IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UNIT PENYEDIAAN SARANA PENUNJANG (UTILITY) 1. GAS TURBIN GENERATOR (2006-J) Dari hasil perhitungan, ternyata pada gas turbin generator ini terjadi kehilangan panas yang cukup besar, yaitu sebesar 101, x 10 3 MJ selama bulan Maret Sebesar 91, x 10 3 merupakan panas gas buang hasil pembakaran di combustion chamber. Dalam perhitungan, panas ini dianggap sebagai panas yang hilang padahal dalam kenyataannya panas tersebut dimanfaatkan oleh ketel uap panas buang untuk pembakaran. Sedangkan sebesar 9,294 x 10 3 MJ merupakan panas yang hilang karena konduksi, konveksi dan radiasi yang terjadi selama proses penyediaan listrik. Sementara itu dari hasil audit energi (Tabel 4.1.), terlihat bahwa efisiensi gas turbin generator rata-rata pada selama bulan Maret 2009 adalah sebesar 16.12%. Tabel 4.1. Neraca energi pada sub sistem gas turbin generator HITACHI (2006-J) (x10 3 MJoule) Tanggal Energi Input Total input Energi Output Total output Gas alam Udara Listrik Flue gas lain-lain Efisiensi 1 4, , , , % 2 4, , , , % 3 4, , , , % 4 4, , , , % 5 4, , , , % 6 4, , , , % 7 4, , , , % 8 4, , , , % 9 4, , , , % , , , , % 14 4, , , , % 15 4, , , , % 16 4, , , , % 17 4, , , , % 18 4, , , , % 19 4, , , , % 20 4, , , , %

2 Lanjutan Tabel 4.1. Neraca energi pada sub sistem gas turbin generator HITACHI (2006-J) (x10 3 MJoule) Tanggal Energi Input Total input Energi Output Gas alam Udara Listrik Flue gas lain-lain Total output Efisiensi 21 4, , , , % 22 4, , , , % 23 4, , , , % 24 4, , , , % 25 4, , , , % 26 4, , , , % 27 4, , , , % 28 4, , , , % 29 4, , , , % 30 4, , , , % 31 4, , , , % Jumlah 119, , , , , , , % Keterangan : (-) tidak diperoleh data komposisi gas alam. Sehingga tidak dapat dihitung energi gas alam, dan efisiensinya. Siklus kerja gas turbin generator yang beroperasi di PT. PUPUK KUJANG 1A termasuk ke dalam jenis siklus terbuka. Siklus ini bekerja berdasarkan siklus Brayton. Siklus Brayton pertama kali digagas oleh George Brayton untuk digunakan pada mesin berbahan bakar minyak tipe reciprocating yang dia kembangkan sekitar tahun Menurut Reay dalam Suryadi (1994), digunakannya turbin gas dalam industri karena ketahanannya untuk dioperasikan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, walaupun efisiensinya hanya sekitar 20%. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryadi (1994) diperoleh efisiensi gas turbin generator sebesar 23.72%. Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Razi (1996) di PUSRI I-B diperoleh efisiensi gas turbin generator sebesar 19.50%. Terjadinya perbedaan nilai efisiensi gas turbin generator saat ini dengan hasil perhitungan Suryadi dikarenakan adanya perbedaan komposisi gas alam yang diterima pada saat ini dengan tahun 1994 dan juga karena adanya perbedaan metodologi penelitian yang digunakan. Tetapi jika dibandingkan antara hasil penelitian Suryadi dengan Razi terlihat bahwa gas turbin generator yang beroperasi di PT. PUPUK KUJANG 1A memiliki efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan gas

3 turbin generator yang beroperasi di PUSRI 1B. Sedangkan kebutuhan energi gas alam dan jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh gas turbin generator seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. dapat disajikan dalam bentuk grafik yang terlihat pada Gambar , , , , , Energi (.103 MJoule) 2, , , , Gas alam Listrik Tanggal (Maret 2009) Gambar 4.1. Hubungan konsumsi bahan baku dan produksi listrik terhadap tanggal pengamatan. 2. KETEL UAP PANAS BUANG (2003-U) Dari hasil perhitungan audit pada sub sistem ketel uap panas buang (2003-J) didapatkan nilai efisiensi rata-rata selama bulan maret yaitu sebesar 87.52% dengan kehilangan panas sebesar x 10 3 MJ/jam. Dengan nilai efisiensi tersebut maka dapat dikatakan ketel uap panas buang masih bekerja dengan baik. Secara lebih jelas, neraca energi pada sub sistem ketel uap panas buang dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut.

4 Tabel 4.2. Neraca energi pada sub sistem ketel uap panas buang (2003-U) (x 10 3 MJ/jam) Tanggal Gas alam Energi input Gas buang dari GTG Air umpan ketel Total energi input Energi output Steam Panas hilang Total energi output Efisiensi (%) Rata-rata Keterangan : (-) tidak diperoleh data komposisi gas alam. Sehingga tidak dapat dihitung energi gas alam, dan efisiensinya.

