BUPATI GIANYAR PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN AKOMODASI PARIWISATA
|
|
- Johan Sumadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BUPATI GIANYAR PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN AKOMODASI PARIWISATA
2 BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN USAHA AKOMODASI PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan Usaha Pariwisata di Kabupaten Gianyar sebagai daerah pariwisata, mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya bangunan-bangunan sebagai sarana penunjang pariwisata; b. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ) Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 ); 2. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 3. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);
3 7. Peraturan Pemrintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5311); 8. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.85/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan Wisata; 9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.86/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomudasi; 10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.87/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman; 11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.88/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Kawasan Pariwisata; 12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.89/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Transportasi Wisata; 13. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.90/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata; 14. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.91/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi; 15. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.92/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Pramuwisata; 16. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.93/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran; 17. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.94/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Konsultan Pariwisata; 18. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.95/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Informasi Pariwisata; 19. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.96/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta; 20. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.97/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Spa;
4 21. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2001 Nomor 29 Seri D Nomor 29) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2003 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 3); 22. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2012 Nomor 2); 23. Peraturan Gubernur Bali Nomor 35 Tahun 2014 tentang Usaha Wisata Spiritual (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2014 Nomor 35); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 10 Tahun 2013 tentang Kepariwisataan Budaya Kabupaten Gianyar (Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2013 Nomor 10) MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Gianyar. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gianyar. 3. Bupati adalah Bupati Gianyar. 4. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar. 5. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Gianyar 6. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok oorang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 8. Pengusaha Pariwisata adalah usaha perseorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha pariwisata bidang usaha pariwisata.
5 9. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang Undang ini. 10. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kreteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 11. Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah penyelenggaraan biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata. 12. Biro perjalanan wisata adalah usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah. 13. Agen perjalanan wisata adalah usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan. 14. Usaha Penyediaan Akomodasi adalah usaha penyediaaan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. 15. Hotel adalah usaha penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar-kamar di dalam 1 (satu) bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan fasilitas lainnya. 16. Vila adalah penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang dapat dilengkapi dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya. 17. Bumi perkemahan adalah penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan menggunakan tenda. 18. Pondok Wisata adalah penyediaan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya. 19. Motel adalah penginapan yang dilengkapi dengan tempat parkir kendaraan yang bisanya di dekat kamar. 20. Usaha Jasa Makanan dan Minuman adalah usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya. 21. Restoran adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah. 22. Rumah makan adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah. 23. Bar / rumah minuman adalah usaha penyediaan minuman beralkohol dan non-alkohol dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.
6 24. Kafe adalah penyediaan makanan ringan dan minuman ringan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah. 25. Jasa boga adalah usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian, untuk disajikan di lokasi yang diinginkan oleh pemesan. 26. Pusat penjualan makanan adalah usaha penyediaan tempat untuk restorant, rumah makan dan/atau kafe dilengkapi dengan meja dan kursi. 27. Usaha Kawasan Pariwisata adalah usaha pembangunan dan/atau pengelolaan kawasan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata sesuai peraturan perundang undangan. 28. Usaha Jasa Transportasi Wisata adalah usaha penyediaan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi regular/umum. 29. Angkutan jalan wisata adalah penyediaan angkutan jalan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 30. Angkutan kereta api wisata adalah penyediaan angkutan kereta api untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 31. Angkutan sungai dan danau wisata adalah penyediaan angkutan sungai dan danau untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 32. Angkutan laut domistik wisata adalah penyediaan angkutan laut domistik untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 33. Angkutan laut internasional wisata adalah penyediaan angkutan laut internasional untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 34. Usaha Daya Tarik Wisata adalah usaha pengelolaan daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan/atau daya tarik wisata buatan/binaan manusia. 35. Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi adalah usaha penyelenggaraan kegiatan berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata, tetapi tidak termasuk di dalamnya wisata tirta dan spa. 36. Gelanggang olahraga adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berolahraga dalam rangka rekreasi dan hiburan. 37. Gelanggang seni adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan seni atau monoyon karya seni dan/atau pertunjukan seni. 38. Arena permainan adalah usaha yang menyediakan tempat menjual dan fasilitas untuk bermain dengan ketangkasan. 39. Hiburan malam adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas bersantai dan melantai diiringi musik dan cahaya lampu dengan atau tanpa pramuria. 40. Panti pijat adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas pemijatan dengan tenaga pemijat yang terlatih.
7 41. Taman rekreasi adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berekreasi dengan bermacam-macam atraksi. 42. Karaoke adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu. 43. Jasa impresariat / promotor adalah usaha pengurusan penyelenggaraan hiburan, berupa mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan artis dan/atau olahragawan Indonesia dan asing, serta melakukan pertunjukan yang diisi oleh artis dan/atau olahragawan yang bersangkutan. 44. Usaha Jasa Pramuwisata adalah usaha penyediaan dan/atau pengoordinasian tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan wisata. 45. Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konfrensi dan Pameran adalah pemberian jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, penyelenggaraan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta penyelenggaraan pameran dalam rangka penyebarluasan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional dan internasional. 46. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata adalah usaha penyediaan saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian dan pemasaran dibidang kepariwisataan. 47. Usaha Jasa Informasi Pariwisata adalah usaha penyediaan data, berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan/atau elektronik. 48. Usaha Wisata Tirta adalah usaha penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai,sungai, danau dan waduk. 49. Usaha Wisata Spiritual adalah usaha pengelolaan wisata religi, meditasi dan atau yoga. 50. Wisata religi adalah perjalanan wisata terkait dengan kepercayaan/ keyakinan dengan melakukan aktifitas berwisata atau mengunjungi tempat-tempat suci atau tempattempat lainnya yang disucikan untuk melaksanakan ibadah. 51. Wisata meditasi adalah perjalanan wisata mengunjungi tempat-tempat hening, tenang dan damai untuk perenungan diri, penjernihan pikiran seperti goa-goa alam, asram atau tempat lainnya yang dianggap dapat menciptakan keheningan untuk melakukan meditasi. 52. Wisata yoga adalah perjalanan wisata mengunjungi tempat khusus untuk melakukan yoga dengan dibimbing oleh guru yoga. 53. Usaha Spa adalah usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia. 54. Tanggal pendaftaran usaha pariwisata adalah tanggal pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisata.
8 55. Daftar Usaha Pariwisata adalah daftar usaha pariwisata bidang usaha pariwisata yang berisi hal-hal yang menurut peraturan bupati ini wajib didaftarkan oleh setiap pengusaha. 56. Tanda Daftar Usaha Pariwisata adalah dokumen resmi yang membuktikan bahwa usaha pariwisata yang dilakukan oleh pengusaha telah tercantum di dalam Daftar Usaha Pariwisata. BAB II TUJUAN Pasal 2 Pendaftaran Usaha Pariwisata bertujuan untuk : a. menjamin kepastian hukum dalam menjalankan usaha pariwisata bagi pengusaha; b. menyediakan sumber informasi bagi semua pihak yang berkepentingan mengenai halhal yang tercantum dalam Daftar Usaha Pariwisata; dan c. penyatuan pemahaman terhadap ketentuan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata. BAB III Bagian Kesatu Usaha Pariwisata Pasal 3 (1) Bidang Usaha Pariwisata adalah sebagai berikut : a. usaha daya tarik wisata; b. usaha kawasan pariwisata; c. usaha jasa transportasi wisata; d. usaha jasa perjalanan wisata; e. usaha jasa makanan dan minuman; f. usaha penyediaan akomodasi; g. usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h. usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran; i. usaha jasa informasi pariwisata; j. usaha jasa konsultan pariwisata; k. usaha jasa pramuwisata; l. usaha wisata tirta; m. usaha wisata spiritual; dan
9 n. usaha spa. (2) Bidang Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki jenis usaha dan sub jenis usaha. Bagian Kedua Bidang Usaha Daya Tarik Wisata Pasal 4 (1) Bidang usaha daya tarik wisata meliputi jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata. (2) Jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengelolaan pemandian air panas alami; b. pengelolaan gua; c. pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala berupa candi, keraton, prasasti, petilasan, dan bangunan kuno; d. pengelolaan museum; e. pengelolaan pemukiman dan/atau lingkungan adat; dan f. pengelolaan objek ziarah. Bagian Ketiga Bidang Usaha Jasa Transportasi Pasal 5 Bidang Usaha Jasa Transportasi Wisata meliputi jenis usaha : a. angkutan jalan wisata; b. angkutan kereta api wisata; c. angkutan sungai dan danau wisata; d. angkutan laut domestik wisata; dan e. angkutan laut internasional wisata. Bagian Keempat Bidang Usaha Jasa Perjalanan Wisata Pasal 6 Bidang Usaha Jasa Perjalanan Wisata meliputi jenis usaha : a. biro perjalanan wisata; dan b. agen perjalanan wisata.
