh, Pembimbing I Pembimbing II Pdt. Dr. Jacob Daan Engel Pdt. Cindy Quartyamina Koan, MA Diketahui oleh, Kepala Program Studi, Disahkan oleh, Dekan, Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu Dr. David Samiyono Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2018 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 Motto Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu. (-1 Timotius 4:12-) Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value (-Albert Einstein-) Untuk papi dan mami, yang masih tetap disampingku. vi

7 KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih, berkat dan tuntunan-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Sains Teologi (S.si-Teol ) di Fakultas Teologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Selama menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu, khususnya : 1. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku pembimbing I sekaligus dosen Wali Studi selama kurang lebih 2 tahun ini sejak pengalihan Wali Studi. Terimkasih telah meluangkan waktu, tenaga dan kasih sayang untuk membimbing, memberikan semangat dan kritik kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir. 2. Pdt. Cindy Quartyamina Koan, MA, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberi semangat, motivasi, kasih sayang dan masukan sehingga memampukan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan, tetapi juga sebagai ibu yang mampu memberikan nasihat kepada penulis salam menyelesaikan semua proses ini. 3. Pdt. Mariska Lauterboom, MATS, selaku Wali Studi pertama selama kurang lebih 2 tahun diawal perkuliahan yang telah memberikan masukan, kasih sayang dan berbagai pengalaman untuk masa depan penulis. Tuhan Yesus memberkati Kak Ika dalam menyelesaikan Studi S3 yang sementara dijalani. 4. Seluruh dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana yang tidak dapat disebutkan satu demi satu, untuk ilmu pengetahuan dan pengalaman vii

8 hidup yang berharga selama kurang lebih 4 tahun penulis berproses untuk menyelesaikan studi ini. Penulis juga bersyukur karena memiliki kesempatan untuk belajar dan mengenal seluruh dosen Fakultas Teologi UKSW yang nantinya berguna bagi masa depan penulis. Terimakasih juga kepada seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW karena telah membantu melancarkan segala jenis keperluan administrasi yang penulis butuhkan. 5. Untuk kedua orang tua terhebat. Papi Andi Uspessy dan mami Nike Uspessy. Terimaksih kalian berdua masih tetap disamping penulis dan memberikan dorongan baik dari segi Materi, perhatian, kasih sayang, doa dan waktu untuk mendengar keluh kesah hati penulis selama berproses di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Doa penulis, Semoga Tuhan Yesus tetap memberkati kalian berdua. Terimaksih juga kepada adik tersayang Ricksal L Uspessy yang telah melengkapi seluruh usaha dan kerja keras penulis. Doa penulis, semoga engkau tetap tumbuh dalam Kasih Tuhan. 6. Keluarga besar Uspessy-Syatauw untuk setiap dukungan, semangat persaudaraan dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis selama ini. 7. Keluarga besar Fakultas Teologi angkatan 2013 yang telah memberikan inspirasi dan sejuta pengalaman berharga tentang arti sebuah persaudaraan selama kurang lebih 4 tahun kita bersama dan menjalani semua proses di Fakultas ini. Penulis percaya bahwa bukan tanpa alasan Tuhan mempertemukan kita di angkatan Karena kita semua adalah generasi muda bangsa yang selalu membutuhkan. Ingatlah selalu Motto Kita Aku Butuh Kamu, Kamu Butuh Aku. 8. Saudara-saudara terhebat: Ay, Elyn, Tya, Rezy dan semua saudara yang tidak dapat disebutkan satu demi satu yang telah mendoakan, memberi dukungan, menghapus kejenuhan, memberikan inspirasi, meredakan emosi selama masamasa perkuliahan dan proses penyelesaian tugas akhir ini. Termaksih yang sama kepada Sahabat terbaik Erli Njudang yang selalu memberikan bantuan dan perhatian dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis berterimakasih viii

9 untuk persahabatan selama kurang lebih 4 tahun bersama berproses di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. 9. Keluarga besar Jemaat GKJ Sidomukti Salatiga dan Jemaat GPM Sarihalawane Klasis Kairatu Ambon yang telah memberikan kesempatan bagi penulis menyelesaikan seluruh rangkaian Praktek Pendidikan lapangan (PPL) yang dibuat oleh Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. 10. Panti Wredha Salib Putih Salatiga (pengurus panti dan lanjut usia) yang telah bersedia memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini tetapi juga pengalaman hidup yang berharga. 11. Keluarga besar Cemara II no 8: Kak ella, Kak Dyan, Kak Nona, Kak Mici, Novi, Marce dan Mega. Terimakasih karena telah menemani, berbagi keceriaan, dan memberikan motivasi bagi penulis selama belajar dan juga menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih untuk kebersamaannya. akhi Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis sendiri, gereja, Panti Wredha, keluarga, masyarakat dan institusi yang terlibat dalam penulisan Tugas Akhir ini. Salatiga, 19 Januari 2018 Helga Theressia Uspessy ix

10 DAFTAR ISI Judul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan Tidak Plagiat... iii Lembar Pernyataan Persetujuan Akses... iv Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan Akademis... v Motto... vi Kata Pengantar... vii Daftar Isi... x Abstrak... xii 1. Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Penelitian Sistematika Penulisan Hiererki Kebutuhan Abraham Harold Maslow Pendahuluan Biografi Abraham Harold Maslow Kebutuhan manusia berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow Tingkat pertama, Kebutuhan fisik (Physiological Needs) Tingkat kedua, Kebutuhan akan rasa aman (Safety Need Tingkat ketiga, Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The Belongingness Love) Tingkat keempat, Kebutuhan untuk dihargai (The Esteem Needs) x

11 2.3.5 Tingkat kelima, Aktualisasi diri Hasil Penelitian, Pembahasan dan Analisa Gambaran Umum Lokasi Penelitian Deskripsi dan analisis masalah kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih dari teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow Pemenuhan Kebutuhan Fisik Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Pemenuhan Kebutuhan Kepemilikan dan Cinta Pemenuhan Kebutuhan Untuk dihargai Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri Penutup Kesimpulan Saran Rangkuman DAFTAR PUSTAKA xi

12 KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA Abstrak Penelitian dan penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengkaji upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia Kristen di Panti Wredha Salib Putih ditinjau dari teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. Penelitian ini didukung oleh fakta permasalahan yang terjadi di Panti Wredha Salib Putih terkait dengan pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini dimaksudkan mengkaji upaya pelaksanaan pemenuhan kebutuhan terhadap lanjut usia Kristen yang berada di lingkungan Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Hasil dari penelitian ini adalah Panti sebagai sebuah lembaga sosial yang menampung lanjut usia telah melakukan tugas dan tanggungjawabnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan lanjut usia tingkat pertama sampai tingkat kelima menurut teori Abraham Harold Maslow- namun hal ini tidak berjalan dengan maksimal karena berbagai faktor. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu kendala operasional, keterbatasan ekonomi, keterbatasan tenaga, keterbatasan cara pandang pihak pengelola panti. Begitu juga kurang optimalnya partisipasi dari para lansia sendiri dalam upaya pemenuhan kebutuhan keseharian mereka yang beragam. Penelitian ini direkomendasikan kepada pengelola/pengurus Panti Wredha Salib Putih, para lansia dan keluarga bahkan siapa saja untuk semakin memberikan perhatian yang lebih optimal terkait dengan pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Kata Kunci: Pengelola Panti Wredha, upaya pemenuhan kebutuhan lansia lima kategori, dan teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. xii