5 Kebutuhan gas alam, gas buang dari gas turbin generator dan jumlah uap yang dihasilkan pada ketel uap panas buang dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret jika ditampilkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut Energi (.103 MJ/jam) Gas alam Gas buang dari GTG Steam Tanggal (Maret 2009) Gambar 4.2. Hubungan konsumsi gas alam dan gas buang dari gas turbin generator dengan jumlah uap yang dihasilkan ketel uap panas buang dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret KETEL UAP PAKET I (2007-U) Dari hasil perhitungan audit energi, ketel uap paket I (2007-U) didapatkan nilai efisiensi rata-rata pada bulan Maret sebesar 89.92% dengan rata-rata kehilangan panas sebesar x 10 3 MJ/jam. Secara lebih rinci, hasil perhitungan audit energi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

6 Tanggal Tabel 4.3. Neraca energi pada sub sistem ketel uap paket I (2007-U) (x 10 3 MJ/jam) Gas alam Energi Input Udara Air umpan ketel Total energi input Energi Output Steam Panas hilang Total energi output Efisiensi (%) Rata-rata Keterangan : (-) tidak diperoleh data komposisi gas alam. Sehingga tidak dapat dihitung energi gas alam, dan efisiensinya. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketel uap beroperasi setiap hari dengan efisiensi diatas 70%. Hal tersebut menandakan bahwa ketel uap paket I masih bekerja dengan baik. Kebutuhan gas alam, udara dan jumlah uap yang dihasilkan pada ketel uap paket I dari tanggal 1 Maret

7 hingga 9 Maret jika ditampilkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.3. berikut. Energi (.103 MJ/jam) Tanggal (Maret 2009) Gas alam Steam Gambar 4.3. Hubungan konsumsi gas alam dengan jumlah uap yang dihasilkan ketel uap paket I dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret KETEL UAP PAKET II (2007-UA) Dari hasil perhitungan audit energi pada sub sistem ketel uap paket II didapatkan nilai efisiensi rata-rata bulan Maret sebesar 77.86% dengan jumlah kehilangan panas rata-rata sebesar x 10 3 MJ/jam. Dengan nilai efisiensi tersebut maka dapat dikatakan ketel uap paket II masih bekerja dengan baik meskipun jika dibandingkan dengan ketel uap panas buang dan ketel uap paket I. Secara lebih jelas, neraca energi pada sub sistem ketel uap paket II dapat dilihat pada Tabel 4.4.

8 Tanggal Tabel 4.4. Neraca energi pada sub sistem ketel uap paket II (2007-UA) Gas alam (x 10 3 MJ/jam) Energi Input Udara Air umpan ketel Total energi input Energi Output Steam Panas hilang Total energi output Efisiensi (%) Rata-rata Keterangan : (-) tidak diperoleh data komposisi gas alam. Sehingga tidak dapat dihitung energi gas alam, dan efisiensinya.

9 Kebutuhan gas alam, udara dan jumlah uap yang dihasilkan pada ketel uap paket II dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret jika ditampilkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.4. berikut Energi (.103 MJ/jam) Tanggal (Maret 2009) Gas alam Steam Gambar 4.4. Hubungan konsumsi gas alam dengan jumlah uap yang dihasilkan ketel uap paket II dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret 2009 Jika dibandingkan dengan hasil audit energi yang dilakukan oleh Suryadi (1994) didapatkan nilai efisiensi dari ketel uap panas buang, ketel uap paket I dan ketel uap paket II ternyata berbeda, yaitu masing-masing %, 74.69% dan 64.16%. Perbedaan nilai efisiensi tersebut karena adanya perbedaan metodologi yang dilakukan dalam kegiatan audit energi ini, terutama dalam hal pengolahan data. Suryadi dalam pengolahan data menggunakan metode perhitungan tidak langsung. Pada metode tidak langsung, semua energi yang hilang dihitung secara lebih rinci baik itu energi yang hilang karena radiasi, konveksi maupun konduksi. Selain itu, pada perhitungan energi flue gas dihitung berdasarkan komposisi komponen yang ada dalam flue gas secara riil. Sedangkan pada kegiatan audit selama bulan Maret 2009 metode perhitungan yang digunakan yaitu metode langsung. Metode tidak langsung tidak dapat digunakan karena kurangnya data di

10 lapangan, seperti data mengenai komposisi komponen yang ada dalam flue gas dan juga flow kondensat yang dihasilkan dalam proses penyediaan steam. Menurut Council of Industrial Boiler Owners (CIBO), nilai efisiensi ketel uap baru yang biasa digunakan pada industri dengan bahan bakar gas alam yaitu berkisar antara 70-75%. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi kerja ketel uap, yaitu : 1. Mempertahankan kelebihan oksigen dibawah 5% 2. Menurunkan suhu gas buang 3. Menjaga permukaan tube dari kerak, dan 4. Melakukan pengecekan efisiensi ketel uap secara teratur. B. UNIT PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA Energi yang dibutuhkan untuk proses produksi urea terdiri dari energi uap, listrik, air, dan energi manusia. Energi uap, listrik dan air disediakan oleh unit penunjang (utility plant). Jumlah masing-masing energi tersebut dapat dilihat pada sub bab sebelumnya. Neraca energi spesifik di urea plant dapat dilihat pada Tabel 4.5. Secara keseluruhan, dari Tabel 4.5. diperoleh nilai efisiensi rata-rata konsumsi energi spesifik untuk pembuatan pupuk urea selama bulan Maret 2009 yaitu sebesar 93.79% dengan rata-rata energi spesifik yang hilang yaitu sebesar kj/kg urea. Dimana sebesar kj/kg atau 3.19% urea merupakan energi yang kembali ke utility plant dan sebesar kj/kg urea atau 2.99 % merupakan energi lain yang hilang karena konduksi, konveksi, dan radiasi.