10 Bagian Kelima Bidang Usaha Jasa Makanan dan Minuman Pasal 7 Bidang Usaha Jasa Makanan dan Minuman meliputi jenis usaha : a. restoran; b. rumah makan; c. bar/rumah minum; d. kafe; e. pusat penjualan makanan; dan f. jasa boga. Bagian Keenam Bidang Usaha Penyediaan Akomodasi Pasal 8 (1) Bidang Usaha Penyediaan Akomodasi meliputi jenis usaha : a. hotel; b. bumi perkemahan; c. persinggahan caravan; d. vila; e. pondok wisata; dan f. akomodasi lain. (2) Jenis usaha hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi sub jenis usaha : a. hotel bintang; dan b. hotel non-bintang (3) Jenis Usaha akomodasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi sub-jenis usaha motel dan sub-jenis usaha akomodasi yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Bagian Ketujuh Bidang Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi Pasal 9 (1) Bidang Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi meliputi jenis usaha :
11 a. gelanggang olahraga; b. gelanggang seni; c. arena permainan; d. hiburan malam; e. panti pijat; f. taman rekreasi; g. karaoke; dan h. jasa impesariat/promotor. (2) Jenis usaha gelanggang olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi sub-jenis usaha : a. lapangan golf; b. rumah bilyar; c. gelanggang renang; d. lapangan tenis; dan e. gelanggang bowling. (3) Jenis usaha gelanggang seni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi sub-jenis usaha : a. sanggar seni; b. galeri seni; dan c. gedung pertunjukan seni. (4) Jenis usaha arena permainan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi sub-jenis usaha arena permainan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (5) Jenis usaha hiburan malam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi subjenis usaha : a. kelab malam; b. diskotik; dan c. pub Dilarang untuk dibangun dan beroperasi di kawasan pariwisata Kabupaten Gianyar. (6) Jenis usaha panti pijat sebagaimana dimakskud pada ayat (1) huruf e meliputi subjenis usaha panti pijat (7) Jenis usaha taman rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi subjenis usaha : a. taman rekreasi; dan b. taman bertema
12 (8) Jenis usaha karaoke sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi sub-jenis usaha karaoke. (9) Jenis usaha jasa impesariat/promotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi sub-jenis usaha arena permainan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kedepan Bidang Usaha Wisata Tirta Pasal 10 (1) Bidang Usaha Wisata Tirta meliputi jenis usaha : a. wisata bahari; dan b. wisata sungai dan waduk. (2) Jenis usaha wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi subjenis usaha : a. wisata selam; b. wisata perahu layar; c. wisata memancing; d. wisata selancar;dan e. dermaga bahari. (3) Jenis usaha wisata sungai dan waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi sub-jenis usaha : a. wisata arung jeram; dan b. wisata dayung. Bidang Usaha Spiritual meliputi jenis usaha : a. wisata relegi; b. wisata meditasi; dan c. wisata yoga Bagian Kesembilan Bidang Usaha Wisata Spiritual Pasal 11
13 BAB IV TEMPAT PENDAFTARAN, OBYEK DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 12 (1) Pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada Bupati Gianyar. (2) Tempat pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Gianyar. Pasal 13 (1) Pendaftaran usaha pariwisata dilakukan terhadap semua bidang, jenis dan sub jenis usaha pariwisata. (2) Pendaftaran usaha pariwisata dilakukan oleh pengusaha. (3) Pengusaha perseorangan yang tergolong usaha mikro atau kecil sesuai ketentuan peraturan perundang undangan dibebaskan dari keharusan untuk melakukan pendaftaran usaha pariwisata. (4) Pengusaha perseorangan yang tergolong usaha mikro atau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mendaftarkan usaha pariwisatanya berdasarkan keinginan sendiri. Pasal 14 Pengusaha pariwisata dapat berupa usaha perseorangan atau berbentuk badan usaha Indonesia berbadan hukum atau tidak berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Pasal 15 Pada jenis usaha kawasan pariwisata, apabila terdapat lebih dari 1 (satu) kabupaten melingkupi 1 (satu) lokasi kawasan pariwisata, pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada Gubernur. Pasal 16 Pada jenis usaha jasa transportasi wisata, pendaftaran usaha jasa transportasi wisata dilakukan terhadap setiap kantor yang dimiliki dan/atau menguasai kendaraan, kapal atau kereta api. Pasal 17 Pada jenis usaha penyediaan akomodasi, pendaftaran yang dilakukan terhadap hotel, bumi perkemahan, persinggahan karavan, vila, dan akomodasi lain mencakup pelayanan pariwisata lain berupa jasa makanan dan minuman, penyelenggaraan kegiatan dan rekreasi, dan/atau spa yang diselenggarakan oleh pengusaha yang sama di lokasi hotel, bumi perkemahan, persinggahan karavan, vila, dan akomodasi lain yang sama serta merupakan fasilitas dari penyediaan akomodasi yang bersangkutan.
14 BAB V TAHAPAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA Bagian Kesatu Umum Pasal 18 Tahapan pendaftaran usaha pariwisata mencakup : a. permohonan pendaftaran usaha pariwisata; b. pemeriksaan berkas permohonan pendaftaran usaha pariwisata; c. pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisata; d. penerbitan Tanda Daftar Usaha Pariwisata; dan e. pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata. Pasal 19 Pendaftaran untuk tanda daftar usaha pariwisata sebagaimana dimaksud di dalam pasal 18 tidak dikenakan biaya pendaftaran. Bagian Kedua Pendaftaran Usaha Pariwisata Pasal 20 (1) Permohonan pendaftaran usaha pariwisata diajukan secara tertulis oleh pengusaha (2) Pengajuan permohonan pendaftaran usaha pariwisata desertai dengan dokumen; a. fotocopy identitas diri atau kartu tanda penduduk (KTP) b. fotocopy akta pendirian badan usaha bagi yang berbadan usaha yang mencantumkan bidang usaha, jenis dan sub jenis usaha pariwisata sebagai maksud dan tujuannya, beserta perubahannya apabila terdapat perubahan; dan c. Fotokopi izin teknis antara lain : 1. persetujuan prinsip/rekomendasi; 2. rekomendasi AMDALl/UKL/UPL/SPPL; 3. izin mendirikan bangunan (IMB); 4. surat izin tempat usaha (SITU) dan izin gangguan (HO); 5. izin usaha angkutan / izin penyelenggaraan angkutan untuk usaha transportasi; 6. izin penggunaan bangunan (IPB); 7. sertifikat layak fungsi bangunan (SLF); dan 8. sertifikat laik sehat (3) Pengajuan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dengan memperlihatkan dokumen aslinya atau memperlihatkan fotokopi atau salinan yang telah dilegalisir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15 (4) Pengusaha wajib menjamin melalui pernyataan tertulis bahwa data dan dokumen yang diserahkan sebagai mana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) adalah absah, benar, dan sesuai dengan fakta. (5) Bagi usaha jasa transportasi dalam izin teknis dan/atau izin operasional sesuai ketentuan ayat (2) huruf c diperbolehkan untuk tidak menyertakannya fotokopi izin teknis dan/atau izin operasional dikarenakan izin teknis dan/atau izin operasional hanya dapat diurus setelah adanya tanda daftar usaha pariwisata. (6) Pengusaha usaha jasa transportasi diwajibkan melakukan pemutakhiran terhadap Daftar Usaha Pariwisata setelah memiliki izin teknis dan/atau izin operasional selengkapnya sesuai dengan ketentuan ayat (2) huruf c. Pasal 21 Bupati memberikan bukti penerimaan permohonan pendaftaran usaha pariwisata kepada pengusaha dengan mencantumkan nama dokumen yang diterima melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu. Bagian Ketiga Pemeriksaan Berkas Permohonan Pasal 22 (1) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu melaksanakan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan keabsahan berkas permohonan pendaftaran usaha pariwisata. (2) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan bahwa berkas permohonan pendaftaran usaha pariwisata belum memenuhi kelengkapan, kebenaran, dan keabsahan, Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan kepada pengusaha. (3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselesaikan paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan pendaftaran usaha pariwisata diterima Bupati. (4) Apabila Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu tidak memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan pendaftaran usaha pariwisata diterima, permohonan pendaftaran usaha pariwisata dianggap lengkap, benar, dan absah. Bagian Keempat Pencatuman Ke Dalam Daftar Usaha Pariwisata Pasal 23 Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mencantumkan objek pendaftaran usaha pariwisata ke dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1( satu) hari kerja setelah permohonan pendaftaran usaha pariwisata dinyatakan atau dianggap lengkap, benar, dan absah.
16 Daftar Usaha Pariwisata berisi : a. nomor pendaftaran usaha pariwisata; b. tanggal pendaftaran usaha pariwisata; c. nama pengusaha; d. alamat pengusaha; Pasal 24 e. nama pengurus badan usaha untuk pengusaha yang berbentuk badan usaha; f. jenis usaha; g. merek usaha, apabila ada; dan h. alamat tempat usaha; i. nomor akta pendirian badan usaha dan perubahannya apabila ada, untuk pengusaha yang berbentuk badan usaha atau nomor kartu tanda penduduk untuk pengusaha perseorangan; j. nama izin dan nomor izin teknis, serta nama dan nomor dokumen lingkungan hidup yang dimiliki pengusaha dan dokumen yang berisi : 1. persetujuan prinsip/rekomendasi; 2. rekomendasi AMDALl/UKL/UPL/SPPL; 3. izin mendirikan bangunan (IMB); 4. surat izin tempat usaha (SITU) dan ijin gangguan (HO); 5. izin usaha angkutan / izin penyelenggaraan angkutan untuk usaha transportasi; 6. sertifikat layak fungsi bangunan (SLF); dan 7. sertifikat laik sehat. k. kapasitas yang tersedia; l. keterangan apabila dikemudian hari terdapat pemutakhiran terhadap adanya perubahan yang dilakukan pengusaha terhadap usaha pariwisata dalam salah satu unsur atau keseluruhan dari huruf a sampai dengan huruf k; dan m. keterangan apabila dikemudian hari terdapat pembekuan sementara pendaftaran usaha pariwisata, pengaktifan kembali pendaptaran usaha pariwisata dan/atau pembatalan pendaftaran usaha pariwisata. Pasal 25 Daftar Usaha Pariwisata dibuat dalam bentuk dokumen tertulis atau dokumen elektronik. Bagian Kelima Penerbitan Tanda Daftar Usaha Pariwisata Pasal 26 Bupati berdasarkan daftar usaha pariwisata menerbitkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata untuk diserahkan kepada pengusaha paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisaata.
17 Tanda Daftar Usaha Pariwisata berisi : a. nomor pendaftaran usaha pariwisata; b. tanggal pendaftaran usaha pariwisata; c. nama pengusaha; d. alamat pengusaha; e. nama pengurus badan usaha; f. jenis usaha; g. merek usaha, apabila ada; h. alamat tempat usaha; Pasal 27 i. nomor akta pendirian badan usaha dan perubahannya, apabila ada, untuk pengusaha yang berbentuk badan usaha atau nomor kartu tanda penduduk (KTP) untuk pengusaha perseorangan; j. nama dan nomor izin teknis, serta nama dan nomor dokumen lingkungan hidup yang dimiliki pengusaha dan dokumen yang berisi : 1. persetujuan prinsip/rekomendasi; 2. rekomendasi AMDALl/UKL/UPL/SPPL; 3. izin mendirikan bangunan (IMB); 4. surat izin tempat usaha (SITU) dan izin gangguan (HO); 5. izin usaha angkutan / izin penyelenggaraan angkutan untuk usaha transportasi. 6. sertifikat layak fungsi bangunan (SLF) 7. sertifikat laik sehat k. kapasitas yang tersedia l. fasilitas yang dimiliki m. nama dan tanda tangan pejabat yang menerbitkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata; dan n. tanggal penerbitan Tanda Daftar Usaha Pariwisata. Pasal 28 Tanda Daftar Usaha Pariwisata berlaku sebagai bukti bahwa pengusaha telah dapat menyelenggarakan usaha pariwisata Bagian Keenam Pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata Pasal 29 (1) Pengusaha wajib mengajukan secara tertulis kepada Bupati permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata apabila terdapat suatu perubahan kondisi terhadap hal yang tercantum di dalam Daftar Usaha Pariwisata apabila terdapat suatu perubahan kondisi terhadap hal yang tercantum di dalam Daftar Tanda Usaha Pariwisata paling lambat dalam jangka waktu 30 ( tiga puluh ) hari kerja setelah suatu perubahan terjadi.
18 (2) Pengajuan permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Parwisata disertai dengan dokumen penunjang yang terkait. (3) Pengajuan dokumen penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa fotocopy disampaikan dengan memperlihatkan dokumen aslinya. (4) Pengusaha wajib menjamin bahwa data dan dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) adalah absah, benar dan sesuai dengan fakta. (5) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu melaksanakan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan keabsahan berkas permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata. (6) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditemukan bahwa berkas permohonan pemutakhiran pendaftaran usaha paiwisata belum memenuhi kelengkapan, kebenaran dan keabsahan, Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan kepada pengusaha. (7) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diselesaikan paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata diterima Bupati. (8) Apabila Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinnan Terpadu tidak memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata diterima, permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata dianggap lengkap, benar dan absah. (9) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mencantumkan pemutakhiran ke dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata dinyatakan atau dianggap lengkap, benar dan absah. (10) Berdasarkan Daftar Tanda Usaha Pariwisata yang telah dimutakhirkan, Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinnan Terpadu menerbitkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata untuk diserahkan kepada pengusaha paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman pemutakhiran ke dalam Daftar Usaha Pariwisata. (11) Dengan diterbitkannya Tanda Daftar Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (10) maka Tanda Daftar Usaha Pariwisata terdahulu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. (12) Pengusaha mengembalikan Tanda Daftar Usaha Pariwisata terdahulu kepada Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinnan Terpadu. BAB VI PEMBEKUAN SEMENTARA DAN PEMBATALAN Bagian Kesatu Pembekuan Sementara Pasal 30 (1) Bupati membekukan sementara Tanda Daftar Usaha Pariwisata apabila pengusaha: a. terkena sanksi pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan sementara kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;atau
19 b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus-menerus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih. (2) Tanda Daftar Usaha Pariwisata tidak berlaku untuk sementara apabila pendaftaran usaha Pariwisata dibekukan sementara. (3) Pengusaha wajib menyerahkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, paling lambat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah mengalami hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 31 (1) Pengusaha dapat mengajukan permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata apabila telah : a. terbebas dari pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan sementara kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf a; atau b. memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan kembali kegiatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf b. (2) Pengajuan permohonan pengaktifan kembali pendaftaran usaha pariwisata disertai : a. dokumen yang membuktikan bahwa pengusaha telah terbebas dari sanksi pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan sementara kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf a; atau b. surat pernyataan tertulis dari pengusaha yang menyatakan kesanggupannya untuk menyelenggarakan kembali kegiatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf b. (3) Pengusaha wajib menjamin bahwa dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah absah, benar dan sesuai dengan fakta. (4) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, melaksanakan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan keabsahan permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan bukti yang menunjang. (5) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditemukan bahwa berkas permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata belum memenuhi kelengkapan kebenaran dan keabsahan Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan kepada pengusaha. (6) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diselesaikan oleh Bupati, melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, paling lambat dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata diterima.
20 (7) Apabila Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, tidak memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan pengaktifan kembali pendaftaran usaha pariwisata diterima, permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata dianggap lengkap, benar dan absah. (8) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, mencantumkan pengaktifan Tanda Daftar Usaha Pariwisata ke dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah permohonan pengaktifan kembali pendaftaran usaha dinyatakan atau dianggap lengkap, benar dan absah. (9) Berdasarkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang telah diaktifkan kembali, Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, menyerahkan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada pengusaha paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata ke dalam Daftar Usaha Pariwisata. Bagian Kedua Pembatalan Pasal 32 (1) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan membatalkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata jika pengusaha: a. terkena sanksi penghentian tetap kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ; b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus menerus untuk jangka waktu 1 (satu) tahun atau lebih; atau c. membubarkan usahanya. (2) Tanda Daftar Usaha Pariwisata tidak berlaku lagi apabila dibatalkan. (3) Pengusaha wajib mengembalikan Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah mengalami hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAB VII PENGAWASAN Pasal 33 (1) Bupati membentuk tim dengan melibatkan instansi terkait melakukan pengawasan dalam rangka pendaftaran usaha pariwisata. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi pemeriksaan sewaktu-waktu ke lapangan untuk memastikan kesesuaian kegiatan usaha dengan Daftar Usaha Pariwisata. BAB VIII PENDANAAN
21 Pasal 34 Pendanaan pelaksanaan pendaftaran usaha pariwisata dan pengawasan bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Gianyar. BAB IX PELAPORAN Pasal 35 (1) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu melaporkan hasil pendaftaran usaha pariwisata kepada Gubernur setiap 6 (enam) bulan sekali. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. jumlah lokasi usaha; b. jumlah lokasi usaha pariwisata apabila dibandingkan dengan jumlah pada periode pelaporan sebelumnya; dan c. penjelasan tentang hal yang menyebabkan perubahan jumlah kantor dan/atau gerai penjualan sebagaimana dimaksud pada huruf b, khusus dalam hal terjadi pengurangan. BAB X SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 36 (1) Setiap pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud diatur dalam Pasal 20 ayat (4), Pasal 29 ayat (4) dan/atau Pasal 31 ayat (3) ini dikenai teguran tertulis pertama. (2) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis pertama, pengusaha tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 20 ayat (4), Pasal 29 ayat (4) dan/atau Pasal 31 ayat (3) ini dikenai teguran tertulis kedua. (3) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis kedua, pengusaha tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4), Pasal 29 ayat (4) dan/atau Pasal 31 ayat (3), pendaftaran usaha pariwisata dibekukan sementara. Pasal 37 (1) Setiap pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud diatur dalam Pasal 29 ayat (1) pengusaha dikenai teguran tertulis pertama. (2) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis pertama, pengusaha tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1), pengusaha dikenai teguran tertulis kedua.
22 (3) Apabila dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis kedua, pengusaha tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) pengusaha dikenai teguran tertulis ketiga. (4) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis ketiga, pengusaha tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) pendaftaran usaha pariwisata dibekukan sementara. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38 (1) Ijin Tetap Usaha Pariwisata atau ijin Usaha Kepariwisataan yang masih berlaku dan telah dimiliki pengusaha sebelum ditetapkannya Peraturan Bupati ini untuk sementara diperlakukan sama dengan Tanda Daftar Usaha Pariwisata. (2) Pengusaha yang memiliki Izin Tetap Usaha Pariwisata atau Izin Usaha Kepariwisataan sebagaima dimaksud pada ayat (1), wajib mengajukan permohonan Pendaftaran Usaha Pariwisata dan wajib memiliki Tanda Daftar Usaha Pariwisata setelah berakhir masa berlakunya. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Perturan Bupatu ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Gianyar Ditetapkan di Gianyar pada tanggal 10 Desember 2015 BUPATI GIANYAR, Diundangkan di Gianyar pada tanggal.. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GIANYAR, A.A. GDE AGUNG BHARATA IDA BAGUS GAGA ADI SAPUTRA BERITA DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2014 NOMOR.
BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA
BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUBJENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUBJENIS USAHA 1. Daya Tarik Wisata No. PM. 90/ HK. 2. Kawasan Pariwisata No. PM. 88/HK. 501/MKP/ 2010) 3. Jasa Transportasi Wisata
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk dapat menyelenggarakan
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG
WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Repub
WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa kekayaan sumber daya alam sebagai
Lebih terperinciBUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
1 BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA
Lebih terperinciTENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEWAJIBAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL
KEWAJIBAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL Dalam rangka menjamin kepastian hukum dalam menjalankan usaha pariwisata bagi pengusaha dan penyediaan informasi pariwisata kepada masyarakat
Lebih terperinciSALINAN BUPATI NAGEKEO,
SALINAN BUPATI NAGEKEO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NAGEKEO, Menimbang
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,
- 1 - SALINAN Desaign V. Santoso PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGALEK NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGALEK NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:a. bahwa Kabupaten Trenggalek
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Penyediaan Akomodasi. Pendaftaran. Prosedur.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Penyediaan Akomodasi. Pendaftaran. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDAFTAR PERIKSA TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA (TDUP)
b Komplek Perkantoran Gedung Bukit Gang, Jl. Jenderal Surman Poros,,, Prov. Kepulauan Riau Telp. (0777) 7366036, 7366037, Fax. (0777) 7366009, Email : bpmpt.kab.karimun@gmail.com, Website : www.dpmptsp.karimunkab.go.id
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
Menimbang BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TANGERANG, : bahwa untuk
Lebih terperinciMengingat : I. TATA CARA PENDAFTARAN USAI]A PARIWISATA BUPATI GIANYAR TENTANG DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,
BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAI]A PARIWISATA DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, Menimbang Mengingat : I. 3. 4.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PENYEDIAAN AKOMODASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA BANDUNG
PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 018 TAHUN 2013 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 3 BAB II SUBJEK OBJEK DAN TEMPAT PENDAFTARAN TDUP Bagian Kesatu... 6 BAB III Persyaratan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
22 Nov 2013 Telaah di hukum PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 105) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang :
Lebih terperinciPENGGABUNGAN PETUNJUK TEKNIS DAN RALAT PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA
PENGGABUNGAN PETUNJUK TEKNIS DAN RALAT PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA 2016
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG KEPARIWISATAAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG KEPARIWISATAAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang Mengingat : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
- 1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA
PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Daya Tarik Wisata. Pendaftaran.Prosedur.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Daya Tarik Wisata. Pendaftaran.Prosedur. PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR PM90/HK.501/MKP/2010
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.741, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Transportasi Wisata. Pendaftaran.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.741, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Transportasi Wisata. Pendaftaran. Prosedur PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN
1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang
Lebih terperinciDOKUMEN TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA
LAMPIRAN I PERATURAN WALIKTA SURABAYA NMR : TANGGAL :. TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA A. PERMHNAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA N 1 Fotokopi ijin gangguan
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA
Lebih terperinciBUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciSURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN
SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DEFINISI IZIN USAHA KEPARIWISATAAN Adalah usaha yang menyediakan barang dan /atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan parawisata. Usaha parawisata
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.61,2014 Dinas Perijinan Kabupaten Bantul; Petunjuk pelaksanaan, peraturan daerah, tanda daftar, usaha,pariwisata. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa penyelenggaraan kepariwisataan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2014 No.04,2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab.Bantul, Tanda Daftar, Usaha, Pariwisata, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI SALINAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN
WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 737, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Perjalaann Wisata. Pendaftaran.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 737, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Perjalaann Wisata. Pendaftaran. Prosedur PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA SPA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR
1 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA
WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a.
Lebih terperinciSALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN P ELAYANAN TERPADU SATU
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, a. bahwa kepariwisataan
Lebih terperinciBUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN
BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 25 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TATA
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa Peraturan Daerah Kota Surabaya
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA
SALNAN PROVNS JAWA TMUR PERATURAN WALKOTA SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN USAHA PARWSATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALKOTA SURABAYA Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciMenimbang. Mengingat. https://jdih.gianyarkab.go.id
,. I Menimbang BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang : a. bahwa bidang kepariwisataan
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk pengembangan kepariwisataan
Lebih terperinciBUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PELAYANAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata. Pendaftaran. Prosedur.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata. Pendaftaran. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR PM.94/HK.501/MKP/2010
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA
SALNAN PROVNS JAWA TMUR PERATURAN WALKOTA SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN USAHA PARWSATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALKOTA SURABAYA Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa Kabupaten
Lebih terperinciNO JABATAN TUGAS 3. Sub Bagian Umum dan Keuangan
URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENANAMAN MODAL, PELAYANAN TERPADU SATU PINTU, KOPERASI DAN USAHA MIKRO KOTA MADIUN 1. Kepala Dinas Memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan urusan Penanaman
Lebih terperinciDINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN BOYOLALI
DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN BOYOLALI Kompleks Perkantoran Terpadu Kabupaten Boyolaii. Jl. Ahmad Yani No: 1 Telp. (0276) 321150. Faxs. (0276) 321150. Kemiri, Boyolaii. Kode Pos: 57322.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciN O M O R 5 0 T A H U N 2015 M O D A L K E P A D A K E P A L A B A D A N P E N A N A M A N M O D A L D A N PERIZINAN
PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N BUPATI B A T A N G N O M O R 5 0 T A H U N 2015 T E N T A N G P E R U B A H A N K E D U A ATAS P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R 82 T A
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG Menimbang : a. bahwa Kabupaten Tulungagung
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
Lebih terperinciDATA PRIBADI. :SAKAR SUDARWANTO,M..M.Pd TTL : TANGERANG. 12 MART 1962 KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA : BALARAJA KAB,TANGERANG HP :
DATA PRIBADI NAMA :SAKAR SUDARWANTO,M..M.Pd TTL : TANGERANG. 12 MART 1962 JABATAN ALAMAT HP :087871785955 : KASUBAG TU KANTOR KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA : BALARAJA KAB,TANGERANG Kantor Kebudayaan dan Pariwisata
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,
1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 36 ayat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 6 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG IZIN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPROVINSI SUMATERA UTARA
WALIKOTA PEMATANGSIANTAR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PENANDATANGANAN PERIZINAN KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG WISATA HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
Lebih terperinciWALIKOTA TARAKAN PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 WALIKOTA TARAKAN PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN
BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang :
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG KEPARIWISATAAN DI KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN
WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya untuk menunjang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 28 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 28 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 21 TENTANG IJIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG STANDARISASI USAHA VILA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG STANDARISASI USAHA VILA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan yang tidak ternilai harganya. Kekayaan
Lebih terperincinm,766 BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
SALINAN nm,766 BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KUPATEN JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dengan semakin luasnya
Lebih terperinciFORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN ULANG USAHA PENYELENGGARAAN KEGIATAN HIBURAN DAN REKREASI KOP SURAT PERUSAHAAN
FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN ULANG USAHA PENYELENGGARAAN KEGIATAN HIBURAN DAN REKREASI KOP SURAT PERUSAHAAN Nomor :...,.. Lampiran : Perihal : Permohonan Pendaftaran Ulang Usaha Penyelenggaraan Kegiatan
Lebih terperinciNOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PENANDATANGANAN PERIZINAN KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN
Lebih terperinciPROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG STANDARISASI USAHA PONDOK WISATA DI KABUPATEN BADUNG
PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG STANDARISASI USAHA PONDOK WISATA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa seiring dengan
Lebih terperinci