Kami dari pihak kepolisian, kami menemukan nomor handphone anda melalui handphone milik korban.

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kami dari pihak kepolisian, kami menemukan nomor handphone anda melalui handphone milik korban."

Doddy Hartono
5 tahun lalu
Tontonan:

1 Pikiranku membuyar kemana-mana sementara itu hatiku berkecamuk dengan perasaan yang luar biasa, kegalauan mulai menghantuiku.aku takut jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Maaf anda siapa? tanyaku Kami dari pihak kepolisian, kami menemukan nomor handphone anda melalui handphone milik korban. Saya Carlos, saya pacarnya, lalu apa maksud anda?dan apa yang anda maksud dengan korban? Kami menemukan pacar anda dengan kondisi sudah tidak bernyawa di depan sebuah ATM, pacar anda di duga menjadi korban pembegalan sebab... Smartphone terlepas dari genggamanku dan terjatuh ke lantai. Aku shock saat mendengar Riska telah tiada. Sial, siapa yang begitu tega telah melakukan perbuatan ini kepadanya? Mengapa harus Riska, wanita yang sudah kucintai sejak dua tahun yang lalu? Mengapa harus terjadi disaat kami akan melakukan pernikahan dua bulan lagi? Jenazah Riska terbaring kaku dan sudah di selimuti dengan kain kafan di rumahnya, sungguh mengerikan melihatnya.tangannya terlepas, lehernya tersayat.tak bisa kubayangkan jika saat itu aku berada disana.

2 Hanya tangisan, kepedihan dan juga amarah yang bisa kurasakan saat ini. Ingin rasanya kutemui sang pelaku. Bagiku, umpatan takkan pernah cukup untuk pelaku. Sayang, pihak kepolisian belum menemukan siapa pelakunya. Andaikan sang pelaku sudah diketahui, entah apa yang bisa kulakukan untuk melampiaskan dendamku ini. Seminggu sudah kepergian Riska. Mungkin seharusnya aku merasa senang mendengar berita itu. Berita yang mengatakan bahwa sang pelaku pembunuh Riska telah di bunuh oleh polisi tatkala dia hendak melawan sebelum melakukan pembegalan selanjutnya. Dimana sang pelaku juga telah di jebak oleh pihak kepolisian sebelumnya. Namun kenanganku bersama Riska tetap membuat kegalauan tak pernah pudar bahkan menghilang meski hanya beberapa hari. Teringatku dengan sebuah janji yang telah kami ikrarkan di bawah pohon kelapa.janji yang tersirat dengan sebuah puisi.

3 Pohon kelapa akan tumbuh subur dan menjulang tinggi ke awan Jika sang angin tetap memberikannya cinta dan harapan untuk tumbuh Itulah kepercayaan yang telah diberikan oleh manusia Jika ada cinta dan harapan Maka tiada satu pun yang mampu menggoyahkannya Bobo dan Riska Itulah bunyi sebuah puisi yang menyiratkan bahwa cinta kami akan selamanya bersatu. Sayang, takdir mengatakan bahwa puisi itu harus memudar. Sebuah keputusan harus kubuat, segera. Aku bisa gila disini sebab tak ada satu pun yang bisa kubuat. Hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta membuat kenangan itu terus berada di dalam otakku.

4 Aku harus pergi merantau ke pulau Kalimantan.Dan mencoba mendengarkan saran dari penerbit. Hari berganti hari., Tanpa terasa hubunganku dengan Dian semakin akrab., Seorang wanita telah memanah hatiku untuk kedua kalinya. Seorang wanita yang kurasa mampu menggantikan sosok Rieska, kekasihku yang telah tiada. Dian, dialah sosok wanita misterius yang berhasil memanah hatiku.walaupun ada sesuatu yang tak kumengerti tentang kehidupan dirinya. Ya, Setiap kali aku bertanya tentang keluarganya.dia tak bergeming, mulutnya kaku seolah-olah ada cairan lem yang menempel keras di bibirnya. Bukan hanya itu saja yang membuatku bingung. Sebab dia selalu membicarakan tentang adik kembarnya yang bernama Dhini di Pontianak.Seolah-olah Dhini lebih berhak kucintai daripada dirinya. Mungkin itu tak seberapa membingungkan jika dibandingkan setiap kali aku memesan dua porsi makanan di kantin penginapan.

5 Sebab pelayan di kantin selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama. Hingga kupingku terasa bosan mendengarnya. Mas, satu porsi lagi untuk siapa mas? Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang membosankan itu. Terkadang aku tak menjawab pertanyaan dari mereka. Mungkin ada saatnya Dian akan memberitahuku siapa keluarganya dan dimana dia tinggal. Mungkin saat itu pula aku diizinkan untuk berkunjung kerumahnya. Burung berkicau dengan indahnya, angin bertiup sepoi-sepoi.aku duduk tepat di bawah pohon kelapa yang teduh dan Dian duduk di sampingku. Sesekali aku membelai rambut panjang gadis yang manja itu. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk menanyakan siapa keluarga Dian, Pikirku. Dian, kita kan nggak? tanyaku sudah kenal seminggu, aku boleh pinta sesuatu

6 Apa itu Bo? Dian berbalik bertanya dengan nada yang penasaran. Boleh nggak aku main ke rumahmu yang kamu tunjukkan di atas bukit itu, ya Sekalian kenalan sama ayah dan ibumu juga sih? Seperti biasa Dian terdiam mendengar pintaku, namun kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia memandangku dengan tatapan yang sangat dalam, seolah-olah ada sesuatu yang dia ingin sampaikan kepadaku. Namun dia tak berani mengungkapkannya. Sebuah tatapan yang menyiratkan kesedihan. Bo, ada sesuatu yang kamu nggak mengerti tentangku, ujarnya dengan nada lirih. Tak berapa lama air mata mengalir ke pipinya. Dian, kenapa kamu menangis? Tanyaku Aku tak ingin kamu ke rumahku, sebab aku sayang kamu, Bo.Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu.

7 Mengapa Dian? apakah kamu di jodohkan? Cukup Bo!!!Cukup! Dian membentakku Dian pergi berlari meninggalkanku dengan isak tangis, walaupun aku berusaha memanggil namanya. Sebuah pertanyaan baru timbul di otakku. Ya Tuhan, apakah ada yang salah dengan ucapanku, Kataku dalam hati. Galau, satu kata yang saat ini sedang populer.kegalauan bisa melanda siapa saja.begitu juga dengan diriku. Sebab sejak pertemuan terakhirku dengan Dian, hatiku tak pernah tentram.hanya ada pertanyaan yang terus membuat kepalaku suntuk. Sementara hatiku, ibaratkan orang yang putus cinta, tanpa alasan yang jelas. Meskipun orang itu masih mencintai kekasihnya. Hanya ombak di pantai dan kura-kura yang mengerti perasaanku.

dokumen-dokumen yang mirip

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com