11 Tabel 4.5. Neraca energi spesifik (kj/kg urea) pada proses produksi pupuk urea Tanggal Steam dari Utility plant Input Air Listrik umpan ketel Energi manusia Jumlah input Seksi sintesa Seksi dekomposisi Output Seksi recovery Seksi kristalisasi dan prilling Jumlah output Penggunaan lain-lain Kalor yang kembali ke lain-lain utility plant Efisiensi pemakaian energi 1 5, , , , , , % 2 5, , , , , , % 3 7, , , , , , % 4 5, , , , , , % 5 5, , , , , , % 6 5, , , , , , % 7 6, , , , , , % 8 5, , , , , , % 9 8, , , , , , % 10 7, , , , , , % 11 4, , , , , , % 12 5, , , , , , % 13 5, , , , , , % 14 5, , , , , , % 15 5, , , , , , % 16 5, , , , , , % 17 5, , , , , , % 18 5, , , , , , % 19 5, , , , , , % 20 5, , , , , , % 21 5, , , , , , %

12 Lanjutan Tabel 4.5. Neraca energi spesifik (kj/kg urea) pada proses produksi pupuk urea Tanggal Steam dari Utility plant Listrik Input Air umpan ketel Energi manusia Jumlah input Seksi sintesa Seksi dekomposisi Output Seksi recovery Seksi kristalisasi dan prilling Jumlah output Penggunaan lain-lain Kalor yang kembali ke utility plant lain-lain Efisiensi pemakaian energi 22 5, , , , , , % 23 5, , , , , , % 24 5, , , , , , % 25 5, , , , , , % 26 5, , , , , , % 27 5, , , , , , % 28 6, , , , , , % 29 6, , , , , , % 30 6, , , , , , % 31 6, , , , , , % Rata-rata 5, , , , , , %

13 Data pada Tabel 4.5. jika ditampilkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.5. berikut. 7,000 6,000 Energi spesifik (kj/kg urea) 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Input energi Seksi sintesa Seksi dekomposisi/purifikasi Seksi recovery Seksi kristalisasi dan prilling Energi yang hilang 0 Gambar 4.5. Konsumsi energi spesifik secara keseluruhan selama bulan Maret 2009 Dari Gambar 4.5. dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi energi terbesar pada proses produksi pupuk urea terdapat di seksi sintesa, yaitu sebesar 2, kj/kg urea atau 45.92%. Sedangkan penggunaan energi spesifik di seksi dekomposisi/purifikasi, seksi recovery dan seksi kristalisasi dan prilling berturut-turut sebesar kj/kg urea, 1, kj/kg urea, dan 1, kj/kg urea atau 5.78%, 22.49%, dan 19.62%. Rincian penggunaan energi spesifik pada masing-masing seksi dapat dilihat pada sub bab selanjutnya. Sedangkan jumlah produksi pupuk urea serta jumlah karbondioksida (CO 2 ) dan ammonia (NH 3 ) selama bulan Maret 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.6.

14 Tabel 4.6. Jumlah produksi pupuk urea serta jumlah karbondioksida (CO 2 ) dan ammonia (NH 3 ) selama bulan Maret 2009 Tanggal Bahan baku (kg) Produk yang dihasilkan CO2 NH3 Urea (kg) Material yang hilang (kg) Rasio produk terhadap bahan baku 1 1,226,016 1,086, ,435, , % 2 1,177,308 1,029, ,413, , % 3 1,251,756 1,100, ,439, , % 4 1,243,836 1,098, ,505, , % 5 1,198,692 1,039, ,422, , % 6 1,199,484 1,090, ,375, , % 7 1,200,672 1,091, ,330, , % 8 1,445,796 1,057, ,429,000 1,074, % 9 1,207,800 1,091, ,487, , % 10 1,152,756 1,004, ,090,000 1,067, % 11 1,189,584 1,035, ,630, , % 12 1,206,216 1,062, ,549, , % 13 1,208,988 1,077, ,479, , % 14 1,313,136 1,024, ,464, , % 15 1,213,740 1,061, ,425, , % 16 1,206,612 1,069, ,461, , % 17 1,201,860 1,031, ,422, , % 18 1,196,712 1,059, ,388, , % 19 1,163,448 1,037, ,356, , % 20 1,195,920 1,061, ,412, , % 21 1,217,304 1,049, ,429, , % 22 1,225,620 1,076, ,478, , % 23 1,414,908 1,074, ,426,000 1,063, % 24 1,205,820 1,019, ,397, , % 25 1,209,384 1,005, ,437, , % 26 1,216,116 1,040, ,413, , % 27 1,149,984 1,017, ,411, , % 28 1,068, , ,260, , % 29 1,072, , ,265, , % 30 1,077, , ,227, , % 31 1,077, , ,247, , % Jumlah 37,335,672 32,199, ,502,500 26,032, % Dari Tabel 4.6. terlihat ada material yang hilang selama bulan Maret 2009, yaitu sebesar 26,032, kg. Material yang hilang tersebut sebagian besar merupakan larutan recycle yang sebenarnya tidak hilang ke luar atau terbuang tetapi digunakan kembali sebagai umpan reaktor di seksi sintesa. Sedangkan sebagian kecil merupakan material yang hilang pada saat di prilling tower. Besarnya jumlah material yang hilang di prilling tower tidak dapat dihitung berapa jumlahnya dikarenakan kurangnya data di lapangan.

15 1. SEKSI SINTESA Pada seksi sintesa, energi yang masuk dari utility plant berupa uap bertekanan 42 kg/cm 2 yang sebagian besar digunakan oleh kompresor. Berdasarkan audit energi yang dilakukan diperoleh rata-rata efisiensi pada seksi sintesa adalah sebesar 39.54% dengan rata-rata nilai energi yang hilang sebesar 4, kj/kg urea. Energi yang hilang tersebut sebenarnya digunakan kembali sebagai input energi pada seksi dekomposisi/purifikasi. Namun, dalam audit ini energi tersebut dianggap sebagai energi yang hilang. Rincian penggunaan energi di seksi sintesa dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Neraca energi pada seksi sintesa (kj/kg urea) Energi yang dikonsumsi (kj/kg urea) Total konsumsi energi Energi Tanggal Uap Listrik Energi manusia (kj/kg urea) yang hilang Efisiensi 1 2, , , % 2 2, , , % 3 3, , , % 4 2, , , % 5 2, , , % 6 2, , , % 7 2, , , % 8 2, , , % 9 4, , , % 10 3, , , % 11 2, , , % 12 2, , , % 13 2, , , % 14 2, , , % 15 2, , , % 16 2, , , % 17 2, , , % 18 2, , , % 19 2, , , % 20 2, , , % 21 2, , , % 22 2, , , % 23 2, , , % 24 2, , , % 25 2, , , % 26 2, , , % 27 2, , , % 28 2, , , % 29 2, , , % 30 2, , , % 31 2, , , % Rata-rata 2, , , %

16 Jika data pada Tabel 4.7. digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar , , , Energi (kj/kg urea) 3, , , , Uap Listrik Manusia Energi yang hilang 1, Gambar 4.6. Neraca energi di seksi sintesa selama bulan Maret SEKSI DEKOMPOSISI/ PURIFIKASI Seperti terlihat pada Tabel 4.5., rata-rata konsumsi energi pada seksi dekomposisi/purifikasi adalah yang terkecil dibandingkan dengan seksi lainnya, yaitu sebesar kj/kg urea atau 5.78%. Hal ini dikarenakan pada seksi dekomposisi/purifikasi banyak energi yang dimanfaatkan kembali seperti panas larutan keluaran high pressure decomposer (DA-201) dimanfaatkan sebagai tambahan energi dekomposisi ammonium karbamat di low pressure decomposer (DA-202). Sehingga, berdasarkan audit energi pada bulan Maret 2009 diperoleh efisiensi sebesar 43.39% dengan besarnya energi yang hilang yaitu sebesar kj/kg urea. Perincian energi pada seksi dekomposisi/purifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.8.

17 Tabel 4.8. Neraca energi pada seksi dekomposisi/purifikasi (kj/kg urea) Tanggal Energi yang dikonsumsi (kj/kg urea) Total konsumsi energi Energi Uap Listrik Energi manusia (kj/kg urea) yang hilang Efisiensi % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % Rata-rata % Data pada Tabel 4.8. jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.7.

18 Energi (kj/kg urea) Uap Listrik Manusia Energi yang hilang Gambar 4.7. Neraca energi pada seksi dekomposisi/purifikasi selama bulan Maret SEKSI RECOVERY Konsumsi energi di seksi recovery cukup besar yaitu 22.49% atau 1, kj/kg urea. Dimana bentuk energi yang paling besar adalah energi uap. Berdasarkan audit energi yang dilakukan pada bulan Maret 2009 diperoleh nilai efisiensi rata-rata pada seksi ini yaitu sebesar 39.97% dengan energi yang hilang yaitu sebesar 2, kj/kg urea. seperti halnya pada seksi sintesa dan dekomposisi/purifikasi, energi yang hilang pada seksi recovery merupakan energi input bagi proses selanjutnya. Sehingga nilai efisiensi yang kecil tersebut bukan menunjukkan bahwa proses tidak efisien. Rincian energi pada seksi recovery dapat dilihat pada Tabel 4.9.

