BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. Perilaku menunda-nunda dalam literatur ilmiah psikologi disebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. Perilaku menunda-nunda dalam literatur ilmiah psikologi disebut"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Perilaku menunda-nunda dalam literatur ilmiah psikologi disebut Prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari Bahasa Latin procrastination dengan awalan pro crastinus, dengan awalan pro yang berarti forward atau meneruskan atau mendorong ke depan, dan akhiran crastinus yang berarti belonging to tomorrow atau milik hari esok. Jika digabungkan menjadi procrastinus yang mempunyai arti forward it to tomorrow (meneruskan hari esok) atau dengan kata lain berarti saya akan melakukan nanti (Burka & Yuen, 2008). Dari kedua kata tersebut dapat ditarik maknanya yang berarti pro-crastinus adalah suatu keputusan untuk menunda pekerjaan ke hari berikutnya. Teori cognitive behavioral menjelaskan bahwa perilaku menunda akibat dari kesalahan dalam berpikir dan adanya pikiran-pikiran yang irasional terhadap tugas seperti takut gagal dalam penyelesaian suatu tugas (Ellis & Knaus dalam Ferrari dkk, 1995). Perilaku menunda-nunda sering dilakukan oleh mahasiswa seperti yang diungkapkan oleh Oweini dan Haraty (Akinsola 2007) mahasiswa sering 11

2 12 melakukan penundaan seperti menunda sebuah tugas yang sebetulnya tidak perlu untuk ditunda. Ghufron dan Risnawati (2012) mengungkapkan bahwa prokrastinasi dibagi menjadi dua yaitu prokrastinasi akademik dan non akademik. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Sedangkan prokrastinasi non akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non formal atau tugas yang berhubungan dengan sehari-hari misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor, dan lain sebagainya. Solomon & Rothblum (1984) mengungkapkan prokrastinasi akademik adalah penundaan mulai pengerjaan maupun penyelesaian tugas yang disengaja. Terdapat enam area indikasi prokrastinasi akademik akademik yaitu tugas mengarang (membuat paper), belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan yang dilakukan secara terus menerus baik penundaan jangka pendek, beberapa saat menjelang deadline ataupun jangka panjang sehingga mengganggu kinerja dalam rentang waktu terbatas dengan mengganti aktivitas yang tidak penting. Seperti pada mahasiwa yang bekerja, mahasiswa yang bekerja adalah mahasiswa yang aktif dalam menjalani dua aktivitas sekaligus yaitu kuliah dan bekerja. Dua aktivitas ini dapat dilakukan secara bersamaan dan saling mendukung satu sama lain. Dengan bekerja,

3 13 seseorang dapat mengumpulkan uang untuk biaya kuliah, sementara dengan kuliah seseorang dapat memperoleh ilmu pendidikan yang lebih tinggi dan membangun masa depan yang jauh lebih cerah lagi (Hidayah, 2016). Berdasarkan pengertian-pengertian prokrastinasi akademik yang telah peneliti paparkan dari beberapa ahli di atas maka, disimpulkan prokrastinasi akademik adalah penundaan mulai pengerjaan maupun penyelesaian tugas yang disengaja. Terdapat enam area indikasi prokrastinasi akademik akademik yaitu tugas mengarang (membuat paper), belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan yang dilakukan secara terus menerus baik penundaan jangka pendek, beberapa saat menjelang deadline ataupun jangka panjang sehingga mengganggu kinerja dalam rentang waktu terbatas dengan mengganti aktivitas yang tidak penting 2. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik Ferrari,dkk. (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanisfestasi dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu antara lain. a. Penundaan untuk memulai maupun meyelesaikan tugas yang dihadapi. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, menunda-nunda untuk

