PERANAN PUPUK ORGANIK SIPRAMIN SEBAGAI SUBTISTISI PUPUK N TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL PADI SAWAH PADA INCEPTISOL
|
|
- Sonny Sugiarto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERANAN PUPUK ORGANIK SIPRAMIN SEBAGAI SUBTISTISI PUPUK N TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL PADI SAWAH PADA INCEPTISOL Nurjaya dan D. Setyorini ABSTRAK Sipramin merupakan hasil sampingan dari suatu produk indsutri dengan kandungan N yang relatif tinggi. Penggunaan Sipramin sebagai pupuk organik pada tanaman pangan dan perkebunan di masyarakat masih menimbulkan pendapat yang berbeda terhadap sifat kimia tanah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peranan pupuk Sipramin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah, serta sifat kimia tanah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 26 - Maret 27 di Instalasi Rumah Kaca Sindangbarang Balai Penelitian Tanah, Bogor menggunakan tanah Inceptisol dari Cicadas, Bogor. Rancangan yang digunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 11 perlakuan diulang 5 kali. Perlakuan terdiri atas: kontrol; ½, ¾ dan 1 takaran pupuk N dikombinasikan dengan pupuk PK + Sipramin takaran 4. l/ha; pupuk PK masing-masing dikombinasikan dengan Sipramin takaran, 2., 3., 4. dan 5. l/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea yang dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha serta pemberian 4 tingkat pupuk organik Sipramin takaran l/ha + pupuk PK secara umum dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan bobot jerami setara dengan pemberian pupuk NPK. Pemberian pupuk Sipramin sampai takaran 5. l/ha dikombinasikan dengan pupuk PK belum menunjukkan takaran optimum untuk tanaman padi sawah di rumah kaca. Pemberian pupuk Sipramin secara kuantitatif cenderung menurunkan ph tanah terekstrak H2O; meningkatakan N-total tanah, P-tersedia terekstrak Bray 1 dan K dapat ditukar (Kdd) dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk Sipramin. PENDAHULUAN Pengunaan pupuk di sektor pertanian memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Namun demikian apabila penggunaan pupuk berlebihan atau tidak sesuai dengan sifat kimia tanah dan kebutuhan hara tanaman maka dalam jangka panjang dapat mengganggu kesuburan tanah karena terganggunya keseimbangan hara dalam tanah. Sampai saat ini sering dijumpai kelangkaan pupuk pada saat menjelang waktu pemupukan terutama di sentra-sentra pertanian. Keadaan ini mendorong para produsen pupuk membuat pupuk alternatif (pupuk organik baik cair maupun padatan) yang berasal dari hasil sampingan suatu produk, akan tetapi dengan 285
2 Nurjaya dan D. Setyorini formula kandungan N, P, dan K lebih rendah yang dikombinasikan dengan hara mikro dengan komposisi yang bervariasi. Salah satu dari dari sekian banyak pupuk organik cair tersebut adalah Sipramin yang merupakan hasil sampingan dari suatu produk indsutri. Sipramin mengandung N dengan kadar yang relatif tinggi. Namun demikian dalam penggunaanya, untuk menyetarakan kebutuhan N sebagai substitusi pupuk urea atau ZA maka dalam pemberiannya diperlukan dalam jumlah banyak. Di Indonesia, khususnya Jawa Timur, sejak tahun 198-an Sipramin telah digunakan secara luas di perkebunan tebu. Karena harganya yang murah dan mudah diperoleh, maka penggunaan Sipramin oleh petani sering dilakukan secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pupuk anorganik seperti SP-36 dan KCl (Premono et al., 1999). Sipramin adalah cairan sisa proses pembuatan asam amino yang berasal dari pabrik mono sodium glutamat (MSG) atau lysin. Kandungan utama Sipramin adalah bahan organik yaitu sekitar 8,12-12,7%, disamping nitrogen (+4,5%). Selain itu Sipramin juga mengandung unsur-unsur ikutan lainnya seperti P, K, Ca, Mg, S, Cl dan Fe dan beberapa unsur mikro dengan kadar yang bervariasi (Sofyan et al., 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Sipramin pada tanaman pangan seperti padi dan dan jagung serta tanaman perkebunan dengan takaran 25 5 l/ha dapat mensubstitusi kebutuhan N dan memberikan kenaikan hasil (Soeparmono et al., 1999; Sofyan et al., 1999). Namun demikian penggunaan Sipramin sebagai pupuk organik pada tanaman pangan dan perkebunan di masyarakat masih menimbulkan pendapat yang berbeda terhadap sifat kimia tanah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair Sipramin terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman padi sawah. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian pupuk organik cair Sipramin dengan tanaman indikator padi sawah dilaksanakan dari bulan Juli 26 Maret 27 di Instalasi Rumah Kaca Sindangbarang Balai Penelitian Tanah, Bogor. Tanah yang digunakan diambil dari lahan sawah yang berstatus hara P dan K sedang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (Randomize Complete Block Design), terdiri dari 11 perlakuan dengan 5 ulangan. Adapun susunan perlakuan dan takaran pupuk pada tanaman padi disajikan pada Tabel 1. Sebagai media pertumbuhan tanaman padi di rumah kaca digunakan tanah Inceptisol dari Cicadas, Bogor yang diambil dari kedalaman -2 cm. Setiap pot di isi 1 kg tanah yang telah dikering anginkan dan lolos ayakan 2 mm. 286
3 Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah Bibit padi sebelum di tanaman terlebih dahulu disemaikan sampai umur 12 hari, setelah 12 hari dipindahkan pada pot perlakuan, masing-masing pot ditanam sebanyak 3 rumpun dan masing-masing rumpun terdiri dari 1 tanamam. Varietas padi yang ditanaman IR-64. Tabel 1. Perlakuan dan takaran pupuk pada pengujian pupuk organik cair Sipramin pada tanaman padi sawah di Rumah Kaca Takaran pupuk Sipramin No. Perlakuan Urea SP-36 KCl Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha.. kg/ha , , l/ha Pupuk organik cair Sipramin, Urea dan KCl diberikan dua kali masingmasing pada umur 7 hari setelah tanam dan pada fase primordia masing-masing setengah takaran, sedangkan pupuk SP-36 sebagai pupuk dasar diberikan satu kali saat tanam. Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati yaitu: Tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanam (HST); bobot jerami dan bobot gabah kering per pot serta bobot gabah per 1 butir Analisis tanah sebelum percobaan meliputi: tekstur dengan metode pipet, ph terekstrak H 2 O dan KCl, C-organik dengan metode Black dan Kurmies, N- total dengan metode Kjeldahl, P-tersedia dengan pengekstrak Bray 1, kadar P dan K potensial dengan pengekstrak HCl 25%, Nilai Tukar Kation Ca, Mg, K dan Na dengan pengekstrak NH4-Ac 1N ph 7, Kapasitas Tukar Kation dengan metode perkolasi dan Kejenuhan Basa. Setelah percobaan: ph dengan pengekstrak H 2 O, N-total dengan metode Kjeldahl, P-tersedia dengan pengekstrak Bray I, dan K-dd dengan pengekstrak NH 4 -Ac 1N ph 7. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diikuti dengan uji lanjutan menggunakan Duncan (DMRT) pada taraf 5 % untuk melihat perbedaan antar perlakuan. 287
4 Nurjaya dan D. Setyorini HASIL DAN PEMBAHASAN Tekstur dan sifat kimia Inceptisols Data tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisols dari Cicadas, Bogor sebelum pengujian disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan Inceptisols dari Cicadas bertekstur liat; ph tanah terekstrak H 2 O termasuk katagori masam, ph ekstrak KCl 4,5. Kadar C-organik, N-total dan C/N rasio tanah masing-masing tergolong rendah. Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum penelitian dilaksanakan Jenis penetapan Telstur : Liat (%) Debu (%) Pasir (%) ph : H 2 O KCl Bahan oganik : C (%) N (%) C/N P 2 O 5 (HCl 25%) mg 1g -1 K 2 O (HCl 25%) mg 1g -1 P-Bray-1 (mg kg -1 P) Kation : (cmol (+)kg -1 Ca Mg K Na KTK (cmol (+)kg -1 KB (%) Hasil penetapan Liat ,4 4,5 1,22, ,42 1,96,16,7 14,55 6 Kadar P-terekstrak HCl 25% termasuk tinggi akan tetapi kadar P-tersedia terekstrak Bray 1 tergolong sangat rendah. K-terekstrak HCl 25% termasuk sangat rendah. Nilai tukar kation Ca- dan Mg-dd tergolong sedang, kemudian K- dan Na-dd tergolong rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah dan kejenuhan basa (KB) tergolong sedang. Berdasarkan hasil analisis dapat dinyatakan bahwa pada tanah Inceptisol dari Cicadas telah terjadi ketidak seimbangan antara hara P potensial yang tergolong tinggi dengan hara K dan N yang tergolong rendah. Kapasitas tukar kation tanah yang rendah menyebabkan tanah tidak memiliki kemampuan menyanggga kation sehingga mudah tercuci dari komplek pertukaran. Selain itu sifat antagonisme antara ion K dengan Ca 288