19 Tabel 4.9. Neraca energi pada seksi recovery (kj/kg urea) Tanggal Energi yang dikonsumsi (kj/kg urea) Total konsumsi energi Energi Uap Listrik Energi manusia (kj/kg urea) yang hilang Efisiensi , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % , , % Rata-rata 1, , , % Data pada Tabel 4.9. jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.8.

20 2, , Energi (kj/kg urea) 1, , Uap Listrik Manusia Energi yang hilang 0.00 Gambar 4.8. Neraca energi pada seksi recovery selama bulan Maret SEKSI KRISTALISASI DAN PRILLING Pada seksi ini, rata-rata energi yang dikonsumsi yaitu sebesar 1, kj/kg urea atau 19.62%. Dimana penggunaan energi terbanyak yaitu energi uap sebesar 1, kj/kg. Berdasarkan audit energi yang dilakukan pada bulan Maret 2009 diperoleh nilai efisiensi pada seksi ini yaitu sebesar 75.53% dengan besarnya energi yang hilang yaitu sebesar kj/kg urea. Perincian energi pada seksi kristalisasi dan prilling dapat dilihat pada Tabel Tabel Neraca energi pada seksi kristalisasi dan prilling (kj/kg urea) Tanggal Energi yang dikonsumsi (kj/kg urea) Total konsumsi energi Energi Uap Listrik Energi manusia (kj/kg urea) yang hilang Efisiensi 1 1, , % 2 1, , % 3 1, , % 4 1, , % 5 1, , % 6 1, , % 7 1, , % 8 1, , % 9 1, , % 10 1, , % , % , %

21 Lanjutan Tabel Neraca energi pada seksi kristalisasi dan prilling (kj/kg urea) Tanggal Energi yang dikonsumsi (kj/kg urea) Total konsumsi energi Energi Uap Listrik Energi manusia (kj/kg urea) yang hilang Efisiensi 13 1, , % 14 1, , % 15 1, , % 16 1, , % 17 1, , % 18 1, , % 19 1, , % 20 1, , % 21 1, , % 22 1, , % 23 1, , % 24 1, , % 25 1, , % 26 1, , % 27 1, , % 28 1, , % 29 1, , % 30 1, , % 31 1, , % Rata-rata 1, , % Data pada Tabel jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar , Energi spesifik (kj/kg urea) 1, Uap Listrik Manusia Energi yang hilang 0.00 Gambar 4.9. Neraca energi pada seksi kristalisasi dan prilling selama bulan Maret 2009

22 Berdasarkan pengolahan data-data produksi selama bulan Maret 2009 diketahui bahwa untuk memproduksi 1 kg urea dibutuhkan energi sebesar 6, kj (Tabel 4.7.) atau setara dengan 5.77 MMBTU/MT. Sejumlah energi tersebut diperoleh dari uap bertekanan 42 kg/cm 2 sebesar 5, kj yang berasal dari utility plant. Sebesar kj diperoleh dari energi listrik. Sebesar kj diperoleh dari energi yang terkandung dalam air umpan ketel. Sisanya sebesar kj diperoleh dari energi manusia. Jika dibandingkan dengan konsumsi energi per metrik ton di PT. PUPUK KUJANG 1A (Tabel 2.7.) maka nilai konsumsi energi pada saat dilakukan audit jauh lebih kecil. Hal ini dikarenakan energi yang dihitung pada saat audit hanya mencakup sebagian kecil proses, yaitu hanya menghitung kebutuhan energi di empat seksi pembuatan urea. Sedangkan nilai konsumsi energi yang tersaji pada Tabel 2.7. merupakan jumlah energi yang dikonsumsi oleh seluruh pabrik yang menjadi satu kesatuan dalam proses pembuatan pupuk urea, yaitu meliputi unit utility, ammonia dan urea secara keseluruhan. Hasil penelitian sebelumnya oleh Suryadi (1994) diperoleh data untuk memproduksi 1 kg urea dibutuhkan energi sebesar 1, kkal atau setara dengan 5, kj. Sejumlah energi tersebut diperoleh dari energi uap bertekanan 42 kg/cm 2 sebesar kkal atau setara dengan 4, kj yang berasal dari unit penunjang (utility). Sebesar kkal atau setara dengan kj diperoleh dari energi listrik. Sisanya yaitu sebesar kkal atau setara dengan kj didapatkan dari energi yang terkandung di dalam air pengumpan ketel. Jika dibandingkan antara hasil penelitian ini dengan hasil penelitian oleh Suryadi pada tahun 1994, ternyata konsumsi energi pada kondisi pabrik saat ini lebih besar dibandingkan dengan kondisi pabrik pada tahun Perbedaan nilai tersebut dikarenakan adanya perbedaan metodologi perhitungan yang digunakan serta adanya perbedaan komposisi gas alam yang diterima oleh PT. PUPUK KUJANG 1A. Hasil penelitian Razi (1996) di PUSRI I-B diperoleh data untuk memproduksi 1 kg urea dibutuhkan energi sebesar kkal atau setara