4 14 memulai mengerjakannya atau memulai mengerjakan atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dari pada yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas seseorang prokrastinator menghabiskan waktu ynag dimiliki untuk mempersiapkan diri secara berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal- hal yang tidak dibutuhkan dalam menyelesaikna tugas, tanpa menghitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tidakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai kelambanan, dalam arti lambanya kerja seseorang dalam melakukan tugas dapat menjadikan ciri utama dalam prokrastinasi akademik. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah di tentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah ditentukan sendiri. Seorang mungkin telah merencanakan mulai mengerjakan tugas pada waktu yang ditentukan. Akan tetapi, ketika saatnya tiba tidak dapat melakukannya sesuai

5 15 dengan yang telah direncanakan sehingga menyebabkan keterlambatan ataupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus dikerjakan seseorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah taau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugasnya yang harus diselesaikan. Adapun aspek prokrastinasi akademik menurut Milgram (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012), sebagai berikut: a. Melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai menyelesaikan tugas baik untuk memulai maupun untuk menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas. Mahasiswa yang menunda-nunda merupakan akibat dari ketakutan akan kegagalan yang kolerasi terkuat terantung pada pemilihan mata pelajaran, oleh karena itu ketakutan akan kegagalan berperan sebagai alasan untuk menunda akademis (Schouwen burg dalam Ferarri dkk 1995). Perilaku tersebut biasanya disebabkan oleh tugas yang

6 16 membosankan, sulit, tidak mmenyenangkan atau memerlukan kerja keras tetapi pada akhirnya memerlukan penyelesaian (Haynes, 2010). b. Menghasikan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas. mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk menunda akan terlambat dalam menyelesaikan tugasnya sehingga hasilnya tidak maksimal. c. Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya pada mahasiswa yaitu tugas sekolah. d. Menghasilan keadan emosi yang tidak menyenangkan misalnya perasaan cemas, bersalah, marah, panik dan sebagainya. Berdasarkan Aspek-aspek prokrastinasi akademik variabel tersebut di atas dapat disimpulkan menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron dan Risnawati 2010) yaitu penundaan untuk memulai maupun meyelesaikan tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Sedangkan menurut Milgram (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012) prokrastinasi akademik memiliki empat aspek yaitu melibatkan unsur penundaan, menghasikan akibatakibat lain yang lebih jauh, Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi, dan menghasilkan keadan emosi yang tidak menyenangkan.

7 17 Berdasarkan penjelasan aspek-aspek prokrastinasi akademik diatas peneliti memilih aspek dari Ferrari dkk (dalam Ghufron dan Risnawati 2010). Alasan menggunakan aspek dari Ferrari dkk karena menurut peneliti lebih memudahkan peneliti saat membuat penelitin. Sebagai contoh yang pernah peneliti lain lakukan dengan menggunakan aspek tersebut ialah permasalahan oleh Indah dan Shofiah (2012) berjudul hubungan prokrastinasi akademik dengan kejujuran dengan tidakkejujuran akademik pada mahasiswa Psikologi UIN Suska Riau. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Prokrastinasi Akademik Menurut Noran (dalam Akinsola, dkk., 2007) menyebutkan ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Manajemen waktu. Seseorang yang melakukan prokrastinasi menunjukan ketidakmampuan mengelola waktu dengan bijak. Hal ini menyiratkan ketidakpastian prioritas, tujuan dan objektivitas karena ketidakpastian dapat menyebabkan prokrastinator tidak tahu tujuan mana yang harus dicapai dahulu, sehingga mereka sering mengerjakan aktivitas lain disamping tujuan utamanya. Hal itu menyebabkan tidak fokus, yang akhirnya dapat membuat pekerjaan menjadi berantakan dan tidak dapat selesai tepat pada waktu yang ditentukan. Taylor (1990) mengatakan sebaliknya, apabila individu teratur dalam manajemen waktu memiliki

