HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Percobaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Percobaan"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Sawit Asahan Indah, Grup Astra Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, yang memiliki jenis tanah mineral. Berdasarkan perhitungan dan pengamatan pihak perkebunan, diinformasikan bahwa rata-rata curah hujan dan hari hujan bulanan selama periode penelitian Oktober Agustus berturut-turut adalah mm/bulan dan 9 hari/bulan. Diinformasikan juga bahwa Bulan kering per Bulan Basah selama periode penelitian ini adalah 1/9. Curah hujan untuk masingmasing pembagian musim dalam satu tahun sesuai perlakuan adalah mm/bulan untuk periode Oktober Desember 2010, mm/bulan untuk periode Januari April, dan mm/bulan untuk periode Mei Agustus. Dari informasi tersebut terlihat bahwa awal musim hujan terjadi pada bulan Oktober Desember 2010, puncak hujan terjadi pada bulan Januari April, dan musim kemarau terjadi pada Mei Agustus. Data pengamatan curah hujan disajikan pada Lampiran 1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada areal perkebunan ini, dilakukan juga pada setiap areal plot penelitian, sehingga setiap plot penelitian mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal lingkungan tumbuh. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi pemberian tandan kosong kelapa sawit, pemberian cacahan batang pisang yang dikumpulkan dalam lubang rorak, dan kegiatan rutin lainnya. Hama yang menyerang tanaman adalah hama tikus. Hama tikus ini memakan buah kelapa sawit yang masih relatif muda. Hama tikus ini dikendalikan secara biologis dengan memanfaatkan musuh alaminya yakni dengan memelihara dan meletakkan sangkar burung hantu pada setiap blok di perkebunan, termasuk blok penelitian. Jumlah tanaman dalam satu baris atau satu jalur dalam plot penelitian tidak seragam secara keseluruhan. Setiap baris untuk setiap plot memiliki jumlah tanaman yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor, di antaranya terdapat tanaman yang mati dalam satu jalur tanaman, keadaan

2 14 topografi, tanaman yang ditumbang karena suatu hal dan faktor lainnya (Gambar 9). Umur tanaman dalam satu plot penelitian atau dalam satu blok tanaman di kebun juga tidak seragam secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya tanaman yang menjadi sisipan atau sulaman, sehingga tidak jarang dalam satu plot terdapat tanaman dengan umur dan varietas yang berbeda. Gambar 9. Pohon Jantan yang Ditumbang. Keadaan Lingkungan Tumbuh dan Peubah Pertumbuhan Lingkungan merupakan faktor yang menyokong pertumbuhan pada tanaman kelapa sawit. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman kelapa sawit dalam kaitannya dengan produktivitas tanaman (Pahan, 2008). Faktor lingkungan yang diamati pada penelitian ini diantaranya intensitas cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Morfologi daun sebagai peubah pertumbuhan pada tanaman juga diamati dalam kaitannya terhadap pengaruh dari faktor lingkungan tersebut. Intensitas Cahaya Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Pengamatan intensitas cahaya yang jatuh pada satu tanaman kelapa sawit dilakukan di empat tempat, yaitu di dalam piringan, di luar piringan, di bawah pelepah terbawah dan di atas pelepah terbawah.

3 Pengamatan Intensitas cahaya dilakukan pada saat penyinaran matahari dalam kondisi maksimal yaitu pada pukul sampai pukul Pengukuran intensitas cahaya juga dilakukan pada waktu yang berbeda-beda pada setiap varietas. Namun, pengamatan pada satu varietas dilakukan pada rentang waktu maksimal 3 minggu setelah pengamatan pada hari pertama. Hasil pengamatan intensitas cahaya disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Intensitas Cahaya di Permukaan Tanah pada Setiap Perlakuan Pelepah. 15 Waktu Jul-11 Nov 2010 Jul-11 Agust-11 Varietas Ulg Perlakuan Pelepah A B C D E F... Lux Rata-rata Intensitas Cahaya Dalam Piringan Luar Piringan Rata-rata Dalam Piringan Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Dalam Piringan Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Dalam Piringan Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Hasil pengukuran intensitas cahaya pada Tabel 2 memperlihatkan pada varietas 2005 intensitas cahaya tertinggi yang jatuh di dalam piringan terdapat pada perlakuan pelepah C yakni lux, sedangkan intensitas