23 dengan 3, kj. Jika dibandingkan antara hasil penelitian Suryadi (1994) di PT. PUPUK KUJANG 1A dengan Razi (1996) di PUSRI 1B diperoleh nilai konsumsi energi di PT. PUPUK KUJANG 1A lebih besar. Karakteristik aliran material dan aliran energi berdasarkan data-data yang disajikan pada Tabel 4.5. dan Tabel 4.6. dapat dilihat pada Gambar dan Gambar CO 2 = 37,335,672 kg NH 3 = 32,199, kg UREA PLANT Urea = 43,502,500 kg Material yang hilang = 14, kg Gambar Karakteristik aliran material di urea plant Steam = 253, x 10 3 MJ Listrik = 9, x 10 3 MJ Gas alam = 275, x 10 3 BFW = 18, x 10 3 MJ UTILITY PLANT UREA PLANT Energi terpakai = 247, x 10 3 MJ Energi yang hilang = 7, x 10 3 MJ Manusia = MJ Manusia = MJ BFW = 725, MJ Energi yang kembali ke utility plant = 8, x 10 3 MJ Gambar Karakteristik aliran energi dalam proses pembuatan pupuk urea Dari Gambar terlihat bahwa perbandingan massa urea dengan massa bahan bakunya, yaitu CO 2 dan NH 3 sebesar 62.56%. Penelitian sebelumnya oleh Suryadi (1994) diperoleh 74.07%. Perbedaan nilai tersebut disebabkan karena produksi pupuk urea tidak selalu sama sepanjang tahun dan

24 kondisi riil di pabrik. Sedangkan sebesar 37.44% material yang hilang disebabkan oleh adanya hidrolisa urea, hasil dekomposisi yaitu amonium karbamat, biuret, air, CO 2 dan ammonia berlebih di seksi dekomposisi/purifikasi, urea yang tercecer di daerah prilling tower dan urea yang terbuang ke atmosfir dalam bentuk debu di prilling tower. C. UNIT UTILITAS PENDUKUNG PROSES PRODUKSI PUPUK UREA Dalam proses produksi pupuk urea selain dibutuhkan energi primer seperti gas alam, juga dibutuhkan utilitas pendukung yaitu uap dan kondensat uap, listrik, manusia, air panas dan air pendingin. Kebutuhan energi uap dan kondensat uap telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya (Tabel 4.5.). Dari sejumlah 253, x 10 3 MJ uap bertekanan 42 kg/cm 2 dari utility plant yang masuk ke urea plant selama bulan Maret 2009, selanjutnya digunakan untuk menggerakkan kompresor, pompa dan digunakan sebagai pemanas pada tiap seksi/tahapan proses produksi. Uap 42 kg/cm 2 tersebut selanjutnya sebagian diturunkan tekanannya menjadi 12 kg/cm 2. Dari uap bertekanan 12 kg/cm 2 sebagian diturunkan kembali menjadi bertekanan 7 kg/cm 2 dan uap bertekanan 7 kg/cm 2 sebagian diturunkan kembali menjadi bertekanan 4 kg/cm 2 (kondensat uap). Uap bertekanan 42 kg/cm 2 yang digunakan di urea plant yaitu sebesar 240,210, MJ. Sebesar 16,685, MJ merupakan uap bertekanan 12 kg/cm 2, sebesar 52,766, MJ merupakan uap bertekanan 7 kg/cm 2 dan sebesar 239,961, MJ merupakan uap bertekanan 4 kg/cm 2. Sehingga total uap dan kondensat uap di unit utilitas pendukung proses produksi pupuk urea yaitu sebesar 549,624, MJ. Dimana sebesar 8,403, MJ merupakan kalor (kondensat uap) yang kembali ke utility plant, sebesar 310,485, MJ merupakan energi yang hilang di seksi sintesa, dekomposisi/purifikasi, recovery, dan kristalisasi dan prilling karena konduksi, konveksi dan radiasi. Sedangkan sebesar 5,701, MJ merupakan energi yang tidak terdeteksi dikarenakan kurangnya data di lapangan. Seperti halnya energi pada proses penyediaan air pendingin dan air panas.

25 Secara lebih rinci, penggunaan uap bertekanan 42 kg/cm 2, uap bertekanan 12 kg/cm 2, uap bertekanan 7 kg/cm 2 dan uap bertekanan 4 kg/cm 2 (kondensat uap) dapat dilihat pada Lampiran 11. Sedangkan penomoran langkah proses penyediaan uap air dan kondensat uap (steam condensate) dapat dilihat pada Gambar Selain uap, energi listrik juga diperlukan dalam proses produksi pupuk urea. Energi listrik ini dihasilkan oleh gas turbin generator HITACHI (2006-J) dan digunakan untuk menggerakkan motor listrik. Penggunaan energi listrik oleh urea plant disajikan pada Tabel Tabel Penyediaan listrik dan penggunaannya di urea plant Tanggal Produksi Penggunaan oleh urea plant Mwatt Mjoule Mwatt Mjoule % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

26 Gambar Penomoran langkah proses penyediaan uap air dan kondensat uap (steam condensate)

27 Dari Tabel dapat dilihat pemakaian energi listrik rata-rata oleh urea plant pada bulan Maret 2009 yaitu 308, MJoule atau sekitar 44.42%. Sedangkan pemakaian oleh motor listrik dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel jika ditampilkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar Energi (MJ) 800, , , , , , , , Tanggal (Maret 2009) Produksi listrik Konsumsi listrik oleh urea plant Gambar Hubungan produksi listrik dengan konsumsi oleh urea plant selama bulan Maret 2009 Pada industri pupuk urea, energi manusia ikut berperan penting terhadap berlangsungnya proses produksi. Dalam satu hari terdapat 3 shift kerja dengan tiap shift terdiri dari 8 orang operator yang bertugas di urea plant dan 11 orang operator yang bertugas di utility plant. Konsumsi energi manusia pada proses produksi pupuk urea dapat dilihat pada Tabel Tabel Konsumsi energi manusia pada proses produksi pupuk urea Lokasi pekerjaan Jumlah (orang) Jam kerja (Jam/hari) Konsumsi energi per hari (MJ) Konsumsi energi bulan Maret 2009 (MJ) Urea plant Utility plant Jumlah

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK UREA DI PT. PUPUK KUJANG

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK UREA DI PT. PUPUK KUJANG AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK UREA DI PT. PUPUK KUJANG Oleh: HERA PRATIWI F14053061 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR AUDIT ENERGI PADA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1. Peran masing-masing sumber energi utama dalam penyediaan energi nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1. Peran masing-masing sumber energi utama dalam penyediaan energi nasional II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEBUTUHAN ENERGI DI INDONESIA Sebagai salah satu anggota dari negara-negara pengekspor minyak (OPEC), pembangunan nasional banyak dipengaruhi oleh naik turunnya ekspor minyak bumi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urea Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar

Lebih terperinci

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar. 5 TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan. Udara

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES Penyusun : Any Mas ulah 2307 030 077 Vera Laily Rahmah 2307 030 087 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Winarni Rahaju, MT 19510403 198503 2 001 SEJARAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian energi listrik dan energi panas dewasa ini cukup pesat kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan proses manufaktur, tetapi juga

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR).

AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR). AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR). Mohammad khatib..2411106002 Dosen pembimbing: Dr. Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM:

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM: PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK UREA DENGAN BAHAN BAKU GAS SINTETIS DENGAN KAPASITAS 120.000 TON / TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia OLEH : ERIKA MONA

Lebih terperinci

Proses Produksi Amonia

Proses Produksi Amonia Proses Produksi Urea Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia. Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu: (1) Sintesa Unit

Lebih terperinci

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap BAB V TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas dari uap kering (steam) untuk memutar turbin sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS 60.000 TON / TAHUN MAULIDA ZAKIA TRISNA CENINGSIH Oleh: L2C008079 L2C008110 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan utama dalam setiap aspek kehidupan. Energi listrik merupakan alat utama untuk menggerakkan aktivitas produksi suatu pabrik. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda merupakan anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) yang bergerak dibidang industri pupuk urea dan industri kimia lainnya.

Lebih terperinci

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 1, Januari 2014 ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA Sudiadi 1), Hermanto 2) Abstrak : Suatu Opsi untuk meningkatkan efisiensi

Lebih terperinci

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA Teuku Raja Wahidin 1*, Ratni Dewi 2, M. Yunus 2 1* DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA 3.1 Analisis dan Pembahasan Kehilangan panas atau juga bisa disebut kehilangan energi merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit -

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah Indonesia melaksanakan kegiatan percepatan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat buah kelapa sawit (mesocarp), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik. Untuk mengatasi hal tersebut maka saat ini pemerintah berupaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya konsumsi energi nasional. Seperti

Lebih terperinci

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PRA RENCANA PABRIK Oleh : Adinda Gitawati NPM : 0831010054 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alamraya Semesta adalah PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis bituminus

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA

PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA Disusun oleh: ANDI SETIAWAN (201225003) ARIF ANDRIANTO (201225010) NICO AGUNG NUGRAHA (201225013) NURHASANAH (201225008) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori PLTGU atau combine cycle power plant (CCPP) adalah suatu unit pembangkit yang memanfaatkan siklus gabungan antara turbin uap dan turbin gas. Gagasan awal untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan listrik. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah melaksanakan kegiatan percepatan pembangunan

Lebih terperinci

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang Modul 8 PUPUK UREA Sejarah 24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang 180 ton amonia/hari 300 ton urea/hari 16 Oktober 1963

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR Grata Patisarana 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

II HUKUM THERMODINAMIKA I

II HUKUM THERMODINAMIKA I II HUKUM THERMODINAMIKA I Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu menjelaskan hukum thermodinamika I tentang konservasi energi, serta mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER 1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 Anwar Ilmar,ST,MT 1,.Ali Sandra 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri semen membutuhkan jumlah energi yang besar untuk berproduksi. Hampir sekitar 50% biaya produksi berasal dari pembelian energi yang terdiri dari 75% dalam bentuk

Lebih terperinci

AMONIUM NITRAT (NH4NO3)

AMONIUM NITRAT (NH4NO3) AMONIUM NITRAT (NH4NO3) K E L OM P OK 4 ANG G O T A K E L OM P OK : D E B B Y D WI C. ( 15 0 0 0 2 0 12 0 ) I ND AH TR I R. ( 15 0 0 0 2 0 12 1) M U S L I M E K A A. ( 15 0 0 0 2 0 12 2 ) AD I T Y A FAHR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan batubara sebagai sumber bahan bakar di pabrik pupuk merupakan sebuah alternatif yang cukup menarik. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

Laporan Tugas akhir Departemen Operasi P-IV PT Pupuk Sriwidjaja Palembang HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas akhir Departemen Operasi P-IV PT Pupuk Sriwidjaja Palembang HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENGESAHAN Laporan Tugas akhir di 01 Februari 2017 31 Maret 3017 Judul : Efisiensi Panas dan Konversi CO pada High Temperature Shift Converter (104-D) dan Low Temperature Shift Converter (104-D)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT Anwar Ilmar Ramadhan 1,*, Ery Diniardi 1, Hasan Basri 2, Dhian Trisnadi Setyawan 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) DEFINISI PLTGU PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. Jadi disini sudah jelas ada dua mode pembangkitan. yaitu pembangkitan

Lebih terperinci

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN Ilham Bayu Tiasmoro. 1), Dedy Zulhidayat Noor 2) Jurusan D III Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik, untuk mengatasi hal ini maka pemerintah Indonesia melaksanakan kegiatan percepatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar... v vi vii DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Intisari... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Pendirian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NERACA PANAS

PERHITUNGAN NERACA PANAS PERHITUNGAN NERACA PANAS Data-data yang dibutuhkan: 1. Kapasitas panas masing-masing komponen gas Cp = A + BT + CT 2 + DT 3 Sehingga Cp dt = Keterangan: Cp B AT T 2 2 C T 3 = kapasitas panas (kj/kmol.k)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Studi pemanfaatan batubara di pabrik pupuk dilakukan untuk mendapatkan konfigurasi proses yang tepat. Pemanfaatan batubara di pabrik pupuk dilakukan melalui proses gasifikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR ANALISIS PEMANFAATAN GAS BUANG DARI TURBIN UAP PLTGU 143 MW UNTUK PROSES DESALINASI ALBERT BATISTA TARIGAN (20406065) JURUSAN TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Desalinasi adalah proses pemisahan

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat

Lebih terperinci

KAJI SISTEM SIKLUS GABUNGAN PEMBANGKIT LISTRIK TURBIN GAS DI PT META EPSI PEJEBE POWER GENERATION 2X40 MW Hasan Basri 1), Gugi Tri Handoko 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. = 6.313,13 kg/jam

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. = 6.313,13 kg/jam IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI Perhitungan neraca massa dan energi dilakukan dengan basis perhitungan dan data konversi seperti dibawah ini : Kapasitas Operasi Proses Basis Bahan baku Produk : 50.000

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan tenaga listrik terus meningkat. Tenaga listrik digunakan pada berbagai lini kehidupan seperti rumah tangga, perkantoran, industri baik home industry,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler

Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler 159 Iriany / Jurnal Teknologi Proses 5( Juli 006: 151 155 Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 5( Juli 006: 156 16 ISSN 141-7814 Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum di pabrik untuk produk minuman cup diproduksi hanya dua jenis produk yaitu jelly drink dan koko drink. Untuk produk jelly drink memiliki beberapa rasa yaitu apel, jambu,

Lebih terperinci

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. Karakterisasi Proses Gasifikasi Downdraft Berbahan Baku Sekam Padi Dengan Desain Sistem Pemasukan Biomassa Secara Kontinyu Dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Dimas Setiawan (2105100096) Pembimbing :

Lebih terperinci

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM Harry Christian Hasibuan 1, Farel H. Napitupulu 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan energi listrik pada zaman globalisasi ini, Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan mendirikan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS 20.000 TON / TAHUN Disusun Oleh : Eka Andi Saputro ( I 0511018) Muhammad Ridwan ( I 0511030) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis dan Klasifikasi Ketel Uap Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada ujung pangkalnya seperti pada gambar 2.1 dan dalam perkembangannya dilengkapi

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) 1 1. BOILER 2. PRINSIP KONSERVASI PADA BOILER 3 KASUS Boiler telah dikenal sejak jaman revolusi industri. Boiler merupakan peralatan

Lebih terperinci

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 1 Januari 2014; 23-28 ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) Agus Hendroyono Sahid, Dwiana Hendrawati Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan,

Lebih terperinci

Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator

Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator Dari data yang diketahui tekanan masuk turbin diambil nilai rata-rata adalah sebesar (P in ) = 18 kg/ cm² G ( tekanan dibaca lewat alat ukur ), ditambah dengan

Lebih terperinci