8 18 sedikit kecenderungan dalam ketidakpastian dalam mengambil keputusan, kepusingan, tidak mengerjakan suatu hal dengan dua kali, Tidak tergesagesa dan tidak mencari aktivitas lain. Sehingga menjadikan individu terkendali dengan baik. Nampak dari individu yang tenang, santai dan efisien. b. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan kesadaran yang rendah Jika tingkat konsentrasi dan kesadaran yang rendah individu akan mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan disebabkan oleh distorsi pada lingkungan, seperti kebisingan, meja belajar yang berantakan atau mengerjakan tugas di tempat tidur. Namun beberapa orang menghabiskan banyak waktu dalam mencoba dan menciptakan lingkungan yang sempurna sebelum memulai tugas seperti menyiapkan pensil, menyiapkan kopi dan menumpuk kertas-kertas di meja dengan rapih, tidak ada yang salah karena mengatur lingkungan dengan cara yang diinginkan adalah hal kondusif bagi produktifitas, namun akan timbul masalah ketika terus menciptakan lingkungan yang sempurna sebelum melakukan apapun. menunda memulai tugas sampai segala sesuatu baik, merupakan suatu bentuk penundaan. Sehingga dapat menimbulkan sebuah penundaan (Davidson 2008). c. Ketakukan dan kecemasan terkait dengan kegagalan seseorang Individu menghabiskan lebih banyak waktu untuk menghawatirkan apa yang akan terjadi daripada memikirkan cara menyelesaikannya seperti

9 19 seorang mahasiswa yang dihadapkan oleh tugas tetapi menghindari tugas yang diberikan dari pada memikirkan cara untuk menyelesaikannya. Ferrari, Johnson, & Mccown, (1995) mengatakan kecemasan dengan cepat mengganggu kemampuan berkonsentrasi dan memulai tugas penting, saat kegelisahan terjadi menyebabkan penundaan tugas dan perlu strategi belajar agar dapat menyelesaikan tugas. Perilaku ini melibatkan kesadaran pelaku prokrastinasi yang seharusnya melakukan tugas itu dan bahkan ingin untuk melakukan tugas itu, namun gagal memotivasi diri sendiri untuk melakukan tugas tersebut dalam jangka waktu yang diharapkan atau diharuskan. Burka & Yuen, (2008) menambahkan individu yang pesimis menganggap bahwa semua tugas yang diberikan sulit, sehingga lebih mengkhawatirkan tugas dan lebih memilih mengerjakan tugas pada lain waktu meskipun menyadari bahwa dapat menyebabkan individu tersebut menjadi gagal. d. Kurang yakin terhadap kemampuan Kurangnya keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki menjadi awal dari perilaku menunda-nunda. sedangkan berfikir positif memberikan motivasi dalam melakukan suatu pekerjaan ataupun tugas sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu. McCann dan Higgnis dalam Ferrari, Johnson, & McCown (1995) mengatakan apabila seseorang tidak memiliki keyakinan tentang tugas, tanggung jawab dan kewajiban maka

10 20 dapat berakibat negatif pada individu tersebut terkait seperti kecewa dan malu serta akan menimbulkan ketakutan dan ketidaknyamanan. Dari uraian faktor-faktor prokrastinasi akademik di atas, peneliti menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi Prokrastinasi akademik meliputi manajemen waktu, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,ketakutan, kecemasan dan tidak yakin terhadap kemampuan yang dimiliki. Peneliti memilih faktor menajemen waktu. Alasan peneliti memilih faktor manajemen waktu karena jika seseorang memiliki manajemen waktu yang buruk maka akan menyebabkan penundaan dan sebaliknya manajemen yang baik dapat menjadikan waktu lebih efisien sehingga tidak terjadi prokrastinasi (Burka & Yuen 2008). B. Manajemen Waktu 1. Pengertian Manajemen Waktu Menurut Macan, Dipboye, Phillips dan Shahani (1990) manajemen waktu merujuk pada pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas waktu, selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus diselesaikan. Lakein (dalam Macan, 1994) mendeskripsikan manajemen waktu merupakan perilaku seseorang yang

11 21 menentukan kebutuhannya serta keinginannya terlebih dahulu, lalu kemudian diurutkan berdasarkan derajat kepentingannya. Davidson (2008) mengatakan manajemen waktu adalah menggunakan sedikit waktu untuk memikirkan apa yang ingin diselesaikan, sehingga dapat memulai pekerjaan dengan arah yang benar dan mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan mudah. Lebih lanjut Haynes (2010) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah suatu proses pribadi dengan mengandalkan analisis dan perencanaan bukan hanya menggunakan waktu, tetapi juga masalah yang dihadapi dalam menggunakan waktu secara efektif disertai penyebabnya. Agar dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui investasi waktu yang baik. Mancini (2003) mendefinisikan manajemen waktu adalah serangkaian pilihan keterampilan yang memungkinkan membedakan antara yang perlu dilakukan dan yang akan dilakukan agar dapat hasil yang efektif. Sedangkan menurut Srijati, Purwanto dan Artiningrum (2007) manajemen waktu adalah aktivitas memanfaatan waktu tertentu dan potensipotensi yang tertanam dalam diri kita untuk mencapai tujuan-tujuan penting dalam kehidupan kita. Berdasarkan pengertian-pengertian manajemen waktu yang telah peneliti paparkan dari ahli di atas maka, disimpulkan manajemen waktu merujuk pada pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas waktu,

12 22 selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus diselesaikan. 2. Aspek-Aspek Manajemen Waktu Macan dkk (1990) membagi manajemen waktu kedalam empat aspek sebagai berikut, a. Menetapkan tujuan dan prioritas (goal setting and prioritizing) Srijanti, Purwanto dan Artiningrum (2007) mengungkapkan bahwa menetapkan prioritas merupakan hal yang penting karena berisi mengenai tujuan, tugas dan pekerjaan secara berurutan dari terpenting. Dengan begitu individu dapat mencapai tujuan-tujuan sesuai dengan alokasi yang ada. Individu yang sukses dan produktif tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas. Tetapi merealisasikan hasil-hasil tersebut sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. untuk mewujudkan tujuan tersebut, individu harus membuat rencanarencana dan menentukan prioritas berdasarkan tingkat urgensinya. Penentuan prioritas sangat penting agar kita dapat mengatur pekerjaan sesuai kepentingannya. Pengaturan waktu yang baik mempermudah pencapaian tujuan-tujuan. Lakein (dalam Timpe 2002) mengungkapkan bahwa dalam menyusun prioritas yang umum digunakan adalah system prioritas ABC (system priority

13 23 ABC). Tujuan yang diberikan tanda A adalah tujuan yang harus diberi perhatian utama dan mempunyai nilai kepentingan tinggi. Tujuan yang diberikan nilai B aktivitas mempunyai nilai kepentingan sedang. Selanjutnya, tujuan yang diberikan tanda C merupakan tujuan yang memiliki kepentingan rendah. b. Mekanisme dari manajemen waktu (mechanics of time manajement) Aspek ini merupakan perilaku yang biasanya terkait dengan cara seseorang mengelola waktu (perencanaan). Kebiasaan mengatur dan mengelola waktu merupakan upaya untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Individu yang tidak dapat mempunyai tujuan yang jelas, rencana dan prioritas akan menyebabkan waktu terbuang sia-sia sehingga harus memulai dari awal kembali (Srijanti, dkk 2007). Haynes (2010) membagi perencanaan menjadi dua yaitu perencanaan jangka pendek seperti harian atau mingguan dan perencanaan jangka panjang seperti perencanaan untuk mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang ditentukan. c. Preferensi untuk mengatur (preference for organization) Pada aspek ini dijelaskan bahwa untuk mengetahui kebiasaan penggunaan waktunya, seperti yang diungkapkan oleh Taylor (1990) bahwa langkah pertama di dalam manajemen waku yang efektif adalah mengenali bahwa individu adalah penanggung jawab pada dirinya sendiri bukan orang

14 24 lain. Dengan mengola diri secara efektif dan menghargai waktu akan meningkatkan pencapaian hasil dalam kurun waktu yang sudah ditentukan. Haynes (2010) menjelaskan bahwa salah satunya cara mencapai kendali yang baik terhadap waktu yaitu pencataan dan pemeriksaan, dengan melakukan pencatatan dan pemeriksaan individu dapat mengevaluasi berapa banyak waktu yang telah dihabiskan untuk aktivitas yang berorientasi pada tujuan ataupun prioritas. d. Persepsi seseorang untuk mengontrol waktu (Perceived control of time) Aspek keempat lebih mengarah pada keyakinan atau pandangan invidu tentang bagaimana kemampuannya dalam mengendalikan waktu dan bagaimana individu menggunakan waktu yang ada. Ajzen (dalam Macan. 1994) menjelaskan persepsi kontrol waktu mempengaruhi individu dalam mengerjakan tugas yang berdampak pada ketegangan, kepuasan pekerjaan dan kinerja pekerjaan. Lebih lanjut, Macan (1994) mengatakan bahwa persepsi seseorang memiliki kendali atas waktu yang diberikan sebagai perilaku yang menunjukan individu dalam kemampuan memandang pekerjaan yang bekaitan dengan hasil pekerjaan yang diberikan. Davidson (2008) menyebutkan individu-individu yang menerapkan prinsipprinsip manajemen waktu memiliki ciri-ciri tertentu yaitu: a. Mampu menetapkan tujuan

15 25 Individu harus dapat menentukan tujuan hidup sejak dini sehingga segala usaha yang dilakukan dapat diarahkan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Hidup tanpa tujuan akan menjadikan individu bimbang menentukan sesuatu. oleh sebab itu, harus menetapkan tujuan hidup dan harus dapat mencapainya dengan benar (Srijati dkk 2007). b. Mampu mengindentifikasi prioritas Prioritas adalah bagian dari hidup yang paling penting dalam memenuhi tantangan dan tuntutan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak membuat waktu terbuang sia-sia. Jika individu terlalu banyak prioritas maka prioritas-prioritas tersebut bukan merupakan prioritas dan kemungkinan besar individu tersebut tidak akan dapat melaksanakan masing-masing prioritas tersebut. c. Mampu membuat jadwal Membuat jadwal kegiatan merupakan contoh menajemen waktu yang baik. Dengan membuat jadwal individu dapat menyelesaikan pekerjaan dan tugasnya tepat waktu. individu yang tidak dapat membuat jadwal akan menjadi kacau termasukn tugas-tugas dan tanggungnya yang menjadi kewajiban individu tersebut. d. Mampu melakukan pekerjaan dengan teorganisir

16 26 Melakukan pekerjaan dengan teorganisir sangat penting dalam kehidupan individu sehati-hari. Individu yang dapat terorganisasi dengan baik dimanapun individu tersebut berada akan menjadikan individu lebih fokus, bersemangat, dan terarah dalam pekerjaanya sehingga akan lebih efisien dan mempunyai pikiran yang lebih terbuka. e. Mampu meminimalkan interupsi Interupsi adalah gangguan yang bersumber dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu yang akan mengurangi kosentrasi dan produktivitasnya. Jika individu tidak berusaha meminimalkan interupsi, maka akan beresiko seperti tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. Aspek-aspek Manajemen waktu variabel tersebut diatas dapat disimpulkan yaitu menetapkan tujuan dan prioritas, mekanisme dari manajemen waktu, preferensi untuk mengatur, persepsi seseorang untuk mengatur waktu, mampu menetapkan tujuan, mampu mengindentifikasi prioritas, mampu membuat jadwal, mampu melakukan pekerjaan denan terorganisir dan mampu meminimalkan interupsi. Berdasarkan penjelasan aspek-aspek di atas peneliti memilih aspek manajemen waktu dari Macan dkk (1990) yaitu menetapkan tujuan dan prioritas, mekanisme dari manajemen waktu, preferensi untuk mengatur, persepsi seseorang untuk mengatur waktu. Alasan menggunakan aspek dari Macan karena menurut

17 27 peneliti lebih memudahkan peneliti saat penelitian. Sebagai contoh yang telah dilakukan peneliti karena aspek yang tertera lebih detail sehingga memudahkan peneliti dalam pembuatan instruen pengumpulan data. C. Hubungan Antara Manajemen Waktu dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa yang Bekerja. Mahasiswa yang bekerja cenderung memiliki waktu luang yang kurang sehingga mahasiswa yang bekerja lebih banyak melakukan penundaan (ferarri dkk, 1995). Ketidakmampuan dalam mengelola waktu menyebabkan tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan menyebabkan penundaan pada hari esok atau memerlukan memerlukan waktu tambahan (lembur) untuk menyelesaikannya dengan lain waktu yang akan menyebabkan hasil menjadi kurang maksimal (Srijanti dkk, 2007). Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dituntut untuk mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, mulai dari manajemen waktu antara waktu yang digunakan untuk kuliah dengan pekerjaan, kedisiplinan, baik itu dalam urusan perkuliahan maupun dalam pekerjaan, dan memperhatikan kondisi kesehatan fisik karena mereka harus membagi peran antara menjadi seorang mahasiswa dan karyawan (Mardelina dan Muhson 2017). Taylor (1990) mengatakan apabila individu menyia-nyiakan waktu maka berarti individu tersebut menyia-nyiakan hidupnya. Individu harus mengetahui apa yang ingin dicapai dan mengenal apa yang penting sehingga berdampak positif bagi individu

18 28 tersebut. salah satu langkah pertama yang diperlukan untuk menyediakan waktu bagi berbagai kegiatan penting adalah dengan membereskan hal-hal yang yang tertunda baik berbagai tugas atau kewajiban-kewajiban yang harus dijalani. Menurut Macan dkk (1990) ada empat aspek manajemen waktu, yaitu: menetapkan tujuan dan priotitas (goal setting and prioritizing), mekanisme dari manajemen waktu (machanics of time manajement), pereferensi untuk mengatur (preference for organization), dan persepsi seseorang untuk mengontrol (perceveid control of time). Menetapkan tujuan dan prioritas (goal setting and prioritizing). Srijati dkk (2007) mengungkapkan penetapan tujuan sebagai rangkaian berbagai langkah sebagai pedoman dalam mencapai suatu tugas. Individu yang dapat mempunyai perencanaan yang baik dapat mengendalikan segala kegiatan dengan tahapan yang teliti sebelum memulai mengerjakan sehingga tugas dapat selesai tepat waktu dan sempurna. Sedangkan, individu yang suka menunda-nunda dalam setiap mengerjakan pekerjaan akan menimbulkan penyesalan. Akan tetapi, individu tersebut tetap mekakukan hal tersebut dan tidak mau untuk mengerjakan tugas lebih awal serta lebih menyukai kondisi seperti mengerjakan tugas pada menit-menit terakhir dan tidak akan bekerja sebelum keadaan darurat. Individu yang menunda-nunda dalam setiap mengerjakan tugas yang dihadapi merupakan bagian dari aspek prokrastinasi akademik.

19 29 Haynes (2010) mengatakan perencanaan sebagai suatu proses yang kompleks, maka dengan perencanaan individu menjadi tidak terbebani oleh tugas yang telah diberikan akibat terlalu sedikit waktu. McCown (dalam Ferarri dkk, 1995) menambahkan bahwa penundaan terjadi karena individu butuhkan waktu lebih lama dari pada yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Perencanaan seseorang sebagai proses yang kompleks terdapat pada aspek mekanisme dari manajemen waktu (machanics of time manajemen). Timple (2002) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki perencanaan yang baik akan cenderung memperkirakan tugas secara akurat, sehingga berhasil menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan,sedangkan individu yang tidak memiliki perencanaan yang baik akan terlambat dalam menyelesaikan tugas, waktu terbuang serta tidak dapat bertanggung jawab yang disebabkan oleh penundaaan. Keterlambatan individu dalam menyelesaikan tugas merupakan bagian dari aspek prokrastinasi akademik menurut Ferrari,dkk. (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012). Pereferensi untuk mengatur (preference for organization) menjadi salah satu aspek yang menunjukan manajemen yang baik menurur Macan dkk (1990). Menurut Srijanti (2007) kebiasaan mengatur atau mengelola merupakan upaya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Individu yang tidak dapat menentukan perencanaan dan prioritas utama akan menyebabkan waktu terbuang sia-sia. Hal tersebut akan menjadikan tujuan-tujuan hilang dan prioritas utama

20 30 akan tercampur antara satu dengan yang lain, sehingga individu tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya dan menundanya hingga hari esok atau memerlukan waktu tambahan (lembur) untuk menyelesaikan suatu tugas dengan hasil yang kurang maksimal. Timpe (2002 )menjelaskan bahwa menetapkan batasan waktu mengurangi penundaan yang akan mendorong dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa batasan waktu penyelesaian tugas dapat menyita waktu duakali lebih banyak. Menurut Davidson (2008) individu yang selalu menanamkan deadline dalam mengerjakan tugas berkemungkinan menyebabkan keterlambatan dalam menyerahkan hasil tugas. (Ghufron dan Risnawita, 2012) mengatakan individu yang sulit melakukan tugas dengan batasan waktu serta ketrlambatan dalam memenuhi deadline, individu tersebut mungkin telah merencanakan mulai mengerjakan tugas. Akan tetapi, ketika saatnya individu tidak melakukan sesuai dengan yang telah ditentukan menyebabkan keterlambatan atau kegagalan untuk menyelesaikan tugas. kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual merupakan aspek dari prokrastinasi akademik menurut Ferrari,dkk. (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012). Aspek yang terakhir dari manajemen waktu adalah persepsi seseorang untuk mengontrol waktu (perceived control of time). Macan (1994) menjelaskan bahwa perilaku manajemen waktu akan memberikan persepsi mengenai kendali atas waktu yang akan berdampak pada hasil yang dicapai. Taylor (1990)

21 31 mengatakan individu memiliki kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan yang tidak menyenangkan. Individu seharusnya jangan mengatakan Tugas ini tidak menyenangkan yang akan menjadikan individu menjadi menunda sebuah tugas. Tetapi, karena tugas ini tidak menyenangkan, jadi harus saya lakukan sekarang agar dapat terlepas dari beban sehingga akan menjadikan individu tidak tertekan dan terhindar dari kerumitan. Srijanti dkk (2012) menyatakan bahwa apabila individu berfokus pada hal-hal yang mendesak akan menjadikan individu menunda hal-hal penting seperti mengerjakan tugas sebelum batas akhir pengumpulan dan lebih memilih melakukan aktivitas yang tidak penting seperti menonton film, ngobrol dan jalan-jalan secara berlebihan dan menjadikan waktu menjadi terbuang. Individu yang lebih memilih aktivitas yang menyenangkan sehingga menyita waktu yang dimiliki merupakan aspek dari prokrastinasi akademik menurut Ferrari,dkk. (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kardinata dan Tjundjing (2008) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dan prokrastinasi akademik. Serta didukung oleh Park,dkk (2012) menyatakan adanya hubungan signifikan antara manajemen waktu dengan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik yang tinggi menjadikan individu kurang dalam manajemen waktu sedangkan individu yang memiliki manajemen waktu yang baik maka prokrastinasi rendah.

