PENDUDUK & PAJAK. (Buku Ajar Hasil Penelitian Pemagangan di Bali)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDUDUK & PAJAK. (Buku Ajar Hasil Penelitian Pemagangan di Bali)"

Transkripsi

1 PENDUDUK & PAJAK (Buku Ajar Hasil Penelitian Pemagangan di Bali)

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 1 1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pidana Pasal Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp ,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) 2

3 PENDUDUK & PAJAK (Buku Ajar Hasil Penelitian Pemagangan di Bali) Tim Peneliti Inti: Nazrina Zuryani IGPB Suka Arjawa Muhammad Ali Azhar Kontributor: Tedi Erviantono Kadek Wiwin Dwi Wismayanti I Putu Dharmanu Yudartha UDAYANA UNIVERSITY PRESS 2016

4 BUKU AJAR PENDUDUK & PAJAK (Penelitian Pemagangan di Bali) Tim Peneliti Inti: Nazrina Zuryani IGPB Suka Arjawa Muhammad Ali Azhar Kontributor: Tedi Erviantono Kadek Wiwin Dwi Wismayanti I Putu Dharmanu Yudartha Cover & Ilustrasi: Repro Design & Lay Out: I Wayan Madita Diterbitkan oleh: Udayana University Press Kampus Universitas Udayana Denpasar Jl. P.B. Sudirman, Denpasar - Bali Telp. (0361) unudpress@gmail.com Cetakan Kedua: 2016, xi hlm, 15 x 23 cm ISBN: Hak Cipta pada Penulis. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang : Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. 4

5 UCAPAN TERIMA KASIH Keberlanjutan dua buku ajar pada tahun kedua (2016) berbasis penelitian pemagangan mahasiswa ini membutuhkan seperangkat keberanian dan visi ke depan. Hasil penelitian selama 2 tahun mencatat kebaruan ide dan gagasan dalam bidang Penduduk & Pajak. Sama halnya dengan buku ajar kembarannya berjudul Akuntabilitas Partai Politik yang ditawarkan sebagai matakuliah pilihan pada program studi di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP Unud yaitu Prodi Administrasi Negara, Prodi Sosiologi dan Prodi Ilmu Politik). Rancangan matakuliah baru Penduduk & Pajak ini bisa diambil terpisah namun saling melengkapi dengan konsep penyetaraan dan penyandingan sesuai KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Buku ajar ini diukur dengan 50 jam pengajaran melalui pemagangan atau intership di lembaga sosial pemerintahan terkait pajak dan registrasi penduduk. Kompetensi matakuliah sama dengan 10 hari ekstra di luar kampus bila setiap hari dinilai setara dengan 5 jam bekerja berbuku ajar. Apresiasi yang tinggi dan dukungan kami dapatkan dari Bapak Wahju K. Tumakaka selaku Kakanwil DJP Provinsi Bali yang telah menanda-tangani perjanjian kerjasama dalam pemagangan mahasiswa FISIP Unud. Penandatanganan dilakukan pada hari Jumat, 31 Juli 2015 dan Kakanwil DJP Bali telah mengarahkan buku ajar ini agar minor pada aspek administrasi pajak nya, lebih kepada kesiapan, kepatuhan dan kesadaran generasi muda akan kontribusi pajak dalam membangun Negara yang berdaya saing. Terpilihnya bapak Nader Sitorus sebagai Kakanwil DJP Bali baru di tahun 2016 membuktikan dukungan penuh pihak pemangku kepentingan bidang pajak dengan memberi kata prolog pada buku ajar ini dan mengeluarkan sertifikat bagi mahasiswa/i peserta pemagangan. Apresiasi senada dan ucapan terima kasih banyak kami sampaikan kepada Kepala Badan Statistik Provinsi Bali, Bapak Panusunan Siregar dan Kepala Perwakilan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Bapak Ida Bagus Wirama serta Kepala Kantor Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Bapak I Gusti Agung Sudarsana yang masing-masing telah berkontribusi dalam mencerahkan pemikiran mahasiswa peserta pemagangan tahun lalu yang memberi pengayaan atas buku ajar ini. Ucapan terima kasih kepada ibu Arya Ratnadi dari Dinas Pendapatan Daerah/Dispenda serta Kepala Dinas, Bapak I Made Santha, juga Kadinkes kota Denpasar, ibu dr Luh Putu Sri Armini, M.Kes yang menerima audiensi Tim Penulis Buku Ajar Penduduk & Pajak untuk rencana pemagangan mahasiswa kami di FISIP Unud agar dapat terlaksana di tahun-tahun ke depan terutama dalam memahami pajak daerah dan pelayanan kesehatan. v

6 Bapak Rektor Universitas Udayana yang menganjurkan setiap dosen bersaing dalam keunggulan, kemandirian dan integritas budaya sesuai visi dan misi universitas. Tentunya penelitian pemagangan ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan dana kompetitif nasional skim Hibah Kompetensi yang dikelola oleh Ditbinlitabmas (Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat). Dana hibah kompetitif nasional ini bagi akademisi FISIP Unud menjadi satu prestasi tersendiri. Ucapan terima kasih dan apresiasi tertinggi patut disampaikan kepada Kepala Ditbinlitabmas dan jajaran Direktorat Pendidikan Tinggi termasuk para reviewer yang memberi kepercayaan kepada tim peneliti hibah kompetensi dari FISIP Unud untuk revisi penulisan buku ajar ini. Mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE, MS yang telah menunjuk Dr. Anak Agung Bagus NgurahNgurah Dwirandra, M.Si, Ak sebagai konsultan yang berjasa sangat besar, terima kasih ikut menciptakan kedua buku ajar. Ketua Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Prof. Dr. Drs. Ketut Sudibia, MA yang telah membaca seluruh bab dalam buku ajar dan aktif mendiskusikan isi maupun gagasan kependudukan sebagai bagian integral dari buku ajar. Ucapan terima kasih untuk kesediaan Prof. Sudibia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian pemagangan buku ajar ini untuk penyempurnaan tahap kedua setelah keluarnya dummy buku. Kepada Tim Penulis buku ajar Penduduk & Pajak yang komando barisan dipimpin oleh Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Tedi Erviantono, S.IP, M.Si dengan koneksi luas dalam administrasi dan prosedur, ikut menulis bab IV, tim peneliti inti berhutang kebaikan kepadanya. Terima kasih kepada ibu mengandung saat menulis bab buku yaitu Kadek Wiwin Dwi Wismayanti, SE, MAP yang sungguh kritis dalam menuangkan ide kuantitatif beserta sekretaris Prodi Administrasi Negara termuda Sdr. I Putu Dharmanu Yudartha, S.Sos, MPA. Selaku ketua peneliti, ucapan terima kasih untuk Bapak Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa, M.Si yang beliau selain anggota inti tim penelitian ini, sekaligus pejabat Dekan FISIP yang memberi ruang penelitian lebih besar kepada ketua peneliti. Terima kasih kepada alumnus Prodi Sosiologi lulusan FISIP 2016 terbaik, Muchamad Zaenal Arifin, juga administrator Jordy Alexi Yohans yang menguruskan pajak dan keuangan penelitian. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Nazrina Zuryani Ketua Peneliti vi

7 DAFTAR ISI UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii PROLOG... ix BAB I DINAMIKA KEPENDUDUKAN DAN PAJAK DI INDONESIA Kondisi Sosial Ekonomi Kota dan Desa Penduduk Desa versus Penduduk Kota Penduduk Asli dan Pendatang (Kasus Bali) Angkatan Kerja dan Pengangguran Pengertian dan Klasifikasi Angkatan Kerja Pengertian dan Klasifikasi Pengangguran Upaya Antisipasi Pengangguran BAB II INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENUJU PENINGKATAN DAYA SAING Indek Pembangunan Manusia Indonesia Indeks Komposit dan Perhitungan Pembangunan Manusia Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia Angka Harapan Hidup Pendidikan Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Standar Hidup Layak Perbedaan Indeks Pembangunan Manusia Bali Indonesia Dunia Pengertian, Lingkup, Perhitungan Daya Saing Data Daya Saing Daya saing Bali Daya saing Indonesia Daya saing dunia vii

8 BAB III UPAYA MENYEJAHTERAKAN MASYARAKAT Surplus Penduduk dan Tantangan Mewujudkan Kesejahteraan Kebijakan Jaminan Kesehatan Desentralisasi Fiskal (Mewujudkan Kesejahteraan di Daerah) Tax ratio sebagai indikator kesejahteraan Pajak Daerah BAB IV AZAS, HUKUM DAN KETENTUAN PERPAJAKAN Asas dan Rasio Pajak Asas Pajak Rasio Pajak Keadilan, Pembukuan dan Cara Pemungutan Pajak Pembukuan dan Pencatatan Pajak Tarif Pajak Koreksi Pajak Hukum Perpajakan Hukum Pajak Material dan Formal Klasifikasi Pajak Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Kasus Pajak Fiktif dan Pengemplang Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Landasan Historis Subyek Pajak Penghasilan BAB V PAJAK PROGRESIF, NPWP ORANG PRIBADI- BADAN SERTA SANKSI DAN PENGAMPUNAN Pajak Progresif Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) bagi Penduduk Pajak Negara dan Pajak Daerah Pajak Negara Pajak Daerah Pajak dari Aktivitas Konsumtif Penduduk BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Tentang Penulis dan Tim Inti Penelitian INDEKS viii

9 PROLOG KAKANWIL DJP BALI NADER SITORUS Keniscayaan pajak di Indonesia berawal dari kepatuhan Wajib Pajak dalam menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakan dengan benar. Dalam hal ini, setiap Warga Negara Indonesia yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (besaran PTKP sejak tahun 2016 menjadi Rp 54 juta per tahun atau lebih dari Rp 4,5 juta per bulan) wajib membayar Pajak Penghasilan. Untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, masyarakat diwajibkan untuk mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai sarana administrasi perpajakan untuk membayar serta melaporkan pajak atas penghasilan yang diterima setiap tahunnya. Sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, berpedoman pada prinsip Self Assesment System. Dengan prinsip ini, Wajib Pajak diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan selanjutnya menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang. Saat ini Direktorat Jenderal Pajak mempunyai fasilitas administrasi perpajakan secara elektronik seperti e-billing (sistem pembayaran pajak secara elektronik dengan menggunakan kode billing), e-spt (aplikasi pengisian SPT), e-filing (penyampaian SPT yang dilakukan secara online yang real time melalui laman Direktorat Jenderal Pajak atau ASP) dan e-faktur (aplikasi pembuatan dan penomoran Faktur Pajak berbentuk elektronik). Direktorat Jenderal Pajak berkomitmen akan terus memperbaiki sarana dan sistem administrasi perpajakan berbasis elektronik sesuai dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 2016, Pemerintah Indonesia mencanangkan program Pengampunan Pajak atau bisa disebut dengan Tax Amnesty/ Amnesti Pajak. Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan. Program Pengampunan Pajak berlaku kepada semua lapis masyarakat Indonesia, jadi tidak benar bahwa pajak mengejar rakyat kecil dan mengampuni pengemplang pajak. Pengampunan pajak mencakup harta ix

10 repatriasi, deklarasi harta luar negeri dan deklarasi harta di dalam negeri. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, dijelaskan bahwa repatriasi harta adalah proses pengembalian akumulasi penghasilan berupa aset atau harta dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan harta repatriasi adalah akumulasi penghasilan dalam bentuk aset atau harta yang berada di luar wilayah Indonesia dan akan dialihkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Jadi ketika Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan yang sudah mengisi laporan Pajak Penghasilannya dengan menggunakan SPT Tahunan dan setelah itu dirasakan belum melaporkan seluruh penghasilan dan/ atau hartanya, maka berhak untuk mendapatkan fasilitas Pengampunan Pajak dengan membayar uang tebusan dan menyerahkan Surat Pernyataan Harta. Program Pengampunan Pajak merupakan kebijakan ekonomi secara umum, jadi tidak semata-mata kebijakan terkait fiskal apalagi khususnya pajak. Dengan adanya Tax Amnesty ini, sangat membantu upaya pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan. Repatriasi sebagian atau keseluruhan aset Warga Negara Indonesia di luar negeri diharapkan sangat membantu stabilitas makro, yang bisa dilihat dari nilai tukar rupiah, cadangan devisa, neraca pembayaran atau bahkan sampai kepada likuiditas dari perbankan. Sehingga dapat dilihat bahwa program Tax Amnesty ini sangat strategis karena dampaknya yang bersifat makro, menyeluruh dan fundamental bagi perekonomian Negara Indonesia. Program Pengampunan Pajak ini berakhir tanggal 31 Maret Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, dijelaskan bahwa setelah masa pengampunan berakhir dan Direktorat Jenderal Pajak menemukan harta yang belum dilaporkan Wajib Pajak yang sudah mengikuti program ini, maka harta tersebut akan diperhitungkan sebagai tambahan penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan dengan ditambah sanksi 200%. Jika setelah masa pengampunan berakhir masih terdapat Wajib Pajak yang tidak memanfaatkan program ini dan kemudian Direktorat Jenderal Pajak menemukan adanya harta yang belum dilaporkan maka harta tersebut akan diperhitungkan sebagai tambahan penghasilan dan dikenai pajak dengan ditambah sanksi administratif sesuai Undang-Undang Perpajakan. x

11 Program Pengampunan Pajak ini dapat menjembatani agar harta yang diperoleh dari aktivitas yang sebelumnya tidak dilaporkan dapat diungkapkan secara sukarela sehingga data dan informasi atas harta tersebut update dan dapat masuk ke dalam sistem administrasi perpajakan, dan dapat dimanfaatkan untuk pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan di masa yang akan datang. Menjadi orang bijak tidak sulit, karena memahami kewajiban membangun negeri dari dana penghasilan yang proporsional meningkatkan kebanggaan sebagai Warga Negara Indonesia. Marilah membangun negeri dengan menjadi orang bijak yang taat membayar pajak. xi

12

13 BAB I (Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu untuk menjelaskan dinamika penduduk, asal, kategori, momentum melimpahnya usia produktif, dalam kaitannya dengan pemenuhan dan implementasi pajak di Indonesia. Penduduk produktif sebagai wajib pajak memiliki kontribusi yang sangat penting. Mahasiswa dapat merefleksikannya dalam dunia kerja, serta berpartisipasi sebagai angkatan kerja dalam 2 hari pemagangan terstruktur di lembaga). DINAMIKA KEPENDUDUKAN DAN PAJAK DI INDONESIA Ciri khas pajak negara dengan jenis pungutan lainnya adalah wajib pajak (tax payer) tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung oleh pemerintah namun perlu dipahami bahwa sebenarnya subjek pajak ada menerima jasa timbal, tetapi diterima secara kolektif bersama dengan masyarakat lainnya (Sutedi, 2013:5). PENGANTAR Indonesia secara sosiologis bukan lagi negara berpendapatan rendah dengan adanya kaum menengah yang sewajarnya membayar pajak. Situasi Indonesia saat ini sepatutnya untuk menjadi lebih maju dengan mendapat sumber keuangan bukan dari sumber daya alam atau bantuan negara asing tetapi meningkatnya pendapatan negara dengan mengalirnya pembayaran pajak dari kaum menengah tersebut. Penduduk usia produktif yang taat membayar pajak akan ikut membiayai pembangunan selanjutnya. Oleh sebab itu memahami dinamika kependudukan menjadi bagian terpenting dalam membangun Indonesia secara sosial, ekonomi dan politik. Data dinamika kependudukan dikelola oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu institusi negara yang menyelenggarakan sensus penduduk persepuluh tahun atau survei-survei demografi sosial, dan ekonomi yang dilaksanakan secara nasional yang termasuk survey penduduk antar sensus. Dari hasil sensus penduduk tersebut, jumlah penduduk Indonesia tahun 2016 oleh Presiden Jokowi menyatakan setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 3 juta orang (tempo.com,

14 2 yang berasal dari 1,3 persen laju penduduk Indonesia dengan tingkat kelahiran seorang ibu sebanyak 2,4 orang. Prediksi BPS penduduk tahun 2016 sebanyak 255,5 juta jiwa yang terdiri atas laki-laki sejumlah 128,4 juta jiwa dan perempuan sebesar 127,1 juta jiwa. Dalam 20 tahun mendatang, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan berjumlah 305,7 juta jiwa dengan asumsi (tahun periode emas) penduduk usia produktif menjadi bonus demografi yang dapat dianggap berkah dan bukan sebagai musibah. Jalal (2015) selaku kepala BKKBN/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjelaskan bonus demografi disebabkan oleh jumlah penduduk usia produktif meningkat dan memberi ciri ekpansif karena penurunan kelahiran dalam jangka panjang yang memungkinkan investasi dialihkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Surplus atau bonus demografi ini menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan bekerja dalam pertumbuhan ekonomi negara dan mereka meningkat jumlahnya hingga 68,1 persen dari total penduduk pada periode tahun (Armida, 2014). Jalal (2015) masih menyayangkan tingginya angka ketimpangan gender di Indonesia dibandingkan dengan Negara ASEAN yang dihitung sebagai Indeks Ketidaksetaraan Gender-nya (IKG). Agar perempuan usia produktif dapat berpartisipasi aktif dalam dunia kerja dan menghindari beban ketergantungan, hendaknya dinamika kependudukan dipahami. Menurunnya angka fertilitas total (TFR/Total Fertility Rate) yaitu angka kelahiran anak dari seorang ibu pada cohort atau tahun tertentu (2,1 anak untuk mengganti kedua orang tuanya/replacement level) dan rendahnya angka kematian (MR/Mortality Rate) telah pula meningkatkan angka harapan hidup. Pada tahun 2012 hingga 2013 Indonesia mengalami momentum bonus demografi dengan rasio beban ketergantungan 43,5 49,6 persen, yang diharapkan tidak menjadi perangkap bagi kaum berpendapatan menengah (middle income trap) seperti yang dilansir oleh kepala Bappenas (Alisahbana, 2014, puncak-bonus-demografi-hindari-indo-nesia-dari-middle-income-trap/). Perangkap yang dimaksud adalah momen bonus demografi pada setiap Provinsi di Indonesia memerlukan pengelolaan penduduk sebagai anugerah untuk peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, perumahan dan jaminan hidup lainnya agar pendapatan penduduk bekerja bukan hanya untuk bertahan hidup bagi penduduk non-produktif yaitu anak dan orang

15 lanjut usia. Namun menjadi tabungan hari tua yang mensejahterakan pekerja. Titik terendah beban ketergantungan penduduk akan terjadi pada tahun (Jalal, 2015). Perlu diingat bahwa peningkatan angka harapan hidup akan pula meningkatkan proporsi manusia lanjut usia (lansia) yang dibanyak negara menjadi masalah (ageing society). Agar negara Indonesia tidak terperangkap seperti negara Yunani dengan penduduk berusia 100 tahun berjumlah 350an jiwa (Sarwono dan Koesoebjono, 13/08/2015) dengan ekonomi negara yang runtuh, perlu Indonesia belajar dan mengambil kebijakan baru. Misalnya di negeri Belanda, beban kergantungan ekonomi tidak memerangkap pekerja karena sejak awal bekerja, aturan pemotongan pajak sebesar 36 persen dengan UMR tahun 2015 sebesar 1500 sebelum dipotong pajak, menjamin setiap pekerja di negeri kincir angin mendapat pensiun di hari tuanya. Apapun jenis pekerjaannya, negara telah mengatur pembayaran pajak orang per orang, walaupun pekerja di sektor informal (termasuk pekerja seks komersial). Di Indonesia, hanya pegawai negeri sipil/pns dan pegawai swasta yang membayar pajak. Itupun pekerja swasta dalam badan usaha terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Adanya pengecualian badan usaha informal tidak terkena pajak dalam jangka panjang akan merugikan Negara. Sementara jumlah pekerja sektor informal sangat besar jumlahnya baik dengan gaji dibawah UMR/Upah minimum regional atau di atasnya. Sarwono dan Koesoebjono (13/08/2015) mengurutkan pedagang di pasar, kaki lima atau pedagang keliling, pemilik warung, pengendara ojek, tukang becak, pedagang asongan, supir taxi/angkot/bis, calo jualbeli kendaraan, penjaga toko, pembantu rumahtangga dan lain lain sebagai pekerja informal. Selain mempunyai penghasilan tetap maupun tidak tetap kebanyakan dari mereka tidak membayar pajak, karena keengganan mencatat jumlah pemasukan/income. Di masa depan, penduduk Indonesia akan semakin kompleks permasalahannya. Kebijakan keuangan negara yang baru, misalnya Direktorat Jenderal Pajak akan berdiri sendiri menjadi urgent (gambar 1.1). Agar pengelolaan wajib pajak orang per orang dan wajib pajak badan usaha dapat menjangkau ke segala lapis pekerja sesuai dengan KKNI/Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dengan upah, gaji tetap dan honor yang patut dipajaki. Mungkin honor rapat anggota DPR dapat dikurangi bukan sebaliknya. Presiden Joko Widodo telah mengurangi pengeluaran rapat di hotel bagi PNS dan ongkos perjalanan lintas provinsi. 3

16 Gambar 1.1 Kebijakan Lembaga Pajak Masa Depan Sumber: Tempo, hal. 215, Rubrik momen ekonomi, edisi kemerdekaan 2015 Bonus demografi dapat dimanfaatkan secara optimal dengan mengacu pada kesetaraan gender melalui 1) pekerja yang sehat berkecukupan pangan, gizi dan kesehatan reproduksinya 2) peningkatan peluang kerja bagi perempuan dengan kemampuan menabung 3) kebijakan ekonomi makro yang kondusif melalui penciptaan lapangan kerja dan kredit mikro. Optimalisasi pemanfaatan pertumbuhan penduduk Indonesia hingga pada tahun 2035 dimungkinkan memajukan seluruh provinsi di luar pulau Jawa (DKI Jaya, Jatim, Jateng) seperti Jalal (2014, Mei) paparkan pada gambar 1.2 dibawah ini. Gambar 1.2 Penduduk Indonesia 2010 dan 2035 (Proyeksi per provinsi) Sumber: Jalal, Fasli (2014, Mei) Kuliah Umum di FEB Unud 4

17 Bonus demografi menjelaskan pola hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi (Adioetomo, 30/11/2010) suatu negara. Momentum berarti puncak peristiwa, ini berarti momen bonus demografi tidak berulang kedua-kalinya dalam satu Provinsi (Rahyussalim, 2014, rektor.ui.ac.id/ content/bonus-demografi-dan-ui?des tination=node/722). Jalal (2014, Mei) menyatakan Bali mengalami momen bonus demografi pada tahun 2010, seperti terlihat pada Gambar 1.3. Gambar 1.3 Momentum Bonus Demografi di Bali (2010) Piramida Penduduk Bali 2010 Laki-laki/ Male Perempuan / Female Sumber: Jalal, Fasli (2014, Mei) Kuliah Umum di FEB Unud Data BPS bulan Agustus 2014, menyatakan jumlah penduduk pulau Bali sekitar 4,08 juta jiwa dan sejumlah 3,09 juta adalah penduduk berusia lebih dari 15 tahun yang tergolong usia produktif. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang besar sejak tahun Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali mencatat jumlah angkatan kerja tahun 2014 di Bali sebanyak 3,09 juta yaitu sekitar 2,3 juta jiwa diantaranya penduduk bekerja. Hanya orang penganggur di Bali dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 1,90 persen. (Disnaker Prov Bali, 2013). Secara nasional, hasil survei angkatan kerja nasional/sakernas pada bulan Mei 2013 menemukan pengangguran tersembunyi sebesar 18,02 persen yang berarti dari 100 orang usia produktif terdapat 18 orang yang menganggur (BPS: katalog ). Prediksi ini menggunakan pendekatan SDM (labour force). Hampir setengah penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan. Tahun 2010, BPS mencatat sekitar 49,8 persen penduduk tinggal di wilayah 5

18 urban yang diakibatkan oleh pola migrasi rural/perdesaan ke wilayah urban/perkotaan untuk bekerja. Artinya dinamika kota DKI Jakarta sebagai ibu kota NKRI yang pada tahun 1970an berbatasan arah mata angin yaitu Jakarta Pusat, Selatan, Barat, Timur dan Jakarta Utara sebagai pusat pemerintahan telah diserbu oleh perantau luar Jakarta yang menisbikan perdesaan warga Betawi. Komunitas etnis Betawi ini kemudian digusur oleh pembangunan jalan tol pada tahun 1980an dan 1990an hingga memasuki millennium kedua, dengan upaya pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam mengembangkan kota satelit JABODETABEK melalui kerjasama antar daerah. Jabodetabek adalah perluasan kota urban; Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dengan demikian hampir semua warga asli Betawi berpindah ke pinggiran kota Jakarta akibat pola urbanisasi pencari kerja menuju ke Daerah Khusus Ibu kota/dki Jakarta dan sekitarnya. Kasus No. 1: Fenomena serupa juga terus berlangsung di Medan, pulau Batam dan kota-kota lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Ambon, NTT, NTB, Bali dan kota-kota yang tersebar di Jawa. Padatnya arus mobilitas penduduk dan transaksi ekonomi di Surabaya, Solo, Yogyakarta, Semarang dan Bandung telah memperluas ruang gerak penduduk pulau Jawa. Secara bersamaan, pemerataan pembangunan manusia Indonesia dipercepat dengan program-program pembangunan infra-struktur, aturan dunia usaha dan dunia kerja yang berorientasi pasar. Upaya pembangunan ini lebih menguntungkan pemerintah pusat dengan menyebarkan mobilitas penduduk Jawa-Madura yang jumlahnya hampir 42 persen dari jumlah penduduk Indonesia dan mereka sebagai pendatang yang membuka lapangan kerja ke seluruh Indonesia. 6 Program transmigrasi sejak era Orde Baru telah pula meningkatkan arus mobilitas penduduk dari daerah padat ke areal perdesaan yang jarang penduduknya. Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua menjadi sasaran proyek transmigrasi oleh Pemerintah Pusat. Misalnya di Lampung, penduduk pendatang mengakselerasi pertanian dan hasil- hasil perkebunan karena para transmigran membuka lahan persawahan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Mereka didukung oleh

19 Kementerian Koperasi dan Transmigrasi, juga Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Peternakan telah pula menciptakan proses swa-sembada pangan seiring dengan revolusi hijau ketika pestisida di tahun 70 merambah bidang pertanian di Indonesia dan di seluruh Indonesia. Era pemerintahan Orde Baru ( ) memperluas cakupan lahan kerja pertanian baru dengan berlanjutnya program transmigrasi spontan. Melalui proyek Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dan intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian, panen hortikultura, palawija dan hewan ternak yang dihasilkan oleh transmigran dan penduduk setempat menjamin Bulog (Badan Urusan Logistik) memasok tanaman pangan terutama beras. Bulog menjaga stabilitas harga palawija/padi, serelia, kacang-kacangan, jagung serta komoditas utama pertanian termasuk gula untuk kebutuhan 27 Provinsi di Indonesia saat itu. Lengsernya pemerintahan Orde Baru (1998) memungkinkan bangsa Indonesia mereformasi dan merevitalisasi aset-aset daerah dengan Otonomi Daerah/Otda. Tahun 1999 Undang-undang Otonomi Daerah No. 22 dilanjutkan dengan UU No. 32 tahun 2004 ikut memperkuat sendi ekonomi dan kedaulatan pangan daerah walaupun sistem kerja dalam mekanisme birokrasi masih lemah. Otonomi daerah hendaknya menjamin tersedianya kebutuhan dasar oleh pemerintah daerah dengan menjaga stabilitas harga bahan-bahan pokok dan ketersediaan pangan, sandang dan papan/perumahan yang layak. Agar tujuan mensejahterakan rakyat terpenuhi. Jumlah penduduk Indonesia yang besar sebaiknya dipandang sebagai kekuatan dan bukan sebagai ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aktualisasi individu sebagai puncak kebutuhan hidup, perlu didukung oleh iklim usaha yang kondusif, jaminan kesehatan yang prima dan terutama angka partisipasi sekolah yang tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas manusia yang memiliki daya saing. Bonus demografi ini diharapkan kelak menjadi modal sosial (Putnam, 1993), modal budaya dan modal ekonomi rakyat di bumi pertiwi yang terkait kepercayaan kepada institusi, norma dan interaksi jaringan sosial secara efisien. Pemerintah daerah memfasilitasi tindakan terkoordinasi dari penduduk di masingmasing tempat tinggal sehingga dapat diukur ke dalam Indeks Pembangunan Manusia/IPM Indonesia atau IPM daerah (baca tulisan bab II). Pada sisi lain, indeks kebahagiaan penduduk harus pula meningkat. Peningkatan modal sosial, budaya dan modal ekonomi bangsa Indonesia bertujuan mencapai aktualisasi diri (seluruh penduduk) dengan 7

20 8 daya beli dan daya saing yang unggul baik di desa maupun di kota, sehingga tingkat kesejahteraan dan daya beli rakyat meningkat. Penduduk usia produktif yang bekerja di Indonesia akibat bonus demografi dapat juga bersaing untuk bekerja di wilayah Asia dalam koridor MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) menjelang dasawarsa ke tiga dalam millennium kedua ini. Artinya pertukaran keahlian dan mekanisme pasar kerja antar negara Asean dapat membangkitkan yang disebut Macan Asia Baru yaitu masuknya Indonesia sebagai negara industri (pariwisata yang ditunjang oleh industri kreatif). Oleh sebab itu sektor pertanian, perdagangan, peternakan menjadi roda pemutar daya beli masyarakat selain kemampuan rakyat menyimpan uang maupun berinvestasi yang tinggi dengan mobilitas penduduk antar pulau. Jika dalam suatu Negara semakin tinggi kemampuan penduduk memenuhi kebutuhan dasarnya maka semakin cepat gerak penduduknya mencapai aktualisasi diri (Piramida Maslow). Peran sarana dan prasarana (jalan, moda transportasi, pusat kesehatan masyarakat dan bensin atau gas rumah tangga) dari pemerintah yang dapat diakses optimal oleh semua lapisan masyarakat memperjelas peningkatan kesejahteraan masyarakat (baca tulisan bab III). Tentunya pilar ekonomi Indonesia yang perlu mendapat perhatian utama saat ini adalah penegakan pajak bagi penduduk yang bekerja dan memiliki penghasilan sesuai dengan jenis pungutan yang berlaku di Indonesia. Contohnya bea masuk barang, cukai pada barang tertentu, pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan negara bukan pajak. Penguatan pajak dalam dunia usaha di Indonesia bertujuan menghindari kebocoran ekonomi sektor riil (yang kerap dikemplang) oleh wajib pajak usaha. Membangun kesadaran penduduk usia produktif akan pentingnya kontribusi wajib pajak orang per orang sudah tidak bisa ditawar lagi. Selain pajak penghasilan, pajak daerah merupakan peraturan daerah yang diterapkan dalam lembar kebijakan daerah terkait pajak kendaraan, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan larangan memasukkan kendaraan bekas dari luar daerah ke daerah Bali. Termasuk di dalamnya pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan (PP ABT dan AP) dan pajak daerah lain sesuai Undang-undang. Pajak ini digunakan untuk sebesar-besar kepentingan pembangunan daerah dan penduduknya.

21 Refleksi Awal: Amandemen pasal 23A Undang-undang Negara Republik Indonesia menyatakan pungutan pajak harus menjadi bagian dari kesadaran berbangsa dan berwarga-negara (Burton: 2014). Kesadaran ini berakar dalam kewajiban membayar pajak per orangan, retribusi dan pajak daerah sebagai warga negara melalui pajak langsung atau tidak langsung. Pajak langsung dipungut pemerintah dari wajib pajak yang tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain secara periodik, misalnya PPh (pajak penghasilan), PBB (pajak bumi dan bangunan). Pajak tidak langsung biasanya dilimpahkan pada peristiwa tertentu dalam pembuatan akte nikah, akte lahir dan pajak pertambahan nilai/ppn, pajak pertambahan nilai barang mewah/ppnbm dan bea materai. Pungutan pajak sejak dulu kala tercantum dalam kitab agama Islam (dikenal dengan kata zakat, infaq dan amal sedekah), ajaran Kristiani/Katolik (kolekte), Budha, Konghucu (natura dan pembebasan desa untuk para Biksu) dan Hindu (pengampel, dedosan, dana punia) yang dipungut sesuai dengan mayoritas etnis dan wilayah religiusnya. Penerapan di Indonesia, sekalipun kewajiban menjalankan perintah sesuai agama yang dianut, pemerintah tetap mewajibkan pajak di luar dari kewajiban keagamaan tersebut. Berbeda dengan negara yang berasaskan Islam, seperti Malaysia yang tidak lagi menerapkan pajak bagi penduduknya yang beragama Islam, namun pemerintah mewajibkan masyarakatnya untuk membayarkan zakat mereka melalui lembaga pemerintah, sehingga pemerintah memiliki wewenang penuh atas pengelolaan zakat. Selain itu, kerajaan-kerajaan konsentris nusantara memungut pajak sejak dahulu kala kepada rakyat melalui upeti, denda atau kerja paksa. Lombard (2000. II) membagi 2 tahap (lapis atas dan bawah) pemerintahan konsentris di Jawa yaitu kerajaan Kertanegara pada abad ke-13 dan pemerintahan Hayam Wuruk tahun Kedua kerajaan di Jawa ini menggunakan istilah wajib membayar pajak yang kini diadopsi sebagai wajib pajak. 9

22 Gambar 1.4 Peta wajib membayar pajak kerajaan Kertanegara (A) dan Hayam Wuruk (B) A B Sumber: Lombard (2000 hal 37) disadur dari buku Nagarakertagama Sejarah membuktikan wajib pajak telah berlaku di nusantara (abad ke 13 dan 14) sebelum terbentuknya Negara Republik Indonesia/NKRI di tahun Perubahan konsep Negara-negara modern (republik) nonkerajaan saat ini berupaya mengutamakan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang demokratis dengan tetap pemerintah RI mengadopsi konsep pajak dan subsidi silang. Melalui reformasi berbagai aturan fiskal dan pungutan pajak yang tujuannya mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia dan memberikan otonomi yang luas untuk pemerintahan provinsi dalam membangun daerahnya. Era demokratisasi di Indonesia bergerak seiring globalisasi dunia yang ditandai dengan penggunaan teknologi informasi yang membutuhkan kecanggihan. Peningkatan daya saing sumber daya manusia dan tata kelola yang prima dari berbagai kementerian dan lembaga negara serta badan swasta agar hutang negara dapat dibayarkan. Namun, Indonesia dengan geopolitik negara kepulauan menghadapi berbagai kendala menuju pemerintahan yang mensejahterakan seluruh rakyatnya (welfare state society). Setiap wilayah kependudukan memiliki keunikan, potensi konflik, tipe kepemimpinan dan orientasi hidup yang berbeda. Lihatlah Papua yang sekarang membelah diri menjadi Papua Barat dan Papua. Jumlah provinsi Indonesia sebelum tahun 2000 masih sebanyak 27 Provinsi yang dalam dua dasawarsa telah 10

23 bertambah menjadi 34 Provinsi dan diprediksi akan menjadi 42 Provinsi pada tahun 2025 mendatang (Kompasiana, 2013). Jelaslah dinamika kependudukan dan kewarga-negaraan Indonesia layaknya letusan gunung berapi pasca reformasi yang meluap dan membutuhkan hak hidup yang berkualitas dengan pemenuhan kewajiban individu sebagai warga negara. Perlu dipahami, disparitas atau kesenjangan pembangunan wilayah barat dan timur Indonesia telah terjadi selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru yang berasal dari beban sejarah setiap provinsi. Tahap Pembangunan Lima Tahun (Pelita I hingga V) tidak dapat berlanjut saat memanasnya suhu politik akibat krisis moneter dan kapitalisme global melengserkan tatanan rezim Orde Baru (akibat korupsi, kolusi dan nepotisme dari kronikroni politik dalam pemerintahan Presiden Suharto). Pada saat bersamaan, penduduk Indonesia di perkotaan mengembangkan basis ekonomi dengan kota satelit (Serpong, Depok, Tangerang, Bekasi) di seputar Jakarta, wilayah Surabaya (Sidoarjo dan sekitarnya) dan kota di pulau lain seperti di Medan, Balik Papan, Denpasar, Makassar dan Jayapura. Pembangunan infrastruktur menimbulkan reaksi penduduk yang pronatalitas dengan (tahun 1990an sebagai era baby boomers) angka kelahiran meningkat hampir di seluruh Indonesia. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Bali pernah seimbang (stable population) dari hasil sensus penduduk tahun dengan angka fertilitas total dibawah level pengganti yaitu TFR 1,74. Ini menyebabkan LPP Bali menurun hingga 1,18 persen tahun 1980an, menaik ke angka 1,26 tahun 2000 hingga 2010 sudah meledak hingga 2,15 yang menandakan laju pertumbuhan penduduk berkorelasi dengan jumlah anak pada pasangan usia subur yang meningkat terus seiring dengan ekspansi pendatang ke kota-kota besar. Penduduk Bali dikenal memiliki empat nama anak secara berurutan (Wayan, Made, Nyoman dan Ketut). Pada akhir tahun an jumlah anak ke tiga dan ke empat berkurang. Memasuki tahun 2000an jumlah anak yang dilahirkan meningkat cukup tajam dari seorang ibu dengan angka fertilitas total 2,3 pada tahun 2012 (Jalal. 2014). Ini berarti rumus reproduktivitas mengukur TFR dengan cohort tahun berjalan dapat dianalogikan dengan 1000 perempuan subur pada tahun berjalan itu dapat mengalami angka kelahiran 2 atau 3 anak yang menjadi indeks dasar meningkat atau menurunnya TFR. Wajib dipertimbangkan pula, akhir dekade 1990an, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak lagi memaksakan penggunaan 11

24 alat kontrasepsi gratis kepada pasangan usia subur (PUS) terutama untuk istri dan minimnya komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasangan yang telah memiliki dua anak untuk menekan angka kelahiran selanjutnya. Kasus di Bali: tambah anak bila anak-anak terdahulu terlahir perempuan, beberapa kasus PUS masih menambah anak walau sudah 5 anak berjenis kelamin perempuan terlahirkan. Terlebih lagi, teknologi informasi telah meningkatkan angka perceraian pada PUS di beberapa daerah di Indonesia (Jawa Timur wilayah Indramayu dan Banyuwangi) yang diiringi dengan munculnya budaya perselingkuhan atau poligami dan pola ikatan keluarga (Punuhsingon, 2012) semakin melonggar dari endogami dengan perjodohan antar keluarga ke arah eksogami (pernikahan keluar). Dampak jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 dan terlaluinya masa krisis moneter (krismon) dan mengendornya perhatian pemerintah pada program KB pada tahun 2000an mengakibatkan angka kelahiran yang tinggi di kalangan masyarakat kelas bawah dan masyarakat kelas menengah perkotaan. Ketersediaan Puskesmas di desa-kota, pos pelayanan terpadu (posyandu) dan akses bidan desa ikut berkontribusi pada peningkatan kesehatan ibu dan anak. Berbeda dengan di desa terpencil yang minimsarana kesehatan, kematian ibu saatmelahirkan atau setelah melahirkan masih mengintai. Tahun 2015, dunia melakukan evaluasi terhadap program MDGs (Millenium Development Goals) terhadap 12 program yang salah satunya kurang berhasil karena masih tingginya AKI (angka kematian ibu) di Indonesia. Situasi ini cukup memprihatinkan mengingat harapan bonus demografi di Indonesia akan menjadi kekuatan negara dalam meningkatkan daya saingnya di dunia internasional. Jalal (2015) menuntut pemanfaatan bonus demografi dengan peluang jaminan penuh kesehatan dan kesempatan bekerja bagi perempuan untuk meningkatkan tabungannya. Hal ini berarti laki-laki dan perempuan harus setara menabung/mencari nafkah dan semua penduduk yang berpenghasilan dapat melaksanakan kewajibannya membayar pajak untuk sebesar-besar kepentingan rakyat. Di beberapa desa-desa tertentu, kebijakan dua anak cukup dari presiden Suharto masih kuat mengakar namun hilangnya layanan kontrasepsi gratis bagi para ibu yang diberikan pada era pemerintahan Presiden Suharto mengakibatkan kelahiran tidak terkendali karena kesadaran menggunakan alat kontrasepsi secara mandiri belum terbangunkan. Fenomena ini seakan merujuk pada tindakan yang dilakukan masyarakat selama ini terjadi karena paksaan dari 12

25 sistem, bukan atas dasar kesadaran mereka. Partisipasi kaum pria ber-kb (Keluarga Berencana) aktif di Bali lemah. Kasus No. 2 Kaum laki-laki di Bali masih menganggap penggunaan alat kontrasepsi adalah tanggung jawab istri. Anggapan yang keliru ini dipertahankan dengan insentif yang bermula 1 juta rupiah ditingkatkan menjadi 3 juta rupiah dari pemerintah Kabupaten Gianyar bagi pria yang bersedia menggunakan metode kontrasepsi vasektomi (Aditya, 2015). Tujuannya agar pria ikut merencanakan jumlah anak secara aktif. Sebagai contoh, data BKKBN provinsi Bali tahun 2012 menjelaskan PUS pengguna kontrasepsi sebanyak 60,3 persen dari angka itu pria yang berkontrasepsi menggunakan kondom hanya 1,3 persen. Walaupun Incentive bagi pria yang bersedia melaksanakan metode vasektomi ditingkatkan dari tahun ke tahun, data tahun 2013 menunjukkan penurunan yaitu hanya 0,9 persen pria berpartisipasi menggunakan alat kontrasepsi. Tahun 2014 yaitu 66, 2 persen adalah kaum perempuan sebagai peserta aktif program KB (Aditya, 2015). Sukeni menjabarkan hasil penelitiannya bahwa akseptor KB perempuan di Bali tidak merasa menjadi korban suami, atau tersubordinat, namun mereka pengguna alat kontrasepsi demi kesejahteraan keluarga (2010: 119). Secara nasional perempuan lebih dari 53 persen sebagai pengguna kontrasepsi dan pria baru 1, 3 % aktif menggunakan kontrasepsi. Kondisi budaya patriarki di Bali serupa dengan wilayah lain di Indonesia menunjukkan piramida penduduk yang menggemuk pada tingkatan umur produktif. Dengan kata lain, kaum pria di Bali maupun tempat lain di Indonesia seharusnya ikut menekan kelahiran untuk menciptakan generasi berkualitas saat mengakhiri momen bonus demografi pada era mendatang KONDISI SOSIAL EKONOMI KOTA DAN DESA Teori pendorong dan penarik terjadinya urbanisasi ke wilayah perkotaan, berawal dari sektor pertanian yang tidak dapat menjanjikan peningkatan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat modern. Mantra 13

26 (2013; 227) mengulas skema penduduk usia kerja menurut kegiatan ekonomi dan kelompok SPS (setengah penganggur sukarela) yang kebanyakan diisi oleh kaum pekerja perempuan dibandingkan dengan SPT (setengah penganggur terpaksa) yang aktif atau pasif yang didominasi pekerja pria karena jenis pekerjaannya tergantung musim, alam atau keterampilan. Mantra mengutip Effendi (1987) menyatakan bahwa Indonesia akan mengalami kesulitan dalam mengukur pengangguran terbuka, karena jika dibandingkan dengan pengukuran pengangguran di negara maju, kaum penganggur tersebut mendapatkan santunan dari negara. Jika pembayaran seorang pekerja bertumpu pada banyaknya jam dan jenis pekerjaan yang dilakukan, maka akan sulit mengukur poin-poin tersebut. Sarwono dan Koesoebjono (2015) menjabarkan besarnya pekerja informal di Indonesia berdampak sulitnya mengukur jam kerja dan upah yang diterima. Misalnya seperti pertanian padi di Indonesia. Petani sawah dengan panen 100 hari mungkin dapat diukur waktu kerjanya. Namun tidak semua persawahan menanam padi yang dapat dipanen setelah 100 hari karena persawahan di Indonesia tergantung musim dalam pengelolaan air atau sumber irigasinya. Semakin minim air permukaan maka penyedotan air tanah untuk pertanian akan berdampak serius di masa depan. Begitu juga petani hortikultura atau buah (musiman) dan sayur (sistem tumpangsari). BPS menetapkan angka bekerja adalah sama dengan atau lebih dari 35 jam per Minggu dan apa bila kurang dari 35 jam per minggu dianggap setengah penganggur. Kehidupan sosial-ekonomi penduduk kota berbeda dengan kondisi desa. Bukan hanya fasilitas fisik, infrastruktur jalan dan moda ransportasi yang berbeda tetapi juga sumber daya manusia, sumber daya alam dan ragam budaya kehidupan kota dan desa tidaklah sama. Gaya hidup orang kota dikenal lebih modern dibandingkan orang desa. Tolak ukur kehidupan ekonomi di kota memungkinkan perempuan berkarir, sehingga status ekonomi wanita karir di kota lebih nampak karena persamaan gender diakui. Di desa, laki-laki lebih memiliki status sosial tinggi, apakah karena pekerjaannya yang mapan, latar belakang pendidikannya tinggi atau status sosial keluarganya sebagai pemuka desa atau tokoh masyarakat dan di Bali yang menjadi anggota banjar adalah suami (Sukeni, 2010). Pembayaran kewajiban desa (berbagai iuran dan dana punia) juga dilakukan oleh kepala keluarga/suami atas nama pasangan (pekurenan). 14

27 Kondisi ini perlu menjadi bahan kajian terkait penduduk dan pajak. Artinya kesadaran hak dan kewajiban ekonomi bagi angkatan kerja usia produktif dan para pekerja di kota atau di desa hendaknya sama dalam hal kewajiban membayar pajak. Kesadaran ini akan berpengaruh pada kontribusi pajak dari wajib pajak perorangan sesuai dengan besaran gaji, pendapatan di luar gaji dan kekayaan lain yang terkena pajak untuk sebesarbesar kepentingan pembangunan negara dan bangsa Indonesia. Tentunya penyadaran ini didasari oleh azas, hukum dan ketentuan perpajakan (baca tulisan pada bab IV). Pelaksanaan ketentuan pembayaran pajak tak pelak memunculkan kontra terhadap pajak. Seperti yang diuraikan Sari (2013), bahwa terdapat bentuk perlawanan aktif dan perlawanan pasif terlepas dari kesadaran penduduk memenuhi kewajiban membayar pajak. Perlawanan pasif dalam membayar pajak disebabkan oleh: (1) Intelektual dan moral masyarakat belum optimum, (2) Sulit bagi penduduk memahami sistem perpajakan, (3) Pelaksanaan sistem kontrol tidak dapat/belum baik. Perlawanan pasif ini menuntut perbaikan sistem perpajakan dalam lembar negara dan lembar peraturan daerah. Perlawanan pasif terhadap pajak dapat di atasi dengan sosialisasi, advokasi dan perbaikan peraturan daerah selain penghapusan sanksi pajak bagi penduduk tahun 2015 yang teledor dan bukan bertujuan mengemplang (memanipulasi) besaran pajak yang harus dibayarnya. Perlawanan aktif terhadap pajak lebih banyak variannya. Tax avoidance yaitu penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak dengan memanfaatkan kelemahan aturan perpajakan (Sari. 2013:51) sebelum SKP/surat ketentuan pajak dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) setempat yang dikenal sebagai upaya penghindaran pajak secara yuridis. Tax evasion yang berarti pengelakan pajak secara illegal dengan menyembunyikan keadaan yang sebenarnya yaitu dengan menyembunyikan hasil usaha bagi kepentingan dan keuntungan pribadi. Misalnya seorang dokter yang berpraktek sendiri memanipulasi jumlah pasiennya agar tidak membayar pajak, pengacara yang tidak mendaftarkan kliennya dan lain sebagainya. Setiap daerah memiliki aturan pajak daerah dan retribusinya sendiri. Misalnya aturan terhadap pajak progresif menuntut wajib pajak orang pe orang dalam kepemilikan kendaraan kedua misalnya membayar 1,5 persen lebih tinggi dari pajak kendaraan pertama di Bali dan hingga 10 persen 15

28 di DKI Jakarta. Penghapusan sanksi pajak pada tahun 2015 bertujuan meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang per orang dan wajib pajak badan usaha dalam membangun negara (baca bab V) Penduduk Desa versus Penduduk Kota Lapangan pekerjaan dalam pertanian lebih banyak ditemui di perdesaan yang mencirikan kesederhanaan, akses yang terbatas hingga semakin bekurangnya ciri pertanian organik karena penggunaan pupuk kimiawi yang masif. Tingkat sosial ekonomi petani sulit meloncat naik bila lahan yang dikelola sempit atau hasil pertanian gurem (bertani subsisten untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga saja). Kecuali pertanian lahan luas seperti kelapa sawit yang hingga saat ini industri minyak kelapa sawit masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat akibat kerusakan lingkungan yang dihasilkannya. Bahkan perambahan lahan perkebunan sawit kini membuka juga membakar area hutan lindung tadah hujan yang semakin memperparah kerusakan lingkungan. Walaupun serapan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit mengurangi dampak pengangguran, namun perlu solusi secepatnya bagi kebutuhan minyak goreng penduduk Indonesia. Dampak dari pengembangan kabupaten/kota dan wilayah urban adalah membanjirnya pencari kerja dari desa karena kota menjanjikan tersedianya lahan usaha dan macam pekerjaan yang lebih bervariasi. Statifikasi sosial penduduk kota juga mengalami perubahan akibat lahirnya berbagai mediasi pekerjaan, masuknya investasi dan variasi ekonomi dari berbagai sumber. Bagi pencari kerja dengan tingkat pendidikan sangat rendah, sasaran ke kota adalah menjadi buruh kasar (pria) atau pembantu rumah tangga (wanita). Sebagai contoh, kepulauan Bangka-Belitung pada tahun 2013 merupakan Provinsi kedua tertinggi tingkat penganggurannya dengan tingkat pendidikan tinggi, setelah DI Yogyakarta (Katalog BPS: , 2013: 63) diikuti oleh Sulawesi Tenggara dan Jambi. Cita-cita menjadi pegawai negeri sipil mengakibatkan lulusan sarjana kurang keinginan memulai karir dari bawah atau melakukan magang dan berwirausaha. Di perdesaan, ketimpangan ekonomi menjadi faktor utama mobilitas penduduk menuju kota (Nilakusmawati; 2009, Titus; 1982, Todaro; 1979, Lee; 1966). Krisis ekonomi tahun 1997 menurut Nilakusmawati (2009:148) berdampak multidimensial bagi Indonesia karena krisis sosial politik 16

29 menimbulkan dua pendapat. Pendapat pertama, belum tuntasnya persoalan kependudukan akibat krisis ekonomi dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi acap kali melemahkan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh tidak tertampungnya angkatan kerja dalam berbagai sektor eknomi. Pendapat kedua, Jalal (2014) dalam kuliah umumnya menyatakan bonus demografi sejak dini harus disikapi dengan serius dan bijaksana misalnya dengan mengembangkan desa sendiri oleh para lulusan sarjana asal desa itu. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 hingga tahun 2035 diproyeksikan sebesar 1,49 persen dengan asumsi unmet need atau kebutuhan KB tidak terpenuhi dapat dikejar dengan menekan laju kelahiran selama tahun berjalan. Agar surplus tenaga kerja pada tahun 2012 hingga 2035 dapat menjadi bonus demografi yang meningkatkan daya beli dan daya saing rakyat Indonesia, maka kedepannya diperlukan tindakan yang tepat mengakhiri momen bonus demografi. Pandangan optimis ini sangat dibutuhkan mengingat tantangan penduduk Indonesia (Jalal, 2014) bukan hanya ekonomi namun juga sosial politik yang menguji semua upaya menjadi negara yang berdaulat secara ekonomi, sosial, politik di kawasan Asia dan sebagai anggota badan dunia (PBB, OKI, OPEC, ASEAN dan seterusnya). Setiap Provinsi di Indonesia memiliki masalah dan problematikanya sendiri. Misalnya di pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat di Indonesia, proyeksi pertumbuhan penduduk terendah dari tahun 2010 hingga 2035 akan terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk diprediksi sekitar 6 juta jiwa. Berbanding terbalik dengan Jawa Barat yang akan mengalami ledakan penduduk hampir mencapai 60 juta orang pada tahun 2035 disusul oleh Provinsi Jawa Timur (41 juta jiwa), Jawa tengah (39 juta jiwa), Banten (17 juta jiwa) dan DKI Jakarta (11 juta jiwa). Apabila dikalkulasi kasar, jumlah penduduk pulau Jawa pada tahun 2010 sekitar 136 juta jiwa. Jumlah penduduk pulau Jawa pada 25 tahun mendatang diprediksi akan mencapai 174 juta jiwa. Proyeksi harapan hidup penduduk tertinggi di Indonesia tahun 2030 adalah penduduk di DI Yogyakarta dengan rata-rata harapan hidup mencapai 75,2 tahun per individu. Artinya semakin terkontrol jumlah penduduk suatu tempat akan semakin signifikan pengaruhnya terhadap angka harapan hidup. 17

30 1.1.2 Penduduk Asli dan Pendatang (Kasus Bali) Pulau Bali yang mungil, pada tahun 2010 mempunyai jumlah penduduk sebanyak jiwa. Proyeksi angka harapan hidup penduduk Bali tahun 2030 adalah peringkat kelima dari seluruh Indonesia yang mencapai angka harapan 72,7 tahun per individu dengan proyeksi penambahan jumlah penduduk asli etnis Bali pada sekitar 5 juta jiwa di tahun Tentunya jumlah ini tidak termasuk orang asing yang berdiam dengan izin imigrasi menggunakan visa turis, visa sosial budaya, kartu izin menetap sementara atau kartu izin menetap lainnya termasuk para pendatang dengan KIPEM (Kartu Identitas Penduduk Musiman). Dinamika kependudukan Bali sangat ditentukan oleh masuknya sektor formal (skilled labour) dan sektor informal yang menjamin ketersediaan bahan pangan atau bahan mentah dan usaha jasa di Bali. Pulau Bali menjadi persinggahan komoditas pangan dan kebutuhan pokok serta jalur ekonomi dan lalu lintas barang dan jasa ke arah timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur hingga kepulauan Sulawesi, Ambon dan Papua. Transaksi ekonomi ini sangat ditentukan oleh sektor informal dalam meningkatkan daya saing daerah dengan asumsi penduduk Bali berbagi kue kesejahteraan dengan penduduk lain di Indonesia, entah melalui pendatang atau dihasilkannya sendiri. Kasus No. 3 Sebagai contoh ketersediaan buah pisang, sangat ditentukan oleh pemasok dari pulau Jawa karena terbatasnya produksi pisang di Bali. Pisang adalah buah yang dikonsumsi penduduk Bali sekaligus menjadi sarana upacara umat Hindu. Juga ketersediaan pangan tahu dan tempe termasuk bakso dan gerobak kelilingnya, adalah hasil usaha sektor informal di Bali. Buah pisang, tahu, tempe dan bakso menjadi bagian dari kebutuhan pangan dan konsumsi masyarakat Bali yang dibawa oleh pendatang yang berprofesi sebagai pedagang. Transaksi ekonomi yang saling menguntungkan dalam industri dan perdagangan di Bali bertujuan menghindari kebocoran ekonomi daerah. 18

31 Sesuai amanah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008, bahwa dalam rangka memaksimalkan aspek daya saing daerah maka, fokus kemampuan ekonomi daerah yang telah ditetapkan adalah: 1. Angka konsumsi Rumah Tangga (RT) per kapita adalah ratarata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakupi seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. 2. Perbandingan faktor produksi dengan produk yang menggambarkan nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks yang diterima (It) petani dan dibayar (Ib) petani dalam tahun dasar dan tahun berjalan. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena indikator ini mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi penurunan daya beli petani. 3. Persentase konsumsi RT untuk nonpangan adalah proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk nonpangan terhadap total pengeluaran. Pengkalkulasian ini sangat penting untuk menganalisis kemampuan daerah dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Selain itu pemahaman tentang kependudukan tidak terlepas dari adanya bukti empiris pengaruh beberapa indikator kinerja keuangan daerah terhadap belanja modal dan daya saing daerah. Penelitian Lee Kuan Yew School of Publiky yang menempatkan Provinsi Bali diurutan 8 dari 33 Provinsi di Indonesia dengan skor 0,3184. Urutan ke 8 pada tahun 2013 ini berarti kinerja keuangan Provinsi Bali tergolong tinggi dengan produktivitas ekonomi yang signifikan. Kontribusi sektor pariwisata dan tenaga kerja dalam bidang pariwisata sangat didukung oleh modal kultural Bali yang menjadikan aset daerah berkembang seiring modernisasi, globalisasi dan merebaknya kotakota satelit di Bali. Jelas, arus urbanisasi menghilangkan lahan produktif pertanian untuk perumahan dan perlunya membatasi pembangunan villa (dengan kolam renang) melalui Peraturan Daerah. 19

32 Secara geografis, seluruh kabupaten/kota yang jumlahnya 9 di Provinsi Bali memiliki jumlah penduduk pendatang yang signifikan. Terutama kabupaten Badung yang padat dengan turis di wilayah Kuta, Legian, Seminyak, Canggu baik para wisatawan domestik maupun manca negara. Sebagai DTW (daerah tujuan wisata) perlu diperhitungkan kembali wilayah Nusa Dua yang diperuntukkan bagi hotel berbintang. Wilayahwilayah pariwisata di Bali dengan jumlah sekitar 700 hotel berbintang (bukan golongan homestay) bila musim liburan tiba dan tingkat hunian/ okupansi padat dapat mengakomodasi kamar (Kompas, 9 April 2013). Belum lagi menjamurnya villa-villa di area Jimbaran, Kerobokan, Canggu hingga pesisir pantai Tanah Lot dan Tabanan menuju Negara, wilayah timur di Candi Dasa, Tirtagangga, Tulamben, Amed, Lovina dan tujuan wisata lainnya. Persaingan bisnis akomodasi ini berpotensi konflik pada tataran hukum, karena perizinan usaha villa menuntut kejelasan termasuk pasokan minuman beralkohol yang sah, makanan dan aturan ketenagakerjaan pada industri villa. Geliat industri pariwisata telah menyerap pekerja perhotelan, pekerja industri kreatif mulai dari pembuat pakaian (garment), kuliner, kerajinan tangan hingga MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) untuk memperbanyak jumlah para wisatawan berkunjung ke Bali. Walaupun kondisi kependudukan di Provinsi Bali ini diproyeksikan stabil hingga tahun 2035 yang artinya tenaga kerja dari luar Bali akan berkontribusi secara signifikan untuk perputaran roda ekonomi sektor pariwisata di Bali. Penguatan pajak usaha dan pajak pribadi bertujuan menjaga stabilitas dan rasa keadilan, baik dalam bidang pekerjaan formal ataupun informal. Namun kasus yang terjadi di Bali tidak dapat diaplikasikan pada daerah lain di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya keunikan budaya masyarakat Bali yang telah meningkatkan kesejahteraan penduduk asli Bali dengan berbagai aturan, norma dan ikatan adat istiadatnya. Lahan produktif sejak tahun 2014 misalnya, di kota Denpasar dan di kabupaten Badung, telah diproteksi agar tidak dialihkan menjadi pemukiman atau pusat pertokoan. Pengalihan fungsi wajah kota Denpasar menjadi deretan ruko harus dihindari. Terutama impor beras dan komoditas pertanian perlu dihentikan (Sutika, 2014) agar petani mendapat jaminan harga gabah yang stabil dengan asuransi pertanian bila gagal panen. 20

33 Sejak diterbitkannya Peraturan Daerah untuk menjaga lahan dan tanah di Bali, selain pajak bumi dan bangunan yang harus dibayar, juga sistem sewa lahan menjadi marak. Artinya lahan penduduk asli boleh disewakan kepada penduduk non-bali atau warga asing selama 30 hingga 50 tahun. Penduduk pendatang harus membayar iuran dan retribusi sesuai statusnya. Walaupun pendatang tersebut merupakan penduduk asli dari desa tertentu di Bali, misalnya dari Karangasem tinggal menetap di wilayah urban seperti di kota Denpasar, mereka juga akan dikenakan iuran sebagai pemegang KIPEM. Penduduk asli Bali yang menjadi penduduk urban juga dianjurkan ikut kegiatan banjar adat. Desa adat di kota-kota urban di Bali memiliki mekanisme coping atau menanggulangi masalah kependududkan dengan pemisahan administrasi desa adat dari desa dinas. Mekanisme penanganan iuran kependudukan ini terbukti menjaga kekeluargaan dan kohesivitas penduduk asli dan penduduk pendatang pada desa adat yang berakibat pada rendahnya kasus-kasus pencurian di lokasi desa Pekraman atau desa Adat di wilayah urban. Pecalang atau tim keamanan desa adat berperan dalam kegiatan penduduk desa. Selain itu, kegiatan berbanjar adat atau berbanjar dinas atau keduanya memiliki nilai tambah, yaitu menjaga tradisi adat istiadat dan keagamaan Hindu Bali sehingga menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Perlu dihindari maraknya pertahan sipil sejenis Laskar Bali, Baladika dan lain sebagainya melalui Peraturan Daerah agar situasi konflik antar gank terhindari. Sistem iuran bagi penduduk desa adat di Bali tercantum dalam aturan tertulis yang disebut Awig-awig. Aturan Awig-awig ini juga menyebutkan sanksi bila penduduk melanggar aturan. Istilah sanksi berupa uang disebut dedosan atau denda. Sementara sanksi non-uang tergantung besar-kecil kesalahan sang terdakwa yang dikenakan sesuai hasil sangkep (rapat) desa adat. Iuran dalam bentuk uang disebut pengampel yang besarannya sudah jelas karena disepakati bersama. Sementara dana sukarela disebut punia. Kesemua bentuk kontribusi penduduk ini dikenai hanya pada kepala keluarga. Karena unit keluarga dalam adat di Bali adalah kepala keluarga/ suami dengan istri sebagai simbol pekurenan (pasangan). Walaupun ada bentuk kontribusi yang bukan uang, kaum wanita sangat berperan dalam distribusinya. Misalnya sumbangan beras, kopi, gula dan lain sebagainya yang bertujuan membantu sang tuan rumah atau penyelenggara yang 21

34 memiliki hajat. Begitu juga untuk upacara agama sesuai kalender Bali, sumbangan dana atau material lainnya merupakan hasil dari rapat warga desa atau niat baik penduduk untuk pencapaian suatu kegiatan keagamaan. Semua bentuk kontribusi ini memperlihatkan modal sosial masyarakat Bali yang saling mengikat dan telah teruji oleh waktu. Modal sosial masyarakat Bali seperti yang Putnam (1993) utarakan, jelas memperlihatkan tingkat kepercayaan penduduk Bali kepada institusi sosialnya. Penduduk pulau Bali menerima penyadaran akan pentingnya sistem iuran dan retribusi yang berupa uang dan material lainnya termasuk pembayaran pajak pendapatan, pajak bumi dan bangunan atau pajak lainnya termasuk terkena iuran wajib dalam tata kelola desa, iuran sukarela dalam kegiatan adat dan keagamaan. Serta penduduk Bali secara efisien saling menjaga ikatan dan simpul sosial kedaerahannya melalui peningkatan jejaring dalam lembaga sosial. Apa bila dibutuhkan dana dan iuran, penduduk Bali bersedia membayarnya (Punia) dan/atau menyediakan tenaga (Ngayah) sebagai keunggulan dalam modal sosial dan kultural di perdesaan dan perkotaan Provinsi Bali. Dana desa yang dijanjikan Presiden Joko Widodo menyebabkan tarik menarik rencana belanja desa adat dan desa dinas di Bali. Undangundang Desa Adat tahun 2015 menjadi komplementer pada awig-awig (aturan tertulis desa adat di Bali). Dalam tataran desa adat dan desa dinas di Bali, tetap berlaku urun rembuk dan musyawarah untuk mufakat. Terutama apabila menyangkut uang dalam tata kelola desa. Retribusi daerah berasal dari tiga sumber, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan tertentu. Imbalan jasa umum daerah bersumber dari segala upaya pelayanan umum yang memiliki landasan hukum bagi setiap unit biayanya (terdiri atas biaya pelayanan administrasi, pelayanan kesehatan dan retribusi jasa umum lain yang masih terus disusun). Imbalan kedua dalam retribusi daerah bersumber dari jasa usaha atau retribusi usaha akomodasi yang terdiri atas item retribusi tempat rumah penginapan/ pesanggrahan/villa. Sistem retribusi daerah juga dikenakan pada terra ulang dan kalibrasi alat-alat ukur, takar, timbangan dan perlengkapannya. Retribusi juga berasal dari perubahan atas peraturan daerah Provinsi Bali untuk penjualan produksi usaha daerah (PPUD) dan perubahan retribusi pemakaian kekayaan daerah dan peraturan tentang jasa usaha yang masih terus dalam penyusunan. 22

35 Hendaknya sistem retribusi daerah sinkron dengan sistem perizinan agar sumber keuangan daerah tidak tumpang tindih juga menghindari pungutan liar (pungli). Sumber retribusi ke tiga adalah retribusi perijinan tertentu. Retribusi ini mendapat imbalan atas penyelenggaraan angkutan barang di jalan dengan kendaraan bermotor umum. Juga retribusi atas penyediaan jalan untuk kendaraan bermotor umum. Retribusi daerah melalui perijinan tertentu ini masih dalam proses penyusunan Dinas Pendapatan Daerah Bali. Pendapatan daerah Provinsi Bali berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Misalnya bagian laba dari perusahaan milik daerah dan perubahan bentuk badan usaha badan hukum Bank Pembangunan Daerah Bali dan Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank BPD Bali. Pendapatan lain dari laba perusahaan milik daerah (PDAM) dan usaha lain merupakan imbalan yang sah. PAD/Pendapatan Asli Daerah yang sah merupakan bagian imbalan yang dinamakan retribusi daerah. Salah satunya berasal dari peraturan daerah tentang pengawasan dan pengendalian peredaran minuman beralkohol. Juga petunjuk pelaksanaan peraturan daerah Provinsi Bali yang diterakan dalam Peraturan Gubernur yang menentukan besaran pajak daerah,retribusi daerah serta aturan pajak dan iuran lainnya. Bagi seorang pemilik kendaraan bermotor, jumlah kendaraan yang dimilikinya menentukan jumlah pembayaran pajak kendaraan bermotornya. Pajak daerah lain yang dikelola oleh pemerintah Provinsi adalah pajak progresif. Pajak progresif ini dikenakan kepada pemilik kendaraan kedua, kendaraan ke tiga dan seterusnya dalam satu keluarga (unit ukurnya adalah Kartu Keluarga). Pajak progresif ini merupakan imbalan bagi daerah untuk penambahan PAD dari wajib pajak orang per orang. Pemerintah daerah merawat jalan-jalan yang dipakai oleh penduduk dengan pajak progresif ini. Juga menambah pelayanan bagi pemilik kendaraan bermotor dengan misalnya menghadirkan mobil keliling untuk membuat surat izin mengemudi/sim dan juga membuka kantor pelayanan perpanjangan registrasi kendaraan bermotor/samsat di tempat-tempat strategis ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN Analisis tentang ekonomi tidak terlepas dari keberadaan angkatan kerja di suatu negara dan dinamika pengangguran. BPS melaksanakan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) secara periodik dan sejak 23

36 Februari 2011 dilaksanakan secara triwulan. Dinamika ketenagakerjaan dari kisaran rumah tangga sampel diharapkan dapat mengestimasi angka tenaga kerja hingga level Provinsi. Tambahan sampel rumah tangga komplemen pada survei mampu menyajikan estimasi hingga level kabupaten/kota. Indikator Sakernas mengacu pada rekomendari ILO (International Labour Organization) sebagai sistem peringatan dini mengenai kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia. Pasar kerja, angkatan kerja dan problematika pengangguran juga saling terkait. Pasar bebas misalnya Asian Free Trade Association/AFTA telah menetapkan tahun 2015 sebagai tahun untuk memasuki Indonesia. Rencana pemerintah pada bulan Desember 2015 membolehkan Masyarakat Ekonomi Asia/MEA untuk bekerja di Indonesia bertujuan membantu roda ekonomi Indonesia unggul di kawasan Asia. Diharapkan tenaga kerja Indonesia siap menghadapi persaingan ekonomi dan sumber daya manusia. Misalnya Bali masih tetap teratas dalam pengembangan ekonomi kreatif, mulai dari penyelenggara MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition), membuat berbagai acara kesenian dan budaya, termasuk menghasilkan produk kreatif (tenun, kreasi batik, sulaman, kuliner dan produk cindera mata lainnya). Bidang ekonomi kreatif ini menyerap tenaga kerja mulai usia 15 tahun ke atas. Pemuda-pemudi Bali sangat diminati untuk bekerja di kapal pesiar karena memiliki kemampuan mementaskan kesenian bagi para tamu, baik secara per-orangan atau kelompok di kapal pesiar. Cukup dengan gendang dan alat musik gender yang disediakan oleh kapal pesiar, para pekerja dari Bali yang mampu berkesenian (tari kecak, tari lainnya) yang merupakan nilai tambah bagi perusahaan kapal pesiar Pengertian dan Klasifikasi Angkatan Kerja Semua penduduk usia 15 tahun keatas diasumsikan masuk dalam klasifikasi tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja. Definisi dari Departemen Tenaga Kerja RI mengacu pada Undang-undang No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2. Tenaga kerja dijabarkan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan masyarakat. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia yaitu penduduk berusia 15 hingga 64 tahun. Namun, anak jalanan usia 7 tahun dapat 24

37 diklasifikasikan tenaga kerja atau artis cilik yang menyanyi atau bermain film serta menghasilkan uang dapat masuk sebagai tenaga kerja khusus. Penting untuk diingat, bahwa angkatan kerja berbeda dengan tenaga kerja karena angkatan kerja terkait dengan batas usia, status bekerja atau bukan bekerja yang tidak saja sebagai penganggur, namun juga mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, orang-orang yang berkebutuhan khusus yang dikupas dalam klasifikasi gender atau klasifikasi lainnya, misalnya usia produktif dan proyeksi jumlahnya dalam hitungan tahun. Angkatan kerja diklasifikasikan sebagai penduduk usia kerja yaitu 15 tahun keatas yang bekerja dan menganggur. Bukan Angkatan Kerja/ BAK adalah penduduk usia kerja yang pada periode referensi tertentu tidak mempunyai atau melakukan aktivitas ekonomi. Baik dikarenakan masih sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya (pensiun, penerima transfer/ kiriman uang, penerima deposito atau bunga bank, jompo atau alasan lain). Bukan angkatan kerja adalah kebalikan dari angkatan kerja. Anak sebelum berumur 15 tahun dan orang usia di atas 64 tahun adalah penduduk tidak produktif dan bukan angkatan kerja. Tenaga kerja di sebuah pabrik rokok misalnya adalah angkatan kerja yang bekerja. Dalam pabrik rokok itu terdapat pengklasifikasian angkatan kerja, seperti dari klasifikasi usia dan jenis kelamin, latar belakang pendidikan terakhir, hingga jam kerja dan statusnya sebagai buruh, pengawas atau manajer. Jumlah angkatan kerja di Kota A tempat pabrik rokok itu berlokasi dapat menjelaskan persentase tingkat partisipasi Angkatan kerja (labour force) dengan rumus: Jumlah angkatan kerja: jumlah tenaga kerja X 100 % TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) dinyatakan dalam persentase dan dapat dipilah sesuai kebutuhan. Misalnya TPAK jenis kelamin dan kelompok usia. TPAK sesuai status dan jabatan serta lapangan kerja dan seterusnya. TPAK juga menentukan persentase angkatan kerja sesuai latar belakang pendidikannya. Tingkat partisipasi angkatan kerja sangat terkait dengan berbagai lowongan pekerjaan dan kesempatan kerja yang disediakan pasar kerja. Definisi luas dari pengangguran digunakan dalam survei angkatan kerja nasional/sakernas yang mendefinisikan pengangguran dalam empat kriteria. Orang yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, putus asa dan merasa tidak mungkin mendapatkan 25

38 pekerjaan (discouraged worker) dan orang yang sudah diterima bekerja namun belum mulai bekerja. Pemilahan TPAK memudahkan pemerintah mencari solusi bagi pengangguran. Juga dapat menghitung penduduk yang setengah penganggur yaitu bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Klasifikasi bekerja juga dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali dengan definisi sebagai kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama 1 jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus Pengertian dan Klasifikasi Pengangguran Di Bali, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,9 persen. Situs Berita Dewata (07 November 2014) menampilkan wajah Kepala BPS Provinsi Bali yang menegaskan bahwa pengangguran pada Agustus 2013 sebesar 1,83 persen. Kemudian terjadi penurunan pada bulan Februari 2014 sebesar 1,37 persen. Peningkatan jumlah pengangguran terbuka ini diakibatkan oleh penurunan jumlah pekerja bidang pertanian. Musim dan cuaca tidak menentu menjadi penyebab pengangguran bagi petani. Tingkat pengangguran terbuka dapat pula diklasifikasikan menurut pendidikan. Berdasarkan jenjang pendidikan, TPT terendah terdapat pada penduduk dengan tingkat pendidikan SD kebawah yaitu sebesar 0,56 persen. Sementara itu, TPT tertinggi d idominasi penduduk dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 4,51 persen, diikuti oleh mereka dengan pendidikan Diploma/Universitas yaitu sebesar 2,89 persen, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 2,29 persen, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 1,78 persen. Seharusnya lulusan SMA mendominasi pengangguran terbuka namun ternyata lulusan SMK yang seharusnya lebih kompeten dalam satu keterampilan tertentu masih tinggi tingkat penganggurannya. Keragaman pengangguran pada tingkat pendidikan tertentu dapat pula memberi gambaran partisipasi aktif mereka dan sikap moral dalam dunia kerja. Enggan bekerja kasar atau meniti karir dari jenjang paling bawah juga memperbesar Tingkat Pengangguran Terbuka pada lulusan SMK. Kurangnya keinginan berwira-usaha nampaknya menjadi kendala 26

39 bagi penganggur dengan ijazah sekolah menengah atau ijazah diploma dan sarjana strata 1, sehingga memengaruhi pula tingkat pengangguran tersembunyi. Baik pengangguran terbuka dan pengangguran tersembunyi akan menjadi beban bagi orang atau penduduk produktif yang bekerja. Pengangguran dalam definisi yang lazim (standar) yaitu penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan dan/atau mempersiapkan suatu usaha. Pemerintah melalui data yang disediakan BPS berkewajiban melindungi angkatan kerja dan penduduknya. Unsur utama dalam upaya mengatasi pengangguran adalah menganalisis proyeksi ketersediaan angkatan kerja per lima tahun, sesuai piramida proyeksi penduduk pada Gambar 1.4 dibawah ini. Gambar 1.4 Proyeksi Usia produktif di Bali Laki Perempuan Laki Perempuan dalam ribuan dalam ribuan Laki Perempuan Laki Perempuan dalam ribuan Laki Perempuan dalam ribuan Laki Perempuan dalam ribuan dalam ribuan Sumber: BPS 2013, Proyeksi Penduduk Indonesia

40 Berpedoman pada proyeksi penduduk ini, secara umum terlihat piramida yang menggemuk pada kelompok usia produktif. Usia produktif diasumsikan sebagai usia yang mampu mengerjakan suatu pekerjaan dan bukan menganggur. Apalagi bila banyak penduduk dengan latar belakang pendidikan tinggi namun enggan bekerja, mereka dianggap pengangguran terdidik. Pengangguran terdidik adalah bidang garapan penting bagi kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigarsi bersama Disdikpora setiap Provinsi di Indonesia untuk mengurangi ketidak-mauan sarjana atau lulusan dengan diploma pendidikan tertentu untuk memulai pekerjaan dari nol, dengan demikian terjadilah pengangguran tersembunyi. Pengangguran tersembunyi sering menjadi momok bagi angkatan kerja produktif. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bertujuan memberi kerangka pada dunia kerja agar mampu menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan tenaga kerja terdidik agar kualifikasi kompetensi antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja mendapat pengakuan. Sebaliknya, tenaga kerja yang tidak berlatar belakang pendidikan tinggi namun cakap dan ahli dalam bidang tertentu dapat meraih jenjang tertinggi dalam KKNI. Sikap kaum terdidik yang enggan memulai pekerjaan dari jenjang rendah dapat merusak KKNI yang menuntut kinerja dan kemampuan kerja yang optimum terutama dari sektor informal. KKNI berorientasi pada penjenjangan kerja yang dibutuhkan pasar seperti kerangka pada Gambar 1.5. Gambar 1.5 Indonesian Qualification Framework 28

41 Sumber: BAN PNF, seizin Imam Waluyo (2012) Pada pemerintahan presiden Jokowi ini sudah dikenal dengan istilah lelang jabatan. Adanya salah seorang Menteri perempuan, kabinet Indonesia Hebat yang tidak memiliki ijazah SLTA namun cakap dan ahli dalam perikanan dan maritim menjadi bukti KKNI. Oleh karena itu program kewirausahaan dan peningkatan soft skills atau keterampilan lunak amat dibutuhkan tenaga kerja di Indonesia Upaya Antisipasi Pengangguran Pemerintah Indonesia melalui Kemenakertrans (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi) telah meminta seluruh kantor Dinas Nakertrans dan Dinas Pendidikan dan Olahraga seluruh Provinsi di Indonesia untuk mengantisipasi pengangguran terbuka atau pengangguran tersembunyi. Upaya tersebut dijembatani oleh KKNI sesuai penjenjangan tenaga kerja yang diakui dalam bidang profesi serta kinerja yang terakreditasi dan tatakelola SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia. Disnakertrans Provinsi Bali telah menerbitkan berbagai buku pedoman bagi para pencari kerja. Konsep Job fair yang setiap tahun digelar di Jakarta juga di Bali, memperlihatkan upaya pemerintah dalam mengantisipasi pengangguran. Selain job fair juga dibuka bursa kerja on-line, bursa kerja pemerintah, bursa kerja swasta dengan layanan penempatan kerja lokal, antar daerah dan 29

42 panduan bekerja di luar negeri. Contoh publikasi dapat diakses langsung atau melalui situs resmi Disnaker atau publikasi seperti tertera dalam Gambar No. 1.6 dibawah ini. Gambar 1.6 Publikasi bagi Pencari Kerja Sumber: Disnakertrans Provinsi Bali 2015 Upaya antisipasi ketenagakerjaan di Provinsi Bali dan wilayah lain di Indonesia sangat terkait dengan regulasi dunia usaha dan kualifikasi tenaga kerja. Oleh sebab itu publikasi yang dikeluarkan secara resmi sangat membantu para pencari kerja mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok dan memberi prestasi baginya meraih sukses dalam bekerja. Selain itu, konsep Link and Match dari dunia pendidikan ke dunia usaha perlu diperkuat. Juga peningkatan soft skills dan program pertukaran tenaga kerja (lokal, antar daerah luar negeri) akan memberi antisipasi timbulnya pengangguran. a. Link and Match Program link and match atau adanya keberkaitan dan keberpadanan antara dunia pendidikan dan dunia kerja telah digaungkan oleh para teknokrat pada era Orde baru. Istilah siap pakai yang menyertai paradigm link and match didengungkan Mendikbud Wardiman Joyonegoro. Haruskah generasi muda dibuat menjadi generasi tukang oleh dunia pendidikan? Kalau demikian halnya, maka dunia pendidikan sudah turun derajatnya dari penghasil tenaga terdidik menjadi produsen buruh atau tukang (Edukasi, Kompasiana, 2013) yang dalam bahasa keren disebut operator. 30

43 Refleksi Diri: Kritik ini menuntut revolui mental pada tataran link and match dunia pendidikan ke kehidupan nyata. Dengan demikian dipahami sebagai pendidikan terintegrasi dengan arena pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, bukan pendidikan sebagai menara gading kaum terpelajar atau ujung lain pendidikan sebagai penghasil tukang. Terhindar pula dunia kerja berteriak bahwa para pekerja tidak siap pakai dan tanpa basis kompetensi profesi yang optimum. Konsekuensinya, mutu sekolah menengah harus ditingkatkan yaitu saat usia sekolah siswa melewati 15 tahun sudah memahami keberkaitan dirinya sebagai angkatan kerja yang memiliki keberpadanan profesi tertentu sesuai status pekerjaan yang dicita-citakannya. Juga mutu lulusan Sarjana Strata 1 ditingkatkan agar sikap profesional menjadikan Universitas penghasil sarjana yang memiliki keberkaitan dan keberpadanan dengan dunia kerja. Refleksi diri sangat dibutuhkan para calon sarjana stratum 1 yang masuk pada level 6 sebagai analis. KKNI memberikan peluang keberkaitan dan kesepadanan dunia pendidikan dan dunia kerja dengan level kompetensi yang lebih jelas. Penjenjangan kerja dari level 1 hingga 9 dapat dilihat pada Gambar 1.6. Gambar 1. 7 Link and Match dalam KKNI Sumber: BAN PNF seizin Imam Waluyo (2012) 31

44 Untuk mencapai keterampilan hidup, sukses dalam pekerjaan, para lulusan dunia pendidikan perlu meningkatkan keterampilan lunak yang dikenal sebagi soft skills. b. Peningkatan Soft Skills Soft skill atau keterampilan lunak bagi kaum akademisi dan mahasiswa di dunia perguruan tinggi baru saja berkembang dan dikembangkan. Buku petunjuk pengembangan soft skill dalam proses belajar di Perguruan Tinggi (Dikti, 2008) menjelaskan pentingnya soft skill dalam kesuksesan seseorang. Sukses berasal dari keterampilan lunak yang berkontribusi 80 persen dibandingkan hard skill atau keterampilan keras sesuai bidang ilmu yang dipelajari (kepintaran dengan nilai akademis tinggi) yang hanya berkontribusi 20 persen di dunia kerja. Tiga domain dalam Taksonomi Bloom terdiri atas domain kognitif (kemampuan berpikir), afektif (kemampuan yang berhubungan dengan sikap, perasaan, emosi dll) dan psikomotorik (keterampilan fisik) harus diimbuhi oleh keterampilan lunak. Setiap profesi menuntut perbedaan hard skills (insinyur mesin ahli dalam mesin kapal, maka ia seorang ahli mesin kapal, seorang dokter spesialis anak akan mengobati penyakit dari seorang anak dan bukan penyakit seorang lanjut usia). Profesi apapun menuntut pekerjanya mampu berkomunikasi, bekerja dalam tim, bekerja mandiri dan berpikir analitis selain daftar keterampilan lunak lain berikut ini. 1. Kejujuran 2. Tanggung jawab 3. Berlaku adil 4. Kemampuan bekerja sama 5. Kemampuan beradaptasi 6. Toleran 7. Hormat terhadap sesama 8. Kemampuan mengambil keputusan 9. Kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya. (Sumber: Dikti, Direktorat Akademik, 2008) 32

45 Refleksi Diri: Agar soft skills meningkat, sang pebelajar yang baru lulus dari sekolah atau yang masih menuntut ilmu di Perguruan Tinggi membutuhkan fasilitas berupa sarana pelatihan, job fair atau penyelenggaraan pasar kerja tempat berkumpulnya para dunia usaha dalam merekrut karyawan. Tersedia pula fasilitas on line recruitment atau sistem perekrutan secara on line. Pekerja yang sukses membutuhkan pelatihan kerja (on the job training) untuk peningkatan karir baik untuk kuantitas maupun kualitas kerjanya. Pelatihan bisa dilalui dengan program pemagangan mahasiswa atau bagi siswa SMK yang bertujuan mengasah soft skills mereka. Peningkatan keterampilan hidup dimulai dari domain kognitif dalam menuntut ilmu (learning to know) dan pengetahuan itu secara operasional dapat dikerjakan langsung (learning to do) dalam kehidupan nyata. Si pembelajar kemudian mampu berkarakter mempelajari potensi yang dimiliki untuk menjadi dirinya sendiri (learning to be) dan belajar bermasyarakat yaitu pintar hidup bersama (learning to live together). Pilar pendidikan dari UNESCO ini menjadi dasar pengembangan KBK atau kurikulum berbasis kompetensi. Komponen keterampilan lunak seseorang adalah: (1) kemampuan berhubungan dengan orang lain, (2) keterampilan mengatur dirinya sendiri dan mampu, (3) mengembangkan unjuk-kerja yang optimum. Dalam keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain, penting seseorang memahami etika berkomunikasi, membangun kemitraan, memotivasi dirinya dan orang lain, mampu secara jujur mempromosikan diri, terampil bernegosiasi dan menyajikan ide maupun pemikiran serta tegas dalam berbicara kepada khalayak umum. Keterampilan mengatur diri sendiri berawal dari melakukan transformasi karakter, misalnya kecenderungan menggunakan kata-kata yang tepat dalam memotivasi teman, memotivasi diri sendiri, melakukan transformasi keyakinan yaitu tidak bersikukuh pada satu prinsip dan mampu menerima keyakinan yang lain, pandai mengelola waktu, memproses berpikir kreatif, mengatur tujuan-tujuan hidup dan manfaatnya, mengakselerasi 33

46 teknik belajar untuk mencapai cita-cita. Pandai mengembangkan diri dalam unjuk-kerja atau performa merupakan komponen soft skills yang menjamin suksesnya seorang pekerja. Peningkatan gaji yang diperoleh berasal dari perfoma atau unjuk-kerja optimum yang secara otomatis akan menaikkan karir dengan peningkatan pangkat dan jabatan seseorang. Dapat diilustrasikan bahwa seorang pemain sepak bola tentunya tidak hanya mampu menendang, menggiring bola hingga menuju gawang lawan. Ia harus menjaga kesopanan berlaga dengan tidak mencederai lawan atau melanggar aturan yang akan dikenai sanksi oleh wasit, serta pemain sepak bola harus berdisiplin mengikuti arahan pelatih sambil membangun kerjasama tim dalam berlatih maupun berlaga. Kuantitas kemenangan tim sepak bola diukur dari berapa kali seorang pemain handal mampu memasukkan bola ke gawang lawan, namun kualitas permainan juga diukur berapa kali pelanggaran terjadi yang memicu tendangan penalti. Jadi bukan hanya siapa pencetak goal dalam pertandingan sepak bola tersebut sebagai parameter pemenangan, tetapi juga detik demi detik permainan yang menjadikan permainan sepak bola terus naik daun sebagai cabang olahraga dan sportivitas bagi masyarakat. Contoh lain, kuantitas kerja seorang pemasar barang (marketer) diukur dari berapa banyak produk yang berhasil dijualnya. Seorang pemasar barang tulen yang berkualitas akan menjaga hubungan setelah transaksi terjadi. Baginya bukan hanya hasil penjualan yang terpenting tetapi tingkat kepercayaan yang meningkat dari pelanggan menjadi utama dalam unjuk kerjanya. Demikian pula di Bali, kuantitas penduduk yang bekerja dapat diukur dengan ketaatannya membayar pajak. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang membutuhkan kualitas penduduk yang sadar akan kewajibannya dalam membayar pajak, cukai atau membayar retribusi tertentu yang telah ditetapkan. Kesadaran ini meningkatkan kualitas dan derajat penduduk tersebut sebagai seorang warga negara. Pada KKNI jelas telah dibuatkan penjenjangan kualifikasi seorang pekerja dalam koridor kualifikasi pekerjaan di negara Indonesia. Namun, KKNI hanyalah kerangka dalam mendesain pekerjaan, setiap badan usaha membutuhkan pemahaman atas rotasi pekerjaan yang disertai dengan job enlargement dan job enrichment, yaitu badan usaha mampu merotasi pekerjanya dalam koridor perluasan (enlargement) variasi pekerjaan dan pengayaan (enrichment) dari beban tugas yang lebih mendalam, bervariasi dan memuaskan pekerjanya. 34

47 c. Pertukaran Tenaga Kerja Salah satu program kerja yang digagas oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah pertukaran tenaga kerja lokal (dalam satu tempat geografis), pertukaran pekerja antar daerah, serta pertukaran pekerja ke luar negeri. Di setiap pemerintahan Provinsi dikenal badan yang merotasi, mempertimbangkan kenaikan pangkat dan jabatan yaitu Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat). Dalam badan usaha swasta dikenal dengan bidang Personalia, Human Resources Development atau departemen SDM/Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Mungkin organisasi kepolisian dan militer merupakan contoh dari pertukaran pekerja menjadi dinamis karena Markas Besar Polisi Republik Indonesia memiliki kemampuan merotasi atau memutasi pejabat polisi ke seluruh Indonesia dengan segala masalah yang membelit organisasi ini. Begitu juga Kementerian Luar Negeri yang mampu merotasi Duta Besar dan karyawan Departemen Luar Negeri ke seluruh dunia yang memiliki kedutaan besar atau konsul jenderal. Perusahaan multinasional, bisnis hotel internasional, produk mobil, motor hingga makanan yang bermerek/branded memiliki pola rekrutmen dan pembayaran pajak yang dikembangkannya sendiri tetapi sesuai aturan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan serta Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Perguruan Tinggi negeri mengenal program diseminasi dosen, artinya dosen yang kompeten di bidangnya berkewajiban mendiseminasikan kompetensinya kepada perguruan tinggi lain. Program job enlargement akan membuat mekanik-mekanik tersebut menjadi tenaga terampil berlapis (multiskilled labour). Bukan hanya satu tipe kerusakan sepeda motor, namun mekanik tersebut mampu menangani semua jenis dan tipe kerusakan sepeda-motor. Pengayaan pekerjaan itu berlaku pula dengan mempertukarkan tenaga kerja. Job enrichment berupaya memberi kedalaman dalam bidang profesi tertentu. Oleh sebab itu peningkatan kompetensi profesi di segala bidang pekerjaan tidak dapat ditawar lagi dan menjadi harga mati bila Indonesia secara ekonomi hendak berdikari. 35

48 Refleksi Akhir: Badan usaha yang cukup luas akan mendesain pekerjaan dalam upaya memperbaiki kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan karyawannya. Upaya ini memerlukan tempat dan pengorganisasian yang tepat. Bengkel resmi sepeda motor merek tertentu akan mempertukarkan keahlian mekanik-mekanik mereka agar selalu mendapat pelatihan dalam pelayanan purna jual. Mekanik ini dipertukarkan untuk sementara waktu dalam koridor memberi perluasan mandat kerja agar tidak monoton dan lebih fleksibel, serta mampu bekerja di tempat baru. Seandainya mekanik tersebut tidak dikirim ke tempat baru, perluasan kerja dapat dilakukan dengan memberi variasi pekerjaan lain agar seorang pekerja tidak merasa bosan dan mendapat tantangan PENUTUP/RINGKASAN Penduduk Indonesia jumlahnya meningkat secara signifikan dengan rasio ketergantungan 47,3 persen karena secara nasional pada tahun 2013 momentum bonus demografi telah terlewati. Tahun 2015 diprediksikan BPS bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 255,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk menurun dari 1,38 persen hingga tahun 2035 diproyeksikan 0,62 persen. Sejak tahun 2010, Provinsi Bali mengalami momentum bonus demografi seiring dengan berlimpahnya penduduk usia produktif di seluruh Indonesia. Bonus demografi ini dasar asumsinya pada kecenderungan kelahiran, kematian, serta perpindahan penduduk (usia tahun) antar Provinsi yang paling mungkin terjadi selama periode 25 tahun, sesuai proyeksi BPS yang dapat memberikan keuntungan ekonomi. Usia produktif di setiap Provinsi memberi manfaat ekonomi, dengan syarat bonus demografi ini dikelola dengan penurunan TFR/Total Fertility Rate yaitu angka kelahiran menurun, angkatan kerja terserap dalam kegiatan ekonomi dan rasio ketergantungan kurang dari 50 persen. Bonus ini terjadi satu kali saja di setiap Provinsi di Indonesia yang ditandai dengan rendahnya angka ketergantungan usia lanjut dan anak-anak. Proyeksi ini berlaku hingga tahun 2035 yang menimbulkan konsekuensi hak hidup yang lebih luas dengan pemekaran beberapa Provinsi/kabupaten di Indonesia. 36

49 Secara sosiologis, angkatan kerja dalam usia produktif yang mampu berwirausaha akan menghindari pengangguran. Pengangguran terbuka di Bali kurang dari 2 persen dan pengangguran tersembunyi lebih banyak terjadi di desa daripada di kota. Bonus demografi juga harus disikapi sebagai berkah dan bukan sebagai musibah. BPS telah menghitung proyeksi penduduk Indonesia, kemudian menghitung proyeksi penduduk per Provinsi hingga tahun Pola migrasi penduduk rural ke wilayah urban telah berlangsung sejak pemerintahan Orde Baru dengan perluasan kota satelit (contohnya Jabodetabek di Jakarta). Di Bali, alih fungsi lahan pertanian menjadi ruko dan perumahan harus segera dihentikan karena memperburuk wajah kota dengan mengorbankan lingkungan demi peningkatan ekonomi. Era reformasi masih memungkinkan penambahan kecamatan, kabupaten atau provinsi baru serta program transmigrasi yang masih berlangsung dapat dimanfaatkan untuk membuka lahan pertanian di seluruh Indonesia. Otonomi daerah memungkinkan kedaulatan pangan dan terciptanya peningkatan indeks pembangunan dan indeks kesejahteraan lainnya bagi penduduk daerah tersebut. Penelitian Lee Kuan Yew School of Publiky telah menempatkan Provinsi Bali diurutan 8 dari 33 Provinsi di Indonesia dengan skor 0,3184. Urutan ke 8 pada tahun 2013 ini berarti kinerja keuangan Provinsi Daerah Bali tergolong tinggi dengan produktivitas ekonomi yang signifikan. Namun, angkatan kerja yang melimpah hanya dapat dianggap anugerah apabila angka pengangguran ditekan agar tidak menjadi musibah ekonomi dengan tujuan kesejahteraan penduduk meningkat. Pada ujungnya, peningkatan pendapatan dan produktivitas ekonomi yang tinggi juga diikuti dengan kesadaran membayar pajak bagi penduduk yang memiliki penghasilan, kekayaan dan jaringan ekonomi menjadi tombak keberhasilan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan penduduk pada desa, kecamatan, kabupaten seluruh provinsi di Indonesia. Peningkatan pendapatan seseorang juga dapat dicapai dengan peningkatan kualitas diri, salah satu caranya dapat diperoleh dengan cara merotasi pegawai agar dapat bertukar kemampuan dengan pegawai yang lain demi meningkatkan pengetahuan. Masyarakat terdidik yang menjadi pengangguran di Indonesia juga tidak sedikit, hal ini dipengaruhi oleh ketidak-mauan mereka dalam memulai pekerjaan di bidang yang lain, msialnya berwirausaha. Dinas Pendapatan Daerah bersama KPP (Kantor Pelayanan Pajak) satu pintu, melayani wajib pajak besar (large taxpayers 37

50 office), wajib pajak madya (medium taxpayers office) dan wajib pajak pratama (small taxpayers office). Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang dikenal sebagai Kanwil DJP Pajak bersepakat memberi pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Contoh Soal: 1) Melalui Google scholar, atau langsung menuju portal Garuda, Scopus, atau portal lain kita dapat mencari mencari tulisan dan artikel terkait penduduk dan pajak. Misalnya portal Informit dari Australia memuat tulisan tentang penyesuaian biaya pajak yang dibayar oleh pembayar pajak korporasi besar di Indonesia oleh B. Susila, (2012). 2) Tulisan Mukhlis dan kawan-kawan, di European Scientific Journal, menjelaskan biaya beban pajak yang mengikuti aturan bagi wirausaha kecil dan menengah yang mengekpor barang-barang kerajinan di Jawa Timur membutuhkan penguatan kapasitas dan edukasi. eujournal.org/index.php/ejs/article/down load/2975/2799 3) Carilah tulisan di jurnal yang memungkinkan anda memahami kaitan antara angkatan kerja, kewajiban membayar pajak, membayar retribusi atau penyesuaian tarif pajak dengan ubahan lain misalnya bonus demografi, gender dan status pekerjaan untuk memperkaya pemahaman Anda terhadap bahasan ini. Soal-soal Latihan: 1) Bagaimana anda memahami segmentasi masyarakat yang secara ekonomi tergantung kepada orang yang bekerja dan menghasilkan uang? Cari perhitungan tingkat partisipasi angkatan kerja atau artikel dari jurnal sejenis! 2) Berpasangan atau pilih 2 teman lain untuk membuat skema ketergantungan ekonomi dalam keluarga. Refleksi Bersama BKKBN Provinsi Bali apakah setuju dengan konsep 4 anak yang oleh senator Bali di Jakarta menjadi anjurannya. Bahaslah rencana jangka panjang kependudukan di provinsi Bali dengan berorientasi pada gambar berikut: 38

51 Sumber: Paparan Ketua Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, 11 Mei 2015 Refleksikan hasil pemagangan di BKKBN dengan pemagangan di Badan Pusat Statistik Bali yang membahas masalah Ketenaga-kerjaan agar pemahaman tentang bonus demografi dapat dipahami secara lebih utuh. Tenaga kerja di provinsi Bali mengalami pasang surut dalam pekerjaan sesuai jenis pekerjaan, iklim dan kaitannya dengan kalender keagamaan. Sehingga pekerjaan serabutan mendapat tempat yang tinggi dengan jam bekerja yang lebih panjang dan memperlemah daya saing pekerja asli dari Bali. Sumber: Kepala BPS Provinsi Bali, paparan pemagangan mahasiswa 14 Mei

52 Evaluasi Magang Pedoman Penilaian di kelas (skala 0,5, 1, 1,5 dan 2) dan di tempat magang {+10 jam, 2 5 jam dengan penilaian dari tim pendamping industri (skala 0-2) setiap harinya sesuai indikator dalam Lembar Penilaian Magang Mahasiswa}. Di kelas pada pertemuan pertama : memahami apa itu tingkat partisipasi angkatan kerja dari artikel jurnal atau tulisan terpublikasi. Di kelas pada pertemuan ke dua : perhitungan tingkat p a r t i s i p a s i angkatan kerja di lingkungan tinggal anda dan skema ketergantungan ekonomi dalam keluarga anda. Tempat Magang, kantor : 1. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, biro ketenagakerjaan 2. Kantor BKKBN Provinsi Bali Tim Pendamping : 1. Kepala BPS 2. Perwakilan/BKKBN-Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Tim Dosen Pengajar : 1. Nazrina Zuryani 2. Kepala BPS atau yang mewakili 3. Kepala BKKBN atau yang mewakili Penulis: Nazrina Zuryani, dapat dihubungi melalui surat elektronik/ nazrinazuryani@yahoo.com 40

53 Bacaan Utama Aditya, IGNA Metode Kontrasepsi Vasektomi: Partisipasi Pasangan Usia Subur dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Abiansemal Bali, Skripsi belum diterbitkan, Universitas Udayana di Bali. Alisahbana, A Puncak Bonus Demografi, Hindari Indonesia dari Middle Income Trap. Diunduh dari /02/puncak-bonus-demografi-hindari-indonesia-dari-middleincome-trap/ pada tanggal 2 Maret BPS, Katalog No (2013). Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Mei Jakarta: Badan Pusat Statistik RI. Burton. R Kajian Perpajakan dalam Konteks Kesejahteraan & Keadilan. Jakarta: UI Press. Dispenda.Baliprov.go.id/id/Peraturan-dan-Kebijakan-Dinas-Pendapatan- Provinsi-Bali diunduh tgl 23 Desember 2014, jam 4:39 WITA yang terbit Kamis, 28 Oktober Jalal, F Indonesia Memiliki Indeks Ketidaksetaraan Gender (IKG) Tinggi, Jurnal Perempuan, Gathering SJP ke XI diunduh tangggal 30 Juni 2015 dari perempuan.org Jalal, F Paparan Kepala BKKBN-Kuliah Umum Universitas Udayana 13 Mei 2014.ppt Kompas, travel story. Selasa, 9 April Hotel di Bali terlalu Banyak, diunduh tanggal 17 Desember 2014 melalui situs travel.kompas. com Kompasiana Jumlah Provinsi di Indonesia Lee, Everett S A Theory of. DemographyMigration Vol3, Hal Lombard, Denys Nusa Jawa: Silang Budaya. Jaringan Asia Jilid 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mantra, Ida Bagoes Demografi Umum. Cetakan ke XV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nilakusmawati, Desak Putu Eka Matematika Populasi. Denpasar: Udayana University Press. Punuhsingon, Joke Perceraian karena Perselingkuhan, diunduh tanggal 24 Agustus 2015 melalui situs Scribd, 41

54 doc/ /perceraian-karena -perselingkuhan Sarwono, Solita dan Santo Koesoebjono. Pajak: Sumber Penghasilan Negara bagi Pembangunan. Opini & Editorial, hal 11, Kamis, 13 Agustus Jakarta: Suara Pembaruan Shahab, Kurnadi Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Sutedi, Adrian Hukum Pajak. Jakarta: Sinar Grafika Sukeni, I Nyoman Hegemoni Negara dan Resistensi Perempuan (dalam Pelaksanaan Keluarga Berencana di Bali). Denpasar: Udayana University Press Sutika, Pengamat: Pemerintah perlu lakukan proteksi pertanian, diunduh tanggal 27 Agustus 2015 dari situs: com/berita/420993/pengamat-pemerintah-perlu-lakukan-proteksipertanian, rabu 26 Februari. Tempo.co, 2016 Penduduk Indonesia Bertambah 3 juta per Tahun diunduh 20 Mei 2016 dari /2016/01/14/ /tiap-tahun-penduduk-indonesia-bertambah- 3juta-orang Titus, Milan J Migrasi Antar Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gadjah Mada (PPSK-UGM) Worsley, Peter Sociology Readings, Penguins Books: England 42

55 BAB II (Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa mampu: memahami dan menjelaskan Indeks Pembangunan Manusia/IPM sebagai unsur peningkatan daya saing bangsa. Mahasiswa dapat terlibat dalam 2 hari pemagangan terstruktur pada lembaga terkait). INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENUJU PENINGKATAN DAYA SAING Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama pembangunan menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (UNDP, Human Development Report 2000) PENGANTAR Pintu gerbang menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 menantang Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang berdaya saing yang kuat. Pembangunan Indonesia selama ini sangat bergantung dengan sumberdaya alam (SDA) yang dimiliki semata tanpa meningkatkan sumberdaya manusia yang dimiliki dan teknologi tepat guna. Jumlah penduduk (Sumber Daya Manusia) yang besar dibanding negara ASEAN lainnya dan dilihat dari sisi demografi usia produktif yang tinggi tidak diiringi dengan kualitas yang baik membuat daya saing bangsa Indonesia kian melemah. Kualitas penduduk atau Indeks Human Capital (HCI) Indonesia saat ini berada pada posisi 3,03 dengan nilai batas tinggi HCI 9 nilai ini cukup kecil jika kita bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Jika dibandingkan dengan Filipina yang mencapai 3,60 dan Malaysia yang mencapai 4,30 pun, human capital masih lebih rendah. Jangan dibandingkan dengan Singapura yang human capital-nya sudah mencapai 6,02. Jepang yang indeks human capital-nya sudah mencapai 6,21 atau dua kali lipat lebih indeks human capital Indonesia. Rendahnya indeks human capital Indonesia terkait erat 43

56 dengan kondisi sosial ekonomi bangsa. menurut Global Competitiveness Index Ranking , daya saing Indonesia meningkat dari peringkat ke-38 (GCI ) menjadi peringkat ke-34 (GCI ). Peningkatan daya saing itu memberikan kontribusi untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi 5,8 persen per tahun sejak 2004 (WEF, Namun jika kita membandingkan kualitas manusia di Indonesia yang dapat dilihat pada Indeks pembangunan Manusia (IPM) Indonesia saat ini Indonesia berada pada peringkat pada peringkat 108 dari 187 negara. Berdasarkan realita tersebut adanya kebutuhan mendasar bagi Indonesia untuk segera memperbaiki pembangunan manusia yang meliputi perbaikan pada tiga hal, yaitu Angka harapan hidup, tingkat pendidikan, standar hidup layak (UNDP,2013) Dibutuhkan usaha keras dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja bangsa kita. Hanya bangsa yang memiliki sumber daya manusia (tenaga kerja) berkualitas dan ber-etos kerja yang mampu menciptakan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Dan hanya produk-produk yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang mampu berbicara dalam kancah persaingan global INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihanpilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan menurut BKKBN, Indek Pembangunan Manusia (IPM) adalah merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia yang sudah dilakukan di suatu negara (wilayah) (Soepono, 1999). IPM atau Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Program (UNDP) ini digunakan untuk mengukur keberhasilan kinerja dalam hal pembangunan manusia. Indeks tersebut pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel warga India Amartya Sen dan Mahbub Ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari LondonSchool of Economics, sejak itu dipakai oleh Program 44

57 pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan sebagai pengukuran vulgar oleh Amartya Sen karena batasannya. Indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Produktivitas Penduduk harus mampu meningkatan produtivitas dan berperan penuh dalam penciptaan barang dan jasa. 2. Pemerataan Setiap penduduk harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Sehingga, hambatan yang daapat memperkecil kesempatan tersebut harus dihapuskan, sehingga nantinya penduduk dapat mengambil manfaat dan berpartisipasi dalam produktif sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup mereka. 3. Kesinambungan Sumberdaya ekonomi harus dipastikan tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi tetap tersedia untuk generasi berikutnya. 4. Pemberdayaan Penduduk harus dapat berpartisipasi penuh dalam keputusan dan dan proses yang menentukan kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfat dari proses pembangunan. Dalam pendekatan pembangunan dalam pertumbuhan ekonomi yang dianut oleh pemerintah orde baru merupakan usaha untuk memulihkan perekonomian negara dengan harapan trickle down effect akan terjadi. Pada kenyataannya menimbulkan berbagai ketimpangan dalam masyarakat baik dari segi ekonomi dan sosial, berakibat pada terjadinya kesenjangan kehidupan masyarakat dari satu daerah ke daerah lain. Untuk mengurangi kesenjangan atau ketimpangan yang terjadi dan sekaligus menumbuhkan 45

58 kemandirian pada masyarakat, pada akhir 1980-an mulai diterapkan konsep Sustainable berkelanjutan dan didukung oleh development dengan pendekatan pembangunan manusia (human development) yang didukung oleh pemenuhan pelayanan kepada masyarakat, seperti: sektor kesehatan (Angka Harapan Hidup), pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Paradigma pembangunan yang terfokus pada manusia (people centered development paradigm) tidak hanya terpusat pada kesejahteraan (well-being), keadilan (equity), dan berkelanjutan (sustainability). Dalam paradigm pembangunan manusia terdapat pilihan-pilihan lain yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, sampai pada menikmati hak-hak azasi manusia. Sehingga dapat dilihat bahwa paradigma manusia memiliki dua sisi penting. Sisi pertama berupa informasi seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan ketrampilan. Sedangkan sisi kedua adalah pemanfaatan kegiatan-kegiatan bersifat produktif, kultural, sosial dan politik. Kedua sisi ini harus seimbang agar jurang ketimpangan yang terjadi dimasyarakat semakin kecil. Salah satu indikator popular sebagai pengukuran pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Developmen Index (HDI). Indeks pembangunan manusia ini merupakan penilai pembangunan manusia dari suatu negara untuk menentukan apakah negara tersebut termasuk negara maju, berkembang atau miskin. Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia yang dicapai oleh suatu wilayah atau negara maka UNDP menjadi sponsor sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan pembangunan. Tim tersebut menciptakan kemampuan dasar penentu kesejahteraan. Kemampuan dasar itu adalah umur panjang, pengetahuan dan standar hidup layak. Umur panjang yang dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka Harapan Hidup/AHH (rumusnya; eo). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Standar kehidupan layak yang diukur melalui produk domestik bruto per kapita. Setelah parameter komponen IPM diketahui, maka perlu ditentukan kreteria analisanya, dimana ketentuan tersebut adalah (Suparman, 1986): 46

59 - Status Rendah : IPM < 50 - Status Menengah Bawah : 50 < IPM < 66 - Status Menengah Atas : 66 < IPM < 80 - Status Tinggi : IPM > 80 Sebagai catatan, Untuk memudahkan dalam membaca angka IPM disajikan dalam ratusan (dikalikan 100) Diagram Penghitungan IPM Dimensi Umur Panjang dan Pengetahuan Kehidupan yang layak Sehat INDIKATOR Angka Harapan Hidup pada saat lahir Angka Melek Huruf (AMH) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Pengeluaran per Kapita Riil yang Disesuaikan (PPP Rupiah) INDEKS Indeks Harapan H dup Indeks Pend d kan Indeks Pendapatan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (BPS, 2010) Indeks Pembangunan Manusia yang rendah pada negara sedang berkembang akan mengakibatkan perputaran lingkaran setan kemiskinan. lingkaran setan kemiskinan sangat berkenaan dengan keterbelakangan manusia dalam pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki. Pengembangan sumber daya alam yang dimiliki suatu negara sangat tergantung pada kemampuan produktif manusia. jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, ketrampilan teknik yang tidak memadai, pengetahuan dan kewirausahaan yang rendah. Sehingga sumber alam akan tetap terbengkalai atau salah guna sehingga menyebabkan keterbelakangan manusia. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar No

60 Gambar No.1 Lingkaran Setan Kemiskinan Perkembangan teknologi Produktivitas rendah Permintaan rendah Kesehatan menurun Buta huruf tinggi Pendapatan riil rendah Investasi rendah Tabungan rendah Banyak sumber alam yang tidak diekploitasi Sumber: Nurkse (1953 dalam Kuncoro (2004) Mudrajat Kuncoro (2004) mencoba mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro dapat dilihat karena perbedaan sumberdaya yang dimiliki mengakibatkan ketimpangan distribusi pendapatan antara daerah satu dengan daerah lainnya pada suatu negara. Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki sumberdaya yang terbatas. Kedua, Kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah akan memengaruhi produktifitas yang rendah sehingga akan upah yang diterima rendah. Adapun faktor yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia karena rendahnya pendidikan, nasib kurang beruntung, adanya diskriminasi karena keturunan. Ketiga, Perbedaan akses modal. Teori ini ditemukan oleh Ragnar Nurkse (1953) dalam Kuncoro, 2004, yang mengatakan: a poor country is poor because it is poor (Negara miskin itu miskin karena dia miskin). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. 48

61 Indeks Komposit dan Perhitungan Pembangunan Manusia Indikator komposit pembangunan manusia adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat pencapaian pembangunan manusia antar wilayah dan antar waktu. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan persentase pencapaian dalam pembangunan manusia dengan memperhatikan tiga faktor sebagai berikut: (UNDP, Human Development Report 1993: ) - Longevity, diukur dengan variabel harapan hidup saat lahir atau life expectancy of birth dan angka kematian bayi per seribu penduduk atau infant mortality rate. - Educational Achievement, diukur dengan dua indikator, yakni angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas (adult literacy rate) dan tahun rata-rata bersekolah bagi penduduk 25 ke atas (the mean years of schooling). - Access to resource, dapat diukur secara makro melalui PDB rill perkapita dengan terminologi purchasing power parity (PPP). Rumus Perhitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut: Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masingmasing komponen IPM (Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan = X2 dan Standar Hidup Layak = X3) Indeks (Xi) = (Xi Xmin)/(Xmaks Xmin) Dimana: Xi : Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3 Xmin : Nilai minimum Xi Xmaks : Nilai Maksimum Xi 49

62 Tabel 1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM INDIKATOR NILAI MAKSIMUM NILAI MINIMUM CATATAN Angka Harapan Hidup Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata Lama Sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita (1996) UNDP menggunakan GDP per Yang disesuai kan (1996) kapita riil yang disesuai kan 50 Sumber: Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS. Bappenas, UNDP) Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan rumus: IPM = {X1 + X2 + X3} / 3 dimana: X1 = Indeks Angka Harapan Hidup X2 = 2/3(Indeks Melek Huruf) + 1/3(Indeks Rata-rata Lama Sekolah) X3 = Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan - Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu. r = { (IPM t+n IPM t)/(ipm ideal IPM t) x 100 }1/n Dimana: IPMt = IPM pada tahun t IPMt+n = IPM pada tahun t+n IPM ideal = 100 Sebagai ilustrasi penghitungan dapat diambil contoh Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 (angka sementara) yang memiliki data sebagai berikut: Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung indeks masing-masing komponen menggunakan persamaan m (2): Indeks angka harapan hidup : (64,93 25) / (85 25) = 0,6655 Indeks angka melek huruf : (93,10 0) / (100 0) = 0,9310 Indeks rata-rata lama sekolah : (7,04 0) / (15 0) = 0,4693 Indeks pendidikan : 2/3 (0,9310) + 1/3 (0,4693) = 0,7771

63 Indeks Konsumsi per kapita riil yang disesuaikan: (551,35 300) / (732,72 300) = 0,5808 Akhirnya angka IPM dapat dihitung menggunakan persamaan (1): IPM = 1/3 (0, , ,5808) = 0,6745 (Angka sementara) Sebagai catatan, Untuk memudahkan dalam membaca angka IPM disajikan dalam ratusan (dikalikan 100) sehingga IPM Jawa Barat Tahun 2002 adalah 67,45. IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut: 1. Untuk mengalihkan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan organisasi nonpemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar lebih menekankan pada pencapaian manusia. IPM diciptakan untuk menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya menjadi kriteria utama untuk menilai pembangunan sebuah negara, bukannya pertumbuhan ekonomi. 2. Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki IPM yang berbeda. 3. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara provinsi provinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber masalah dan solusinya PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Angka Harapan Hidup (AHH) diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan Angka Harapan Hidup (AHH) yaitu Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup. Sementara itu, untuk menghitung indeks harapan hidup digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai standar UNDP, dimana 51

64 angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun (standar UNDP).Usia harapan hidup dapat panjang jika status kesehatan, gizi, dan lingkungan yang baik. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (e0) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan asumsi kecenderungan IMR (Infant Mortality Rate) menurun serta perubahan susunan umur penduduk, maka harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 70,1 tahun pada periode menjadi 72,2 tahun pada periode Dalam Tabel 4 juga terlihat bahwa variasi harapan hidup menurut provinsi tidak terlalu besar pada awal tahun proyeksi, angka harapan hidup terendah 62,8 tahun untuk Sulawesi Barat dan tertinggi 74,3 tahun untuk DI Yogyakarta. Pada akhir periode proyeksi variasi itu menjadi berkisar antara 66,8 tahun dan 75,4 tahun untuk provinsi-provinsi yang sama pada awal proyeksi (Proyeksi Penduduk Indonesia , 26). Proyeksi Angka Harapan Hidup (e0) menurut Provinsi, Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia

65 Situs proyeksi penduduk yang telah diluncurkan secara resmi oleh Presiden RI pada tanggal 29 Januari 2014, jumlah penduduk Indonesia akan terus meningkat dan pada tahun 2035 akan mencapai 305 juta jiwa. Diproyeksikan pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun selama periode akan terus menurun, dan akan menjadi 0.62 persen per tahun pada periode Namun bila kita tidak berhasil menurunkan laju pertumbuhan penduduk, yang pada periode malahan meningkat dari 1,45 % menjadi 1,49 %, maka diperkirakan penduduk Indonesia akan meningkat menjadi 343 juta pada tahun Artinya akan ada tambahan beban kependudukan yang disebabkan oleh 38 juta kelahiran yang sebetulnya tidak direncanakan. Tentu kita semua sadar dan amat memahami betapa besarnya beban yang akan ditanggung keluarga dan negara untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Jika dilihat dari sisi pembangunan ekonomi, melimpahnya jumlah penduduk usia kerja yang dapat dilihat pada bonus demografi (bab I) seperti pisau bermata dua, satu sisi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan dampak jangka panjangnya akan dapat meningkatkan kesehajateraan sedangkan sisi lainnya akan berbalik menjadi bencana jika tidak menyiapkan diri secara baik dan matang.salah satu syarat agar kita dapat menikmati bonus demografi adalah jumlah anak yang sedikit akan memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan keluarga. Untuk menurangi jumlah anak, pemerintah melalui BKKBN dengan program KB dengan kampaye dua anak cukup dan program KB yang tahun 1970 diharapkan mampu mengurangi jumlah anak di Indonesia. Berkurangnya jumlah anak umur 0-15 tahun karena program keluarga berencana, anggaran yang semula disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan mereka dapat dialihkan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia pada kelompok umur 15 tahun ke atas agar nantinya mereka mampu bersaing meraih kesempatan kerja, baik ditingkat lokal, nasional maupun global sehingga hal ini juga akan mampu meningkatkan Indek Pembangunan manusia di Indonesia. (www. bkkbn.go.id/.../materi%20 KEPALA%20BKK) Satu syarat agar kita dapat menikmati bonus demografi adalah jumlah anak yang sedikit akan memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan keluarga. Untuk mengurangi jumlah anak, pemerintah melalui BKKBN dengan program KB dengan 53