4 16 cahaya terendah terdapat pada perlakuan pelepah B yakni lux. Intensitas cahaya tertinggi yang jatuh di luar piringan terdapat pada perlakuan pelepah A yaitu lux, sedangkan intensitas cahaya terendah terdapat pada perlakuan pelepah D yaitu lux. Pada varietas 1996 intensitas cahaya tertinggi dalam piringan terdapat pada perlakuan B yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan E yaitu lux. Untuk intensitas cahaya di luar piringan tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuane yaitu lux. Pada varietas 2003 intensitas cahaya tertinggi dalam piringan terdapat pada perlakuan D yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan A yaitu lux. Untuk intensitas cahaya di luar piringan tertinggi terdapat pada perlakuan Cyaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuand yaitu lux. Pada varietas 2001 intensitas cahaya tertinggi dalam piringan terdapat pada perlakuan E yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan A yaitu lux. Untuk intensitas cahaya di luar piringan tertinggi terdapat pada perlakuane yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan C yaitu lux. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya yang jatuh di permukaan tanah mengindikasikan kerapatan populasi disekitar tanaman semakin rendah. Tabel 3 memperlihatkan pada varietas 2005 intensitas cahaya tertinggi yang jatuh di bawah pelepah terbawah terdapat pada perlakuan pelepah A yakni lux, sedangkan intensitas cahaya terendah terdapat pada perlakuan pelepah D yakni lux. Intensitas cahaya tertinggi yang jatuh di atas pelepah terbawah terdapat pada perlakuan pelepah F yaitu lux, sedangkan intensitas cahaya terendah terdapat pada perlakuan pelepah B yaitu lux. Pada varietas 1996 intensitas cahaya tertinggi di bawah pelepah terbawah terdapat pada perlakuan F yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan B yaitu lux. Untuk intensitas cahaya di atas pelepah terbawah tertinggi terdapat pada perlakuan F yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan Dyaitu lux. Pada varietas 2003 intensitas cahaya tertinggi di bawah pelepah terbawah terdapat pada perlakuan F yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan C yaitu

5 lux. Untuk intensitas cahaya di atas pelepah terbawah tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan D yaitu lux. Pada varietas 2001 intensitas cahaya tertinggi bawah pelepah terbawah terdapat pada perlakuan B yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan A yaitu lux. Untuk intensitas cahaya di atas pelepah terbawah tertinggi terdapat pada perlakuan F yaitu lux dan terendah terdapat pada perlakuan A yaitu lux. Tabel 3. Intensitas Cahaya di Pelepah Terbawah pada Setiap Perlakuan Pelepah. 17 Waktu Jul-11 Nov 2010 Jul-11 Agust- 11 Varietas Intensitas Perlakuan Pelepah Ulg Cahaya A B C D E F... Lux... Bawah Pelepah Rata-rata Atas Pelepah Rata-rata Bawah Pelepah Rata-rata Atas Pelepah Rata-rata Bawah Pelepah Rata-rata Atas Pelepah Rata-rata Bawah Pelepah Rata-rata Atas Pelepah Rata-rata

6 18 Hasil pengamatan intensitas cahaya yang jatuh pada pelepah terbawah menunjukkan seberapa banyak cahaya yang mampu sampai ke pelepah terbawah pada suatu tanaman kelapa sawit. Hal ini berkaitan dengan aktivitas dan kapasitas fotosintesis yang dapat dilakukan oleh setiap daun. Semakin banyak cahaya yang mampu sampai ke pelepah terbawah, maka semakin tinggi aktivitas fotosintesis yang mampu dilakukan oleh setiap daun. Intensitas cahaya yang sampai ke pelepah terbawah ini juga menggambarkan keadaan dan bentuk dari tajuk suatu tanaman kelapa sawit. Semakin banyak intensitas cahaya yang sampai ke pelepah terbawah menggambarkan bentuk tajuk yang tidak begitu rapat, sehingga cahaya mampu sampai ke pelepah terbawah. Suhu Udara Pengukuran suhu dilakukan untuk mengetahui gambaran suhu udara yang terjadi di lingkungan sekitar tanaman. Pengukuran suhu ini dilakukan di dalam piringan dan di luar piringan pada pukul sampai pukul Hasil pengukuran suhu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 memperlihatkan suhu rata-rata disekitar tanaman pada setiap varietas berada pada rentang suhu C. Suhu terendah dan tertinggi berada pada varietas 2003 yaitu terendah pada perlakuan D dengan suhu C, sedangkan tertinggi pada perlakuan B dengan suhu C. Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu C. Pada kondisi ekstrim, suhu maksimal berkisar pada 38 0 C dan suhu minimal 8 0 C (Pahan, 2008). Berdasarkan hasil pada Tabel 3 suhu di lahan penelitian dikategorikan mampu mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit dengan baik. Suhu rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu di lahan penelitian masih berada jauh dari kondisi ekstrim.

7 19 Nov 2010 Tabel 4. Suhu Udara pada Setiap Perlakuan Pelepah. Waktu Varietas Suhu Ulg Perlakuan Pelepah A B C D E F... 0 C... Dalam Piringan Agust Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Dalam Piringan Rata-rata Juli Agust Rata-rata Luar Piringan Dalam Piringan Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Dalam Piringan Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Kelembaban Udara Kondisi kelembaban udara di sekitar tanaman erat kaitannya dengan aktivitas pembukaan dan penutupan stomata pada daun. Hal ini juga akan berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada tanaman. Pengukuran suhu ini dilakukan pada pukul sampai pukul Hasil pengukuran kelembaban disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 memperlihatkan rata-rata kelembaban yan terdapat di sekitar tanaman berada pada kisaran %. Kelembaban terendah terdapat pada varietas 2005 yaitu pada perlakuan E dan varietas 2003 pada perlakuan B dengan kelembaban rata-rata 59.4 %, sedangkan kelembaban tertinggi terdapat pada varietas 2001 pada perlakuan F dengan kelembaban 74.7 %.

8 20 Tabel 5. Kelembaban Udara Relatif pada Setiap Perlakuan Pelepah. Waktu Varietas Kelembaban Ulg Perlakuan Pelepah A B C D E F... %... Dalam Piringan Agust Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Dalam Piringan Rata-rata Nov 2010 Juli Agust Rata-rata Luar Piringan Dalam Piringan Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Dalam Piringan Rata-rata Luar Piringan Rata-rata Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban dapat diketahui bahwa lahan penelitian berada pada rentang kondisi kelembaban yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit membutuhkan kondisi kelembaban nisbi 50-90% dengan kelembaban optimal 80% (PPKS, 2007). Morfologi Daun Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk melakukan fotosintesis pada tanaman. Daun memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat tajuk (pupus daun/ spear leaf) dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai 2 tahun lagi (Pahan, 2008). Daun pada tanaman kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian daun. Pengamatan morfologi daun ini mengamati ukuran bagian daun pada daun

9 terbawah yang meliputi panjang daun, panjang petiol, dan panjang anak daun terpanjang. Hasil pengukuran panjang daun daun terbawah pada tanaman disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Panjang Daun. Waktu Varietas Ulangan Juli Nov 2010 Juli Agust Perlakuan Pelepah A B C D E F... cm Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Tabel 6 memperlihatkan rata-rata panjang daun terpanjang terdapat pada varietas 2001, sedangkan rata-rata daun terpendek terdapat pada varietas Costarika Pada varietas 2005 panjang daun terpanjang ialah cm yaitu pada perlakuan E dan terpendek cm yaitu pada perlakuan F. Pada varietas 1996 daun terpanjang terdapat pada perlakuan C yaitu cm dan terpendek pada perlakuan A yaitu cm. Pada varietas 2003 daun terpanjang terdapat pada perlakuan C yaitu cm dan terpendek pada perlakuan B yaitu cm. Pada varietas 2001 daun terpanjang terdapat pada perlakuan F yaitu cm dan terpendek pada perlakuan B yaitu cm. Petiol merupakan bagian daun yang berada diantara anak daun (duri) pertama sampai ke bagian daun yang terdekat dengan batang tanaman. Petiol menggambarkan bentuk daun sebagai area fotosintesis. Ukuran petiol yang relatif panjang menggambarkan anak daun yang berada relatif jauh dari batang sehingga penutupan tajuk menjadi lebih longgar dan cahaya relatif lebih mudah menembus hingga daun terbawah dan permukaan tanah. Hasil pengamatan panjang petiol disajikan pada Tabel 7.

10 22 Tabel 7. Panjang Petiol pada Setiap Perlakuan Pelepah. Waktu Varietas Ulangan Juli Nov 2010 Juli Agust Perlakuan Pelepah A B C D E F... cm Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Tabel 7 memperlihatkan bahwa varietas 2001 memiliki rata-rata panjang petiol terpanjang dari pada varietas lainnya. Pada varietas 2005 rata-rata petiol terpanjang terdapat pada perlakuan E yaitu cm dan terpendek terdapat pada perlakuan F yaitu cm. Pada varietas 1996 petiol terpanjang terdapat pada perlakuan C yaitu cm dan terpendek terdapat pada perlakuan D yaitu cm. Pada varietas 2003 petiol terpanjang terdapat pada perlakuan D yaitu cm dan terpendek terdapat pada perlakuan B yaitu cm. Pada varietas 2001 petiol terpanjang terdapat pada perlakuan D yaitu 167 cm dan terpendek terdapat pada perlakuan B yaitu cm. Panjang anak daun menggambarkan lebar penampang organ daun sebagai organ fotosintesis sekaligus transpirasi pada tanaman. Tabel 8 memperlihatkan pada varietas 2005 anak daun terpanjang terdapat pada perlakuan E yaitu 89.2 cm dan terpendek pada perlakuan B yaitu 81.3 cm. Pada varietas 1996 anak daun terpanjang terdapat pada perlakuan F yaitu 93.9 cm dan terpendek pada perlakuan E yaitu 86 cm.pada varietas 2003 anak daun terpanjang terdapat pada perlakuan A yaitu 81.4 cm dan terpendek pada perlakuan B yaitu 73.7 cm. Pada varietas 2001 anak daun terpanjang terdapat pada perlakuan D yaitu 95.9 cm dan terpendek pada perlakuan B yaitu 84.5 cm.

11 23 Tabel 8. Panjang Anak Daun Terpanjang pada Setiap Perlakuan Pelepah. Waktu Varietas Ulangan Juli Nov 2010 Juli Agust Perlakuan Pelepah A B C D E F... cm Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Peubah Karakter Generatif Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil pengujian sidik ragam pada masing-masing peubah pengamatan disajikan pada Lampiran 3 sampai Lampiran 8. Berdasarkan Hasil rekapitulasi analisis ragam peubah karakter generatif (Tabel 9), menunjukkan bahwa dari setiap set percobaan untuk masing-masing varietas, peubah-peubah yang diamati pada set percobaan varietas 2005 dan 1996 tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pada set percobaan varietas 2003 dan 2001, peubah yang nyata dipengaruhi oleh perlakuan jumlah pelepah yaitu bobot tandan buah segar (TBS), buah merah dan buah hitam. Pengujian yang dilakukan pada peubah-peubah setiap set percobaan menggunakan taraf nyata hingga mendekati 10%. Hal tersebut dikarenakan pada perkebunan tempat lokasi penelitian ini dilaksanakan, selang jumlah pelepah yang diberikan pada tanaman tidak begitu jauh antar perlakuan. Penyebabnya adalah adanya pelepah yang seharusnya tidak dipotong dan selalu dipertahankan tetapi oleh pemanen pelepah tersebut dipotong bahkan hingga beberapa pelepah yang terdekat dengan buah yang dipanen, dengan alasan pohon kelapa sawit yang tinggi sehingga sulit untuk mencuri buahnya saat dipanen. Hal ini mengakibatkan perbedaan jumlah pelepah antar perlakuan yang seharusnya memiliki rentang

12 yang cukup jauh menjadi tidak begitu jauh. Salah satu pohon kelapa sawit yang berukuran tinggi diperlihatkan oleh Gambar 10. Tabel 8. Rekapitulasi Analisis Ragam Peubah Karakter Generatif. Varietas Peubah Pr>F KK (%) Bunga Betina 0.27 tn 9.94 Buah Hitam 0.67 tn Buah Merah 0.67 tn 9.18 Jumlah TBS 0.16 tn Bobot TBS 0.34 tn Brondolan 0.66 tn Bunga Betina 0.92 tn tr Buah Hitam 0.37 tn tr 1996 Buah Merah 0.86 tn tr Jumlah TBS 0.42 tn Bobot TBS 0.72 tn Brondolan - - Bunga Betina 0.74 tn Buah Hitam 0.002** Buah Merah 0.02* 5.34 Jumlah TBS 0.16 tn Bobot TBS Brondolan 0.73 tn Bunga Betina 0.50 tn Buah Hitam 0.54 tn Buah Merah 0.57 tn 9.83 Jumlah TBS 0.39 tn Bobot TBS 0.04* 7.63 Brondolan 0.73 tn Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata. tr = data ditranformasikan dengan formulasi (x + 0.5) 1/2. 24 Gambar 10. Pohon Kelapa Sawit yang Berukuran Tinggi.

13 25 Jumlah Bunga dan Buah Bunga betina, buah merah, dan buah hitam yang diamati pada penelitian ini merupakan parameter yang digunakan sebagai taksasi produksi pada tanaman kelapa sawit. Hasil pengamatan jumlah bunga dan jumlah buah yang terdapat pada satu pokok kelapa sawit pada setiap set percobaan ditunjukkan oleh Tabel 10. Tabel 10. Pegaruh Perlakuan Pelepah terhadap Jumlah Bunga Betina dan Buah per Pokok. Verietas Perlakuan Bunga Buah Hitam Buah Merah... buah... A B C D E F A B C D E F A c 0.88 b B c 1.18 a 2003 C b 1.06 a D ab 1.18 a E a 1.20 a F c 1.07 a A B C D E F Keterangan: Nilai pada kolom yang sama pada varietas yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Perlakuan jumlah pelepah secara umum tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bunga dan buah yang diamati. Walaupun hasil pengujian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata untuk setiap perlakuan, peubah buah merah pada varietas 2005 dapat dilihat memiliki jumlah yang lebih banyak pada setiap perlakuannya dibandingkan dengan varietas lainnya. Hal ini dikarenakan pada varietas 2005, terdapat tanaman yang memiliki buah yang telah matang dan layak panen, namun brondolan pada buah tersebut tidak lepas dari

14 26 tandannya atau disebut dengan hard bunch (tandan keras), sehingga pemanen tidak memanen buah tersebut dikarenakan buah tersebut tidak membrondol (Gambar 11 dan Gambar 12). Hal ini berarti, buah merah yang diamati pada varietas 2005 ini akan lebih banyak setiap minggu nya karena buah yang layak panen tidak dipanen. Selain peubah buah merah, pada Tabel 10 juga memperlihatkan,dari empat varietas yang digunakanterdapat satuvarietas yang memiliki pengaruh yang nyata perlakuan terhadap peubah yang diamati. Pada varietas 2003 dapat dilihat bahwa dalam menghasilkan buah hitam, perlakuan E memiliki perbedaan jumlah buah hitam yang nyata lebih banyak dari pada perlakuan A, B, C dan F. Dalam menghasilkan jumlah buah merah, perlakuan A menghasilkan jumlah buah merah nyata terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut Sunarko (2007), curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki kolerasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Bulan kering yang berturut-turut selama beberapa bulan dapat mempengaruhi pembentukan bunga (baik jumlah maupun seks rasionya) untuk dua tahun berikutnya. Pada dasarnya produksi buah kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jumlah bunga yang dihasilkan oleh tanaman, persentase bunga yang mengalami penyerbukan, persentase bunga yang mengalami pembuahan, dan persentase buah muda yang dapat terus menerus tumbuh hingga masak. Selanjutnya Nugraha (2008) menyatakan bahwa bunga betina yang terbentuk belum dapat dipastikan menjadi buah, begitu juga dengan buah muda yang terbentuk belum dapat dipastikan akan dapat menjadi buah sampai masak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan maupun faktor dari dalam tanaman itu sendiri, seperti serangan hama tikus yang memakan buah muda, pembusukan pada bunga sebelum terjadi penyerbukan dan pembuahan, pembusukan pada buah akibat serangan penyakit, dan faktor lainnya. Pada percobaan ini perlakuan jumlah pelepah yang diberikan belum atau tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah bunga dan buah yang diamati. Namun demikian, hasil pengamatan jumlah buah hitam dan buah merah pada varietas 2003, menunjukkan kecenderungan adanya pengaruh jumlah pelepah terhadap parameter jumlah buah merah yang diamati. Walaupun saat ini

15 27 belum dapat direkomendasikan satu perlakuan terbaik untuk menghasilkan bunga dan buah karena hasil yang didapat belum menunjukkan spesifikasi masingmasing, namun dengan pengamatan dalam waktu yang lebih panjang mampu untuk melihat pengaruh ini lebih lanjut. Gambar 11. Buah Merah yang Tidak Dipanen. Gambar 12. Buah Merah yang Lewat Masa Panen (over ripe). Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Jumlah tandan buah segar yang dihasilkan dapat menggambarkan potensi hasil pada suatu perkebunan. Jumlah tandan pada tanaman kelapa sawit dapat bervariasi karena perbedaan varietas, umur dan faktor lingkungan lainnya. Jumlah tandan yang dihasilkan juga tidak selalu berkolerasi positif dengan bobot tandan yang dihasilkan. Brondolan juga merupakan komponen hasil dari produksi tandan buah segar kelapa sawit. Bobot brondolan per butir akan berkolerasi positif dengan bobot tandan buah segar kelapa sawit. Hasil pengamatan rata-rata jumlah dan bobot tandan buah segar serta bobot brondolan per butir ditunjukkan oleh Tabel 11. Tabel 11 memperlihatkan bahwa perlakuan jumlah pelepah belum berpengaruh nyata terhadap peubah-peubah produksi pada setiap set percobaan (varietas)yang diamati. Namun demikian, pada varietas 2003 dan 2001 terdapat adanya pengaruh perlakuan pelepah terhadap satu peubah

16 yakni peubah bobot TBS. Pada 2001, perlakuan C mengahasilkan jumlah TBS tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan E dan perlakuan F. Pada 2003, perlakuan F memiliki perbedaan yang nyata terhadap semua perlakuan lainnya dalam bobot TBS yang dihasilkan. Perlakuan F merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan bobot TBS paling besar yaitu kg TBS/ha/bulan. Sementara itu untuk jumlah TBS dan bobot brondolan per butir, perlakuan tidak memiliki perbedaan yang nyata. Namun, pada tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa walaupun hasil pengujian tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, perlakuan F memiliki jumlah terbanyak dalam mengahasilkan TBS dan memiliki rentang yang cukup jauh dari perlakuan lainnya. Jumlah TBS yang dihasilkan oleh perlakuan F adalah tbs/ha/bulan. Tabel 11. Pengaruh Perlakuan Pelepah terhadap Jumlah dan Bobot TBS serta Bobot Brondolan per Butir. Verietas Perlakuan Jumlah TBS Bobot TBS Bobot Brondolan per Butir tbs/ha/bulan kg/ha/bulan gram A B C D E F A B C D E F A b B b C b D b E b F a A bcd B cd C a D d E abc F ab Keterangan: Nilai pada kolom yang sama pada varietas yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. 28

17 29 Tabel 11 juga memperlihatkan perlakuan pelepah yang diberikan pada varietas 2005 dan 1996 tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata pada setiap peubah produksi TBS. Pada varietas 2003 dan 2001 terlihat adanya kecenderungan pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan morfologi daun pada varietas yang memiliki panjang petiol lebih panjang dari pada ukuran petiol pada varietas. Hal ini memungkinkan cahaya yang masuk hingga pelepah terbawah semakin meningkat dan aktivitas fotosintesis juga semakin meningkat. Pengamatan tersebut mengindikasikan bahwa untuk mendapatkan jumlah dan bobot TBS yang optimal pada tanaman muda varietas, dalam hal ini TM-3 dan TM-5, jumlah pelepah yang di pertahankan sebaiknya di awal musim hujan sampai puncak hujan, di puncak hujan sampai awal musim kemarau dan selama musim kemarau. Menurut Pahan (2008),untuk mendapatkan produksi maksimum diperlukan jumlah pelepah yang optimum yaitu pelepah untuk tanaman muda dan pelepah untuk tanaman tua. Lakitan (1993) mengemukakan kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis, terutama karena pengaruhnya terhadap turgiditas sel penjaga stomata. Jika kekurangan air, maka turgiditas sel penjaga akan menurun dan menyebabkan stomata menutup. Selanjutnya Harahap (2000) menyatakan bahwa penurunan konduktans stomata dengan jelas menurunkan laju transpirasi, laju fotosintesis, dan efisiensi penggunaan air. Berdasarkan hasil tersebut dapat disarankan bahwa tanaman kelapa sawit yang memiliki umur muda lebih diutamakan untuk mendukung pertumbuhannya dengan mempertahankan jumlah daun (jumlah pelepah) lebih banyak daripada tanaman yang telah dewasa. Namun pada musim kemarau dengan ketersediaan air yang kurang menyebabkan terjadinya penurunan aktifitas fotosintesis pada tanaman. Jumlah daun (pelepah) yang lebih sedikit pada musim kemarau diharapkan dapat menjaga efisiensi penggunaan air pada tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Model pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dengan berbagai taraf penunasan dibangun melalui dua kegiatan yaitu (1) percobaan lapangan, dan (2) penyusunan model. Percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm Lampiran 1. Bagan dan Plot Penelitian 1 2 3 a U b L 1 M 0 L 1 M 2 L 2 M 1 L 3 M 0 L 3 M 2 L 3 M 0 a = 40 cm (jarak antar blok) L 2 M 0 L 2 M 2 L 0 M 2 S b = 20 cm (jarak antar plot) L 0 M 1 L 3 M 0 L 3

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN panen dan perawatan serta mengikuti kegiatan sosial di kebun berupa kegiatan olahraga. 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penunasan Kebijakan penunasan di Kebun Adolina PTPN IV menerapkan penunasan periodik.

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Aliran permukaan Data hasil pengamatan aliran permukaan pada setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Lampiran 11. Analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar Lampiran 1. Deskripsi Varietas kailan Varietas Tropica Sensation Asal Silsilah Golongan Varietas Umur mulai panen Tipe tanaman Tinggi tanaman Bentuk batang Diameter batang Warna batang Bentuk daun Tepi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisa sidik ragam untuk parameter tinggi tanaman pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam (MST) yang disajikan pada Lampiran 3a, 3b, 3c dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Neraca Air Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan (Penman 1948). Tabel 1. Hubungan antara rata-rata curah hujan efektif dengan evapotranspirasi Bulan

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Produksi Serbuk Sari. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari. Progeni Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi

PEMBAHASAN. Produksi Serbuk Sari. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari. Progeni Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi 34 PEMBAHASAN Produksi Serbuk Sari Ketersediaan serbuk sari yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi benih. Ketersediaan serbuk sari menentukan keberlangsungan produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman padi ciherang pada

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah, 20 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengamatan Buah per Tandan Salah satu ciri perkembangan pada buah yang baik yaitu ditentukan bertambahnya volume dan biomassa selama proses tersebut berlangsung.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Ulangan

Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Ulangan Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) P0 21.72 20.50 21.20 20.86 21.90 106.18 21.24 P1 20.10 19.60 20.70 20.00 21.38 101.78 20.36 P2 20.20 21.40 20.22 22.66 20.00 104.48 20.90 P3 20.60 23.24 18.50

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari

Lebih terperinci