13 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap manusia sedang dan akan terus mengalami perkembangan. Perkembangan fisik menunjukan suatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke arah yang lebih maju dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia akan terjadi perubahan sedikit demi sedikit yang bersifat tetap. Tahap perkembangan dimulai dari masa kanak-kanak sampai pada masa lanjut usia. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dalam sebuah lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu. 1 Dengan demikian setiap manusia dalam kehidupannya akan secara bertahap menuju pada proses akhir yang dapat kita sebut sebagai lanjut usia (lansia). Manusia, temasuk lanjut usia diharapkan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial dimana ia hidup. Hubungan ini dapat dibangun dengan keluarga, sahabat dan teman kerja. Mengawali pembahasan tentang kehidupan dan kebutuhan lanjut usia, penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia). Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses perkembangan manusia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia dari 60 tahun ke atas. Batasan usia bagi lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) batasan usia itu meliputi usia pertengahan (middle age) yang terdiri dari kelompok usia tahun, lanjut usia (elderly) terdiri dari usia antara tahun, lanjut usia tua (old) terdiri dari usia tahun, dan usia sangat tua (very old) terdiri dari usia di atas 60 tahun. 2 Dengan demikian lanjut usia merupakan sebuah kondisi ketika seseorang seharusnya memperoleh hasil dari apa yang ia kerjakan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan mengalami kemunduran secara perlahan baik fisik, mental, maupun sosial sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Dengan kata lain, lanjut usia adalah proses degenerasi yang 1 IKIP Semarang Press, Psikologi Perkembangan (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP, 1989), Ferry Efendi & Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas (Jakarta: Salemba Medika, 2009),

14 dialami manusia. Lanjut usia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjutan dari proses kehidupan seseorang yang ditandai oleh penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. 3 Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang umumnya dikenal dengan istilah menua. Perubahan tersebut dapat memengaruhi struktur tubuh dari aspek fisik, psikis, dan motorik. 4 Perubahan fisik yang sangat nampak pada lanjut usia ialah kulit menjadi keriput dan kering, rambut beruban dan rontok, penglihatan mulai menjadi kabur, pendengaran mulai tidak jelas, tulang menjadi keropos karena mengalami osteoporosis, gigi hilang dan gusi menyusut, tulang belakang membungkuk, kekuatan dan ketangkasan tubuh melemah, sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga kaum lanjut usia rentan terhadap berbagai penyakit seperti kanker dan radang paru-paru. Perubahan psikis kaum lanjut usia dapat dilihat ketika terjadi perubahan dalam sistem belajar, berpikir, kreatifitas, dan rasa humor. Sedangkan aspek motorik dilihat ketika adanya perubahan terhadap kecepatan, kekuatan, belajar ketrampilan baru dan kekakuan. 5 Dengan demikian Kemunduran dan ketidakberfungsian ketiga aspek ini menjadikan kaum lanjut usia tidak dapat membangun relasi yang baik dengan orang lain sehingga kebutuhan fisik, dan psikis mereka tidak terpenuhi secara baik. Menurut Elizabeth B. Hurlock terdapat dua kenyataan lain yang harus dihadapi oleh kaum lanjut usia yaitu perubahan sosial dan perubahan ekonomi. Perubahan sosial terjadi ketika peran kaum lanjut usia menjadi berkurang dan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Sedangkan perubahan ekonomi terjadi ketika kaum lanjut usia hanya bergantung secara finansial pada uang pensiun atau keluarga. 6 Dengan demikian, perubahan yang dialami oleh kaum lanjut usia dapat menimbulkan perasaan tersisih dan tidak dibutuhkan lagi karena mereka dianggap sebagai mahkluk yang tidak berdaya sehingga mereka membutuhkan kepedulian dari pihak lain. Selain 3 Efendi & Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas.., Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980), Ani Marni & Rudi Yuniawati, Hubungan antara Dukungan Sosial dan Penerimaan Diri pada Lansia di Pati Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan 1 (Juli 2015): Enda Puspita Sari & Sartini Nuryoto, Penerimaan Diri Pada Lanjut Usia Ditinjau dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada 2, (2002): 74. 2

15 itu ketidakikhlasan menerima kenyataan baru, misalnya penyakit yang tidak kunjung sembuh bisa jadi membuat mereka merasa putus asa. Selain itu juga ekonomi, mereka tidak lagi memiliki pengahasilan sendiri untuk membiayai hidup mereka sehingga hanya bergatung pada uang pension. Maslow dalam bukunya menuliskan pengalaman cinta terutama terdiri dari kelemahlembutan dan kasih sayang dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan, kepuasaan, kebanggaan bahkan perasaan yang meluap-luap. Ada kecenderungan untuk berdekatan, mengadakan kontak yang lebih mesra untuk mengelus-elus dan merangkul orang yang dicintai. 7 Dengan demikian setiap manusia tanpa terkecuali harus mampu untuk memenuhi kebutuhan ini. Setiap manusia ditakdirkan untuk mampu membangun relasi, dicintai dan mencintai dengan orang-orang disekelilingnya termasuk lanjut usia namun hal ini tidak dirasakan oleh lanjut Usia yang hidup dalam lembaga-lembaga kesejahteraan sosial seperti Panti Wredha. Mereka ini adalah bentuk ketidakpedulian cinta dari orang-orang yang dicintainya. Secara umum, lanjut usia juga bagian dari masyarakat dan mahkluk sosial yang selalu ingin bertemu, berinteraksi, dan saling membutuhkan terutama dalam keluarga. Namun seiring berjalannya waktu hubungan itu akan berkurang dan menjadi sebuah tantangan baru bagi kaum lanjut usia. 8 Kondisi ini dikarenakan oleh berkurangnya kedekatan bahkan terpisah secara fisik dengan orang-orang yang dicintainya seperti anak-anak ataupun pasangan hidup yang selalu menemani mereka. Sebagai manusia, menjadi tua itu menghadirkan ketakutan dikarenakan dua alasan: pertama, ketakutan menghadapi kesendirian atau kesunyian. Kedua, ketakutan mengahadapi kematian dan atau ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintai. Situasi ini berakibat pada semakin menurunnya kondisi fisik dan psikis para lanjut usia, sehingga mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan atau malah mengalami depresi. 9 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lanjut usia kadang sulit beradaptasi 7 Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hierarki Kebutuhan Manusia, cetakan pertama (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1970), Ratriana Y. E. Kusumiati, Tinggal Sendiri dimasa Lanjut Usia. Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana 1 (Januari 2009): pp Astuti, Vitaria Wahyu. "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Posyandu Sejahtera Gbi Setia Bakti Kediri." Jurnal Penelitian STIKES Kediri 3.2 (2012): pp-85. 3

16 (bukan berarti tidak bisa) dengan lingkungan maupun suasana yang baru di panti yakni kurangnya kepedulian dari orang-orang terdekat, kurang kasih sayang dari keluarga, kekosongan, rasa tidak dibutuhkan lagi dan merasa kesepian. Rasa kesepian dan kehilangan karena keterpisahan dengan anak-anak dan orang-orang yang dicintainya, terlebih lagi ketika keluarga tidak mampu mengurus mereka dapat memungkinkan mereka memilih tempat untuk mengobati rasa kesepian. Intinya, kaum lanjut usia membutuhkan sebuah komunitas yang dapat mendukung keberadaan mereka. Inilah sebabnya beberapa orang dari kaum lanjut usia memilih tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia atau yang sering dikenal sebagai Panti Wredha. Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia merupakan salah satu lembaga yang menangani kehidupan para lanjut usia. Sasaran utama dari lembaga ini ialah lanjut usia. Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ini didirikan dengan tujuan agar kaum lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman, tentram dan sejahtera; terpenuhinya kebutuhan lanjut usia, baik jasmani maupun rohani dan terwujudnya kualitas pelayanan. Ada beberapa Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia di kota Salatiga yang menampung kaum lanjut usia, baik itu yang didirikan sendiri maupun panti sosial yang mendapat dana dari pemerintah. Salah satunya ialah Panti Wredha Salib Putih yang bernaung di bawah Yayasan Sosial Kristen Salib Putih. Panti ini dimiliki oleh Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang bernaung di bawah GKJ (Gereja Kristen Jawa), oleh karena itu pemenuhan kebutuhan akan dapat membantu kehidupan lanjut usia dari sisi rohani dan jasmani karena upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia bertujuan untuk menunjukkan sikap peduli, mengasihi, mencintai dan memperhatikan sesama dalam lingkungan gereja, keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian kepedulian dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan pendampingan dipandang penting sebagai perwujudan dari hakekat keberadaan dan peradaban manusia secara universal atas dasar kerahiman Allah sebagai gambar imago Dei. 10 Ini berarti bahwa Yayasan Sosial Panti Wredha Salib 10 Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral.(Yogyakarta: Diandara Pustaka Indonesia), 37. 4

17 Putih hadir untuk semua orang dalam segala bentuk pelayanan, salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan bagi kaum lanjut usia karena mereka juga adalah gambar dan rupa Allah. Berdasarkan gambaran di atas dapat dikatakan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia yang efektif dan profesional sangatlah dibutuhkan karena ternyata berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung upaya pemenuhan kebutuhan baik dari sisi rohani maupun jasmani tidak berjalan dengan maksimal. Dengan demikian, inilah alasan bagi penulis memilih judul tugas akhir KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA. Dengan judul ini penulis bermaksud melakukan kajian atas kebutuhan kaum lanjut usia berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow serta bagaimana gereja dan teologi memberi tanggapan terhadap dinamika kebutuhan kaum lanjut usia. Penulis berkepentingan untuk mengambil judul ini karena tiga alasan yaitu pertama, kajian atas kebutuhan lanjut usia masih sangat jarang ditemui. Kedua, kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga adalah kelompok yang memiliki kompleksitas kebutuhan oleh karenanya membutuhkan kepedulian dari pihak lain. Ketiga, gereja hadir ditengah-tengah dunia untuk melayani semua orang tak terkecuali kaum lanjut usia. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga terpenuhi, dikaji dari teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga darian teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. 5

18 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi para pembaca baik secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperkaya dan memperlengkapi kajian ilmiah terhadap upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia Kristen di Panti Wredha Salib Putih. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Pengembangan pelayanan Gereja dan Yayasan Sosial Salib Putih yang aplikatif dan relevan bagi kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih. 1.5 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode desktiptif dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 11 Metode kualitatif yang didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail, maka penyajian atas temuan akan sangat kompleks, rinci dan komprehensif sesuai dengan fenomena yang terjadi. 12 Penelitian kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial dan perasaan orang lain yang paling utama ialah untuk memastikan suatu kebenaran data sosial. 13 Dengan demikian dalam proses pengambilan data, teknik yang digunakan berupa observasi dan wawancara yang mendalam. Subjek penelitian yang akan diwawancarai ialah para lansia di panti Wredha Salib Putih Salatiga yang memiliki kriteria sebagai berikut: Pertama, lanjut usia yang memiliki umur sekitar Tahun. Kedua, kaum lanjut usia yang telah menetap di Panti Wredha Salib Putih ± dua tahun ke atas. Ketiga, kaum lanjut usia yang masih mampu untuk berkomunikasi dalam hal ini 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rem7u6yaja Rosdakaria, 1998), Noman K. Denzin dan Yyonna S. Lincoln, The Sage Handbook of Qualitative Research I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), xviii. 13 Eko Sugiato, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis (Yogyakarta: Suaka Medika, 2015),

19 berbicara dan mendengar dengan baik. Keempat, Pengurus Panti yang menjabat sebagai pempinan panti sebagai partisipan tambahan. 1.6 Sistematika Penulisan Penulis membagi tulisan ini kedalam lima bagian. Bagian pertama, tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, tentang teori Abraham Maslow yang meliputi lima kebutuhan manusia. Bagian ketiga, tentang temuan hasil penelitian yang meliputi deskripsi masalah kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga dan analisa tentang upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. Bagian keempat, tentang penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan, saran, kontribusi, dan rekomendasi untuk penelitian yang mendatang. 2. Hierarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow 2.1 Pendahuluan Pada umumnya untuk dapat mempertahankan hidup, manusia harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi semua aspek kebutuhan mereka dimulai dari bayi sampai pada masa lanjut usia (lansia). Bagi beberapa orang kehadiran lanjut usia dalam masyarakat, jemaat dan keluarga seringkali menjadi masalah dan tantangan, sehingga lanjut usia terkadang dipandang rendah dan dikucilkan karena tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari atau bahkan susah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri. Lanjut usia merupakan priode penutup dalam rentang hidup seseorang, artinya bahwa seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. 14 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada masa ini seseorang sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri baik dari segi fisik (makan, dan minum), kebutuhan akan rasa aman (bebas dari rasa takut dan bahaya), kebutuhan pemilikan dan cinta, 14 Yudrik Jahya, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011),

20 kebutuhan untuk dihargai, dan yang terakhir aktualisasi diri yang baik. Perlu disadari bahwa meskipun ini merupakan masa terakhir dari seluruh kehidupan manusia, lanjut usia juga harus memenuhi kebutuhannya untuk tetap mempertahankan hidupnya sehingga mereka membutuhkan orang lain (keluarga/orang-orang disekeliling) untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka mulai dari tingkat dasar sampai pada kebutuhan yang tertinggi. 2.2 Biografi Abraham Harold Maslow Sebelum melihat teori hierarki kebutuhan yang digagas oleh Abraham Maslow terlebih dahulu penulis akan memaparkan secara singkat biografi dari Abraham Harold Maslow. Abraham Harold Maslow lahir pada tanggal 1 April 1908 di Broklyn, New York. Ia adalah anak tertua dari tujuh anak seorang imigran Yahudi dan Rusia yang miskin dan tak terdidik. Berhubung Maslow adalah satu-satunya anak Yahudi dilingkungan tetangganya, Maslow merasa kesepian dan tidak bahagia. Masa kecilnya ia habiskan bersama buku-buku. Maslow merasa bahwa ia terisolasi dan tidak bahagia sehingga ia tumbuh di dalam perpustakaan tanpa teman sebaya selain kata dan kalimat. 15 Namun rupanya tidak seluruh tahun-tahun pertama kehidupannya dihabiskan untuk menyendiri dan belajar karena Maslow juga memiliki pengalaman di dunia praktis yaitu ia mulai bekerja sebagai pengantar korban. Selain itu juga hampir seluruh liburan musim panas ia habiskan untuk bekerja pada perusahan milik keluarga yang masih dikelola oleh saudara-saudaranya. Usaha itu kini berupa perusahaan pembuat drum yang besar dan sukses yang dikenal dengan nama Universal Containers, Inc. 16 Masalah hidup yang dialami oleh Maslow tidak semuanya berasal dari luar rumah karena pada saat itu ia diperhadapkan dengan sang ayah yang suka mabukmabukan, pencinta wanita dan perkelahian. Maslow sendiri dianggap sebagai anak 15 Matthew H. Olson dan B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 29. 8

21 bungsu yang jelek oleh ayahnya sendiri. Selain itu yang menjadi alasan bagi kepahitan Maslow yaitu ibunya yang amburadul dalam mengurus rumah tangga. Maslow sendiri menggambarkan ibunya sebagai sosok wanita yang kejam, tidak peduli dan tidak memiliki kasih sayang terhadap keluarga. 17 Setelah melihat kisah Abraham Harold Maslow, maka dapat dikatakan bahwa masa kanak-kanannya sangat tidak bahagia. Melewati masa kanak-kanak yang menyedihkan tidak membuat prestasi sekolahnya menurun. Maslow menjadi salah seorang sisiwa yang memiliki prestasi mengagumkan disekolahnya sewaktu ia bersekolah di Broklyn. Pilihannya didasarkan pada dua hal yaitu masalah kemanusiaan dan ketidaksabarannya mewujudkan sesuatu yang nyata. Maslow selalu menjadi mahasiswa yang berhasil selama ia berkuliah. 18 Masalah yang dialami oleh Maslow baik dari dalam maupun luar keluarganya membentuk sikap dan tindakan Maslow, paling khusus berpengaruh pada pemikirannya sendiri. Setelah menikah kehidupannya berubah menjadi bahagia sampai kematiannya. Dalam kehidupannya Maslow tetarik dengan psikologi behaviorisme yang dikemukakan oleh J. B Waston. 19 Banyak hal yang mempengaruhi pemikiran Maslow termasuk juga pengalamannya dengan suku Indian Northern Blackfoot di Alberta Canada. Di sana terjadi permusuhan dan perkelahian antar warga suku. Selain itu juga ia mengamati bahwa anak-anak jarang dihukum secara fisik. Orang-orang Indian sangat memandang rendah orang-orang kulit putih karena mereka sering bertindak kasar (kejam) terhadap anak mereka sendiri. 20 Biografi di atas sangat berpengaruh terhadap teori-teori yang dikemukakan oleh Maslow salah satunya ialah teori hierarki kebutuhan yang sampai saat ini masih digunakan untuk menganalisa setiap kebutuhan manusia. Jadi jelas bahwa hierarki kebutuhan tidak selamanya bergantung pada pemenuhan kebutuhan dasar bahwa jika 17 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow (Yogyakarta: Kanisus, 2014), Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow),

22 kebutuhan ditingkat terendah sudah terpenuhi maka seseorang mampu mencapai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dengan kata lain hierarki yang dimaskud Maslow menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan tergantung dari seberapa besar potensi dan motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut bukan bergantung pada tahapan-tahapan kebutuhan. Hal ini dibuktikan oleh Maslow melalui biografi diatas. 2.3 Kebutuhan Manusia berdasarkan Hierarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow Bagi Abraham Maslow manusia adalah suatu keutuhan yang menyeluruh dan mempunyai kebutuhan berjenjang lima, mulai dari kebutuhan fisiologis tubuh, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan akan penghargaan dan yang terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. 21 Kebutuhan-kebutuhan di atas merupakan inti dari kodrat manusia, hanya saja mereka lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, atau tradisi yang keliru. 22 Dengan demikian, Hal ini juga yang dialami oleh kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih. Lanjut usia sangat sulit untuk memenuhi kebutuhankebutuhan mereka karena mereka sendiripun adalah orang-orang yang lemah dan mudah diselewengkan. Selain itu juga tradisi dari pemikiran manusia yang keliru menganggap lanjut usia adalah masalah dan tantangan sehingga dapat kita temui dalam lembaga sosial kesejahteraan lanjut usia orang-orang tua yang dengan sengaja dititipkan atau diserahkan. Teori ini dapat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan pribadi manusia serta kehidupan sosial. Pada dasarnya suatu tindakan atau suatu keinginan yang sadar memiliki berbagai motivasi, artinya bahwa seluruh pribadi yang digerakan oleh motivasi untuk mencapai keinginan bukan hanya sebagian dari orangnya namun seluruh dari orang itu sendiri. Untuk itulah diperlukan pemenuhan kebutuhan yang baik bagi setiap manusia termasuk juga lanjut usia. Tidak dapat dipungkiri bahwa 21 Abraham Maslow, Psikologi Sains: Tinjauan Kritis Terhadap Psikologi Ilmuan dan Ilmu pengetahuan Modern (Jakarta Selatan: Teraju, 2004), vii. 22 Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow

23 dalam pemenuhan kebutuhan itu manusia memiliki cara-cara tersendiri untuk mencapai tujuan hidupnya termasuk juga lanjut usia. Menurut Maslow, manusia memiliki sejumlah kebutuhan yang sifatnya instingtoid, atinya bawaan sejak lahir. Maslow mengasumsikan bahwa kebutuhan kita tersusun dalam sebuah hierarki berdasarkan potensi pemenuhannya. Kebutuhan di hierarki lebih rendah lebih kuat dari pada yang di atasnya dan sebaliknya kebutuhan di hierarki lebih tinggi lebih lemah. 23 Dengan demikian dapat dikatakan sebagai mahkluk berkebutuhan manusia sudah seharusnya berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu usaha dari dalam diri bahkan juga dorongan dari orang lain. Secara umum Maslow menguraikan kelima tingkatan kebutuhan ini sebagai berikut: Tingkat pertama, Kebutuhan fisik (Physiological Needs). Maslow dalam bukunya menuliskan bahwa kebutuhan pada tingkat pertama ini merupakan titik tolak teori motivasi karena berhubungan dengan dorongan fisiologis. 24 Artinya bahwa Kebutuhan ini adalah kebutuhan pokok setiap individu, yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Bagian pertama ini berbicara tentang kebutuhan mendasar dalam seluruh kehidupan manusia yang berhubungan dengan aspek biologis seperti kebutuhan akan oksigen, makanan dan air. Penelitian terakhir menunjukan ada dua faktor yang mempengaruhi kebutuhan tingkat pertama ini yaitu pertama, perkembangan Homesitas yang menunjuk pada usaha otomatis dalam tubuh untuk mempertahankan aliran darah yang konstan dan normal. Kedua adalah selera yang merupakan pilihan makanan yang disukai. Apabila seorang kekurangan zat kimia maka ia akan mengembangkan suatu selera khusus bagi kebutuhan yang kurang itu. 25 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki dua faktor yang mampu mendorongnya untuk memenuhi 23 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo, 1993), Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat.,

24 kebutuhan pada tingkat pertama ini terkhususnya kebutuhan akan makanan dan minuman. Wirakusuma dalam bukunya menuliskan salah satu fenomena yang lazim dikeluhkan oleh lanjut usia berkaitan dengan proses penuaan yaitu hilangnya selera makan atau menyukai makanan yang rasanya tajam, hal disebabkan oleh terjadinya penurunan sensitivitas indera perasa atau pembau. 26 Dengan kata lain, kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan sehingga lansia membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisiknya ini. Adapun asupan gizi yang harus dipenuhi lansia dalam kehidupannya antara lain: Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin B1 (Thianim), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niasin), Vitamin B12, Asam folat, Vitamin, Kalsium, Fosfor, Besi, Seng dan Lodium Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi gizi kebutuhan lanjut usia yaitu pertama, Asupan gizi disesuaikan dengan tingkat aktivitas dan kondisi kesehatan. Kedua, tekstur makanan disesuaikan dengan kemampuan pencernaan lansia. Ketiga, penyajian makanan (cara, waktu dan jenis) disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikologi lansia. 27 Dengan demikian untuk menciptakan kesehatan lansia secara optimal dan pemuasan kebutuhan pada tingkat pertama ini para lansia dan para perencana harus mengatur pola hidup sehat melalui asupan gizi yang teratur untuk lansia. Dari teori gizi diatas sudah selayaknya setiap manusia termasuk lansia harus memperhatikan kesehatan tubuh mereka melalui kebutuhan tingkat pertama ini. Beberapa hal ini kalau tidak dipenuhi dengan baik maka manusia tidak dapat hidup. 28 Menurut Maslow jika kebutuhan-kebutuhan pada tingkat pertama ini telah dipuaskan maka akan muncul kebutuhan yang baru lagi. Inilah yang disebut dengan kebutuhan dasar manusia yang diatur dengan hierarki kekuatan yang bersifat relatif. 29 Dengan 26 Ema S Wirakusumah, Menu Sehat Untuk Lanjut Usia, (Jakarta: Puspa Swara Anggota IKAPI, 2001), Wirakusumah, Menu Sehat Untuk Lanjut Usia.., Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow (Yogyakarta: Kanisus, 2014), Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow..,72. 12

25 demikian, kedua faktor diatas harus dipenuhi untuk kebutuhan pada jenjang pertama ini sehingga manusia mampu mempertahankan hidupnya Tingkat kedua, Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs). Kebutuhan yang dapat dikategorikan sebagai kebutuhan akan rasa aman yaitu keamanan, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, dan kekacauan, kebutuhan akan struktur, keteraturan, hukum, batasan, kuat dalam perlindungan dan sebagainya. Menurut Maslow manusia sangat membutuhkan rasa aman dalam hidupnya terkhususnya rasa aman dari bahaya dan ancaman. Ketika seseorang berada dalam zona yang tidak aman maka ia mencari pelindung yang dianggap dapat memberikan rasa aman. Biasanya hal ini dijumpai dikalangan anakanak. 30 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat kedua ini merupakan hak manusia untuk terhindar dari bahaya dan ancaman dalam kehidupannya. Selain itu juga kebutuhan ini ialah keinginan akan rutinitas dan aktivitas yang tidak terganggu. Kebutuhan pada tingkat kedua ini dapat kita lihat pada orang-orang neurotis, orang-orang yang secara ekonomis dan sosiologis merasa tertekan, menghadapi keadaan sosial yang kacau, revolusi dan kehancuran wewenang. 31 Dengan demikian, orang-orang yang mengalami masalah seperti pada contoh diatas membuktikan bahwa tidak semua orang beruntung memiliki rasa aman dalam kehidupannya sehingga banyak juga yang mengalami masalah pada tingkat kedua ini. Kebutuhan akan rasa aman juga sangat dibutuhkan oleh kaum lanjut usia karena mereka adalah orang-orang yang perlu untuk dilindungi apalagi ketika mereka telah hidup terpisah dari kehidupan keluarganya dan memilih untuk melanjutkan hidup mereka di lembaga-lembaga sosial lanjut usia. Lanjut usia yang tinggal pada lembaga-lembaga sosial adalah mereka yang secara ekonomis dan sosiologis merasa tertekan, menghadapi keadaan sosial yang kacau. Keadaan sosial yang kacau dalam 30 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat..,51. 13

26 pengertian kebutuhan lanjut usia berarti hubungan antar keluarga yang tidak harmonis. Melihat seluruh keberadaan lanjut usia maka sudah selayaknya mereka mencari pelindung terdekat mereka yang dianggap kuat untuk mengatasi rasa ketakutan dan kegelisahan mereka. Pemenuhan kebutuhan rasa aman memastikan individu bahwa mereka tinggal dilingkungan yang bebas dari bahaya, rasa takut dan kekacauan. 32 Dengan demikian, dalam situasi seperti ini maka, sudah selayaknya lanjut usia mencari pelindung terdekat mereka yang dianggap kuat untuk mengatasi rasa ketakutan dan kegelisahan mereka di Panti Wredha yang merupakan tempat baru bagi mereka Tingkat ketiga, Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The Belongingness Love). Jika kedua tingkatan di atas telah terpenuhi maka kebutuhan akan kepemilikan dan cinta juga harus dimiliki oleh setiap manusia. Cinta yang dimaksudkan bukan semata-mata hubungan seks karena seks dianggap sebagai kebutuhan fisik namun cinta yang dimaksukan lebih dari pada itu. 33 Kebutuhan akan cinta meliputi kehidupan yang saling memberi dan menerima perhatian orang lain. Menurut Maslow manusia adalah mahkluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan ketiga ini dapat ditemukan pada orang-orang yang haus akan hubungan yang penuh kasih dengan teman, kekasih, suami/istri dan anaknya. Masalah-masalah yang sering ditemui dalam kebutuhan ini adalah anak yang terlalu sering berpindah tempat karena mobilitas dan industrialisasi, keadaan yang tidak menentu, adanya rasa benci terhadap seseorang. 34 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat ketiga ini ada masalah hubungan dan relasi dengan orang lain. Salah seorang guru kepemimpinan dunia John Maxwel menekankan bahwa relasi yang baik merupakan fondasi dari semua pencapaian hidup. 35 Relasi AKU- 32 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat.., Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow..,

27 ENGKAU ( I-Thou ) menurut Bubber dalam bukunya I And Thou merupakan relasi antara persona (manusia sebagai mahkluk yang bermartabat). Relasi dimana AKU menyapa ENGKAU sebagai pribadi dan ENGKAU menyapa AKU sebagai pribadi juga. AKU tidak memperalat ENGKAU tapi AKU menjumpai ENGKAU apa adanya. 36 Oleh karena itu kebutuhan itu mengharuskan setiap manusia agar dapat bersosialisasi dengan orang lain. Aspek dalam kebutuhan ini adalah pertemanan, persahabatan, dukungan keluarga, pengidentifikasian diri dengan kelompok dan hubungan intim. 37 Dengan demikian, ini merupakan sebuah relasi atau hubungan yang tepat untuk mempererat persahabatan dan kekeluargaan. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka individu akan merasa kesepian dan hampa. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara kedua orang, termasuk sikap saling percaya. Satu hal yang ditekankan oleh Maslow dalam bukunya ialah cinta bukan sinonim dari seks. 38 Seingkali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahannya terungkap. Karl Menninger menjelaskan bahwa cinta menjadi rusak bukan saja dari perasaan yang tidak dihargai tetapi juga oleh rasa takut. 39 Lanjut usia sangat membutuhkan orang lain untuk mampu mewujudkan kebutuhan yang satu ini. Namun seringkali apa yang dialami oleh mereka tidak semuanya sama. Mereka merasa sendiri tidak ada orang yang mencintai mereka sehingga mereka terpaksa diungsikan ke lembaga sosial. Pemenuhan kebutuhan cinta sampai saat ini merupakan sesuatu yang sulit untuk dicapai terutama bagi lanjut usia Tingkat keempat, Kebutuhan untuk dihargai (The Esteerm Needs). Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan penghargaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, 36 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat.., Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow..,

28 ketidaktergantungan dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. 40 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat keempat ini berhubungan dengan dua hal yaitu diri sendiri dan orang lain untuk dapat mencapai tujuan akan penghargaan diri. Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, nilai, kekuatan, kapabilitas dan perasaan dibutuhkan serta bermanfaat bagi dunia namun sekaligus menimbulkan perasaan lemah dan tidak berdaya ketika seseorang tidak mendapat respon dan motivasi yang diharapkan dari orang lain. Harga diri yang paling baik dilandaskan pada penghargaan yang dari orang lain dan bukan dari ketenaran atau kemasyuran. 41 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa meskipun harga diri dapat diperoleh dari dua kemungkinan namun yang baik adalah dieroleh dari pengakuan orang lain. Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut bahwa pemenuhan kebutuhan akan penghargaan diri manghasilkan dampak psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai kuat, mampu memadai. Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak tercapai maka akan menghasilkan perasaan minder, lemah, putus asa, atau bahkan rasa takut. 42 Oleh karena itu meskipun lanjut usia adalah masa akhir dari hidup manusia namun mereka juga membutuhkan sebuah pengakuan dan penghargaan oleh orang-orang disekeliling terutama keluarga Tingkat kelima, Aktualisasi diri (Self Actualization). Meskipun semua kebutuhan telah terpenuhi namun masih saja ada perasaan ketidakpuasaan dan kegelisahan yang akan berkembang. Dalam kebutuhan ini dijelaskan bahwa setiap orang harus dapat mengaktualisasikan dirinya berupa karyakarya yang dibuatnya. Aktivitas ini yang nantinya akan membuat seseorang menjadi 40 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat..,56 42 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow

29 tentram. Kebutuhan ini dapat disebut sebagai perwujudan diri. 43 Dengan demikian setiap orang harus memiki aktivitas pribadi untuk dapat menemukan perwujudan dirinya. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan seseorang untuk melakukan apa yang menjadi tujuan kelahiran atau penciptaannya. Pencapaian aktualisasi diri mampu membawa manusia sampai pada sifat tertingginya. 44 Lanjut usia membutuhkan akan aktualisasi diri yang baik. Dengan demikian muncullah kebutuhan terakhir ini berdasarkan suatu pemenuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan harga diri yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian inilah teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang penulis gunakan untuk melihat permasalahan yang dialami oleh kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Dari kelima tahapan ini penulis akan mencari tahu seberapa besar ragam kebutuhan lanjut usia yang telah terpenuhi. Kemudian apa saja tantangan yang dialami oleh kaum lanjut usia dalam rangka memenuhi ragam kebutuhan hidup mereka. 3. Hasil Penelitian, Pembahasan Dan Analisa 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ialah Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bertempat di Lembaga Kesejahteraan Sosial lanjut Usia atau yang biasa disebut Panti Wredha Salib Putih yang berlokasi di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah (Jl. Salatiga Kopeng Km 4). Yayasan Sosial Kristen Salib Putih merupakan sebuah lembaga sosial kemasyarakatan yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk menolong dan memberdayakan orang-orang yang membutuhkan topangan sehingga dapat kembali mengangkat martabatnya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang berdiri dibawah naungan sinode GKJ memiliki empat bentuk pelayanan yang terdiri dari: Panti Asuhan Salib Putih, Panti Karya Salib Putih, Balai Pengobatan Salib Putih dan Panti Wredha Salib Putih. Panti 43 Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat.., Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow..,

30 Wredha Salib Putih memiliki dua macam pelayanan yaitu PW sosial, berlokasi di Salib Putih yang diperuntukan bagi lanjut usia terlantar baik secara fisik, rohani, psikologi, dan sosial titipan keluarga tidak mampu, pamong RT/RW, gereja, dinas sosial, kepolisian. PW mandiri berlokasi dijalan Merbabu Salatiga untuk usia lanjut titipan keluarga mampu dengan memberikan kontribusi tiap bulannya. 45 Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang merupakan lembaga kemasyarakatan memiliki Visi dan Misi. Adapun Visi dan Misi dari Yayasan ini adalah VISI: Mewujudkan kasih Allah kepada manusia demi keselamatan manusia secarah utuh dan MISI: Memberikan pelayanan kepada orang-orang terlantar dengan cara memberikan perawatan, pendidikan, pendampingan agar menjadi manusia bermartabat yang hidup secara utuh, layak dan penuh pengharapan. 46 Perlu juga kita ketahui tentang filosofi Salib Putih yang merupakan dasar dan latar belakang dari pelayanan Yayasan ini. Adapun Filosofi Salib Putih antara lain: Salib merupakan lambang penderitaan, keselamatan, dan kasih yang diwujudkan dalam pengorbanan, Salib merupakan tanda hubungan dan tanggungjawab kita kepada sesame (garis horizontal) dan kepada Tuhan (garis vertikal) dan Putih merupakan lambang kesucian dan ketulusan. Dengan demikian Salib Putih adalah wujud nyata tanggungjawab kasih, pelayanan dan pengorbanan kita kepada Tuhan dan sesama dengan memberikan pertolongan kepada sesama yang menderita agar mendapatkan keselamatan secara utuh dan mendasarinya dengan kesucian serta ketulusan hati. 45 Brosur Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Jl. Hasanudin Km 4 Salib Putih Salatiga PO.Box 135 Telp Fax Yayasan.salibputih@gmail.com Katemenan Iku Ajine Ngungkuli Kapinteran. 46 Buku Sejarah Salib Putih:14 Mei Mei

31 3.2 Deskripsi dan Analisis Masalah Kebutuhan Lanjut Usia Di Panti Wredha Salib Putih Dari Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow Pemenuhan Kebutuhan Fisik Berdasarkan obeservasi dengan 10 orang responden yang merupakan lansia di Panti Wredha salib putih. Penulis menemukan hasil penelitian bahwa biasanya pemenuhan kebutuhan fisik lansia di panti ini berupa makan dan minum. Dari segi waktu, 10 responden menjawab bahwa waktu pemenuhan kebutuhan fisik berupa makan dan minum lansia di panti Wredha Salib Putih sudah terpenuhi dengan baik yaitu pagi, siang dan sore (tiga kali sehari). Dari segi pemenuhan kebutuhan berdasarkan selera, 1 orang responden sebut saja Opa SU menjawab bahwa meskipun waktu makan telah diperhatikan dengan baik namun terkadang tidak memperhatikan seleranya. 47 Dari segi pemenuhan kebutuhan berdasarkan gizi dan kesehatan 2 orang responden sebut saya Opa SU dan oma S. 48 menjawab bahwa sejauh ini makanan yang disajikan belum menjawab kebutuhannya karena tidak sesuai dengan kondisi dan kesehatannya dan selain itu makanan yang disajikan tidak bergizi. Hasil wawancara dengan pengurus panti yaitu ibu SSM. 49 Beliau mengatakan bahwa tidak ada pertimbangan gizi khusus dan konsultasi ke dokter tentang makanan dan minuman yang seharusnya di konsumsi lansia karena faktor ekonomi yang kurang memadai. Dalam kenyataannya untuk makan sehari-hari, biaya lauk setiap lansia sebesar Rp 1.000,00/sekali makan. Jadwal makan lansia telah diatur dengan baik sehingga dalam satu hari waktu makan lansia adalah 3x. Selain itu per harinya Panti Wredha salib Putih mengeluarkan 3 ons beras untuk jatah makan setiap lansia selama satu hari penuh. Hal ini tidak sejalan dengan pemikiran Wirakusuma yang menyatakan bahwa usia lanjut membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisiknya. Adapun asupan gizi yang harus dipenuhi lansia berupa energi, protein Vit.A, Vit. B1, B2, B3 dan sebagainya. Menurut analisa penulis kebutuhan asupan gizi 47 Wawancara dengan Opa SU, 14 Juli 2017, pukul WIB. 48 Wawancara dengan Oma S, 01 Juli 2017, pukul WIB. 49 Wawancara dengan Ibu SSM, 08 juli 2017, pukul WIB 19

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) Oleh David Sarman H Pardede Nim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

POLA ASUH IBU TUNGGAL GEREJA KRISTEN JAWA KARTASURA

POLA ASUH IBU TUNGGAL GEREJA KRISTEN JAWA KARTASURA POLA ASUH IBU TUNGGAL Di GEREJA KRISTEN JAWA KARTASURA Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama untuk memperoleh Gelar Magister Sains Oleh Yoan Fanny Pattinama NIM : 752008015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat FAKULTAS TEOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat TESIS: Diajukan kepada: Program

Lebih terperinci

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016 PENGANTAR SEKITAR TAHUN 1950, ABRAHAM MASLOW (PSIKOLOG DARI AMERIKA) MENGEMBANGKAN TEORI TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG DIKENAL DENGAN ISTILAH HIERARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 1 HIERARKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh semua manusia. Usia lanjut membuat para lansia sangat rentan dengan berbagai penyakit, bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap akhir manusia mengalami penurunan fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang menurun. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab BAE~ I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakaog Masalah Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan manusia tidak pernah statis, ia senantiasa berada dalam sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Dari pembuahan hingga berakhir dengan kematian,

Lebih terperinci

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MAKALAH TERAPAN Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah teori Belajar dan Pembelajaran Dosen Pengampu: Imron

Lebih terperinci

Renungan Harian Kampus

Renungan Harian Kampus Renungan Harian Kampus (Pandangan Mahasiswa Fakultas Teologi UKSW tentang Renungan Harian Kampus Tahun 2012 sebagai Sarana Pengembangan Spiritualitas) Oleh, IZAAC ALFONS 712009024 TUGAS AKHIR Dilanjutkan

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dasarnya dialami oleh semua makhluk hidup. Tahapan perkembangan pada manusia dimulai pada saat manusia berada di dalam kandungan (prenatal) hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya kepuasan hidup, tingginya afek positif seperti senang, puas, dan bangga, serta rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam hati kecilnya pasti berharap dapat berkembang sebagai pribadi yang matang, mengembangkan potensi-potensi dirinya, dan menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

KATEKISASI PRANIKAH (Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Keluarga Kristen di Jemaat GMIT Kota Kupang) Oleh,

KATEKISASI PRANIKAH (Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Keluarga Kristen di Jemaat GMIT Kota Kupang) Oleh, KATEKISASI PRANIKAH (Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Keluarga Kristen di Jemaat GMIT Kota Kupang) Oleh, Cherly Samosir NIM: 712009028 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa lansia merupakan periode perkembangan terakhir hidup manusia. Masa lansia merupakan tahap terakhir dalam rentang kehidupan yang berkisar antara usia enam puluh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI GKJW SE-KABUPATEN JEMBER (Suatu Analisa dengan Menggunakan Teori Pertukaran Sosial) Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL

PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Alat Musik Dalam Adat dan Gereja. (Studi Terhadap Penggunaan Alat Musik di Jemaat GPM Soya Klasis Pulau Ambon) T E S I S

Alat Musik Dalam Adat dan Gereja. (Studi Terhadap Penggunaan Alat Musik di Jemaat GPM Soya Klasis Pulau Ambon) T E S I S Alat Musik Dalam Adat dan Gereja (Studi Terhadap Penggunaan Alat Musik di Jemaat GPM Soya Klasis Pulau Ambon) T E S I S Diajukan Kepada Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan istilah zoon politicon. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya mengandalkan

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teologi. Untuk Memenuhi Persyaratan

STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teologi. Untuk Memenuhi Persyaratan STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teologi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SARJANA SAINS TEOLOGI (S. Si. Teol) Oleh: Telma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan bagi anak yang memiliki kegiatan yang padat atau bekerja dalam waktu yang lama. Di

Lebih terperinci

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP YBPK 4, Surabaya dari Perspektif Character. Education Partnership. Oleh, TIRSA BUDIARTI TESIS.

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP YBPK 4, Surabaya dari Perspektif Character. Education Partnership. Oleh, TIRSA BUDIARTI TESIS. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP YBPK 4, Surabaya dari Perspektif Character Education Partnership Oleh, TIRSA BUDIARTI 752014030 TESIS Diajukan kepada Program Studi: Magister Sosiologi Agama, Fakultas:

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi bagi perkembangan manusia. Pendidikan yang baik dan berkualitas dari sejak dini akan menjadi cikal bakal tumbuhnya Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA _ Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) Oleh : Ruth Dwi Rimina br Ginting 712007058

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Pastor Lonelinus sejak temannya meninggal menjadi sangat kesepian. Di rumah orang tua, ia biasa berbicara, ngomong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Sikap GKI TP Klasis Balim Yalimo Kepada Jemaat Beithel Polimo Kurima tentang pemberdayaan masyarakat di Era Otonomi Khusus

Sikap GKI TP Klasis Balim Yalimo Kepada Jemaat Beithel Polimo Kurima tentang pemberdayaan masyarakat di Era Otonomi Khusus Sikap GKI TP Klasis Balim Yalimo Kepada Jemaat Beithel Polimo Kurima tentang pemberdayaan masyarakat di Era Otonomi Khusus T E S I S Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk

Lebih terperinci

TESIS. Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar Magister Sains. Nirmala Ch. W. Sinaga

TESIS. Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar Magister Sains. Nirmala Ch. W. Sinaga MAMBERE NAMALUM UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA SEBAGAI PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL BERBASIS BUDAYA TESIS Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL DALAM KEGIATAN SPIRITUAL UNTUK MENGATASI KESEPIAN PADA LANSIA DI DESA RANDUSARI TENGARAN SKRIPSI

DUKUNGAN SOSIAL DALAM KEGIATAN SPIRITUAL UNTUK MENGATASI KESEPIAN PADA LANSIA DI DESA RANDUSARI TENGARAN SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DALAM KEGIATAN SPIRITUAL UNTUK MENGATASI KESEPIAN PADA LANSIA DI DESA RANDUSARI TENGARAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KELAS MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

MANAJEMEN KELAS MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING MANAJEMEN KELAS MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNINGTIPE TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR IPA DI KELAS 4 SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN 7 TEORI HIRARKI KEBUTUHAN Motivasi : Teori Hirarki Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan

Lebih terperinci

MEMAHAMI WARIWAA SEBAGAI SEBUAH PRANATA ADAT. matarumah di Negeri Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian.

MEMAHAMI WARIWAA SEBAGAI SEBUAH PRANATA ADAT. matarumah di Negeri Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian. MEMAHAMI WARIWAA SEBAGAI SEBUAH PRANATA ADAT (Kajian Sosio-Budaya terhadap hubungan persaudaraan kosmologis antar matarumah di Negeri Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat) TESIS Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai

Lebih terperinci

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga Pemahaman Bandar dan Pengedar Narkoba Tentang Persembahan (Studi Kasus di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Jemaat Silo Cengkareng) Oleh, Inri Metrik Oematan 712008028 SKRIPSI Diajukan kepada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu

Lebih terperinci

PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP PENDERITAAN MENURUT KITAB AYUB DAN RELEVANSINYA BAGI PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN TESIS

PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP PENDERITAAN MENURUT KITAB AYUB DAN RELEVANSINYA BAGI PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN TESIS PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP PENDERITAAN MENURUT KITAB AYUB DAN RELEVANSINYA BAGI PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen

Lebih terperinci

ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU

ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU 712008031 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi,

Lebih terperinci

PENGARUH SINDROM PRAMENSTRUASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI KELAS XI DI SMK KRISTEN SALATIGA SKRIPSI

PENGARUH SINDROM PRAMENSTRUASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI KELAS XI DI SMK KRISTEN SALATIGA SKRIPSI PENGARUH SINDROM PRAMENSTRUASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI KELAS XI DI SMK KRISTEN SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

HARGA DIRI PADA KLIEN PASCA GAGAL GINJAL KRONIK SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

HARGA DIRI PADA KLIEN PASCA GAGAL GINJAL KRONIK SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan HARGA DIRI PADA KLIEN PASCA GAGAL GINJAL KRONIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : Cynthia Margareth Haumahu 462012013 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian PAUD Satria Tunas Bangsa terletak di jl. Hasanudin 3B Salatiga. PAUD ini berdiri di bawah lembaga GBI Bethel Area Salatiga. Berdiri

Lebih terperinci

GAMBARAN STRATEGI KOPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHTA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI SALATIGA SKRIPSI

GAMBARAN STRATEGI KOPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHTA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI SALATIGA SKRIPSI GAMBARAN STRATEGI KOPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHTA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN SAKSI DALAM PERNIKAHAN. (Suatu Tinjauan Terhadap Pendampingan Saksi Nikah di Jemaat GMIT Efata Benlutu) Oleh,

PENTINGNYA PERAN SAKSI DALAM PERNIKAHAN. (Suatu Tinjauan Terhadap Pendampingan Saksi Nikah di Jemaat GMIT Efata Benlutu) Oleh, PENTINGNYA PERAN SAKSI DALAM PERNIKAHAN (Suatu Tinjauan Terhadap Pendampingan Saksi Nikah di Jemaat GMIT Efata Benlutu) Oleh, Mersiani Magdalena Selan 712010026 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa BAB I A. Latar Belakang Masalah Jika dapat memilih semua manusia akan memilih untuk tidak menjadi tua. Ketika memasuki masa dewasa umumnya seseorang akan mengalami masa yang bersifat multidimensi dan multiarah,

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin besar proporsi populasi orang-orang lanjut usia (lansia) beserta heterogenitas, pengalaman hidup yang kompleks, dan perubahan demografis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

ANALISIS MOTIVASI BERWIRAUSAHA STUDI KASUS PADA MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS UKSW. Oleh : SUSANTO DWI CAHYO KARTODINOTO NIM : KERTAS KERJA

ANALISIS MOTIVASI BERWIRAUSAHA STUDI KASUS PADA MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS UKSW. Oleh : SUSANTO DWI CAHYO KARTODINOTO NIM : KERTAS KERJA ANALISIS MOTIVASI BERWIRAUSAHA STUDI KASUS PADA MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS UKSW Oleh : SUSANTO DWI CAHYO KARTODINOTO NIM : 212007057 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

PENGORBANAN ANAK DALAM II RAJA-RAJA 21:6 MENURUT PERSPEKTIF TEORI PENGORBANAN

PENGORBANAN ANAK DALAM II RAJA-RAJA 21:6 MENURUT PERSPEKTIF TEORI PENGORBANAN PENGORBANAN ANAK DALAM II RAJA-RAJA 21:6 MENURUT PERSPEKTIF TEORI PENGORBANAN TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teologi Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Memperoleh Gelar SARJANA SAINS TEOLOGI Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) 58 Penyesuaian Sosial Siswa Tunarungu PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) Karina Ulfa Zetira 1 Dra. Atiek Sismiati Subagyo 2 Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perilaku prososial mulai jarang ditemui. Seiring dengan semakin majunya teknologi dan meningkatnya mobilitas, masyarakat terbiasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Negeri Rumahtiga Tentang Kebersamaan Dalam Falsafah Sagu Salempeng Patah Dua Pasca Konflik 1999 T E S I S

Pandangan Masyarakat Negeri Rumahtiga Tentang Kebersamaan Dalam Falsafah Sagu Salempeng Patah Dua Pasca Konflik 1999 T E S I S Pandangan Masyarakat Negeri Rumahtiga Tentang Kebersamaan Dalam Falsafah Sagu Salempeng Patah Dua Pasca Konflik 1999 T E S I S Diajukan Kepada Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA ANAK KANDUNG DAN ANAK ANGKAT DALAM KELUARGA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA-ALOR (Suatu Kajian Dari Perspektif Erik Erikson) TESIS

PERILAKU REMAJA ANAK KANDUNG DAN ANAK ANGKAT DALAM KELUARGA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA-ALOR (Suatu Kajian Dari Perspektif Erik Erikson) TESIS PERILAKU REMAJA ANAK KANDUNG DAN ANAK ANGKAT DALAM KELUARGA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA-ALOR (Suatu Kajian Dari Perspektif Erik Erikson) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama

Lebih terperinci

Kalender Doa Januari 2016

Kalender Doa Januari 2016 Kalender Doa Januari 2016 Berdoa Bagi Wanita Cacat Berabad abad beberapa masyarakat percaya bahwa wanita cacat karena kutukan. Bahkan yang lain percaya bahwa bayi yang lahir cacat bukanlah manusia. Para

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENDAHULUAN. A. Latar belakang Faktor Eksternal Lingkungan Karakteristik sosial Stimulasi Tingkat Tingkat Pola kemandirian asuh Status orang pekerjaan tua anak anak BAB ibu prasekolah I Cinta dan kasih sayang Kualitas informasi PENDAHULUAN

Lebih terperinci