22 32 Manajemen waktu pada mahasiswa yang bekerja secara signifikan meramalkan prokrastinasi akademik di universitas. Karena menurut peneliti manajemen waktu adalah serangkaian pilihan keterampilan yang memungkinkan membedakan antara yang perlu dilakukan dan yang akan dilakukan agar dapat hasil yang efektif. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang bekerja memiliki manajemen waktu yang tinggi, maka mahasiswa yang bekerja juga akan dapat menyelesaikan tugas dengan efektik sehingga tidak melakukan prokrastinasi akademik pada tugas kuliahnya. Sebaliknya mahasiswa yang bekerja yang memiliki tingkat manajemen waktu yang rendah maka mahasiswa yang bekerja tersebut juga akan mengalami prokrastinasi akademik dengan tugas kuliahnya. D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara manajemen waktu dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang bekerja. Apabila manajemen waktu tinggi dengan pengaturan diri efektif dan efisien maka prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang bekerja rendah dan sebaliknya jika manajemen waktu rendah maka prokrastinasi akademik tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti pernah melakukan suatu penundaan atau menunda. Namun terkadang individu melakukan penundaan hanya sekali, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian prokrastinasi Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang seringkali terjadi saat ini terlebih dikalangan pelajar. Milgram (Ferrari, dkk

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan, manusia memiliki berbagai macam aktivitas dan tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun terkadang sebaliknya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH Dosi Juliawati Institut Agama Islam Negeri Kerinci e-mail: dosi@konselor.org Abstrak Prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan

Lebih terperinci

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja OLEH: Nama : Rurialita NPM : 18513134 Kelas : 3PA12 Dosen Pembimbing : Mimi Wahyuni BAB I. PENDAHULUAN Mahasiswa Yang Bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki peran dan tanggung jawab dalam merancang kurikulum agar dapat menghasilkan lulusan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prokrastinasi Akademik. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prokrastinasi Akademik. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Prokrastinasi Akademik 1. Definisi prokrastinasi akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan S1 psikologi merupakan bagian dari jenjang pendidikan tinggi tenaga kerja seperti dalam bidang pendidikan menjadi guru bimbingan dan konseling konselor penddikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet saat ini semakin pesat dan menarik pengguna dari berbagai kalangan masyarakat terutama mahasiswa. Pengguna internet di Indonesia telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Dalam perkuliahan ada bermacam-macam kegiatan yang wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan perkembangan suatu perusahaan atau organisasi, karena dengan kualitas sumber daya yang kurang cukup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang belajar di perguruan tinggi. Arnett (dalam Santrock, 2011) menyatakan bahwa mahasiswa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Kata prokrastinasi akademik sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas begitu penting di era modern ini, yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini. Bagian pertama menerangkan tentang prilaku prokrastinasi akademik, bagian kedua menerangkan

Lebih terperinci

SALESMANSHIP MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

SALESMANSHIP MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen SALESMANSHIP Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Program Studi S1 Manajemen Pengertian manajemen waktu (Time Management) lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik a. Pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik Secara harfiah prokrastinasi berasal dari kata Procrastinare dalam bahasa Latin yang berarti menunda sampai hari berikutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN Hubungan Penggunaan Strategi Self-regulated Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas VIII... 71 HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut memberikan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

Lebih terperinci

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi Skala Prokrastinasi Akademik Definisi Konseptual Reza (2010: 17) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda atau menangguhkan tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dan berlangsung dalam waktu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Suatu kecendrungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa yang dikuasai oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi kehidupan, dimana masa untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Usia sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai 19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI 1. Pengertian Prokrastinasi Hampir setiap individu melakukan prokrastinasi walaupun mungkin hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan globalisasi, bangsa Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG Rojil Gufron Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN Kerinci

Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN Kerinci Jurnal Fokus Konseling, Volume 4, No. 1 (2018), 19-26 ISSN Cetak : 2356-2102 ISSN Online : 2356-2099 DOI: https://doi.org/10.26638/jfk.485.2099 Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DANU UTOMO F 100 060 039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2016 PROFIL PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA BERDASARKAN TEORI ENAM TIPE PROKRASTINASI DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN

2016 PROFIL PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA BERDASARKAN TEORI ENAM TIPE PROKRASTINASI DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia saat ini menuntut individu untuk melakukan sesuatu serba cepat. Kompetisi tinggi merupakan salah satu yang mendorong dunia untuk berkembang dengan pesat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci