EVALUASI KINERJA WIDYAISWARA DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KINERJA WIDYAISWARA DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL"

Transkripsi

1 EVALUASI KINERJA WIDYAISWARA DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi Kasus pada BPSDM Provinsi Riau) Oleh : Dany setyawan Widyaiswara Ahli Muda Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Riau Setyawandany96@gmail.com Abstrak Kinerja organisasi salah satunya sangat ditentukan oleh manajemen sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Manajemen sumber daya manusia yang terintegrasi dan handal dalam suatu organisasi diharapkan mampu menghadapi tantangan dan persaingan baik dari dalam lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Dalam menghadapi persaingan tersebut, sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi akan mampu memenangkan persaingan tersebut. Guna memperoleh sumber daya manusia yang handal dan kompeten pemerintah telah mengesahkan Undang- undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dan mengamanatkan kepada setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi masing-masing. Penelitian ini juga lebih memfokuskan pada jenis Diklat Kepemimpinan, hal tesebut dikarenakan Diklat Kepemimpinan merupakan diklat yang harus ditempuh seorang Pegawai Negeri Sipil sebagai persyaratan kompetensi kepemimpinan. Kata Kunci: Evaluasi, Kinerja, Kompetensi PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan pengembangan kompetensi pegawai ASN dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) maupun non Diklat. Kegiatan non diklat misalnya lokakarya, penataran, kursus, bimtek, seminar dan lain sebagainya. Diklat selama ini telah dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi aparatur. Melihat pada peningkatan kompetensi SDM aparatur, maka Diklat merupakan bagian integral bagi pengembangan SDM. Diklat merupakan investasi organisasi yang akan menopang kinerja organsasi. Sebagai salah satu unsur utama dalam Diklat adalah Widyaiswara. Widyaiswara memegang peranan yang sangat strategis dan penting. Widyaiswara juga dapat dikatakan menjadi ujung tombak kualitas penyelenggaraan Diklat. Tantangan ke depan di tahun 2025, harus dapat terwujud birokrasi berkelas dunia. Untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia tersebut, tuntutan dan tantangan yang dihadapi aparatur pemerintah di masa yang akan datang makin berat dan kompleks. Peran Widyaiswara terkait langsung dalam proses pembelajaran. Keberhasilan peserta Diklat tidak hanya terbatas pada pengetahuan atau knowledge saja, tetapi meliputi aspek afektif dan psikomotorik. Kemampuan Widyaiswara untuk dapat menguasai materi yang diajarkan dan teknik menyampaikannya diharapkan mampu mentransformasi peserta Diklat sesuai dengan tujuan Diklat. Sesuai Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014, pada pasal 1 1

2 dinyatakan bahwa jabatan fungsional widyaiswara adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih (Dikjartih) PNS, evaluasi dan pengembangan Pendidikan dan Pelatihan. Dari definisi yang berlaku jelas bahwa widyaiswara mempunyai tugas yang spesifik di bidang kediklatan. Pengaturan dalam Permenpan sebelumnya, tugas pokok widyaiswara hanya sampai pada kegiatan Dikjartih saja. Dengan tugas pokok widyaiswara yang semakin meluas ini, akan semakin menempatkan widyaiswara pada posisi yang penting dalam keterlibatannya pada keberhasilan program Diklat. Widyaiswara tidak lagi memandang Dikjartih sebagai kegiatan rutin yang berfungsi sebagai business as usual saja, namun Dikjartih harus dapat dijadikan alat untuk melakukan improvisasi pengembangan Diklat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja program Diklat dan profesionalisme aparatur. Masih kurangnya pemahaman sebagian widyaiswara terhadap tugasnya, walaupun dari segi persyaratan sudah memenuhi dan telah memiliki jam terbang mengajar yang cukup dapat disebabkan karena ketidakpedulian widyaiswara yang bersangkutan terhadap peraturan yang ada dan kurangnya pembinaan langsung dari instansi widyaiswara. Pembinaan langsung dari instansi widyaiswara menjadi sangat penting untuk memastikan norma, standar, prosedur, dan kabijakan yang dikeluarkan oleh instansi Pembina jabatan fungsional dapat dilaksanakan dengan baik dan mempunyai persepsi yang sama dengan widyaiswara, lembaga diklat, dan instansi pembina jabatan fungsional widyaiswara. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kinerja dari Widyaiswara di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Riau dalam upaya peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil? 1.3 Batasan Masalah Penelitian yang berjudul Evaluasi Kinerja Widyaiswara dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil ini lebih memfokuskan pada kinerja dari Widyaiswara itu saja dalam upaya peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil. Penelitian ini juga lebih memfokuskan pada jenis Diklat Kepemimpinan, hal tesebut dikarenakan Diklat Kepemimpinan merupakan diklat yang harus ditempuh seorang Pegawai Negeri Sipil sebagai persyaratan kompetensi kepemimpinan. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tugas Pokok Widyaiswara Tugas yang harus dilaksanakan seorang pejabat fungsional widyaiswara memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan pejabat fungsional yang lain. Sesuai dengan tugas pokok yang ada, maka seorang widyaiswara mempunyai tugas antara lain: (1)Mengajar, Mendidik, Melatih PNS pada Diklat di Lembag. (2)Melakukan Kegiatan Evaluasi dan Pengembangan Diklat.(3)Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi(4)Melakukan Kegiatan Penunjang 2.2 Fungsi Widyaiswara Dalam melaksanakan fungsinya, seorang widyaiswara diharapkan melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu Widyaiswara Ahli Pertama, Widyaiswara Ahli Muda, Widyasiwara Ahli Madya, dan Widyaiswara Ahli Utama. Masingmasing jenjang tentu harus memiliki kompetensi sesuai level jabatannya. Fungsi dari setiap level jabatan 2

3 widyaiswara menggambarkan capaian kompetesi dari setiap jenjang jabatan widyaiswara, yaitu(1)widyaiswara ahli pertama, mampu melaksanakan kegiatan Dikjartih dengan metode pembelajaran yang benar.(2)widyaiswara ahli muda, mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan Dikjartih dengan pengembangan metode pembelajaran yang lebih komprehensif dan inovatif dan membuat program diklat.(3)widyaiswara ahli madya, mampu menyusun proposal penelitian dan melakukan penelitian.(4)widyaiswara ahli utama, mampu menjadi konsultan Diklat. 2.3 Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Widyaiswara Standar kompetensi jabatan fungsional widyaiswara bertujuan sebagai dasar untuk menyelenggarakan pembinaan profesi dan karier widyaiswara serta untuk meningkatkan kinerja widyaiswara dalam pelaksanaan tugas. Sasaran penetapan standar kompetensi Widyaiswara adalah : 1. Terselenggaranya pembinaan dan pengembangan Widyaiswara yang efektif dan akuntabel; 2. Tersedianya Widyaiswara yang profesional. Standar Kompetensi Wisyaiswara meliputi : a. Kompetensi pengelolaan pembelajaran; b. Kompetensi substantif; c. Kompetensi Sosial; d. Kompetensi Kepribadian. 2.4 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Schuler, et al. (1992) mengartikan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan pengakuan bahwa pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam memberi kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi dan menggunakan beberapa fungsi dan kegiatan untuk memastikan SDM tersebut digunakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi dan masyarakat. Dalam penelitian ini proses pendidikan dan pelatihan sangat memerlukan manajemen sumber daya manusia yang baik. Setiap kegiatan Diklat yang telah terlaksanakan harus dilaksanakan sebuah kegiatan evaluasi akan sangat penting untu kualitas Widyaiswara sangat perlu dilakukan pengembangan yang lebih demi meningkatkan kompetensi dari Pegawai Negeri Sipil yang telah menempuh program Diklat. 2.5 Evaluasi Kinerja Menurut Panggabean (2002) sebuah penilaian prestasi kinerja atau evaluasi kinerja bertujuan untuk memahami prestasi kerja seseorang. Dalam prosesnya diperlukan berbagai kegiatan yang berkaitan yaitu identifikasi, observasi, pengukuran dan pengembangan hasil kerja karyawan dalam sebuah organisasi. Pertama adalah tahap identifikasi dimana untuk menentukan unsur-unsur apa saja yang akan dinilai sesuai dengan PERMENPAN No. 22 tahun 2014 tentang jabatan fungsional Widyaiswara dan angka kreditnya, Unsur-unsur tersebut adalah :(1) Kompetensi (2) Kedisiplinan (3) Pendidikan Formal dan Non Formal(4)Kecakapan(5)Integritas(6)Kepe mimpinan(7)pengalamanmengajar Kedua adalah tahap observasi dimana peneliti akan mengamati secara langsung terhadap kualitas Widyaiswara dengan mengamati rekapitulasi evaluasi tenaga pengajar dan jumlah angka kredit yang dimiliki oleh setiap Widyaiswara. Tahap ketiga adalah tahap pengukuran, dalam tahap ini peneliti akan mewawancarai Widyaiswara dan peserta yang pernah menjalankan kegiatan kediklatan pada tahun 2017 dan 2018 khususnya pada Diklat kepemimpinan 3

4 dengan menggunakan unsur- unsur diatas. Selanjutnya tahap terakhir peneliti akan melakukan tahap pengembangan apabila masih terdapat ketidak sesuaian dengan harapan yang ingin dicapai. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif dekskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud mengeksplorasi atau menjelaskan sebuah fenomena yang terjadi dalam keadaan sosial 3.2 Sumber Data Untuk mengadakan suatu penelitian agar hasil penelitian tersebut dapat dikatakan memiliki nilai ilmiah, maka penelitian tersebut harus melalui prosedur penelitian yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer. Penulis harus dapat memperoleh langsung sumber data yang asli, dan tidak melakukan perantara dalam mengumpulkan sumber-sumber data tersebut. Sumber-sumber data tersebut akan diperoleh penulis melalui Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Riau, 3.3 Teknik Analisis Data Data yang telah berhasil dikumpulkan oleh penulis melalui penelitian dilapangan akan dirangkum, diolah, dan dianalisa melalui pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu dengan menggambarkan dan menjelaskan fenomena- fenomena yang berkaitan dengan obyek penelitian sesuai dengan keaadan yang sebenarnya. Prosedur analisa data akan dilaksanakan melalui beberapa tahap, tahap tersebut ialah : (1)Reduksi Data(2)Display data atau penyajian data(3) Mengambil kesimpulan dan verifikasi. HASIL Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Riau Nomor Kpts.050/BPSDM/1.1/II/2017/1.1/20.1 tentang Penetapan Visi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Riau : MENJADI PUSAT PENGEMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA YANG MEMILIKI KOMPETENSI, INTEGRITAS, DAN DAYA SAING Agar terwujudnya visi Badan pengembangan Sumber Daya Manusia oleh sebab itu disusunlah caracara yang tercantum dalam Misi yaitu: (1)Meningkatkan Kompetensi Aparatur yang Berkualitas (2)Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Riau memiliki tugas dan fungsi sebagai unsur pendukung tugas kepala daerah dibidang Pendidikan aparatur. 4.1 Analisis Penelitian Proses penulisan karya ilmiah ini dilakukan melalui tiga pentahapan, (1)melakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan mulai bulan September 2017 untuk mendapatkan data awal yang diperlukan dan melakukan penelusuran berbagai referensi yang berkaitan dengan lokasi penelitian serta berkaitan dengan penetapan lokasi penelitian.(2)dilakukan pada bulan September dan oktober 2017, meliputi aktivitas berkaitan dengan kegiatan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dengan membagikan instrument penelitian yang berfungsi untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Penilaian instrument menggunakan Skala Likert.(3)tahap kegiatan pengolahan dan analisis data dan penyelesaian proses penulisan Identifikasi 4

5 Identifikasi merupakan tahapan awal yang harus dilakukan dalam hal menentukan unsur-unsur yang akan diamati. Kegiatan identifikasi diawali dengan melakukan analisis terhadap kewajiban dari Widyaiswara. Dari hasil identifikasi diatas dapat diambil beberapa unsur yang akan dinilai terkait kualitas kinerja dari Widyasiswara dalam upaya peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil. Adapun unsur-unsur yang dinilai tersebut adalah kompetensi, kedisiplinan, Pendidikan formal dan non-formal, kecakapan, integritas, kepemimpinan, dan pengalaman mengajar Observasi Tahapan kedua merupakan tahapan observasi dimana setelah melakukan identifikasi terhadap unsurunsur yang telah ditentukan, peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap kualitas dari kinerja Widyaiswara dalam upaya peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil tersebut. Dalam fase ini aspek fisik mulai melemah termasuk fungsi panca indera. Fase perkembangan dalam usia ini diungkapkan oleh Hurlock dalam (Syamsu Yusuf, 2004:54) antara lain (1) pemantapan penerapan nilai-nilai dan agama, (2) mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara, (3), tanggung jawab sebagai orang tua, (4) menerima dan menyesuaikan din dengan perubahan yang terjadi pada aspek fisik (5) mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier, (6) pemantapan peran sebagai orang dewasa. Berdasarkan laporan hasil pengamatan yang dilakukan pada beberapa kegiatan Diklatpim III yang telah dilaksanakan di BPSDM Provinsi Riau, diperoleh informasi beberapa orang Peserta, menyatakan ke ikutsertaannya sebagai Peserta Diklat hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi untuk jabatan eselon III Pengukuran Tahapan ketiga penilaian prestasi menurut Panggabean (2002) adalah pengukuran. Setelah dilakukannya identifikasi untuk menentukan unsurunsur penilaian sesuai dengan PERMENPAN No. 22 Tahun 2014 serta observasi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara secara cermat kini saatnya melakukan pengukuran dengan unsurunsur yang telah ditentukan. Pengukuran dengan unsur-unsur tersebut sudah dijelaskan dalam hasil wawancara dengan beberapa Widyaiswara dan beberapa peserta Diklat yang pernah menjalani kegiatan kediklatan di BPSDM Provinsi Riau. A. Kompetensi Pengukuran kompetensi Widyaiswara diukur melalui kemampuan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan Widyaiswara. B. Kedisiplinan Dalam hasil wawancara dikatakan Widyaiswara harus tetap hadir setiap jam kerja dan tidak hanya hadir saat jam tugas mengajar saja. Kemudian terkait dengan disiplin waktu dan kesopanan dalam berpakaian dikatakan oleh peserta Diklat bahwa para Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau tidak memiliki masalah terkait hal tersebut. C. Pendidikan Formal dan Non Formal Seluruh Widyaiswara yang terdapat di BPSDM Provinsi Riau ini seluruhnya memiliki Pendidikan terakhir strata 2 yang berkaitan dengan spesialisasinya masingmasing dalam memberikan materi Diklat di depan kelas. Sedangkan untuk pendidikan nonformal yang dimaksud disini adalah 5

6 pendidikan yang telah ditempuh oleh Widyasiwara dalam upaya meningkatkan kualitas dari kinerja Widyaiswara itu sendiri. D. Kecakapan Dari hasil wawancara menyebutkan bahwa setiap membawakan materi didepan kelas setiap Widyaiswara wajib menggunakan alat bantu atau fasilitas seperti laptop dan LCD serta harus memberikan materi dari mata diklat yang diajarkan apabila ada peserta yang memintanya. E. Integritas Integritas merupakan sikap yang penting dimiliki oleh setiap sumber daya manusia dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam penelitian ini setiap Widyaiswara wajib tunduk dan mentaati segala peraturan yang berlaku, dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Widyaiswara yang bertugas di BPSDM Provinsi Riau berpedoman kepada PERMENPAN No. 22 Tahun 2014 yang dirasakan masih belum sempurna. Widyaiswara juga wajib melaksanakan setiap unsur-unsur yang dinilai angka kreditnya. Unsur-unsur tersebut wajib dilaksanakan tidak hanya untuk memenuhi angka kredit demi kenaikan jabatan saja, tetapi unsur tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar dalam peningkatan kualitas dari Widyaiswara itu sendiri. F. Kepemimpinan Dalam kaitannya dengan Diklat teknis dan Diklat Fungsional Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau masih belum mampu memberikan contoh yang baik terhadap hal tersebut. Hal ini dikarenakan Widyasiwara di BPSDM Provinsi Riau masih kurang memiliki kompetensi dalam hal tersebut, oleh sebab itu dalam Diklat teknis dan Fungsional masih dibantu oleh para pengajar lain yang memiliki kemampuan dibidangnya. G. G. Pengalaman Mengajar Pengalaman mengajar dari seorang Widyaiswara tentu akan sangat membawa pengaruh yang besar bagi cara menyampaikan materi dari Widyaiswara tersebut. Widyaiswara yang bertugas di BPSDM Provinsi Riau rata-rata memiliki pengalaman mengajar sebagai Widyaiswara kurang lebih 10 tahun. Hal tersebut tentu memberikan dampak positif bagi pengembangan strategi-strategi Widyaiswara dalam memberikan materi kediklatan Pengembangan Tahap terakhir merupakan tahap pengembangan yang dimana pada tahap ini peneliti memberikan sebuah masukan terhadap hal-hal yang masih dirasa kurang optimal. Dari hasil yang diperoleh dilapangan perlu adanya pengembangan lagi terhadap kegiatan evaluasi Widyaiswara yang telah dilakukan. Hal tersebut dirasakan karena evaluasi yang dilakukan dengan dibagikannya kuisioner kepada para peserta masih kurang optimal bagi para Widyaiswara itu sendiri. Perlu dilakukan sebuah pengembangan terhadap metode penelitian dan variabel penilaian tersebut. Masih kurangnya jumlah Widyaiswara yang memiliki jenjang jabatan Widyaiswara Utama juga merupakan salah satu hal yang perlu dikembangkan lagi bagi BPSDM Provinsi Riau. Hal tersebut sangat perlu dilakukan mengingat kegiatan kediklatan di BPSDM Provinsi Riau sangat padat. Oleh karena itu Widyaiswara perlu lebih aktif lagi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menambah angka kredit sebagai syarat utama untuk meningkatkan jenjang jabatan. Kegiatan-kegiatan yang perlu ditingkatkan oleh seluruh Widyaiswara adalah dengan berperan lebih aktif lagi dalam partisipasinya mengikuti kegiatan-kegiatan seperti seminar dan pelatihan. Kegiatan tersebut 6

7 selain dapat menambah angka kredit juga dapat meningkatkan kompetensi dari Widyaiswara itu sendiri. Selain kegiatan diatas Widyaiswara juga harus berperan aktif dalam hal pembuatan karya tulis. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dengan teknik deskriptif analisis yang bertujuan untuk melihat kemampuan Widyaiswara dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran di BPSDM Provinsi Riau, sesuai dengan hipotesis penelitian Saya menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : (1)Merencanakan pembelajaran Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau, Melaksanakan pembelajaran, Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau memiliki kompetensi Baik Sekali. Pelaksanaan pembelajaran pada Diklatpim III meliputi, membuka pelajaran dengan cara pemberian kesempatan yang luas kepada peserta untuk mengemukakan pengalaman lapangan, atau memberikan contoh kasus. (2)Melaksanakan inti proses belajar mengajar dilakukan oleh Widyaiswara, menggunakan metode mengajar dengan pendekatan Andragogy (participant centered). Dalam menilai pembelajaran Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau juga memiliki kompetensi dalam kategori Baik. Kegiatan menyiapkan perangkat penilaian dilakukan Widyaiswara sekaligus dengan perangkat RPBMD, yang terdiri dan kisi-kisi soal dan item soal yang dilengkapi dengan kunci jawaban. Memeriksa jawaban dan mengolah hasil penilaian dilakukan oleh panitia kecuali materi praktek. Penilaian peserta tentang materi dan Widyaiswara adalah Baik, danpenilaian Peserta tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara umum juga Baik hal ini terlihat dan kisaran penilaian yang diberikan Peserta adalah sebagian besar antara 60%sampai dengan 90%. Mencermati temuan Penelitian ini jelaslah bahwa Widyaiswara BPSDM Provinsi Riau telah memperlihatkan kinerja Sangat Baik dalam merencanakan dan melaksanakan dan menilai pembelajaran dengan Baik. Meski demikian masih ada sebagian kecil Widyaiswara kurang memperlihatkan kinerja yang lebih baik dalam perencanaan, pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Masih adanya kelemahan kinerja sebagian kecil Widyaiswara dalam pembelajaran disebabkan oleh faktor materi pembelajaran belum dikemas menjadi lebih operasional dan mudah untuk dipahami dan diterapkan Peserta di dunia kerjanya. Berdasarkan temuan hasil Penelitian tentang kinerja Widyaiswara dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara umum berada dalam kategori Baik Sekali dan menilai pembelajaran dalam kategori Baik, diperoleh indikasi bahwa perlu dipertahankannya kinerja Widyaiswara dalam pembelajaran, yang berkaitan dengan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Hal ini penting untuk dapat mempertahankan dipertahankannya kinerja Widyaiswara dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran diharapkan mereka mampu melaksanakan tugastugasnya secara holistik dengan baik guna peningkatan hasil belajar peserta Diklat. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :(1)Kepala BPSDM Provinsi Riau hendaknya memberikan perhatian yang proporsional kepada Widyaiswara untuk mempertahan kinerjanya mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan penciptaan iklim sosial yang kondusif walau saat ini terasa 7

8 kurang sehingga Widyaiswara terpacu untuk berkreatifitas, memberikan kesempatan yang luas kepada Widyaiswara untuk mengembangkan diri dengan melanjutkan pendidikan atau mengikuti pelatihan yang relevan dengan keilmuan yang berkaitan dengan kajian yang menjadi pilihan yang akan diampu serta penambahan pengetahuan kependidikan, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan Penelitian guna merealisasikan tugas pokoknya secara optimal. (2)Widyaiswara hendaknya selalu berupaya meningkatkan kompetensi keilmuannya dan mengembangkan wawasan kependidikan dalam rangka menunjang pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta pelatihan. (3)Lembaga Administrasi Negara dan Departemen Pendidikan Nasional agar dapat memberikan kemudahan bagi Widyaiswara untuk melanjutkan pendidikan, karena Widyaiswara bukan hanya sebagai perpanjangan usia pensiun tapi adalah jabatan karier dan mengikuti Diklat Teknis dan Fungsional dan Diklat Substantif, (4)Widyaiswara perlu mengoptimalkan penyelenggaraan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh Widyaiswara dan Bidang penyelenggara Diklatpim III, baik berkaitan dengan materi pembelajaran dan instrumen evaluasi yang digunakan belum dipahami secara utuh oleh bidang penyelenggara. Peneliti menyarankan agar Widyaiswara sebagai pilar utama keberhasilan Diklatpim III dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran terhadap materi yang diujikan dengan menggunakan kerangka acuan yang ditetapkan oleh instansi Pembina Diklat aparatur. (5)Untuk Peneliti Selanjutnya, melihat begitu kompleknya permasalahan yang terdapat di BPSDM Provinsi Riau berkaitan dengan Kinerja Widyaiswara dan Bidang Penyelenggara agar dapat melakukan Penelitian berkaitan dengan Penggunaan Media dan Budaya Kerja Aparatur BPSDM Provinsi Riau. Namun demikian saya menyadari bahwa hasil Penelitian ini masih terdapat adanya berbagai kekurangan ataupun keterbatasan terutama dalam penetapan variabel Penelitian, karena variabel-variabel yang mempengaruhi kompetensi Widyaiswara, atau prestasi belajar secara kognitif peserta Diklat juga bukan hanya motivasi,tetapi dimungkinkan terdapat variabel-variabel lainnya seperti lingkungan pembelajaran, karakteristik individu, fasilitas dan pelayanan serta bimbingan, kelembagaan pendidikan dan pelatihan, terbuka peluang dilakukan Penelitian selanjutnya lebih baik. 8

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta

Lebih terperinci

PENTINGNYA WORKSHOP DAN PELATIHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIDYAISWARA DALAM MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH

PENTINGNYA WORKSHOP DAN PELATIHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIDYAISWARA DALAM MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH PENTINGNYA WORKSHOP DAN PELATIHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIDYAISWARA DALAM MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH Oleh : Alfian Jamrah Widyaiswara Ahli Madya pada Bandiklatprov Sumatera Barat A Pendahuluan Widyaiswara

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi No.1115, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Penilaian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di aparat pemerintahan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di aparat pemerintahan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi Widyaiswara merupakan profesi yang utama dalam pembinaan sumber daya manusia di aparat pemerintahan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Widyaiswara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia dapat menentukan kualitas organisasi dalam keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berpengaruh pada pola kehidupan manusia untuk secara terus menerus mengembangkan diri.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG

2015 PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pengkajian dan pendidikan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGARAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGARAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGARAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1960, 2015 LAN. Honorium. Jabatan Fungsional. Widyaiswara. Penetapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Untuk itu dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1847, 2015 KEMENHAN. Pegawai. Diklat. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 2014 TENTANG PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 2013, No.1242 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi merupakan sebuah lembaga dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Keberhasilan suatu organisasi antara lain ditentukan oleh kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi, baik organisasi publik maupun organisasi swasta.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi, baik organisasi publik maupun organisasi swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan salah satu sumber daya manusia yang penting bagi setiap organisasi, baik organisasi publik maupun organisasi swasta. Bagaimanapun majunya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan mutu pendidikan LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan tupoksinya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ORASI ILMIAH WIDYAISWARA

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ORASI ILMIAH WIDYAISWARA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ORASI ILMIAH WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Widyaiswara sesuai Perka LAN Nomor 5 Tahun 2008

Standar Kompetensi Widyaiswara sesuai Perka LAN Nomor 5 Tahun 2008 Ulasan / Review Edisi 3 No. 1, Jan Mar 2016, p.37-41 Standar Kompetensi Widyaiswara sesuai Perka LAN Nomor 5 Tahun 2008 Sugandi Widyaiswara Ahli Madya pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Sukabumi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan persaingan global dalam dunia kerja sangat membutuhkan pegawai yang bisa berpikir untuk maju, cerdas, inovatif, dan mampu berkarya dengan semangat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 20 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG DENGAN

Lebih terperinci

(IKU) BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI RIAU INDIKATOR KINERJA UTAMA

(IKU) BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI RIAU INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI RIAU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI RIAU 1 INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1537, 2016 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penilai Pemerintah. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global, untuk mewujudkan pemerintahan yang baik diperlukan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi jabatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) PEMBEKALAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) WISNU SARDJONO SOENARSO KEPALA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA. DR. Adi Suryanto, MSi. Kepala LAN RI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA. DR. Adi Suryanto, MSi. Kepala LAN RI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MODEL APARATUR SIPIL NEGARA DR. Adi Suryanto, MSi Kepala LAN RI Disampaikan pada Sosialisasi Program Diklat Tahun 2017 Provinsi Jawa Tengah 18 Januari 2017 Pokok Pembahasan 1 Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Faraserianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Faraserianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman globalisasi seperti saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bergerak semakin maju, sehingga menuntut penguasaan secara professional mengikuti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Lebih terperinci

2018, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemba

2018, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.406, 2018 BAPPENAS. Tata Kerja Jabatan Fungsional Perencana. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI ASN untuk meningkatkan daya saing bangsa

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI ASN untuk meningkatkan daya saing bangsa KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ASN untuk meningkatkan daya saing bangsa Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Oktober 2016 ASN ADALAH PROFESI PNS Berstatus pegawai tetap dan Memiliki

Lebih terperinci

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II DESKRIPSI PUSDIKLAT KEMENTERIAN AGAMA 2.1. Sejarah Pusdiklat Kementerian Agama Sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan kepemeritahan yang baik diperlukan

Lebih terperinci

Pembinaan ASN melalui pemberian penghargaan kepada ASN berprestasi di lingkungan (Badan Litbang SDM) memiliki maksud antara lain untuk:

Pembinaan ASN melalui pemberian penghargaan kepada ASN berprestasi di lingkungan (Badan Litbang SDM) memiliki maksud antara lain untuk: Yth., 1. Para Kepala Satuan Kerja di Lingkungan Badan Litbang SDM; 2. Para Pejabat Eselon 3 dan 4 di Lingkungan Badan Litbang SDM; 3. Seluruh Peneliti dan Dosen di Lingkungan Badan Litbang SDM; dan 4.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1805, 2014 KEMENPAN RB. Analis Keuangan. Pusat. Daerah. Jabatan Fungsional. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pemerintahan, turut bertanggung jawab atas keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sektor pemerintahan, turut bertanggung jawab atas keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai sumber daya manusia yang berada di sektor pemerintahan, turut bertanggung jawab atas keberhasilan dalam pelaksanaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN RB @2017 PENDAHULUAN BAGAIMANA TRANSFORMASI BIROKRASI INDONESIA? 2025 2018 2013 Dynamics bureaucracy Vision and Performance based

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN FUNGSIONAL BINAAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH 1 GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1962, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Inpassing. Jabatan Fungsional. Pengangkatan PNS. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 2013, No.1253 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (BKPP) 1. Sejarah singkat Sesuai dengan Qanun* kota Langsa no.4 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang No.1648, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Jabatan Fungsional. Pranata Hubungan Masyarakat. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN Penulis: 1. Drs. Mamat, MM 2. Rihard Hasugian, S.Sos PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.950, 2011 SEKRETARIS NEGARA. Diklat Fungsional. Penerjemah. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sedang berada dalam masa transisi menuju sistem pelayanan kesehatan universal. Pasal 28 H (1) dan Pasal 34 (3) Amandemen IV UUD 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober Tahun 2013 sebagai penyempurnaan Permentan Nomor : 17/Permentan/OT.140/02/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia, saat ini dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia, saat ini dihadapkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia, saat ini dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis dan mempengaruhi birokrasi dalam

Lebih terperinci

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1068, 2014 KEMENPAN RB. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Pencabutan. PERATURAN MENTERIPENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara berkat adanya tenaga kependidikan dan tenaga pendidik untuk itu dituntut profesionalisme dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling umum yang ditempuh manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Tujuan akhir manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 198, 2000 KEPEGAWAIAN.PENDIDIKAN DAN LATIHAN.JABATAN. Pegawai Negeri Sipil. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemb

2014, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.230, 2014 KEMENTAN. Pengembangan. Profesionalisme. Widyaiswara. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2017 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penguji Perangkat Telekomunikasi. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG SASARAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/Permentan/OT.140/2/ / 07/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/Permentan/OT.140/2/ / 07/2003 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/Permentan/OT.140/2/2014 210/ 07/2003 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.409, 2016 KEMENPAN-RB. Jafung. Perekayasa. Angka Kredit. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1504, 2014 BPKP. Pendidikan dan Pelatihan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Cara Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Kategori Keahlian melalui Penyesuaian/I

2017, No Cara Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Kategori Keahlian melalui Penyesuaian/I No.1365, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Inpassing. Jabatan Fungsional. Pengawas Farmasi dan Makanan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparat

2016, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparat No.2044, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Pembina Jasa Konstruksi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara menjadi lebih baik. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. negara menjadi lebih baik. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan investasi masa depan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membentuk generasi penerus yang mampu membangun negara menjadi lebih

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA EMBAGA A LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan abad 21 semua organisasi dituntut untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil dan

Lebih terperinci

2017, No atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.266, 2017 LAN. Orasi Ilmiah Widyaiswara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ORASI ILMIAH

Lebih terperinci

2017, No Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Binaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Penyesuaian (Inpassing); Mengingat : 1

2017, No Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Binaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Penyesuaian (Inpassing); Mengingat : 1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.568, 2017 KEMEN-LHK. INPASSING. Jabatan Fungsional Binaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) dalam instansi merupakan modal intelektual yang jauh lebih penting dan memiliki kontribusi besar terhadap pembangunan nilai instansi dibandingkan

Lebih terperinci

Profesionalisme Pengelolaan Diklat dengan Prinsip Tahu, Mau, dan Tanggung Jawab (TMT)

Profesionalisme Pengelolaan Diklat dengan Prinsip Tahu, Mau, dan Tanggung Jawab (TMT) Ulasan / Review Edisi 2 No. 4, Okt Des 2015, p.76-80 Profesionalisme Pengelolaan Diklat dengan Prinsip Tahu, Mau, dan Tanggung Jawab (TMT) Husnul Amri Widyaiswara Ahli Madya pada Badan Diklat Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA BKPP TA. 2016 Pendahuluan Rencana Pembangunan Tahunan Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah (Renja-OPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN KUALIFIKASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH P E N G U M U M A N NOMOR : 823.2/1253/2013 TENTANG PROMOSI JABATAN STRUKTURAL SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH I. DASAR NORMATIF 1. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci