BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. Dalam penelitian ini tanaman diamati berdasarkan parameter pertumbuhan serta parameter hasilnya. Adapun parameter pengamatan pertumbuhan adalah penghitungan persentase benih yang tumbuh, penghitungan umur berbunga, pengukuran tinggi tanaman, penghitungan jumlah anakan, penghitungan umur panen, dan penghitungan persentase tanaman rebah. Sedangkan parameter hasilnya diamati berdasarkan pengukuran panjang malai, penghitungan jumlah spikelet, penghitungan jumlah biji yang tidak rontok per malai, penghitungan jumlah biji rontok per malai, penghitungan jumlah biji hampa per malai, pengukuran bobot biji per meter persegi, pengukuran bobot biji empat baris tengah, pengukuran bobot 1000 biji dan pengukuran bobot 1 liter biji. Seluruh data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95% Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasil datanya digunakan untuk menunjang pengamatan utama. Data yang diperoleh sebagian besar tidak diuji dengan analisis statistik, kecuali data pengamatan hama tanaman yang diuji dengan analisis sidik ragam. Berdasarkan penggunaan Software Google Earth lokasi penanaman Dusun Plalar, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah diketahui memiliki ketinggian meter diatas permukaan laut. Sedangkan analisis tanah yang telah dilakukan menunjukkan lahan penelitian bertekstur liat. Lahan ini telah kehilangan topsoilnya karena dibuldozer untuk dipergunakan sebagai lahan parkir. Namun proyek lahan parkir tidak berlanjut dan digunakan untuk kegiatan pertanian kembali. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya merupakan lahan bera (tidak ditanami). Sedangkan tanaman yang ada disekitar lahan penanaman selama penelitian berlangsung adalah tembakau, kubis, serta buncis.

2 Curah hujan merupakan salah satu kondisi alam yang turut mempengaruhi pertumbuhan tanaman gandum. Total curah hujan selama penelitian ini berlangsung (Februari 2016-Juli 2016) adalah mm serta temperaturnya berkisar antara 18 0 C 28 0 C. Sedangkan menurut Djaenudin, dkk (2003) selama siklus hidupnya tanaman gandum akan tumbuh baik pada curah hujan antara mm dan temperatur antara 10 0 C 25 0 C. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dilihat bahwa curah hujan selama penelitian berlangsung tidak mendukung pertumbuhan tanaman gandum. Tabel 4.1 Data Curah Hujan Bulan Rata-rata suhu minimum ( o c) Rata-rata suhu maksimum ( o C) Jumlah Curah Hujan (mm) Februari Maret April Mei Juni Juli Total Jumlah Hari Hujan Keterangan: Data curah hujan diperoleh dari stasiun klimatologi BPPP, Kec. Getasan dari bulan Februari 2016-Juli 2016 Persentase tanaman yang terserang hama dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang terserang hama dibagi jumlah tanaman dalam setiap petak dikalikan seratus persen. Adapun hama yang menyerang selama penelitian berlangsung antara lain, penggerek batang (Scirpophaga inotata), walang sangit (Leptocorisa acuta) dan Aphids. Pengendalian hama pernah dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Interprid 25 wp yang berbahan aktif Imidakloprid 25%. Jumlah tanaman yang terserang hama berkisar antara 0-4%, dan hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum. Tabel 4.2 Persentase Tanaman Yang Terserang Hama Tanaman Terserang Hama Perlakuan Scirpophaga inotata Leptocorisa acuta Aphids P01 0,13 b 1,67 a 1,15 a P02 0,00 a 1,56 a 0,69 a P03 0,03 a 3,18 a 0,29 a 20