5 Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Mg, menyebabkan ion K dalam komplek pertukaran (KTK) terdesak oleh kation Ca dan Mg yang jumlahnya relatif lebih tinggi. Dengan demikian kation K akan terdesak dari kompleks pertukaran sehingga mudah tercuci. Kapasitas tukar kation tanah yang rendah menyebabkan tingkat efisiensi pemupukan menjadi rendah. Pada kondisi tersebut, tanah tidak dapat mendukung pertumbuhan dan produktiivitas tanaman secara optimal. Untuk mengatasi kendala kesuburan tersebut pemberian pupuk organik cair (Sipramin) sebagai pupuk yang diuji ditambah dengan pemberian pupuk urea, SP-36 dan KCl sebagai pupuk dasar dalam jumlah yang cukup dapat dapat memperbaiki kesuburan tanah. Tinggi tanaman Data tinggi tanaman padi sawah umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanam (HST) sebagai respon terhadap pemberian Sipramin disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh pemberian sipramin terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi sawah umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanaman (HST) pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Tinggi tanaman No. Perlakuan 3 HST 45 HST 6 HST Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha...cm ,82 b 94.8 c 11, d 61,3 a 16.8 ab 19,2 bc 64,24 a 11.5 a 118,2 a 63,44 a 18.5 ab 112,4 abc 6,76 a 11.3 ab 112,4 abc 61,58 a 18.3 ab 114,8 ab 6,54 a 13.2 b 19,7 bc 62,6 a 19.2 ab 111,4 bc 62,38 a 11.3 ab 112,8 ab 62,5 a 15.6 ab 19,2 bc 62,9 a 14.4 b 16,6 c Kererangan: Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian N dalam bentuk Urea dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha tidak berbeda nyata dibadingkan dengan perlakuan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman. Demikian pula pemberian pupuk Sipramin pada berbagai taraf takaran dikombinasikan dengan pupuk PK secara umum tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK, kecuali pada umur 6 HST pemberian 62,5 kg Urea/ha dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha berbeda nyata 289
6 Nurjaya dan D. Setyorini meningkatkan tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman tertinggi pada umur 3 dan 6 HST masing-masing dan 11.5 cm diperoleh pada pemberian Urea 62,5 kg/ha yang dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha. Namun demikian secara umum, pemberian pupuk Sipramin cenderung meningkatkan tinggi tanaman sejalan dengan penambahan takaran pupuk yang diberikan. Jumlah anakan Pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap jumlah anakan umur 3, 45 dan 6 HST disajikan pada Tabel 4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian urea dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK, kecuali pada umur 3 HST pemberian pupuk Urea 25 kg/ha dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha berpengaruh nyata menurunkan jumlah anakan dibandingkan perlakuan pupuk NPK. Peningkatan pemberian pupuk Urea secara umum cenderung menurunkan jumlah anakan dibandingkan perlakuan pupuk NPK, kecuali pada umur 6 HST pemberian pupuk Urea takaran 125 kg/ha menghasilkan jumlah anakan lebih banyak (39,6 rumpun) dibandingkangkan dengan perlakuan pupuk NPK (38.2 rumpun). Tabel 4. Pengaruh pemberian Sipramin terhadap jumlah anakan padi sawah umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanam (HST) pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Jumlah anakan No. Perlakuan 3 HST 45 HST 6 HST Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha... rumpun. 15,4 e 34,4 bc 34,4 bc 26,4 a 38,2 ab 38,2 ab 26, ab 36,6 abc 36,6 abc 24,6 abc 39,6 a 39,6 a 24,6 abc 36,2 abc 36,2 abc 22,4 bcd 34,8 bc 34,8 bc 22, cd 34.4 bc 34.4 bc 24,6 abc 38,6 ab 38,6 ab 23,8 a-d 36,6 abc 36,6 abc 21,4 cd 35,4 abc 35,4 abc 2,6 d 35, bc 35, bc Kererangan: Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Pemberian Sipramin dikombinasikan dengan pupuk PK-standar tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan pupuk NPK terhadap jumlah anakan, kecuali pada umur 3 HST pemberian Sipramin dengan takaran 4. dan 5. 29
7 Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah l/ha berpengaruh nyata menurunkan jumlah anakan dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK. Secara umum pemberian Urea yang dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4 l/ha menghasilkan jumlah anakan relatif lebih sedikit dan cenderung menurun sejalan dengan peningkatan takaran Sipramin yang diberikan. Bobot jerami Data bobot jerami basah dan kering padi sebagai respon terhadap pemberian pupuk Sipramin disajikan pada Tabel 5. Hasil uji statistik menujukkan bahwa pemberian pupuk Urea dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha dan pemberian Sipramin dikombinasikan dengan pupuk PK tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK terhadap peningkatan bobot jerami basah dan kering. Namun demikian pemberian Urea dengan takaran 125 kg/ha dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha secara kuantitatif menghasilkan bobot jerami basah dan kering lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk NPK, akan tetapi bobot jerami menurun sejalan dengan peningkanan takaran Urea. Tidak demikian halnya dengan pemberian pupuk Sipramin, bobot jerami basah secara kuantitatif cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan takaran yang diberikan. Bobot jerami basah dan kering tertinggi masing-masing 228,42 g/pot dan 58,42 g/pot diperoleh pada perlakuan pupuk Sipramin takaran 5. l/ha dan pupuk Urea takaran 187,5 kg/ha dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha. Tabel 5. Pengaruh pemberian Sipramin terhadap bobot basah dan kering jerami padi sawah per pot pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Bobot jerami No. Perlakuan Basah Kering Kererangan: Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4 1/ha 1NPK + Sipramin 4 1/ha PK PK + Sipramin 2 l/ha PK + Sipramin 3 l/ha PK + Sipramin 4 l/ha PK + Sipramin 5 l/ha..g/pot.. 117,93 c 43,2 e 23,13 a 55,56 abc 218,17 a 59,9 a 29,98 a 57,81 ab 22,68 a 58,42 ab 195,25 a 57,51 ab 156,99 b 46,33 de 195,6 a 53,56 bc 196,2 a 5,25 cd 197,1 a 53,37 bc 228,42 a 57,72 ab Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan 291
8 Nurjaya dan D. Setyorini Bobot gabah Data bobot gabah basah dan kering sebagi respon terhadap pemberaian pupuk Sipramin disajikan pada Tabel 6. Hasil uji satistik menunjukkan bahwa, secara umum pemberian pupuk Urea dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha dan pemberian pupuk Sipramin dikombinasikan dengan pupuk PK tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK terhadap bobot gabah, kecuali pada pemberian Sipramin takaran 5. l/ha berpengaruh nyata meningkatkan bobot gabah basah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah kering. Tabel 6. Pengaruh pemberian Sipramin terhadap bobot basah dan kering jerami padi sawah per pot pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Bobot gabah No. Perlakuan Basah Kering Kererangan: Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha.. g/pot 69,68 c b 88,36 b 7.19 a 87,74 b 68.4 a 87,39 b a 87,79 b a 91,2 b 7.7 a 69,78 c b 84,67 b a 85,3 b a 88,73 b a 12,71a a Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Namun secara kuantitatif peningkatan taraf takaran pupuk Urea dan Sipramin, bobot basah dan kering padi cenderung meningkat. Bobot gabah basah dan kering tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk Sipramin takaran 5. l/ha masing-masing 12,71 dan 73,36 g/pot, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK masing-masing 88,36 dan 7,19 g/pot. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Sipramin takaran l/ha + pupuk PK dibandingkan dengan pupuk NPK disajikan pada Gambar 1. Dari gambar 1 menunjukkan bahwa pada pemberian Sipramin takaran 5. l/ha + PK menghasilkan bobot gabah kering relatif lebih tinggi (73.36 g/pot) dibandingkan dengan pupuk NPK (7,9 g/pot). 292
9 Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah Bobot gabah kering (g/pot) NPK-std PK PK+1/2 PK+3/4 PK+1 Pk+11/4 Pemberian pupuk Sipramin Gambar 1. Respon tanaman padi terhadap pemberian pupuk Sipramin + PK dibandingkan pupuk NPK-standar Sedangkan pengaruh pemberian pupuk Sipramin pada berbagai takaran terhadap terhadap bobot gabah kering disajikan pada Gambar 2. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pemberian pupuk Sipramin berpengaruh positif terhadap peningkatan bobot gabah kering. Dari gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair Sipramin sampai takaran 5. l/ha masih menunjukkan respon positif terhadap peningkatan bobot gabah kering dan belum menunjukkan kurva yang menurun. Dari hasil perhtungan dengan memasukan nilai X sebagai takaran pupuk terhadap bobot gabah kering (Y) melalui persamaan Y= 59,47 +,33X-,1X 2 diperoleh titik maksimum kurva respon pemupukan Sipramin dicapai pada takaran 7.25 l/ha dan takaran optimum dicapai pada pemberian 5.8 l/ha. Bobot gabah kering (g/pot) y = -1E-7x x R 2 = Pemberian Sipramin (l/ha) Gambar 2. Kurva respon pemupukan Sipramin terhadap bobot gabah kering pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca 293
10 Nurjaya dan D. Setyorini Sifat kimia tanah ph terekstrak H2O Pengaruh pemberian Sipramin terhadap ph tanah terekstrak H 2 O disajikan pada Gambar 3. Dari gambar 3a menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair Sipramin cenderung menurunkan ph tanah terekstrak H 2 O dibandingkan dengan tanpa pemberian Sipramin. Pemberian pupuk Sipramin takaran 2. l/ha, ph tanah menurun dan pemberian Sipramin sampai takaran 5. l/ha ph tanah tetap konstan tidak terjadi penurunan ph tanah menjadi lebih rendah (Gambar 3a) (a) (b) Nilai ph tanah N-total (%) Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk Gambar 3. Kurva pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap ph (a) dan N- total (b) tanah setelah panen pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor N-total Pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap kadar N-total tanah disajikan pada Gambar 3b. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa pupuk Sipramin, kadar N-total tanah cenderung menurun, kadar N-total tanah terendah mencapai,5% pada pemberian pupuk fosfat (P) dan kalium (K) saja. Sedangkan pada pemberian Sipramin kadar N-total tanah setelah panen meningkat sejalan dengan penambahan takaran pupuk Sipramin dengan kadar N-total tanah tertinggi,14% pada pemberian pupuk Sipramin takaran 5. l/ha. Peningkatan kadar N tanah sejalan dengan peningkatan pemberian pupuk Sipramin, hal ini disebabkan pupuk Sipramin mengandung kadar N relatif tinggi, sehingga semakin tinggi takaran pupuk Sipramin diberikan semakin tinggi kadar N yang disumbangkan ke dalam tanah. 294
11 Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah P-terekstrak Bray 1 (ppm) (a) Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk Gambar 4. Kurva pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap P-tersedia (a) dan K-dd (b) tanah setelah panen pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor Na dapat ditukar (me/1g) Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk (b) P-terekstrak Bray 1 Kadar P-tersedia terekstrak Bray 1 dalam tanah setelah panen disajikan pada Gambar 4a. Dari gambar 4a menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa pupuk Sipramin (perlakuan PK dan NPK), kadar P-terekstrak Bray 1 lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk Sipramin hanya mencapai 3 ppm namun lebih tinggi dibandingkan kontrol (2 ppm). Sedangkan pada pemberian pupuk Sipramin, kadar P-terekstrak Bray 1 meningkat, tertinggi mencapai 8 ppm diperoleh pada perlakuan pemberian 3. l/ha akan tetapi peningkatan takaran pupuk Sipramin selanjutnya kadar P dalam tanah cenderung menurun kembali menjadi 6 ppm pada pemberian pupuk Sipramin 5. l/ha. Penurunan kadar P dalam tanah pada pemberian takaran Sipramin yang lebih tinggi diduga pada perlakuan tersebut hasil gabah dan jerami lebih tinggi sehingga serapan P oleh tanaman meningkat dibandingkan perlakuan Sipramin pada takaran yang lebih rendah. K dapat ditukar (K-dd) Pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap kadar K dapat ditukar (Kdd) tanah setelah panen disajikan pada Gambar 4b. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa Sipramin, K-dd tanah lebih rendah terutama pada perlakuan pupuk PK saja, kemudian kadar K-dd tanah meningkat kembali menjadi,8 me/1g pada pemberian Sipramin takaran 3.. Selanjutnya kadar K-dd tanah cenderung menurun kembali pada pemberian 4. l/ha dan terendah mencapai,6 me/1g pada pemberian 5. liter/ha. Penurunan kadar K-dd dalam tanah pada pemberian Sipramin dengan takaran yang lebih 295
12 Nurjaya dan D. Setyorini tinggi sejalan dengan peningkatan bobot jerami dan gabah. Pada kondisi tersebut, kebutuhan hara K oleh tanaman padi meningkat, sehingga terjadi pengambilan hara K dalam tanah lebih tinggi sehingga terjadi penurunan K-dd dalam tanah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pupuk organik cair Sipramin di rumah kaca dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk organik cair Sipramin l/ha + PK sebagai pengganti Urea secara umum meningkatkan pertumbuhan tinggi, jumlah anakan dan bobot jerami setara dengan pemberian pupuk NPK. 2. Pemberian pupuk organik cair Sipramin sampai takaran 5. l/ha dikombinasikan dengan pupuk PK belum mencapai takaran optimum untuk meningkatkan hasil padi sawah di rumah kaca 3. Pemberian pupuk Sipramin cenderung dapat menurunkan ph tanah terekstrak H 2 O; meningkatakan N-total tanah, P-tersedia terekstrak Bray 1, dan K dapat ditukar (K-dd) dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk Sipramin. DAFTAR PUSTAKA Premono, M.E., S. Arifin, Sumoyo, N. Andriani, dan W.E. Widayanti Dampak Sipramin terhadap Sifat Tanah: Pengaruh Akumulasi Sipramin Tahun Ke Dua pada Tanah Bera dan Ditanami Tebu. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian Penggunaan Pupuk Sipramin. Batu, Malang 5-7 Januari Sofyan A., D. Setyorini, dan J.S. Adiningsih Pengujian dampak penggunaan pupuk organik cair Sipramin terhadap sifat kimia tanah. Seminar Sehari Dampak Pupuk Cair Sipramin terhadap Sifat Kimia, Fisika, dan Biologi Tanah. Malang Sofyan A., dan A. Abdurachman Keragaan Sipramin Sebagai Alternatif Sumber Ououk dan Bahan Organik pada Berbagai Tanaman. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian Penggunaan Pupuk Sipramin. Batu, Malang 5-7 Januari Soeparmono, O.Soedjarwo dan Suud Effendy Kajian Amonium Sulfat oleh Sipramin terhadap Produksi Tebu Keprasan Pertama (R1), di Lahan Kering Bertekstur Kasar, Kediri. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian Penggunaan Pupuk Sipramin. Batu, Malang 5-7 Januari
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil
Lebih terperinciAPLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia
APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia
EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah di Bontonompo Gowa-Sulsel yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciPEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI
PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI A. Kasno dan Nurjaya ABSTRAK Padi merupakan makanan pokok yang mempunyai nilai strategis dalam keamanan pangan nasional. Swasembada
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga
Lebih terperinciUJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN
UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN
IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah
Lebih terperinciIV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara
IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
35 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari penelitian survei dan penelitian pot. Penelitian survei pupuk dilaksanakan bulan Mei - Juli 2011 di Jawa Barat, Jawa
Lebih terperinciRESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK
RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK Nurjaya Balai Penellitian Tanah RINGKASAN Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR
PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR J. Purnomo ABSTRAK Varietas padi dan pengelolaan hara pupuk menentukan hampir 75% dari target produksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kelarutan P dari Fosfat Alam Rataan hasil pengukuran kadar P dari perlakuan FA dan pupuk N pada beberapa waktu inkubasi disajikan pada Tabel 1. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh
Lebih terperinciLampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)
Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tanah Analisis tanah merupakan salah satu pengamatan selintas untuk mengetahui karakteristik tanah sebelum maupun setelah dilakukan penelitian. Analisis tanah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Oktober 2014 Februari 2015. Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung Kec. Andong, Kab. Boyolali,
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
AGRIC Vol.25, No. 1, Desember 13: 58-63 PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER WITH HIGH IRON CONTENT ON THE GROWTH AND PRODUCTION
Lebih terperinciPENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN
PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN LR. Widowati dan S. Rochayati ABSTRAK Salah satu upaya pemenuhan pangan nasional adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
15 II. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.
28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan
Lebih terperinciPengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK
Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Analisis Tanah
LAMPIRAN 62 63 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria ph H 2 O (1:2,5) - 6,2 Agak masam ph KCl (1:2,5) - 5,1 - C-Organik % 1,25 Rendah N-Total % 0,14 Rendah C/N - 12 Sedang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di desa Kleseleon, kecamatan Weliman, kabupaten Malaka, proinsi Nusa Tenggara Timur pada lahan sawah bukaan baru yang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Metode Percobaan
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah
Lebih terperinciImam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah
6. MENGHITUNG TAKARAN PUPUK UNTUK PERCOBAAN KESUBURAN TANAH Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sifat fisik tanah vertisol BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tanah menunjukkan bahwa sifat fisik tanah : tekstur tanah merupakan liat 35 %, pasir 27 % dan debu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA
PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah Inceptisol Berdasarkan Kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983
LAMPIRAN 41 Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah Inceptisol Berdasarkan Kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983 Jenis Analisis Metode Analisis Kriteria ph H 2 O ph-metri 5,2 Masam ph KCl 1 M ph-metri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas dilakukan untuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL
TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat
Lebih terperinciPengaruh Silikat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah pada Tanah Ultisol
Pengaruh Silikat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah pada Tanah Ultisol 20 Didi Ardi Suriadikarta dan Husnain Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman
Lebih terperinciKLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN
RESPON PERTUMBUHAN STEK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP JENIS DAN TAKARAN PUPUK ORGANIK Lendri Yogi, Gusmiatun, Erni Hawayanti Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH FLUVENTIC EUTRUDEPTS PADA PERTANAMAN SEDAP MALAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK NPK
PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH FLUVENTIC EUTRUDEPTS PADA PERTANAMAN SEDAP MALAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK NPK Improvements Soil Chemical Properties of Fluventic Eutrudepts for Tuberose
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui percobaan rumah kaca. Tanah gambut berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Jambi, diambil pada bulan
Lebih terperinciRESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1 Kandungan dan Dosis Pupuk
31 LAMIRAN Lampiran 1 Kandungan dan Dosis upuk Jenis upuk Kandungan Dosis upuk daun Mn, Fe, Cu, Mo, Zn, B 3 g/10 liter/20 pohon NK N (15%), (15%), K (15%) 200 g/pohon upuk organik 500 g/pohon Lampiran
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAHAN DAN METODE
PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Fisika dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisik dan kimia tanah tempat pelaksanaan penelitian di Dutohe Kecamatan Kabila pada lapisan olah dengan
Lebih terperinciNurjaya, Ibrahim Adamy, dan Sri Rochayati
Neraca Hara dan Produktivitas pada Usahatani Padi Sistem Konvensional, PTT, SRI, dan Semi Organik di Lahan Sawah Irigasi dengan Tingkat Kesuburan 22 Nurjaya, Ibrahim Adamy, dan Sri Rochayati Peneliti Badan
Lebih terperinciVERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR
VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR Wiwik Hartatik, D. Setyorini, dan H. Wibowo Balai Penelitian Tanah, Bogor E-mail: wiwik_hartatik@yahoo.com ABSTRAK Rekomendasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Bobot Segar Daun, Akar, dan Daun + Akar Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 8, 9 dan 10), pemberian pupuk Mikro-Biostimulant Cair berpengaruh
Lebih terperinciKAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Gatot Kustiono 1), Jajuk Herawati 2), dan Indarwati
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan tanah gambut dari Kumpeh, Jambi dilakukan pada bulan Oktober 2011 (Gambar Lampiran 1). Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Basri AB, Tamrin, M.. Nasir Ali dan T.M. Fakhrizal PENDAHULUAN Kelebihan pemakaian dan atau tidak tepatnya
Lebih terperinciVII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN
VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciEFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia
Prosiding Seminar Nasional Serealia 29 ISBN :978-979-894-27-9 EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2009 di kebun Parungaleng, Cijayanti, Bogor dan Laboratorium Fisika, Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap
Lebih terperinciANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU
ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
8 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan contoh tanah dilaksanakan di petak percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang, Jawa Barat. Sementara analisis tanah
Lebih terperinciREHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret
Lebih terperinciKEBUTUHAN PUPUK MOP PADA TANAH INCEPTISOL BOGOR ( * ) DENGAN STATUS HARA K-POTENSIAL DAN K-TERSEDIA RENDAH UNTUK TANAMAN JAGUNG
KEBUTUHAN PUPUK MOP PADA TANAH INCEPTISOL BOGOR ( * ) DENGAN STATUS HARA K-POTENSIAL DAN K-TERSEDIA RENDAH UNTUK TANAMAN JAGUNG Nurjaya dan Heri Wibowo nurjaya_2608@yahoo.com Balai Penelitian Tanah, Badan
Lebih terperinciRespon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Idaryani dan Sahardi BPTP Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km-17,5 E-mail : idaryanidj@gmail.com
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai
Lebih terperinciPENGARUH MIKROBA KONSORSIA Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. TERHADAP HASIL CAISIM PADA TANAH MASAM ULTISOL JASINGA
PENGARUH MIKROBA KONSORSIA Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. TERHADAP HASIL CAISIM PADA TANAH MASAM ULTISOL JASINGA Jati Purwani Balai Penelitian Tanah, Bogor Abstrak Tingkat produktivitas lahan masam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran
Lebih terperinciV1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)
Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)
Lebih terperinci