66 kampaye dua anak cukup dan program KB yang telah dicanangkan sejak tahun 1970 diharapkan mampu mengurangi jumlah anak di Indonesia. Berkurangnya jumlah anak umur 0-15 tahun karena program keluarga berencana, anggaran yang semula disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan mereka dapat dialihkan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia pada kelompok umur 15 tahun ke atas agar nantinya mereka mampu bersaing meraih kesempatan kerja, baik ditingkat lokal, nasional maupun global sehingga hal ini juga akan mempu meningkatkan Indek Pembangunan manusia di Indonesia. ( KEPALA%20BKK) Merujuk pada salah satu indikator IPM yaitu angka harapan hidup menurut UNDP 1993 dimana faktor angka harapan hidup diukur oleh variable harapan hidup saat lahir dan angka kematian bayi yang terjadi pada suatu negara. Dalam 5 tahun terakhir yaitu angka kematian bayi Neonatal tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak Balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan mati menentukan kondisi bayi yang dilahirkan. Untuk meningkatkan bayi lahir hidup kuncinya berada pada kondisi kesehatan dan kesiapan mental seorang ibu. Kehamilan adalah investasi sumber daya manusia yang harus direncanakan dan dijaga dengan baik. Untuk itu calon ibu juga harus memperhatikan mengatur dengan baik waktu, jumlah dan jarak kelahiran yang sehat dan ideal sesuai dengan tujuan reproduksinya. Dengan perencanaan keluarga yang baik, kehamilan ibu diatur agar tidak terjadi di usia terlalu muda, terlalu tua, kehamilan terlalu rapat dan terlalu banyak Pembangunan kesehatan di Indonesia sesuai Rencana Strategis kementerian kesehatan mempunyai delapan focus prioritas yang salah satunya adalah meningkatkan status kesehatan ibu, bayi dan Balita serta KB. Beberapa indikator penting terkait dengan kesehatan ibu dan bayi antara lain AKI (angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Hal ini sejalan dengan tujuan Millennium Develompment Goal MDGs yang kelima untuk meningkatkan kesehatan ibu dengan dua target yaitu: Pertama, menurunkan ¾ angka kematian ibu (AKI) antara 54

67 dan Kedua, akses Universal terhadap kesehatan reproduksi pada tahun Saat ini angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin. Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai ( resources /download/info- publik/restra pdf). kondisi lain tingginya angka kematian ibu dan akan berpengaruh pada angka kematian bayi yaitu: Anemia pada penduduk usia tahun masih tinggi yaitu sebesar 18,4% (Riskesdas, 2013); Perkawinan usia dini masih tinggi yaitu sebesar 46,7% (Riskesdas, 2010); Angka kelahiran pada usia remaja juga masih tinggi yaitu sebesar 48 per perempuan usia 1519 tahun (SDKI, 2012); dan kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi atau unmet need masih relatif tinggi, yaitu sebesar 8,5% (SDKI, 2012). Pemecahan masalah kesehatan ibu perlu menggunakan pendekatan upaya kesehatan berkelanjutan atau continuum of care mulai dari hulu sampai ke hilir yaitu sejak sebelum masa hamil, masa kehamilan, persalinan dan nifas. Upaya yang dapat dilakukan antara lain: Meningkatkan status gizi 55

68 perempuan dan remaja; Meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dimulai dari lingkup keluarga; Meningkatkan konseling pranikah untuk calon pengantin; Meningkatkan peran aktif suami, keluarga, tokoh agama, tokoh adat, kader dan masyarakat dalam menjaga mutu kesehatan keluarga (terutama calon ibu) sebelum dan saat hamil, termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi atau P4K serta pemenuhan kebutuhan pelayanan Keluarga Berencana (KB). Salah satu program pemerintah BKKBN dalam pemberian informasi untuk mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas remeja yaitu melalui Program Generasi Berencana (Program Genre). Program Genre adalah suatu program yang memfasilitasi remaja usia 15 s.d. 24 tahun yang belum menikah agar belajar memahami dan mempraktikan perilaku hidup sehat dan berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan Generasi Berencana (Genre). Program Genre sebenarnya untuk mencegah Masalah remaja yang timbul biasanya berkaitan dengan masalah seksualitas (Hamil di luar nikah, aborsi), AIDS, penyalahgunaan Napza dan sebagainya. Remaja dalam kondisi ini tentu saja membutuhkan penanganan serta informasi seluas-luasnya mengenai kesehatan reproduksi, pentingnya menata masa depan dengan baik lewat meninggalkan perilaku yang tidak bermanfaat dan merusak masa depan remaja itu sendiri. Arah Program GenRe PIK Remaja/ Mahasiswa Remaja/ Mahasiswa GenRe Kelompok BKR Keluarga 10 Sumber: Hasil Magang Mahasiswa di BBKBN Provinsi Bali 1. Selain program Genre, pemerintah juga memiliki program posyandu. Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh 56

69 dan untuk bersama masyarakat dalam penyelengaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Posyandu memiliki keterkaitan dalam pembangunan manusia, keterkaitan tersebut dapat dilihat dari upaya penurunan AKI dan AKB di Indonesia. Tujuan utama posyandu ialah penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sasaran dari pelayanan posyandu ialah seluruh masyarakat terutama bayi, Balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS). Kegiatan posyandu terdiri dari Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, perbaikan gizi, pencegahan dan penanggulangan Diare Pendidikan Untuk pengukuran dimensi pengetahuan ada dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan kemampuan masyarakat suatu wilayah untuk menyerap informasi dari berbagai media serta untuk menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sedangkan rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun keatas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal. Rumus: MYS = fixsi fi Di mana : MYS = Rata-rata lama sekolah fi = Frekuensi penduduk berumur 10 tahun ke atas pada jenjang pendidikan i,i = 1.2,...,11 si = Skor masing-masing jenjang pendikan 57

70 Pendidikan informal dalam masyarakat melalui kegiatan keaksaraan dan pembelajaran mandiri dapat mempebaiki sistem edukasi bagi penduduk yang tidak mampu memasuki persekolahan formal. Klasifikasi pendidikan dapat terlihat pada grafik No 1. Grafik 1 Indikator Pendidikan Penduduk Indonesia (dalam %) Menempuh Pend d kan Atas/Pendidikan Tinggi Hanya Tamat Pend d kan Menengah Tidak/Hanya Tamat Pend d kan Dasar Keterangan: Kategori tidak/tamat pendidikan dasar mencakup tidak/belum sekolah, tidak tamat SD dan tamat SD sederajat kategori yang hanya tamat pendidikan menengah mencakup tamat SMP/sederajat, kategori menempuh pendidikan atas/ pendidikan tinggi mencakup SM+/sederajat Sumber BPS Indikator Pendidikan, titel Pendidikan yang D tamatkan Penduduk Tahun ke Atas (Olahan) Indikator pendidikan dapat menjadi pisau bermata dua. Disatu sisi memberi keunggulan mendasar kepada sumber daya manusia. Disisi lain menikam dan mengembosi ketahanan bersaing bangsa apa bila usia produktif penduduk tidak ditangani dengan ketersediaan pekerjaan dan fasilitas kesejahteraan yang berkeadilan. Komposisi kualitas angkatan kerja dapat menjadi bahan pemikiran daya saing bangsa. Gambar 2 Komposisi Usia Produktif dan Kualitas Angkatan Kerja Indonesia Tahun 2013 Sumber Indonesia Population Projection (2013), BPS-Bappenas-UNPPA dan Data BPS, Ind kator Pend d kan, tabel Pend d kan yang D tamatkan Penduduk Tahun Keatas (Olahan). 0% 12.8 juta jiwa Q Menempuh Pend d kan Atas Pend d kan T ngg Hanya Tamat Pend d kan Menengah Tidak / Hanya Tamat Pendidikan Dasar

71 Menurut data BPS tentang Indikator Pendidikan, jumlah penduduk usia produktif Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 164,4 juta jiwa (67% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 245,4 juta jiwa), dengan 79,0 juta jiwa atau 48,08% diantaranya termasuk kategori tidak/tamat pendidikan dasar, dan sebesar 20,51% dari usia produktif atau sejumlah 51,7 juta jiwa penduduk yang hanya tamat pendidikan menengah dan sebesar 31,41% atau sejumlah 33,7 juta jiwa penduduk Indonesia yang menempuh pendidikan atas/pendidikan tinggi. Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, belum sampai sepertiga angkatan kerja Indonesia yang berbekalkan pendidikan atas/tinggi, dan tidak serta merta pula mereka yang telah menempuh jenjang pendidikan tersebut dapat dikategorikan tenaga siap kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan data BPS tentang Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tinggi yang ditamatkan, di mana pada tahun 2013 masih terdapat sejumlah 3,3 juta lulusan SMA/Kejuruan/Diploma/ Akademi/Universitas yang belum memiliki pekerjaan. Gambaran ini paling tidak dapat menunjukkan titik pijakan awal bagi Indonesia dalam mempersiapkan kualitas angkatan kerja usia produktif masa mendatang (visi Indonesia 2050,7) Angka Melek Huruf (AMH) Melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) adalah kemampuan membaca dan menulis. Lawan katanya adalah buta huruf atau tuna aksara, di mana ketidakmampuan membaca dan menulis ini masih menjadi masalah, terutama di negara-negara Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika (40% sampai 50%). Asia Timur dan Amerika Selatan memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang mampu membaca dan menulis. organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut: Melek aksara adalah kemampuan menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan wikipedia.org/wiki/s Melek_aksara) 59

72 Tabel 3 Angka Melek Huruf Pendudukan Berusia di atas 15 Tahun Keatas menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS Source: Based on National Socio-Economic Survey, BPS-Statistic Indonesia Angka melek huruf diartikan sebagai persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis merupakan persentase terhadap keseluruhan terhadap keseluruhan penduduk dalam penghitungannya angka melek huruf tidak akan melebihi nilai 100. Pada dasarnya permasalah yang muncul dewasa ini adalah memberantas masalah buta huruf pada usia tua. Pertimbangan subyektifnya seperti halnya tidak adanya relevansi dengan pekerjaan, rasa malas, kesulitan adaptasi dalam belajar adalah salah satu hambatan dalam program pengentasan untuk kelompok ini. 60

73 Melek huruf terendah dari provinsi lainnya pada tabel 2 terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 83,24 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar 83,68. jika dilihat dari klasifikasi Gender kelompok lakilaki memiliki penyerapan informasi lebih baik dibandingkan kelompok perempuan. Untuk provinsi yang paling tinggi melek huruf terjadi Pada DKI Jakarta yaitu sebesar 99,07. Hal di atas, merupakan hal serupa yang dirasakan pada Provinsi Bali dimana pencapaian di tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang cukup dalam pencapaian angka melek huruf. tidak hanya lebih tinggi AMH di tahun 2012 terlihat lebih merata dibanding dengan tahun Jika ditahun 2011 AMH mencapai 89,11 persen maka tahun 2012 mengalami peningkatan 90,17 persen. Perubahan tertinggi terjadi di kabupaten Karangasem dan Gianyar. Meskipun secara umum mengalami peningkatan akan tetapi beberapa kabupaten mengalami penurunan dalam angka AMH. Angka AMH kabupaten Badung dan Bangli mengalami penurunan disbanding tahun Jika dilihat dari klasifikasi gender, kelompok laki-laki secara ratarata memilki penguasaan yang lebih baik dibandingkan kaum perempuan dalam bidang membaca dan menulis.hal itu dapat dilihat dari AMH laki-laki yang memang secara umum lebih tinggi dibanding laki-laki. Secara ratarata AMH laki-laki 95,30 persen dan perempuan 83,03 persen. Beberapa daerah yang kesenjangan AMH-nya cukup tinggi antara lain adalah daerah kabupaten Karangasem yang mana AMH laki-laki mencapai 86,61 persen sementara perempuan lebih rendah. Grafik 2 AMH Kabupaten Kota Tahun 2011 dan 2012 Sumber: Profil Daerah Bali 2013, hal 37 61

74 Potret angka melek huruf per-kabupaten ini menegaskan perlunya tindakan yang lebih terstruktur untuk mempebaiki daya saing penduduk di provinsi Bali. Terutama menghindari disparitas gender dalam mempertinggi kemampuan perempuan menghadapi gempuran modernitas dan kualitas membaca serta menulisnya. Angka melek huruf per kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik no. 2.3 dibawah ini. Grafik 3 AMH Kabupaten/Kota Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 Sumber: Profil Daerah Bali 2013, Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata sekolah mengindikasikan makin tinggi pendidikan yang dicapai oleh mesyarakat di suatu daerah semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah penduduk 15 tahun keatas yang telah menyelesaikan pendidikan di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti. 62

75 Tabel 3 Rerata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 tahun Keatas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS Source: Based on National Socio-Economic Survey, BPS-Statistic Indonesia Rata-rata lama bersekolah (Mean Years of Schooling/MYS) merupakan jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun keatas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal. Perhitungan menentukan MYS memerlukan beberapa data, yaitu: partispasi sekolah, jenjang dan jenis pendidikan yang pernah diduduki, ijasah tertinggi yang dimiliki dan tingkat kelas tertinggi yang pernah diduduki. Perhitungan ini akan menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana kualitas pendidikan yang terukur dalam mengenyam pendidikan formal tinggi angka MYS menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki seseorang. Pada tabel di atas ratarata lama selah diduduki oleh DKI Jakarta dimana total MYS pada tahun 2011 sebesar 10,4 dan 2012 sebesar 10,6. Sementara pendidikan formal yang dikenyam oleh Papua adalah terendah yaitu pada tahun 2011 sebesar 63

76 5,8 dan 2012 sebesar 6,1. Untuk Provinsi Bali sendiri secara rata-rata lama sekolah yang dienyam oleh penduduk Bali berdasarkan kondisi tahun 2012 adalah sebesar 8,57 tahun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya 8,35 tahun, peningkatan pada pada MYS ini berarti adanya peningkatan dalam waktu yang digunakan dalam mengenyam pendidikan formal. Berdasarkan pada grafik dibawah ini dibandingkan tahun sebelumnya kabupaten Gianyar adalah yang paling tinggi MYS sekitar 8,37 tahun menjadi 8,9 tahun. Sedangkan untuk Kabupaten Karangasem secara ratarata adalah yang terendah sebesr 5,88 tahun. Waktu pendidikan ini kira-kira lebih sedikit lama dari MYS penduduk Kota Denpasar mencapai 10.7 tahun. Permasalahan lain pergeseran dialami pada MYs didaerah-daerah lain (karangasem dan Bangli) relative sangat sedikit dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Grafik 4 MYS Kabupaten/Kota Tahun 2011 dan 2012 Sumber: Profil Daerah Bali 2013, 38 Kondisi Pendidikan Di Indonesia menurut Plato oleh John Dewey pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long education) yang dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang benar. Plato pun menambahkan pendidikan tidak hanya menyediakan ilmu 64

77 pengetahuan dan kemampuan akan tetapi nilai, pelatihan intuisi, membina tingkah laku dan sikap yang benar. Undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan nasional. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan bertujuan dalam menuntun (bukan menentukan) segala kekuatan kodrat (hendak Tuhan) yang ada pada anak-anak tersebut, agar kelak nantinya mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Tujuan dari pendidikan nasional kita adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan prioritas utama untuk meningkatkan sumber daya manusia. Jika kualitas sumber daya manusia sudah mampu ditingkatkan, maka Indonesia diharapkan mampu bersaing dalam pasar Asean Economy Community (AEC) Saat ini dengan melihat masih rendahnya kualitas pendidikan yang terjadi di Indonesia maka akan di ikuti dengan melemahnya daya saing Indonesia dalam menghadapi ekonomi Asean Mencerminkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah menurut Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara padahal angka melek huruf di Indonesia sudah cukup tinggi yakni mencapai 93,25% dan angka buta aksara di Indonesia kini hanya 6,75%. Ternyata angka melek huruf kurang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Beberapa 65

78 kondisi yang selama ini menjadi pemasalahan besar di dunia pendidikan Indonesia yang menuntut untuk segera diselesaikan, antara lain: 1. Pemerataan Pendidikan Program pemerintah dalam pendidikan 12 tahun dimana setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan kenyataanya program ini tidak berjalan semestinya dikarenakan adalah karena kondisi geografis Indonesia yang terbentuk gugusan pulau-pulau, ditambah tidak adanya akses transportasi yang memadai untuk menjangkau pulaupulau kecil sehingga mengakibatkan tidak meratanya pendidikan. Menurut menteri pendidikan saat itu; Anies Baswedan mengatakan, 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar minimal pendidikan yaitu mulai dari tenaga pendidikan serta sarana dan prasarana pendididkan yang belum memadai. Pusat perkembangan pendidikan masih terjadi dipulau Jawa dan diluar pulau Jawa masih banyak ketimpangan yang kita temui seperti, listrik masih sulit didapat, jalan raya yang tidak layak, bahkan jembatan sebagai akses terputus. 2. Politisasi Pendidikan Pendidikan dalam suatu negara akan berbahaya ketika harus mendapatkan tekanan politik. Hal ini pernah terjadi pada masa orde baru dimana pendidikan harus tercampur dengan politik. Pendidikan akan dijadikan sebuah alat penguatan legitamasi dari masa tersebut. Sampai saat ini politisasi pendidikan masih kita rasakan di Indonesia salah satunya terjadinya Nepotisme dalam pengangkatan pegawai. 3. Industralisasi Pendidikan Menurut Anis Baswedan, Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, negara yang dunia pendidikanya diwarnai aksi suap menyuap dan pungutan liar. Contohnya Bimbingan Belajar/bimbel bisa dikatakan pendidikan di Indonesia menjadi lahan bisnis beberapa pihak birokrat yang tidak bertanggungjawab. Selain itu juga yang menjadi perhatian khusus yaitu mulai menjamurnya bimbingan belajar yang menawarkan berbagai harga, semakin mahal semakin lengkap fasilitas dan tips dan trik cara belajar cepat. Ini kembali lagi kepada pergeseran tujuan pendidikan yang sudah melenceng jauh dari sasaran. Penekanan pada hasil dibandingkan proses-lah yang menyebabkan bimbel ini menyebar ke seluruh negeri. 66

79 4. Kualitas Pendidikan Menurut data, nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75. Tunjangan dan sertifikasi menjadi iming-iming pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru. Namun, di sini kata pendidik tidak saja merujuk hanya kepada guru, tapi kata pendidik di sini juga merujuk untuk semua masyarakat terdidik. Karena, pendidikan di Indonesia ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan guru saja, tapi semua komponen masyarakat, terutama mereka yang mengerti keadaan pendidikan saat ini. Permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia seakan terus bertambah belum selesai mengatasi masalah yang lama sudah muncul masalah yang baru. Seperti masalah Ujian Nasional. Dimana UN sendiri dalam beberapa tahun ini menjadi topik menarik menjelang pertengahan tahun/pergantian tahun ajaran. Setiap tahun terjadi perubahan kebijakan dan standar nilai yang menjadi patokan akan lulus dan tidaknya seorang pelajar. Pada tahun 2015 ini juga terjadi kebijakan baru dimana kelulusan tidak lagi ditentukan oleh UN. Dan hal ini tercantum di dalampermendikbud No 44/2014 tentang Ujian Nasional. Ujian nasional (unas) tidak menentukan lagi. Mulai 2015, persentase kelulusan siswa bakal berimbang antara ujian nasional dan ujian sekolah. Yaitu dengan angka nilai perbandingan 50:50. Selain hal itu juga ada kebijakan baru mengenai proses UN yaitu ujian menggunakan sistem digital online student(.uny.ac.id/ 2015/04/22/apa-kabar-pendidikan-indonesia/) Kondisi lain yang terjadi pada pendidikan di Indonesia adalah tingginya angka putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan pendidikan. Provinsi Bali sendiri anak putus sekolah tiap tahunnya mencapai anak. Secara umum hal ini disebakan oleh tiga faktor, yaitu ekonomi, kerja usia dini untuk membantu perekonomian keluarga, dan pernikahan dini ( Inggar Saputra dalam bukunya Quo Vadis pendidikan menyatakan, saat ini pendidikan di Indonesia terjebak dalam sistem kapitalisme. Hal ini dapat dilihat dari mahalnya biaya pendidikan, adanya RUU perguruan tinggi yang sempat menuai Kontroversi dan menguaknya kebebsan tanpa batas lembaga pendidikan 67

80 asing menguasi Indonesia. Kondisi seperti ini akan menghasilkan para lulusan pendidikan yang bermental instans dan beorientasi pekerjaan yang berfokus kepada industri bukan menghasilkan produk yang kreatif. Sejumlah pakar pun menganalisis, dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh sistem pendidikan yang kapitalis akan melemahkan daya baca sehingga akan menghasilkan generasi yang nol buku dan lulusan pendidikan yang bermental kuli. Dalam Konteks ini Negara berperan besar membodohkan dan memiskinkan rakyatnya melalui kebijakan pendidikan yang tidak pro masyarakat. Sehingga kita akan membudayakan korupsi dalam setiap urusan pendidikan dari pengadaan barang/jasa, dana bantuan pendidikan sampai urusan rehabilitasi sekolah. Ada empat kemajuan yang dapat mendukung peningkatan pendidikan di Indonesia yakni sistem pendidikan, spirit pendidikan karakter, buku dan guru harus mendapatkan perhatian serius. Dengan kesadaran kolektif, pengawasan yang ketat, perbaikan mentalitas (istilah P dan penanaman tiga nilai dasar (spiritual, emosional dan intelektual) diyakini dapat membantu memulihkan kondisi pendidikan Indonesia menjadi lebih Baik ( 68

81 Kasus 1 Studi Kasus Bullying di Sekolah Dasar di Padang Video Kekerasan terhadap Siswi SD di Padang Tersebar Luas Reporter: Ramdania Minggu, 12 Oktober :00 Dunia pendidikan heboh dengan tersebarnya video tindak kekerasan yang dilakukan siswa dan siswi SD di Sumatera Barat. Video ini kini telah tersebar luas di media sosial. Dream - Pandangan tentang masa kanak-kanak yang diwarnai dengan keceriaan kini mulai berubah. Pasalnya, baru-baru ini tersebar video yang memperlihatkan tindak kekerasan yang dilakukan siswa-siswa SD terhadap temannya yang justru seorang siswi. Video yang awalnya diunggah oleh akun Febby Dt. Bangso dan berdurasi 1 menit 50 detik ini telah tersebar di media sosial seperti Facebook, Twitter bahkan Youtube. Di Youtube, video berjudul Heboh! Anak SD Di-bully, Dipukul dan Ditendang itu sudah ditonton 718 orang. Video itu baru diunggah pada Sabtu kemarin, 11 Oktober Beberapa komentar penonton terlihat terkejut dan mengecam aksi kekerasan itu. Video ini memperlihatkan seorang siswi SD berjilbab yang berseragam merah putih terpojok di sisi kelas. Saat itu dia diperlakukan kasar oleh teman laki-laki dan perempuan sekelasnya. Dia ditendang, ditonjok, dan dipukul secara bergantian. Bahkan seorang siswi SD lainnya ikut menendang. Sementara, teman-teman perempuannya hanya duduk dan tertawa melihat dia diperlakukan seperti itu. Taruih...taruih...(terus..terus..), ujar teman-temannya yang melihat aksi itu. Mendapat perlakuan itu, siswi SD yang menjadi korban kekerasan itu terlihat menangis. Beberapa kali dia menyeka air matanya. Tapi hal itu tak meredam keberingasan teman-temannya. Secara bergantian mereka terus memukul dan menendang siswi itu. Diduga, tindak bullying ini dilakukan siswa di Sekolah Swasta Perwari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun, belum ada komentar dari pihak sekolah maupun pihak berwajib atas tindak kekerasan ini. ( dream.co.id/news/video-kekerasan-terhadap-siswi-sd-tersebar- 69

82 Kasus di atas menyadarkan kita pentingnya pembangunan karakter pada siswa pada berbagai jenjang pendidikan. Beragamamnya permasalahan yang muncul pada pendidikan dasar salah satunya karena kurangnya pembangunan karakter pada anak di jenjang pendidikan dasar dan ini merupakan pukulan besar bagi pendidikan di Indonesia Standar Hidup Layak Standar kehidupan layak dapat diukur dengan Pendapatan per kapita yang merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu Negara dengan terminologi purchasing power parity (PPP). Pendapatan per kapita hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB per kapita/penghasilan kotor. Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Indonesia adalah dasar dalam penetapan Upah Minimum. Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) merupakan komponen-komponen pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang dibutuhkan oleh seorang pekerja lajang selama satu bulan. Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya disingkat KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, nonfisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Refleksi 1 Pendidikan Dini Kecakapan Diri Urgensi pembangunan karakter dalam hal ini menitikberatkan pada kecerdasan religi, kecerdasan moral dan kecerdasan sosial. Kecerdasan akhlak berkaitan dengan hubungan vertikal antara individu dengan Tuhannya. Kecerdasan moral berkaitan dengan sikap dan sifat yang dimiliki individu. Sedangkan kecerdasan sosial berkaitan dengan interaksi individu dengan individu lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Dini Kecakapan Diri (PDKD) adalah salah satu solusinya. Kecakapan diri atau dalam bahasa asing life skill adalah kemampuan diri individu dalam bertahan hidup dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak dapat disangkal, manusia adalah makhluk sosial. Manusia senantiasa membutuhkan bantuan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun manusia juga hendaknya dapat hidup mandiri. Dalam hal ini manusia tidak seharusnya bergantung pada orang lain. Untuk 70

83 dapat hidup mandiri tentunya manusia harus dibekali kemampuan hidup atau yang kerap disebut kecakapan diri. PDKD pada tulisan ini memfokuskan diri pada tujuan, konten kegiatan dan peluang keberlanjutannya. Tujuan PDKD adalah meningkatkan kecapakan diri peserta didik dan melatihan kemampuan entrepreneur pada diri peserta didik. PDKD mengajarkan siswa untuk memanfaatkan potensi dirinya serta menjadi seorang entrepreneur cilik. Sebagai contoh, siswa dengan potensi melukis dapat menjual jasanya tersebut. PDKD dintegrasikan pada mata pelajaran namun pelaksanaannya tidak mengganggu pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pelaksanaannya seminggu sekali. Pada mulanya dilakukan identifikasi potensi siswa lalu mereka dikelompokkan beradasarkan potensinya. Contoh pengelompokan itu antara lain siswa yang berpotensi menulis, melukis dan berkerajinan tangan. Setiap minggunya siswa dilatih untuk menghasilkan satu karya oleh guru pembimbing. Sayangnya tidak sedikit pihak yang meragukan kecakapan diri seorang siswa pada jenjang pendidikan dasar. Mereka dianggap sebagai anakanak yang hanya bertugas belajar, belajar dan belajar di sekolah. Padahal kecakapan diri tidak hanya diperlukan pada orang dewasa melainkan juga anak-anak. Bahkan pendidikan kecakapan diri hendaknya dimulai sejak anak-anak agar mereka terbiasa hidup mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Tentu saja pendidikan yang dilakukan dengan cara yang menarik namun tetap edukatif, menyesuaikan dengan kondisi psikologis siswa pada usia tersebut. Melalui PDKD diharapkan karakter siswa dapat terbangun antara lain daya juang, kemandirian dan keteguhan. Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang diatur dalam pasal 88 ayat 4. Pembahasan lebih dalam mengenai ketentuan KHL, diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Namun, Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 direvisi oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 tentang Perubahan Penghitungan KHL. Jumlah jenis kebutuhan yang semula 46 jenis dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 menjadi 60 jenis KHL dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun

84 Standar KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu: Makanan & Minuman (11 items) Sandang (13 items) Perumahan (26 items) Pendidikan (2 item) Kesehatan (5 items) Transportasi (1 item) Rekreasi dan Tabungan (2 item) Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus: PPP / unit = dimana, E(i, j) : pengeluaran untuk komoditi j di provinsi ke-i P(9, j) : harga komoditi j di DKI Jakarta q(i,,j) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi ke-i Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: C (i)* = C (i) jika C(i) < Z (1/2) = Z + 2(C(i) Z) jika Z < C < 2Z (i) = Z + 2(Z) (1/2)+ 3(C(i) 2Z) (1/3) jika 2Z < C < 3Z (i) = Z + 2(Z) (1/2)+ 3(Z) (1/3)+4(C(i) 3Z) (1/4) jika 3Z < C (i) < 4Z di mana, Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/ C(I) = unit (hasil tahapan 5) Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan yang dalam laporan ini Z= nilai Z ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,- per kapita setahun, atau Rp 1.500,- per kapita per hari. Prinsip-Prinsip Upah Layak Berdasarkan HAM Pasal 7 Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi tersebut juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas upah yang adil dan layak, tanpa 72

85 pembedaan dalam bentuk apapun, semata-mata demi tercapainya kehidupan yang layak bagi mereka dan keluarga mereka. Prinsip-prinsip mengenai upah layak juga diatur dalam Konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 131 Tahun 1970 yang pada Pasal 3 menyatakan: Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam menentukan tingkat upah minimum, sejauh memungkinkan dan sesuai dengan praktek dan kondisi nasional, harus mencakup: 1. Kebutuhan pekerja dan keluarga mereka, mempertimbangkan tingkat upah umum di negara bersangkutan, biaya hidup, jaminan sosial, dan standar hidup relatif kelompok-kelompok sosial lainnya; 2. Faktor-faktorekonomi,termasukkebutuhan-kebutuhanpembangunan ekonomi, tingkat produktivitas dan perlunya mencapai serta mempertahankan tingkat lapangan kerja yang tinggi. Tentunya, pemenuhan terhadap upah layak tersebut juga harus diiringi dengan perlindungan jaminan sosial sesuai dengan Konvensi ILO No. 152 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial yang antara lain mengatur jaminan bagi pekerja untuk mendapatkan seluruh akses terhadap layanan kesehatan, baik yang bersifat preventif atau kuratif. Sedangkan, untuk Indonesia sendiri belum meratifikasi kedua instrumen HAM tersebut. Namun, berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemenuhan upah yang sesuai dengan prinsip-prinsip HAM, mengandung unsur: (1) upah mampu mencakup kebutuhan hidup layak pekerja dan keluarga mereka; (2) penentuan upah mempertimbangkan tingkat upah umum di negara bersangkutan, biaya hidup, jaminan sosial dan standar hidup relatif kelompok-kelompok sosial lainnya; (3) upah minimum mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi termasuk kebutuhan-kebutuhan pembangunan ekonomi dan tingkat produktivitas; (4) diiringi dengan kewajban pemerintah untuk mempertahankan tingkat lapangan kerja yang tinggi; (5) ketersediaan jaminan sosial bagi pekerja. 73

86 KASUS 2 Penentuan angka Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta untuk tahun 2015 kembali menuai perdebatan di antara buruh dan pengusaha. Beberapa waktu lalu, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menuntut kenaikan UMP tahun 2015 sebesar 22% dari UMP tahun 2014 agar angka Rp dapat berubah menjadi Rp pada tahun 2015.[1] Di sisi lain, pengusaha, melalui KADIN Jakarta, mengusulkan bahwa kenaikan UMP untuk tahun 2015 sebaiknya hanya sebesar 11% atau setara dengan RP [2] Kenaikan besaran UMP tahun 2015 yang dituntut oleh buruh bukan tanpa alasan. Kelompok buruh menilai, meskipun sama-sama merujuk pada metode penghitungan nilai dari 63 komponen yang terdapat Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak, tetap diperoleh perbedaan signifikan antara survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan kelompok buruh. Perlu diketahui, hasil perhitungan KHL menjadi dasar dari penentuan upah oleh pemerintah. KSPI mengemukakan perbedaan antara survei buruh dan BPS sebagai berikut:[3] Komponen BPS Buruh (KSPI) Makanan dan Minuman Rp ,50 Rp ,20 Sandang Rp ,28 Rp ,67 Perumahan Rp ,86 Rp ,33 Pendidikan Rp ,34 Rp ,00 Kesehatan Rp ,50 Rp ,00 Transportasi Rp ,00 Rp ,00 Rekreasi dan Tabungan Rp ,11 Rp ,65 Total Rp ,59 Rp ,85 Data di atas Perbedaan Nilai Komponen KHL Antara Buruh dan BPS (Sumber: JPNN) 74

87 Upah Layak Adalah Kunci Berdasarkan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, selama tahun , koefisien Gini di Indonesia meningkat dari 0,37 menjadi 0,41 dan menurut INDEF, telah mencapai angka 0,413 pada tahun Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan ketimpangan tertinggi di Asia. Pada periode yang sama, bagian pendapatan dari 20% terkaya meningkat dari 41.2% di tahun 2009 menjadi 48.6% di tahun 2012, sementara bagian pendapatan dari 40% termiskin turun dari 21.2% di tahun 2009 menjadi hanya 16.9% di tahun Bank Dunia juga turut mencatat, 28 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan dengan 68 juta penduduk lainnya sangat rentan miskin. Politik upah murah yang terjadi di Indonesia selama ini, selain bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM, sesungguhnya tak lagi relevan dengan tantangan ketimpangan dan penanggulangan kemiskinan yang sedang Indonesia hadapi saat ini hingga ke depannya. Sekaranglah saatnya mengubah paradigma upah minimum menjadi pemenuhan hak atas upah layak dengan perlahan-lahan mengimplementasikannya ke dalam produk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ( minimum/). Penetapan Upah pada tahun 2015 di Indonesia sebenarnya sudah mengacu pada UMP (Upah minimum provinsi) atau UMK (upah Minimium Kabupaten) yang didasari oleh kebutuhan hidup layah. Sayangnya di Indonesia masih terjadi pelanggaran terhadap upah minimum yang ditetapkan seperti kasus dibawah ini: Kasus 3 Kasus yang dialami Winko Hanuratno perihal UMP DKI di perusahaan asing tempat saya bekerja. Sampai saat ini, November 2014, saya masih digaji/dibayar di bawah standar UMP DKI yaitu Rp dari Rp.Rp , padahal BBM sudah naik dan sebentar lagi UMP DKI 2015 mengalami kenaikan menjadi Rp ,40. Saya minta saran bagaimana tindakan saya sedangkan perusahaan belum menaikan UMP saya. Dikutip: Rubrik hukum Online 75

88 Dengan melihat kasus di atas, UMP DKI Jakarta Tahun 2014 adalah sebesar Rp per bulan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2013 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2014 ( Pergub DKI Jakarta 123/2013 ). Sedangkan peraturan tentang larangan Bagi perusahaan yang membayar upah lebih rendah dari ketentuan UMK bisa dikenakan sanksi pidana atau denda. Sanksi bagi Pengusaha yang melanggar ketentuan UMK tersebut diatur dalam Pasal 185 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda paling sedikit Rp ,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (empat ratus juta rupiah). Dalam ayat (2) pasal yang sama disebutkan Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana Kejahatan. Bagi perusahaan yang mengajukan permohonan penangguhan UMK tidak secara langsung dikabulkan. Kasus 4 Contoh Kasus Pelanggaran UMK. Berita ini dikutip dari read/ 2013/04/25/ /BayarKaryawan.di.Bawah.UMRPengusaha. Dijatuhi.Hukuman Kompas.com. Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman 1 tahun dan denda Rp 100 juta kepada Tjioe Christina Chandra, pengusaha asal Surabaya yang membayar karyawannya di bawah upah minimum regional. Sanksi pidana kepada pengusaha itu yang pertama di Indonesia. Vonis kasasi itu dipimpin ketua majelis hakim Zaharuddin Utama, dengan anggota majelis Prof Dr Surya Jaya dan Prof Dr Gayus Lumbun dalam perkara Nomor 687 K/Pid.Sus/2012. Menurut anggota majelis hakim, Gayus Lumbuun, di Jakarta, Rabu (24/4/2013), hukuman pidana itu diberikan atas dasar pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 13/2003 tentang ketenagakerjaan, yakni Pasal 90 Ayat (1) dan Pasal 185 Ayat (1). 76

89 Gayus menekankan, pengabaian terhadap ketentuan UMR merupakan tindak kejahatan. Di tengah kondisi negara yang diwarnai banyak pengangguran dan rakyat berkekurangan untuk mendapatkan pencarian, banyak penyalahgunaan keadaan. Dalam perkara tersebut, penyalahgunaan dilakukan oleh pengusaha. Hukuman minimal yang diberikan itu merupakan tahap awal sebagai pembelajaran masyarakat. Ke depan, pengusaha yang melakukan kejahatan serupa dan dilaporkan, akan dikenakan sanksi. Kami berharap putusan ini memberikan efek jera agar pengusaha tidak menyalahgunakan keadaan dan menaati aturan upah minimum. MA masih bisa diharapkan sebagai benteng terakhir untuk memperjuangkan hak buruh, ujarnya. ( PERBEDAAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Bali Otonomi Daerah dalam Perspektif Ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sendi-sendi perekononomian dengan semakin berkembangnya infrastruktur yang bergerak pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi local dan meningkatnya kebutuhan dasar manusia. Pelaksanaan otonomi daerah yang menuntut terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) telah mendorong para kepala daerah untuk mengembangkan kepemimpinan yang lebih transparan dan akuntabel, serta mengkondisikan berbagai langkah reformasi birokrasi. Kebijakan daerah yang memprioritaskan pada kesejahteraan rakyat, pada satu sisi telah meningkatkan Indeks Pembangunan manusia (IPM) secara rasional, dan pada sisi lain menghasilkan berkembangnya sektor-sektor pendidikan dan kesehatan serta pengurangan kemiskinan. Provinsi Bali merupakan destinasi pariwisata dunia menjadi modal utama bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menjadi salah satu destinasi pariwisata dunia sudah barang tentu Provinsi Bali menjadi mampu meningkatkan kehidupan dasar masyarakatnya yang tercermin dari tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat dilihat dari tingginya IPM. IPM Provinsi Bali dapat dilihat pada tabel: 77

90 Tabel 4 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013 Kabupaten / Kota (1) 1. Jembrana 2. Tabanan 3. Badung 4. Gianyar 5. Klungkung 6. Bangli 7. Karangasem 8. Buleleng 9. Denpasar AHH (e0) (2) AMH (3) RLS (4) PPP (Rp 000) (5) IPM (6) Keterangan: AHH = Angka Harapan Hidup AMH = Angka Melek Huruf RLS = Rata-rata Lama Sekolah PPP = Paritas Daya Beli B A L I: Sumber: Bali Dalam Angka 2014 IPM Provinsi Bali menduduki peringkat ke-15 secara nasional pada tahun 2013 dengan nilai IPM sebesar 74,11 (Perkembangan Pembangunan Provinsi Bali 2014, 17). Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali setiap tahunnya rat-rata terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar 71,52 dan meningkat menjadi 74,11. IPM Provinsi Bali menduduki peringkat ke-15 secara nasional pada tahun 2013 dengan nilai IPM sebesar 74,11 (ibid). Pada indikator usia harapan hidup, terjadi perbaikan dari angka 70,67 tahun pada tahun 2009 menjadi 71,20 tahun pada tahun Rata-rata lama sekolah di Provinsi Bali meningkat dari 7,83 tahun pada 2009 menjadi 8,58 tahun pada Sementara itu pada 78

91 indikator angka melek huruf, capaian di Provinsi Bali pada tahun 2009 dan 2013 meningkat dari 87,22 menjadi 91,03 persen, lebih rendah dari angka nasional sebesar 94, Indonesia Perkembangan IPM Indonesia secara umum selama periode terus mengalami peningkatan. Laporan pembangunan manusia 2013 yang dikeluarkan UNDP menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kemajuan dalam hal pembangunan manusia di Indonesia, namun perkembangan masih berjalan sangat lambat. Sebagaimana termuat dalam tabel No. 5: Tabel 5 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia TAHUN IPM , ,456 0, ,540 0, , , ,629 0,684 Sumber: UNDP 2013 Nilai IPM Indonesia pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,684 menjadikan Indonesia naik 13 peringkat keperingkat 108 dari peringkat 121 pada tahun 2012 (0,629 atau 62,9%). sedangkan antara tahun 1980 dan 2012 nilai IPM Indonesia meningkat dari 0,422 atau 42,2 % menjadi 0,629 atau meningkat 49 persen dikarenakan adanya peningkatan angka harapan hidup pada periode yang sama dari 57,6 tahun menjadi 69,8 tahun saat ini. Tingkat ekspektasi lamanya bersekolah meningkat dari 8,3 tahun pada 1980 menjadi 12,9 tahun pada 2012, artinya, anak usia sekolah di 79

92 Indonesia memiliki harapan mengenyam bangku pendidikan selama 12,9 tahun atau mencapai tingkat pertama jenjang perguruan tinggi. Meskipun IPM Indonesia naik tiga belas peringkat, Ipm Indonesia masih berada dibawah rata-rata dunia yaitu 0,694 atau 69,4 %. Peringkat Indonesia diregional ASEAN masih jauh di bawah beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand. Negara ASEAN lain seperti Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, Timor Leste, dan Laos ada di bawah Indonesia. Sehingga dengan kondisi perkembangan IPM Indonesia lamban sehingga Indonesia masih dikategorikan sebagai medium Negara Pembangunan atau kelompok Menengah. Kondisi Indonesia dalam hal SDM terkait IPM, jelas menuntut perbaikan di segala lini. Data peringkat IPM Negara Indonesia terjadi dalam Tabel No. 6 dibawah ini: Tabel Dunia UNDP kembali merilis indeks pembangunan manusia (IPM) dengan Laporan untuk tahun 2013 tersebut masih menempatkan Norwegia di posisi pertama, sementara di urutan 187 atau juru kunci adalah Nigeria. Terdapat empat kategori kelompok dalam daftar tersebut, yakni pembangunan manusia sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. 80

93 Berdasarkan indeks pembangunan manusia tertinggi khusus untuk Negara maju adalah Norwegia pada tahun 2013 yaitu sebesar Australia adalah peringkat kedua yang memiliki indeks pembangunan manusia tertinggi khusus untuk negara maju yaitu sebesar Angka Harapan hidupnya mencapai 82,5 tahun sangat jauh dibanding angka harapan hidup indonesia yang hanya sebesar 70.1 tahun. Menyusul Switzerland sebesar Di beberapa Negara berkembang dengan kategori sedang seperti Maldives menduduki posisi tertinggi memiliki indeks pembangunan manusia sebesar Maldives menduduki urutan ke-103 atau 5 peringkat di atas Indonesia dengan IPM Sedangkan Philipina berada dibawah Indonesia dengan IPM sebesar 0.66 sedangkan kategori rendah di pelopori oleh Nepal dengan IPM sebesar kemudian menyusul Pakistan, Kenya, Swaziland,dan Angola PENGERTIAN, LINGKUP, PERHITUNGAN DAYA SAING Perkembangan zaman yang sangat pesat membawa Indonesia pada perkembangan ekonomi global yang dimana peningkatan daya saing sebuah Negara untuk menghadapi dunia Internasional, apalagi dalam waktu dekat Indonesia akan dihadapkan dengan pelaksanaan dari Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 31 Desember Pemberlakuan MEA di Indonesia diharapkan akan membawa prospek dan peluang bagi kerjasama antar kawasan dalam skala yang lebih luas melalui integrasi ekonomi regional kawasan Asia Tenggara, yang ditandai dengan terjadinya arus bebas (free flow): barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal. Ini juga akan menjadikan kawasan ASEAN yang lebih dinamis dan kompetitif sehingga Indonesia sebagai negara berkembang mampu meningkatkan daya saing guna mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh Negara maju yang secara makro diidentikkan melalui tingginya tingkat GDP suatu Negara. Indonesia berdasarkan berbagai lembaga Internasional memproyeksi pada tahun 2025 akan masuk jajaran negara maju di dunia. Sebagai contoh, McKinsey memproyeksi Indonesia akan menjadi Negara dengan ekonomi terbesar ke tujuh di dunia pada tahun 2030 ( menghadapi-mea.html) Daya saing sangat erat kaitanya dengan produktivitas, Inovasi dan teknologi. Negara dengan daya saing yang tinggi memiliki kemampuan 81

94 produktivitas yang tinggi dengan kemampuan teknologi yang mumpuni dengan produk jadi yang inovatif. Prof. Klaus Scwab direktur World Economic Forum(WEF) menyatakan bahwa kedepan perbedaan Negara maju dan Negara berkembang akan ditentukan oleh inovasi yang dimiliki. The traditional distingction developed and developing will become less relevant and we will instead differentiate among countries based on or whether innovation Dover there are poor. Daya saing menurut Michael Porter (1990) adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Menurut World Economic Forum, daya saing nasional adalah kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan Bank Indonesia (2002) harus mempertimbangkan beberapa hal: 1. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekadar produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu perekonomian sektor swasta atau perusahaan 2. Pelaku ekonomi atau economic agent bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian akan diperluas, tidak hanya terbatas akan hal itu saja dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing. 3. Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam perekonomian tersebut. Kesejahteraan atau level of living adalah konsep yang maha luas yang pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya satu aspek dari pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan standar kehidupan masyarakat yang lebih layak. Kata kunci dari konsep daya saing adalah kompetisi. Dengan kompetisi dengan Negara-negara lain maka akan menuntut Indonesia memiliki kualitas SDM yang berkualitas sehingga mampu bersaing pada perekonomian global. 82

95 Daya saing yang baik dalam suatu Negara diharapkan mampu memperbaiki indikator IPM yang masih sangat lambat peningkatannya di Indonesia. Pada dasarnya ada 3 (tiga) faktor yang memengaruhi daya saing di Indonesia yaitu: 1. Infrastruktur World Bank (1994), mendefinisikan infrastruktur dalam konteks ekonomi sebagai sebuah terminologi yang memayungi banyak aktivitas terkait social overhead capital. Lebih jauh lagi social overhead capital ini dipandang sebagai fondasi bagi peningkatan standar kehidupan, penggunaan lahan nasional secara lebih baik dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Dalam kontekstual pernyataan di atas dapat terlihat bagaimana infrastruktur memiliki peranan yang luas serta dianggp sebagai pendorong dalam pertumbuhan ekonomi. Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagianbagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan satu sama lain. Dapat disimpulkan bahwa infrastruktur ialah merupakan struktur fisik yang digunakan untuk menopang keberjalanan kegiatan masyarakat sehingga dapat menekan kegiatan inefisiensi dari masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Enam kategori besar infrastruktur (Grigg): 1. Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan); 2. Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara); 3. Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air); 4. Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat); 5. Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar; 6. Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas); Fasilitas fisik Infrastruktur (Grigg): 83

96 1. Sistem penyediaan air bersih, termasuk dam, reservoir, transmisi, treatment, dan fasilitas distribusi; 2. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, treatment, pembuangan, dan sistem pemakaian kembali; 3. Fasilitas manajemen limbah padat; 4. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, jalan rel dan bandar udara. Termasuk didalamnya adalah lampu, sinyal, dan fasilitas kontrol; 5. Sistem transit publik; 6. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusi; 7. Fasilitas pengolahan gas alam; 8. Fasilitas pengaturan banjir, drainase, dan irigasi; 9. Fasilitas navigasi dan lalu lintas/jalan air; 10. Bangunan publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor polisi, fasilitas pemadam kebakaran; 11. Fasilitas perumahan; 12. Taman, tempat bermain, dan fasilitas rekreasi, termasuk stadion. Infrastruktur memiliki peran yang sangat vital dalam pembangunan di Indonesia. seandainya pembangunan infrastruktur tidak dilakukan dengan optimal, maka hal tersebut akan memengaruhi daya saing bangsa dan upaya pemerataan hasil pembangunan akan terhambat. Sebaliknya jika pembangunan infrastruktur dilaksanakan secara optimal maka proses pemerataan pembangunan akan dapat dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat. Buku Mozaik Permasalahan Infrastruktur Indonesia, karya Darwin Zahedy Saleh, memotret kompleksitas pembangunan infrastruktur di Indonesia. Kompleksitas permasalahan infrastruktur tersebut merentang dari hulu kegiatan ekonomi hingga ke hilir. Perhatian yang optimal terhadap infrastruktur akan memberikan dampak positif antara lain meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan, serta menciptakan pemerataan hasil pembangunan. Infrastruktur jalan, misalnya, ternyata memberikan andil besar dalam upaya pemerataan hasil pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Hasil studi Asian Development di Indonesia menunjukkan bahwa infrastruktur jalan berperan sangat penting bagi program pengentasan kemiskinan. Pembangunan jaringan jalan mampu mengurangi angka kemiskinan. Keberadaan jaringan jalan yang terus meningkat panjangnya dan terhubung satu jalan dengan yang alinnya terbukti besar pengaruhnya dalam 84

97 menurunkan angka kemiskinan. Infrastruktur jalan memiliki kontribusi nonliner terhadap angka kemiskinan. Semakin banyak jaringan jalan semakin besar kemampuannya menurunkan angka kemiskinan. ( com/?page_id=3009, hal. 16) Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. Dalam 30 tahun terakhir ditengarai pembangunan ekonomi Indonesia tertinggal akibat lemahnya pembangunan infrastruktur. Menurunnya pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3% terhadap GDP (Gross Domestik Product) tahun 1993/1994 menjadi sekitar 2,3% (2005 hingga sekarang). Padahal, dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 % dari GDP. Krisis ekonomi membuat kondisi infrastruktur di Indonesia menjadi sangat buruk. Bukan saja pada saat krisis, banyak proyek-proyek infrastruktur baik yang didanai oleh swasta maupun dari APBN ditangguhkan, tetapi setelah krisis, pengeluaran pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur berkurang drastis. Secara total, porsi dari APBN untuk sektor ini telah turun sekitar 80% dari tingkat pra-krisis. Pada tahun 1994, pemerintah pusat membelanjakan hampir 14 milyar dolar AS untuk pembangunan, 57% diantaranya untuk infrastruktur. Pada tahun 2002 pengeluaran pembangunan menjadi jauh lebih sedikit yakni kurang dari 5 milyar dolar AS, dan hanya 30%-nya untuk infrastruktur. ( nurmansyahjohan.blogspot.com/p/infrastruktur-dalam-pembangunanekonomi_22.html) Penyediaan infrastruktur yang layak bagi masyarakat tersebut membuat Pemerintah sebagai pihak yang berwenang untuk menyediakan infrastruktur tersebut membutuhkan suatu dana yang sangat besar untuk mendanai pembangunan infrastruktur yang menyeluruh dan berkesinambungan. Ironisnya yang terjadi di Indonesia, bahwa kemampuan pemerintah untuk menyediakan dana untuk menyediakan infrastruktur jauh dari kata cukup sehingga wilayah-wilayah di Indonesia belum terseluruhnya mengalami perbaikan infrastruktur. Sebagai gambaran Pemerintah memiliki target pembiayaan infrastruktur selama tahun (untuk memenuhi Millenium Development Goal pada tahun 2015) adalah sebesar kurang lebih 1400 triliun rupiah, sementara kemampuan pendanaan Pemerintah 85

98 sendiri melalui APBN selama 5 tahun diprediksikan hanya mencapai sekitar 400 triliun rupiah. Dari hal tersebut dapat dilihat sebuah gap yang cukup besar, yaitu sekitar 1000 triliun rupiah.dalam hal ini diharapkan kerjasama Kemitraan Pemerintah dengan Swasta (KPS) atau Publik Private Partnership (PPP). Di tingkat daerah, alokasi anggaran untuk infrastruktur terus meningkat, namun temuan studi komite pemantau pelaksanaan otonomi daerah (KPPOD) memperlihatkan bahwa peningkatan anggaran tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas infrastruktur. Korupsi dipandang sebagai pemicu utama dari ketidaksinkronan antara peningkatan anggaran dengan kualitas infrastrukur. Kenyataan lain bahwa selama ini ketersediaan infrastruktur justru masih menjadi kendala utama bagi aktivitastas perekonomian di Indonesia. Di sisi lain, peran swasta dalam pembiayaan infrastruktur dituntut melalui berbagai skema. Fakta lain mengungkapkan sejumlah daerah yang mengalihkan tanggung jawab penyediaan infrastruktur tersebut kepada pihak swasta (melalui Peraturan Daerah) dengan alasan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan usaha. Namun sayang pengalihan tanggung jawab tersebut tidak diikuti kompensasi terhadap swasta yang menyediakan kontribusi yang sudah diberikan, malahan justru sanksi bila pihak swasta tidak sanggup melaksanakannya. Hasil Studi Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED) oleh KPPOD menunjukkan bahwa infrastruktur menjadi kendala utama bagi aktivitas usaha (grafik di bawah ini), dimana kecenderungannya naik pada tahun 2010 dibandingkan Sejumlah komitmen pemerintah untuk memperbaiki kualitas infrastruktur tentunya telah meningkatkan anggaran belanja pemerintah.laporan `World Economic Forum` menunjukan bahwa Indonesia berada di peringkat 78 dari lebih dari 100 negara yang disurvei. Posisi tersebut lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya yakni pada peringkat 76.Sedangkan, Singapura berada di peringkat dua, Malaysia peringkat 32, Thailand peringkat 46 dan Brunei peringkat 57. Buruknya logisitik di Indonesia mendorong ekonomi biaya tinggi, sehingga mengurangi daya saing investasi.biaya logistik di Indonesia sangat mahal, yakni sekitar 30 persen dari PDB. Pemerintah dalam hal ini perlu bertindak tegas melakukan pemotongan subsidi agar tersedia anggaran yang lebih besar bagi pembangunan daerah, khususnya pembangunan infrastruktur di daerah dan perlunya membenahi hubungan kemitraan dengan pihak swasta. 86

99 Grafik 5 Kendala Utama Aktivitas Usaha Dalam laporan terbarunya, World Economic Forum (WEF) mengungkapkan bahwa tingkat daya saing Indonesia masih tertinggal terutama pada pilar infrastruktur, pilar kesiapan teknologi, dan pilar inovasi. Pilar Penilaian WEF ini menunjukkan bahwa kendala struktural yang dihadapi Indonesia (the most binding constraints) masih di seputar ketiga pilar tersebut dalam delapan tahun terakhir. Secara lebih spesifik, kendala pilar infrastruktur antara lain bersumber dari masih rendahnya kualitas jalan, pelabuhan, bandara, kereta hingga kualitas pasokan listrik. Tabel 7 Kualitas Infrastruktur Indonesia No Indikator Kualitas Keseluruhan Kualitas Jalan Kualitas infrastruktur Kereta Kualitas infrastruktur Pelabuhan Kualitas infrastruktur transportasi udara Kualitas Pasokan Listrik Sambungan Telpon/ 100 penduduk Peringkat Sumber: WEF, Global Competitiveness Report

100 Terkait infrastruktur, lemahnya faktor infrastruktur juga dikonfirmasi oleh hasil survei International Institute for Management Development (IMD). Hasil surveinya pada tahun 2011 menempatkan Indonesia pada peringkat 37 dari 59 negara dengan titik lemah tingkat daya saing Indonesia terletak pada aspek infrastruktur yang meliputi infrastruktur dasar, infrastruktur teknis, infrastruktur sains, kesehatan dan lingkungan hidup, serta pendidikan. Sejak dilaksanakan otonomi daerah di Indonesia, investasi di sektor jalan cenderung meningkat, walaupun sempat mengalami penurunan di tahun 2008 akibat krisis ekonomi global. Bahkan, investasi pemerintah daerah di sektor ini meningkat dalam jumlah besar yakni lebih dari dua kali lipat. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh Grafik 7 Sebagai berikut berikut. Tabel 8 Perkembangan Daya Saing Indonesia 88

101 Grafik 6 Investasi Sektor Jalan dan Persentase Investasi Jalan terhadap PDB Tahun Dalam kurun waktu 2007 dan 2010 anggaran belanja Pemda di kabupaten/kota Indonesia untuk pembangunan infrastruktur berkisar antara 11%-13% (Kemenkeu 2007 dan 2010). Namun, di kurun waktu tersebut data BPS menunjukkan bahwa kualitas jalan rusak dan parah justru semakin tinggi. Pada tahun 2007, panjang jalan kabupaten/kota dengan kualitas rusak-parah mencapai 24,9% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 44.4% (BPS, 2011) dirisil oleh Ratnawati (Peneliti KPPOD). Terkait perbaikan kondisi infrastruktur, selama ini kendala yang dihadapi adalah masalah pendanaan dan permasalahan hukum. Alokasi belanja Pemerintah untuk pembangunan infrastruktur Pemerintah dalam delapan tahun terakhir rata-rata hanya sekitar 1,6% PDB (Grafik 5). Rasio ini relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain seperti China dan India, yang masing-masing mencapai 5,3% dan 7,3% dari PDB. 89

102 Grafik 7 Perkembangan Rasio Infrastruktur di APBN terhadap PDB Upaya pembenahan kondisi infrastruktur disadari peran penting dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan dampak jangka panjangnya bagi PDB per kapita.5 Perbaikan infrastruktur memiliki kontribusi dalam meningkatkan produktivitas dan diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Merujuk pada publikasi World Development Report (World Bank, 1994), infrastruktur berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dijumpai pada wilayah dengan tingkat ketersediaan infrastruktur yang mencukupi (Oki, Novi, Myranwati, Pengaruh Infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, 47). Infrastruktur untuk daerah Bali sendiri telah mengalami peningkatan untuk mendukung pergerakan barang dan masyarakat, maka provinsi Bali membangun jalan sepanjang 6.863,88 km pada tahun 2012 dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sepanjang 7.361,49 km pembangunan jalan tersebut dengan rincian jalan nasional 598,03 Km, jalan provinsi sekitar 1.030,75 km, dan jalan Kabupaten sepanjang Km. Akses kelautan provinsi Bali sendiri memiliki 4 pelabuhan yaitu pelabuhan benoa, Gilimanuk, Padangbai, dan Celukan bawang. Disamping transportasi darat dan laut Bali juga memiliki Bandar udara internasional Ngurah Rai sebagai salah satu potensi transportasi terbesar. Peningkatan daya tampung dimulai sejak awal 2013 telah mampu meningkatkan kapasitas dari hanya sekitar 7 juta penumpang tiap tahunnya menjadi 25 juta penumpang. Kenaikan ini diharapkan akan mendongkrak penerbangan domestik dari sebelumnya 90

103 1,5 juta penumpang menjadi 9,4 juta serta penerbangan internasional yang semulanya 7,7 juta menjadi 15,6 juta penumpang. Bandara Ngurah Rai saat ini menjadi bandara terbesar di Indonesia (Profil Daerah Bali, 2013) 2. Tabungan dan Konsumsi Suatu Negara dapat bertahan dalam perekonomian global, bila Negara tersebut memiliki kemampuan produktif. Kemampuan produktif bukan hanya mampu untuk menghasilkan barang murah dengan kualitas yang lebih baik dari Negara-negara lain. Kemampuan yang produktif yang dimaksud adalah kemampuan total Negara untuk meningkatkan dirinya secara bersinambungan untuk menjadi Negara maju. Friedrich List menjelaskan bahwa peningkatan daya saing bangsa bukan semata meningkatkan PDB. PDB dianggap hanya mampu mengukur nilai tambah yang dihitung pada harga pasar dari kegiatan ekonomi per satu tahun. Jika PDB mengalami kenaikan karena produksi barang dan jasa mengalami kenaikan maka hal tersebut tidak selalu mencerminkan peningkatan kemampuan produktif karena apabila barang/jasa yang dihasilkan berasal dari proses produksi yang sederhana tidak melibatkan atau memanfaatkan teknologi baru yang lebih tinggi tau produktif. Selain itu, jika kenaikan PDB ditunjukkan dengan harga barang/jasa yang lebih murah dengan penerapan uapah tenaga kerja yang lebih murah. Lebih parah lagi jika kenaikan PDB berasal dari penjualan warisan Negara yaitu kekayaan alam tanpa diolah menjadi produk bernilai lebih. Hal di atas dapat disimbulkan dengan kenaikan PDB belum mampu mencerminkan kemampuan produktif dari sebuah bangsa. List juga membedakan antara produksi dan produktivitas. Kemampuan produktif hanya meningkat melalui peningkatan produktivitas. Dalam hal ini List menekankan bahwa dari dua hal tersebut kreativitas manusia dan Physical Capital menjadi peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas ini disebut technical progress. Pada Physical Capital termasuk didalamnya Infrastruktur, mesin, sarana produksi yang disebut Capital Deeping. Schumpeter seorang ahli ekonomi dari Austria juga menekankan konsep Kreativitas. Kreativitas manusia akan mempunyai dampak pada produktivitas apabila diterjemahkan menjadi inovasi dalam proses produksinyata dalam kegiatan ekonomi. Schumpeter juga menekankan 91

104 peranan sentral kewirasusahaan dalam transformasi ide menjadi peningkatan produktivitas. Melihat kondisi atau fenomena yang terjadi di Indonesia, yakni pengaruh pertumbuhan kelompok masyarakat kelas menengah. Pertumbuhan kelompok menengah dirasa mempunyai peran dalam menentukan arah kehidupan ekonomi dan bahkan juga arah kehidupan politik suatu bangsa. Di beberapa negara yang sekarang maju, kelas menengah tumbuh menjadi kelompok wirausaha yang tangguh dan menjadi ujung tombak inovasi dan peningkatan produktivitas. Mereka menyisihkan sebagian income- nya sebagai bagian dari tabungan nasional untuk membiayai investasi yang diperlukan dalam membangun daya saing bangsa. Mereka berani mengambil risiko sebagai wirausaha untuk berinovasi. Pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, hal tersebut belum dapat dipastikan terjadi. Kelas menengah dengan income dan kemampuan daya beli yang besar justru dapat menjadi kelompok konsumtif yang menghabiskan income-nya untuk conspicuous consumption atau konsumsi berlebihan, yang tidak menyumbang apa-apa bagi pembangunan daya saing bangsa. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang ekonom di abad 19, Thorstein Veblen. Ia mengingatkan adanya risiko kelompok berduit menjadi kelompok masyarakat parasit yang mengutamakan cara hidup konsumtif dan mengutamakan gaya hidup hurahura (kemewahan), yang ia sebut sebagai The Leisure Class (Materi oleh Wakil Presiden (Wapres) RI Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec. dengan topic daya saing bangsa Indonesia (Competitiveness of Indonesia) acara tahunan Penglepasan Alumni Magister Manajemen dan Doktor Manajemen Bisnis Tahun 2013/2014 Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis (MB), Institut Pertanian Bogor (IPB) di Hotel Borobudur, Jakarta) Penekanan pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh penurunan tingkat fertilitas (yang mungkin saja disebabkan oleh hal-hal seperti semakin mudahnya akses mendapatkan alat-alat kontrasepsi, pendapatan yang lebih tinggi, urbanisasi dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi untuk wanita) dapat membantu menstimulasi sebuah perubahan signifikan pada distribusi usia penduduk terhadap mereka yang masih dalam usia kerja (namun di kemudian hari penurunan angka kematian dan tingkat kesuburan akan menghasilkan populasi manula). Perubahan ini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi karena penduduk usia kerja pun bertambah sementara 92

105 jumlah (relatif) anak yang masih bergantung pada orang-tua berkurang. Proses ini dapat dianggap sebagai serangkaian gelombang. Gelombang pertama adalah ketika penduduk usia kerja mulai bekerja sehingga produksi pun menjadi meningkat. Dengan adanya pekerjaan berarti pendapatan pun menjadi lebih tinggi, rumah tangga pun akan menkonsumsi produk lebih banyak lagi. Rumah tangga akan menabung lebih banyak karena jumlah anak yang bergantung pada orang-tua berkurang sehingga tingkat investasi pun bertambah, sama seperti peningkatan modal dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi perokonomian. Gelombang demografi yang kedua terjadi ketika sebagian besar penduduk usia kerja mendekati masa pensiun dan mulai menabung dan berinvestasi untuk hari tua. Dengan demikian, hasil peningkatan akumulasi modal tersebut dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi secara lebih lanjut. Setelah tahap ini akan terjadi keprihatinan ekonomi karena adanya stagnasi pertumbuhan penduduk dan populasi manula yang meningkat ( com/ id/budaya/ demografi/item67). Sejak tahun 2012, perekonomian Indonesia telah mengalami banyak gejolak. Pada tahun 2013, pertumbuhan PDB turun menjadi di bawah 6% untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global dan selama tahun 2014 pertumbuhan masih melambat. Meskipun dengan adanya perlambatan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah melampaui negara-negara lain di ASEAN jika dikaitkan dengan basis konsumen yang kokoh dan kebijakan ekonomi makro yang kuat, seperti penargetan inflasi dan kehati-hatian dalam kebijakan fiskal. Sampai dengan pertengahan tahun 2014, konsumsi masyarakat telah didukung oleh tingkat kepercayaan yang menguat, bantuan langsung tunai kepada keluarga miskin, kenaikan upah yang kuat dan pasar tenaga kerja yang meningkat. Meskipun ekspor meningkat pada akhir tahun 2013, dimana kontrak ekspor bijih mineral telah disepakati terlebih dahulu sebelum pelaksanaan larangan ekspor bijih mineral mentah oleh pemerintah, namun kontribusi permintaan eksternal terhadap pertumbuhan pada akhirnya tidak sesuai dengan harapan, dimana hal tersebut memperparah kekhawatiran terkait transaksi berjalan yang pernah terjadi pada pertengahan tahun 2011 dan kembali muncul pada pertengahan tahun Investasi juga melemah pada tahun yang diakibatkan oleh penurunan investasi dalam mesin dan alat transportasi (Gambar 2). Perlambatan dalam investasi tersebut perlu menjadi perhatian, 93

106 tidak hanya karena dampaknya terhadap produktivitas akan tetapi juga karena porsinya yang meningkat dalam PDB: seperempat pada tahun 2013, meningkat dari seperlima pada tahun Grafik 8 Tingkat PDB Riil di Beberapa Negara ASEAN Terpilih Grafik 9 Pertumbuhan PDB Riil, Konsumsi dan Investasi Indonesia 94

107 1. Subsidi Silang Setiap Manusia sebagai pelaku ekonomi memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam rangka memenuhi kebutuhan. Hal ini tentu saja dapat menciptakan kemiskinan dan ketimpangan pada suatu wilayah perekonomian. Disinilah subsidi masuk ke dalam permasalahan sebagai sebuah solusi. Subsidi dianggap mampu berfungsi sebagai alat peningkatan daya beli masyarakat serta dapat meminimalisasi ketimpangan akan akses barang dan jasa. Oleh karena itu, cita-cita kemakmuran suatu bangsa dapat dicapai salah satunya dengan kebijakan subsidi tersebut. Subsidi merupakan bukti tanggung jawab pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya terutama dalam aspek ekonomi yang dianggap mampu meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Subsidi pertama kali dipakai di Inggris pada abad di bawah kekuasaan Raja Charles II. Namun, subsidi baru berkembang/meluas pada abad 20. Sejak saat itu program-program subsidi menjadi sebuah cara yang lazim digunakan pemerintah dalam anggaran keuangannya. Adapun beberapa landasan pokok dalam penerapan subsidi antara lain: 1. Suatu bantuan yang bermanfaat yang diberikan oleh pemerintah kepada kelompok-kelompok atau individu-individu yang biasanya dalam bentuk cash payment atau potongan pajak. 2. Diberikan dengan maksud untuk mengurangi beberapa beban dan fokus pada keuntungan atau manfaat bagi masyarakat. 3. Subsidi didapat dari pajak. Jadi, uang pajak yang dipungut oleh pemerintah akan kembali lagi ke tangan masyarakat melalui pemberian subsidi.( program-subsidi-pemerintah/) Subsidi dapat diartikan sebagai dana bantuan sosial yang merupakan transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat gunamenjaga ketahanan pangan. Subsidi dapat berbentuk kebijakan proteksionisme atau hambatan perdagangan (trade barrier) dengan cara menjadikan barang dan jasa domestik bersifat kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Menurut Habib Nazir (2004) subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung suatu kegiatan usaha atau kegiatan perorangan oleh pemerintah. Menurut Muhammad Hassanudin 95

108 (2004) Subsidi dapat mendorong peningkatakan output produk-produk yang dibantu akan tetapi mengganggu proses alokasi sumber daya domestik secara umum dan memberi dampak yang merugikan terhadap perdagangan internasional. Dari pengertian subsidi di atas penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Bantuan sosial berupa transfer uang/barang menjaga ketahan pangan 2. Cadangan keungan untuk mendukung usaha kegiatan peorangan 3. Subsidi membantu peningkatan output sebuah produk Sedangkan pengertian subsidi silang adalah Subsidi dari pemerintah (atau badan swasta) kepada yang kurang mampu yang berasal dari mereka yang mampu (misalnya harga bensin naik banyak dengan maksut untuk memberi subsidi kepada pemakai minyak tanah yang umumnya rakyat kurang mampu; ongkos pasien kaya ditinggikan untuk membantu pasien kurang mampu. Ketua BPK, Rizal Djalil menilai Kondisi penyaluran subsidi oleh pemerintah pada tahun anggaran 2013 belum dirasakan tepat sasaran. Selama lima tahun terakhir, alokasi subsidi energi dan non-energi mengambil proporsi persen dari total belanja pemerintah pusat. Catatan BPK menyebutkan, anggaran subsidi dari pemerintah meningkat tajam dari 2009 hingga Pada 2009, total subsidi yang dianggarkan mencapai Rp 138,1 triliun. Nilainya membengkak 252 persen menjadi Rp 348,1 triliun pada Kenaikan subsidi tersebut tidak dibarengi dengan pengawasan penyalurannya. Di Indonesia sendiri, kebijakan subsidi yang paling santer terdengar adalah subsidi harga BBM. Subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang tidak tepat sasaran karena masih banyak digunakan oleh golongan masyarakat mampu. Demikian pula dengan subsidi listrik, karena lebih banyak dinikmati pelanggan besar, pelanggan menengah, dan pelanggan khusus, subsidi silang bagian kesehatan juga mengalami kendala yang sama dimana masyarakat miskin pengguna jaminan kesehatan pemerintah mengalami diskriminasi dalam pelayanan. Hal berbeda terjadi pada penyaluran subsidi pupuk. BPK menemukan fakta adanya selisih penetapan nilai subsidi pupuk yang melebihi seharusnya. Selisih tersebut mencapai Rp 498,44 miliar. Selain itu, ada kekurangan pembayaran subsidi oleh pemerintah sebesar Rp 6,63 triliun. 96

109 Mengatasi kondisi subsidi di atas maka perlunya menyarankan pemerintah untuk mengevaluasi dan merancang ulang kebijakan subsidi. Saat ini pemerintah telah melakukan penguatan kebijakan fiskal dengan penuh kehatian-hatian, sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam pembatasan penggunaan fiskal maksimum sebesar 3% dari PDB sehingga menghasilkan prospek fiskal yang kuat dengan utang pemerintah menjadi stabil pada tingkat yang patut ditiru sebesar 26% dari PDB. Tetapi dalam hal ini, pendapatan Negara masih dianggap rendah dan kebutuhan belanja semakin meningkat yang menyebabkan deficit menjadi besar selama empat tahun terakhir (dapat dilihat gambar dibawah ini). Grafik 10 Pendapatan, Belanja dan Neraca Pemerintah Pusat Persentase dari PDB Sampai dengan akhir tahun 2014, sebanyak lebih dari 20% dari belanja telah digunakan untuk subsidi bahan bakar minyak dan listrik, untuk menjaga agar listrik tetap terjangkau bagi rakyat miskin dan untuk meningkatkan daya beli rumah tangga. Namun demikian, subsidi tersebut tidak berfungsi sebagaimana yang dimaksudkan, karena 40% dari manfaat subsidi dinikmati oleh bagian berpenghasilan tertinggi dan kurang dari 1% dinikmati oleh kelompok yang termiskin (Bank Dunia, 2014). Subsidi juga memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan dalam bentuk peningkatan permintaan konsumsi, kemacetan lalu lintas dan kerusakan lingkungan hidup, di mana kerugian bobot matinya (deadweight loss) diperkirakan mencapai sebesar USD 4-8 miliar setiap tahun (Davis, 2014). Menurunnya 97

110 produksi ladang minyak tua (sehingga mengharuskan dilakukannya lebih banyak impor) memperparah permasalahan tersebut. Subsidi bahan bakar telah dikurangi pada bulan Juni 2013 dan kembali dikurangi pada bulan November 2014, sehingga menyebabkan harga bahan bakar bersubsidi lebih mendekati harga pasar. Awal tahun 2015, pemerintah dengan sigap menggunakan kesempatan yang diperoleh dengan menurunnya harga minyak dunia dan membatalkan rezim pengaturan harga bensin dan solarnya yang ada. Harga bensin dan solar dalam negeri pada saat ini terkait langsung dengan harga dunia, di mana hanya solar yang memperoleh subsidi tetap sebesar rupiah (USD 0,08) per liter. Subsidi dalam jumlah kecil untuk solar telah dipertahankan karena penggunaannya dalam angkutan umum dan angkutan barang. Suatu program telah ditetapkan oleh pemerintah untuk mengurangi secara berangsur-angsur penggunaan solar yang akan digantikan dengan gas alam cair (LNG). Anggaran tahun 2015 pada awalnya mencantumkan subsidi bahan bakar senilai lebih dari 13% dari total belanja pemerintah, akan tetapi pada saat ini subsidi bahan bakar tersebut telah dikurangi menjadi hanya sebesar 1%. Pemerintah telah mengalokasikan penghematan dari pemotongan subsidi bahan bakar tersebut sebagian besar untuk infrastruktur dan sisanya untuk belanja sosial (social spending), proyek di tingkat daerah dan pengurangan defisit. Subsidi listrik masih menjadi permasalahan dan karena sebagian besar kapasitas pembangkit listrik adalah dalam bentuk pembangkit listrik berbahan bakar batu bara serta pembangkit listrik berbahan bakar minyak bumi, hal tersebut secara tidak langsung merupakan subsidi bahan bakar fosil. Subsidi listrik mencapai sekitar 8% dari total belanja pemerintah. Reformasi yang sedang digulirkan dalam bidang tersebut harus dilanjutkan, termasuk reformasi harga secara bertahap sampai penentuan harga listrik sepenuhnya menutupi biaya yang timbul secara terus-menerus untuk memelihara dan memperbaiki sistem kelistrikan Indonesia (Survei Ekonomi OECD Indonesia Maret 2015, 15-16). 98

111 Kasus 5 JAKARTA, kabarbisnis.com: Praktik penyalahgunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Tanah Air masih cukup besar. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat, sebanyak kilo liter (KL) atau 7,2 juta liter BBM subsidi disalahgunakan sepanjang tahun Hal itu terjadi dalam 947 temuan kasus yang tersebar di seluruh Indonesia. Kepala BPH Migas, Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, persentase wilayah terbesar kasus penyalahgunaan BBM subsidi adalah di Pulau Sumatera mencapai 41,82 persen. Adapun yang kedua ada di Kalimantan dengan jumlah persentase 39,18 persen, dan yang ketiga terbesar ada di Pulau Sulawesi dengan jumlah persentase 9,19 persen, ujar Andy di Komplek Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (24/2/2014). Andy mengatakan, urutan keempat ditempati Pulau Jawa dan Bali dengan persentase 7,71 persen. Sementara, urutan kelima dan keenam ditempati Pulau Maluku dan Papua dengan persentase masing-masing sebesar 1,06 persen. Selanjutnya, Andy menerangkan, jumlah kasus tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada 2012 dengan volume mencapai ,72 KL. Penurunan ini terjadi seiring dengan upaya BPH Migas mencegah adanya potensi penyalahgunaan di sejumlah daerah. Lebih lanjut, Andy menjelaskan, BPH Migas telah membangun beberapa perangkat untuk mencegah adanya penyalahgunaan BBM subsidi. Hal itu dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan. Kami membangun secara fisik warroom untuk memonitor transaksi seluruh badan usaha dalam menyalurkan BBM subsidi. Kami bukan polisi minyak tapi mengatur badan usaha, pungkasnya. kbc10 Perhitungan Daya Saing Competitiveness Index dihitung dengan mencari nilai persentase total ekspor produk/industri/sektor tertentu dari suatu negara terhadap total ekspor dunia untuk produk yang sama. Formula yang digunakan adalah: 99

112 Xisd Nilai Expor dari negara s untuk produk i Xiwd Total Ekspor Dunia untuk produk i Rentang Nilai Competitiveness Index: 0 sampai 100%, artinya semakin meningkat prosentasenya mendekati 100%, maka semakin meningkatkan porsi atau penguasaannya di pasar internasional dan peningkatan porsi tersebut akan menurunkan porsi kompetitornya DATA DAYA SAING Daya Saing Bali Desentralisasi yang dilaksanakan di Indonesia merupakan upaya untuk meningkatkan geliat pertumbuhan ekonomi di daerah. Kondisi ini membuka kesempatan seluas-luasnya bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kemakmuran masyarakatnya melalui inovasi, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta menciptakan tata kelola ekonomi ke arah yang lebih kompetitif dan berdaya saing tinggi. Pembentukan daya saing tentu tidak hanya mencakup upaya untuk memperkuat sinergi berbagai sektor pembangunan daerah, tetapi juga mencakup penyempurnaan secara struktural dalam sistem pembangunan daerah agar pembangunan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara lebih efektif dan efisien. Daya saing daerah menurut Bank Indonesia didefinisikan sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Konsep dan definisi daya saing daerah yang dikembangkan dalam penelitian tersebut didasarkan pada dua pertimbangan, yaitu: perkembangan perekonomian daerah ditinjau dari aspek ekonomi regional dan perkembangan konsep dan definisi daya saing daerah dari penelitian-penelitian terdahulu. World Economic Forum (WEF) mendefinisikan daya saing nasional sebagai kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Institute for Management Development (IMD) mendefinisikan daya saing nasional sebagai kemampuan suatu negara dalam menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayaan nasional dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality dan proximity, serta model ekonomi dan sosial. 100

113 European Commission mendefinisikan daya saing sebagaikemampuan untuk memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan pasar internasional, diiringi dengan kemampuan mempertahankan pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, lebih umumnya adalah kemampuan (regions) untuk menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif tinggi sementara terekspos pada daya saing eksternal. Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan konsep comparative advantage, yakni dimilikinya unsur-unsur penunjang proses produksi yang memungkinkan satu negara menarik investor untuk melakukan investasi ke negaranya, tidak ke negara yang lain. Konotasi advantage di sini adalah situasi yang memungkinkan pemodal menuai keuntungan semaksimal mungkin. Misalnya dengan menyediakan lahan murah, upah buruh murah, dan suplai bahan mentah produksi yang terjamin kontinyuitasnya dengan harga yang lebih murah daripada harga yang ditawarkan oleh negara lain. Artinya, kekuatan modal dan keunggulan teknologi menjadi kunci penentu peningkatan daya saing (penjualan produk) satu negara (Kajian Kebijakan Penguatan Daya saing daerah dalam Rangka peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, 27-28). Provinsi Bali memiliki perekonomian dengan corak yang berbeda dengan provinsi lain di Indonesia. Daya dukung kebudayaan dan kesenian serta panorama dan keindahan alam menjadikan Bali memiliki ciri khas tersendiri. Dengan keunggulan tersebut menjadikan Bali salah satu tujuan pariwisata dunia. Perekonomian Bali banyak bersandar pada pariwisata, pertanian dalam arti luas, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dalam pembangunanan perekonomian Bali ada dua prinsip yang harus diperhatikan baik mengenai potensi wilayah Bali dan merumuskan manajeman pembangunan. Pada sektor pariwisata, Indonesia menunjukkan perbaikan daya saing di dunia. Menurut laporan Tourism Competitivens Indeks (TCI) 2015 dari World Econonomic Forum (WEF) saat ini Indonesia berada pada peringkat 50, naik dari peringkat 70 pada tahun Secara rasional, peringkat Indonesia naik dari peringkat 12 ke 4 dibawah Singapore, Malaysia, dan Thailand. Kondisi di atas tentu akan menjadikan peluang bagi Bali yang perekonominya berbasis pariwisata. Daya tarik Bali sebagai daerah destinasi utama masih kuat, pertumbuhan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai 14,04 persen dari tahun ke tahun (

114 berita/gaya-hidup/travelling/15/05/20/nomwi8-dayasaing-pariwisata- nasio nal-membaik). Bali memang tiada hari tanpa alunan suara gamelan mengiringi olah gerak tari, sehingga menjadi denyut nadi kehidupan. Puspa ragam ekspresi seni tari itu tersaji dalam ritual keagamaan, tampil dalam upacara adat, peristiwa sosial sekuler maupun sebagai tontonan wisatawan. Di Bali sendiri terdapat sekitar desa adat dengan masyarakatnya yang terkenal ramah. Semua hal itu memberikan nilai lebih sehingga Bali kembali dinobatkan sebagai daerah tujuan (destinasi) wisata terbaik (Island Destination of The Year) dalam ajang China Travel & Meeting Industry Awards Penghargaan ini dipandang sebagai salah satu wujud pengakuan masyarakat internasional terhadap Bali yang berhasil mengelola industri pariwisata dan Meetings, Incentives, Conference and Exhibition (MICE) kelas dunia (antaranews. com). Bali telah menerima puluhan penghargaan tingkat internasional dari berbagai lembaga publikasi dan negara lain. Sebagian besar penghargaan yang diterima oleh Bali adalah terutama dalam hal keunikan dan keindahan alam Bali yang tiada duanya di dunia ( Selain mengandalkan keindahan alam pembangunan pariwisata Bali mengandalkan pariwisata berbasis kearifan local. Kondisi di atas mampu membuka jalur investasi untuk masuk di Bali yang gunanya untuk meningkatan daya saing Bali. Investasi ini terbukti semakin maraknya pembangunan Hotel dan villa di Bali. Jika bercermin dari hasil penelitian dan pengkajian SCETO, konsultan pariwisata dari Prancis tahun 1975, di Pulau Bali maksimal dibangun kamar hotel berbintang untuk menjaga daya dukung Bali. Namun kenyataannya di Bali kini telah dibangun kamar hotel berbintang atau dua kali lipat daya dukung Bali (antaranews.com). Tahun 2012, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mencapai orang (PHRI Bali, 2013). Kendati angka kunjungan cukup besar, namun tingkat hunian kamar (THK) hotel di Bali, bisa dikatakan fluktuatif oleh Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, mengatakan kunjungan wisatawan tidak diikuti dengan meningkatnya tingkat hunian ini disebabkan menurunnya length of stay atau lama tinggal dan jumlah kamar yang meningkat sehingga supply dan demand tidak seimbang. ( unud.ac.id /2014/07/. Saat ini jumlah kamar sekitar bahkan tahun 2014 lalu ijin kamar yang belum terbangun 102

115 ( -di-bali-dihentikan- sementara). Pariwisata seperti pisau bermata dua disatu sisi mampu membuka investasi dan meningkatkan daya saing dan sisi lain menimbulkan dampak negative seperti alih fungsi lahan pertanian, krisis air yang pernah dirasakan pada tahun 2012 sebenarnya sudah diperkirakan peneliti yang dilakukan kementerian Lingkungan hidup pada tahun 1997 silam menyebutkan jika Bali akan mengalami krisis air pada tahun 2013 sebanyak 27 liter dan ahli hidrologi lingkungan Universitas Udayana, Wayan Sunartha, memperkirakan Bali akan mengalami defidit air 26,7 miliar meter kubik pada tahun BLH juga menemukan ada 13 pantai di Bali yang tercemar limbah. Diduga limbah tersebut berasal dari hotel atau tempat usaha lainnya di sekitar pantai. Dipantai-pantai tersebut BLH menemukan beberapa zat pencemaran, seperti zat nitrat, detergen, dan timbal. Akibat dari pencemaran tersebut sektor pariwisata dapat terganggu, sebab beberapa pantai yang tercemar adalah pantai Serangan, Benoa, Tanjung Benoa, Mertasari, Lovina, Soka, Candidasa, Tulamben, Pengambengan, Gilimanuk, dan Padangbai. ( blogspot.com/2012/12/ refleksi-akhir-tahun-lingkungan-bali.html). Hal penting yang perlu disoroti dalam sektor pariwisata yaitu SDM pelaku pariwisata di Bali. Dimana diperlukan program sertifikasi untuk menilai standar yang jelas agar SDM pariwisata bisa memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Pada sektor pertanian Bali perlu, Bali perlu mengembangkan program sistem pertanian terintegrasi. Pengembangan berbagai komoditi pertanian dan perkebunandilakukan sengan sistem tumpangsari. Sektor Umkm Bali di topang oleh produk-produk UMKM seperti kain tenu tradisionalm hasil pertanian seperti: mangga, kopi, salak, sapi, rumput laut dan kakao serta industri pariwisata lainnya tapi produk ini masih memerlukan perhatian dalam hal mutu sehingga diharapkan produk tersebut mampu bersaing di pasar global. Untuk itu diperlukan produk unggulan yang memenuhi standar mutu yaitu standar mutu Indonesia (SNI) ( det/ 4644#.vzozoyvkiquk). Untuk membantu kelancaran sektor di atas dan sebagai salah satu penunjang daya saing dimana infrastruktur yang baik sangat dibutuhkan. pertumbuhan infrastruktur Bali berkembang cukup pesat. Bali menjadi daya tarik sendiri bagi investor mancanegara. Investasi itu didukung oleh 103

116 infrastruktur yang memadai seperti jalan tol di atas laut dan perluasan dari bandara Ngurah Rai Daya Saing Indonesia Laporan World Competitiveness Report daya saing Indonesia mengalami kemerosotan dari tahun ketahun, hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: rendahnya kualitas infrastruktur, ekonomi makro, meningkatnya biaya buruh, tingginya investasi Indonesia, dan rendahnya kualitas pelayanan birokrasi. Tabel 2.8 Peringkat Daya Saing Negara Versi World Competitiveness Report Negara USA Singapura Malaysia Korea Jepang Cina Thailand Indonesia Keterangan: Jumlah Negara yang Diteliti 148 negara Sumber: IMD, World competitiveness yearbook Menurut World Economic Index, terpuruknya daya saing disebabkan oleh beberapa faktor penting yang menonjol di antaranya: a. Tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro. b. Buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan. c. Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas. d. Rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasional perusahaan. e. Lemahnya iklim persaingan usaha. Sementera itu, Institute for Management Development (IMD) juga menempatkan Indonesia jauh di bawah Singapura dan Malaysia dalam 104

117 The World Competitiveness Yearbook yang diterbitkannya, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.9 Peringkat Indonesia dalam The World Competitiveness Yearbook No Negara Peringkat Dunia (59 Negara) (60 Negara) 2014 (60 Negara) 1 Singapore Malaysia Indonesia Catatan Institute for Management Development (IMD) bahwa rendahnya kondisi daya saing Indonesia, disebabkan oleh buruknya kinerja perekonomian nasional dalam 4 (empat) hal pokok, yaitu: a. Buruknya kinerja perekonomian nasional yang tercermin dalam kinerjanya di perdagangan internasional, investasi, ketenaga-kerjaan dan stabilitas harga. b. Buruknya efisiensi kelembagaan pemerintahan dalam mengembangkan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan kebijakan fiskal, pengembangan berbagai peraturan dan perundangan untuk iklim usaha kondusif, lemahnya kordinasi akibat kerangka institusi publik yang masih banyak tumpang tindih dan kompleksitas struktur sosialnya. c. Lemahnya efisiensi usaha dalam mendorong peningkatan produksi dan inovasi secara bertanggungjawab yang tercermin dari tingkat produktivitas yang rendah, pasar tenaga kerja yang belum optimal, akses ke sumberdaya keuangan yang masih rendah serta praktik dan nilai manajerial yang relatif belum profesional. d. Keterbatasan di dalam infrastruktur, baik infrastruktur fisik, teknologi dan infrastruktur dasar yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan kesehatan. Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013, peningkatan daya saing daerah merupakan salah satu komponen penting di dalam penguatan ekonomi domestik. Peningkatan perekonomian domestik, baik oleh daerah dan nasional akan menjadi modal utama untuk menjaga 105

118 momentum pembangunan dan melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi untuk menuju ke arah transformasi ekonomi menjadi negara maju dan berdaya saing. Oleh sebab itu, peran daerah untuk meningkatkan daya saing daerahnya akan sangat bergantung kepada kemampuan daerah untuk melakukan identifikasi faktor penentu daya saing dan strategi untuk meningkatkan daya saingnya (Kajian Kebijakan Penguatan Daya saing daerah dalam Rangka peningkatankesejahteraan Masyarakat, 30-31) Daya Saing Dunia Indeks daya saing global , pada peringkat 10 di dominasi oleh sejumlah Negara Eropa antara lain Swiss, Finlandia, Swedia, Belanda, dan Inggris dan sisanya di dominasi oleh tiga Negara Asia antara lain Singapura, Hongkong dan Jepang. Pada peringat pertama: Swiss, kekuatan yang paling menonjol dari Negara Swiss terkaitan dengan inovasi dan efisiensi tenaga kerjaserta kecanggihan pada sektor bisnis, struktur pemerintah memastikan lapangan pekerjaan untuk masyarakatnya, transparansi yang paling diutamakan oleh Negara ini, meningkatnya partisipasi perempuan dalam perekonomian. Kedua, Singapore, posisi kedua telah ditempati Singapore 4 tahun berturut-turut. Negara ini mendominasi pilar efisiensi pasar barang dan pasar tenaga kerja, pasar keungan yang stabil, memiliki kerangka institusional terbaik dunia, infrastruktur yang sangat baik untuk mendukung bisnis, surplus anggaran mencapai 5,7% dari PDB pada tahun 2012, saat ini Singapore lebuh meningkatkan dan memperkuat di bidang pendidikan. Ketiga, Amerika Serikat, Amerika Serikat 2 tahun berturut-turut dalam posisi ini, posisi ini didapatkan dengan cara perbaikan di sejumlah daerah di Amerika Serikat termasuk beberapa pada aspek dari kerangka institusional, memiliki persepsi yang lebih positif tentang kecanggihan bisnis dan inovasikelemahan pada kepercayaan politisi masih lemah, adanya persepsi yang berkembang pemerintah menghabiskan sumberdaya yang dimiliki dengan sia-sia. Keempat, Filandia, kinerja kuat pada analisis, peringkat Finlandia turun dari posisi ke 3 ke 4 dikarenakan penurunan sedikit kondisi makroekonomi dimana meningkatnya utang publik yang dirasakan filandia 106

119 diikuti dengan menurunnya tabungan, adanya transparasi dari lembagalembaga publik, infrastruktur yang dimiliki filandia memiliki kualitas yang sangat baik, kekuatan dayang saing terbesar terletak pada kemampuan untuk berinovasi, investasi publik sangat tinggi, sistem pelatihan dan pendidikan yang tinggi. Kelima, Jerman, tahun ini mengalami penurunan peringkat yaitu dari posisi 4 tahun 2013 ke posisi 5 saat ini. Penurunan ini disebabkan kekhawatiran tentang lembaga dan infrastruktur dan perbaikan yang sangat sedikit pada lingkungan makro terutama bagian keuangan, sistem pendididkan Jerman dinilai kurang baik daripada tahun sebelumnya, daya saing utam Jerman yaitu bidang usaha dengan teknologi canggih dan inovasi yang kondusif untuk tingkat tinggi. Keenam, Jepang, negara ini terus meningkatkan keunggulan kompetitif utama dalam kecangguhan bisnis dan inovasi. Hal ini didukung oleng ketersedia SDM yang berkualitas, lembaga penelitian yang ahli dibidangnya. Ketujuh, Hongkong, kekuatan Negara ini memiliki infrastruktur baik yang tercermin dari fasilitas yang luar biasa dari semua fasilitas transportasi yang dimiliki. Ekonomi juga mendominasi dari pilar pengembangan pasar uang karena tingkat efisiensi yang tinggi, dalam rangka meningkatan daya saing Hongkong melakukan perbaikan pada bidang pendidikan, inovasi dan lembaga penelitian. Kedelapan, Belanda, daya saing Negara Kincir Angin yang stabil berada pada peringkat delapan hal ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang sangat baik, adopsi teknologi yang kuat, inovasi yang baik, menghasilkan bisnis dengan teknologi canggih, lembaga yang efisien, pasar yang global yang terbuka, hambatan yang terjadi yaitu penentuan upah tenaga kerja, kelemahan sistem keuangan, tingkat perumahan yang bermasalah pada akses pemberian kredit. Kesembilan, Inggris, keunggulan pada makroekonomi yang nampak pada rendahnya utang publik, Negara Inggris terus mendapatkan keuntungan dari efiensi tenaga kerja, peningkatan kualitas pendidikan terutama dibidang matematika dan ilmu pengetahuan. Kesepuluh, Swedia, institusi yang kuat dimana terdapat efisiensi dan transparansi, infrastruktur yang baik, kondisi makroekonomi yang sehat, Swedia telah berhasil menciptakan hak untuk cepat mengunggah 107

120 asset pengetahuan kedalam produk dan layanan baru yang tinggi dengan nilai tambah, kedepannya Negara harus mengatasi peraturan pasar tenaga kerja, sistem pajak yang tinggi. (The Global Competitiveness Report, ,12) PENUTUP/RINGKASAN Salah satu indikator popular sebagai pengukuran pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Developmen Index (HDI). Human development index (HDI) atau Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan penilai pembangunan manusia dari suatu negara untuk menentukan apakah negara tersebut termasuk negara maju, berkembang atau miskin. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan presentase pencapaian dalam pembangunan manusia dengan memperhatikan tiga faktor antara lain: angka harapan hidup, Pendidikan, dan standar hidup layak. Nilai IPM Indonesia pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,684 menjadikan Indonesia naik 13 peringkat keperingkat 108 dari peringkat 121 pada tahun 2012 (0,629). sedangkan antara tahun 1980 dan 2012 nilai IPM Indonesia meningkat dari 0,422 menjadi 0,629 atau meningkat 49 persen dikarenakan adanya peningkatan angka harapan hidup pada periode yang sama dari 57,6 tahun menjadi 69,8 tahun saat ini. Tingkat ekspektasi lamanya bersekolah meningkat dari 8,3 tahun pada 1980 menjadi 12,9 tahun pada 2012, artinya, anak usia sekolah di Indonesia memiliki harapan mengenyam bangku pendidikan selama 12,9 tahun atau mencapai tingkat pertama jenjang perguruan tinggi. Meskipun IPM Indonesia naik tiga belas peringkat, Ipm Indonesia masih berada dibawah rata-rata dunia yaitu 0,694. Peringkat Indonesia diregional ASEAN masih jauh di bawah beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand. Negara ASEAN lain seperti Filiphina, Vietnam, Laos, Kamboja, Timor Leste, dan Laos ada di bawah Indonesia. Sehingga dengan kondisi perkembangan IPM Indonesia lamban sehingga Indonesia masih dikategorikan sebagai Negara Pembangunan Menengah atau kelompok medium. Indeks pembangunan manusia yang rendah pada Negara sedang berkembang akan mengakibatkan perputaran lingkaran setan kemiskinan. Lingkaran setan kemiskinan sangat berkenaan dengan keterbelakangan manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dimiliki. Pengembangan 108

121 sumberdaya alam yang dimiliki suatu Negara sangat tergantung pada kemampuan produktif manusia. Jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, ketrampilan teknik yang tidak memadai, pengetahuan dan kewirausahaan yang rendah. Sehingga sumber alam akan tetap terbengkalai atau salah guna sehingga menyebabkan keterbelakangan manusia. Perbaikan IPM diharapkan mampu meningkatan kualitas SDM yang mampu bersaing dan berkompetisi pada perekonomian global sehingga daya saing Indonesia dapat ditingkatkan. Daya saing Indonesia di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu infrastruktur, konsumsi dan tabungan, subsidi silang. Pada tahun 2014 Daya Saing Indonesia Versi World Competitiveness Report berada di posisi 34 dari 148 negara. Terpuruknya daya saing Indonesia diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: a) Tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro, b) Buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan, c) Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas, d) Rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasional perusahaan, e) Lemahnya iklim persaingan usaha. Soal latihan 1) Indeks Pembangunan manusia memiliki tiga indikator yaitu angka harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup layak dari tiga Indikator bagaimana anda melihat kondisi Indonesia saat era pemerintahan presiden Jokowi saat ini, lengkapi dengan artikel atau jurnal. 2) Buat kelompok masing-masing kelompok berjumlah 5 orang buatkan skema atau peringkat daya saing Bali dari setiap kabupaten yang ada. Di Kelas pada pertemuan pertama : memahami pengertian IPM dan daya saing yang dimiliki Indonesia, melihat kondisi IPM dan daya saing Indonesia dari jurnal dan artikel. Di kelas pada pertemuan Kedua : Perhitungan IPM pada tiga Indikator dan diskusi kasus-kasus yang berkaitan dengan IPM dan daya saing Tempat pemagangan: 1. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Provinsi Bali 109

122 2. Badan Pusat Statistik, Provinsi Bali 3. Dinas kesehatan Kota Denpasar Tim Dosen Pengajar 1. Kadek Wiwin Dwi Wismayanti, SE., M.AP 2. Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Provinsi Bali Penulis : Kadek Wiwin Dwi Wismayanti, wiwin.fisip@gmail. co.id Bacaan dan Kutipan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Proyeksi Penduduk Indonesia Jakarta: Penerbit BPS Bappeda Provinsi Bali Profil daerah Bali. Denpasar:Kerjasama Bappeda dan BPS Provinsi Bali BPS Perkembangan beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta:BPS BPS Indeks Pembangunan Manusia dan komponen menurut kabupaten / Kota di Provinsi Bali Tahun2013 Kajian Atas Kebijakan Penguatan daya saing Daerah Dalam rangka Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kementerian Keuangan RI Direktorat jenderal Perimbangan keunagan ( Depkeu.go.id/attachments/article/535/Buku%20kajian% Pd f) Kementerian kesehatan RI Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun Jakarta: Katalog terbitan Kementerian RI Kuncoro Mudrajad Otonomi Daerah Menuju Era baru Pembangunan Daerah. Jogjakarta: Erlangga Novi maryaningsih, Oki Hermansya,savitri Pengaruh Infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, volume 17, No 1 Panabulu Alliance.2012.Visi Indonesia Kontribusi sektor Bisnis Bagi masa depan Rustian Kamaluddin IPM di Indonesia dan Perbandingan antar 110

123 Daerah No.13/09/09. Center for the Industry, SME & Economics, University of Tri Sakti Survei Ekonomi OECD Indonesia Iktisari ( surveys/economic-survei-indonesia.htm) UNDP. Human Development Index and its Compenets http. undp.org/en/content/table-1-human-development-index-and-itscomponts) UNDP Indonesia, HDI values and Rank Changes In The 2013 Human Development Report. (Http/undp.og/sites/default/files/ countryprofils.idn.pdf) UNDP Human development Report content/human-development-report-2014 World Economic Forum. (2013). The Global Competitiveness Report Switzerland: SRO-Kundig. World Economic Forum. (2014). The Global Competitiveness Report Switzerland. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pertahapan pencapaian Kebutuhan Hidup layak Undang-Undang No 13 Tahun 2012 Tentang Perhitunga KHL alimakmalgoblog.blogspot.com/2014/01/daya-saing-indonesiame n g h a d a p i - me a. h t m l ). h t t p : / / d a r w i n s a l e h. c o m /? p a g e _ id=3009( ( ( cok-ace-minta-pembangunan -hotel-di-bali-dihentikan-sementara ( ( det/ 4644#.vzozoyvkiquk) ( video-kekerasan=terhadap-siswa-sd-tersebar-luas htm Kutipan rublik online media blogspot.com/2014/01/bayar-gaji-tidak sesuaiumk pengusaha.htm 111

124 BAB III (Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa mampu: memahami dan menjelaskan pentingnya pajak dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk sesuai konsep desentralisasi fiskal yang menjadi bagian dari otonomi daerah mendorong peran serta masing-masing daerah dalam menjamin kesejahteraan. Mahasiswa dapat terlibat dalam 2 hari pemagangan terstruktur). UPAYA MENYEJAHTERAKAN MASYARAKAT Di negara berkembang termasuk Indonesia, pembangunan adalah sebagai sebuah cara, sedang kesejahteraan adalah sebagai tujuan (Prof.Dr.Susetiawan, 2009) PENGANTAR Bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat didunia, sebagai negara kepulauan yang persebaran penduduknya tidak merata antara satu pulau dengan pulau lainnya. Hal ini berkaitan pertumbuhan perekonomian yang tidak merata di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi lebih banyak terpusat di pulau Jawa walaupun bukan pulau terluas dan terbesar, pulau Jawa menjadi pusat pertumbuhan sejak bangsa ini merdeka ataupun jauh sebelum itu. Laju pertumbuhan penduduk memiliki korelasi dengan tingkat kelahiran dan kematian, menurut data UNICEF di tahun 2014 terjadi penurunan angka kematian Balita yaitu dari 84 kematian per kelahiran hidup menjadi 29 kematian per kelahiran hidup (Olsson, 2014). Walaupun dalam data tersebut menggambarkan tren positif dalam laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, tetapi menurut proyeksi BPS dalam periode menunjukkan kecenderungan menurun. 3.1 SURPLUS PENDUDUK DAN TANTANGAN MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN Laju pertumbuhan pada periode dan mengalami penurunan, dari 1,38 persen menjadi 0,62 persen per tahun (BPS, 2010). Hal ini diakibatkan oleh faktor lain yang mempengaruhi laju pertumbuhan, salah satunya angka kematian ibu (AKI). Angka kematian 112

125 ibu di Indonesia masih cukup tinggi, pada tahun 2012 mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Kematian ibu melahirkan yang cukup tinggi menjadi indikasi adanya ketimpangan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Selama ini, fokus utama dalam pelayanan kesehatan berada pada posisi hilir, padahal pelayanan kesehatan di hilir hanya memberikan jaminan kesehatan bagi warga, dan belum menyentuh hingga permasalahan fasilitas dan kapasitas penunjang pelayanan kesehatan di berbagai daerah yang masih banyak ketimpangan. Seharusnya pelayanan kesehatan yang ideal mampu mengatasi masalah kesehatan mulai dari hulu hingga hilir, karena semuanya saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Mulai dari asupan gizi, fasilitas kesehatan, hingga kualitas tenaga kesehatan. Kesehatan menjadi salah satu bagian dari berbagai variabel yang berkaitan dengan kesejahteraan masyakat. Bangsa Indonesia dibangun diatas penderitaan rakyat melawan para penjajah, maka konsep bangsa ini adalah negera kesejahteraan (welfare state). Negara kesejahteraan mengacu pada peran negara yang aktif dalam mengelola dan mengoordinasikan perekonomian, yang mencakup tanggungjawab negara untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar pada tingkat tertentu bagi warga negaranya (Esping dan Anderson dalam Darwin, 2012). Peran negara tidak boleh berkurang dalam mengatasi dinamika permasalahan dalam masyarakat. Pemerintah dituntut lebih responsif dan visioner dalam membuat kebijakan dan program. Dalam tata kelola pemerintahan yang baik atau ideal (good governance), pemerintah dituntut mampu memberikan peran atau pun ruang kepada sektor swasta dan masyarakat (civil society). Ketiga pilar tersebut saling berkaitan, saling mengontrol, dan berkerjasama dalam mencapai tujuan yang bisa memperkuat, tetapi juga bisa memperlemah sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketika muncul dominasi dari salah satu sektor, maka memperlemah sektor yang lain. Dengan kata lain, tantangan selanjutnya adalah mewujudkan keseimbangan menuju pemerintahan yang baik dan ideal. Kondisi ini terjadi di Indonesia ketika terdapat dominasi peran swasta dalam menciptakan pelayanan yang berorientasi pada kesejahteraan. Maka, kondisi tersebut sulit diwujudkan karena pihak swasta dalam memberikan pelayanan akan lebih berbicara laba daripada menciptakan kesejahteraan. Akibatnya jelas terjadi ketimpangan dalam pelayanan publik yang berkaitan dengan kesejahteraan, hal ini semakin parah ketika pemerintah mulai absen dalam memberikan keadilan atau pemerataan dalam kebijakan dan pelayanan publik. 113

126 Negara kesejahteraan merupakan jawaban dari segala problematika di masyarakat. Ternyata konsep negara kesejahteran bukan menjadi impian tetapi telah menjadi tujuan bangsa Indonesia. Para pendiri bangsa telah lama membangun nilai-nilai Negara kesejahteraan di dalam Pancasila dan UUD Hal ini berkaitan dengan kearifan lokal tanah air, salah satunya nilai gotong-royong yang mengusung kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi (Sudjatmiko, 2010). Kesejahteraan telah tertulis atau terkandung dalam sila kelima dalam Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kemudian di dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945, yaitu negara wajib memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Para pendiri bangsa (founding father) telah lama menggagas negara kesejahteran menjadi identitas bangsa Indonesia dalam menciptakan kesejahteraan masyarakatnya. Tetapi hingga saat ini, nilai-nilai tersebut hanya berupa tulisan yang belum bermakna dalam kebijakan dan pelayanan kepada masyarakat. Hampir 70 tahun bangsa Indonesia merdeka, konsep negara kesejahteraan hanya menjadi retorika para pemimpin bangsa ini. Kebijakan yang dibuat cenderung berbicara terhadap kepentingan dan kekuasaan dalam bingkai pencintraan. Hal ini selalu berlanjut ketika penggantian pemimpin di tingkat nasional hingga ke daerah, akibatnya kesejahteraan masyarakat yang menjadi korban. Kondisi ini mulai mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir, ketika masyarakat mulai mengambil peran dalam mngkontrol pemerintahan terutama melalui media sosial. Masyarakat sebagai output dan outcome kebijakan harus mampu menciptakan dan memberi kontrol terhadap pemerintahan. Sedangkan dari pemerintah setiap kebijakan dan pelayanan yang diberikan harus mengatasi masalah dan memberdayakan (empowering) masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah menimbulkan kompleksitas masalah sosial, politik dan ekonomi. Pertumbuhan penduduk suatu negara bisa menjadi peluang bahkan menjadi ancaman bagi kondisi bangsa tersebut terutama di bidang kesejahteraan. Negara tersebut harus mengatasi atau mempersiapkan segala konsekuensi yang ada, yaitu merubah ancaman menjadi peluang. Hal ini pasti akan dialami oleh bangsa Indonesia, menurut data proyeksi BPS tahun pertumbuhan penduduk indonesia adalah sebagai berikut: 114

127 Tabel 3.1 Proyeksi Penduduk Tahun (Ribuan) TAHUN P.Sumatera , , , , , ,0 P. Jawa P. Bali dan , , , , , ,6 Kep Nusa , , , , , , , , , , , ,1 Tenggara P. Kalimantan Pulau , , , , , ,0 Sulawesi Kep Maluku 2.585, , , , , ,4 P. Papua 3.622, , , , , ,6 Indonesia , , , , , ,4 Sumber: BPS (data diolah) Dari data tersebut menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah penduduk, signifikan atau tidaknya pertumbuhan tersebut ditentukan oleh pertumbuhan penduduk muda. Penduduk muda dari segi pertumbuhan menjadi peluang ideal dalam menumbuhkan pembangunan di berbagai sektor. Hal ini dikenal dengan bonus demografi dimaknai keuntungan ekonomis yang disebabkan semakin besarnya jumlah tabungan dari penduduk produktif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi (Jati, 2012). Dari data tersebut juga menggambarkan ketimpangan jumlah penduduk dari pulau pulau di Indonesia. Peningkatan atau surplus penduduk merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari oleh suatu negara yang tingkat fertilitasnya tinggi. Banyak faktor yang mendorong pertumbuhan penduduk suatu daerah atau negara, salah satunya adalah tingkat upah. Misalnya, tingkat upah yang berlaku lebih tinggi daripada tingkat upah subsistensi, yaitu, tingkat upah yang hanya sekedar untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Pada sektor pertanian, menuntut ketersediaan tenaga subsistensi dengan memerkerjakan seluruh anggota keluarga, terjadilah angka kelahiran tinggi akibat pernikahan di usia yang relatif muda. Dalam realitas geografis, ketimpangan upah antara pulau satu dengan pulau yang lain cukup signifikan terkait dengan biaya hidup. Ketika berbicara Pulau Jawa, tingkat upah mampu mengimbangi biaya hidup (inflasi barang kebutuhan), coba bandingkan dengan daerah atau pulau lainnya di wilayah timur Indonesia. 115

128 Harga barang dan jasa di luar Pulau Jawa kerap terbawa inflasi (kenaikan harga) yang cukup tinggi, karena mayoritas produksi barang dan jasa berasal dari Pulau Jawa yang kemudian disebarkan ke pulau atau daerah lain. Permasalahan ketimpangan penduduk sudah lama dirasakan sejak negara ini merdeka, bahkan ketika zaman kolonial. Pulau Jawa menjadi prioritas pembangunan, dimana pembiayaan pembangunan berasal dari hasil sumber daya alam di daerah luar Jawa. Inilah yang menjadi trigger bagi migrasi penduduk dari pulau atau daerah lain menuju Pulau Jawa, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan, seperti pemberontakan Permesta, GAM, hingga Papua Merdeka. Pemberontakan tersebut merupakan buah dari ketimpangan kesejahteraan. Hal inilah yang mendorong rezim Orde Baru berusaha membuat kebijakan yang ideal guna pemerataan penduduk. Kebijakan pemerataan penduduk ketika era Baru dimulai dimana pemerintah melakukan revolusi hijau, yaitu dengan menciptakan lahan pertanian baru di luar Pulau Jawa. Kebijakan ini mendorong terciptanya swasembada pangan dan juga mendorong transmigrasi penduduk dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pemikiran rezim Orde Baru untuk mengontrol pertumbuhan penduduk sejalan dengan pemikiran Malthus. Pertumbuhan penduduk, apabila tidak diadakan pembatasan, maka manusia mengalami kekurangan bahan makanan (Malthus dalam Mantra, 2013: 51). Pertumbuhan penduduk memiliki korelasi positif terhadap kebutuhan hidup masyarakatnya, mulai dari sandang, pangan, dan papan. Hal ini yang menjadi tantangan bagi pemerintah untuk mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Jika tingkat pertumbuhan penduduk tidak sejalan dengan ketersedian sumber daya, maka pertumbuhan penduduk menjadi bom waktu yang menimbulkan ketimpangan kesejahteraan. Pemerintah beberapa negara, termasuk Indonesia, berusaha untuk melakukan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk. Salah satu langkahnya dengan menekan angka kelahiran melalui program keluarga berencana (KB). Kebijakan ini sejalan dengan pemikiran Malthus untuk mengatasi jebakan pertumbuhan penduduk melalui moral restraint (pengekangan diri). Tetapi dalam dinamikanya, kebijakan ini mulai dilupakan seiring runtuhnya rezim Orde Baru. Cakupan ber-kb tak meningkat sesuai harapan, angka kelahiran masih di angka 2,6 dan metode kontrasepsi jangka panjang cenderung turun (Jalal, 2014). Program KB menghadapi dilema kebijakan, antara kebijakan pusat dengan kebijakan daerah. Seiring dengan desentralisasi dan otonomi daerah, maka program KB tergantung dari keputusan kepala daerah. 116

129 Revolusi hijau dipandang sebagai sebuah paradigma berbeda yang mengritik pemikiran Malthus tentang keterbatasan pangan sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk. Revolusi hijau merupakan langkah mencari bibit unggul dan menciptakan lahan-lahan pertanian yang produktif guna menjawab tantangan dari pertumbuhan penduduk. Dalam implementasinya, Indonesia di era Orde Baru mampu swasembada pangan, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Pada kenyataannya revolusi hijau hanya kebijakan instan dalam meningkatkan (swasembada) pertanian, karena kenyataannya hingga saat ini Indonesia sulit mencapainya lagi. Revolusi hijau justru menggeser tatanan sosial masyarakat akibat penggunaan bahan kimiawi industri pertanian, akibatnya peran petani semakin termarjinalkan oleh teknologi-teknologi pertanian. Revolusi hijau menciptakan ketergantungan sektor pertanian terhadap bibit, pupuk, dan teknologi lainnya yang dipengaruhi oleh pasar (liberalisasi pertanian) dan penyingkatan masa tanam. Di Bali terkenal dengan subaknya, akibat air tanah dikuras untuk pembuatan villa-villa dengan kolam renang, yang akhirnya mengancam sistem irigasi tradisional. Akhirnya seka-seka pertanian (kelompok kerja di Subak seperti seka manyi, seka lubak, dan lain-lain) yang membantu terjaganya hama padi maupun hasil panen telah hilang dari Bali. Industrialisasi sektor pertanian mendorong urbanisasi penduduk dari desa menuju kota, hal ini menjadi salah satu akar permasalahan khususnya di Indonesia. Mayoritas petani kesulitan menghadapi tantangan tersebut, karena keterbatasan dana dan rendahnya perhatian (subsidi) pemerintah. Akhirnya petani menjual aset berharga mereka. Tanah garapannya dijual kepada pemilik modal untuk dijadikan lahan-lahan ekonomis seperti villa-villa, perumahan, dan pabrikpabrik. Data terbaru rata-rata per tahun, sawah yang dicetak pemerintah hanya 40 ribu hektar. Sementara konversi lahan secara nasional mencapai 100 ribu hektar (Suswono, 2014). Permasalahan kemiskinan di sektor pertanian bukan terjadi dalam beberapa dasawarsa kebelakang, tetapi lebih jauh ketika zaman kolonial. Hal ini dikemukakan oleh antropolog Baliologi, yaitu Boeke maupun Gertz, bahwa kelesuan dan ketidak mampuan untuk merubah gempuran modernitas bukan merupakan ciri bawaan mental ketimuran (oriental mentality), melainkan diakibatkan dari intrusi sistem ekonomi kolonial ke dalam komunitas petani yang sebelumnya berada dalam keseimbangan sosial (Samodro, 2006: 146). 117

130 Kesejahteraan menjadi outcome kebijakan di Indonesia, tetapi kebijakan khususnya kependudukan hanya bersifat normatif. Kebijakan kependudukan harus berada pada tatanan hulu-hilir, artinya harus saling berkaitan atau tersinergi antar kebijakan. Sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, banyak hal-hal yang harus dipenuhi dalam menghadapi tantangan tersebut. Selain itu, pemerintah harus mampu mengembalikan program KB menjadi program andalan dan harus tersinergi kepada seluruh daerah di Indonesia. Pembagian fungsi kepada daerah (otonomi daerah) seharusnya mampu memberi ruang yang besar bagi kepala-kepala daerah untuk mengatur jumlah penduduk. Karena, jumlah penduduk berpengaruh terhadap kemampuan daerah memenuhi kebutuhannya. Faktanya, data angka kemiskinan bukan menjadi aib bagi daerah, tetapi menjadi potensi untuk memperoleh Dana Alokasi Khusus (BLT atau Raskin) dan juga bantuan (subsidi) dari pemerintah terkait kenaikan harga bahan bakar minyak. Refleksi Awal Program pengentasan kemiskinan dan sistem perpajakan juga dianggap sebagai aspek dari welfare state. Alasan dimaksukkan perpajakkan ke dalam kategori sifat welfare state adalah jika penarikan pajak bersifat progresif dan dananya digunakan untuk mencapai distribusi pendapatan yang lebih besar dan bukan hanya sekedar untuk meningkatkan pendapatan negara. Disamping itu, dana pajak tersebut juga digunakan untuk membiayai pembayaran asuransi sosial dan manfaat-manfaat lainnya yang belum dicakup oleh pembayaran premi asuransi sosial. Konsep negara kesejahteraan telah lama diimpikan kemudian digagas oleh para pendiri bangsa. Konsep tersebut tersirat dalam Pancasila dan UUD Tetapi dalam perjalanan waktu negara kesejahteraan hanya sebatas konsep yang cenderung menyimpang dari segi kebijakan. Pajak yang seharusnya mampu menciptakan dan mengurangi ketimpangan justru semakin memperlebar ketimpangan antar masyarakat dan daerah. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat membayar pajak dan rendahnya kualitas kinerja birokrasi mengelola dan memungut pajak. (sumber:alfitri, Jurnal Konstitusi) 118

131 Dalam perspektif ekonomi yang terkait dengan kesejahteraan, pemerataan kualitas hidup merupakan hasil akhir dari proses pembangunan, khususnya pada pembangunan ekonomi (Pramusinto dan Purwanto, 2009: 395). Maka, guna menciptakan kesejahteraan masyarakatnya, banyak negara-negara berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu langkahnya melalui fungsi distribusi oleh pemerintah dengan pajak sebagai instrumennya. Tetapi yang menarik dalam implementasinya, pajak hanya berfokus pada fungsi budgeter dan regulerend (Burton, 2014: 55). Pajak seharusnya mampu mengurangi ketimpangan ekonomi di Indonesia, dengan cara masyarakat kaya memberikan sebagian kekayaannya kepada masyarakat miskin melalui pajak. Kemiskinan dan kesejahteraan bukanlah takdir dimana harus selalu berserah kepada Tuhan, berupaya agar dapat mengentaskan kemiskinan, dan menciptakan kesejahteraan, tetapi disini harus ada peran pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Pajak secara langsung berkontribusi terhadap pembangunan suatu negara hingga pemerintahan dibawahnya. Maka, setiap masyarakat yang telah bekerja diwajibkan untuk membayar pajak, bahkan ada sanksi bagi mereka yang tidak membayar pajak. Kepatuhan membayar pajak menjadi suatu problematika, karena hal ini ibarat konstelasi dalam etika sosial, hingga etika dan moral pribadi, atau wajib pajak dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dimana terkadang masyarakat merasa ketakutan membeberkan penghasilannya. Banyak atau bahkan mayoritas pembayar pajak tidak mengetahui pajak yang mereka bayarkan untuk kepentingan siapa. Mereka hanya melihat penyimpangan pajak atau korupsi terus terjadi. Terungkapnya mafia perpajakan melalui kasus Gayus Tambunan yang notabene seorang pegawai pajak menjadi trigger (pencetus) dalam etika sosial masyarakat. Pola hubungan perpajakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan masyarakat adalah trust. Jika pemerintah transparan dan akuntabel terhadap pajak yang masyarakat bayarkan, maka masyarakat tetap patuh dalam membayar pajak. Pajak memang berbeda dengan retribusi, karena pajak tidak mendapatkan prestasi (balas jasa) langsung kepada wajib pajak. Pajak cenderung bersifat memaksa bagi setiap wajib pajak, hal inilah yang perlu dijawab oleh pemerintah melalui kebijakan yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Terbangunnya nilai-nilai 119

132 dalam masyarakat bahwa pajak berupaya mengurangi ketimpangan dan memberikan kesejahteraan. Salah satu pendekatan untuk menilai atau mengukur kesejahteraan, yaitu dengan indeks kebahagiaan. Kebahagiaan menggambarkan indikator kesejahteraan subjektif yang digunakan untuk melengkapi indikator objektif (BPS, 2015). Sehingga nantinya, kajian tersebut menjadi dasar dalam perumusan kebijakan untuk mengatasi problematika yang berkaitan dengan indeks kebahagian. Salah satu daerah yang menjadi kajian menarik berkaitan dengan indeks kebahagian adalah Provinsi Bali. Provinsi Bali memiliki indeks kebahagiaan pada tahun 2014 sebesar 68,46 sedangkan indeks kebahagiaan secara nasional tahun 2014 sebesar 68,28. Hal ini menjadi indikasi bahwa tingkat kebahagian masyarakat Bali berada diatas rata-rata kebahagian secara nasional. Aspek kehidupan yang sangat berpengaruh dan memengaruhi indeks kebahagian Provinsi Bali adalah aspek keamanan sebesar 79,97. Sedangkan aspek pendidikan menjadi yang terendah, hanya sebesar 59,49 dibandingkan sepuluh aspek lainnya. Sepuluh variabel yang menjadi komponen penilaian tingkat kebahagiaan masyarakat akan menjadi kajian menarik untuk dibahas dan dianalisis, juga menjadi pertimbangan dalam menciptakan kebijakan publik disuatu daerah karena kesejahteraan berkorelasi dengan kebahagian masyarakat. Kasus No. 1 Beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan Bali 2014 berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi sebagai berikut: a. Indeks kebahagaian penduduk di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (70,57 banding 65,05). b. Penduduk berstatus belum menikah (tidak/belum berkeluarga) dan cerai hidup lebih tinggi indeks kebahagiaannya, dibanding yang sudah menikah atau cerai mati (ditinggal meninggal oleh pasangannya), yakni masing-masing 70,75 dan 69,52. c. Penduduk umur dibawah 40 tahun memiliki indeks kebahagiaan tertinggi, yaitu di atas 69. Sementara, penduduk lansia (kelompok umur 64+) mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (63,61). 120

133 d. e. f. Ada kecenderungan dengan makin sedikit anggota rumah tangga, maka indeks kebahagiaan semakin tinggi. Hal ini terlihat ketika rumah tangga yang hanya terdiri 1 orang indeks kebahagiannya paling tinggi 69,54, sedangkan rumah tangga yang terdiri dari 7 orang hanya memiliki indeks kebahagiaan 67,82. Namun, untuk rumah tangga yang beranggotakan 2-6 orang memiliki indeks kebahagiaan yang tidak terlalu berbeda. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang tidak/belum pernah sekolah mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (60,04), sementara indeks kebahagiaan tertinggi pada penduduk dengan tingkat pendidikan S2 atau S3 (79,54). Semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga, semakin tinggi pula indeks kebahagiaannya.pada tingkat pendapatan lebih dari 7,2 juta rupiah per bulan, indeks kebahagiaannya mencapai 79,06, sedangkan tingkat pendapatan 1,8 juta rupiah ke bawah maka hanya 61,13 terindeks kebahagiaannya. Arah menuju perbaikan kesejahteraan masyarakat, telah lama diimplementasikan melalui suatu kebijakan atau program. Mulai dari masa Orde Lama hingga saat ini, dinamika kebijakan dalam menciptakan kesejahteraan mengalami pasang-surut. Hal ini berkaitan dengan sistem politik masing-masing rezim pemerintahan yang berimplikasi dengan bentuk atau model kebijakan yang diberikan. Ketika pendulum pemerintahan berubah dari sentralisasi menuju desentralisasi, maka beban kerja bersama adalah mewujudkan kesejahteraan antara pemerintah pusat dan daerah. Perubahan juga berkaitan dengan kebijakan, yaitu diharapkan pemerintah daerah lebih responsif dalam menghadapi masalah dan tantangan di daerahnya. Kemudian, pemberian kewenangan (desentralisasi fungsi) kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Selanjutnya, diikuti pemberian sumber-sumber penerimaan (desentralisasi fiskal), maka daerah tersebut menjadi daerah otonom (otonomi daerah). Dalam dinamika hingga saat ini, angka kemiskin cenderung bergerak naik dibanding tahuntahun sebelumnya. Ada yang salah atau menyimpang dalam pelaksanaan 121

134 otonomi daerah, ketika kesejahteraan masyarakat tak lagi menjadi orientasi utama yang pada akhirnya mampu dikalahkan oleh kepentingan dan kekuasaan elit-elit lokal. A. Usia Produktif (Peluang dan Tantangan) Ada beberapa perspektif mengenai usia produktif, menurut BPS (2013) bahwa penduduk yang berusia produktif (15-64 tahun) dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja. Dalam proyeksi penduduk, jumlah angkatan kerja tahun 2035 mencapai 67,3 persen dari total jumlah penduduk yang berarti menjadi puncak dari bonus demografi. Sedangkan menurut Mantra (2013: 225), angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap, tetapi sementara tidak bekerja, dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali, tetapi mencari pekerjaan aktif. Dalam proyeksi penduduk, tingginya persentase angkatan kerja tidak menjamin kualitas mereka. Angkatan kerja sangat rentan untuk menjadi pengangguran ketika pemerintah tidak menjamin atau menciptakan lapangan kerja baru. Memahami penggangguran harus memakai berbagai macam sudut pandang atau perspektif, karena banyak faktor yang memengaruhi penggangguran. Karena itu, untuk mengkaji tentang pengangguran, khususnya Indonesia, harus menggunakan berbagai sudut pandang. Misalnya, seorang nelayan yang tidak melaut karena faktor cuaca yang buruk, hal ini bisa dikategorikan sebagai penganggur. Menurut pendapat Mantra, peristiwa tersebut dikategorikan sebagai penganggur musiman, yaitu penganggur yang terjadi karena pengaruh musim (Mantra, 2013: 233). Selain itu, penganggur terjadi karena sulit menemukan pekerjaan yang cocok atau juga persaingan dalam mencari kerja (friksional). Sedangkan penggangur struktural adalah penganggur yang dipengaruhi oleh perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Adapun data mengenai angkatan kerja dan pengangguran di Indonesia dapat dilihat pada diagram berikut ini: 122

135 Diagram 3.1. Angkatan Kerja, Pengangguran, Tingkat Pengangguran di Indonesia Sumber: BPS,2013 Dari data di atas, tingkat pengangguran cenderung menurun, hal ini sangat berkaitan dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu faktor pendorong investasi. Dengan semakin tingginya investasi yang masuk, maka berkorelasi terbalik dengan tingkat pengangguran yang ada. Tetapi menurut Keynes, hal tersebut tidak selalu menjadi faktor dominan, sehingga perlu campur tangan pemerintah dengan menjalankan kebijakan fiskal (Zulhanafi, dkk., 2013). Pertumbuhan ekonomi memang secara langsung berdampak pada pertumbuhan kesempatan kerja. Menurut Sukamdi (2014), satu persen pertumbuhan ekonomi akan mampu menciptakan 200 hingga 250 ribu kesempatan kerja baru. Jika jumlah angkatan kerja baru mencapai 2 juta orang, maka diperlukan 10 persen pertumbuhan ekonomi. Peran pemerintah harus kuat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, karena jangan sampai pembangun ekonomi bersifat semu, yaitu pembangunan yang hanya berdampak kepada mereka yang memilki kapital atau modal. Pembangunan ekonomi harus berdampak pada pembangunan secara berkesinambungan dan kesejahteraan masyararakat secara khusus. Dalam konsep pembangunan, salah satu paradigmanya adalah globalisasi. Ciri utama dari globalisasi adalah menciptakan pasar bebas, hal ini juga secara langsung dialami oleh Indonesia. Peran ideal suatunegara atau pemerintah dalam menyikapi permasalahan tersebut 123

136 dalam konteks administrasi negara (public administration) terdapat paradigma governance, yaitu dengan konsep good governance. Menurut Haris dan kawan-kawan (2007: 55), governance berarti penggunaan atau pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan politik, ekonomi, dan administratif untuk mengelola masalah-masalah nasional pada semua tingkatan. Paradigma governance menjadi jawaban atau tuntutan terhadap perubahan pembangunan secara global. Konsep good governance menjelaskan bahwa tidak lagi pemerintah atau negara yang menjadi sentral dalam pembangunan, tetapi keterlibatan ketiga pilar, yakni pemerintah, swasta, dan civil society. Hal ini dimaksudkan guna menciptakan pemerintahan yang ideal dengan melibatkan ketiga pihak tersebut. Masingmasing memilki peran, tetapi harus bekerja secara berkesinambungan dan saling mengontrol satu dengan yang lain. Konsep good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik tidak semata-mata berkaitan dengan cara atau proses pengelolaan kekuasaan dan otoritas, tetapi juga berkenaan dengan hasil nyata yang diwujudkan (Kumorotomo dan Widaningrum, 2010: 29). Hasil nyata yang dimaksudkan adalah kesejahteraan masyarakat yang tertuang dalam amanat konstitusi Negara Indonesia. Konsep good governance sangat ideal, tetapi bagaimana implementasinya di Indonesia? Dinamika pembangunan melalui pendekatan good governance lebih cenderung menimbulkan ketimpangan. Kebijakan atau program yang dibuat cenderung mengikuti permintaan pasar. Misalnya kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mengikuti harga minyak dunia, dan kenaikan harga pangan yang didominasi oleh kepentingan pasar (swasta). Konsep pembangunan, kebijakan, dan pelayanan melalui pendekatan good governance berdampak signifikan terhadap masyarakat secara luas jika dilaksanakan dengan keseimbangan peran. Hal tersebut juga harus mengikuti konstitusi yang ada, yaitu sistem ekonomi sosialis, atau lebih dikenal dengan sistem Ekonomi Pancasila. Pembangunan suatu bangsa tidak selalu dilihat dari pembangunan ekonominya, tetapi lebih kepada pembangunan manusia. Dengan jumlah penduduk terbesar keempat dunia, menjadi peluang dalam menghasilkan generasi muda yang potensial. Dalam menghasilkan tenaga kerja usia produktif, perlu didukung oleh banyak faktor, diantaranya pendidikan dan kesehatan. Pendidikan menghasilkan generasi muda yang unggul 124

137 secara kompetitif dan komperatif, sedangkan kesehatan menghasilkan generasi muda yang unggul dari segi fisik dalam menunjang dalam bekerja atau berkarya. Dua faktor ini menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi atau diciptakan oleh negara. Selain itu, negara harus menjamin ketersediaan pelayanan dasar tersebut di berbagai daerah. Pendidikan dan kesehatan, secara langsung dapat mengklasifikasi suatu negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang, dan juga mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (Davies A dan G. Quinlivan dalam Wikipedia, 2006). Hal tersebut dikenal dengan istilah indeks pembangunan manusia, adapun perbandingan indeks pembangunan manusia Indonesia dengan negara-negara di Asia Tenggara adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Human Developemnt Index/IPM Dunia Human Development Index (HDI) value HDI Rank Country Singapore Hong Kong, China (SAR) Brunei Darussala m Malaysia Thailand Indonesia Philippine s Viet Nam Sumber: Dari data indeks pembangunan manusia tersebut, Indonesia mengalami peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan. Data tersebut juga menunjukkan pembangunan manusia, misalnya dari pendidikan dan kesehatan yang belum terlaksanakan dengan baik atau dengan kata lain, telah terjadi ketimpangan. Sebagai negara yang diprediksi sedang menghadapi bonus demografi dengan bertambahnya jumlah usia produktif, maka, usia produktif penduduk harus didukung oleh kebijakan berkaitan dengan 125

138 ketersediaan lapangan kerja bagi mereka. Karena usia produktif yang ada akan menjadi tidak bermakna ketika ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mampu menjaring mereka, dan juga pelayanan kesehatan tidak mampu untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dari segi jasmani. Hal ini harus dijawab oleh negara melalui kebijakan yang berkesinambungan, artinya kebijakan harus menjawab pemasalahan pada hulu hingga hilir. Karena selama ini kebijakan pemerintah hanya berbicara ditingkat hilir, belum lagi dinamika berbagai kebijakan sangat berkaitan dengan paradigma pemimpin bangsa ini. Bangsa ini tidak lagi memiliki pedoman pembangunan atau dahulu dikenal dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam beberapa tahun kedepan, Negara Indonesia menghadapi bonus demografi, yaitu dengan semakin rendahnya tingkat kematian, maka akan meningkatkan jumlah usia produktif (tenaga kerja). Tetapi jumlah tenaga kerja yang melimpah harus diikuti dengan ketersediaan lapangan kerja bagi mereka. Pada Februari 2014, jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,15 juta dari angkatan kerja sejumlah 125 juta (Sukamdi, 2014). Menciptakan kesempatan kerja tidak selalu menjadi kebijakan utama, tetapi lebih kepada mendorong bagi usia produktif untuk membuka lapangan kerja baru. Artinya, pemerintah memberikan insentif atau modal agar mendorong entrepreneurship atau wirausahawan dalam jiwa usia produktif. Saat ini jumlah wirausahawan di Indonesia baru mencapai sekitar 1,65 persen, atau jauh dibawah negara seperti Singapura yang mencapai 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand 3 persen (Puspayoga, 2015). Maka, dalam menghadapai kondisi tersebut guna meningkatkan wirausahawan dan membuka lapangan kerja baru, pemerintah membuat program, yaitu Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Hal ini menjadi langkah ideal dalam memberi ruang bagi usia produktif untuk membuka lapangan kerja, sehingga secara langsung akan berkontribusi kepada kesejahteraan masyarakat. B. Dinamika Kualitas Pendidikan Permasalahan pendidikan di Indonesia terjadi karena adanya perbedaan pemahaman atau orientasi tentang output dari pendidikan, yaitu hanya berbicara pada menyelesaikan pendidikan. Hal ini dipertegas oleh pendapat Mardiasmo (2004: 86), bahwa perguruan tinggi harus melakukan orientasi dari orientasi pendidikan untuk pendidikan (education for education) menjadi pendidikan untuk masyarakat daerah (education 126

139 for society). Pendidikan tidak selalu berbicara mengenai proses belajarmengajar, tetapi bagaimana menghasilkan generasi muda yang berkualitas. Hal ini yang menjadi permasalahan di Indonesia berkaitan dengan kulalitas pendidikan, serta ketimpangan fasilitas dan tenaga pengajar di beberapa daerah. Refleksi Diri Efek Sputnik terjadi pada Akhir 1957, Rusia meluncurkan pesawat Sputnik. Amerika Serikat (AS) terkejut dan merasa ketinggalan zaman. Politisi AS serta-merta menuding pendidikan sebagai biang keladi ketertinggalan bangsa AS dari Rusia. Presiden John F Kennedy menanggapi serius rendahnya mutu pendidikan AS saat itu dan mencanangkan program peningkatan mutu pendidikan. Hasilnya? Tahun 1969, Neil Amstrong mendaratkan Apollo di Bulan. Perubahan terhadap kualitas pendidikan khususnya di Indonesia telah lama digagas oleh para pendiri bangsa. Bahkan para era presiden Soeharto, negara seperti Singapore dan Malaysia belajar dari Indonesia berkaitan dengan pendidikan. Tetapi aneh anehnya justru pendidikan negara mereka jauh lebih baik dibanding negara Indonesia pada saat ini. Kualitas atau mutu pendidikan di Indonesia cukup rendah, kondisi ini merupakan salah satu dampak dari kemiskinan struktural. Kemiskinan akibat penyalahgunaan kewenangan oknum elite-elite pemerintahan sehingga ketimpangan pendidikan terjadi di berbagai daerah. Kondisi ini ditambah dengan liberalisasi pendidikan dengan sekolah berlabel international, hanya menjadi impian bagi generasi muda mendapat kualitas pendidikan yang baik ketika mereka hidup dalam keterbatasan ekonomi. Kelalaian pemerintah ketika dengan berani terlibat atau menjadi bagian dalam MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Apakah bangsa ini siap menghadapi tantangan atau bersaing dengan generasi muda negara ASEAN yang ratarata dihasilkan melalui kualitas pendidikan yang baik. Jawaban terkait permasalahan tersebut mungkin muncul seperti efek sputnik ketika kita terkejut atau ketertinggalan dengan kualitas pekerja atau generasi muda negara lain. Sumber: Frietz R Tambunan Alumnus Salesian University of Rome (Italia) Bidang Manajemen Pendidikan; Pengajar pada Unika St Thomas, M 127

140 Pendidikan menjadi dasar dan juga pedoman dalam pembangunan manusia, hal ini banyak terjadi di negara-negara lain. Seperti di Jepang ketika terpuruk akibat kekalahan dalam perang dunia II. Jepang mulai membangun kembali bangsanya melalui pendidikan yang tentunya berkualitas. Bangsa Indonesia pun berupaya menjadikan pendidikan sebagai dasar pembangunan, salah satu langkahnya memberikan alokasi sebesar 20 persen dari APBN untuk bidang pendidikan. Peraturan tersebut baru diberlakukan kurang lebih 10 tahun, sehingga dampaknya belum terlalu dirasakan ketika berbicara tentang kualitas pelayanan pendidikan, maupun outcome dari sebuah lembaga pendidikan. Pemerintah selama ini hanya berfokus pada hasil ujian nasional dalam proses pendidikan yang berlangsung selama 3 sampai 6 tahun. Akibatnya, di tengah ketimpangan pelayanan dan fasilitas pendidikan, para generasi muda dihadapkan pada standar kualitas yang sama, yaitu melalui ujian nasional. Fakta yang lain yaitu terjadi fenomena menarik ketika sekolah beserta staf dan guru berusaha meluluskan siswa-siswinya apapun caranya. Hal ini terjadi dikarenakan posisi institusi pendidikan berada di tengah persaingan (liberalisasi pendidikan), yang berarti jika sebuah sekolah terdapat siswa yang gagal dalam ujian akhir dan dinyatakan tidak lulus, maka akan menjadi stigma buruk dan sekolah tersebut akan gagal menjadi sekolah favorit atau sekolah unggulan. Akhirnya pendidikan hanya berbicara tentang persaingan dalam meluluskan siswa, ini menjadi indikasi liberalisasi itu sendiri. Menurut Collins (dalam Umar, 2014) bahwa pola-pola liberalisasi sangat khas, yakni menjadikan institusi pendidikan otonom untuk menanamkan logika kompetisi dan mereduksi peran negara dalam pembiayaan pendidikan. Dalam menghadapi bonus demografi, pendidikan menjadi salah satu faktor dominan. Karena melimpahnya usia produktif tidak akan bermakna ketika kualitas pendidikan bangsa ini jauh tertinggal dari negara-negara lain. Wahyudi (2015) menjelaskan bahwa syarat terjadinya bonus demografi yaitu: 1. Angkatan kerja yang berlimpah harus berkualitas dari sisi kesehatan, pendidikan, maupun kompetensi profesional. 2. Pengendalian kelahiran dengan digiatkannya program KB agar angka kelahiran total makin menurun sehingga memberi kesempatan perempuan bekerja. 3. Gerakan wajib belajar 12 tahun bagi penduduk. 128

141 4. Kebijakan pembangunan sektor riil. 5. Upaya penyediaan lapangan kerja yang memadai. 6.Kebijakan perlu diselaraskan dengan memerhatikan dinamika kependudukan, sosial dan ekonomi agar pemanfaatan bonus demografi dapat semakin optimal. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa prediksi atau perkiraan terkait terjadinya bonus demografi tidak tercapai, bahkan menjadi masalah ketika pemerintah tidak mampu membuat kebijakan yang saling berkesinambungan. Kebijakan yang dimaksud tentunya berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, dan kebijakan penunjang dalam pelaksanaannya. Berkaitan dengan pendidikan di setiap daerah, maupun antara perkotaan dan pedesaan, terdapat permasalahan yang terjadi sejak bangsa ini merdeka, yaitu ketimpangan. Hal ini sudah menjadi problematika yang mendasar bagi bangsa ini, karena tidak hanya terjadi di sektor pendidikan saja. Padahal segala upaya telah dilakukan, mulai dari melakukan desentralisasi pendidikan, yaitu pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menciptakan pelayanan dan fasilitas pendidikan serta merekrut tenaga pendidik yang berkualitas. Tetapi hal tersebut belum mampu menjawab tantangan dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Ketimpangan selanjutnya berkaitan dengan kurangnya partisipasi perempuan dalam dunia pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: 129

142 Tabel 3.3: Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Daerah Tempat Tinggal, Jenis Kelamin, dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, 2013 Sumber: BPS KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN Kesehatan menjadi salah satu variabel indeks kebahagian dan ukuran kesejahteraan di suatu negara bahkan daerah. Kesehatan menjadi faktor dalam bonus demografi dan juga dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Menurut Sandefur dalam Pramusinto dan Purwanto (2009: 373), menjelaskan bahwa produktivas kerja dipengaruhi oleh kondisi tubuh yang sehat, dengan memiliki tingkat kesehatan dan gizi yang cukup, diharapkan individu bisa produktif dan memiliki penghasilan yang cukup, kalaupun sakit tidak perlu kesulitan untuk mengobatinya, karena tersedianya fasilitas kesehatan yang terjangkau. Sehingga perlu dibutuhkan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang baik, dan tentunya merata antara satu daerah dengan daerah lainnya. Menciptakan pemerataan dalam kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah, karena hal ini berkaitan dengan kegagalan pasar dalam menyediakan barang-barang publik (kesehatan) dan salah satu langkahnya melalui memberikan subsidi (atau menarik pajak) (Pramusinto dan Purwanto, 2009: 357). Ketika tata kelola pemerintahan (good governance) mengakibatkan atau menuntut terjadi less governance, perlu ada instrumen 130

143 untuk mengaturnya berkaitan dengan ketimpangan pelayanan publik. Instrumen tersebut adalah pajak, melalui pajak maka kesejahteraan masyarakat menjadi tujuannya. Melalui pajak, pemerintah memberikan subsidi atau jaminan kesehatan bagi mereka sesuai dengan tingkat kemampuan atau penghasilan. Jika semua diserahkan ke swasta, maka pelayanan publik cenderung berbicara tentang profit (untung), sehingga ketimpangan pelayanan banyak terjadi. Permasalahan kesehatan sangat memengaruhi tatanan kehidupan sosial di Indonesia, salah satunya adalah kesejahteraan masyarakat. Dalam dinamika kebijakan kesehatan di Indonesia, tingkat kemampuan ekonomi sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada setiap masyarakat. Masyarakat miskin atau kurang mampu sulit mencapai pelayanan terbaik kepada mereka. Sedangkan masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah keatas sangat mudah mengakses pelayanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan disparitas dan semakin menciptakan gap antar masyarakat di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Berkaitan dengan masalah tersebut, maka pemerintah Indonesia menciptakan program jaminan kesehatan. Program jaminan kesehatan ketika era otonomi daerah dibagi menjadi dua program yaitu jamkesmas dan jamkesda. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) merupakan perubahan dari sistem Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) yang dikelola oleh BUMN, yaitu PT. Askes (Dwicaksono, dkk., 2012). Perubahan tersebut didasarkan pada UU Nomor 40 Tahun 2004 guna menciptakan perlindungan kesehatan kepada seluruh warga negara. Sedangkan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) merupakan dampak dari desentralisasi dan otonomi daerah. Jadi, setiap daerah diberi kesempatan menciptakan jaminan kesehatan yang disesuaikan dengan APBD. Salah satu program jaminan kesehatan daerah yang ada di Bali adalah Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Program ini ditujukan bagi masyarakat Bali yang belum mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah pusat. Sebagai salah satu provinsi dengan pendapatan asli daerah yang besar, Bali diharapkan mampu mengatasi permasalahan fundamental seperti kesehatan dan pendidikan. Berkaitan dengan permasalahan kesehatan, program JKBM mencoba menjawab tantangan yang ada melalui fasilitas pelayanan yang diberikan. Adapun fasilitas pelayanan dalam program JKBM dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 6 Tahun 2010, meliputi: 131

144 a. Rawat jalan tingkat pertama di puskesmas dan jejaringnya. b. Rawat inap tingkat pertama di puskesmas perawatan. c. Rawat jalan tingkat lanjut di Rumah Sakit. d. Rawat inap tingkat lanjut di Rumah Sakit jejaring dengan fasilitas kelas III. e. Pelayanan Gawat Darurat, bagi Rumah Sakit swasta yang belum menjadi jejaring JKBM tetap harus memberikan pelayanan Gawat Darurat kepada peserta JKBM. f. Kacamata dengan lensa koreksi minimal +1/-1 dengan nilai maksimal Rp ,- berdasarkan ketentuan dan resep dokter mata Rumah Sakit jejaring. g. Intra ocular Lens (IOL) diberikan penggantian sesuai resep dari dokter spesialis mata dengan nilai maksimal Rp ,- untuk operasi katarak dengan metode SICS, untuk operasi katarak dengan metode Phaeco maksimal Rp ,- dan Bola mata palsu maksimal Rp ,-. h. Pelayanan penunjang diagnostik canggih. Pelayanan ini diberikan hanya pada kasus-kasus life-saving dan kebutuhan penegakan diagnosa yang sangat diperlukan melalui pengkajian dan pengendalian oleh Komite medik, dan i. Terapi Hemodialisa diberikan maksimal sebanyak 6 kali untuk kasus baru. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam program JKBM terlihat sangat signifikan dalam memberikan pelayanan terbaik, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa program jaminan kesehatan seperti apapun bentuknya, pasti bertujuan untuk mempersempit ketimpangan antar masyarakat. Karena dalam dinamika tata negara, terutama berkaitan dengan pelayanan publik, pemerintah tidak lagi memonopoli pelayanan kepada masyarakat. Munculnya peran sektor swasta dalam memberikan pelayanan tentunya memberi manfaat yang signifikan, tetapi juga menimbulkan ketimpangan, karena hanya masyarakat tertentu yang bisa mendapatkan pelayanan terbaik. Maka dalam menghadapi permasalahan tersebut, negara harus menjamin pemerataan terhadap pelayanan dan aksesnya. Hal ini yang mendorong pemerintah menciptakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui program BPJS. JKN bertujuan agar pemerintah mampu mengontrol pelayanan kesehatan dan dapat terintegrasi dengan baik. 132

145 Implementasi BPJS yang baru berlangsung selama satu tahun dapat dinilai dari hasil survei yang dilakukan oleh Myriad. Hasil survei menunjukkan bahwa indeks nasional kepuasan peserta adalah 81 persen, sedangkan indeks nasional kepuasan fasilitas kesehatan sebesar 75 persen (Kompas, 2014). Tetapi, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang menunjukkan bahwa banyak konsumen yang dirugikan atau ditolak oleh pihak rumah sakit. Namun dalam kondisi ini, kita tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa pelayanan yang dilakukan sudah baik atau buruk. Hal ini disebabkan dengan pelayanan dan fasilitas kesehatan pasti berbeda-beda di setiap daerah. Menurut Abdullah (2015), penyebab utama permasalahan yang ada berkaitan dengan anggaran pelayanan BPJS yang tidak dialokasikan dengan baik oleh pemerintah. Studi Kasus Dalam pelaksanaan BPJS, direktur utama BPJS Kesehatan (Fahmi Idris) mengakui masih ada banyak permasalahan yang mewarnai program BPJS Kesehatan selama Oleh sebab itu, untuk kedepannya BPJS Kesehatan akan memperbaiki pelaksanaan program BPJS Kesehatan. Pelaksanaan BPJS Kesehatan harus lebih baik, sebab peserta BPJS Kesehatan terus meningkat. Begitu pula mitra BPJS Kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan dokter. Pelayanan BPJS Kesehatan, khususnya terhadap masyarakat miskin penerima bantuan iuran (PBI) yang pengobatannya ditanggung APBN belum memuaskan. Koordinator Advokasi BPJS (Watch Timboel Siregar) mengungkapkan bahwa buruknya pelayanan ini bisa dilihat dari sikap rumah sakit yang masih mencari alasan untuk tidak melayani warga miskin penerima bantuan iuran. Menurut Timboel, alasan rumah sakit bermacam- macam. Namun umumnya beralasan kamar pasien sedang penuh. Padahal ketika dicek banyak kamar kosong. Ini seperti terjadi di Cengkareng dan banyak kasus lainnya, kata Timboel. Sumber : /Ini.Permasalahan.Penting.di.BPJS.Kesehatan.?utm_source=bi sniskeuangan&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related& 133

146 Program sosial seperti kesehatan, secara umum memengaruhi pembangunan manusia, dan konsekuensinya peningkatan pengeluaran pemerintah dalam program tersebut diharapkan menghasilkan indikator sosial yang lebih baik (Balldacci dalam Pramusinto dan Purwanto, 2009: 373). Dalam mencapai angkatan kerja yang produktif, dibutuhkan peningkatan kualitas kesehatan. Kualitas kesehatan khususnya di Indonesia, menjadi masalah yang tidak kunjung selesai, salah satunya ketimpangan kesehatan yang sangat dirasakan di Indonesia. Berbicara tentang kesehatan maka ada dua faktor dominan, yaitu pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, merupakan bentuk sinergitas jaminan kepada masyarakat melalui pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Sebenarnya seperti yang dijelaskan sebelumnya, masingmasing daerah telah melaksanakan jaminan kesehatannya (desentralisasi kesehatan), tetapi pemerintah merasa belum terjaminannya kesehatan selama ini. Melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, pemerintah menciptakan kesejahteran dan berusaha menghapus ketimpangan, terutama pada kesehatan. Pada pelaksanaannya, BPJS Kesehatan menargetkan semua penduduk Indonesia yang berjumlah 257,5 juta jiwa paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019 (BPJS, 2014) telah mendapatkan jaminan kesehatan. Menurut data per Juni 2014, tercatat jumlah masyarakat yang terdaftar sebagai peserta adalah jiwa. Pelayanan kesehatan di suatu daerah sangat terasa ketimpangannya, pelayanan kesehatan hanya di fokuskan di perkotaan, akibatnya tidak ada pelayanan yang memadai di perdesaan. Fakta telah berbicara terkait pelayanan kesehatan, tidak hanya perkotaan dan perdesaan, tetapi juga antar provinsi di Indonesia yang kualitas pelayanannya jauh berbeda. Pelayanan kesehatan juga berkaitan dengan tenaga kesehatan, banyak tenaga kesehatan, terutama dokter, cenderung terpusat di suatu daerah (Pulau Jawa). Hal ini menjadi pemicu ketimpangan pelayanan kesehatan di Indonesia. Kondisi ini dapat digambarkan dari data kematian bayi per provinsi di Indonesia (diagram 2): 134

147 Diagram 3.2. Angka Kematian Bayi Berdasarkan Provinsi 2013 Sumber: BPS, 2013 Dari data tersebut terlihat bahwa disparitas pelayanan kesehatan tercermin melalui tingkat kematian bayi di sebagian daerah Indonesia Timur, terutama di Papua, memiliki tingkat kematian bayi yang tinggi. Peran pemerintah dalam permasalahan kesehatan, baru sampai pada memberikan jaminan kesehatan bagi mereka yang tidak mampu, tetapi belum mengatasi ketimpangan pelayanan kesehatan, baik dari segi fasiltas, maupun tenaga kesehatan di setiap daerah. Kesehatan sangat berkaitan dengan kualitas manusia sebagai outcome, jadi tidak hanya mencegah atau mengobati penyakit, tetapi lebih kepada meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara jasmani maupun rohani dalam menghadapi tantangan yang ada. Di satu sisi, kesehatan menjadi salah satu indikator kesejahteraan sosial (masyarakat), semakin tinggi tingkat kematian, maka semakin rendah tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Daerah-daerah seperti DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Bali dan Riau, memiliki tingkat kematian bayi yang rendah. Dimana daerah tersebut penerimaannya (Pendapatan Asli Daerah dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam) termasuk tinggi. Mengatasi disparitas kesehatan di Indonesia perlu langkah sistematis. Hal ini disebabkan permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi perubahan politik, sosial, dan ekonomi di tiap daerah. Sehingga perlu sinergitas kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Berlakunya desentralisasi 135

148 dan otonomi merubah kewenangan dan tanggung jawab pemerintahan, kebijakan kesehatan tidak lagi terpusat, tetapi sebagian diberikan tanggung jawab kepada pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 38 Tahun 2007, pemerintah daerah diharapkan memberikan pelayanan publik yang prima dan berkelanjutan, mengacu pada standar pelayan minimal untuk semua golongan masyarakat (Widaningrum, dkk., 2010: 130). Sehingga dalam konteks pelayanan kesehatan, peran pemerintah daerah dalam kebijakan jaminan kesehatan nasional akan banyak berperan dalam sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Hal ini menjadi suatu bagian penting dari kebijakan atau program tersebut, agar tepat sasaran dan mampu memberdayakan masyarakat. Akses terhadap kebijakan juga berkaitan dengan sosialisasi tersebut, karena dengan kondisi daerah yang berbeda akan berdampak kepada proses dan metode sosialisasi kepada masyarakat. Selain sosialisasi, peran pemerintah daerah yang terpenting adalah menciptakan fasilitas pelayanan kesehatan yang baik. Fasilitas kesehatan menjadi problematika yang cukup serius saat ini, karena ketimpangan sangat dirasakan di berbagai daerah. Fasilitas kesehatan terbaik cenderung berada di kota-kota besar, sehingga pelayanan kesehatan tidak merata dan sulit untuk mendapatkannya. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi pemerintah daerah, dan perlunya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah DESENTRALISASI FISKAL (WUJUD KESEJAHTERAAN DI DAERAH) Desentralisasi tercipta untuk membangun political equality di tingkat lokal atau menciptakan demokrasi di daerah. Karena selama ini, terkait kebijakan yang diciptakan oleh pemerintahan sentralistis tidak sesuai dengan keinginan daerah. Jadi, pengambilan keputusan langsung berada di daerah (power over decision making), sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang responsif, akuntabel, efisien dan efektif. Sistem desentralisasi dimulai ketika munculnya UU No. 22 Tahun 1999, peraturan ini menegaskan fungsi-fungsi atau kewenangan baru yang dimiliki oleh daerah, sehingga memunculkan daerah-daerah yang otonom (otonomi daerah). Tetapi pandangan otonomi daerah dianggap hanya mengelola pemerintahan di daerah, atau hanya dianggap membagi kewenangan antara pusat dengan daerah saja. Perspektif keliru inilah yang coba kembali untuk diluruskan agar sejalan dengan prinsip otonomi daerah, yaitu, desentralisasi tidak 136

149 dimaksudkan memberikan otonomi hanya kepada pemerintah daerah, tetapi lebih dari itu, harus memperkuat peran dan kedudukan warga masyarakat dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal (Prasojo dalam Halim, 2009: 146). Peran pemerintah daerah lebih banyak ditingkatkan untuk mampu mengatasi permasalahan secara responsif di daerahnya, atau lebih dekat dengan masyarakatnya. Sebagai daerah yang luas, dengan bentuk kepulauan, membuat kinerja pemerintah pusat semakin berat, hal ini terbukti ketika Orde Lama dan Orde Baru. Orde Baru memang berhasil meredam problematika di daerah, tetapi nilai-nilai demokrasi, tranparansi dan akuntabilitas menjadi sesuatu yang tabu untuk dilakukan pemerintah kepada masyarakat. Ketika reformasi, nilai-nilai tersebut coba diterapkan melalui konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang mulai dirasakan pada tingkat provinsi, kemudian berkembang kepada kabupaten/kota. Dan bahkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014, otonomi sampai ke tingkat desa. Melalui perubahan pola kekuasaan dan kewenangan, maka dibutuhkan pola baru untuk mendukungnya, yaitu desentralisasi fiskal. Pentingnya desentralisasi fiskal diperkuat oleh argumentasi Bahl dan Linn (dalam Kumorotomo, 2008: 6). Pertama, jika unsur-unsur belanja dan tingkat pajak ditentukan pada jenjang pemerintahan yang lebih dekat kepada masyarakat, maka layanan publik di daerah dapat diperbaiki, dan masyarakat akan lebih puas dengan layanan yang diberikan pemerintah. Kedua, pemerintah daerah yang lebih kuat menunjang pembangunan bangsa. Ketiga, keseluruhan mobilisasi sumber daya bertambah baik karena pemerintah daerah dapat lebih tanggap dan mudah menarik pajak dari sektorsektor ekonomi yang tumbuh cepat jika dibandingkan dengan pemerintah pusat. Jadi, peran pemerintah daerah signifikan dalam menciptakan kesejahteraan dan mendukung kinerja pemerintah pusat. Desentralisasi fiskal menjadi pola hubungan yang ideal antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Secara konsep, desentralisasi fiskal dibagi menjadi tiga bentuk (Kumorotomo, 2012). Pertama, revenue sharing, pemerintah pusat membagikan penerimaan pemerintah yang berkaitan ekstraksi sumber daya alam dan konsesi kepada pemerintah daerah. Kedua, fiskal sharing, pemerintah pusat membagi kewenangan memungut pajak dan belanja publik kepada pemerintah daerah. Ketiga, pemberian subsidi (grants), bentuk subsidi ini dikenal dengan Dana 137

150 Alokasi Umum (general grants), Dana Alokasi Khusus (Spesific grants) dan matching grants. Berkaitan dengan besarnya kewenangan bagi daerah dalam pembangunan masyarakat berbasis otonomi daerah, namun kurang lebih 15 tahun perjalanan otonomi daerah masih saja ada ketimpangan dalam pembangunan yang dirasakan di beberapa daerah. Karena kecenderungan subdisi atau transfer kepada daerah melalui Dana Alokasi Umum hanya dihabiskan untuk belanja rutin administrasi (pegawai, barang, dan perjalanan dinas) (Haryanto, 2014). Dalam dinamika otonomi daerah telah memberi peran kepada pemerintahan tingkat desa melalui UU Nomor 6 Tahun Anggaran diberikan kepada pemerintah desa paling sedikit sebesar 10 persen dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota, maka perkiraan yang diberikan semakin besar yaitu berkisar 800 juta hingga 1 milyar rupiah. Studi Kasus No. 3 Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro optimistis, implementasi dana desa akan kembali menjadi salah satu kisah sukses Indonesia dalam penyelenggaraan desentralisasi fiskal. Ia menambahkan, pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia sendiri hingga saat ini dinilai telah membuahkan kesuksesan. Kita harus pastikan bahwa dana desa ini adalah kisah sukses, success story dari desentralisasi fiskal yang ada di Indonesia. Desentralisasi fiskal yang ada sudah banyak dianggap sebagai kisah sukses, karena banyak negara yang tidak berhasil melakukan desentralisasi fiskal yang baik, jelas Menkeu pada Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Desa menjadi sasaran dalam tujuan Negara menyejahterakan masyarakatnya, sebab potensi kemisikinan di pedesaan semakin tinggi akibat ketimpangan pembangunan. Desa diharapkan menjadi penggerak pembangunan melalui alokasi dana desa sebagai wujud desentralisasi fiskal. Sumber: 138

151 Desentralisasi fiskal mendorong setiap daerah lebih responsif dalam menghadapi permasalahan di daerah. Pemerintah juga diharapkan lebih inovatif mengelola penerimaan yang ada dan juga meningkatkan penerimaan juga memenuhi kebutuhan di daerah. Hal ini seperti yang dijelaskan Musgrave (dalam Pratikno) berkaitan dengan posisi desentralisasi fiskal dalam fungsi pemerintahan, fungsi pertama berkaitan dengan fungsi stabilitas ekonomi. Dalam fungsi tersebut berkaitan dengan stabilitas harga, menjaga pasar kerja dan pertumbuhan ekonomi. Fungsi yang kedua yaitu fungsi distribusi, dalam hal ini peranan pemerintah dalam usaha redistribusi pendapatan dan pelayanan publik kepada masyarakat. Dan fungsi yang ketiga yaitu fungsi alokasi, fungsi ini terkait dengan peranan pemerintah dalam intervensi langsung terhadap pasar untuk menjamin prinsip keadilan. Desentralisasi fiskal secara langsung berdampak kepada masyarakat. Karena problematika masyarakat langsung di respon oleh pemerintah daerah, tidak lagi menunggu respon pemerintah pusat seperti era orde baru. Konsep ini juga sangat ideal dalam menciptakan pemerataan pembangunan secara horizontal dengan pemerintah pusat daerah serta pembangunan secara vertical yaitu antar satu daerah dengan daerah yang lain. Oleh karena itu kesejahteraan masyarakat menjadi outcome dari desentralisasi fiskal, kesejahteraan yang ingin diciptakan didukung salah fungsi distribusi dalam desentralisasi fiskal. Fungsi distribusi merupakan fungsi pemerintah dalam mendistribusikan pendapatan atau kekayaan supaya masyarakat sejahtera (Pramusinto dan Purwanto, 2009:398). Instrument yang sering dipakai oleh fungsi distribusi yaitu pajak, pemerintah daerah telah diberi kewenangan untuk memungut pajak sesuai dengan potensi yang ada di masing- masing daerah. Pajak daerah menjadi salah satu komponen penting dalam meningkatkan penerimaan daerah atau penerimaan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali potensi penerimaan pajak daerah. Potensi yang dimaksud disini adalah potensi daerah yang sesuai dengan menopoang penerimaan pajak daerah serta pendapatan asli daerah. Salah satu daerah yang mampu mengelola potensi daerahnya adalah kabupaten Badung. Sebagai salah satu kabupaten di provinsi Bali. Kabupaten Badung memiliki destinasi pariwisata dan mampu menciptakan atau menggali pariwisata menjadi sektor unggulan dan memberi kontribusi signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini terlihat dalam penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) tahun 2014, kabupaten Badung memperoleh 139

152 sekitar 2,1 trilliun rupiah (BPS,2014). Kondisi berkaitan sebagai daerah pariwisata dan juga pariwisata bersifat multiplier effect maka pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan komponen lainnya dalam pajak daerah memberi kontribusi terhadap penerimaan daerah. Dalam konteks desentralisasi fiskal menurut Halim, dkk (2009:251), daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri untuk membiayai pelenggaraan pemerintah daerahnya. Salah satunya melalui penerimaa pajak khususnya pajak daerah sangat berkaitan dengan kemampuan provinsi dan kabupaten/kota. Kemampuannya yang dimaksud adalah mampu menciptakan atau menggali potensi penerimaan sektor pajak dan kemampuan memungut pajak sesuai dengan basis pajak yang ada. Hal ini yang menjadi ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu berotonomi. Dapat dipahami bahwa dalam konsep desentralisasi fiskal dijelaskan bahwa peran daerah cukup signfikan dalam menanggung beban masyarakat di daerah terkait dengan kesejahteraan. Maka daerah diharapkan peneriman sektor pajak daerah dan pendapatan asli daerah (PAD) harus terus meningkat sehingga mampu menciptakan kemandirian daerah. Pajak baik di tingkat pusat sampai ke daerah sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi ketimpangan antar masyarakat. Tetapi faktanya realisasi penerimaan perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak sama-sama menunjukkan tren penurunan tiga tahun terakhir (Suryowati, 2015). Hal bisa dipahami ketika perpajakan dalam beberapa tahun terakhir terjadi skandal korupsi yang melibatkan oknum pegawai direktorat jenderal pajak baik di pusat dan daerah. Akibatnya ketidakpercayaan (un-trust) antara wajib pajak dan pemerintah semakin berkurang, rendahnya akuntabilitas dan transparansi pajak semakin membuat kepatuhan dalam membayar pajak semakin menurun. Presepsi masyarakat tentang kesadaran membayar pajak menurun. Padahal dengan taat membayar pajak jaminan kesejahteraan masyarakat meningkat. Sedangkan jumlah wajib pajak di Indonesia sampai tahun 2013 terlihat dalam tabel dibawah ini: 140

153 Tabel 3.4 Jumlah Wajib Pajak di Indonesia Tahun WP Badan WP Orang Pribadi WP Bendahara 1,608,337 1,760,108 Total 15,911,576 19,112, ,929, ,136, ,218,573 13,861,253 16,880,649 19,881,684 22,131,323 23,082, , , , , ,232 22,319,073 24,812,569 25,857,390 Jumlah wajib pajak memang cenderung meningkat, tetapi dari total jumlah wajib pajak hanya 17 juta saja yang menyampaikan SPT pada tahun 2014 (Anggriani, 2014). Hal ini menjadi bukti bahwa rendahnya kepercayaan masyarakat dalam membayar pajak berkaitan dengan permasalahan rendahnya akuntabilitas dan terjadinya korupsi. Kepercayaan masyarakat menjadi unsur penting dalam perpajakan, karena mereka jarang dijelaskan untuk apa mereka membayar pajak. Pemikiran masyarakat terbelenggu realita, bahwa pemerintah cenderung mengabaikan kepentingan publik, hal ini juga semakin diperburuk dengan munculnya kasus korupsi ditengah ketimpangan hukum Tax ratio sebagai indikator kesejahteraan? Secara umum, dalam struktur penerimaan negara, pajak menjadi salah satu sumber penerimaan yang bersifat berkesinambungan. Artinya, pajak dipungut berdasarkan kemampuan dan penghasilan yang kemudian nantinya penerimaan pajak digunakan dalam roda penggerak pembangunan suatu bangsa. Sebagai contoh, penerimaan pajak untuk membangun fasilitas serta jaminan kebutuhan dasar, seperti kesehatan dan pendidikan, maka secara langsung maupun tidak langsung, output dan outcome penerimaan pajak akan digunakan untuk menciptakan kesejahteraan pada masyarakat suatu negara. Untuk mengukur penerimaan pajak suatu negara melalui tax ratio, secara umum, semakin maju suatu negara maka semakin tinggi tax rationya (Tumakaka, 2015: Mei). Sebagai perbandingan tax ratio di beberapa negara adalah sebagai berikut: 141

154 Diagram 3.3. Tax Ratio di Beberapa Negara Tahun 2013 Jerman Jepang Inggr s Amer ka Ser kat Sumber: OECD, CIA 0 *) tax ratio definisi luas Korea Selatan Meks ko Ch na Indones a F l p na Tax ratio memiliki dua fungsi. Pertama, tax ratio menunjukkan kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan pajak. Semakin tinggi penerimaan pajak negara, maka semain tinggi tax rationya. Kedua, tax ratio bisa dilihat lihat sebagai ukuran beban pajak. Sehingga dalam mengukur tax ratio melalui rumus berikut: Tax ratio = ( Pajak) GDP GDP (Gross Domestik Product) merupakan total penghasilan semua orang di dalam suatu perekonomian. Dari rumusan tersebut, semakin tinggi tax ratio maka semakin besar pula penghasilan masyarakat yang masuk ke dalam penerimaan pajak. Sedangkan untuk mengukur tax ratio di daerah, yaitu dengan membagi realisasi penerimaan pajak dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Oleh karena itu, terkait dengan rasio pajak, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan jumlah pendapatan potensial yang dapat dikenai pajak. PDRB juga menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat yang jika berkembang dengan baik, merupakan potensi yang baik bagi pengenaan pajak di wilayah tersebut (Wijito, 2012). 142

155 Provinsi Bali memiliki rasio pajak tertinggi, yaitu sebesar 5,3 persen (DJPK, 2014) jika dibandingkan dengan rata-rata agregat rasio pajak secara nasional yang hanya 1,9 persen. Prestasi ini memang sangat berkaitan dengan posisi Bali sebagai salah satu destinasi wisata dunia. Posisinya yang strategis berdampak pada perekonomian, karena sektor pariwisata bersifat multifier effect, artinya segala sektor tumbuh dan berkembang akibat pembangunan pariwisata. Kondisi ini yang menjadi pemicu sektor pajak daerah meningkat secara signifikan, karena dilihat dari jenis-jenis pajak daerah sangat berkaitan dengan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi sektor perkotaan. Contohnya seperti pajak hotel, restoran, hiburan, dan reklame bisa dikatakan saling berkaitan dengan sektor pariwisata, kemudian pajak kendaraan bermotor menjadi signifikan ketika pertumbuhan ekonomi mendorong urbanisasi, sehingga kebutuhan kendaraan meningkat. Provinsi Bali sebagai daerah dengan rasio pajak yang besar dalam skala nasional masih berhadapan dalam problematika kemiskinan. Hal tersebut dalam dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.5 Prosentase Penduduk Miskin Bali (Tahun ) 00 Prov ns Bal Dari data tersebut terlihat bahwa kemiskinan di Provinsi Bali cenderung fluktuatif, tetapi pada tahun 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun Data tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa fungsi distribusi dari pajak daerah belum belangsung dengan baik, salah satu faktor penyebabnya bisa saja karena permasalahan ketimpangan pembangunan antara Bali utara dengan Bali selatan. Jadi, dapat dipahami bahwa proses reformasi perpajakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan tax ratio atau pun tax coverage ratio adalah suatu proses yang dapat memperluas basis pajak. Dua sasaran penting yang 143

156 perlu dicapai: (1) menjadikan wajib pajak yang masih di luar untuk masuk ke dalam sistem perpajakan, dan (2) Meningkatkan compliance (kepatuhan) wajib pajak yang sudah berada di dalam sistem perpajakan (Amir, 2014). Hal tersebut berarti pemerintah daerah secara langsung maupun tidak langsung mampu mengimplementasikan dalam kebijakan dan pelayanan yang menyejahterakan masyarakatnya. Walaupun pajak daerah berbeda dengan retribusi yang terdapat kontraprestasi langsung kepada pihak/orang yang membayar. Pajak lebih cenderung dipaksakan oleh pemerintah, tetapi akuntabiltas dan transparansi harus dibangun oleh pemerintah guna menciptakan kesadaran dan kepatuhan kepada masyarakat sebagai wajib pajak Pajak Daerah Dalam dinamika otonomi daerah, peran pajak menjadi sangat signifikan dalam menunjang pelaksanan pelayanan dan kebijakan publik di daerah. Kemudian ketika penerapan desentralisasi fiskal telah sampai pada tingkat kabupaten/kota dan desa, segala tingkat pemerintahan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dari sektor keuangan dalam menjalankan pemerintahannya. Pajak daerah merupakan salah satu bentuk kewenangan yang diberikan kepada daerah oleh pemerintah pusat dalam meningkatkan penerimaan kemudian berkontibusi dalam pendapatan asli daerah (PAD). Pajak daerah secara spesifik terdiri dalam empat hal yakni, (1) pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan pemerintahan dari daerah sendiri, (2) pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional, tetapi penetapan tarifnya oleh pemerintah daerah, (3) pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah, (4) pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepda, dibagi-hasilkan dengan/atau dibebani pungutan tambahan (opsen) oleh pemerintah daerah (Prakosa dalam Halim, dkk., 2009: 266). Berkaitan dengan pengertian tersebut, pajak daerah telah mengalami perubahan dari UU Nomor 34 Tahun 2000 menjadi UU Nomor 28 Tahun Perubahan yang signifikan yaitu berubahnya sistem pemungutannya yang dahulu bersifat open-list menjadi closed-list. Dalam UU Nomor 34 Tahun 2000, pemerintah daerah diperbolehkan untuk memungut pajak diluar pajak yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat. Sedangkan dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 justru sebaliknya, hal ini boleh dikatakan sebagai bentuk 144

157 kontrol pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Perubahan ini untuk mengantisipasi penyimpangan dari peraturan daerah terkait pajak yang tidak sesuai dengan kondisi sosial, serta ekonomi yang cenderung dipaksakan guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Walaupun tidak menjamin juga UU Nomor 28 Tahun 2009 mampu mengatasi permasalahan yang ada, karena semua tergantung dari pelaksana atau aparat pemerintahan. Perubahan undang-undang pajak daerah diharapkan bahwa dengan semakin bertambahnya jenis pajak daerah, maka kontribusi pajak semakin meningkat. Karena banyak daerah yang belum mampu menggali potensipotensi daerahnya guna meningkatkan penerimaan sektor pajak daerah, beberapa daerah masih bergantung dari Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dalam menunjang anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). Berkaitan dengan pajak daerah, setiap provinsi hingga kabupaten/ kota diharapkan lebih inovatif dan visioner dalam memperluas subjek dan objek pajak yang ada. Hal ini yang belum banyak dilakukan, yaitu memungut pajak daerah sesuai dengan potensi yang ada, kondisi ini pula yang memicu pemerintah pusat dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 memberikan insentif bagi daerah yang berhasil meningkatkan penerimaan pajak daerah. Perubahan undang-undang perpajakan dari UU Nomor 34 Tahun 2000 menjadi UU Nomor 28 Tahun 2009, selain bentuk pemberian kewenangan kepada daerah, juga untuk meningkatkan penerimaan sektor pajak. Selain itu, pemerintah pusat berharap agar daerah mampu meningkatkan penerimaan dan berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Artinya, UU yang terbaru memberikan taxing power bagi daerah, taxing power sangat berkaitan dengan pemberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka pembiayaan daerah, yaitu dengan menyesuaikan basis pajak atau tarif pajak daerahnya (Haris, dkk., 2007: 217). Perubahan yang signifikan selanjutnya dari pajak daerah adalah bertambahnya jumlah jenis pajak daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Perubahan tersebut sebagai bentuk pola hubungan pemerintah pusat dan daerah yang ideal dalam meminimalkan ketimpangan, serta memeratakan pembangungan dan tentunya kesejahteraan. Ketimpangan dalam paradigma desentralisasi fiskal lebih dikenal dengan celah atau kesenjangan fiskal (fiskal gap). Menurut Kumorotomo (2008: 8), pada umumnya ada tiga sebab yang mengakibatkan kesenjangan fiskal, yakni, (1) pemerintah daerah memegang kewenangan perbelanjaan yang lebih banyak 145

158 dibanding kewenangan penerimaan, atau dengan kata lain terlalu sedikit sumber-sumber penerimaan yang diberikan otoritasnya kepada pemerintah daerah. (2) Pemerintah daerah harus melakukan belanja atau pengeluaran yang lebih banyak daripada modal pembangunan dan layanan publik yang tersedia. (3) Pemerintah lokal belum mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan penerimaan. Studi Kasus No. 4 Ketimpangan dan ketidakadilan dalam pajak daerah memunculkan perubahan bahkan penghapusan yaitu pajak bumi dan bangunan. Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Ferry Mursyidan Baldan berencana menghapus pajak bumi dan bangunan (PBB). Ferry beranggapan PBB yang setiap tahunnya dipungut dari masyarakat merupakan sebuah tindakan yang tidak adil serta merugikan. Ferry melanjutkan, menurutnya kurang pantas apabila bangunanbangunan yang diperuntukkan menunjang masyarakat, seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat tinggal dikenai pajak tersebut. Menurut Ferry, pajak tersebut lebih efektif bila hanya dikenakan kepada properti komersial. Menurut saya tidak adil kalau rumah sakit, sekolah, dan tempat tinggal ada pajak bangunannya. Yang kita pajaki bangunan kalau dia menjadi tempat komersial, seperti rumah kosan, restoran, dan hotel. Kalau bangunan seperti itu wajar (dikenai pajak) karena mereka memiliki pendapatan setiap tahunnya, lanjut Ferry. Usulan Ferry ditanggapi positif Pengamat Ekonomi Aviliani. Menurut dia, usulan penghapusan PBB tersebut tentunya sangat menguntungkan masyarakat. Pasalnya, PBB terlalu memberatkan masyarakat, apalagi yang memiliki penghasilan rendah. Hanya, lanjut Aviliani, kemungkinan besar usulan tersebut ditentang oleh pemerintah daerah (pemda). Penghapusan pajak tersebut membuat pemda kehilangan banyak pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari PBB. Sumber: Pemerintah.Akan.Menghapus.Pajak.Bumi.dan.Bangunan. 146

159 Provinsi Bali sebagai daerah tujuan pariwisata nasional dan internasional, secara langsung memberi kontribusi signifikan pada pajak daerahnya. Tetapi hal ini mendorong masalah baru, yaitu urbanisasi penduduk, yang kemudian berdampak pada masalah perkotaan seperti kemacetan, permukiman dan kriminalitas. Maka salah satu kebijakan pemerintah Provinsi Bali dalam menekan masalah tersebut, terutama pada masalah kemacetan, adalah dengan menerapkan tarif pajak progresif kendaraan bermotor. Pajak progresif kendaraan bermotor merupakan penerapan tarif pajak kendaraan bermotor secara bertingkat sesuai dengan urutan kepemilikannya. Penerapan tarif pajak progresif pada Provinsi Bali adalah sebagai berikut: a. kepemilikan kendaraan pertama sebesar 1,5% (satu koma lima persen); b. kepemilikan kendaraan kedua sebesar 2% (dua persen); c. kepemilikan kendaraan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen); d. kepemilikan kendaraan keempat sebesar 3% (tiga persen); dan e. kepemilikan kendaraan kelima dan seterusnya sebesar 3,5% (tiga koma lima persen), Perapan tersebut tentunya diatur dalam peraturan daerah, dengan persetujuan dari pemerintah pusat. Karena tarif yang dikenakan disesuaikan dengan kondisi di daerah, tetapi tidak diperbolehkan melebihi tarif maksimal dalam UU Nomor 28 Tahun PENUTUP/RINGKASAN Berdasarkan kajian dan pemikiran dari berbagai problematika yang ada, terutama berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dalam konteks di Indonesia, maka dalam mejuwudkan kesejahteraan masyarakat, perlu sinergitas dan kesinambungan yang terwujud menjadi suatu kebijakan serta program. Sinergitas dapat dipahami melalui perspektif hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yaitu melalui desentralisasi fiskal. Sedangkan untuk kesinambungan (sustainable), bisa melalui program atau kebijakan yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan didukung program-program lainnya, sehingga tidak hanya mengatasi 147

160 masalah, tetapi juga memberdayakan masyarakat agar lebih sejahtera. Salah satu contohnya, yaitu melalui jaminan kesehatan nasional yang juga diikuti oleh pembangunan fasilitas kesehatan yang memadai oleh masing-masing daerah melalui anggaran daerah yang diperoleh melalui pajak. Oleh karena itu, hal-hal tersebut harus terwujud, bukan lagi hanya sebuah kebijakan atau program yang berubah seiring pergantian pemimpin. Argumen yang terbangun dalam tulisan ini memandang bahwa mewujudkan kesejahteraan butuh sebuah komitmen nyata dan juga peran serta masyarakat sebagai bentuk feed back. Ketimpangan adalah problematika yang sebenarnya terjadi karena bentuk penyimpangan dari sebuah kekuasaan dan kewenangan. Nilai-nilai yang tertuang dalam dasar negara sebagai amanat konstitusi, yaitu dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat belum menjadi pedoman bagi pemerintah. Maka, diperlukan sebuat komitmen yang dibangun oleh integritas seorang pemimpin dalam mewujudkan kesejahteraan. Karena berbagai instrumen kebijakan atau program dan pola pemerintahan telah banyak memberi ruang bagi pemimpin di tingkat pusat dan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan. CATATAN : Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa akan mampu untuk memahami dan menjelaskan pentingnya pajak dalam meningkatkan kesejahteraan, serta konsep desentralisasi fiskal yang menjadi bagian dari otonomi daerah dalam mendorong peran serta masing- masing daerah untuk menjamin kesejahteraan. Mahasiswa akan terlibat dalam 2 hari pemagangan terstruktur dengan Soal latihan (review jurnal) Carilah artikel jurnal yang berkaitan dengan tema penduduk dan indeks kebahagiaan, jaminan kesehatan, dan desentralisasi fiskal. Jelaskan yang menarik dari jurnal tersebut!(review) Link jurnal online sebagai berikut:

161 Pedoman Penilaian: Pedoman menilaian di kelas yaitu: review jurnal serta hasil temuan saat pemagangan. Pedoman penilaian di tempat magang (10 jam) Pedoman Penilaian di kelas dan di tempat magang {+ 10 jam, 2 5 jam dengan penilaian dari tim pendamping setiap harinya sesuai indikator dalam Lembar Penilaian Magang Mahasiswa}. Tempat Magang, kantor: 1. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 2. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bali 3. KPP Denpasar Timur Tim Pendamping: 1. Kepala BPS Provinsi Bali 2. Sub Bagian umum Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bali 3. Kepala Kanwil DJP /Sub Bagian umum KPP Denpasar timur Tim Dosen Pengajar: 1. I Putu Dharmanu Yudartha 2. Kepala BPS atau yang mewakili 3. Kepala Kanwil DJP atau yang mewakili 4. Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bali atau yang mewakili Penulis: I Putu Dharmanu Yudartha dapat dihubungi melalui alamat p.dharmanu@gmail.com Bacaan Utama Abdullah,Iswan IniPenyebabLayananBPJSKesehatanCarut-Marut. Kompas /215/406860/inipenyebab-layanan-bpjs-kesehatan-carut-marutAnggriani,Desi /10/30/312179/jokowi-soroti-wajib-pajak-yang-tak-sampaikan-spt Alfitri Ideologi Welfare State dalam Dasar Negara Indonesia: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jurnal Konstitusi Vol 9. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Amir, Hidayat Potensi Pajak dan Kinerja Pemungutannya. Kementrian Keuangan Republik Indonesiahttp:// 149

162 go.id/sites/default/files/pajak%20potensi%20dan%20pengumpulan nya.pdf BPS, Laju Pertumbuhan Penduduk , Proyeksi Penduduk tahun BPS, 2013, Angkatan kerja dan pengangguran di Indonesia tahun BPS Provinsi Bali Indeks Kebahagian Provinsi Bali. tahun 2014 Burton, Richard Kajian Perpajakan dalam Konteks Kesehateraan dan Keadilan. Jakarta. Mitra Wacana Media. Darwin, Muhadjir Kesejahteraan Sosial dalam Perpektif Pancasila. Diktat Perkuliahan. FISIPOL UGM Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Analisis APBD 2014 DPR Republik Indonesia. Meningkatkan Tax Ratio Indonesia. dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_meningkatkan_tax_ratio_ Indonesia pdf Dwicaksono, Adenantera Jamkesmas dan Program Jaminan Kesehatan Daerah. Bandung. Inisiatif. org/wpcontent/uploads/jamkesda_bahasa.pdf Halim, Abdul Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat-Daerah: Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah. Yogyakarta. Sekolah Pasca Sarjana UGM. Harris, Syamsuddin.Ed Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah. Jakarta. LIPI Press. Haryanto, Joko Tri Audit Belanja dan Reformasi Anggaran ke Daerah. Kemenkeu. ormasi%20anggaran%20ke%20daerah_0.pdf Kumorotomo, Wahyudi Desentralisasi Fiskal: Politik Perubahan Kebijakan Prenada Media Group. Jakarta. Kumorotomo, Wahyudi dan Widianingrum, Ambar. Ed Reformasi Aparatur Negara Ditinjau Kembali. Gava Media. Yogyakarta. Mantra, Ida Bagoes Demografi Umum (cetakan ke XV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mardiasmo Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi Yogyakarta. 150

163 Jalal, Fasli Program KB Jalan di Tempat. read/2014/06/12/ /program.kb.jalan.di.tempat Jati, Raharjo Warsito Bonus Demografi Sebagai Mesin Perumbuhan Ekonomi : Jendela Peluang dan Jendela Bencana di Indonesia. Olsson, Gunilla, Angka Kematian Balita di Indonesia turun antaranews.com/berita/465399/unicef-angka-kematian-balita-diindonesia-turun Pramusinto, Agus dan Purwanto, Erwan Agus Reformasi Birokrasi, Kepemiminan dan Pelayanan Publik: Kajian Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarta. Gava Media Puspayoga, A.A.G Menkop Target 5 Tahun Jumlah Wirausahawan Capai 2%. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. php?option=com _content&view=article&id=1516:menkop-target5-tahun-jumlah-wirausahawan-capai-2&catid=54:bind-beritakementerian&itemid=98 Sudjatmiko, Budiman Mengelola Negara Kesejahteraan. budimansudjatmiko.net/category/page/gagasan/93/mengelolanegara-kesejahteraan Suryowati, Estu Pengamat: Penerimaan Negara dalam Kondisi Bahaya. Kompashttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/02/2 4/ /Pengamat.Penerimaan.Negara.dalam.Kondisi.Bahaya Suswono Konversi Lahan Pertanian di Indonesia Mencemaskan. Samodro, Aloen Involusi Sumberdaya Pesisir dan Laut (Tinjauan Analisas Konseptual terhadap Teori Involusi Pertanian Clifford Geertz): Studi Kasus Pola Eksploitasi Sumberdaya Pesisir dan Laut Masyarakat di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seirbu Utra Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Depok. Pusat Kajian Sosiologi FISIP-Ui Sukamdi, Tantangan Bonus Demografi: Perlunya Respon Terhadap Persoalan Lansia dan Tenaga Kerja. /content/ tantangan-bonus-demografi-perlunya-respon-terhadap-persoalanlansia-dan-tenaga-kerja 151

164 Susetiawan, Prof. Dr Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat : Sebuah KetidaKBerdayaan Para pihak Melawan Kontruksi Neoliberalisme. html Tumakaka, Wahju Pajak adalah keniscayaan negara demokratis. Paparan yang disajikan dalam program pemagangan mahasiswa FISIP Universitas Udayanan di kantor Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Bali. UNDP Human Development Index. Umar, Ahmad Rizky Mardhatillah Gerakan Mahasiswa dan Politik Liberalisasi Pendidikan Pasca-2014http://indoprogress.com/2014 /01/gerakan-mahasiswa-dan-politik-liberalisasi-pendidikan-pasca2014/ Wahyudi. Zaid M Dorong Perempuan Masuk Pasar Kerja agar Bonus Demografi Tercapai. Kompas Wijito, Listiyarko Hubungan Pajak Daerah dengan Tax Ratio. BPPK. Departemen Keuangan. Zulhanafi, et all Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Tingkat Pengangguran di Indonesia. download..portalgaruda.org/article.php? article=100756&val=

165 BAB IV (Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu: menjelaskan mengapa penduduk yang membawar pajak ikut membentuk demokrasi negaranya sesuai azas dan rasio pajak yang berkeadilan. Mahasiswa mampu merefleksikan pembukuan, pencatatan dan tarif pajak sesuai hukum perpajakan yang berlaku dengan berpartisipasi pada Kantor Pajak Pratama dan/akuntan publik dalam 2 hari pemagangan terstruktur). AZAS, HUKUM DAN KETENTUAN PERPAJAKAN Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menghitung, membayar dan melaporkan SPT Tahunan. PAJAK untuk pembangunan Bangsa. PENGANTAR Kutipan di atas tertera pada kertas tanda terima SPT Tahunan setelah kita menyetorkan bukti SPT Tahunan di Kantor Pajak atau unit lain yang ditunjuk. Makna yang tersirat dalam kalimat tersebut bahwa warga negara sebenarnya telah diberikan keleluasaan penuh untuk menghitung, membayar sekaligus melaporkan perkiraan pajak yang dikenakannya secara mandiri. Pertanyaan yang kemudian muncul apakah Negara bisa menjamin kejujuran seratus juta lebih warganya untuk melaporkan pajaknya secara jujur, transparan dan bertanggungjawab? Apakah warga negara kita benarbenar sudah terbuka kesadarannya bahwa pajak bermakna penting bagi penyelenggaraan pembangunan? Bagaimana urgensi pemungutan pajak yang berkeadilan serta bagaimana kemudian menjelaskan munculnya negara yang berada pada posisi bangkrut seperti Yunani akibat perilaku warga sekaligus birokratnya yang bertindak sewenang-wenang atas pajak yang dipungutnya? Akankah suatu saat negara kita bernasib sama dengan kebangkrutan Yunani yang akhirnya menciderai demokrasi yang telah dibangunnya selama ribuan tahun? Pertanyaan pertanyaan di atas akan dijawab dalam pemaparan bab IV ini. Tuntutan dalam pelaksanaan demokrasi substansial adalah terdapatnya partisipasi yang terbuka dan transparan dalam proses politik, 153

166 khususnya dalam pembuatan kebijakan publik. Proses ini memberikan ruang bagi elemen masyarakat untuk menjalankan peran sesuai kapasitas guna melakukan pilihan atas hak politiknya untuk penentuan kehidupannya ke depan. Proses demokrasi yang menyertakan akomodasi atas partisipasi politik secara ideal menjamin teraktualisasinya kesejahteraan warganya. Studi Kahin dan Catatan Hatta menyatakan bahwa regulasi yang jelas dan netral akan mewujudkan wealth of nation (kemakmuran negara) dan pada gilirannya menciptakan social welfare (kesejahteraan sosial). Pada konteks ini, komitmen negara untuk melaksanakan kesejahteraan searah dengan pemberian rasa aman kepada warganya untuk bebas dari segala bentuk ancaman termasuk saat menggunakan hak politik serta kesempatan sama dalam berusaha dengan jaminan hukum yang berjalan konsisten dan tidak pilih kasih. Setiap warga negara dianggap memiliki hak dan kebebasan yang sama. Pada situasi ini, Negara tidak sekedar mewujudkan demokrasi pada konteks prosedural semata, melainkan pada tata kerja demokrasi deliberatif dengan memberikan ruang pemenuhan hak-hak dasar seluruh warga Negara. Robert Dahl mendefinisikan demokrasi prosedural sebagai sikap tanggap pemerintah secara konsisten akan mengakomodasi preference (pilihan) serta keinginan warganya. Imbangan atas demokrasi ini adalah demokrasi deliberatif dimana keinginan / gagasan warga tersebut terekspresikan pada bentuk keikusertaan warga dalam proses pengambilan kebijakan politik atas kepentingan mereka. Pada tataran praktis-instrumentatif proses ini salah satunya teraktualisasikan melalui politik perpajakan. Studi Irianto (2009) memperkuat alasan bahwa politik perpajakan adalah instrumen penting dalam memperkuat pondasi demokrasi modern. Pertama, mengacu pada pendapat Herb yang menegaskan bahwa pajak merupakan elemen bagi berlangsungnya pelembagaan perwakilan formal. Pada konsep pemerintahan awal mula, pajak berkaitan dengan seberapa besar kepentingan warga terakomodasikan pada badan-badan perwakilan politik yang dimilikinya. Pada tataran modern lembaga perwakilan pada berbagai negara lahir dari hasil negosiasi antara Pemerintah dengan pembayar pajak, yang tak lain adalah warganya sendiri. Pada konteks ini Pemerintah memberikan ruang keterwakilan bagi pembayar pajak sebagai imbalan atas pembayaran pajak yang dilakukan warganya. Pajak menjadi instrumen penting untuk memastikan berjalannya elemen dasar demokrasi 154

167 modern, seperti hak memilih sekaligus dipilih sebagai wakil dalam lembaga perwakilan. Kedua, pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan dan bukan sekedar instrumen ekonomi bagi revenue policy atau kebijakan menarik pendapatan semata (Irianto, 2009:9). Adanya aktualisasi pajak pada negara modern, dikemukakan pula oleh Tumakaka (dalam Materi Pemagangan Buku Ajar bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana, 2015) pada alur historis sebagai berikut: Warga Boston membuang kargo berisi teh kapal Inggris ke laut Tahun 1773 Inggris memaksa Amerika sebagai koloninya untuk membeli teh dan membayar pajak Pelabuhan Boston ditutup, DPR akan dipilih oleh Inggris Tahun 1776, 13 negara bagian Amerika menandatangani Declaration of Independence No Taxation Without Representation Sumber: Tumakaka (2015) Disampaikan dalam Materi Pemagangan Mahasiswa Prodi Ilmu Adminsitrasi Negara FISIP Unud Pendapat B. Guy Peters (dalam Irianto, 2009:9) mengungkapkan bahwa pajak merupakan instrumen bagi pemerintah guna melaksanakan pemenuhan fungsi dasarnya guna mencapai tujuan substantif dari kebijakan. Pajak menjadi ruang politik bukan disebabkan terjadinya proses tawarmenawar politik antara negara dengan warganya dalam hal angka saja, melainkan yang jauh lebih penting adalah adanya kebutuhan negara akan pengakuan politik masyarakat terhadap berbagai instrumen pajak yang 155

168 dijalankan negara. Harapan yang diinginkan negara adalah timbulnya kepatuhan sosial sehingga berbagai tujuan substantif lainnya bisa diraih. Irianto (2009) lebih lanjut mencatat pula bahwa kebijakan perpajakan bisa menjadi salah satu cerminan dari demokratis atau tidaknya sebuah Negara. Meskipun bukan satu-satunya faktor yang menentukan, mekanisme pengelolaan pajak di sebuah Negara memberikan kontribusi yang berarti bagi terciptanya mekanisme-mekanisme demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini salah satunya teraktualisasikan pada pengalaman Negara Eropa Barat dengan jargon No Representation Without Taxation yang sangat mengakar dalam kesadaran Negara penganut demokrasi liberal dan menunjukkan sedemikian penting peranan pajak dalam proses kelahiran dan penguatan lembaga-lembaga perwakilan yang tidak lain merupakan pilar utama dari demokrasi ASAS DAN RASIO PAJAK Dalam Negara demokrasi, asas dan rasio pajak diupayakan akuntabel dalam arti dapat dipertanggung-jawabkan kepada penduduknya. Transparansi dalam penguatan perpajakan menunjukkan arah demokrasi yang sebenarnya Asas Pajak Pemungutan pajak oleh Negara dalam kerangka penguatan demokrasi harus dilaksanakan sejalan dengan asas-asas yang disepakati bersama dalam kerangka regulasi negara. Hal ini mengingat hakikat pemungutan pajak adalah pengaturan kehidupan masyarakat secara adil termasuk mengakomodasikan keseimbangan antara kepentingan yang dilindungi sehingga setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya masing-masing sebagaimana mestinya. Sutedi (2013:22) mencatat terdapat beberapa dasar atau asas pemungutan pajak. 1. Asas Sumber; Pada asas ini tata cara pemungutan pajak bergantung pada sumber penghasilan suatu negara. Apabila terdapat sumber penghasilan pada negara tertentu, maka Pemerintah berhak memungut pajak tanpa melihat domisili wajib pajak bersangkutan. Pemerintah mengenakan pajak pada penghasilan 156

169 yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan apabila penghasilan yang dikenakan pajak tersebut diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan bersangkutan dengan sumber-sumber yang berada di Negara tersebut. Asas ini tidak mempersoalkan siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut, sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari Negara itu. Contoh dari asas ini adalah tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia, maka penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh Pemerintah Indonesia. 2. Asas Domisili; Pada asas ini Negara mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk (resident) atau berdomisili di Negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di Negara itu. Untuk itulah asas ini disebut pula asas kependudukan (domicile/residence principle). Asas ini tidak mempersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduknya, akan menggabungkan asas domisili penduduk dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di Negara itu, maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri (world-wide income concept). Intinya, Negara di mana wajib pajak itu bertempat tinggal, maka Negara tersebut yang berhak mengenakan pajak atas segala penghasilan yang diperoleh dari manapun sumbernya. 3. Asas Nasional; Pada asas ini pengenaan pajak didasarkan pada status kewarnegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Asas ini tidak mempersoalkan asal penghasilan dan seperti asas domisili, sistem pengenaan pajaknya berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world wide income. Berdasarkan hal ini maka asas nasional disebut pula sebagai asas kewarganegaraan (nationality/citizenship principle). Asas nasional menganut cara pemungutan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan dari suatu Negara. Terdapat perbedaan prinsipil antara asas domisili (kependudukan) dengan asas nasionalitas (kewarganegaraan) di satu pihak, dengan asas sumber di pihak lainnya. Pertama, pada kedua 157

170 asas tersebut kriteria landasan kewenangan Negara mengenakan pajak adalah status subjek yang dikenakan pajak. Pada konteks ini apakah subyek bersangkutan berstatus penduduk atau berdomisili (dalam asas domisili) atau berstatus sebagai warga Negara (dalam asas nasionalitas). Pada asas ini pula, asal-muasal penghasilan yang menjadi objek pajak tidak dianggap penting. Sedangkan pada asas sumber, landasan pemungutannya adalah status objek pajak, apakah objek yang akan dikenakan pajak bersumber dari Negara bersangkutan atau tidak. Status orang atau badan yang memperoleh atau menerima penghasilan tidak begitu penting. Kedua, pada kedua asas tersebut pajak yang akan dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh dimana saja (world wide income). Sedangkan pada asas sumber, pungutan dilakukan pada penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pada Negara bersangkutan. Biasanya, kebanyakan Negara tidak hanya mengadopsi salah satu asas saja, melainkan mengadopsi lebih satu asas atau gabungan diantara ketiganya. Untuk konteks Indonesia, berdasarkan regulasi perpajakan yang ada, sistem perpajakannya menganut dua asas sekaligus yaitu asas domisili dan asas sumber. Pada konteks ini, Indonesia juga menganut asas kewarganegaraan parsial, khususnya dalam ketentuan yang mengatur pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi. Pengalaman Negara lain seperti di Jepang, individu yang merupakan penduduk (resident individual) menggunakan asas domisili, di mana berdasarkan asas ini seorang penduduk Jepang berkewajiban membayar pajak penghasilan atas keseluruhan penghasilan yang diperolehnya, baik yang diperoleh di Jepang maupun di luar Jepang. Sedangkan bagi bukan penduduk (non resident) Jepang serta badan-badan usaha luar negeri berkewajiban membayar pajak penghasilan atas setiap penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber di Jepang. Di Australia, semua badan usaha milik Negara maupun swasta yang berkedudukan di Australia, dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperoleh dari seluruh sumber penghasilan. Sementara itu, untuk badan usaha luar negeri hanya dikenakan pajak atas penghasilan dari sumber yang ada di Australia (Sutedi, 2013:24). 4. Asas Yuridis Asas ini mempertegas bahwa pemungutan pajak harus didasarkan pada adanya jaminan hukum atau undang-undang sehingga keadilan bisa ditegakkan. Asas ini merujuk pada Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 158

171 1945 yang menyatakan bahwa segala pajak untuk kegunaaan kas Negara berdasarkan undang-undang. Pada penjelasan atas ayat ini ditegaskan mengenai hakikat pajak yang berasal dari uang rakyat sehingga pungutannya harus dapat dipertanggungjawabkan. betapa caranya rakyat, sebagai bangsa akan hidup dan dari mana didapatnya belanja untuk hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan Dewan Perwakilan Rakyat. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnya. Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menetapkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lain, harus ditetapkan dengan undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian halnya dengan yang sudah menjadi kelaziman (karena keharusan) di Negara Hukum. Pada konteks ini, Negara dalam merumuskan kebijakan mengenai pajak tidak boleh melupakan hal-hal umum. Pertama, para perumus kebijakan khususnya pajak, harus bisa menjamin kelancaran pungutannya. Termasuk antisipasi atas perilaku wajib pajak yang bertindak legal maupun tidak, seperti perilaku penghindaran atas pengenaan pajak sehingga sebagai antisipasinya perlu diadakan penyempurnaan atas peraturan undang-undang, lengkap dengan sanksinya. Kedua, wajib pajak juga harus mendapatkan jaminan hukum agar ia tidak diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh aparatur pemungutnya. Pengaturan dalam regulasi tentang pajak tidak hanya penegasan dari sisi kewajiban, melainkan juga hak wajib pajak, seperti pada tingkat pertama pengajuan keberatan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam upaya penatapan pajaknya, termasuk hak wajib pajak mengajukan banding ke pengadilan pajak apabila keberatan atas penetapan pajaknya tertolak. Ketiga, terdapat jaminan tersimpannya rahasia-rahasia mengenai diri atau perusahaan-perusahaan wajib pajak yang disampaikan kepada instansi pemungut pajak dan tidak boleh disalahgunakan oleh para pejabat pemungutnya. Terjaganya kerahasiaan ini akan meningkatkan kepercayaan rakyat, terkecuali pemberian informasi tentang data untuk kepentingan saksi dalam peradilan. Seperti di Australia, pihak yang memiliki wewenang untuk mengadakan pemeriksaan sampai pada berkas-berkas individual wajib pajak di kantor-kantor Inspeksi Pajak adalah Auditor General (Badan Pemeriksa Keuangan). 159

172 Pada pembuatan regulasi perpajakan harus berdasarkan pada prinsip keadilan. Pada konteks ini terkadang seringkali terlewatkan hal-hal penting yang akhirnya berujung pada tindakan yang kurang adil. Misalnya pada ordonansi Pajak Pendapatan tidak diatur tentang kelonggaran-kelonggaran yang diberikan kepada wajib pajak karena beban-beban istimewa. Orang yang berpenghasilan bersih sejuta rupiah setahunnya dan karena menderita suatu penyakit, sehingga setiap bulannya harus mengeluarkan ongkos dokter dan obat-obatan, tetapi tidak mendapat potongan untuk perhitungan pajaknya (Sutedi, 2013). Hal berbeda berlaku di Nederland, bahwa beban biaya ini terintegrasi dalam buitengenewone lasten yang tercantum dalam Besluit Inkomstenbelasting 1941 Pasal 51 ayat (1) dan (2) sub Asas Ekonomi; Pada asas ini ditekankan agar pemungutan pajak jangan sampai menghalangi produksi dan perekonomian rakyat. Pajak selain mempunyai fungsi budgeter juga pengaturan politik perekonomian. Pada politik pemungutan pajaknya diusahakan agar jangan sampai menghambat lancarnya produksi dan perdagangan; serta diusahakan supaya tidak menghalangi rakyat dalam usahanya menuju kebahagiaan dan tidak merugikan kepentingan umum. 6. Asas Keuangan; Asas ini menekankan supaya pengeluaran-pengeluaran untuk memungut pajak harus lebih rendah dari jumlah pajak yang dipungut. Sesuai dengan fungsi budgeter, maka biaya pengenaan dan pemungutan pajak harus diusahakan sekecil-kecilnya dibandingkan dengan pendapatannya, terlebih pada perbandingan pendapatannya. Hasil ini yang selanjutnya digunakan sebagai sumbangan untuk menutup pengeluaran Negara, termasuk biayabiaya dalam upaya pemungutan pajaknya sendiri. Untuk menghindarkan tertimbunnya tunggakan-tunggakan pajak, harus selalu diteliti, apakah syarat-syarat penting telah dipenuhi untuk dapat memungut pajak dengan efektif. Syarat ini antara lain adalah pengenaan pajak harus dilakukan pada saat yang terbaik bagi yang harus membayarnya, yaitu harus sedekat-dekatnya saat terjadinya perbuatan, peristiwa ataupun keadaan yang menjadi dasar pengenaan pajak itu, sehingga sangat mudah dibayar oleh orang-orang bersangkutan. Sesuai pula dengan asas financial, bahwa bilamana pembuat undangundang (pajak) ingin menghapuskan satu macam pajak, ia menilik terlebih 160

173 dahulu, bagaimana keadaan keuangan Negara. Bilamana anggaran belanja itu mengizinkan, maka ini akan mendapat gelar bijaksana jika pajak tadi dipertahankan dulu untuk sementara waktu. Dalam asas finansial sesuai dengan fungsi budgeter, maka biaya pemungutan pajak harus seminimal mungkin dan hasil pemungutan pajak hendaknya cukup untuk menutupi pengeluaran Negara. Harus pula diperhatikan saat pengenaan pajak hendaknya sedekat mungkin dengan terjadinya perbuatan, peristiwa dan keadaan yang menjadi dasar pengenaan pajak Rasio Pajak Beberapa asas pemungutan pajak yang terjabarkan di atas tentunya akan memperlihatkan kemampuan Negara dalam mengupayakan pemungutan pajak. Ukuran untuk menilai kemampuan pemerintah dalam memungut pajak inilah yang disebut dengan rasio pajak. Pada konteks ini, rasio pajak yang bisa kita cermati adalah Indonesia. Menurut Studi Welfare Initiative for Better Societes Policy Review (2012) mencatat bahwa pajak merupakan sumber penerimaan terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun 2012, misalnya, proyeksi penerimaan pajak berkontribusi sebesar Rp triliun atau hampir empatperlima penerimaan negara. Meski terlihat besar, penerimaan tersebut sebenarnya masih rendah ditinjau dari nilai rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada umumnya, negara yang lebih maju memiliki rasio pajak lebih tinggi. Rasio pajak Indonesia masih berkisar 12% terhadap PDB. Rasio ini termasuk dalam kategori rendah, apabila dibandingkan dengan negaranegara setara. Indonesia saat ini termasuk dalam kategori negara pendapatan menengah bawah (lower middle income) dan rata-rata rasio pajak pada negara dalam kategori ini adalah sebesar 19%. Kapasitas penggalian pajak di Indonesia bahkan masih lebih buruk dibandingkan rata-rata rasio pajak negara miskin (low income) yang mencapai 14,3%. Hal ini seperti terjabar dalam grafik sebagai berikut: 161

174 Sumber : IMF, 0 dan APBN, 0 Keterangan : Indonesia termasuk kategori negara pendapatan menengah-bawah, namun rasio pajaknya lebih rendah dari rasio pajak rata-rata negara miskin Sumber: Prakarsa, Policy Review (2012) Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebenarnya rasio penerimaan pajak Indonesia lebih rendah dari rata-rata negara miskin. Hal ini mengindikasikan adanya persoalan mendasar dalam kapasitas pemungutan pajak. Hanya saja apabila kondisi ini ditinjau dari sudut pandang positif, ragam persoalan tersebut bisa dibenahi karena potensi penerimaan pajak di Indonesia sangatlah tinggi. Faktanya, dalam setiap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Indonesia senantiasa kehilangan potensi pajaknya. Pada APBN 2012, misalnya, penerimaan pajak di Indonesia diproyeksikan mencapai Rp. 1,033 triliun. Berdasarkan kategori negara yang berpendapatan menengah, jumlah ini mengindikasikan bahwa Indonesia kehilangan potensi pajak sekitar Rp. 512 triliun atau hampir 50%. Perkiraan 162

175 konservatif International Monetary Fund (IMF), potensi pajak yang hilang juga lebih dari 40%. Keliat(2014:110)mencatatbahwaketidakmampuannegaramemungut pajak yang lebih besar daripada yang seharusnya akhirnya membawa posisi Indonesia untuk memilih jalan utang sebagai satu-satunya untuk membiayai pembelanjaan negara. Kebijakan utang yang ditradisikan sebagai pilihan akhirnya harus mengalahkan atau meninggalkan pilihan yang sebenarnya harus dijalankan yaitu meningkatkan penerimaan pajak. Apabila pada satu tahun anggaran jumlah utangnya maka utang tersebut hampir selalu lebih besar dari cicilan hutang. Pada suatu tahun anggaran misalnya kalkulasi akumulasi utang mencapai 132,633 miliar dollar AS. Hal ini berarti menyiratkan bahwa setiap penduduk Indonesia menanggung utang Rp. 10 juta rupiah. Akumulasi utang dan pendapatan rendah akan membawa Indonesia terjebak dalam perangkap utang atau debt trap (Keliat, 2014:11). Rasio penerimaan pajak di Indonesia kondisinya bahkan lebih rendah dari rata-rata penerimaan pajak negara miskin. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa terdapat masalah mendasar dalam kapasitas pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara KEADILAN, PEMBUKUAN DAN CARA PEMUNGUTAN PAJAK Pada proses pemungutan pajak, Negara mengedepankan asas-asas pemungutan pajak terutama prinsip keadilan. Prinsip keadilan menjadi sangat penting di saat ketimpangan ekonomi masih resisten mendominasi kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia. Mengenai prinsip keadilan ini beberapa ahli mengemukakan beberapa definisi, antara lain Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations (Sari, 2013). Pada buku ini, Smith mengemukakan ajarannya yang terkenal The Four Maxims. Terdapat beberapa hal penting dalam pemungutan pajak. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan) artinya pada setiap pemungutan pajak negara harus melihat kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Pada konteks ini negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak; Asas Certainty (asas kepastian hukum) artinya pungutan pajak harus berdasarkan regulasi yang berlaku, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum; 163

176 Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan artinya pemungutan pajak harus dilakukan pada saat yang tepat / baik bagi wajib pajak misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis) artinya segala bentuk pembiayaan pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak. Pendapat lain dikemukakan W.J. Langen (dalam Sari, 2013) yang menekankan beberapa asas dalam pemungutan pajak, seperti: Asas daya pikul artinya besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan; Asas manfaat artinya pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum. Asas kesejahteraan artinya pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; Asas kesamaan artinya dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama); Asas beban yang sekecil-kecilnya artinya pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandinglan sengan nilai obyek pajak. Sehingga tidak memberatkan para wajib pajak. Sedangkan tokoh lainnya, Adolf Wagner (dalam Sari, 2013) mengemukakan asas pemungutan pajak antara lain: 164 Asas politik finalsial yaitu pajak yang dipungut negara jumlahnya harus memadai sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara; Asas ekonomi yaitu penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya pajak pendapatan, serta pajak untuk barang-barang mewah;

177 Asas keadilan yaitu pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula; Asas administrasi yaitu menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya pajak; Asas yuridis yaitu pungutan pajak harus berdasarkan UndangUndang. Jelas kiranya dari definisi yang dikemukakan para ahli sebagian besar menyatakan bahwa asas pemungutan pajak harus memperhatikan dan menekankan aspek keadilan. Pada konteks ini, pengenaan pajak harus sebanding dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Equality pembagian beban pajak di antara masing-masing subjek pajak hendaknya dilakukan seimbang dengan kemampuannya yaitu seimbang dengan penghasilan yang diterima oleh setiap subjek pajak. Terdapat kajian kasus menarik mengenai Negara Yunani. Kajian ini memperlihatkan mengenai pengingkaran atas prinsip-prinsip pemungutan pajak yang disebutkan di atas dimana berujung pada situasi krisis ekonomi (disarikan dari berbagai sumber Senin, 17 Desember 2012 dan diplomatmudahiuinsyarifhidayatullah.blogspot.com). 165

178 Yunani dan Krisis Keuangan Negara Yunani semenjak awal tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang parah. Krisis ini berimbas pada kondisi ekonomi Yunani yang benar-benar lumpuh. Munculnya berbagai aksi demo dan mogok massal yang dilakukan ratusan ribu pekerja dan pegawai pemerintah telah mengakibatkan berbagai sektor di Yunani lumpuh total. Puncaknya aksi demo dan mogok masal ini menelan 3 koban jiwa yang tebunuh akibat ledakan dan kebakaran yang terjadi di Bank Marfin Athena Aksi yang dilakukan masyarakat Yunani ini merupakan bentuk perlawanan terhadap keputusan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan sinering terhadap gaji pegawai negeri, menaikkan beberapa jenis pajak, menunda dana pensiun, dan memangkas anggaran militer sebagai upaya meningkatkan cadangan devisa negaranya. Untuk mengurangi dampak krisis ini, Yunani melakukan reformasi pemungutan pajak dan sekaligus menindak kecurangan pajak. Hal ini mengingat sebelumnya banyak pajak yang dikemplang oleh oknum pegawai pajak melakukan pemilik usaha. Pendapatan yang hilang dari sektor pajak bisa mencapai lima persen dari output nasional negara Yunani. 166

179 Perekonomian Yunani yang tidak terpantau sistem pajak berjumlah lebih dari seperempat dari output tahunan pada tahun 2011 dan kondisi ini merupakan level tertinggi di kalangan anggota Uni Eropa. Di Yunani sudah dianggap lumrah bagi para pelaku usaha kecil melaporkan penjualan yang lebih rendah dari sebenarnya sehingga membayar pajak pertambahan nilai yang lebih rendah dari seharusnya. Para wirausaha seperti tukang ledeng dan tukang listrik memilih dibayar secara tunai biasanya tidak disertai dengan pembuatan tanda terima. Akibatnya sebesar 53 miliar euro pajak yang jatuh tempo kepada negara Yunani, 15 hingga 20 persen seharusnya bisa dipungut, namun menjadi nihil ketika perilaku korupsi merajalela. Pada upaya mereduksi dampak resiko krisis, sistem pajak Yunani akhirnya dirombak dengan peraturan yang lebih ringkas dan mudah. Peraturan baru mencabut sejumlah pengecualian pajak dan menaikkan pajak properti, korporat dan rumah tangga yang berpendapatan di atas ratarata. Pemerintah juga memungut pajak atas pendapatan modal dari harga saham yang diperdagangan di bursa Athena. Langkah-langkah ini diharapkan bakal menambah pemasukan negara Yunani dari sektor pajak sekitar 2,5 miliar euro selama Menggenjot pendapatan dari sektor pajak perlu bagi Yunani untuk mengatasi krisis utang. Belajar dari kasus di atas tentunya terdapat tiga penyebab krisis ekonomi di Yunani (Tumakaka, Disampaikan dalam Materi Pemagangan Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Politik FISIP Unud 2015:Mei). Pertama, yaitu korupsi berupa maraknya fakeleki (amplop kecil) untuk suap. Kedua, naiknya hutang dengan besarnya utang 160% PDB. Ketiga, adanya defisit neraca perdagangan, dimana nilai impor yang melampaui nilai ekspor. Hal ini memengaruhi angka pertumbuhan ekonomi di Yunani sempat terpuruk sebagai berikut: 167

180 Gambar 4.2. Hutang Negara Yunani Sumber: Tumakaka (2015) Disampaikan dalam Materi Pemagangan Mahasiswa Prodi Ilmu Adminsitrasi Negara FISIP Unud Kegagalan sistem perpajakan di Yunani mengakibatkan adanya penurunan Tax Ratio sebesar 2.8% dari Kontribusi pajak akhirnya hanya dipikul sebagian kecil masyarakat. Penyebab lain adalah terdapatnya besaran tax evasion sebesar 30% total penerimaan. Pada kondisi ini kontribusi pajak turun dan utang terus meningkat. Potensi Pajak banyak yang hilang sebesar 33% sehingga aktifitas ekonomi lebih banyak dikuasai pedagang black market yg tidak membayar pajak. Legarde list menyatakan bahwa rekening jumbo terparkir di Bank Swiss. Kondisi terakhir yang terjadi di negara Yunani hingga kini untuk memulihkan perekonomiannya, negara ini melakukan beberapa langkah. Langkahnya antara lain pemotongan gaji pegawai dan pensiunan, pengurangan subsidi rakyat, serta langkah lainnya dalam mengatasi pengangguran. 168

181 Refleksi Awal Lumpuhnya kehidupan ekonomi di Yunani akibat tidak bisa membayar hutang kepada IMF yang sudah jatuh tempo pada akhirnya menyertakan sedikit imbas bagi Indonesia (Metrotvnews. com 10 Juli 2015). Awalnya tercatat oleh beberapa pengamat, meski Indonesia dan Yunani memiliki kerjasama namun tidak banyak nilai ekspornya USD200 juta atau Rp. 2,6 triliun dan sebagian besar adalah kelapa sawit dan pertanian. Begitu pula sekitar 1000 warga negara Indonesia yang sebagian besar bekerja di sektor informal kehilangan pekerjaannya akibat krisis ini. Negara terdampak justru di negaranegara Uni Eropa (UE). Terdapat tawaran dana talangan dari kreditor Internasional pemerintahan zona mata uang euro yang dipimpin Jerman sebesar US 95 miliar dollar Amerika. Hanya saja tuntutannya Perdana Menteri Alexis Tsipras harus melakukan paket pengetatan menyeluruh dengan menyerahkan sebagian kewenangannya kepada pengawasan pihak asing. Kewajiban Tsipiras adalah mengakhiri pengetatan ekonomi, mengesahkan legislasi terkait pemotongan dana pensiun, penaikan pajak pertambahan nilai dan kebijakan penjualan aset sektor publik senilai 50 miliar euro dibawah pengawasan kreditur asing (Bisnis. com, 15 Juli 2015). Hal inilah yang memaksa PM Yunani mengadakan referendum ke masyarakat. Hasilnya 38,69% warga menerima bantuan asing dan 61,31% menolak bantuan asing. Hasil referendum ini tentu membuat kaget seluruh menteri zona euro dan segera menimbang ulang persyaratannya. Di sisi lain para penentang kebijakan penghematan yang datang dari petinggi partai politik menyanjung langkah dari hasil referendum ini sebagai kemajuan demokrasi bagi Yunani (Kompas. com 6 Juli 2015). Refleksi bagi kita tentunya teladan di Balik krisis Yunani ini adalah adanya penghargaan Negara (baca: pemerintah) atas kedaulatan rakyat. Negara sangat mengakui bahwa rakyat adalah pihak yang tak boleh diabaikan dalam penentuan kebijakan meski harus langkah cepat dan tepat untuk keluar dari situasi krisis. Pengalaman rejim 169

182 Orde Baru maupun pemimpin negara sesudahnya yang terkesan sepihak dalam menerima bantuan keuangan dari kreditur lembaga (negara) asing / internasional tanpa menimbangkan secara matang akibat atau konsekuensinya adalah pelajaran berharga betapa kearifan dalam pengambilan kebijakan terkait penerimaan bantuan asing perlu menjadi perhatian. Akibatnya tercatat banyak kasus besar ekonomi terjadi di negara kita seperti Krisis Ekonomi Tahun serta kasus-kasus yang menyeret oknum mantan menteri kita di meja pengadilan akibat terjerat kasus tindak korupsi di dalamnya. Pada kasus ini Yunani telah memberikan teladan betapa Pemerintah masih memberikan ruang bagi warganya untuk menentukan sikapnya secara langsung sebagai imbalan atas kesetiaan warganya dalam membayar pajak. Warga yang telah membayar pajak tidak sekedar dipandang sebagai obyek atas instrumen revenue policy atau kebijakan menarik pendapatan semata, melainkan dilibatkan pula dalam penentuan kebijakan strategis bagi negaranya PEMBUKUAN DAN PENCATATAN PAJAK Mengaca dari pengalaman negara Yunani di atas maka dalam menjamin berjalannya asas keadilan dalam pemungutan pajak tentunya sangat dibutuhkan adanya pencatatan atau pembukuan perpajakan secara benar dan terarah. Pembayaran pajak merupakan kewajiban masyarakat kepada negara yang harus dipatuhi. Di sisi lain, negara harus memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayar (Burton, 2014:29). Pemberian kepercayaan ini salah satunya tertuang dalam aktifitas pembukuan pajak. Pembukuan pajak digunakan sebagai dasar penghitungan pajak terutang pada suatu tahun pajak. Pada upaya ini dibutuhkan adanya informasi yang benar dan lengkap mengenai penghasilan wajib pajak guna pengenaan pajak yang adil dan wajar senilai dengan kemampuan ekonomi masing-masing wajib pajak. Untuk dapat menyajikan informasi tersebut, maka diperlukan adanya aktifitas pembukuan pajak yang mana pada proses pembukuan ini wajib pajak dapat mengetahui sendiri berapa besanya pajak terutang yang harus dilaporkan dan disetorkan. 170

183 Secara harafiah, pembukuan memiliki arti proses pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keadaan harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba rugi pada setiap periode tahun pajak tersebut (Sari, 2013:222). Pencatatan pajak memiliki arti pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan yang bukan obyek pajak dan atau yang dikenai pajak yang bersifat final. Aktifitas pembukuan pajak wajib diselenggarakan oleh wajib pajak (WP) badan serta Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto kurang dari Rp ,00 setahun. Pada aktifitas pembukuan pajak diawali dengan pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan atau penerimaan penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang. Pencatatan dapat dilakukan oleh WP Orang Pribadi yang diperkenankan norma perhitungan penghasilan neto, yaitu WP Orang Pribadi yang peredaran brutonya di bawah Rp ,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam setahun (Sari, 2013:222). Terdapat beberapa syarat penyelenggaraan pembukuan (Sari,2013:223). Pertama, diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam Bahasa Indonesia. Kedua, pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis. Ketiga, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara progam aplikasi online wajib pajak, harus disimpan selama 10 tahun di tempat tinggal wajib pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Keempat, pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. Kelima, pembukuan sekurangkurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan secara teratur tentang catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan 171

184 biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Keenam, bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan atau tempat usaha, pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan atau tempat usaha yang bersangkutan. Ketujuh, selain menyelenggarakan pencatatan di atas, Wajib Pajak Orang Pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban. Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Tujuan penyelenggaraan pembukuan dan pencatatan antara lain untuk mempermudah pengisian SPT, perhitungan penghasilan kena pajak, penghitungan PPN dan PPN, serta mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara progam aplikasi online wajib pajak, harus disimpan selama sepuluh tahun di Indonesia dengan ketentuan wajib pajak adalah orang pribadi, di tempat kegiatan atau tempat tinggal serta wajib pajak badan dengan tempat kedudukannya yang jelas (Sari, 2013:224). Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. Perubahan tahun buku dan perubahan metode pembukuan harus mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak. Wajib pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah adalah wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing; wajib pajak dalam rangka kontrak karya; wajib pajak dalam rangka kontrak bagi hasil; bentuk usaha tetap, serta wajib pajak yang berafiliasi dengan perusahaan induk di luar negeri. Pembukuan yang diselenggarakan oleh wajib pajak bersifat rahasia. Pada saat dilakukan pemeriksaan oleh pihak pemeriksa pajak, maka kerahasiaan untuk merahasiakan pembukuan itu ditiadakan atau gugur. Dalam hal tata cara pemungutan pajak pada warganya, dalam pemungutannya negara harus berpegang pada beberapa karateristik pemungutan. Beberapa karakteristik tersebut antara lain (Sari, 2013:76): 1. Stelsel nyata atau riil, yaitu pengenaan pajak didasarkan pada objek penghasilan nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya 172

185 diketahui. Kelebihan model ini pajak dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahannya pajak baru dikenakan pada akhir periode; 2. Stelsel anggapan, yaitu pengenaan pajak didasarkan pada anggapan yang diatur undang-undang. Kelebihan model ini pajak dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu sampai akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak dibayarkan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya; 3. Stelsel campuran yaitu pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun pembayaran didasarkan dan disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Negara juga memiliki sistem pemungutan pajak tertentu. Negara pada kondisi ini menjalankan beragam metoda bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas negara (Sari, 2013:78). Pertama, official assesment system yaitu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah/fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada pemungut; wajib pajak bersifat pasif; serta utang pajak yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh pemungut. Kedua, self assesment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang pada wajib pajak untuk menentukan sendiri besaran pajak yang terutang. Cirinya wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada wajib pajak sendiri, dari proses penghitungan, setor dan pelaporan pajak yang terutang. Pada posisi ini fiskus hanya mengawasi dan tidak campur tangan. Ketiga, with holding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga, bukan foskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untung menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga TARIF PAJAK Tarif merupakan area sensitif karena didalam pengenaannya mencerminkan aspek keadilan. Seseorang akan melaksanakan atau menjalankan kesukarelaan membayar pajak jika lingkungannya menjamin keadilan. Ukuran keadilan ini menjadi ukuran pribadi sehingga sifatnya sangat relatif atau subyektif (Sari, 2013:46). Mardiasmo (2011:312) 173

186 mengemukakan pula bahwa tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Dasar pengenaan pajak merupakan nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang pajak merupakan salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak. Penentuan besarnya suatu tarif adalah hal yang krusial dimana kesalahan persepsi dalam penentuannya dapat merugikan berbagai pihak termasuk Negara. Terdapat beberapa jenis pemungutan pajak (Sari, 2013:46). Tarif progresif (progressive tax rate) merupakan tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar atau meningkat apabila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. PEnerapan tariff progresif untuk menghitung pajak terutang dilakukan dengan menerapkan lapisan pajak. Dasar tariff progresif adalah sewajarnya artinya seseorang membayar pajak sesuai dengan kemampuannya. Contoh: Kategorisasi Pajak sesuai Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun Beberapa kategorinya antara lain: Pendapatan Rp. 0 Rp ,Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Pengenaan Tarif Tarif 5 % Tarif 15% Tarif 25% Di atas Rp ,00 Tarif 30% Tarif degresif (degressive tax rate) merupakan kebalikan dari tarif progresif. Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Namun, tidak berarti jika persentasenya semakin kecil kemudian jumlah pajak yang terutang juga menjadi kecil. Angka ini bisa menjadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin besar. Misalnya, terlihat pada tabel ini dibawah: 174

187 Pajak yang Terhutang Rp ,Rp ,Rp ,Rp ,- Pengenaan Prosentase 15% 13% 11% 10% Jumlah Terhitung Rp ,Rp ,Rp ,Rp ,- Jadi menurut pengenaan tarif degresif besaran jumlah pajak yang terutang adalah sebesar Rp Tarif proporsional (proportional tax rate) atau tarif sebanding. Pengenaan tarif tidak lagi dipengaruhi oleh naik turunnya dasar objek yang dikenakan pajak, karena tarifnya telah berlaku secara sebanding. Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak terutang (yang harus dibayar). Tarif ini diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 mengenai Tarif PPN dan PPnBM dengan pengenaan tarif proporsional sebesar 10%. Misalnya terdapat pajak yang terutang sebagai berikut: Pajak yang Terhutang Rp ,Rp ,Rp ,Rp ,- Pengenaan Prosentase 10% 10% 10% 10% Jumlah Terhitung Rp ,Rp ,Rp ,Rp ,- Tarif tetap (fixed tax rate) adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Pengenaan atas tarif ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM). Dengan adanya PP No. 24 Tahun 2000, tarif yang digunakan adalah Bea Meterai dengan nilai nominal sebesar Rp.3.000,00 dan Rp.6.000,00. Hal yang digarisbawahi disini adalah bahwa partisipasi perpajakan sangat ditentukan oleh kepemilikan warga. Tidak semua warga diberi beban berpartisipasi yang sama dalam pembayaran pajak. Pada konteks ini, pajak dipandang sebagai sarana untuk membatasi yang kuat dan melindungi yang lemah sekaligus penyeimbang antara kelompok masyarakat kaya dengan kelompok masyarakat miskin menjadi titik tekan dalam soal partisipasi perpajakan rakyat. Pada pengertian ini, pajak hanya dibebankan kepada 175

188 kalangan yang memiliki sumber penghasilan, sumber kekayaan dan harta benda yang diwajibkan oleh aturan perundang-undangan negara. Pada penjelasan ini Tumakaka (2015 dalam Materi Pemagangan Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Politik FISIP Unud) menggambarkannya sebagai berikut: APBN/APBD Legislatif Eksekutif Dewan Perwakilan Rakyat Partisipasi Finansial Presiden/Gubernur/Bupati Partisipasi Publik Partisipasi Publik Kebutuhan Publik Publik Sumber: Tumakaka (2015) disampaikan dalam Materi Pemagangan Mahasiswa Prodi Ilmu Adminsitrasi Negara dan Program Studi Ilmu Politik FISIP Unud Partisipasi warga dalam membayar pajak merupakan aktualisasi pengakuan mereka atas kekuasaan yang terpilih dari proses demokrasi. Pada alur ini, warga membayar pajak sebagai bentuk partisipasi finansial. Pajak inilah yang kemudian pengalokasiannya diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) di level Pemerintah Pusat maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di level Pemerintah Daerah. Proses penyusunan hingga penetapan APBD ini melibatkan peran Presiden dan DPR sebagai Pemerintah Pusat; serta Gubernur, Bupati atau Walikota dan DPRD sebagai Pemerintah Daerah. Alokasi penerimaan APBN atau APBD inilah yang salah satunya berasal dari pajak warga kemudian diperuntukkan sebagai belanja daerah. Komponen belanja ini 176

189 yang kemudian diperuntukkan bagi pendanaan atas program-program kesejahteraan masyarakat. Aktualisasi atas komponen belanja ini seperti terjabar dalam program-program populis Kartu Indonesia Sehat atau Kartu Indonesia Pintar yang digencarkan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Segenap komponen belanja atas pelaksanaan program di bidang pendidikan dan bidang kesehatan ini bersumber dari pendanaan APBN. Pada contoh kasus program yang bersumber dari pendanaan APBD, seperti pada program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), Bedah Rumah, Simantri, dan program lain yang dijalankan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Pada pelaksanaan program ini warga sebenarnya tetap bisa memiliki akses partisipasi untuk mengontrol pelaksanaannya. Tidak hanya memilih wakil-wakilnya sebagai representasi kepentingan di lembaga dewan, warga juga masih bisa mengontrol pelaksanaan atas programprogram yang dijalankan Pemerintah melalui saluran-saluran publik seperti media massa, media sosial, hingga penyampaian petisi ke lembaga dewan. Substansi atas akses partisipasi publik ini merupakan tuntutan warga agar bisa tetap mengontrol pajak yang telah dibayarkannya terhadap pelaksanaan program-program pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah agar benar-benar berkomitmen pada kebutuhan publik. Refleksi Diri Pada akhir 2014 negara berhasil mengembalikan uang negara Rp. 2,6 Triliun dari berbagai kasus penyimpangan pajak di level Pusat maupun Daerah. PengemBalian itu berbentuk uang tunai maupun sejumlah aset berdasarkan pengusutan kasus yang dilakukan selama tiga tahun terakhir. Hasil kerja Tim Instruksi Presiden yang dibentuk saat maraknya kasus penyimpangan pajak, termasuk kasus Gayus Tambunan. Uang ini masih terus nertambah sering dengan masuk berjalannya banyak proses hukum di sejumlah perkara. Tim ini bekerja dibawah Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengedalian Pembangunan (UKP4). Misalnya, untuk kasus Gayus Tambunan secara khusus negara berhasil menyita Rp. 74 miliar, 31 batang logam mulia gram, satu rumah, satu apartemen dan dua mobil. 177

190 Mantan Wakil Presiden Budiono saat itu menyatakan atas koordinasi dari berbagai instansi pada tingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah selama kurun tahun sebanyak pegawai dan staf dari berbagai instansi telah mendapat sanksi dari paling ringan hingga diproses pidana karena terlibat penyimpangan pajak, baik Pajak Pusat maupun Pajak Daerah (beritasatu.com tanggal 14 Oktober 2014). Pada sisi yang sama, untuk mensiasati peningkatan Pajak Daerah yang transparan dan bebas dari praktek korupsi maupun kolusi, beberapa daerah di Indonesia melakukan terobosan, salah satunya DKI Jakarta dengan menerapkan sistem Pajak Online. Pajak Online ini diterapkan pada pajak hiburan, pajak hotel, pajak restoran dan pajak parkir. Untuk mencapai target pendapatan pajak daerah ini, Gubernur Basuki Tjahaya Purnama menerpakan enam langkah. Pertama, memberlakukan peraturan tentang standarisasi alat transaksi elektronik. Kedua, mewajibkan wajib pajak untuk menggunakan alat transaksi elektronik termasuk pelaporannya. Ketiga, melakukan audit sistem informasi wajib pajak. Keempat, menggunakan fiber optic untuk mengganti wireless network. Kelima, melakukan standarisasi sistem informasi bagi wajib pajak. Keenam, melakukan pembangunan sistem aplikasi sesuai spesifikasi mesin cash register. Melalui langkah ini, Pemerintah DKI Jakarta akan menarrgetkan penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp. 45,32 triliun dengan wajib pajak dalam setahun (beritasatu.com tanggal 20 Januari 2015) KOREKSI PAJAK Pengertian koreksi pajak adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak). Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak ( herlinamargareta.wordpress.com). 178

191 Perbedaan tersebut dikategorikan menjadi beda tetap, yaitu penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba neto untuk akuntansi komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan akuntansi pajak. Contoh beda tetap adalah penghasilan berupa sumbangan dan penghasilan bunga deposito. Biaya dalam konteks ini merupakan biaya sumbangan dan biaya sanksi perpajakan. Sedangkan beda waktu adalah penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial atau sebaliknya, tetapi tidak dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya karena perbedaan metode pengakuan. Contoh beda waktu adalah penghasilan pendapatan laba selisih kurs. Sedangkan contoh biaya pada beda waktu adalah biaya penyusutan dan biaya sewa. Terdapat beberapa jenis koreksi fiskal antara lain koreksi fiskal positif merupakan koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh terutang. Pada konteks ini contohnya adalah Biaya PPh. Selain itu terdapat pula koreksi fiskal negatif yang merupakan koreksi dimana mengakibatkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh terutang. Pada konteks ini contohnya adalah penghasilan bunga deposito Pengertian koreksi fiskal positif yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh terutang. Terdapat tiga jenis koreksi fiskal positif ( /01/jenis-koreksi-fiskal-positif.html). Pertama, pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. Kedua, biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota. Ketiga, pembentukan atau pemupukan dana cadangan. Hanya saja disini yang dikecualikan terdapat beberapa hal, yaitu ; cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, serta perusahaan asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS); cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan (LPS); cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; serta cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri. 179

192 4.6. HUKUM PERPAJAKAN Pajak merupakan pungutan yang dilakukan negara atas warganya, sehingga menyangkut seluruh rakyat yang berada di lingkup wilayah Republik Indonesia. Atas kondisi inilah maka pada setiap pungutan pajak harus didasarkan pada dasar regulasi (hukum) tertentu. Hukum pajak atau disebut pula sebagai hukum fiskal adalah keseluruhan dari peraturanperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas negara. Hukum perpajakan merupakan bagian hukum publik yang mengatur hubungan antara negara dan orang-orang serta badan hukum yang berkewajiban membayar pajak. Atas kondisi inilah maka hukum pajak seringkali disebut pula sebagai cabang dari hukum administrasi (Sutedi, 2013:6) Hukum Pajak Material dan Formal Pada hakikatnya, hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Terdapat dua macam hukum pajak yaitu (hukum-pajak.blogspot. com): 1. Hukum pajak materil, yaitu memuat norma-norma yang menerangkan antara lain; keadaan, perbuatan atau peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Contohnya adalah Undang-undang Pajak Penghasilan. 2. Hukum pajak formil memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum ini memuat antara lain: a. Tata cara penyelanggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak. b. Hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak. c. Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/ pencatatan, dan hak-hak Wajib Pajak misalnya mengajukan keberatan atau banding. Contoh: Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 180

193 Klasifikasi Pajak Klasifikasi Pajak dapat dibagi berdasarkan golongan sifat dan lembaga pemungut. Klasifikasi pajak berdasarkan golongan antara lain pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung merupakan pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh). Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dapat dibebankan kepada pihak lain. Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Klasifikasi pajak berdasarkan dua bentuk, yaitu pajak subyektif dan pajak obyektif. Pajak subjektif merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak tanpa memperhatikan objek pajak. Contoh pajak subyektif adalah PPh. Pajak objektif merupakan pajak yang dikenakan terhadap objek pajak tanpa memperhatikan subjek pajak. Contoh pajak obyektif adalah PPN. Klasifikasi pajak berdasarkan lembaga pemungut terdiri atas Pajak Daerah dan Pajak Pusat. Mengenai Pajak Pusat dan Pajak Daerah ini, Tumakaka (2015 dalam Materi Pemagangan Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Politik FISIP Unud) dalam gambar 4.4 sebagai berikut: Masyarakat disalurkan APBN setor bayar setor setor Kantor Kas Negara Bank Kementerian Lembaga Instansi Vertikal Masyarakat APBD disalurkan Dinas-Dinas Masyarakat Sumber: Tumakaka (2015) disampaikan dalam materi Pemagangan Mahasiswa Prodi Ilmu Adminsitrasi Negara dan Prodi Ilmu Politik FISIP Unud 181

194 Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah. Contohnya adalah: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pajak Pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Contohnya adalah Pajak Penghasilan (UU No. 36 Tahun 2008), Pajak Pertambahan Nilai (UU No. 42 Tahun 2009), Bea Meterai (UU No.13 Tahun 1985), Bea Masuk atau Kepabeanan (UU No. 17 Tahun 2006), dan Cukai (UU No.39 Tahun 2007) Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Ketentuan dan tata cara perpajakan di Indonesia diatur secara formal dalam Undang-Undang Perpajakan. Pada Undang-Undang ini diatur mengenai prosedur atau tata cara pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan serta sanksi-sanksi bagi yang melanggar kewjiban perpajakan. Pada Undang-Undang ini diatur pula ketentuan formal dalam melaksanakan hukum pajak materil seperti UU Pajak Penghasilan (PPh), UU Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), UU Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), UU Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), UU Bea Meterai dan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP). Pemungutan pajak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan kecuali apabila ketentuan perpajakan atau undang-undang pajak yang lain secara khusus menentukan sendiri tata cara pemungutannya. Terdapat beberapa istilah penting dalam undang-undang perpajakan, khususnya yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2007 ( dokjdih /document/uu/uu_2007_28.pdf). Mengenai definisi pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada pajak 182

195 ini dibayarkan oleh wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Badan merupakan sekumpulan orang dan/atau modal yang menjadi kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Pengusaha kena pajak merupakan pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Masa Pajak merupakan jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam UndangUndang. Tahun pajak merupakan jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Bagian tahun pajak merupakan bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak. Pajak yang terutang merupakan yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, tahun pajak, atau bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Surat pemberitahuan merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau 183

196 bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak. Surat pemberitahuan tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. Surat Setoran Pajak merupakan bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan 184

197 dari pajak yang terutang. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Bukti permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 185

198 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan PengemBalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan gugatan. 186

199 Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oteh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak. Surat Keputusan PengemBalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung KASUS PAJAK FIKTIF DAN PENGEMPLANG PAJAK Pada tataran praktis pemungutan pajak, senantiasa terdapat penyimpangan. Salah satu diantaranya adalah terdapatnya kasus pajak fiktif. Kasus pajak fiktif adalah pelaporan pajak tidak dalam kondisi sesungguhnya. Identik dengan kasus ini terdapat kasus pengemplangan pajak. Sedangkan kasus pengemplang pajak adalah kasus yang melibatkan kelompok masyarakat yang tidak peduli kepada keadilan dan kesejahteraan. Melalui tindakan mengemplang pajak ini, wajib pajak sama saja telah membiarkan pemerintah kehilangan kemampuan membangun ekonomi dan mendistribusikan kemakmuran pada sebuah negara. Untuk memahami kondisi ini, harap dibaca beberapa studi kasus berikut ini: 187

200 Kasus I: Pajak Fiktif dari Berita Kompas, 30 Oktober 2014 PEMERINTAH RINGKUS PELAKU PAJAK FIKTIF KOMPAS Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan dan Bareskrim Mabes POLRI berhasil meringkus tersangka penerbit faktur pajak fiktif. Tersangka yang berinisial SH alias RM merupakan komisaris PT Mitra Solusi Lintasindo, yang menerbitkan faktur pajak yang tidak berdasar transaksi yang sebenarnya. Dalam kasus itu, tersangka menggunakan tiga modus. Modus pertama yakni menerbitkan faktur pajak pertambahan nilai (pajak keluaran) atas nama PT Mitra Solusi Lintasindo tanpa adanya kegiatan atau transaksi yang sebenarnya. Modus kedua yaitu menggunakan faktur pajak pertambahan nilai (pajak masukan) dari pihak ketiga tanpa didasarkan pada kegiatan atau transaksi yang sebenarnya. Sedangkan modus ketiga adalah menyampaikan surat pemberitahuan pajak, tapi isi pajak pertambahan nilainya tidak benar. Akibat tindakan tersangka dan jejaringnya dalam kurun waktu negara diperkirakan merugi sebesar Rp 16,19 miliar. Sesuai dengan UndangUndang perpajakan, tersangka diancam hukuman pidana penjara 2-6 tahun penjara, serta denda sebesar 2-6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak. (Baca: Mantan Petugas Cleaning Service Kantor Pajak Jadi Tersangka Faktur Fiktif) Setelah penangkapan tersebut, tersangka langsung diserahkan kepada PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) Ditjen Pajak untuk dilakukan pemeriksaan lanjut. Sebelumnya, PPNS Ditjen Pajak telah melakukan pemanggilan terhadap SH alias RM untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun tersangka tersebut melarikan diri, sehingga dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Penyidikan atas tersangka SH alias RM merupakan pengembangan dari kasus penyidikan sebelumnya dengan tersangka Muhammad Kamil alias Emka Tony (MK alias ET). Tersangka yang merupakan Direksi Mitra Solusi Lintasindo ini sudah divonis bersalah melakukan tindak pidana pajak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. MK alias ET hukuman 1 tahun 6 bulan penjara, serta denda sebesar Rp 44 Milyar subsider kurungan 3 bulan. 188

201 Direktur Penyidikan dan Intelejen Ditjen Pajak Yuli Kritiyono membenarkan adanya hubungan antara tersangka SH alias RM dengan jejaring pengemplan pajak Muhammad Kamil. Betul sekali (ini merupakan salah satu jejaringnya), tutur Yuli kepada Katadata, Kamis 30/10). Pelaku pengemplangan pajak dengan bermodus faktur pajak fiktif ini cukup banyak. Penanganan kepada penerbit selama ini ternyata tidak menghilangkan minat pasar untuk meminta atau membeli faktur pajak. (Baca: Kasus Faktur Fiktif, Ditjen Pajak Melawan Putusan Pengadilan) Hal ini membuat potensi penerimaan negara hilang hingga triliunan Rupiah. Catatan Ditjen Pajak, sejak 2008 lebih dari 100 kasus faktur pajak fiktif yang berhasil dibongkar bersama kepolisian. Meski demikian, Ditjen Pajak mengaku punya beberapa metode mengungkap kejahatan perpajakan tersebut. Terutama dari aktivitas jual beli yang tidak lazim, sebab rata-rata penerbitan faktur bodong dilakukan perusahaan bidang perdagangan. Kondisi di atas terjadi sebagai konsekuensi atas pungutan pajak di Indonesia. Menurut catatan Burton (2014:162) secara awal pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem official assessment dimana penghitungan pajak yang mesti dibayar oleh wajib pajak menjadi kewenangan penuh pemerintah. Hanya saja semenjak tahun 1983 dilakukan perubahan dengan memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang harus dibayar (self assessment). Pada saat sistem pemungutan pajak ini ditetapkan dalam Undang-Undang Pajak maka secara otomatis regulasi ini menjadi politik perpajakan yang disepakati bersama. Pada saat terjadi penyimpangan atas pemungutan pajak, seperti terjadinya kasus pajak fiktif, maka kesalahan ini menjadi tanggungjawab bersama yang harus diantisipasi. Untuk mendalami pengertian ini lebih lanjut, terdapat kasus kedua sebagai berikut: 189

202 Kasus 2: Pengemplang Pajak dari Berita Dirjen Pajak berita dari PENGEMPLANG PAJAK DIMANA-MANA Pengemplang pajak ialah kelompok masyarakat yang tidak peduli kepada keadilan dan kesejahteraan. Dengan mengemplang, wajib pajak sama saja telah membiarkan pemerintah kehilangan kemampuan membangun ekonomi dan mendistribusikan kemakmuran. Perlakuan paling tepat bagi mereka ialah tindakan tegas dan keras. Salah satu contohnya ialah tindakan penyegelan Mal Green Tebet, kemarin. Mal yang terletak di Jl MT Haryono, Tebet, Jakarta Selatan, itu disegel petugas pajak karena mengemplang pajak bumi dan bangunan selama 4 tahun. Jumlah tunggakan pajak mal itu dilaporkan telah mencapai Rp1,8 miliar. Kita sangat mengapresiasi langkah petugas pajak atas penyegelan mal itu. Tindakan tersebut sangat tepat momentumnya. Selama ini, kita jarang melihat pesan sekuat itu disampaikan aparat pajak kepada wajib pajak yang bandel. Tindakan penyegelan mal itu juga sejalan dengan pernyataan Wapres Jusuf Kalla di depan Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, JK mengingatkan para pengusaha untuk taat membayar pajak. Perilaku mengemplang, menurut JK, merupakan tindakan egoistis. Dengan mengemplang, pengusaha berarti tidak peduli kepada kehidupan masyarakat. Karena itu, penyegelan mal pengemplang pajak menjadi pesan kuat bagi wajib pajak lain yang masih dan atau berniat mengemplang pajak. Kita ingin tindakan tegas dan keras semacam itu diteruskan dan diperluas. Diteruskan untuk membuat efek jera bagi pengemplang pajak benar-benar terbangun. Diperluas agar tindakan tegas semacam itu dilakukan ke semua sektor, bukan hanya di sektor perdagangan ritel atau mal-mal. Salah satu sektor yang wajib diberi tindakan tegas ialah sektor pertambangan dan migas. Data Direktorat Jenderal Pajak menyebutkan 190

203 ketaatan pajak perusahaan di sektor pertambangan sangat rendah. Dari 11 ribu perusahaan pemegang izin usaha pertambangan yang tercatat, hanya yang tercatat memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Artinya, ada perusahaan yang tidak membayar pajak. Padahal, jika perusahaan pertambangan itu semuanya taat membayar pajak, kita mungkin tidak perlu berutang ke luar negeri untuk membiayai pembangunan. Karena itu, tindakan tegas dan keras semestinya juga diberlakukan kepada para pengemplang pajak di sektor pertambangan dan migas. Sudah kerap kita mendengar pengemplangan pajak secara masif oleh perusahaanperusahaan besar di sektor itu, tetapi tindakan tegas dan keras terhadap mereka masih nihil. Kita ingin penyegelan seperti yang dilakukan terhadap Mal Green Tebet, dalam bentuknya yang setara juga diterapkan di sektor pertambangan. Rasio pajak kita selama ini berkisar hanya 12% hingga 13%. Angka rasio itu baru separuh dari standar rasio pembangunan milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni sebesar 24%. Angka 12% hingga 13% itu bahkan sangat jauh di bawah rata-rata rasio pajak negara maju anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yakni 35%. Karena itu, peningkatan rasio pajak tersebut harus digenjot. Tindakan tegas yang konsisten dari aparat pajak kepada pengemplang merupakan jalan menuju sasaran itu, bukan patgulipat seperti yang selama ini kerap kita dengar. Pajak menjadi penopang dominan pembiayaan APBN maupun APBD, sehingga berbagai jenis pajak yang dipungut, pola pembayaran serta pengawasannya menjadi tanggungjawab seluruh warga negara maupun pemerintah. Fungsi pajak secara ideal untuk membiayai pembangunan, keadilan, pemerataan dan kesejahteraan seluruh warga negara. Apabila membicarakan mengenai pajak sebagai instrument kesejahteraan dan keadilan, sebenarnya terjadi kejanggalan di negara kita. Akumulasi kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia yang setara dengan 191

204 10,3% PDB atau kekayaan 60 juta penduduk. (Policy Review, 2011). Melihat kesenjangan yang tinggi, sesuai asa keadilan maka besarnya beban pajak seharusnya mengikuti tingginyua pendapatan atau kekayaan yang dimiliki seseorang. Maknanya, semakin mampu dan kaya seseorang maka proporsi pajak yang dipungut seharusnya lebih tinggi. Hanya saja secara praktek, yang terjadi sebaliknya. Kelompok kaya justru membayar pajak jauh lebih kecil dari kelompok menengah bawah.kondisi ini seperti terlihat pada realisasi APBN 2010 (Keliat, 2014:115).Penerimaan pajak yang berasal dari pajak penghasilan pegawai/karyawan (PPh pasal 21) mencapai Rp. 55,3 triliun. Sedangkan pajak penghasilan pribadi nonpegawai/karyawan atau pengusaha hanya Rp. 3,6 triliun (PPh pasal 25/29). Hal inilah yang dinilai tidak adil karena para pemilik usaha yang masuk kategori orang kaya justru membayar pajak yang jauh lebih kecil. Kondisi ini juga ditengarai sebagai penyebab makin timpangnya kesenjangan yang terjadi di Indonesia dan menjadi celah bagi maraknya kasus pajak fiktif atau kasus pengemplang pajak. Pada sisi yang sama rendahnya pemungutan pajak di Indonesia salah satunya juga disebabkan antipati warga negara yang melihat buruknya tata kelola pajak dan kasus-kasus penyimpangan pajak yang memengaruhi ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi yang melakukan pemungutan pajak. Studi Keliat (2014:117) menegaskan untuk membangun sistem perpajakan yang kuat dibutuhkan konstruksi sistem yang mampu menyakinkan warganegara bahwa mereka dilindungi dari praktik korupsi dan ketidakefisienan birokrasi. Studi yang dilaksanakan pada 30 negara maju dan berkembang menunjukkan fakta bahwa terjadi korelasi positif antara kepatuhan pajak dengan rendahnya tingkat korupsi dan efisiensi birokrasi. 192

205 Refleksi Akhir Integritas menjadi kunci penting dalam setiap penyelenggaraan pelayanan publik di negara kita. Hasil temuan Komisi XI DPR menyatakan ada 12 titik rawan penyalahgunaan kewenangan dalam perpajakan yang terjadi di seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak mulai dari Daerah sampai ke Pusat. Beberapa titik rawan tersebut antara lain terletak pada aktifitas proses pemeriksaan, penagihan dan pengadilan pajak, proses keberatan pajak, proses banding pajak, proses pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan pajak, proses penuntutan (kejaksaan), proses persidangan (pengadilan negeri), oknum wajib pajak (termasuk oknum konsultan pajak), oknum pejabat pajak, oknum pengadilan pajak, rekayasa akuntansi pajak, rekayasa fasilitas pajak, serta rekayasa melalui peraturan perpajakan. Temuan lainnya adalah banyak pemeriksa pajak masih tidak profesional dan tidak berintegritas dalam menjalankan kinerjanya. Petugas pajak merasa terbiasa memainkan proses penagihan dan pembayaran yang hasilnya masuk ke kantong pribadi petugas pajak termasuk menghilangkan kohir. Pada proses account representative juga seringkali ditemukan tindak negosiasi melalui proses himbauan seperti kasus menjual data. Titik rawan inilah yang berpotensi merugikan keuangan negara (Viva News. Com tanggal 25 Januari 2011). Integritas masih ditafsirkan secara terbatas akan berjalan apabila aparat pemungut pajak diberikan kompensiasi gaji atau tunjangan mencukupi. Sejalan dengan hal ini, pada Maret 2015, Jokowi menaikkan tunjangan kinerja bagi pegawai Direktorat Jenderal Pajak, sebesar 2,5 kali lipat (Tribunnews.com 13 Februari 2015). Para aparatur negara diberikan tunjangan kinerja sesuai peringkat jabatan (grade) dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan pajak pada tahun sebelumnya yang besarannya, antara lain: Dirjen Pajak (grade 27) besarannya Rp /bulan; Eselon II (grade 20-23) besarannya Rp Rp /bulan; Untuk Eselon III (grade 17-19) besarannya Rp Rp /bulan; serta untuk Eselon IV (grade 14-16) besarannya Rp Rp /bulan Maksud dari pemberian tunjangan ini tentunya untuk mengurangi tindak korupsi di lembaga ini. Selain itu, terdapat pula wacana Dirjen Pajak akan menjadi badan langsung dibawah kendali tanggung jawab presiden yang bernama Badan Penerimaan Pajak. Hal ini didasarkan beberapa 193

206 pertimbangan. Kurang lebih 78% penerimaan negara berasal dari pajak yang kelak penerimaan ini digunakan mensubsidi kebutuhan pokok seperti BBM, listrik, menaikkan gaji aparat negara termasuk TNI Polri, mencicil hutang luar negeri, bantuan desa, peningkatan taraf layanan pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas alutsista serta kemakmuran rakyat lainnya. Hanya saja upaya pemenuhan atas pekerjaan peningkatan penerimaan pajak tersebut tidak diimbangi dengan jumlah aparatur pemungut pajak yang masih kecil dibandingkan dengan pihak yang harus dipungut yang tak lain adalah warga negara Indonesia sendiri. Kalaupun Dirjen Pajak masih bernaung di Kementerian Keuangan, selain hambatan koordinasi kinerja, selama ini permintaan alokasi kebutuhan pegawai perpajakan juga masih terbatasi oleh formasi di tingkat kementerian (Tumakaka, 2015). Dari sisi administrasi kepegawaian, Dirjen Pajak selama ini juga merupakan institusi di bawah Kementerian Keuangan yang membawahi 32 ribu pegawai di bawah pimpinan pejabat eselon I. Sedangkan pejabat eselon II sebanyak 49 orang dan merupakan jumlah terbesar dari seluruh kementerian sebab kementerian lainnya jumlahnya maksimal 10 orang. Berdasarkan kondisi inilah dianggap pantas apabila pegawai dari Dirjen Pajak diberikan tunjangan kinerja yang lumayan tinggi tentu guna meniadakan praktek kecurangan dalam pemungutan pajak. Dengan adanya badan ini maka target penerimaan pajak sebesar 1,439,7 triliun dari nonmigas serta pajak migas sebesar 139,3 triliun menjadi beban tersendiri sehingga perlu konsentrasi dalam pencapaian atas target ini (Liputan 6.com, 17 Februari 2015) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) merupakan Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak Landasan Historis Pungutan Pajak Penghasilan memiliki latar belakang sejarah tersendiri di negara kita ( Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan adanya tenement 194

207 tax (huistaks) yang berlaku pada tahun Pajak ini dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan. Hingga tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan perpajakan antara penduduk pribumi dengan orang Asia daneropa. Pada saat itu, pengenaan pajak terdapat banyak perbedaan dan tidak ada uniformitas perlakuan pajak. Tercatat beberapa jenis pajak yang hanya diperlakukan kepada orang Eropa seperti patent duty. Sebaliknya business tax atau bedrijfsbelasting dikenakan bagi orang pribumi Sejak tahun 1882 hingga 1916 dikenal adanya Poll Tax yang pengenaannya didasarkan pada status pribadi, pemilikan rumah dan tanah. Pada 1908 terdapat Ordonansi Pajak Pendapatan yang diperlakukan untuk orang Eropa, dan badan-badan yang melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan pemegang sahamnya. Dasar pengenaan pajak penghasilan yang berasal dari barang bergerak maupun barang tidak bergerak, penghasilan dari usaha, penghasilan pejabat pemerintah, pensiun serta pembayaran berkala. Tarifnya bersifat proporsional dari 1%, 2% dan 3% atas dasar kriteria tertentu. Pada tahun1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana dualistik yang sebelumnya ada, dihilangkan dengan diperkenalkannya General income tax yakni Ordonansi pajak pendapatan yang diperbaharui pada tahun 1920 (Ordonantie op de Herziene Inkomstenbelasting 1920, Staatsblad , No.312) yang berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa. Sesuai Ordonansi, pungutan atas pajak pendapatan telah menerapkan asas-asas pajak penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas sumber. Berdasarkan desakan kebutuhan serta makin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia seperti perkebunan (ondememing) pada tahun 1925, ditetapkan Ordonansi pajak perseroan tahun 1925 (Ordonantie op de Vennootschapbelasting). Melalui ordonansi ini Pajak yang dikenakan terhadap laba perseroan dikenal dengan nama PPs (Pajak Perseroan). Ordonansi mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara lain denganundang-undang Nomor 8 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Penyempurnaan Tatacara Pemungutan Pajak Pendapatan1944, Pajak Kekayaan1932 dan Pajak Perseroan tahun 1925 yang dikenal dengan UU MPO dan MPS. Perubahan penting lain adalah UU No.8 tahun 1970 dimana fungsi pajak dimasukkan dalam Ordonansi PPs 1925, khususnya ketentuan tentangcuti pajak (tax holiday). 195

208 Ordonasi PPs 1925 berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni saat diadakannya reformasi pajak Pada awal tahun 1925 bersamaan dengan mulai berlakunya Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan dengan perkembangan pajak pendapatan di Negeri Belanda, maka timbul kebutuhan merevisi Ordonansi Pajak Pendapatan 1920, yaitu ditetapkannnya Ordonasi Pajak Pendapatan tahun 1932 (Ordonantie op de Incomstenbelasting 1932, Staatsblad 1932, No.111) yang dikenakan kepada orang pribadi (Personal Income Tax). Asas-asas pajak penghasilan telah diterapkan kepada penduduk Indonesia; kepada bukan penduduk Indonesia hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang dihasilkannnya di Indonesia; Ordonansi ini juga telah mengenal asas sumber dan asas domisili. Makin banyaknya perusahaan yang mulai berdiri di Indonesia maka kebutuhan akan pengenaan pajak terhadap pendapatan karyawan perusahaan muncul. Pada tahun1935 ditetapkan Ordonansi Pajak Pajak Upah (loonbelasting) yang memberi kewajiban kepada majikan memotong Pajak Upah/gajipegawai yang mempunyai tarif progresif dari 0% sampai dengan 15%. Pada saat Perang Dunia II diberlakukan Oorlogsbelasting (Pajak Perang) menggantikan ordonansi yang ada dimana tahun 1946 diganti dengan Overgangbelasting (Pajak Peralihan). Regulasi ini kemudian berlanjutunang-undang Nomor 21 Tahun 1957 yang mengganti Pajak Peralihan dengan nama Pajak Pendapatan pada tahun 1944 dengan singkatan Ord. PPd Sedangkan pajak pendapatan disingkat dengan PPd saja. Ord. PPd mengalami beberapa kali perubahan hingga diterbitkannya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1968 tentang Perubahan dan Penyempurnaan Tatacara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Personal 1925, yang lebih terkenal dengan UU MPO dan MPS. Pada masa-masa sesudahnya regulasi ini disempurnakan dengan Undang-Undang No. 9 tahun 1970 yang berlaku hingga 31 Desember 1983 dan kemudian digantikan kembali saat diadakannya reformasi perpajakan di Indonesia Subyek Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada Subjek Pajak yang bersangkutan ( Kewajiban pajak pada pajak penghasilan ini 196

209 dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada Subjek Pajak lainnya. Dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting. Subjek PPh adalah orang pribadi; warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; badan; dan bentuk usaha tetap (BUT). Subjek Pajak terdiri dari, Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri. Terdapat beberapa subjek pajak dalam negeri. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. Untuk subjek pajak luar negeri antara lain adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui badan usaha tetap yang ada atau domisilinya di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam badan usahda yang ada di Indonesia. Terdapat beberapa badan atau perorangan yang tidak termasuk subjek pajak. Pertama, badan perwakilan negara asing. Kedua, pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka. Hanya saja persyaratannya 197

210 bukan warga Negara Indonesia di Indonesia yang tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal Balik. Untuk organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan harus memiliki persyaratan, antara lain Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, serta yang bersangkutan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggotanya. Sedangkan untuk pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan harus memiliki persyaratan bukan warga negara Indonesia, serta tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. Mengenai pajak penghasilan ini, terdapat pertanyaan dari salah satu peserta pemagangan buku ajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana mengenai kategori usaha yang dikenakan pajak penghasilan. Pada pertanyaan ini dilontarkan pula mengenai pengenaan pajak atas usaha-usaha bisnis online yang semakin marak di masyarakat. Jawaban yang diberikan Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Bali atas pertanyaan tersebut ditegaskan mengenai hakikat dasar pengenaan pajak. Pajak penghasilan tidak melihat pada jenis usahanya, melainkan pengenaannya didasarkan pada si pelaku usaha yang mendapatkan penghasilan atas nilai transaksi atas usaha yang dijalankannya itu, termasuk usaha bisnis online (E-commerce) yang marak belakangan ini. Pada kesempatan ini pula, Kepala Kanwil DJP Bali mengajak mahasiswa sebagai salah satu komponen masyarakat berperan aktif dalam mengawal penggunaan pajak. PENUTUP/RINGKASAN Kebijakan perpajakan bisa menjadi salah satu cerminan dari demokratis atau tidaknya sebuah Negara. Mekanisme pengelolaan pajak di suatu negara akan memberikan kontribusi yang berarti bagi terciptanya mekanisme-mekanisme demokrasi terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pemungutan pajak oleh Negara dalam kerangka penguatan demokrasi harus dilaksanakan sejalan dengan asas-asas yang disepakati bersama dalam kerangka regulasi negara. Hal ini mengingat hakikat 198

211 pemungutan pajak adalah pengaturan kehidupan masyarakat secara adil termasuk mengakomodasikan keseimbangan antara kepentingan yang dilindungi sehingga setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya masing-masing sebagaimana mestinya. Pada proses pemungutan pajak, negara mengedepankan asas-asas pemungutan pajak terutama prinsip keadilan. Prinsip keadilan menjadi sangat penting di saat ketimpangan ekonomi masih resisten mendominasi kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebatas ini, pekerjaan rumah terbesar bagi Indonesia adalah melaksanakan reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan ini menjalankan dimensi modernisasi administrasi perpajakan yang meliputi reformasi struktur organisasi, reformasi proses bisnis, dan reformasi administrasi sumber daya manusia. Dimensi lainnya yang juga dijalankan adalah amandemen Undang-Undang Perpajakan serta mengintesifkan paradigma perubahan kinerja, yang berpijak pada prinsip-prinsip client oriented, equal treatment, simplification, certainty, justifiable, efficiency, IT based system dan good governance (Tumakaka: 2015). Kelembagaan pemungut yang berintegritas dengan disertai pengawasan sekaligus partisipasi yang intensif dari warga negara tentunya akan mempercepat berjalannya reformasi perpajakan di Indonesia. Muara dari komitmen ini tentunya adalah kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia yang berkeadilan. Latihan Soal Jelaskan potensi pajak daerah yang ada di wilayah Anda! Sebutkan pula apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam pemungutannya! Jelaskan peran politik perpajakan dalam penguatan elemen demokrasi modern! Jelaskan pemetaan potensi persoalan kasus-kasus dalam pemungutan perpajakan! Bagaimana menurut Anda, apakah kasus-kasus ini bisa menyebabkan kondisi negara bangkrut seperti yang dialami negara Yunani, jelaskan! Seluruh jawaban atas soal di atas harus didukung oleh sumber jurnal online minimal tiga artikel. Beberapa jurnal bisa diakses pada alamat web sebagai berikut: 199

212 Pedoman Penilaian: Pedoman penilaian di kelas yaitu berdasarkan lembar jawab atas latihan soal serta hasil temuan saat pemagangan. Pedoman penilaian di tempat magang (10 jam dengan Tim Pendamping Pemagangan) Pedoman Penilaian di kelas dan di tempat magang {+ 10 jam, 2 5 jam dengan penilaian dari tim pendamping setiap harinya sesuai indikator dalam Lembar Penilaian Magang Mahasiswa}. Tempat Magang, kantor: Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Bali Tim Pendamping: Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Bali Tim Dosen Pengajar: 1. Tedi Erviantono 2. Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Bali Penulis: Tedi Erviantono dapat dihubungi melalui surel: tedierviantono2@ yahoo.com Bacaan Utama Burton, Richard Kajian Perpajakan dalam Konteks Kesejateraan dan Keadilan. Jakarta: Mitra Wacana Media ; Dahl, Robert Perihal Demokrasi. Jakarta:Obor; Irianto, Edi Slamet (Cet.2). Kebijakan Fiskal dan Pengelolaan Pajak di Indonesia. Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo; Kahin, Brian Computers The Economics of Digital Information and Intelectual Property. London: Canan Edition; Keliat, Makmur, dkk Tanggung Jawab Negara. Jakarta: FriedrichEbert-Stiftung; 200

213 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Yayasan Andi ; Prakarsa, Welfare Initiative for Better Societes Report, dalam diakses 25 Juni 2015; Sari, Diana Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: Refika Aditama; Sutedi, Adrian (Cet.2). Hukum Pajak. Jakarta: Sinar Grafika; Tumakaka, Wahju J Materi Pemagangan Buku Ajar FISIP Universitas Udayana: Pajak adalah Keniscayaan Negara Demokratis. Denpasar. Sumber Web dan Media: diakses pada 16 Mei 2015; tanggal 14 Oktober 2014 diakses pada 4 Juni 2015; tanggal 20 Januari 2015 diakses pada 4 Juni 2015; www. Bisnis.com, 15 Juli 2015 dengan judul Bailout Yunani: Tsipiras didesak Jual Aset Senilai US50 Dollar Miliar diakses pada 17 Juli 2015; pada 16 Mei 2015; diakses pada 17 Mei 2015; diakses pada 1 Juni pajakpenghasilan diakses pada 1 Juni 2015; diakses pada 3 Juni 2015; Harian Kompas, 30 Oktober 2014; 6 Juli 2015 dengan judul Referendum Yunani: 61 Persen memilih Tidak pada Kreditor di editorial/view/293 diakses pada 30 Mei 2015; 10 Juli 2015 denagn judul Situasi Yunani Krisis, WNI belum Dipulangkan, diakses pada 17 Juli 2015; Senin, 17 Desember 2012 diakses pada 30 Mei 2015; 25 Januari 2011 diakses pada 30 Mei 2015; www. diplomatmudahiuinsyarifhidayatullah.blogspot.com diakses pada 30 Mei Liputan 6.com, 17 Februari 2015 dengan Judul Pemerintah restui Ditjen Pajak PIsah dari Kemnetreian Keuangan diakses pada 3 Juni Tribunnews.com 13 Februari Gaji Seluruh Pegawai Pajak akan Naik 2,5 Kali Lipat. Diakses pada 3 Juni

214 BAB V (Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu: menjelaskan mengapa ada pajak progresif dan pajak orang per orang karena status penduduk yang harus menjadi wajib pajak perorangan, kategori Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP Badan Usaha, Sanksi, Pengampunan dan Repatriasi dan tebusan Pajak. Mahasiswa mampu merefleksikan situasi di lapangan dengan berpartisipasi pada kantor pajak dan/akuntan publik dalam 2 hari pemagangan terstruktur). PAJAK PROGRESIF, NPWP ORANG PRIBADI-BADAN SERTA SANKSI DAN PENGAMPUNAN Nunggak Pajak, Kendaraan Tak Didenda (Kolom Jakarta Baru, Koran SINDO, 2 Juli 2015). PENGANTAR Tahun 2015, Direktorat Jenderal Pajak secara nasional mengumumkan penghapusan sanksi pajak. Sementara itu Dinas Pendapatan Daerah/Dispenda setiap provinsi memiliki aturan main yang dikelola secara bersama dengan Kanwil Pajak Provinsi. Sebagai contoh, DKI Jakarta sebagai poros tengah perekonomian negara sedang melakukan banyak perubahan. Gubernur Pemprov DKI Jakarta Ahok telah menaikkan tarif pajak progresif kepemilikan kendaraan ke angka tertinggi 10 persen. Sementara provinsi lain misalnya provinsi Bali masih mengenakan tarif mulai dari 1,5 persen untuk kendaraan kedua dan naik 0,5 persen secara bertingkat kepemilikan kendaraan bermotor kedua, ketiga dstnya dengan nama kepemilikan yang sama atau nama yang tertera dalam satu kartu keluarga. Tentunya setiap provinsi memiliki aturan main sendiri dalam menerapkan besaran pajak progresif PAJAK PROGRESIF Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang menaik atas satu nama Wajib Pajak/WP dengan semakin besarnya jumlah benda/ kepangkatan yang digunakan sebagai dasar pengenaan 202

215 pajak, yaitu kenaikan persentase untuk jumlah tertentu. Terobosan lain dari Pemprov DKI Jakarta adalah memberikan keringanan kepada wajib pajak yang belum membayar administrasi PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) dan BBNKB (Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor). Dengan kata lain, upaya menaikkan tarif pajak progresif ini adalah untuk menggalang tunggakan PKB dan BBNKB dana kendaraan bermotor di DKI Jakarta sejak tahun 2010 hingga 2015 yang nilainya mencapai Rp. 895 miliar (KoranSINDO, 2 Juli 2015). Diharapkan oleh Pemprov DKI Jakarta dengan keringanan pajak kendaraan bermotor bagi pemilik NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), maka administrasi PKB dan BBNKB akan segera dilunasi oleh pemilik kendaraan tersebut tanpa dikenai denda. Strategi regional setiap provinsi di Indonesia dalam menggalang pajak kendaraan bermotor belum tentu sama. Kemacetan lalu lintas di ruas jalan ibu kota DKI Jakarta dengan penambahan kendaraan bermotor yang signifikan telah memicu Gubernur Ahok menuntut penduduk Jakarta agar 1) patuh dan taat berlalu lintas 2) mengurangi pembelian kendaraan bermotor yang baru 3) memenuhi kewajiban administrasi kendaraan bermotor yang dimiliki dan 4) taat pula membayar pajak penyesuain kendaraannya serta 5) membayar kewajiban perpajakan dan retribusi lainnya. Memasuki tahun 2016, situasi ibu kota DKI Jakarta terus mengalami perbaikan dari berbagai sudut termasuk penyediaan infrastruktur jalan dan moda transportasi baru. Pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) untuk pengguna jalan dalam kota Jakarta diseputar Senayan, Istora dan Bendungan Hilir juga sedang digarapnya hingga tahun Selain LRT (Light Rapid Transit dan High Railways Speed) yaitu angkutan dalam kota yang saling terintegrasi satu moda dengan moda lainnya seperti kereta cepat sehingga kelak kendaraan roda tiga dan roda dua adalah sebagai feeder atau pengumpan bagi moda transportasi darat lainnya (Liputan Enam, 4 Mei 2015). Moda transportasi adalah bagian penting dalam beraktivitas. Di pulau Jawa kepadatan penduduk dan penyediaan lahan untuk ruas jalan yang memadai telah menjadi problematika tersendiri. Penambahan gerbong kereta api oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api untuk penumpang ulangalik (Pramex misalnya dari Yogyakarta ke Solo PP), pemudik ke berbagai provinsi di pulau Jawa tengah berlangsung. Tentunya terdapat penyesuaian harga (tuslah) dan pajak retribusi bagi pengguna jalan tersebut pada saat menjelang hari raya Lebaran dan menjelang tutup tahun. Dapat dikatakan 203

216 mobilitas penduduk muda dalam angkatan kerja di Indonesia adalah mayoritas mengguna jalan. Para penduduk usia produktif ini mendapat kemudahan kredit sepeda motor, kredit kendaraan roda empat untuk mencapai tujuan mencari nafkah atau aktivitas lainnya. Termasuk pelajar dan pekerja di pulau Bali, mayoritas mereka bersepeda motor sehingga jumlah sepeda motor di Indonesia telah bertambah populasinya mencapai 104,2 juta sesuai data tahun 2014 Korps Lalu Lintas Negara RI (otomotif.kompas.com/read/20 14/04/15/ / Populasi.Kendaraan.Bermotor.di.indonesia.Tembus Juta.Unit). Sepeda motor telah menambah polusi wilayah kota dan desa juga jumlahnya telah mengakibatkan banyak nyawa melayang akibat pengendara sepeda motor/pengguna jalan yang melakukan kesalahan atau melanggar marka dan aturan lalu lintas sehingga laka lantas acap kali terjadi. Penduduk pengguna jalan harus secara sadar membayar pajak kendaraan maupun perawatan jalan hingga ke pembayaran premi asuransi kecelakaan (Jasa Raharja) yang menjadi penting artinya bagi suatu pemerintahan yang ingin mensejahterakan penduduknya. Cara lain yang dipakai oleh gubernur Ahok untuk menghindari kemacetan berhari-hari saat mudik pulang kampung bagi warga Jakarta menjelang hari raya Iedul Fitri adalah dengan mengurangi pengendara sepeda motor mudik pulang kampung dengan menyediakan bis-bis gratis. Bis gratis yang disediakan oleh badan asuransi negara Jasa Raharja ini berkepentingan memberi keselamatan pengguna jalan negara yang tengah menuju desa-kota asal (dari penduduk DKI Jakarta) yang bertebaran di provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta Solo, Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga terhubung ke pulau Madura maupun Banyuwangi sebagai ujung paling timur tapal kuda pulau Jawa. Retribusi dan pajak angkutan maupun kendaraan bermotor memungkinkan pihak asuransi Jasa Raharja melola perjalanan mudik pulang kampung ini secara gratis. Situasi pemakaian jalan sebagai infrastuktur yang harus dirawat, serta moda transportasi yang digunakan setiap orang saling berkelindan dalam setiap provinsi di Indonesia karena pajak progresif dipungut oleh Dinas Pendapatan Daerah. Oleh sebab itu setiap penduduk usia produktif diharapkan memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam membayar pajak, karena fungsi perpajakan adalah pelayanan, pengawasan dan penegakan hukum. Pilar tersebut dimandatkan oleh Undang-undang sesuai gambar 5.1. dibawah ini. 204

217 Gambar 5.1 Pajak Progresif dalam Tiga Fungsi Perpajakan Sumber: Wahju Tumakaka, paparan kuliah umum tgl 28 Mei 2015 Pajak adalah suatu keniscayaan negara demokratis (Tumakaka, paparan kuliah umum, 28 Mei 2015). Di negara demokratis, penduduk usia produktif ingin mencapai kehidupan layak dengan bekerja dan melakukan kegiatan konsumtif (membeli berbagai barang kebutuhan termasuk kendaraan roda dua atau roda empat) yang masing-masing kegiatan konsumtif tersebut menuntut tanggung jawab orang per orang sebagai warga negara yang memanfaatkan fasilitas negara melalui nafkah penghasilan yang didapatnya. Salah satu tanggung jawab yang dipikul oleh seorang penduduk yang memiliki penghasilan adalah mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak orang per orang. Wajib pajak dapat didefinisikan sebagai orang pribadi dan badan usaha sebagai pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak dengan hak dan kewajiban yang diatur oleh Undangundang Perpajakan No. 28 tahun 2007 pasal 1, ayat 2. Sejak tahun 2002, telah berlangsung reformasi perpajakan. Hingga tahun 2013, keluar pula perubahan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER38/PJ/2013 tentang pendaftaran NPWP, perubahan data lengkap dengan surat edaran petunjuk pelaksana reformasi perpajakan sesuai gambar di 5.2 bawah ini: 205

218 Gambar 5.2 Periode Reformasi Perpajakan Sumber: Wahju Tumakaka, paparan kuliah umum tgl 28 Mei 2015 Untuk wajib pajak orang per orang, kepatuhan membayar pajak merupakan amandemen UU PPh terkait pajak penghasilan. Yaitu bila ia adalah seorang pekerja satu lembaga resmi maka pendaftaran nomor pokok wajib pajak dan penghitungan pajak penghasilannya dapat diajukan oleh kantor atau badan usaha atas nama bendahara tempatnya bekerja. Bila ia bekerja serabutan yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas maka ia tetap wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak walaupun penghasilan pribadinya per tahun kurang dari 50 juta rupiah ia dikenai pajak penghasilan sebesar 5 %. Penghasilan 50 hingga 250 juta rupiah per tahun dikenakan pajak penghasilan sebesar 15% dan di atas 250 hingga 500 juta rupiah per tahun dipotong pajak 25 % serta bagi yang menghasilkan di atas 500 juta pertahun berkewajiban membayar 30% pajak penghasilan. Tahun 2015 adalah tahun pembinaan wajib pajak dan memiliki NPWP bagi penduduk usia produktif yang memiliki penghasilan adalah suatu kontribusi bagi Negara dengan mendaftarkan diri sesuai mekanisme yang tergambar 5.3 dibawah ini: 206

219 Gambar 5.3 Memiliki NPWP sebagi Bukti Kepatuhan Membangun Negeri Sumber: Wahju Tumakaka, paparan kuliah umum tgl 28 Mei NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) Menjadi wajib pajak/wp yang cerdas dan menggunakan hati untuk membangun negeri tidaklah sulit. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013, telah pula disusun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak sebagai petunjuk pelaksanaan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak/DJP tersebut. NPWP dalam bentuk fisik berupa kartu resmi (lihat gambar 5.3 kanan bawah) dari DJP, Kantor Pajak Pratama/KPP kabupaten/kota tempatnya berdomisili diberikan melalui mekanisme resmi. Wajib pajak orang per orang dan badan usaha memiliki mekanisme mendaftaran sebagai gambar 5.4 dibawah ini: 207

220 Gambar No. 5.4 Prosedur Pendaftaran NPWP Sumber: Wahju Tumakaka, paparan kuliah umum tgl 28 Mei 2015 Mendaftarkan diri sebagai WP yang belum mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) akan dilayani oleh KPP setempat dengan penyelesaian Pendaftaran NPWP selama 1 (satu) hari kerja sejak permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap. Apabila Wajib Pajak melakukan pendaftaran secara online melalui Sistem e-registration, 1 (satu) hari kerja dihitung sejak informasi pendaftaran pendafta diterima oleh Sistem e-registration tersebut, dokumen pendaftaran dilanjutkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Agar pelayanan dapat dituntaskan dalam jangka waktu satu hari, Formulir Pendaftaran NPWP harus diisi secara lengkap dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data pendukung yang perlu disiapkan oleh Wajib Pajak untuk mengisi formulir permohonan memiliki NPWP adalah sebagai berikut ( persyaratan-npwp-orang-pribadi.html): 1. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas berupa: Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau Fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing. 208

221 2. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas berupa: Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing; dan Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. Seorang perempuan memiliki hak yang sama sebagai wajib pajak. Wajib Pajak orang pribadi dari seorang wanita yang berstatus kawin dapat dikenai pajak secara terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Perempuan kawin tersebut yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan: Fotokopi Kartu NPWP suami; Fotokopi Kartu Keluarga; dan Fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami. Badan usaha sebagai Wajib Pajak Badan juga memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak. Badan usaha yang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, di dalamnya termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/ atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi. Untuk pendaftaran WP berupa: Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap; Fotokopi Kartu NPWP salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala 209

222 Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurangkurangnya Lurah atau Kepala Desa. Sementara itu, Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), dokumen berupa: Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint Operation); Fotokopi Kartu NPWP masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki NPWP; Fotokopi Kartu NPWP orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. Untuk Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan adminsitrasi berupa: Surat penunjukan sebagai Bendahara; dan Kartu Tanda Penduduk. Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu berupa: Fotokopi Kartu NPWP pusat atau induk; Surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; 210

223 Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. Refleksi Awal: Wajib pajak dapat mengikuti langkah pendaftaran untuk mendapatkan NPWP secara mudah. Dengan mendaftarkan diri dengan mekanisme: Secara Elektronik melalui eregistration Dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Pendaftaran Wajib Pajak pada Aplikasi e-registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di Dokumen- dokumen yang dipersyaratkan di atas, kemudian dikirimkan ke KPP tempat Wajib Pajak mendaftar. Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sudah diterima oleh KPP. Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi eregistration dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani. Secara Langsung, yaitu Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran secara elektronik, permohonan pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak. Permohonan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen yang lengkap secara tertulis kemudian disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. Penyampaian permohonan secara tertulis dapat dilakukan 1) datang langsung; 2) melalui p os; atau 3) melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir. Suatu kebanggaan sebagai penduduk suatu Negara untuk mendaftarkan diri sebagai WP, yaitu memenuhi semua persyaratan agar NPWP dapat menjadi identitas kepatuhan sekaligus sebagai kontribusi kepada pembangunan bangsa dan negara. Cobalah merefleksikan diri dengan membayangkan diri sebagai penduduk pencari nafkah atau bekerja yang berdomisili di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 211

224 Refleksi Diri: Setelah seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran untuk mendapatkan NPWP diterima oleh KPP atau KP2KP secara lengkap, maka KPP atau KP2KP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat Permohonan Pendaftaran NPWP. KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan. NPWP dan SKT akan dikirimkan melalui Pos Tercatat. Silakan download Formulir Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi Baru Atau bila calon WP ingin mendapat tutorial pendaftaran untuk mendapatkan NPWP, silakan download Formulir Pendaftaran Wajib Pajak WyLPogjAOQ#t=21k Badan Baru Jelaslah untuk mendapatkan NPWP, kegiatan pelayanan ini dimulai pada saat calon Wajib Pajak menyampaikan berkas permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan berakhir pada saat Petugas KPP menyerahkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada Wajib Pajak. Output yang dihasilkan oleh jenis pelayanan ini adalah SKT dan NPWP. Nomor Pokok Wajib Pajak terdiri atas 15 digit yang terdiri atas 9 digit nomor unik yang menujukkan WP yaitu Orang Pribadi atau WP Badan atau Bendahara (Pandiangan, 2013: 117) suatu Badan Usaha, dilanjutkan dengan 3 digit kodifikasi bagi KPP dan 3 digit kodifikasi cabang perpajakan. Untuk membantu WP memahami hak dan kewajibannya, dianjurkan untuk menanyakan langsung ke nomor Hot line yang disediakan yaitu KRING PAJAK Nomor

225 Kasus No. 1: Dapatkah seorang yang bekerja pada suatu instansi yang dipindahkan bekerja dari satu provinsi ke provinsi lain kemudian pindah lagi ke kabupaten yang berbeda dapat membayarkan PPh/pajak penghasilan di tempat barunya? Lihatlah artikel pada dari Hendy Setiawan & Arie Widodo dalam Tentang e-spt PPh Pasal 21/26 dan permasalahnnya (2) sebagai contoh. Diilustrasikan seorang pekerja bernama Try Dharmadi seorang pekerja PT Nusantara Mandiri Jakarta yang mendapat post baru dari Jakarta ke Bandung dan kemudian ke Garut dalam 1 tahun berjalan. Pelajari kasus Try Dharmadi dengan 3 bukti pemotongan PPh dan rinciannya. Menjadi wajib pajak orang pribadi berarti selalu melakukan: Daftar, Hitung dan Lapor melalui NPWP yang syah. Sama halnya dengan suatu badan usaha harus pula memenuhi kewajibannya membayar pajak. Apakah pajak untuk pembelian barang yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai/ PPN dengan Pajak Penghasilan pasal 23 yang menyertainya atau Badan Usaha tersebut menggunakan jasa bendahara sebagai pemotong pajak. Satu situs resmi dapat menjadi referensi yaitu ONLINEPAJAK Solusi Pajak Perusahaan Anda. Simaklah link berikut ini: com/id/berita-dan-tips/bayar-pajak-online/tata-cara-pembayaran-pajakpenghasilan. 213

226 Kasus No. 2 Ingin bayar pajak, karyawan dan supplier dengan cepat dan aman tanpa harus pergi dan antri di bank? Gunakan OnlinePajak, aplikasi pajak online yang mudah dan hemat waktu. Hitung, setor dan lapor PPN, PPh 23 dan PPh 21 (beta) dilakukan dalam satu aplikasi terpadu! Coba Sekarang, Gratis! Tata Cara Pembayaran Pajak Penghasilan Menurut Metode Pembayaran Tergantung dari metode pembayarannya, yaitu pembayaran melalui online banking atau setor langsung melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, tata cara pembayaran Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut: Online Banking: Wajib Pajak perlu mendaftar untuk fasilitas online banking pada bank persepsi yang ditunjuk Menteri Keuangan. Bank tersebut kemudian akan menyediakan aplikasi khusus pembayaran pajak online. Saat melakukan pembayaran, WP harus mengisi terlebih dahulu data yang diperlukan pada aplikasi dari bank tersebut. Saat pembayaran sudah dilakukan, WP akan menerima nomor referensi sebagai tanda bukti pembayaran. Setelah itu data yang sudah diisi beserta nomor referensi perlu dikirim kepada bank yang bersangkutan, agar WP dapat menerima Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dari bank, untuk dipergunakan pada laporan pajak yang akan dikirimkan kepada kantor pajak. Setor langsung melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi: WP terlebih dahulu melengkapi lembaran SSP sebelum menyetor pajak pada lokasi yang diinginkan. Setelah menyetor pajak, lembaran SSP yang sudah diisi akan dicap oleh Kantor Pos atau Bank Persepsi, dan WP akan menerima NTPN dari tempat tersebut, beserta bukti pembayarannya. 214

227 Fitur bayar pajak online (yang segera hadir) di aplikasi OnlinePajak yang juga dilengkapi fitur hitung dan lapor pajak. Sehingga proses administrasi pajak Anda pun menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Hitung, Setor dan Lapor Pajak Anda dalam 1 Aplikasi Terintegrasi, Cepat dan Mudah! 5.3. PBB (PAJAK BUMI DAN BANGUNAN) BAGI PENDUDUK Pada bulan Februari 2015, wacana penghapusan pajak bumi dan bangunan menyeruak. Situs Finansial, Afriyadi (19 Maret 2015) mengutip pernyataan Menteri Agraria dan Tata Ruang yang mencoba memberlakukan penghapusan bebas pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi rumah huni, tempat ibadah dan bangunan sosial mulai tahun Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Ferry Mursyidan Baldan, Minggu (1/2/2015) menyatakan Kemungkinan diberlakukan pada 2016 untuk dilakukan kajian terlebih dahulu, ( /10/397459/ mulai-2016-pajak-bumi-dan-bangunan-dihapus). Dari kutipan Antara, pembayaran PBB setiap tahun membebani masyarakat penghuni rumah nonkomersial. Pemerintah hanya akan memungut biaya PBB terhadap masyarakat saat awal pembelian lahan tanah atau rumah huni. Menurutnya pembayaran PBB setiap tahun hanya dikenakan terhadap bangunan komersial seperti rumah toko, pusat perbelanjaan, gedung perkantoran dan restoran. Selain itu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN akan menghapus pencantuman komponen Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pada lembaran pembayaran PBB. Alasan Menteri menghapus NJOP pada komponen harga jual rumah karena pengembang properti telah mendapatkan keuntungan berlipat dari sertifikat rumah yang dijaminkan kepada bank selama pembeli rumah melakukan angsuran. Bertolak belakang dari wacana penghapusan PBB, sehari sebelum wacana penghapusan PBB, Pemprov DKI Jakarta menargetkan perolehan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun 2015 sebesar Rp 8 triliun. ( /2015-pemprov-dki-targetkan-pbb-rp8-triliun). Tentunya wacana ini perlu dipahami dalam konteks yang lebih luas. Pertama, Menteri Agraria 215

228 dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan mengatakan penghapusan PBB ditujukan untuk masyarakat yang tidak mampu. Jadi, masyarakat yang miskin tidak merasa terusir karena tak sanggup membayar pajak. Kedua, untuk pembebasan PBB tersebut, harus terpenuhi kriteria sesuai objek bebas pajak. Yaitu subjek yang dibebaskan Pertama yang bersangkutan memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), kedua, subjek pajak tersebut berhak mengajukan permohonan keringanan, atas dasar itu kita konfirmasi dengan data income sumber penghasilan bulanan supaya orang tidak terusir dari tempat tinggalnya, tambahnya. Tentunya kompleksitas wacana bagi penduduk miskin dan penduduk kaya sebagai pembayar pajak dapat diperluas tidak hanya dengan pembebasan PBB yang diwacanakan sekali saja dibayarkan pada saat transaksi jual beli tanah. Juga dapat dikembangkan pada kecendrungan penduduk kaya untuk membeli tanah pemakaman di tempat mewah. Mahatma (liputan6.com, 30 April 2015) menulis dukungan seorang pengamat perpajakan, Ronny Bako dari Universitas Pelita Harapan (UPH). Disarankannya agar makam mewah pada tanah yang mahal tersebut seharusnya dikenakan dua jenis pajak yakni Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan PBB. Makam tersebut terkena Pajak Pertambahan nilai Barang Mewah ketika terjadi transaksi penjualan atau penyewaan. Agar wewenang Pemerintah Daerah diperluas pula untuk Pajak Bumi dan Bangunan pada makam mewah ini. Lebih lanjut pengamat pajak menyarankan pemerintah pusat agar berlaku adil dalam mengenakan pajak. Pajak tidak boleh hanya dikenakan pada makam yang bersifat eklusif, dikelola oleh swasta namun untuk semua jenis makam. Sesuai Undang-Undang mengenai pertanahan selama ini tanah pemakaman itu bebas dari PBB, hanya saja juga diutamakan fungsi sosialnya, dimana siapa saja berhak memiliki tanah tersebut tanpa harus adanya beberapa persyaratan secara komersial. Tanah pemakaman tidak dapat diperjualbelikan, hanya bersifat hak pakai yang disediakan oleh pemerintah daerah. Perkembangan terakhir adanya transaksi jual beli tanah pemakaman mewah perlu disikapi oleh pemerintah daerah. Di atas telah di bahas ragam pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, mulai dari pajak progresif, pajak Bumi dan Bangunan, dan dibawah ini kutipan dari: 2015/02/mengenal-pajak-pusat-dan-pajak-daerah.html yang harus dipahami kegunaan dan fungsi pajak daerah dan pajak Negara untuk kesejahteraan penduduknya. 216

229 5.4. PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH Seorang ahli perpajakan dari Uniba (Universitas Balikpapan) mengupas pajak dari berbagai sudut (Wibisono). Memahami pajak Negara maupun pajak Daerah juga selain penting bagi penduduk usia produktif ( memengaruhi pemahaman individu terhadap kebijakan keuangan Negara dengan kontribusi individu sebagai penduduk Indonesia Pajak Negara Pajak Negara dikenai oleh pemerintah pusat. Pajak ini adalah semua jenis pajak yang lembaga pemungutnya adalah pemerintah pusat sehingga nanti dana pajak yang ditarik akan masuk ke kas negara, komponen utama penerimaan dalam APBN untuk direalisasikan dalam belanja tahun selanjutnya. Pajak Negara merupakan pajak langsung dengan aturan yang dibuat oleh Presiden dan DPR (lembaga yang mengeluarkan UndangUndang), aturan dari Presiden berupa Peraturan Pemerintah, aturan dari Menteri Keuangan berupa keputusan menteri keuangan (KMK), dan aturan dari Direktur Jendral Pajak berupa Keputusan Dirjen Pajak (baca Bab IV). Berikut daftar pajak Negara atau pajak pusat: 1. Pajak Penghasilan (PPh), yaitu suatu jenis pajak yang dikenakan orang pribadi dan badan hukum atas penghasilan yang diperolehnya. nama pajak penghasilan disesuaikan dengan nama pasal pada UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan yaitu: PPh Pasal 21, adalah pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima oleh karyawan (dalam bahasa undang undang pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri ). PPh pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendahara pemerintah ketika membeli barang. PPh pasal 23 adalah pajak penghasilan atas sewa harta (kecuali sewa atas tanah dan atau bangunan) dan jasa. PPh pasal 4 ayat 2 adalah Pajak penghasilan final, contohnya penghasilan atas jual/sewa tanah dan atau bangunan. PPh pasal 25 adalah angsuran/cicilan pajak. 217

230 PPh pasal 26 sama seperti pasal 21 tetapi yang dipotong adalah orang asing. Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Istilah PPN sering terdengar pada saat kita sedang ber-transaksi dalam pembelian barang atau jasa dengan orang pribadi maupun badan. PPN merupakan jenis pajak tidak langsung untuk disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukanhanya dipikul penanggung pajak (konsumen akhir). Prinsip dasarnya adalah suatu pajak yang harus dikenakan pada setiap proses produksi dan distribusi akan tetapi jumlah pajak terutang dibebankan kepada konsumen akhir yang memakai produk tersebut. PPN memiliki peranan strategis dan signifikan dalam posisi penerimaan negara dari sektor perpajakan. Oleh karena itu para pengusaha di Indonesia wajib melaporkan usahanya agar segera dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Kewajiban melaporkan usaha tersebut harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya jumlah penjualan barang atau jasa kena pajak melebihi Rp. 4.8 M sesuai dengan ketentuan PMK No.197/PMK.03/2013. Jika pengusaha tidak dapat mencapai Rp. 4.8 M maka pengusaha dapat langsung mencabut permohonan pengukuhan sebagai PKP. Dengan menjadi PKP pengusaha wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yangterutang. Dalam perhitungan PPN yang wajib disetor oleh PKP, disebut dengan pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran ialah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun membuat produk. Untuk itu PKP dapat menggunakan efaktur sesuai gambar No. 5.6 untuk menyambut era e-faktur ( /selamat-datang- era-efaktur-pajak) Gambar 5.6 memperlihatkan jumlah PKP di Jawa dan Bali.

231 Gambar No. 5.6 Selamat Datang Era e-faktur Pajak Sumber: pajak.com/id/berita-dan-tips/pajak-pertambahan-nilai-ppn. Objek-objek Pajak yang dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN): Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha Impor Barang Kena Pajak Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009 pasal 7: Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Ekspor Jasa Kena Pajak 219

232 Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah. a. Bea Materai b. Pajak Penjualan atas Barang Mewah c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan d. Pajak Migas e. Pajak Ekspor Perlu secara bersama kita analisis, usulan Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Anggito Abimanyu (cnnindonesia.com/ekonomi/ /diminta-revisijokowi-malah-sebut-target-pajak-kurang-tinggi/), yang menuntut agar pemerintah merevisi target pajak dengan menurunkan target penerimaan pajak tahun 2015 dari Rp 1.294,258 Trilyun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP). Usulan ini ditolak oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden RI terpilih tahun 2014 ini justru menilai dengan rasio perpajakan yang ada, maka target tersebut masih terbilang kecil. Jokowi mencatat dari 252 juta penduduk Indonesia, idealnya ada 44 juta penduduk yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Namun kenyataannya baru 26 juta yang menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak penghasilan (PPh) tahunan kepada pemerintah. Dari angka itu, ternyata baru 10 juta yang membayar pajak dan 900 ribu diantaranya adalah Wajib Pajak (WP) pribadi. Sangkalan Jokowi sebagai pemimpin Negara RI dengan visi daya saing bangsa seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Rabuilsekali, rasio(29/4)pajak I kita juga hanya 11 persen. Ini kecil sekali kalau dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang sudah persen, ujar Jokowi Negara. Untuk menjawab harapan presiden Jokowi, situs Dirjen Pajak ( menjelaskan situasi target pajak Negara tahun Hingga 30 April 2015, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 310,100 triliun. Dari target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294,258 triliun, realisasi penerimaan pajak mencapai 23,96%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014, realisasi penerimaan pajak di tahun 2015 ini mengalami pertumbuhan yang cukup baik di sektor tertentu, namun juga mengalami penurunan pertumbuhan di 220

233 sektor lainnya. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas mengalami pertumbuhan 10,58% dibandingkan periode yang sama di tahun Berdasarkan data yang tercatat pada dashboard penerimaan sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sampai dengan 30 April 2015, penerimaan PPh nonmigas adalah sebesar Rp 180,168 triliun. Angka ini lebih tinggi 10,58% dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 dimana PPh nonmigas tercatat sebesar Rp 162,937 triliun. Dengan kata lain, PPh nonmigas merupakan salah satu instrumen untuk mengetahui pertumbuhan kesejahteraan dan sisi kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. Pertumbuhan yang tertinggi dicatatkan oleh PPh Pasal 26 yakni 30,6%, atau sebesar Rp 11,984 triliun dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar Rp 9,176 triliun. Artinya, PPh Pasal 26 adalah pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak Luar Negeri. Apresiasi atas kepatuhan wajib pajak Luar Negeri telah disampaikan oleh Direktur Jenderal Pajak, Sigit Priadi Pramudito pada acara diskusi dengan perwakilan perusahaan penanaman modal asing dan perusahaan-perusahaan multinasional, di Aula Cakti Buddhi Bhakti, Rabu, 22 April PPh Final mengalami pertumbuhan tinggi yakni 21,23%, atau sebesar Rp 30,439 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 25,107 triliun. Pencapaian ini merupakan buah keberhasilan dari kebijakan pengenaan pajak atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu melalui Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Tercatat dari PPh Pasal 25/29 Badan yakni penerimaan 10,47%, atau sebesar Rp 74,833 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 67,738 triliun. Selanjutnya PPh Pasal 21 pertumbuhan tercatat 9,6% atau sebesar Rp 36,062 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 32,904 triliun. Perlu dicatat pertumbuhan yang cukup tinggi dari PPh Pasal 23 yakni 9,1% atau sebesar Rp 8,522 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 7,812 triliun. Sedangkan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi tercatat bertumbuh 8,52% atau sebesar Rp 2,702 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 2,490 triliun. Patut disyukuri pendapatan pajak dari PPh nonmigas Lainnya, PPh Pasal 26, PPh Final, PPh Pasal 25/29 Badan, PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, serta PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi tersebut mencerminkan meningkatknya partisipasi masyarakat, baik wajib pajak Orang Pribadi maupun wajib 221

234 pajak Badan dalam membayar pajak. Namun demikian, DJP juga mencatat adanya penurunan pertumbuhan dari PPh nonmigas Lainnya, PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 22. Penurunan tertinggi dicatatkan PPh nonmigas lainnya yakni 25,66% atau sebesar Rp 12,53 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 16,86 triliun. Penurunan cukup tinggi dicatatkan PPh Pasal 22 Impor yakni 12,35% atau sebesar Rp 1,786 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 1,917 triliun. Sedangkan untuk Pasal 22 terjadi penurunan pertumbuhan sebesar 6,87% atau sebesar Rp 13,826 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 15,773 triliun. Selain menurunnya angka impor barang, analisis sementara ini yang patut dipikirkan adalah menurunnya ekspor barang Indonesia ke Negara Tiongkok. Iklim investasi menjadi masalah bagi Negara RI dengan tekanan dari negara-negara lain. Sebagai contoh, Cina tidak lagi menjadi pemasok utama/ekspor batu bara dan sumber daya alam (kayu, tembaga, emas, gas dll) dari Indonesia. Oleh karena itu, usulan agar pemerintah menurunkan target pajak di akhir tahun terhindar dari terjadinya shortfall atau kekurangan target sebesar Rp 220 triliun dapat di atasi. Presiden Jokowi menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Kementerian Keuangan untuk bisa mengejar target tersebut asalkan dengan menggunakan cara yang tepat untuk memancing wajib pajak melaksanakan kewajibannya. Konsep pengampunan pajak dengan persentase tebusan bukan menyasar rakyat kecil dan melonggarkan kewajiban pajak bagi pengusaha besar. Tahun 2015 dicanangkan sebagai tahun pembinaan wajib pajak. Pada tahun itu, DJP seluruh Indonesia mengharapkan wajib pajak memanfaatkan penghapusan sanksi pajak dengan has-tag/# PAJAK MILIK BERSAMA. Namun respons publik kurang kondusif sehingga perhitungan sanksi pajak pada tahun 2016 berubah menjadi UNGKAP, TEBUS, LEGA dengan alasan 1) moderasi pertumbuhan ekonomi global 2) perekonomian Amerika yang belum stabil 3) perlambatan pertumbuhan Tiongkok 4) ketidakpastian kebijakan moneter 5) harga komoditas menurun 6) risiko geopolitik: Timur tengah & Brexit dan berbagai turbulensi ekonomi yang dihadapi Indonesia termasuk larinya dana dan harta banyak orang Indonesia ke luar negeri. Pengembalian dana atau harta tersebut dikenal sebagai repatriasi pajak. Tujuan repatriasi pajak adalah menemukan sumber ekonomi baru untuk pembangunan Negara Indonesia yang membutuhkan banyak dana 222

235 untuk pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Selain ini Direktorat Direkt Jenderal Pajak berupaya keras memperluas basis data perpajakan. Pengampunan pajak bertujuan mendapatkan data yang lebih valid, komprehensif dan terintegrasi dengan perhitungan potensi penerimaan pajak yang lebih reliable. Kebijakan pengampunan pajak dengan Undang Undang Perpajakan Nomor 11 tahun 2016 juga memiliki tambahan lembaran Negara RI No dengan contoh-contoh contoh perhitungan nilai harta bersih. Lembar tambahan ini memuat contoh tebusan 2 persen, 3 persen dan 4 persen termasuk bila repatriasi sebagai ebagai laporan dan harta tersebut tidak dipindahkan ke wilayah Negara RI. Sumber: Presentasi Eksternal , 00, Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak Perlu dimengerti oleh wajib pajak dengan NPWP bahwa pada tahun 2018, dunia akan mengaplikasikan AEOI ( Automatic Exchange of Information) yaitu seluruh dunia akan memiliki data transaksi baik manual maupun on line yang dapat dipertukarkan antar bank reference dan BI (Bank Indonesia). Sehingga orang per orang atau badan yang memiliki NPWP akan masuk di dalam AEOI ini. Seperti terlihat pada gambar No. 5.7 dibawah ini: 223

236 Pajak Daerah Pajak Daerah sesuai namanya adalah jenis pajak yang lembaga pemungutnya adalah pemerintah daerah. Dana ini nantinya masuk kas daerah sebagai komponen utama dari APBD, yaitu anggaran yang akan dibelanjakan pada tahun berjalan suatu daerah. Aturannya dibuat oleh DPRD, Kepala Daerah (Gubernur, Walikota, Bupati) sesuai dengan UU no. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah maka jenis pajak daerah dimulai dari wilayah pajak Provinsi yang terdiri atas: Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Rokok Pajak Air Permukaan Dispenda/Dinas Pendapatan Kota Denpasar dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah/LAKIP Kota Denpasar Tahun 2014 dimana Pendapatan Daerah terdiri atas tiga komponen: 1. Pendapatan Asli Daerah menyatakan terdiri atas: Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 2. Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus 3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya Sumbangan pihak ketiga Pendapatan hibah LAKIP dari Dispenda kota Denpasar menyebutkan capaian dari 3 jenis sumber pendapatan daerah di atas sesuai dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Laporan ini menjelaskan Pendapatan Asli Daerah dari pajak tahun 2014 tercapai sebagai berikut: 224

237 - Pajak Hotel tercapai 112,41% - Pajak Restoran tercapai 110,27% - Pajak Hiburan tercapai 105,63% - Pajak Reklame tercapai 28,62% - Pajak Penerangan Jalan tercapai 106,81% - Pajak Air Tanah tercapai 105,81% - Pajak Bumi dan Bangunan tercapai 104,43% - BPHTB/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tercapai 97,06% ( files/lakip%20dispenda% pdf) Sementara itu, untuk PAD dari pajak yang dipungut oleh Kabupaten/ Kota terdiri atas: Pajak Restoran Pajak Hotel Pajak Penerangan Jalan Pajak Hiburan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Reklame Pajak Parkir Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Subbab ini telah memperlihatkan pajak bagi penduduk Negara Republik Indonesia berasal dari berbagai sumber dengan sifatnya yang progresif (persentase menaik), tetap atau degresif (persentase menurun). Pajak Progresif menjadi kebijakan umumnya Pemprov di Indonesia yaitu semakin kaya sesorang akan menyumbang lebih banyak kepada Negara melalui kewajiban membayar dari wajib pajak yang memiliki NPWP sesuai aturan. Seorang ahli perpajakan Wibisono ( download.php?...buku%20aja r%20perpajak...) menjelaskan berbagai macam pendapatan daerah selain pajak. Misalnya mengenai retribusi, terdapat berbagai macam retribusi sebagai berikut: Retribusi jasa umum adalah: Retribusi pelayanan kesehatan Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan 225

238 Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatan sipil Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat Retribusi pelayanan parker di tepi jalan umum Retribusi pelayanan pasar Retribusi pengujian kendaraan bermotor Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran Retribusi penggantian biaya cetak peta Retribusi pengujian kapal perikanretribusi jasa usaha adalah: Retribusi pemakaian kekayaan daerah Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan Retribusi tempat pelelangan Retribusi terminal Retribusi tempat khusus parkir Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa Retribusi penyedotan kakus Retribusi rumah potong hewan Retribusi pelayanan pelabuhan kecil Retribusi tempat rekreasi dan olah raga Retribusi penyeberangan di atas air Retribusi pengolahan limbah cair Retribusi penjualan produksi daerah Retribusi perizinan tertentu adalah: Retribusi izin mendirikan bangunan Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol Retribusi izin gangguan Retribusi izin trayek Dengan memahami sumber pendapatan negara dan pendapatan daerah dari pajak dan restribusi, penduduk usia produktif dapat menjadi pelaku aktif pembangunan negara dan pembangunan daerahnya. Tentunya penetapan tarif retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 5 (lima) tahun sekali untuk memengaruhi kepatuhan penduduk membayar pajak. Lebih lanjut, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang Dipisahkan maupun Pendapatan Asli Daerah/PAD yang sah berupa Dana Perimbangan tidak dibahas secara rinci disini mengingat buku ajar ini membahas titik temu Penduduk dan Pajak. 226

239 5.5. PAJAK DARI AKTIVITAS KONSUMTIF PENDUDUK Tingkat kebutuhan hidup manusia tidak akan pernah terpuaskan karena unsur produksi dan supply/ketersediaan sangat menentukan demand/ kebutuhan. Sebaliknya demand menghasilkan supply. Sifat konsumtif penduduk suatu tempat sangat ditentukan oleh akar budaya maupun kebiasaan hidupnya. Misalnya penduduk Bali akan mengkonsumsi lebih banyak buah-buahan, sumber daya hewani lainnya sebagai bahan untuk sajen, upacara dan konsumsi keluarga. Intensitas upacara agama Hindu sangat menentukan pola konsumsi pangan dan nonpangan. Sebagai contoh sandang bagi perempuan Indonesia yang tinggal di luar Bali, kepemilikan baju kebaya mungkin minim, sebaliknya di Bali baju kebaya bagi kaum perempuan merupakan identitas ketika upacara berlangsung. Warna putih dan kuning untuk upacara agama, warna cerah dan kebaya modifikasi untuk acara suka cita dan warna kebaya gelap untuk upacara duka. Begitu juga kain dan baju upacara bagi kaum pria. Pada sub pokok bahasan tentang pajak bagi pemakaman mewah di atas yang kebanyakan lokasi pemakaman mewah ini berada di DKI Jakarta dan pulau Jawa, jelas pemakaman mewah tidak bermakna sosial kemasyarakatan kecuali untuk memperlihatkan tingkat kekayaan saja. Namun di Bali, upacara Ngaben tingkat Utama, Madya dan pembakaran Biasa merupakan ciri budaya yang tidak terkait dengan kaya atau miskin saja tetapi bagaimana menjaga kohesivitas penduduk asli Bali agar peran dan simbol budaya terjaga sesuai status sosial suatu keluarga. Keluarga Puri Ubud akan menyelenggarakan upacara Ngaben tingkat utama, sebagai simbol kerukunan dan menjaga sifat kekeluargaannya (menyama-braya). Tidak dapat disangkal, era modern dan pola modernisasi telah mengkotak-kotakkan manusia melalui pola konsumsinya. Misalnya penggunaan merek-merek terkenal memperkaya penampilan para selebritis yang ingin ditiru oleh orang lain. Seolah-olah trend-setter menjadi idola dan diidealkan sebagai life style/gaya hidup. Orang berlomba-lomba menggunakan gadget terbaru, pergi ke hotel berbintang dengan Spa atau pesta malam yang menghabiskan uang. Pada sisi lain ada kelompok puritan dalam masyarakat yang menuduh gaya barat-lah biang kerok dari gaya hidup ini. Perlu kiranya kita kembali menyadarkan diri akan arti kehidupan yang membahagiakan itu yang bagaimana. Benarkah dengan gadget 227

240 terbaru, turun dari limousine dan tinggal di perumahan mewah merupakan suatu kebahagiaan? Tidakkah berbagi dengan orang yang kurang mampu merupakan kebahagiaan tertinggi? Maka pajak dan segala perangkat sedekah, zakat, infaq, iuran, dedosan, punia dan membayar retribusi adalah jawaban untuk saling membahagiakan sesama penduduk Indonesia. Kekayaan harta bersifat sementara, berbagi kasih sayang dan berbahagia bersama sifatnya abadi dan patut dikenang. Tanggal 9 Juli 2015, pola konsumsi masyarakat Indonesia berubah. Karena terdapat 33 barang konsumsi yang tidak lagi dianggap mewah. Pemerintah menghapus sejumlah barang sebagai objek PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), dengan merevisi aturan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.011/2013 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain kendaraan bermotor merek dan harga tertentu masih dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Aturan ini menjadi PMK Nomor 106/PMK.010/2015 ( com/ekonomi/ / penghapusan-pajak-barangmewah-berlaku-9-juli-2015/). Aturan tersebut telah mendapat pengesahan dan tercatat di lembar negara oleh Kementerian Hukum dan HAM pada 9 Juni 2015 lalu. Barang-barang ini telah dibebaskan dari PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), antara lain peralatan elektronik seperti AC, lemari es, mesin cuci, TV, dan kamera. Juga peralatan olah raga seperti alat pancing, peralatan golf, selam, dan selancar. Selain itu, alat musik seperti piano dan alat musik elektrik, barang bermerek seperti pakaian, parfum, aksesoris, tas, arloji, barang dari logam serta perabot rumah tangga dan kantor seperti karpet, kasur, mebel, porselin, serta kristal. kebijakan ini dilakukan untuk mendorong industri pengolahan terutama bagi produk lokal yang bisa diproduksi di dalam negeri serta untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak secara keseluruhan. Dalam wawancara dengan Kemenkeu, imbuhnya Kebijakan penghapusan sebagian besar obyek PPnBM tersebut dapat membantu menjaga stabilitas perekonomian dalam jangka pendek yang selanjutnya dapat mengoptimalisasikan penerimaan perpajakan dalam jangka panjang. co/ read/news/2015/06/11/ /inilah-barang-yang-tidak-dikenai-pajakbarang-mewah. Sari (CNN Indonesia, 2015) mengutip tarif pengenaan PPnBM sebagai berikut: - Tarif 20 persen: 228

241 1. Hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house sejenisnya. 2. Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan luas bangunan 350 meter persegi atau lebih. 3. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title, clan sejenisnya dengan luas bangunan 150 meter persegi atau lebih. - Tarif 40 persen: 1. Barang sejenis balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa tenaga penggerak. 2. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya (kecuali untuk keperluan negara) 3. Peluru dan bagiannya (tidak termasuk peluru senapan angin). - Tarif 50 persen: 1. Kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam Lampiran II PMK Nomor 106/PMK.010/2015, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga: Helikopter, pesawat udara dan kendaraan udara lainnya. 2. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara: Senjata artileri Revolver dan pistol Senjata api (selain senjata artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu yang dioperasikan dengan penembakan bahan peledak - Tarif 75 persen: 1. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum: Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum. 2. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum. Demam batu akik bagi kaum pria dan wanita kini menjadi sorotan berbagai pihak. Ditengarai oleh pemasok batu akik, harga satu batu akik termahal mencapai 0,10 trilyun rupiah (sekitar sekitar 9,3 juta dolar AS bila 100 juta dollar senilai 1 trilyun rupiah). Tempo menuliskan batu akik termasuk barang mewah dan akan dikenai pajak. Menurut Hidayat (Tempo, 2015), Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan, berencana memungut pajak bagi penjual batu akik yang sudah teregistrasi 229

242 dan memiliki NPWP ( Seperti Gambar No 5.7 dibawah ini: Untuk mengimbangi kebijakan PPnBM tersebut, Menkeu juga menyesuaikan tarif pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 atas impor barang, rata-rata menjadi 10 persen, untuk mengurangi dampak peningkatan impor atas barang yang dihapuskan pengenaan PPnBM- nya. Menkeu mengharapkan kebijakan pencabutan pajak beberapa barang obyek PPnBM dan penyesuaian PPh impor akan mendorong konsumsi masyarakat lebih tinggi dan menyumbang kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Kasus No. 3 Wibisono seorang ahli perpajakan dari Universitas Balikpapan membuat modul buku ajar Perpajakan dengan definisinya masingmasing. Jadikanlah modul Wibisono sebagai bahan bacaan dan kasus utama untuk bab V ini. ( esrc=s&source=web&cd=2&ved=0cceqfjabah UKEwjg253pstzGAhVHOxKHQ54Dq4&url=http%3A%2F%2Fw ww.anjarwibisono.com%2fmodules%2fdownload%2fdownload. php%3fid%3d176%26file%3dbuku%2520ajar%2520perpajakan. pdf&ei=re6lvabrx_ ZQjvC58Ao&usg=AFQjCNF2xltxqaPnoSlOd3 XSJjYVHlvWGw&sig2=MHblJB_sR57G5x4 eowsyqw&bvm=bv ,d.d24 230

243 Penduduk Indonesia telah memasuki tahap administrasi digital dalam bidang perpajakan. Artinya keaslian transaksi menjadi lebih transparan. Upaya ini patut disokong oleh seluruh lapisan masyarakat. Misalnya gambar 5.8 ini memperjelas sejak tanggal 1 Juli 2015, seluruh Pengusaha Kena Pajak di Jawa dan Bali telah menggunakan e-faktur. Gambar 5.8 Kewajiban Menggunakan e-faktur bagi Pengusaha Kena Pajak Hingga akhir Juni 2015, pengusaha kena pajak masih banyak yang belum menggunakan e-faktur. Mereka harus meminta sertifikat elektronik (digital certificate) untuk penggunaan e-faktur. Diantara PKP yang belum menggunakan e-faktur adalah rekanan pemerintah, mereka yang bergerak dalam jasa konstruksi, properti dan PKP pedagang eceran ( Tujuan utama dari pemberlakuan e-faktur adalah agar pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan transaksi mudah dicek silang sekaligus proteksi bagi PKP dari pengkreditan Pajak Masukan yang tidak sesuai ketentuan. Hal tersebut karena cetakan e-faktur Pajak dilengkapi dengan pengaman berupa QR code. QR code menampilkan informasi tentang transaksi penyerahan, nilai DPP serta PPN dan lain-lain. 231

244 Refleksi Akhir: QR code secara generic dapat dilihat menggunakan aplikasi QR code scanner yang terdapat di smartphone atau gadget lainnya. Jika informasi yang terdapat dalam QR code tersebut berbeda dengan yang ada dalam cetakan e-faktur Pajak, maka faktur pajak tersebut tidak valid. Jelaslah pemberlakuan penggunaan e-faktur ini menghindari nomor seri faktur bodong karena pasti tertolak di aplikasi e-faktur. QR code adalah pemberian nomor seri faktur pajakyang harus melalui tahapan validasi PKP yang ketat, baik dari registrasi ulang, pemberian kode aktivasi via pos dan password khusus. Disamping itu, aplikasi ini hanya dapat digunakan bila perusahaan berstatus sebagai PKP. Melalui sistem ini dipastikan bahwa hanya pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP yang hanya dapat membuat faktur pajak sehingga tidak ada lagi non-pkp yang bisa membuat faktur pajak. Kewajiban dan pemberlakuan penggunaan e-faktur untuk semua PKP di Jawa-Bali mulai 1 Juli 2015 dan kewajiban yang sama berlaku untuk seluruh PKP di Indonesia mulai 1 Juli 2016 mendatang, berarti Indonesia memasuki era baru Digitalisasi Administrasi Perpajakan. Khususnya untuk perhitungan PPn dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang semakin mudah, aman dan nyaman bagi para pengusaha dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 232

245 PENUTUP/RINGKASAN Menyadari kewajiban penduduk membayar pajak bukan hanya tugas pemerintah, badan usaha atau Dirjen Pajak/DJP namun tugas setiap penduduk dan/atau badan usaha yang menerima penghasilan dari suatu aktivitas produktif. Kesadaran ini bisa dimulai dengan mengerti fungsi pajak progresif dari pemerintah daerah yang meningkat persentasenya atas suatu objek pajak. Misalnya kepemilikan kendaraan bermotor kedua, ketiga dstnya. Tentunya pajak progresif ini berciri khusus yang mencerminkan strategi suatu Pemerintah Provinsi/Pemprov. Misalnya perbaikan sarana, moda transportasi dan sistem jual beli maupun pajak kendaraan di kotakota besar. Berseliwerannya kendaraan mewah di Bali dengan nomor plat Bali menunjukkan tugas reformasi perpajakan semakin berat. Karena fungsi perpajakan adalah melayani, mengawasi dan menegakkan hukum perpajakan. Berapa tarif pajak mobil mewah atau sepeda motor gede (merek dan harga mencapai milyar-an rupiah). Perpajakan berupaya menjaga rasa keadilan penduduk suatu tempat untuk membayarkan kontribusi pajaknya secara benar dengan jumlah yang tepat. Semua kesadaran membayar pajak berawal dari pengajuan Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP. Terutama pembayaran Pajak Penghasilan/ PPh. Berbeda dengan Pajak Bumi dan Bangunan/PBB yang setiap tahun dibayarkan oleh pemilik tanah dan bangunan suatu tempat. Wacana penghapusan PBB untuk rumah hunian perlu dipertimbangkan secara lebih matang untuk membantu penduduk yang hidup di rumah hunian tipe RS dan RSS. Sebaliknya pemakaman mewah di beberapa tempat di pulau Jawa perlu ditinjau ulang nilai sosialnya, perlukah klasifikasi PBB untuk area pemakaman. Juga demam pemakaian cincin batu akik yang bernilai ratusan juta rupiah dapatlah diberlakukan Pajak Pertambahan Nilai/PPN bagi penjualnya (Pengusaha Kena Pajak) atau bisa masuk ke PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Pajak Negara dikelola oleh DJP setiap provinsi di Indonesia sementara pajak daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah/Dispenda karena pajak menuntut kepatuhan penduduk dalam membayarnya, entah dalam bentuk pajak maupun retribusi. Tuntutan ini diperkuat oleh pernyataan presiden RI Joko Widodo. Artinya Negara membutuhkan kesadaran penduduk yang memiliki NPWP untuk mendaftarkan, menghitung dan melaporkan 233

246 penghasilannya. Kepatuhan penduduk membayar pajak akan memperkuat fungsi check and balance administrasi perpajakan maupun akuntabilitas keuangan serta stabilitas anggaran dan belanja Negara. Pada ujungnya, pajak menjadi bagian dari keniscayaan Negara Indonesia yang demokratis; bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Contoh Soal Pelajari PDF yang anda dapatkan dari Kasus No 3 dan jelaskan pemahaman anda tentang tulisan dari Anjar Wibisono ini. Carilah satu tulisan di jurnal yang terakreditasi secara nasional atau internasional dengan Impact Faktor tinggi yang memungkinkan anda memahami kaitan pajak progresif, kewajiban penduduk yang memiliki NPWP orang pribadi atau badan usaha dan penyesuaian tarif pajak (PPh, PBB, PPN, PPnBM atau pajak progresif) untuk memperkaya pemahaman anda terhadap bahasan ini. Soal-soal Latihan 1) Bagaimana anda memahami perhitungan kasus No. 1 dalam box yang tersedia. 2) Pilihlah 2 teman lain untuk membuat perhitungan kasus No. 2 dengan bantuan situs lainnya. Refleksikan hasil kuliah umum dan pemagangan di DJP Provinsi Bali untuk pemahaman yang lebih utuh atas kesadaran serta kepatuhan membayar pajak. Evaluasi Magang Pedoman Penilaian di kelas (0,5, 1, 1,5 dan 2) dan di tempat magang {+ 10 jam, 2 5 jam dengan penilaian dari tim pendamping industri (0-2) setiap harinya sesuai indikator dalam Lembar Penilaian Magang Mahasiswa} Di kelas pada pertemuan pertama : memahami apa saja jenis pajak yang dikenai kepada penduduk yang memiliki penghasilan atau penduduk yang memiliki kendaraan bermotor. Mengapa pajak progresif berlaku pada kepemilikan kendaraan kedua? 234

247 Carilah artikel jurnal atau tulisan terpublikasi mengenai jenis pajak dan kewajiban membayarnya. Di kelas pada pertemuan ke dua : perhitungan PPh atau PPN dari kasus No. 1 atau kasus yang anda ingin bahas secara khusus. Tempat Magang, kantor : 1. KPP/Kantor Pajak Pratama Denpasar Timur 2. Kantor Akuntan Publik yang menangani kasus pajak Tim Pendamping : 1. Kepala Kanwil DJP Provinsi Bali 2. Kepala Kantor Pajak Pratama Denpasar Timur Tim Dosen Pengajar : 1. Nazrina Zuryani 2. Kepala Kanwil DJP Provinsi Bali atau yang mewakili Penulis: Nazrina Zuryani bias dihubungi melalui surel nazrinazuryani@ yahoo.com Bacaan Utama Afriyadi, AD. 19 Maret hapus-pbb-pemerintah-ingin-warga-miskin-tak-terusir-dari-rumah diunduh tgl 15 Juli 2015, jam 14:39 WITA. Hidayat, AN (2015) Termasuk Barang Mewah, Batu Akik akan dikenai Pajak. Diunduh tgl 14 Juli 2015 dari co/read/beritafoto/25998/termasuk-barang-mewah-batu-akik-akandikenai-pajak Kompas, 14 April 2015, Populasi Kendaraan Bermotor Tembus 104,2 Juta Unit, diunduh tgl 15 Juli 2015 dari otomotif.kompas.com/read/20 14/04/15/ /Populasi. 235

248 Kendaraan.Bermotor.di.indonesia.Tembus Juta.Unit KoranSINDO, 2 Juli Nunggak Pajak, Kendaraan Tak Didenda, kolom Jakarta Baru hal. 10 Pandiangan, L Administrasi Perpajakan Pedoman Praktis bagi Wajib Pajak di Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga Sari, EV Penghapusan Pajak Barang Mewah Berlaku 9 Juli 2015, diunduh tanggal 13 Juli 2015 dari ekonomi/ /penghapusan-pajak-barangmewah-berlaku-9-juli-2015/ Tempo (2015), Inilah Barang yang Tidak Dikenai Pajak Barang Mewah. Diunduh tanggal 13 Juli 2015 dari read/news /2015/06/11/ /inilah-barang-yang-tidak- dikenai-pajak barang-mewah Wibisono, A ( php?...buku% 20Ajar%20 Perpajak...) Situs Resmi Lainnya cnnindonesia.com/ekonomi/ /diminta-revisi-jokowi-malah-sebut-target-pajak-kurangtinggi/ dihapushttp://gopajakdjp.blogspot. com/2014/06/persyaratan-npwp-orang-pribadi.html go.id/content/ article/selamat-datang -era-e-faktur-pajak) pajak.com/id/berita-dan- tips/pajak-pertambahan-nilaippn. Liputan Enam, 4 Mei

249 Bab VI {Mengapa bab ini merupakan bab penutup, mahasiswa mampu: menyimpulkan dinamika kependudukan terkait bonus demografi mampu memperbaiki daya saing dan peningkatan kesejahetraan melalui pajak dengan azas, aturan dan macam pajak (pajak orang per orang dan pajak badan usaha) yang harus dipatuhi}. KESIMPULAN DAN SARAN Bangsa Indonesia sangat kreatif. Hendaknya janganlah kreativitas itu hanya digunakan untuk membuat produk-produk tiruan atau untuk menghindari pajak. (Sarwono dan Koesoebjono, Opini & Editorial, Suara Pembaharuan, Kamis, 13 Agustus 2015). SIMPULAN BAB I: Menjadi penduduk suatu negeri yang kaya dalam sumber daya manusia dan terutama sumber daya alam merupakan suatu berkah yang memerlukan upaya peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup yang signifikan dapat dipercepat dengan mengutamakan rasa keadilan sebagai bangsa Indonesia apa bila tata kelola sumber daya manusia mengutamakan kemauan untuk saling berbagi. Berbagi pengetahuan dalam segala bidang kehidupan, berkemauan keras untuk bekerja, menabung dan mengontrol kelahiran, menghilangkan bias gender untuk kesejahteraan penduduk yang dikelola secara tepat. Oleh sebab itu moto yang digaungkan oleh kabinet Indonesia hebat presiden Joko Widodo adalah ayo kerja. Bekerja untuk mendapatkan imbalan adalah tujuan umat manusia dalam meningkatkan kesejahteraannya. Penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang melakukan pekerjaan untuk keberlangsungan hidup setelah menimba ilmu berharap kualitas dan kuantitas jam bekerja sesuai dengan kualifikasi kerja (dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang berdasarkan latar belakang pendidikannya. Ada orang yang mampu bekerja lebih dari 35 jam per Minggu dan sebaliknya, ada orang yang malas bekerja atau enggan membuka usaha baru. Kependudukan sebagai fenomena yang 237

250 kompleks dalam dimensi ekonomi memerlukan pemahaman yang holistik. Oleh sebab itu kebijakan negara memiliki dimensi historis agar setiap warga negara dalam usia produktif (laki-laki dan perempuan) dapat bekerja dan bertanggung jawab untuk dirinya serta patuh dalam membayar pajak, retribusi dan iuran yang imbalannya berguna untuk pembangunan negara. Ketersediaan lapangan kerja dalam sektor formal dan informal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier penduduknya. Semakin lengkap jaminan sosial penduduk semakin tinggi daya saingnya dalam kancah lokal, nasional dan internasional. Tentunya pembangunan ekonomi yang tidak merata antara wilayah perkotaan dan perdesaan memengaruhi angka capaian pembangunan. Manusia seringkali dikonversi sebagai angka agar tidak menganggur, agar partisipasi sekolahnya optimum, agar pendidikan yang dilaluinya berkaitan dan berpadanan dengan peningkatan keterampilan lunak yang prima sehingga sukses dalam karir serta berdaya beli tinggi. Agar sediaan pekerjaan membuat seorang pegawai mampu melakukan perluasan pekerjaan dengan keterampilan berlapis dalam berbagai bidang profesi. Oleh sebab itu tenaga kerja menjadi bagian penting dalam ilmu ekonomi karena interaksi sosial menghasilkan barang dan jasa yang menghasilkan aktor-aktor yang mengelola suatu proses produksi. Melalui pemahaman terhadap dinamika kependudukan, pembangunan ekonomi dapat dicapai agar konsumsi penduduk berlandaskan ekonomi moral namun tetap rasional. Artinya perlu dihindari, menjadi kaya untuk ketika meninggal dunia yang kemudian dimakamkan dipemakaman mewah dengan prosesi tiada henti untuk ditayangkan oleh media akan memperbesar jurang pembeda penduduk kaya dan miskin. Bonus demografi memungkinkan Indonesia bergerak secara signifikan menjadi Negara yang kekuatan kelas menengahnya menjadi jembatan yang melintasi jarak kaum kaya dan kaum miskin. Pajak untuk barang mewah apa saja yang pantas dikenakan kepada semua orang. Pejabat negara atau wakil rakyat dan lapis masyarakat mana yang patut menggunakan cincin batu akik atau pengguna jam tangan yang harganya lebih dari 1 milyar rupiah. Oleh sebab itu, kepatuhan kepada pajak sebagai bentuk penyadaran ekonomi negara yang berimbang menjadi satu keniscayaan negara demokratis. Aturan pajak orang per orang, pajak bagi badan usaha yang berkeadilan tentunya sangat dibutuhkan para pekerja dalam lapis usia, gender, latar belakang 238

251 pendidikan dan kesesuaiannya dengan KKNI. Terutama menyiapkan pintu gerbang MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) memasuki Indonesia sekaligus menyiapkan era tahun 2025 sebagai kebangkitan ekonomi Indonesia dengan penduduknya yang berkualitas. BAB II: UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan menurut BKKBN, Indek Pembangunan Manusia (IPM) adalah merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia yang sudah dilakukan di suatu negara (wilayah) (Soepono, 1999). IPM atau Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Program (UNDP) ini digunakan untuk mengukur keberhasilan kinerja dalam hal pembangunan manusia. Indikator komposit pembangunan manusia adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat pencapaian pembangunan manusia antar wilayah dan antar waktu. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan persentase pencapaian dalam pembangunan manusia dengan memperhatikan tiga faktor sebagai berikut: angka harapan hidup, Pendidikan, dan standar hidup layak. Nilai IPM Indonesia pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,684 menjadikan Indonesia naik 13 peringkat keperingkat 108 dari peringkat 121 pada tahun 2012 (0,629). sedangkan antara tahun 1980 dan 2012 nilai IPM Indonesia meningkat dari 0,422 menjadi 0,629 atau meningkat 49 persen dikarenakan adanya peningkatan angka harapan hidup pada periode yang sama dari 57,6 tahun menjadi 69,8 tahun saat ini. Tingkat ekspektasi lamanya bersekolah meningkat dari 8,3 tahun pada 1980 menjadi 12,9 tahun pada 2012, artinya, anak usia sekolah di Indonesia memiliki harapan mengenyam bangku pendidikan selama 12,9 tahun atau mencapai tingkat pertama jenjang perguruan tinggi. Meskipun IPM Indonesia naik tiga belas peringkat, Ipm Indonesia masih berada dibawah rata-rata dunia yaitu 0,694. Peringkat Indonesia diregional ASEAN masih jauh di bawah beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand. Negara ASEAN lain seperti Filifina, Vietnam, Laos, Kamboja, Timor Leste, dan Laos ada di bawah Indonesia. 239

252 Perbaikan IPM diharapkan mampu meningkatan kualitas SDM yang mampu bersaing dan berkompetisi pada perekonomian global sehingga daya saing Indonesia dapat ditingkatkan. Daya saing Indonesia di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu Infrastruktur, Konsumsi dan tabungan, subsidi silang. Pada tahun 2014 Daya Saing Indonesia Versi World Competitiveness Report berada di posisi 34 dari 148 negara. Terpuruknya daya saing Indonesia diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain:a) Tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro, b) Buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan, c) Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas, d) Rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasional perusahaan. e. Lemahnya iklim persaingan usaha. BAB III: Menghadapi bonus demografi menjadi sebuah tantangan bagi bangsa Indonesia di tengah-tengah pergulatan ekonomi. Kata- kata bonus dalam demografi bisa menjadi malapetakan atau bencana demografi jika pemerintah tidak mampu mewujudkan pelayanan yang ideal terutama di sektor pendidikan dan kesehatan. Dua sektor tersebut bisa dimaknai sebagai sektor penunjang dalam mewujudkan bonus demografi yaitu menghasilkan generasi yang memiliki skill dan kompetensi unggul dalam persaingan secara global dan generasi yang sehat secara fisik serta psikis. Untuk memdapat sesuatu yang kita impikan marilah membangun pondasi dasar dalam pembangunan yaitu manusia itu sendiri. Hal ini telah banyak dilakukan dibanyak negara maju. Kemajuan suatu negara bukan terletak pada sumber daya alam yang dimiliki tetapi bagaimana suatu negara menghasilkan generasi yang unggul dari sektor pendidikan serta kesehatan. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat menjadi judul Bab III dalam buku ini akan memberikan gambaran yang diperkuat dengan argumentasi berkaitan tantangan yang dihadapi di sektor kependudukan, kemudian implikasi terhadap sektor pendidikan dan kesehatan dan yang terakhir peran desentralisasi fiskal melalui pajak daerah dalam mewujudkan kesejahteraan. Dalam tulisan pada bab III menjelaskan bahwa kesejahteraan bukan suatu yang abstrak tetapi sesuatu yang konkret ketika bangsa ini mampu mengelola penerimaan sektor pajak. Mewujudkan kesejahteran tidak lagi menjadi domain pemerintah pusat tetapi telah bergeser kepada pemerintah daerah. Seiring dengan bergesernya pendulum kekuasaan dan 240

253 kewenangan kepada daerah melalui otonomi, akan menjadi keharusan bagi setiap daerah menjawab kebutuhan atau tuntutan masyarakat. Kondisi inilah yang coba dianalisa dalam tulisan ini realita yang ada terkait kinerja pemerintah daerah dalam meningkatan pendapatan sektor pajak dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perubahan peraturan sektor pajak daerah menjadi fakta bahwa pemerintah daerah lebih didorong dalam meningkatkan pendapatan daerahnya guna menunjang pembangunan di sektor masyarakat. BAB IV: Politik perpajakan adalah instrumen penting dalam memperkuat pondasi demokrasi modern. Pajak berkaitan dengan seberapa besar kepentingan warga terakomodasikan pada badan-badan perwakilan politik yang dimilikinya. Pada tataran modern lembaga perwakilan pada berbagai negara lahir dari hasil negosiasi antara Pemerintah dengan pembayar pajak, yang tak lain adalah warganya sendiri. Pada konteks ini Pemerintah memberikan ruang keterwakilan bagi pembayar pajak sebagai imbalan atas pembayaran pajak yang dilakukan warganya. Pajak menjadi instrumen penting untuk memastikan berjalannya elemen dasar demokrasi modern, seperti hak memilih sekaligus dipilih sebagai wakil dalam lembaga perwakilan. Kedua, pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan dan bukan sekedar instrumen ekonomi semata. Pemungutan pajak oleh Negara dalam kerangka penguatan demokrasi harus dilaksanakan sejalan dengan asas-asas yang disepakati bersama dalam kerangka regulasi negara. Hal ini mengingat hakikat pemungutan pajak adalah pengaturan kehidupan masyarakat secara adil termasuk mengakomodasikan keseimbangan antara kepentingan yang dilindungi sehingga setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya masing-masing sebagaimana mestinya. Ukuran untuk menilai kemampuan pemerintah dalam memungut pajak inilah yang disebut dengan rasio pajak. Rasio pajak di Indonesia masih berkisar 12% terhadap PDB. Rasio ini termasuk dalam kategori rendah, apabila dibandingkan dengan negara-negara setara. Indonesia saat ini termasuk dalam kategori negara pendapatan menengah bawah (lower middle income) dan rata-rata rasio pajak pada negara dalam kategori ini adalah sebesar 19%. Kapasitas penggalian pajak di Indonesia bahkan masih lebih buruk dibandingkan rata-rata rasio pajak negara miskin (low income) yang mencapai 14,3%. Hal ini mengindikasikan adanya persoalan mendasar dalam kapasitas pemungutan pajak. 241

254 Pada proses pemungutan pajak, Negara mengedepankan asas-asas pemungutan pajak terutama prinsip keadilan. Prinsip keadilan menjadi sangat penting di saat ketimpangan ekonomi masih resisten mendominasi kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia. Partisipasi warga dalam membayar pajak merupakan aktualisasi pengakuan mereka atas kekuasaan yang terpilih dari proses demokrasi. Pada alur ini, warga membayar pajak sebagai bentuk partisipasi finansial. Pajak inilah yang kemudian pengalokasiannya diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) di level Pemerintah Pusat maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di level Pemerintah Daerah. Proses penyusunan hingga penetapan APBD ini melibatkan peran Presiden dan DPR sebagai Pemerintah Pusat; serta Gubernur, Bupati atau Walikota dan DPRD sebagai Pemerintah Daerah. Alokasi penerimaan APBN atau APBD inilah yang salah satunya berasal dari pajak warga kemudian diperuntukkan sebagai belanja daerah. Komponen belanja ini yang kemudian diperuntukkan bagi pendanaan atas program-program kesejahteraan masyarakat. Pada tataran praktis pemungutan pajak, senantiasa terdapat penyimpangan. Salah satu diantaranya adalah terdapatnya kasus pajak fiktif. Kasus pajak fiktif adalah pelaporan pajak tidak dalam kondisi sesungguhnya. Identik dengan kasus ini terdapat kasus pengemplangan pajak. Sedangkan kasus pengemplang pajak adalah kasus yang melibatkan kelompok masyarakat yang tidak peduli kepada keadilan dan kesejahteraan. Melalui tindakan mengemplang pajak ini, wajib pajak sama saja telah membiarkan pemerintah kehilangan kemampuan membangun ekonomi dan mendistribusikan kemakmuran pada sebuah negara. Pajak menjadi penopang dominan pembiayaan APBN maupun APBD, sehingga berbagai jenis pajak yang dipungut, pola pembayaran serta pengawasannya menjadi tanggungjawab seluruh warga negara maupun pemerintah. Fungsi pajak secara ideal untuk membiayai pembangunan, keadilan, pemerataan dan kesejahteraan seluruh warga negara. Pada sisi yang sama rendahnya pemungutan pajak di Indonesia salah satunya juga disebabkan antipati warga negara yang melihat buruknya tata kelola pajak dan kasus-kasus penyimpangan pajak yang mempengaruhi ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi yang melakukan pemungutan pajak. Untuk membangun sistem perpajakan yang kuat dibutuhkan konstruksi sistem yang mampu menyakinkan warganegara bahwa mereka 242

255 dilindungi dari praktik korupsi dan ketidakefisienan birokrasi. Studi yang dilaksanakan pada 30 negara maju dan berkembang menunjukkan fakta bahwa terjadi korelasi positif antara kepatuhan pajak dengan rendahnya tingkat korupsi dan efisiensi birokrasi. BAB V: Pajak menjadi keniscayaan negara demokratis, dimana penduduk usia produktif ingin mencapai kehidupan layak dengan bekerja dan melakukan kegiatan konsumtif (membeli berbagai barang kebutuhan termasuk kendaraan roda dua atau roda empat). Penduduk yang melakukan kegiatan konsumtif tersebut dituntut untuk bertanggung jawab sebagai seorang warga negara yang memanfaatkan fasilitas negara melalui nafkah penghasilan yang didapatnya. Salah satu tanggung jawab yang dipikul oleh seorang penduduk yang memiliki penghasilan adalah mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak orang per orang. Hak dan kewajiban WP diatur oleh Undang-undang Perpajakan No. 28 tahun 2007 pasal 1, ayat 2. Aturan sebagai wajib pajak berarti para pekerja secara jujur menghitung penghasilannya, melaporkan penghasilannya dan membayar pajak penghasilan pekerja tersebut. Apa bila belum melaporkan harta dan penghasilan bersih maka WP diminta melakukan pertobatan dengan meminta pengampunan pajak sesuai Undang-undang pengampunan pajak No. 11 tahun Misalnya harta tersebut itu berada di luar negeri, maka repatriasi pajak dilakukan dengan menebusnya atau menanamkannya di Indonesia. Badan usaha (pengusaha kena pajak) melalui bendahara yang ditunjuk atau melalui sistem on line melakukan hal yang sama yaitu menghitung laba-rugi, melaporkannya dan membayar pajak kepada Negara dan menghindari kecurangan atau kebocoran ekonomi yang berakibat kerugian Negara RI. SARAN Memahami situasi kontemporer Indonesia saat ini tidak terlepas dari naik turun situasi ekonomi, sosial-politik dunia. Indonesia menginginkan pijakan ekonomi yang kuat agar penduduknya yang berlimpah akan menjadi berkah dan bukan musibah. Oleh sebab itu disarankan: 1. Tingkatkan pemahaman penduduk terhadap realitas dan fenomena ekonomi. 243

256 2. Persoalan pajak, iuran wajib, pajak daerah, retribusi sebagai kontribusi ekonomi penduduk, membutuhkan sinergitas antar disiplin ilmu, kepakaran yang semakin intens, saling terkait dan berkelindan satu dengan yang lain. Penduduk seharusnya patuh kepada aturan, azas pajak dan retribusi untuk menjembatani jurang kaum kaya dan kaum miskin di Indonesia dengan meningkatkan kesadaran akan arti kesejahteraan bersama. 3. Persoalan ekonomi dan pemungutan pajak adalah persoalan antara aktor, tindakan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa serta distribusi barang serta pola konsumsi penduduk suatu negara. Pajak berkebutuhan selain memperkuat basis produksi penduduk juga meningkatkan kemampuan pekerja agar para buruh, pegawai dan juga pejabat mendapatkan hak-haknya setelah menunaikan kewajibannya. Oleh sebab itu pasar, jejaring kepercayaan dan modal menjadi pilihan bagi pengambil kebijakan Negara. Pasarkah yang menentukan arah kebijakan ekonomi penduduk Indonesia? Negarakah yang mengendalikan seluruh kebutuhan hidup masyarakat sipil atau sebaliknya? Bagaimana pola hubungan Negara kepada penduduknya? Semua pertanyaan ini perlu dicarikan jawabannya melalui pemagangan dan sistem internship (magang dengan kendali tim pendamping, pimpinan usaha dan kampus). Agar kompetensi mahasiswa meningkat seiring dengan pemahaman yang lebih makro terhadap situasi kontemporer ekonomi Indonesia pasca reformasi. 244

257 TENTANG PENULIS DAN TIM INTI PENELITIAN Tim inti penelitian terdiri dari tiga orang yaitu Nazrina Zuryani, IGPB Suka Arjawa dan Muhammad Ali Azhar. Saat ini, IGPB Suka Arjawa selaku pejabat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) bersama Nazrina Zuryani memiliki home base di Program Studi Sosiologi Universitas Udayana. Sementara Muhammad Ali Azhar berasal dari Program Studi Ilmu Politik yang fokus untuk buku kembar Akuntabilitas Partai Politik. Buku ajar Penduduk & Pajak dengan kembarannya adalah pemenang hibah kompentensi (HIKOM) Ditbinlitabmas yang merupakan hasil penelitian pemagangan di tahun 2015 dan tahun NAZRINA ZURYANI biasa dipanggil dengan nama bu Inez, menulis Bab I buku ajar Penduduk dan Pajak, bab V dan bersama ketiga penulis lain menyimpulkannya. Selain Nazrina Zuryani adalah ketua peneliti Hibah Kompetensi untuk Buku Ajar dan Pemagangan Mahasiswa FISIP Universitas Udayana: Menuju Kompetensi Profesi (Penduduk dan Pajak serta Akuntabilitas Partai Politik) juga peminatan bu Inez pada bidang kesehatan penduduk, sosiologi kuliner, sosiologi politik dan studi gender. Lulusan Doctor of Philosophy bidang Sosiologi dan Antropologi dari Newcastle University, dan Master of Arts bidang Demografi dari the Australian National University di Australia ini menulis hampir sebagian dari buku Penduduk dan Pajak. Pertimbangan utamanya adalah studi kependudukan yang digelutinya di Canberra perlu menjadi kajian kuantitatif prediktif pada Prodi Sosiologi, Prodi Administrasi Negara dan Prodi Ilmu Politik. Pemahamannya tentang pajak, retribusi dan pungutan (bea masuk, bea cukai dll) dielaborasi lebih lanjut dalam kondisi kontemporer masyarakat Indonesia yang belum patuh pajak. Kombinasi azas dan aturan pajak tulisan bab IV dengan bab V ini memperlihatkan pajak, pengampunan, repatriasi pajak dan sanksi-nya adalah refleksi kepentingan negara dan daerah dalam memungut pajak kepada penduduknya. Mahasiswa pengambil matakuliah dengan pegangan 245

258 buku ajar ini dituntut mampu merefleksikan kelemahan aturan, kebijakan daerah, aturan dan perundangan pajak negara untuk penduduk usia produktif yang hingga tahun 2030 nanti diprediksi menjadi pekerja yang menanggung ketergantungan penduduk lanjut usia, anak a masih sekolah/kuliah, pasangan yang tidak mencari nafkah dan anak usia dibawah 15 tahun. KADEK WIWIN DWI WISMAYANTI mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Udayana di tahun Mengembangkan peminatan pada bidang Administrasi Publik dan menyelesaikan studi Strata 2 pada Universitas Pendidikan Nasional di tahun Saat ini menjadi dosen pada Program Studi Administrasi Negara dengan beberapa kegiatan riset yang ditanganinya bersama dosen lainnya. Dalam menuliskan bab II, ujian terberat baginya adalah mengupayakan suatu parameter yang konsisten dalam mengukur IPM (Indeks Pembangunan Manusia) agar mudah dipahami. Selain itu menggabungkan parameter pengukuran kuantitatif manusia untuk memperlihatkan daya saing bangsa yang memiliki kerumitan tersendiri. Tidak dapat dihindari bab kedua ini banyak memotret manusia sebagai angka, potensi persaingan dan aktor pengambil kebijakan lokal, nasional dan internasional. I PUTU DHARMANU YUDARTHA, dosen termuda yang langsung didaulat menjadi sekretaris s Program Studi Administrasi Negara di tahun 2015, mulai aktif dalam berbagai kegiatan akademik di FISIP UNUD sejak status PNS didapatnya tahun Penulis bab ke III buku ajar Penduduk & Pajak ini menarasikan upaya mensejahterakan masyarakat (baca: penduduk) dalam konteks desentralisasi fiskal dan rasio pajak. Kesejahteraan penduduk menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah selain pemerintah pusat yang dibahas untuk komitmen bersama yaitu memajukan bangsa Indonesia secara ekonomi, sosial dan politik. Dosen muda ini menyelesaikan studi 246

259 Sarjana Ilmu Sosial pada Universitas Jember bidang Administrasi Negara pada tahun Pada tahun 2012 menyelesaikan studi Master bidang Administrasi Publik pada Universitas Gajah Mada di tahun 2012 dengan kajian tesis kebijakan publik. TEDI ERVIANTONO. Menamatkan program sarjana pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada tahun Bekerja sebagai jurnalis di Grup Jawa Pos tahun Melanjutkan studi tudi S2 Jurusan Ilmu Politik, Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah, Universitas Gadjah Mada tahun 2001 hingga tamat tahun Pernah aktif dalam lembaga pemantau dan pemeringkatan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah di The Jawa Pos Intitute of Pro Otonomi (JPIP) Jawa Pos. Terlibat dalam beberapa riset terkait studi kebijakan dan otonomi daerah, antara lain SENADA-USAID USAID tentang pemetaan regulasi yang berdampak beban ekonomi biaya tinggi bagi industri daerah, peneliti pemetaan peran komunitas sipil dalam pengentasan kemiskinan pada proyek Civil Society Initiative Against Poverty (CSIAP) di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, sebagai peneliti Indonesia Governance Index (IGI) Provinsi Bali tahun 2012 serta peneliti pe Indonesia Governance Index (IGI) untuk Kabupaten Karangasem pada tahun Tahun pernah beraktifitas sebagai karyawan di Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya dan dosen pada Program Studi Ilmu Politik Universitas Brawijaya di tahun Tahun 2010 hingga sekarang beraktifitas sebagai dosen tetap pada Program Studi Ilmu Politik, dan menjadi Wakil Dekan bidang Akademik/PD I FISIP Universitas Udayana. 247

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF 15-60 TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA Pengantar : Prof. Dr. Haryono Suyono, MA., PhD. YAYASAN ANUGERAH KENCANA BUANA, JAKARTA APAKAH ERA BONUS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO

TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO Dr. Mahartono, M.M. Kepala Bagian Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III Disampaikan padaseminar Nasional Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Untuk meningkatkan pertumbuhannya, pemerintah Indonesia terus melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X)

MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X) MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X) Oleh : I GUSTI AYU VINGKY SURYA DEWI NIM : 1406013057 Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitment internasional untuk mewujudkan sasaran pembangunan global telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai MDGs (Millenium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER HARGA KOMODITAS YANG NAIK-TURUN RISIKO GEOPOLITIK:

Lebih terperinci

TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 1 TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Tema: Peran Pemuda Dalam kebijakan Pembangunan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai pendapatan utama untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan dapat memiliki kemampuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium Development Goals (MDG s) dengan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Merosotnya perekonomian Indonesia pada tahun 2015 mendorong pandangan positif pemerintah untuk dapat mencapai perekonomian yang lebih baik di tahun kedepannya. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dimana bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN 2015-2019 NO JUDUL RUU KETERANGAN 1 2 Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SUATU SOLUSI MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 31 Agustus 2016; disetujui: 15 September 2016 Dalam rapat paripurna DPR RI 28 Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

1. Tren Nasional: Peningkatan Jumlah Penduduk Disertai LPP yang Menurun

1. Tren Nasional: Peningkatan Jumlah Penduduk Disertai LPP yang Menurun PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA DISERTAI PENURUNAN LPP (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Indonesia akan

Lebih terperinci

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB)

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB) Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB) Oleh : Drs. Dani Saputra, M.Kes Peneliti Madya Perwakilan BKKBN Prov. Sumsel Dalam upaya melaksanakan janji kampanye mensejahterakan rakyat, Presiden Jokowi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak KONDISI EKONOMI GLOBAL MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN 2015-2019 ------- No JUDUL RUU KETERANGAN 1. RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional 2. RUU

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG BIDANG KEUANGAN NEGARA YANG SEDANG DIBAHAS PEMERINTAH DENGAN DPR RI TAHUN 2016

RANCANGAN UNDANG UNDANG BIDANG KEUANGAN NEGARA YANG SEDANG DIBAHAS PEMERINTAH DENGAN DPR RI TAHUN 2016 RANCANGAN UNDANG UNDANG BIDANG KEUANGAN NEGARA YANG SEDANG DIBAHAS PEMERINTAH DENGAN DPR RI TAHUN 2016 NO RANCANGAN UNDANG-UNDANG 1. Rancangan Undang-Undang tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan 2. 3.

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN 2015-2019 NO JUDUL RUU KETERANGAN 1 2 Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Undang No.37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, sangat bertumpu pada pembangunan nasional demi mewujudkan kemakmuran rakyatnya. Dalam menjalankan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat yaitu melalui pembangunan yang dilaksanakan secara merata. Pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis properti di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat tajam pada dekade terakhir ini. Banyak indikator yang dapat dilihat di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK -32- DRAFT RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK I. UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5899 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 131) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Kepala BKKBN SAMBUTAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI KELUARGA XX TINGKAT NASIONAL TAHUN 2013 DI SELURUH INDONESIA

Kepala BKKBN SAMBUTAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI KELUARGA XX TINGKAT NASIONAL TAHUN 2013 DI SELURUH INDONESIA Kepala BKKBN SAMBUTAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI KELUARGA XX TINGKAT NASIONAL TAHUN 2013 DI SELURUH INDONESIA Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera untuk kita

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH

PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN ADVOKASI PENYUSUNAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER

Lebih terperinci