3 Tanaman Terserang Hama Perlakuan Scirpophaga inotata Leptocorisa acuta Aphids P04 0,00 a 0,63 a 0,69 a P05 0,00 a 3,91 a 1,43 a P06 0,00 a 2,66 a 1,70 a P07 0,00 a 3,02 a 0,18 a P08 0,04 ab 1,62 a 1,51 a P09 0,02 a 1,26 a 1,22 a P10 0,00 a 1,04 a 0,62 a P11 0,00 a 1,76 a 1,78 a P12 0,00 a 1,51 a 0,00 a P13 0,00 a 4,41 a 0,00 a P14 0,00 a 2,29 a 0,11 a P15 0,04 ab 1,73 a 0,43 a P16 0,00 a 3,13 a 1,38 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan Pengamatan Utama Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan pertambahan baik jumlah maupun ukuran sel, yang bersifat irrevesible atau tidak dapat kembali ke jumlah dan ukuran sebelumnya (Campbell, Reece, dan Mitchell, 2003). Dalam penelitian ini pertumbuhan diamati dengan mengukur komponen komponen pertumbuhan. Komponen petumbuhan dibatasi dengan penghitungan persentase benih yang tumbuh, pengukuran tinggi tanaman, penghitungan jumlah anakan, penghitungan umur berbunga, penghitungan umur panen, dan penghitungan persentase tanaman rebah. Tabel 4.3 Persentase Benih Yang Tumbuh dan Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman Persentase Sebelum Saat Masak Perlakuan Benih Masak Susu Susu (cm) Tumbuh (cm) Setelah Masak Susu (cm) P01 74,98 b 62,37 d 71,05 de 73,83 cde P02 52,81 ab 55,65 abcd 62,03 bcd 67,47 bcde P03 37,89 ab 77,58 e 80,84 e 74,63 de P04 75,02 b 63,20 d 70,70 de 75,58 e P05 54,54 ab 62,05 d 63,79 bcd 69,14 bcde P06 35,80 ab 60,76 cd 64,56 cd 63,41 abcde P07 46,44 ab 56,64 abcd 65,79 cd 67,22 bcde 21

4 Perlakuan Persentase Benih Tumbuh Sebelum Masak Susu (cm) Tinggi Tanaman Saat Masak Susu (cm) Setelah Masak Susu (cm) P08 55,27 ab 60,26 cd 63,75 bcd 60,14 abcd P09 61,14 ab 45,61 ab 51,30 ab 50,37 a P10 50,23 ab 47,47 abc 53,09 abc 54,51 ab P11 45,36 ab 42,74 a 48,96 a 49,93 a P12 44,29 ab 57,72 bcd 64,98 cd 59,42 abc P13 27,01 a 53,10 abcd 57,26 abc 59,05 ab P14 39,67 ab 60,17 cd 62,33 bcd 62,49 abcde P15 42,98 ab 60,25 cd 63,31 bcd 64,42 abcde P16 58,73 ab 46,65 abc 53,73 abc 50,22 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan. Persentase benih yang tumbuh diukur saat benih sudah ditanam di lahan pada saat dua minggu setelah tanam. Pengukuran persentase benih dilakukan dengan mengukur panjang larikan dari tanaman yang tumbuh dibagi dengan panjang total larikan dalam setiap petak kemudian dikalikan seratus persen. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa genotip P04 nyata lebih banyak persentase benihnya yang tumbuh dibandingkan dengan P13, namun tidak berbeda nyata dengan genotip lainnya. Tabel 4.3 menunjukkan pula bahwa genotip P3, P6, P07, P11, P12, P13, P14, P15, memiliki persentase benih yang tumbuh kurang dari 50%. Rendahnya persentase benih yang tumbuh diduga disebabkan pada awal tanam, terjadi curah hujan yang tinggi dan penggenangan air diantara alur tanam. Curah hujan yang tinggi selama awal penanaman benih (dapat dilihat pada lampiran 1, tanggal 22 februari maret 2016), sedangkan penggenangan air dapat dilihat adanya bekas genangan air seperti pada gambar 4.1. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pori tanah lebih cepat jenuh dengan air serta mudah menimbulkan penggenangan (Hardjowigeno, 2007). Genangan air mengakibatkan pori pori tanah jenuh akan air serta tidak menyisakan ruang bagi udara tanah. Hal ini akan berdampak tidak tersedia oksigen dalam tanah untuk respirasi akar. Dalam kondisi tergenang kemampuan katabolisme anaerob tanaman gandum dan triticale lebih rendah daripada tanaman padi (Thomson dkk., 1992). Hal tersebut dikarenakan ruang interselluler dan aerenchyma akar tanaman gandum lebih sedikit daripada tanaman padi, sehingga suplai oksigen menjadi 22

5 kurang efisien daripada tanaman padi (Thomson dkk., 1992). Genangan air tersebut mengakibatkan persentase benih yang tumbuh pada genotip-genotip tersebut diatas menjadi rendah. Gandum merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap genangan air (Simanjuntak, 2002). Berdasarkan hasil analisis persentase benih yang tumbuh pada seluruh genotip, maka P01 dan P04 dapat direkomendasikan untuk dilanjutkan dalam program pemuliaan selanjutnya karena memiliki potensi relatif tahan terhadap genangan air. Gambar 4.1 Bekas Genangan Air Pada Area Petak Percobaan Tinggi tanaman diukur sebanyak tiga kali yakni sebelum masak susu, saat masak susu, dan setelah masak susu. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan terhadap tanaman sampel sebanyak sepuluh tanaman dalam setiap petak. Adapun yang menjadi latar belakang pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah tanaman mengalami pembungaan adalah disaat tersebut idealnya pertumbuhan vegatatif tanaman sudah maksimum, disisi yang lain tanaman telah melakukan penimbunan hasil fotosintesis pada organ biji. Tabel 4.3 menunjukkan masih terjadi pertambahan tinggi tanaman sebelum masak susu, saat masak susu, dan setelah masak susu pada semua genotip. Pertambahan tinggi tanaman menjadi salah satu indikator masih berlangsung pertumbuhan vegetatif, meski disaat yang sama tanaman telah melakukan penimbunan hasil fososintesis pada organ biji. Tinggi tanaman setelah masak susu pada genotip P04 nyata lebih tinggi dibandingkan genotip P08, P09, P10, P11, P12, P13, dan P16. Faktor genetik dari masing masing genotip sangat berpengaruh terhadap tinggi tanaman dibanding faktor lingkungan. Hal ini 23

6 didukung hasil penelitian Firouzian (2003) yang menunjukkan nilai heritabilitas tinggi tanaman gandum yang relatif tinggi yakni antara 75,17%-93,61%. Dengan keragaan tinggi tanaman yang lebih tinggi berarti genotip P04 dan genotip P01 yang tidak berbeda nyata dengan P04 menghasilkan jerami yang lebih banyak daripada genotip genotip tersebut untuk pakan ternak. Tabel 4.4 Jumlah Anakan, Umur Berbunga, Umur Panen, dan Persentase Tanaman Rebah Perlakuan Jumlah Umur Persentase Umur Panen Anakan Berbunga Tanaman (hari) (hari) Rebah P01 3,00 a 63 bcd 123 d 0,44 a P02 1,73 a 62 bc 123 d 0,31 a P03 2,30 a 68 cde 124 d 0,19 a P04 2,40 a 63 bcd 122 d 0,14 a P05 1,67 a 66 cde 115 bcd 1,83 a P06 1,97 a 70 e 122 d 0,37 a P07 1,20 a 62 bc 118 cd 0,75 a P08 1,73 a 68 cde 122 d 0,11 a P09 1,23 a 53 a 96 a 5,77 a P10 1,10 a 58 ab 104 abc 2,35 a P11 1,53 a 54 a 100 ab 2,39 a P12 1,30 a 68 de 120 d 0,11 a P13 1,50 a 63 bcd 114 bcd 0,92 a P14 1,90 a 66 cde 114 bcd 1,01 a P15 2,17 a 69 e 118 cd 0,05 a P16 1,73 a 53 a 104 abc 1,75 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan. Jumlah anakan tanaman gandum yang ditampilkan dalam tabel 4.4 menunjukkan tidak beda nyata antar perlakuan, dimana jumlah anakan berkisar 1 sampai 3 anakan. Menurut Paulsen, (1997) anakan tanaman gandum turut berkontribusi terhadap hasil biji yang akan diperoleh, karena anakan turut menghasilkan malai dan biji. Hal tersebut didukung dari hasil perhitungan korelasi yang cukup tinggi yakni 0,62 antara jumlah anakan dan bobot biji empat baris tengah (tabel 4.7). Umur berbunga dihitung sejak benih ditanam hingga pada saat sekitar 50% tanaman dalam setiap petak penelitian telah tampak muncul bunga, sedangkan umur panen dihitung sejak benih ditanam hingga biji gandum telah mengeras. 24

7 Umur berbunga berkisar antara 53 hari setelah tanam sampai 70 hari setelah tanam dan umur panen 96 hari setelah tanam sampai 124 hari setelah tanam. Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa genotip P09, P11, dan P16 nyata lebih pendek umur berbunganya dibandingkan dengan genotip lainnya namun secara statistika tidak berbeda nyata dengan genotip P10. Umur berbunga yang lebih cepat tidak hanya dipengaruhi oleh genotip, melainkan juga dapat dipengaruhi stres yang berlebihan terhadap genotip yang bersangkutan. Menurut Kumar, dkk (2012), suhu yang lebih tinggi tampak menginduksi pembungaan tanaman lebih awal dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah. Umur panen pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa genotip P09 tidak berbeda nyata dengan genotip P10, P11, dan P16, namun berbeda nyata dibandingkan genotip lainnya termasuk genotip P01 dan P04. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa genotip berumur pendek (umur berbunga) lebih awal akan mengakibatkan umur panennya pendek juga. Umur berbunga dan umur panen dipengaruhi oleh potensi genetik masing masing genotip, pengaruh lingkungan, dan interaksi antara keduanya (Dewi, Sobir, dan Syukur, 2015). Meskipun demikian ternyata perbedaan antar genotip pada umur berbunga dan umur panen tidak menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap hasil panen (lihat tabel 4.7). Pewarisan sifat umur panen tanaman gandum relatif lebar variasinya. Hal tersebut didukung hasil penelitian Ahmed, dkk (2007) yang menunjukkan bahwa heritabilitas umur panen tanaman gandum yang ditanam dalam kondisi kekurangan air berkisar antara 49,48% - 77,79%. Persentase tanaman rebah diperoleh dari perhitungan jumlah tanaman rebah yang diamati sesaat sebelum panen, dibagi dengan jumlah tanaman yang tumbuh dalam setiap petak dikalikan dengan seratus persen. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa persentase tanaman rebah tidak beda nyata antar perlakuan dan sangat rendah. Di samping itu, persentase tanaman rebah yang tidak berbeda nyata diduga dipengaruhi oleh kecukupan tanaman akan hara phospor. Menurut Munawar (2011) kecukupan hara phospor dapat meningkatkan kekuatan jerami tanaman sereal. Semua genotip yang diuji berpotensi menjadi gandum tipe tegak dan relatif tidak mudah rebah karena nilai kerebahannya rendah. Rendahnya 25

8 persentase tanaman rebah menjadikan hasil biji yang layak dipanen menjadi lebih banyak dibandingkan dengan biji yang berada dipermukaan tanah dan tidak layak dipanen karena telah mengalami kerusakan Kuantitas dan Kualitas Hasil Komponen hasil terdiri dari kuantitas hasil dan kualitas hasil. Kuantitas hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang malai, jumlah spikelet, jumlah biji yang tidak rontok per malai, jumlah biji rontok per malai, jumlah biji hampa per malai, bobot biji per meter persegi, bobot biji empat baris tengah. Sedangkan kualitas hasil diwujudkan dari pengamatan bobot 1000 biji dan bobot 1 liter biji. Pengamatan komponen hasil seluruhnya berkaitan dengan organ biji, karena biji merupakan bagian yang akan dipanen dan dimanfaatkan dari proses budidaya tanaman gandum. Menurut Andriani dan Isnaini (2016) biji gandum menjadi bagian dari tanaman gandum yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi dibandingkan bagian lain dari tanaman gandum, sehingga dalam setiap proses budidaya yang diharapkan adalah hasil biji gandum dalam jumlah banyak serta kualitasnya yang baik. Tabel 4.5 Panjang Malai, Jumlah Spikelet Per Malai, Jumlah Biji Tidak Rontok Per Malai, Jumlah Biji Rontok Per Malai dan Jumlah Biji Hampa Per Malai Variabel Jumlah Biji Per Malai Perlakuan Panjang Malai (cm) Jumlah Spikelet Tidak Rontok Rontok Hampa P01 9,37 c 17,47 bc 18,80 a 0,60 a 28,77 bc P02 7,61 abc 15,27 abc 18,77 a 0,17 a 22,90 abc P03 8,33 abc 18,37 c 20,47 a 0,43 a 30,30 c P04 7,96 abc 15,00 abc 20,70 a 0,37 a 19,93 abc P05 8,58 bc 14,63 abc 20,23 a 0,27 a 19,77 abc P06 8,27 abc 15,13 abc 20,57 a 0,30 a 20,40 abc P07 6,87 ab 13,23 ab 16,97 a 0,53 a 15,13 a P08 7,64 abc 15,03 abc 17,03 a 0,73 a 23,10 abc P09 6,43 ab 12,10 a 18,53 a 0,07 a 14,57 a P10 6,20 a 12,30 a 17,87 a 0,43 a 15,17 a P11 6,51 ab 13,30 ab 19,60 a 0,13 a 16,70 ab P12 8,26 abc 16,33 abc 13,73 a 0,17 a 24,97 abc P13 7,60 abc 13,37 ab 22,50 a 0,23 a 13,73 a P14 7,49 abc 12,20 a 14,20 a 0,07 a 18,67 abc P15 8,52 abc 15,40 abc 20,50 a 0,17 a 21,37 abc 26

9 Perlakuan Panjang Malai (cm) Variabel Jumlah Spikelet Tidak Rontok Jumlah Biji Per Malai Rontok Hampa P16 7,27 abc 13,47 ab 13,20 a 0,17 a 23,30 abc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan. Panjang malai diukur saat tanaman telah dipanen dengan sampel sebanyak sepuluh malai dalam setiap petak. Pengukuran dimulai dari lingkar cincin (buku terujung dari setiap batang) sampai ujung malai, tidak termasuk bulu. Tabel 4.5 menunjukkan genotip P01 memiliki malai yang nyata lebih panjang dibandingkan genotip P07, P10, dan P11, namun tidak berbeda nyata dengan genotip lain termasuk P04. Penghitungan jumlah spikelet, jumlah biji tidak rontok, dan biji hampa per malai dilakukan setelah tanaman sampel dipanen. Spikelet merupakan organ tanaman gandum yang terdiri atas beberapa bunga tunggal atau Floret yang kemudian tersusun membentuk malai (Andriani dan Isnaini, 2016). Tabel 4.5 menunjukkan bahwa genotip P03 berbeda nyata memiliki jumlah spikelet yang lebih banyak daripada genotip P09, P10, P11, P13, P14, dan P16, namun tidak berbeda nyata dengan genotip yang lain termasuk P01 dan P04. Jumlah spikelet per malai berpengaruh terhadap jumlah biji yang mampu dihasilkan dalam setiap malainya. Parameter jumlah biji tidak rontok menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Jumlah biji yang tidak rontok berpengaruh terhadap jumlah biji per malai. Parameter jumlah biji hampa per malai menunjukkan genotip P03 berbeda nyata memiliki jumlah biji hampa yang lebih banyak daripada genotip P07, P09, P10, P11, dan P13, namun tidak berbeda nyata dengan genotip lain. Jumlah biji hampa per malai diduga disebabkan oleh hujan yang terjadi ketika tanaman berbunga (dapat dilihat pada lampiran 1, tanggal 15 April Mei 2016). Menurut Suwandi (2014) curah hujan yang tinggi saat pembungaan menyebabkan serbuk sari menjadi basah sehingga proses penyerbukan akan terhambat dan akan menurunkan kuantitas biji gandum. Pengukuran jumlah biji yang rontok, dilakukan pada biji yang jatuh di wadah. Wadah dibuat dengan melingkarkan kain kristik pada setiap malai tanaman sampel (dapat dilihat pada gambar 4.2). Kain kristik tersebut akan 27

10 menjadi wadah biji yang rontok agar tidak jatuh ke permukaan tanah atau hilang. Pemasangan kain tersebut dilakukan saat tanaman sudah masak susu. Tabel 4.5 menunjukkan parameter jumlah biji yang rontok per malai tidak berbeda nyata antar perlakuan. Sedikitnya jumlah biji yang rontok menunjukkan seluruh genotip relatif berpotensi tahan terhadap kerontokan biji akibat deraan air hujan. Gambar 4.2 Pemasangan Kain Kristik Tabel 4.6 Bobot Biji/M 2, Bobot Biji 4 Baris Tengah, Bobot 1 Liter Biji dan Bobot 1000 Biji Perlakuan Bobot Biji/M 2 (gram) Bobot Biji 4 Baris Tengah (gram) Variabel Bobot 1 Liter Biji (gram) Bobot 1000 Biji (gram) P01 27,33 ab 120,70 a 641,96 ab 27,38 ab P02 13,62 ab 53,76 a 644,91 ab 25,90 ab P03 19,15 ab 53,08 a 623,77 ab 30,64 b P04 40,00 b 118,82 a 670,60 ab 27,62 ab P05 11,65 ab 44,62 a 612,81 ab 21,12 ab P06 7,09 a 22,51 a 555,65 ab 16,19 a P07 16,93 ab 64,59 a 560,11 ab 23,27 ab P08 2,94 a 19,65 a 578,35 ab 18,69 ab P09 14,15 ab 61,26 a 690,76 b 21,37 ab P10 9,16 a 26,00 a 608,64 ab 22,58 ab P11 7,13 a 32,76 a 615,81 ab 17,64 ab P12 5,20 a 22,84 a 635,69 ab 19,71 ab P13 4,77 a 13,63 a 642,34 ab 23,44 ab P14 3,79 a 15,00 a 532,66 a 19,37 ab P15 17,44 ab 54,53 a 582,88 ab 22,62 ab P16 12,76 ab 46,75 a 583,12 ab 24,20 ab Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan. 28

11 Parameter bobot biji per meter persegi menunjukkan genotip P04 berbeda nyata lebih berat dibandingkan genotip P06, P08, P10, P11, P12, P13, dan P14, namun tidak berbeda nyata dengan genotip lainnya. Hal ini diduga karena genotip P04 persentase benih tumbuhnya relatif tinggi, panjang malai relatif panjang, jumlah spikelet relatif banyak, dan jumlah biji hampa relatif sedikit. Dengan demikian dapat dipahami genotip P04 termasuk juga genotip P01 mampu menghasilkan bobot biji per meter persegi lebih berat dibandingkan genotip lain. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa bobot biji empat baris tengah tidak berbeda nyata antar perlakuan. Kondisi curah hujan yang relatif masih tinggi selama pembungaan hingga panen diduga mengakibatkan stres terhadap seluruh populasi tanaman gandum. Hal tersebut diduga mengakibatkan proses pengisian biji menjadi kurang maksimal. Tanaman gandum membutuhkan adanya bulan kering sejak sebulan sebelum siap panen (Arief, Komalasari, dan Koes, 2016). Bobot biji empat baris tengah dapat digunakan untuk menduga kapasitas produksi dari setiap genotip dalam satuan lahan yang lebih luas. Menurut Welsh dan Mogea (1991) setiap tanaman memiliki kapasitas produksi yang khas secara fisiologis yang ditentukan oleh energi, zat-zat hara, air, dan sumber alami lain yang diperlukan tanaman untuk berproduksi. Bobot 1 liter biji dihitung dengan cara menakar biji kedalam gelas ukur bervolume 1 liter, selanjutnya biji ditimbang dengan timbangan analitik. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa genotip P09 nyata lebih berat hanya dengan genotip P14. Sedangkan genotip P01 dan P04 beratnya tidak berbeda nyata dengan genotip P09. Meskipun genotip P09 memiliki bobot 1 liter biji yang relatif paling berat (690,76 gram) dibandingkan genotip lain, namun masih belum sebaik varietas Dewata yang menurut deskripsinya mampu menghasilkan bobot 1 liter biji ±848 gram (Suwandi, 2014). Bobot 1000 biji pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa genotip P03 nyata lebih berat dibanding genotip P06, tetapi tidak berbeda nyata dengan P04 dan P01 serta genotip lainnya. Hal ini berarti bahwa ukuran biji genotip P06 lebih kecil dibandingkan genotip P03. Tanaman gandum yang dibudidayakan dengan kondisi curah hujan yang tinggi akan menyebabkan biji gandum memiliki kadar air yang tinggi sehingga pada saat pengeringan, biji gandum menjadi keriput yang akan 29

12 menurunkan kualitas biji (Suwandi, 2014). Biji gandum yang keriput juga memiliki ukuran yang lebih kecil serta bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan biji yang bernas. Meskipun genotip P03 memiliki bobot 1000 biji yang relatif berat, namun belum sebaik varietas Dewata yang menurut deskripsi varietasnya mampu menghasilkan bobot 1000 biji ±46 gram (Suwandi, 2014). Nilai heritabilitas bobot 1000 biji relatif tinggi yakni 85,70% - 96,37% (Firouzian, 2003). Ini berarti bobot 1000 biji dapat diduga dipengaruhi cukup tinggi oleh genotip atau gen dengan kata lain relatif rendah dipengaruhi oleh faktor lingkungan Korelasi dan Skor Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan uji beda nyata jujur terhadap setiap parameter pengamatan dalam penelitian ini belum dapat direkomendasikan genotip genotip yang layak dibudidayakan. Misalnya, berdasarkan analisis persentase benih yang tumbuh, genotip P01 dan P04 menjadi yang relatif toleran terhadap genangan air; Genotip P01 dan P04 memiliki jerami yang lebih banyak dibandingkan genotip lain; Genotip P03 memiliki bobot 1000 biji yang relatif berat; dan genotip P09 memiliki bobot 1 liter biji relatif berat. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis korelasi dan skor untuk memudahkan dalam merekomendasikan genotip yang layak untuk dikembangkan. Tabel 4.7 Korelasi Masing Masing Variabel Terhadap Bobot 4 Baris Tengah Nilai Korelasi Terhadap Bobot 4 Baris Persentase Pembobotan (%) No Parameter Tengah 1 Bobot Biji 4 Baris Tengah 1,00 2 Bobot Biji/M 2 0,95 15,10 3 Biji Rontok/Malai 0,28 4,49 4 Biji Hampa/Malai 0,31 4,94 5 Biji Tidak Rontok/Malai 0,22 3,45 6 Bobot 1 Liter Biji 0,47 7,49 7 Bobot 1000 Biji 0,66 10,46 8 Jumlah Spikelet/Malai 0,37 5,89 9 Panjang Malai 0,35 5,53 10 Jumlah Anakan 0,62 9,93 11 Persentase Tanaman Rebah -0,06 1,03 12 Umur Panen 0,24 3,74 13 Umur Berbunga -0,14 2,20 30

13 Nilai Korelasi Terhadap Bobot 4 Baris Tengah Persentase Pembobotan (%) No Parameter 14 Tinggi Tanaman Sebelum Masak Susu 0,25 3,92 15 Tinggi Tanaman Saat Masak Susu 0,42 6,61 16 Tinggi Tanaman Setelah Masak Susu 0,57 9,05 17 Persentase Benih Yang Tumbuh 0,79 12,62 Jumlah 6,28 100,00 Pada tabel 4.7 menunjukkan besar kecilnya nilai korelasi masing masing parameter penelitian terhadap parameter bobot biji empat baris tengah. Nilai korelasi berbanding lurus dengan persentase pembobotan. Parameter bobot biji per meter persegi memiliki persentase pembobotan tertinggi dengan 15,10% dan nilai korelasinya 0,95. Sedangkan parameter persentase tanaman rebah memiliki persentase pembobotan terendah dengan 1,03% dan nilai korelasinya -0,06. Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Nilai Skor Urutan Berdasar Perlakuan Urutan Berdasar skor Perlakuan Total Nilai Skor Perlakuan Total Nilai Skor P01 85,54 P14 65,19 P02 78,65 P06 67,60 P03 79,90 P11 69,56 P04 89,09 P08 71,05 P05 75,70 P10 71,15 P06 67,60 P07 71,16 P07 71,16 P16 71,17 P08 71,05 P13 71,62 P09 78,50 P15 72,73 P10 71,15 P12 74,27 P11 69,56 P05 75,70 P12 74,27 P09 78,50 P13 71,62 P02 78,65 P14 65,19 P03 79,90 P15 72,73 P01 85,54 P16 71,17 P04 89,09 Tabel 4.8 menunjukkan nilai skor masing-masing genotip yang berpotensi dipilih sebagai materi genetik untuk dilanjutkan dalam program pemuliaan selanjutnya. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa genotip P01 dan P04 memiliki skor yang tinggi atau relatif berpotensi untuk dipilih sebagai materi 31

14 genetik untuk progam pemuliaan berikutnya dalam rangka menemukan genotip gandum yang toleran hujan. Pada pengamatan pendahuluan (lihat tabel 2.1) dan hasil penelitian saat ini (lihat tabel 4.8), tampak bahwa penampilan P01 dan P02 tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut tampak dari perubahan ranking (urutan/skor) genotip yang bersangkutan. Genotip P01 pada pengamatan pendahuluan di urutan ke 12 (berdasarkan bobot biji per meter pesegi), sementara itu pada penelitian ini berada di urutan kedua tertinggi. Sedangkan Genotip P02 pada pengamatan pendahuluan berada di urutan pertama dalam menghasilkan bobot biji per meter persegi, namun pada penelitian ini berada di urutan ke 4. Di lain pihak, genotip P04 relatif stabil dalam menghasilkan biji. Genotip P04 berada diurutan kedua terberat dalam menghasilkan bobot biji per meter persegi pada pengamatan pendahuluan, sementara itu, pada penelitian ini genotip tersebut menduduki skor tertinggi. Berdasarkan skor atau kestabilan urutan pengamatan pendahuluan dan penelitian saat ini, maka direkomendasikan genotip P04 untuk menjadi materi genetik dalam pemuliaan selanjutnya.. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang ditampilkan pada bab ini terdiri dari hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas terdiri dari curah hujan, suhu udara, serangan

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejauh ini, budidaya gandum di Indonesia terbatasi oleh musim hujan karena tanaman tersebut tidak tahan terhadap genangan air (Simanjuntak, 2002). Untuk mengetahui genotip gandum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di desa Batur, kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara, provinsi Jawa Tengah. Lokasi memiliki ketinggian ±1600 m dpl. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Perlakuan 3.1.1. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung Lampiran 1. Analisis Tinggi Tanaman Data Tinggi Tanaman Minggu ke-14 Ulangan 1 2 3 Jumlah Purata M1 114,40 107,30 109,40 331,10 110,37 M2 110,90 106,60 108,50 326,00 108,67 M3 113,40 108,60 109,20 331,20

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum meliputi muncul daun ke permukaan (emergence),

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH Faktor Genetik/ Internal Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR GENETIK Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Mutu benih berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

3. METODE DAN PENELITIAN

3. METODE DAN PENELITIAN 3. METODE DAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada awal bulan September sampai dengan akhir Desember 2012. Tempat pelaksanaan penelitian di Dusun Plalar, Desa Kopeng,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang digunakan untuk mendukung hasil pengamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012. lokasi penelitian berada di kebun Salaran, desa Wates, kecamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panjang Tongkol Berkelobot Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol berkelobot. Berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Data pengamatan selintas dan utama disajikan berbentuk tabel pengamatan beserta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang 17 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di sawah dusun Kaliglagah, desa Kalibeji, kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan mulai 31

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa (Laboratorium Pemuliaan dan Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Juni 2015-September 2015. Yang dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON 1) KETUT TURAINI INDRA WINTEN 2) ANAK AGUNG GEDE PUTRA 3) I PUTU WISARDJA Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci