HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kecamatan Dramaga Kecamatan Darmaga merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 2, ha. Sebagian besar tanah yaitu 972 ha digunakan untuk sawah, 1,145 ha untuk lahan kering (pemukiman, pekarangan, kebun), ha lahan basah (rawa, danau, tambak, situ), ha lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Darmaga mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah barat dengan Kecamatan Ciampea, dan sebelah timur dengan Kecamatan Bogor Barat. Curah hujan di Kecamatan Darmaga mm/tahun, dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jarak Kecamatan Darmaga dari ibukota Kabupaten Bogor adalah 12 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat 180 km. Jumlah keluarga sebanyak KK dengan 310 Rukun Tetangga (BPS 2005). Menurut BPS (2005) Kecamatan Dramaga memiliki 10 desa yaitu Babakan, Ciherang, Cikarawang, Dramaga, Neglasari, Petir, Purwasari, Sinar Sari, Suka Damai, dan Sukawening dengan jumlah keluarga sebesar KK atau 310 Rukun Tetangga. Berdasarkan karakteristik wilayah desa, desa dibagi menjadi kota dan desa. Kecamatan Dramaga memiliki perbandingan desa dan kota yang sama yaitu 5 desa termasuk kota, dan 5 desa yang termasuk desa. Penelitian ini dilakukan di Desa Babakan untuk mewakili kota, dan Desa Purwasari untuk desa. Desa Babakan Desa Babakan memiliki luas wilayah sebesar ha dengan 5 ha wilayah digunakan untuk tanah sawah irigasi, dan 244 ha untuk tanah perkebunan negara. Jarak Desa Babakan ke ibu kota kecamatan terdekat adalah 1 km dengan waktu tempuh setengah jam, sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten adalah 22 km dengan waktu tempuh 1.5 jam. Kendaraan umum yang digunakan untuk pengukuran waktu tempuh tersebut adalah dengan menggunakan angkutan umum (angkot). Jumlah penduduk di Desa Babakan adalah jiwa pada tahun 2005 dan meningkat menjadi jiwa tahun Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai pegawai swasta dan di bidang perdagangan atau jasa yang disajikan pada Tabel 5.

2 33 Tabel 5 Distribusi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) % 1. TNI/POLRI PNS Pegawai Swasta Petani Perdagangan/Jasa Buruh Tani Lainnya Total Tingkat pendidikan di Desa Babakan cukup baik. Hal ini terlihat dari rendahnya persentase masyarakat yang tidak sekolah atau tidak tamat SD dibandingkan dengan masyarakat yang dapat menyelesaikan pendidikannya bahkan hingga tingkat perguruan tinggi, dan ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) % 1. Belum sekolah Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat D D D S S S Total Prasarana air bersih di Desa Babakan terdiri dari 1 unit sumur pompa, unit sumur gali, 4 mata air, dan 1 unit hidran umum. Prasarana ibadah terdiri dari 9 masjid dan 34 surau atau mushola. Selain itu, Desa Babakan juga memiliki 28 prasarana olah raga. Prasarana kesehatan terlihat pada Tabel 7. Tabel 7 Prasarana kesehatan di Desa Babakan No. Prasarana Kesehatan Jumlah 1. Puskesmas 1 2. Poliklinik/balai pengobatan 5 3. Apotik 1 4. Posyandu 8 5. Toko obat 3 6. Tempat dokter praktek 5 Total 23 Sarana dan prasarana transportasi dan perhubungan dalam keadaan baik termasuk jalan, jembatan dan angkutan umum, telekomunikasi, serta kantor pos. Prasarana pendidikan disajikan pada Tabel 8.

3 34 Tabel 8 Prasarana pendidikan di Desa Babakan No. Prasarana Pendidikan Jumlah 1. TK 2 2. SD/sederajat 4 3. SMP/sederajat 3 4. SMA/sederajat 3 5. Perguruan Tinggi 1 6. Lembaga Pendidikan Agama 5 7. Perpustakaan 11 Total 29 Total skor Desa Babakan untuk variabel kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum adalah 17. Berdasarkan BPS (2005b) desa dengan skor gabungan ketiga variabel mencapai 10 atau lebih digolongkan sebagai desa kota. Desa Purwasari Luas wilayah Desa Purwasari adalah ha dengan penggunaan terbesar untuk pertanian sawah yaitu seluas ha, serta pemukiman seluas ha. Desa Purwasari mempunyai batas wilayah sebelah utara yaitu Desa Petir, sebelah selatan dengan Desa Sukajadi, sebelah barat dengan Situ Daun, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Petir dan Sukajadi. Jarak Desa Purwasari ke ibu kota kecamatan sejauh 7 km dengan waktu tempuh 0.5 jam, sedangkan jarak ke ibu kota Kabupaten sejauh 30 km dengan waktu tempuh 2.5 jam. Pengukuran waktu tempuh tersebut dengan menggunakan fasilitas angkutan umum (angkot) sama seperti di Desa Babakan. Jumlah penduduk di Desa Purwasari adalah sebanyak jiwa dengan KK. Sebagian besar masyarakat di Desa Purwasari bekerja sebagai petani. Pekerjaan di Desa Purwasari ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) % 1. Petani Pekerja di sektor jasa Pekerja di sektor industri Total Tingkat pendidikan di Desa Purwasari juga cukup baik sama dengan Desa Babakan. Desa Purwasari juga didukung sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, dan perhubungan. Menurut data potensi wilayah tahun 2001, Desa Purwasari hanya memiliki 3 SD dan 1 SMP. Desa ini juga memiliki Puskesmas dan 8 Posyandu. Selain itu, jalan di desa ini sebagian besar diaspal dan dalam kondisi baik. Desa Purwasari juga memiliki sarana irigasi dalam kondisi baik. Sarana ibadah yang terdapat di desa ini adalah 8 buah masjid dan

4 35 10 mushola. Selain itu, terdapat lembaga keagamaan berupa 6 Majelis Taklim. Total skor Desa Purwasari untuk variabel kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum adalah 7. Berdasarkan BPS (2005b) desa dengan skor gabungan ketiga variabel kurang dari 10 digolongkan sebagai desa. Tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Terakhir No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) % 1. Tidak tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Akademik Tamat Perguruan Tinggi Kejar Paket A yang mengikuti 45 Ujian Persamaan Pendidikan Khusus Total Karakteristik Individu Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi jenis pekerjaan, pendapatan, serta pengeluaran keluarga. Tingkat pendidikan yang rendah, akan mengurangi peluang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang relatif tinggi. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir contoh dan suami ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir Desa Kota Jenis Pekerjaan Suami Isteri Suami Isteri n % n % n % n % Tidak sekolah/tidak tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Akademi/Diploma III Perguruan Tinggi Total Sebagian besar contoh baik di kota (45.3%) maupun di desa (58.5%) mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SD/setara. Selanjutnya, untuk contoh di kota, proporsi tingkat pendidikan terakhir contoh adalah SMP/setara (26.4%), SMA/setara (11.3%), dan tidak sekolah/belum tamat SD (7.5%). Selain itu, contoh di kota juga telah mengenyam pendidikan yang lebih tinggi yaitu Diploma (9.5%). Contoh di wilayah desa memiliki proporsi yang sama untuk pendidikan terakhir SMP/setara serta tidak sekolah/belum tamat SD yaitu

5 36 sebesar 18.9%. kemudian, hanya 3.2% atau sebanyak 2 orang yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA/setara. Suami contoh di wilayah kota sebagian besar menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMA/setara (37.7%), diikuti dengan tingkat SD/setara (30.2%), SMP/setara (20.8%), serta tidak sekolah/tidak tamat SD (9.4%). Sama halnya dengan contoh, terdapat suami contoh di kota yang telah mengenyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi atau S1 (1.9%). Lain halnya dengan suami contoh di desa. Sebagian besar menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD/setara (49.1%), kemudian proporsi terbanyak adalah SMP/setara (22.6%), tidak sekolah/tidak tamat SD (17%), serta SMA/setara (11.3%), tidak ada yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat lebih tinggi. Pendapatan Per Kapita Pendapatan keluarga merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga yang bekerja (/kapita/bulan). Pendapatan yang tinggi umumnya didukung juga dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar contoh baik di desa (54.7%) dan di kota (45.3%) tergolong dalam kategori pendapatan sedang. Sebanyak 35.8% contoh di desa memiliki pendapatan yang rendah, dan hanya 9.4% dengan pendapatan tinggi. Berbeda dengan contoh di desa, proporsi contoh dengan pendapatan tinggi (41.5%) lebih besar dibandingkan dengan contoh yang memiliki pendapatan rendah (13.2%). Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dapat dilihat pada Tabel 12. Rata-rata pendapatan per kapita contoh di desa adalah Rp (kategori sedang) dengan standar deviasi (Rp99 892), sedangkan di kota Rp (kategori tinggi) dengan standar deviasi (Rp ). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita Golongan Pendapatan Per Kapita Desa Kota n % n % Rendah (<Rp ) Sedang (Rp Rp ) Tinggi (Rp ) Total Rata-rata (Rp ) (Rp ) Standar deviasi (Rp99 892) (Rp ) Pengeluaran Per Kapita Pengeluaran per kapita ini merupakan jumlah pengeluaran pangan dan non pangan dalam waktu satu bulan terakhir dibagi dengan jumlah anggota keluarga (/kapita/bulan). Pengeluaran pangan yang digunakan adalah pengeluaran untuk pangan pokok, lauk pauk, serta sayur dan buah, serta lainnya

6 37 (makanan jajanan/cemilan). Pengeluaran non-pangan meliputi pengeluaran untuk biaya pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, gas, listrik, serta air. Pemilihan kategori pengeluaran tersebut karena merupakan alokasi terbanyak pengeluaran di tingkat rumah tangga. Golongan pengeluaran per kapita ini disusun berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat tahun 2008 yaitu sebesar Rp Menurut Khomsan (2009) konsep dasar garis kemiskinan (poverty line) ditetapkan berdasarkan besarnya pengeluaran per kapita untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seseorang agar dapat hidup dengan layak. Oleh karena itu, digunakan garis kemiskinan digunakan sebagai penentu golongan pengeluaran per kapita. Tabel 13 menunjukkan sebaran pengeluaran per kapita contoh di wilayah desa dan kota. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita Golongan Pengeluaran Per Kapita Desa Kota n % N % Rendah (<Rp ) Sedang (Rp Rp ) Tinggi (>Rp ) Total Rata-rata (Rp167475) (Rp ) Standar deviasi (Rp66 837) (Rp ) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh di desa (67.9%) termasuk keluarga dengan pengeluaran rendah, sisanya sebanyak 32.1% termasuk pengeluaran sedang. Pengeluaran keluarga di wilayah kota lebih beragam dibandingkan di desa. Sebagian besar contoh tergolong pengeluaran sedang (56.6%), selanjutnya pengeluaran rendah (28.3%), dan pengeluaran tinggi (15.1%). Rata-rata pengeluaran per kapita contoh di desa adalah Rp (rendah) dengan standar deviasi (Rp66 837), sedangkan di kota sebesar Rp (sedang) dengan standar deviasi (Rp ). Besar Keluarga Karakteristik Lingkungan Sebaran contoh di desa memiliki keluarga kecil (58.5%), dan keluarga sedang (41.5%). Keluarga kecil merupakan keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang, keluarga sedang 4-7 orang, sedangkan keluarga besar lebih dari 7 orang. Seiring dengan pengeluaran per kapita, besar keluarga di kota menyebar mulai dari keluarga kecil hingga keluarga besar. Sebagian besar contoh di kota juga memiliki keluarga kecil (64.2%), dan contoh lainnya memiliki keluarga sedang (34.0%) dan keluarga besar (1.9%). Rata-rata contoh di desa memiliki keluarga sejumlah 4 orang (sedang) dengan standar deviasi 1

7 38 orang, begitu pula di kota sebesar 4 orang dengan standar deviasi 1 orang. Pola sebaran besar keluarga sama dengan pendapatan dan pengeluaran per kapita contoh dan ditampilkan pada Tabel 14. Pekerjaan Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Golongan Keluarga Desa Kota n % n % Kecil (<4 orang) Sedang (4-7 orang) Besar (>7 orang) Total Rata-rata Standar deviasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh di desa (69.8%) maupun di kota (64.2%) adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan contoh lainnya untuk di desa hanya di bidang perdagangan/jasa (28.3%) serta buruh tani (1.9%). Pekerjaan contoh di kota lebih beragam sebagian bekerja di bidang perdagangan/jasa (30.2%), lainnya sebagai pegawai swasta (3.8%) serta PNS (1.9%). Tabel 15 menyajikan sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan Desa Kota Jenis Pekerjaan Suami Contoh Suami Contoh n % n % n % n % Sudah meninggal/bercerai TNI/POLRI PNS Pegawai swasta Perdagangan/jasa Petani/buruh tani IRT Pensiunan Total Suami contoh sebagian besar bekerja di bidang perdagangan/jasa untuk di desa sebesar 84.9%, sedangkan di desa sebesar 67.9%. Pada pekerjaan suami terdapat golongan pekerjaan suami yang sudah meninggal/bercerai. Golongan ini menandakan bahwa contoh menjadi kepala keluarga, dan tidak ada pemberian nafkah untuk keluarga dari suami. Sebesar 1.9% contoh atau 1 orang contoh di desa merupakan tulang punggung keluarga, sedangkan di kota sebanyak 3.7% atau sebanyak 3 orang. Suami contoh di desa memiliki 3 golongan pekerjaan dengan proporsi yang sama (1.9%) untuk pekerjaan sebagai PNS, pegawai swasta, serta petani, lainnya (7.5%) sebagai buruh tani. Sebaran

8 39 pekerjaan suami contoh di kota lainnya adalah PNS (9.4%), pegawai swasta (13.2%), serta petani/buruh tani sebesar 1.9%. Informasi dari Media Massa Sumber informasi dari media informasi diperoleh dengan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai frekuensi, jenis informasi pangan dan gizi yang diperoleh serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kuesioner berisi pertanyaan tertutup dengan skor yang berlainan. Penggolongan sumber informasi yang diperoleh contoh ini adalah kurang (<50%), dan cukup ( 50%). Sebaran contoh berdasarkan informasi media massa ditampilkan pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan informasi dari media massa Perolehan Informasi Wilayah Sumber Informasi Kurang Cukup Total n % n % n % Desa Televisi Radio Koran Majalah Tabloid Internet Kota Televisi Radio Koran Majalah Tabloid Internet Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui situasi perolehan informasi contoh dari media massa lebih baik melalui televisi. Sebagian besar contoh cukup memperoleh informasi dari televisi baik di desa (45.3%), dan di kota (69.8%). Sebaran contoh yang tergolong cukup menerima informasi dari televisi di desa (45.3%) sedangkan di kota (69.8%). Contoh di desa lebih banyak memperoleh informasi dari radio dan koran yaitu sebesar 9.4%. Sebaran contoh di kota lebih beragam untuk jenis media massa yang digunakan. Contoh yang mendapat informasi dari majalah (17.0%) lebih besar dibandingkan dengan radio dan tabloid (13.2%), serta koran (11.3%). Internet belum menjadi media massa yang menarik untuk ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh kemampuan mengakses yang sulit, serta tingkat kesibukan yang tinggi dengan urusan rumah tangga. Selain itu, kebanyakan ibu rumah tangga memang belum bisa menggunakan fasilitas internet. Penelitian Firna (2008) juga menunjukkan bahwa contoh paling banyak memperoleh informasi mengenai pangan sumber kafein yang mereka konsumsi dari TV, kemudian diikuti koran/majalah.

9 40 Preferensi Pangan Masyarakat Preferensi Pangan Masyarakat Berdasarkan Wilayah Kelompok padi-padian meliputi beras, jagung, mie, roti, biskuit, dan bihun. Contoh di desa menyatakan suka terhadap beras (96.2%), jagung (90.6%), mie (94.3%), roti (92.5%), biskuit (96.2%), serta bihun (90.6%). Sama halnya dengan di wilayah desa, di kota sebagian besar menyukai semua jenis pangan yang terdapat dalam kelompok padi-padian ini. Contoh di kota yang menyukai beras (92.5%), jagung (77.4%), mie (73.6%), roti (86.8%), biskuit (83.0%), serta bihun (77.4%). Preferensi pangan masyarakat Kabupaten Bogor dari kelompok padipadian menyatakan bahwa pangan yang paling disukai adalah beras. Pangan yang disukai setelah beras adalah roti, biskuit, jagung, mie, dan terakhir bihun. Alasan contoh menyatakan sikap kesukaan terhadap beras sebagian besar karena kebiasaan, sedangkan untuk jenis pangan lainnya disebabkan karena faktor pangan itu sendiri. Hasil uji korelasi dengan menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p=0.007) antara mie dengan kedua tipe wilayah. Contoh di desa lebih menyukai mie dibandingkan dengan contoh di kota. Contoh di desa lebih menyukai mie disebabkan oleh faktor pangan yang terdiri dari rasa serta kemudahan pengolahan, sedangkan contoh di kota yang tidak menyukai disebabkan oleh faktor pangan yaitu kandungan gizi pangan dan kesehatan. Tabel 17 Sebaran preferensi pangan kelompok padi-padian berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan (%) Alasan Tipe* % Desa Beras Jagung Mie Roti Biskuit Bihun Kota Beras Jagung Mie Roti Biskuit Bihun Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota) Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa preferensi pangan masyarakat Kabupaten Bogor sebagian besar menyatakan suka terhadap semua jenis

10 41 pangan di kelompok padi-padian, maka jenis pangan lainnya bisa digunakan sebagai pangan alternatif non-beras. Pangan lokal yang dapat digunakan tersebut antara lain jagung. Menurut Muchtadi (2008) diversifikasi pangan pokok sebagai pangan alternatif selain beras difokuskan kepada jagung dan singkong. Berdasarkan tabel 17 juga dapat diketahui bahwa preferensi pangan masyarakat Kabupaten Bogor menyatakan suka terhadap jagung, sehingga jagung bisa digunakan sebagai pangan alternatif untuk diversifikasi pangan pokok selain beras. Pemilihan jagung sebagai pangan alternatif non-beras karena pangan lainnya merupakan pangan olahan dari terigu (mie, roti, biskuit) serta olahan beras (bihun). Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa pada kelompok umbi-umbian sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap semua jenis pangan kecuali gaplek di wilayah kota dan gaplek serta talas untuk wilayah desa. Semua contoh di desa (100%) menyukai ubi jalar, dan sebagian besar menyatakan suka terhadap singkong (96.2%), kentang (90.6%), talas dan sagu (83%). Contoh di daerah desa hanya 52.8% yang menyatakan suka terhadap gaplek, lainnya menyatakan tidak suka. Sebagian besar contoh di kota menyatakan suka terhadap singkong (96.2%), ubi jalar (100%), kentang (86.8%), dan sagu (75.5%), sedangkan untuk talas (56.6%), dan gaplek (58.5%). Contoh yang menyatakan tidak suka terhadap talas (39.6%), dan untuk gaplek (41.5%). Tabel 18 Sebaran preferensi pangan kelompok umbi-umbian berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan (%) Alasan Tipe* % Desa Singkong Ubi jalar Kentang Talas Sagu Gaplek Kota Singkong Ubi jalar Kentang Talas Sagu Gaplek Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota) Alasan contoh menyatakan preferensinya terhadap pangan kelompok umbi-umbian sebagian besar disebabkan karena pangan itu sendiri. Preferensi

11 42 Pangan Masyarakat Kabupaten Bogor menyatakan bahwa jenis pangan yang paling disukai adalah ubi jalar, diikuti oleh kentang, singkong, sagu, serta talas dan gaplek. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara preferensi singkong (p=0.036), ubi jalar (p=0.020), dan talas (p=0.08) dengan tipe wilayah. Contoh di desa lebih menyukai singkong, ubi jalar serta talas dibandingkan dengan contoh di kota. Hal ini diduga disebabkan karena pangan umbi-umbian dianggap pangan tidak elit, sehingga contoh di kota lebih sedikit yang menyatakan suka terhadap pangan tersebut. Kelompok umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat selain kelompok padi-padian, sehingga berdasarkan preferensi masyarakat Kabupaten Bogor tersebut, kelompok umbi-umbian bisa digunakan sebagai salah satu kelompok pangan alternatif dalam diversifikasi pangan. Pangan yang berpotensi dijadikan sebagai pangan alternatif non-beras adalah ubi jalar, singkong, dan talas. Sebagian besar contoh di desa maupun kota berdasarkan tabel 19 menyatakan suka terhadap kelompok pangan daging, kecuali untuk daging kambing bagi contoh di desa. Sebagian besar contoh di wilayah desa menyatakan suka terhadap daging sapi dan kerbau (92.5%), daging ayam (96.2%), sedangkan contoh yang menyatakan tidak suka terhadap kambing (45.3%). Contoh di wilayah kota sebagian besar suka terhadap daging sapi (92.5%), daging kerbau (90.6%), daging kambing (71.7%), dan daging ayam (98.1%). Telur ayam dan telur bebek juga disukai oleh sebagian besar contoh di desa maupun di kota. Telur ayam disukai contoh di desa (98.1%), sedangkan di kota (90.6%). Lebih dari setengah contoh di kota menyukai telur bebek (69.8%), sedangkan di daerah desa (79.2%). Berdasarkan tabel 19 preferensi sebagian besar contoh terhadap ikan, udang, dan kerang menyatakan suka. Sebagian besar contoh di wilayah desa menyukai ikan segar (84.9%), udang (71.7%), ikan asin (77.4%), serta ikan pindang (88.7%). Lebih dari setengah contoh menyukai kerang (58.5%). Preferensi contoh di kota, sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap ikan segar (83%), udang (64.2%), kerang (62.3%), serta ikan pindang (73.6%). Ikan asin hanya disukai lebih dari setengah contoh di kota (58.5%). Preferensi masyarakat Kabupaten Bogor sendiri sebagian besar menyatakan suka terhadap ikan baik ikan segar, ikan asin, serta ikan pindang. Hal ini dapat diupayakan sebagai salah satu pangan alternatif demi tercapainya pangan yang bergizi, beragam, dan berimbang.

12 43 Sebagian besar contoh di desa (83%) dan kota (81.1%) menyatakan menyukai susu manis. Kurang dari setengah contoh di desa menyatakan suka terhadap susu segar dan susu bubuk (49.1%), dan tidak suka terhadap susu segar (47.2%), serta susu bubuk (49%). Preferensi pangan masyarakat terhadap kelompok pangan hewani ini sebagian besar disebabkan oleh faktor pangan yaitu rasa, sedangkan untuk susu disebabkan oleh aroma. Alasan preferensi susu segar selain dipengaruhi oleh faktor pangan juga dipengaruhi belum pernah mencoba (28.3%) susu tersebut, khususnya di desa. Selain itu, preferensi terhadap kerang juga disebabkan oleh belum pernahnya contoh mencoba kerang (20.8%). Tabel 19 Sebaran preferensi pangan kelompok pangan hewani berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan Alasan Tipe* % Desa Daging sapi Daging kerbau Daging kambing Daging ayam Telur ayam Telur bebek Ikan segar Udang Kerang Ikan asin Ikan pindang Susu segar Susu manis Susu bubuk Kota Daging sapi Daging kerbau Daging kambing Daging ayam Telur ayam Telur bebek Ikan segar Udang Kerang Ikan asin Ikan pindang Susu segar Susu manis Susu bubuk Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota) Preferensi pangan masyarakat Kabupaten Bogor selain jenis pangan daging adalah ikan termasuk ikan segar, ikan pindang, dan ikan asin. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara preferensi contoh

13 44 terhadap pangan hewani contoh dengan tipe wilayah. Contoh di kota dan di desa sama-sama menyukai pangan hewani. Tabel 20 Sebaran preferensi pangan kelompok minyak dan lemak berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan Alasan Tipe* % Desa Minyak goreng Margarin Kota Minyak goreng Margarin Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota) Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik di desa (56.6%) maupun di kota (98.1%) tidak menyukai minyak goreng. Lain halnya dengan margarin, sebagian besar contoh di desa menyatakan suka terhadap margarin (90.6). Contoh di kota juga menyukai margarin (92.5%). Alasan contoh tidak menyukai minyak goreng di desa adalah karena pangan itu sendiri, dalam hal ini adalah rasanya, sedangkan untuk contoh di kota, cenderung takut untuk mencoba, karena sudah mengira rasa minyak goreng ini tidak enak. Margarin disukai karena alasan pangan yaitu rasa. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa kesukaan contoh terhadap minyak goreng (p=0.000) memiliki hubungan yang signifikan dengan tipe wilayah. Contoh di desa lebih menyukai minyak goreng dibandingkan dengan contoh di kota. Hal ini disebabkan oleh penekanan minyak goreng sebagai bahan primer bukan sebagai fungsi untuk pengolahan, sehingga contoh tetap menggunakan minyak goreng dalam pengolahan sehari-hari. Sebaran preferensi pangan kelompok minyak dan lemak ditampilkan pada Tabel 20. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh di desa menyukai kelapa (94.3%), kemiri (98.1%), coklat (83.0%). Lebih dari setengah contoh menyatakan tidak suka terhadap kenari (54.7%), sama dengan di wilayah kota. Contoh di kota menyatakan suka terhadap kelapa (90.6%), kemiri (92.5%), dan coklat (64.2%). Contoh di kota (30.2%) menyatakan sangat suka terhadap coklat. Alasan utama contoh tidak menyukai kenari adalah belum pernah mencoba serta tidak mengetahui bentuk kenari. Selain itu, contoh di desa menyukai coklat karena terbiasa. Alasan contoh di desa dan kota menyukai kelapa, kemiri, dan coklat secara umum adalah faktor pangan yaitu rasa dan

14 45 pengolahan. Uji korelasi dengan Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan terhadap coklat dengan tipe wilayah (p=0.032). Contoh di desa lebih banyak yang menyukai coklat dibandingkan dengan contoh di kota. Hal ini disebabkan contoh di kota lebih banyak yang memperhatikan mengenai body image. Coklat yang digunakan pada kuesioner PPM ini merupakan coklat pada umumnya baik yang berbentuk bubuk, maupun batangan. Selain itu, coklat sudah mudah diperoleh. Tabel 21 Sebaran preferensi pangan kelompok buah/biji berminyak berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Preferensi Pangan Alasan Pangan Tipe* % Desa Kelapa Kemiri Kenari Coklat Kota Kelapa Kemiri Kenari Coklat Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota) Sebagian besar contoh baik di desa maupun kota menyatakan suka terhadap semua jenis pangan yang termasuk kelompok kacang-kacangan. Semua contoh (100%) di desa menyukai kacang tanah dan tahu, diikuti oleh kacang kedelai (90.6%), kacang hijau, tempe, dan kecap (98.1%), tauco (88.7%) serta emping (90.6%). Sebagian besar contoh di kota menyatakan suka terhadap kacang tanah (94.3%), kacang kedelai (79.2%), kacang hijau (92.5%), tahu (90.6%), dan tempe (88.7%). Demikian juga dengan jenis pangan lain, contoh di kota menyukai oncom (83%), tauco (90.6%), kecap dan emping (92.5%). Alasan contoh menyukai semua jenis pangan yang terdapat dalam kelompok kacang-kacangan ini adalah faktor pangan, termasuk rasa dan pengolahannya. Hasil uji korelasi dengan Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara preferensi tahu (p=0.022) dan tempe (p=0.037) dengan tipe wilayah. Contoh di desa lebih menyukai tahu dan tempe dibandingkan dengan contoh di kota.

15 46 Tabel 22 Sebaran preferensi pangan kelompok kacang-kacangan berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan Alasan Tipe* % Desa Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau Tahu Tempe Oncom Tauco Kecap Emping Kota Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau Tahu Tempe Oncom Tauco Kecap Emping Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota) Kacang hijau, tahu, dan tempe bisa digunakan sebagai pangan sumber protein nabati. Preferensi pangan contoh sebagian besar menyatakan suka terhadap pangan tersebut, sehingga pangan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu upaya pencapaian gizi seimbang. Konsumsi pangan sumber kacangkacangan juga belum mencapai ideal, sehingga masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik di desa maupun di kota menyatakan suka terhadap semua jenis pangan yang terdapat dalam kelompok gula. Sebagian besar contoh di desa menyukai gula pasir (96.2%), gula merah (98.1%), sirup (94.3%), serta minuman jadi (86.3%). Tabel 23 Sebaran preferensi pangan kelompok gula berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan Alasan Tipe* % Desa Gula pasir Gula merah Sirup Minuman Kota Gula pasir Gula merah Sirup Minuman Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota)

16 47 Demikian juga dengan contoh di kota, sebagian besar contoh menyukai gula pasir (94.3%), gula merah (92.5%), sirup (88.7%), dan minuman jadi (81.1%). Sebagian besar contoh di desa dan kota menyukai jenis pangan dalam kelompok gula disebabkan oleh faktor pangan yaitu rasa dan praktis dalam konsumsinya. Hasil Chi Square menunjukkan bahwa gula pasir, gula merah, sirup, dan minuman jadi tidak memiliki hubungan yang signifikan (p>0.05) dengan tipe wilayah. Selanjutnya, preferensi pangan masyarakat untuk kelompok sayur dan buah. Berdasarkan Tabel 24 contoh di desa dan kota sebagian besar menyukai semua jenis pangan yang terdapat dalam kelompok sayur dan buah. Preferensi contoh di desa sebagian besar menyukai sayuran daun hijau (94.3%), kacang panjang (96.2%), buncis dan wortel (96.2%). Selain itu, sebagian besar contoh juga menyukai pisang (94.3%), jambu biji (98.1%), mangga (96.2%), serta nangka (88.7%). Demikian juga dengan contoh di kota, sebagian besar contoh menyukai sayuran daun hijau (90.6%), kacang panjang (92.5%), buncis (79.2%), dan wortel (88.7%). Sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap pisang (94.3%), pepaya dan jambu biji (88.7%), mangga (77.4%), serta nangka (73.6%). Tabel 24 Sebaran preferensi pangan kelompok sayur dan buah berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan Alasan Tipe* % Desa Daun hijau Kacang panjang Buncis Wortel Pisang Pepaya Jambu biji Mangga Nangka Kota Kacang panjang Kcg pnjg Buncis Wortel Pisang Pepaya Jambu biji Mangga Nangka Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota) Berdasarkan hasil uji hubungan dengan Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara preferensi buncis (p=0.027) dan mangga

17 48 (p=0.016) dengan tipe wilayah. Contoh di desa lebih menyukai buncis dan mangga dibandingkan dengan contoh di kota. Hal ini disebabkan oleh alasan utama contoh di desa dan kota menyukai sayur dan buah adalah faktor pangan, yaitu rasa buncis dan mangga. Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa preferensi masyarakat Kabupaten Bogor terhadap sayuran menyatakan bahwa jenis sayur yang paling disukai adalah sayuran daun hijau, diikuti oleh kacang panjang. Selain itu, buah yang paling disukai baik di desa maupun di kota adalah pisang dan jambu biji. Kesukaan masyarakat yang tinggi terhadap sayur dan buah merupakan investasi untuk memperbaiki prevalensi kurang makan buah dan sayur. Tabel 25 menyajikan data mengenai sebaran preferensi pangan kelompok lain-lain berdasarkan wilayah. Sebagian besar contoh menyukai teh baik di desa (94.3%) maupun di kota (88.7%). Sama halnya dengan bumbu, seluruh contoh (100%) menyukai bumbu untuk digunakan sebagai bahan masakan. Preferensi contoh terhadap kopi beragam mulai dari sangat tidak suka hingga sangat suka. Kopi disukai oleh 58.5% contoh di desa dan 43.4% contoh di kota. Preferensi terhadap kopi, lebih banyak contoh yang menyukai dibandingkan yang tidak menyukai. Kopi disukai oleh contoh juga disebabkan oleh faktor pangan baik di desa (69.8%) maupun di kota (47.1%), sedangkan contoh yang tidak menyukai kopi disebabkan oleh faktor kesehatan. Hasil uji Chi- Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang siginifikan antara preferensi teh, kopi, serta bumbu dengan wilayah tempat tinggal contoh. Contoh di desa maupun di kota tetap menyukai teh, kopi, serta bumbu. Hal ini disebabkan oleh alasan utama preferensi contoh adalah faktor pangan (rasa). Tabel 25 Sebaran preferensi pangan kelompok lain-lain berdasarkan wilayah Wilayah Jenis Pangan Preferensi Pangan Alasan Tipe* % Desa Teh Kopi Bumbu Kota Teh Kopi Bumbu Keterangan: Preferensi: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Alasan: 0 : Belum pernah 1 : Ekonomi 2 : Pangan 3 : Kebiasaan 4 : Kesehatan 5 : Psikologis Proporsi contoh didasarkan pada N=106 (53 untuk desa dan 53 untuk kota)

18 49 Preferensi Pangan Masyarakat Berdasarkan Karakteristik Individu Menurut Adnyana (2005) salah satu dimensi pokok diversifikasi pangan yaitu keragaman pola konsumsi dimana terdapat keanekaragaman bahan pangan yang dikonsumsi sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang bermutu dan seimbang (kandungan karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin). Selain itu, pengelompokan ini merupakan modifikasi dari Pedoman Metode Pemantauan dan Analisis Preferensi Pangan Masyarakat, dimana pengelompokan untuk sayur-sayuran dan buah-buahan diubah menjadi sumber vitamin dan mineral. Sumber karbohidrat diambil dari kelompok padi-padian yaitu jagung, serta kelompok umbi-umbian yang terdiri dari ubi jalar, singkong, serta talas. Pangan sumber protein hewani yaitu ikan, terdiri dari ikan segar, ikan asin, dan ikan pindang, sedangkan sumber protein nabati meliputi kacang hijau, tahu, dan tempe. Sumber vitamin dan mineral terdiri dari sayur-sayuran meliputi sayuran daun hijau serta kacang panjang, serta buah-buahan yang digunakan adalah pisang dan jambu biji. Pangan sumber lemak tidak dicantumkan disebabkan oleh tidak adanya produksi pangan sumber lemak di Kabupaten Bogor. Pendidikan Terakhir Preferensi pangan sumber karbohidrat contoh dihubungkan dengan pendidikan terakhir contoh. Berdasarkan Tabel 26, diketahui bahwa jagung dan ubi jalar disukai oleh sebagian besar contoh dengan pendidikan terakhir mulai dari tidak atau belum tamat SD hingga Diploma III. Contoh dengan pendidikan terakhir Diploma III menyatakan suka terhadap jagung dan ubi jalar (100%). Sebagian besar contoh tidak atau belum tamat SD menyatakan suka dan sangat menyukai jagung (100%). Pada contoh SD/setara, SMP/setara, SMA/setara, Diploma I/II terdapat beberapa yang menyatakan tidak suka dan biasa terhadap jagung dan ubi jalar, akan tetapi proporsi terbesar tetap pada contoh yang menyukai jagung dan ubi jalar. Sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap singkong. Semua contoh dengan pendidikan terakhir Diploma III menyukai singkong. Pada contoh dengan pendidikan terakhir SMP/setara, terdapat contoh yang menyatakan tidak suka terhadap singkong (12.5%), sedangkan untuk contoh SD/setara serta Diploma III menyatakan biasa dan suka terhadap singkong. Beberapa contoh lainnya menyatakan suka dan sangat suka terhadap singkong.

19 50 Tabel 26 Jenis Pangan Jagung Singkong Ubi jalar Talas Sebaran preferensi pangan sumber karbohidrat berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir Preferensi Pangan (%) Total n % n % n % n % n % n % Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Keterangan: p-value: * : signifikan pada level 0.05; **: signifikan pada level 0.01 p-value (r-value) (-0.167) (0.030) (0.014) 0.001** (-0.318) Berdasarkan hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara pendidikan terakhir contoh dengan preferensinya terhadap jagung, ubi jalar, serta singkong. Hal ini mengindikasikan preferensi pangan terhadap jagung, ubi jalar serta singkong tidak berubah seiring dengan meningkatnya pendidikan terakhir contoh, sehingga dengan pendidikan terakhir apapun, jagung, ubi jalar dan singkong tetap disukai. Ini diduga disebabkan faktor rasa pangan dari jagung, ubi jalar serta singkong yang enak, sehingga sebagian besar contoh tetap menyukainya walaupun berbeda pendidikan terakhirnya. Talas disukai oleh seluruh contoh dengan pendidikan terakhir tidak/belum tamat SD dengan Diploma III. Sebagian besar contoh menyukai talas untuk contoh SD/setara (72.7%), SMP/setara (58.3%), serta Diploma I/II (66.7%), tetapi

20 51 semakin tinggi pendidikan contoh secara umum semakin meningkat proporsi contoh yang tidak menyukai talas. Hasil uji korelasi dengan menggunakan Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif lemah antara pendidikan contoh dengan preferensi terhadap talas (p<0.01;r=-0.318). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan terakhir contoh maka talas semakin tidak disukai. Sebagian besar contoh menyatakan tidak menyukai talas disebabkan oleh faktor pangan yaitu rasa serta kesulitan dalam pengolahan, sehingga seringkali menyebabkan gatal. Tabel 26 menyajikan sebaran preferensi pangan contoh untuk pangan sumber protein hewani dan nabati. Sebagian besar contoh menyukai ikan segar, kacang hijau, tempe, dan tahu untuk semua contoh berpendidikan tidak/belum tamat SD, SD/setara, SMP/setara, SMA/setara, Diploma I/II/III, serta Perguruan Tinggi. Ikan segar disukai oleh semua contoh dengan pendidikan terakhir Diploma I/II serta Diploma III. Beberapa contoh tidak suka terhadap ikan segar, tetapi proporsi contoh yang menyukai ikan segar lebih besar. Preferensi kacang hijau seluruhnya menyukai kacang hijau untuk pendidikan contoh dengan tidak/belum tamat SD, Diploma I/II, serta Diploma III. Sebaran preferensi pangan untuk kacang hijau tersebar pada sikap suka dan sangat suka, kecuali contoh SMP/setara terdapat contoh yang tidak menyukai kacang hijau (4.2%). Seluruh contoh menyatakan suka terhadap tahu untuk contoh yang tidak/belum tamat SD, SMA/setara, Diploma I/II, serta Diploma III, sedangkan untuk tempe disukai oleh seluruh contoh SMA/setara, serta Diploma III. Sebaran contoh untuk preferensi tahu tersebar pada suka dan sangat suka, sedangkan untuk tempe terdapat contoh SD/setara (1.8%) yang menyatakan biasa, sedangkan lainnya menyatakan suka dan sangat suka. Sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap ikan asin dan ikan pindang, tetapi sebagian dari contoh juga menyatakan tidak suka. Seluruh contoh yang belum/tidak tamat SD menyukai ikan pindang, sedangkan untuk ikan asin lebih beragam mulai dari biasa, suka, dan sangat suka. Sebanyak setengah dari contoh Diploma III tidak menyukai ikan asin. Contoh dengan pendidikan terakhir Diploma I/II menyatakan sangat tidak suka (33.3%) terhadap ikan asin, begitu pula dengan ikan pindang contoh menyatakan sangat tidak suka (33.3%), dan tidak suka (33.3%).

21 52 Tabel 27 Jenis Pangan Ikan segar Ikan asin Ikan pindang Kacang hijau Tahu Tempe Sebaran preferensi pangan sumber protein hewani dan nabati berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir Preferensi Pangan (%) Total n % n % n % n % n % n % Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Keterangan: p-value: * : signifikan pada level 0.05; **: signifikan pada level 0.01 p-value (r-value) (-0.041) (-0.138) 0.002** (-0.301) Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif lemah antara pendidikan terakhir contoh dengan preferensi ikan pindang (p<0.01;r=-0.301). Semakin tinggi pendidikan terakhir contoh maka ikan pindang semakin tidak disukai. Lain halnya dengan ikan segar, ikan asin, kacang hijau,

22 53 tahu, serta tempe. Sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap pangan tersebut apapun pendidikan terakhirnya. Hal ini diduga disebabkan semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan gizinya juga semakin meningkat. Contoh dengan pendidikan tinggi menganggap ikan pindang kurang aman dikonsumsi karena tidak jelas proses pengolahan sebelum dipasarkan. Tabel 28 menyajikan hubungan preferensi pangan sumber vitamin dan mineral dengan pendidikan terakhir. Tabel 28 Sebaran preferensi pangan sumber vitamin dan mineral berdasarkan pendidikan terakhir Jenis Pangan Sayur daun hijau Kacang panjang Pisang Jambu biji Pendidikan Terakhir Preferensi Pangan (%) Total n % n % n % n % n % n % Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Tidak/belum tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma I/II Diploma III Perguruan Tinggi Keterangan: p-value: * : signifikan pada level 0.05; **: signifikan pada level 0.01 p-value (r-value) (-0.130) (-0.077) (-0.071) (-0.181) Sama halnya dengan preferensi sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, sebagian besar contoh menyukai sayur daun hijau, kacang panjang, pisang, dan jambu biji. Seluruh contoh dengan pendidikan terakhir Diploma III menyatakan suka terhadap sayur daun hijau, kacang panjang, pisang, dan jambu biji. Selain itu, seluruh contoh Diploma I/II menyatakan suka terhadap sayur daun hijau, kacang panjang, dan pisang. Contoh menyebar pada tidak suka dan suka

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan: 23 KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Suhardjo (1989), latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi berdasarkan konteks dua karakteristik

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

Imelda Wynalda* dan Rakhmad Hidayat PS Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Jl.Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak 78124

Imelda Wynalda* dan Rakhmad Hidayat PS Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Jl.Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak 78124 Media Ilmiah Teknologi Pangan (Scientific Journal of Food Technology) Vol. 4, No.1, 10-23, Maret 2017 ISSN : 2407-3814 (print) ISSN : 2477-2739 (ejournal) Pre Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Desa Ciparigi Wilayah Desa Ciparigi menurut data umum dan geografis merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukadana, yang berbatasan dengan Kecamatan Cisaga dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI PANGAN MASYARAKAT DAN DAYA DUKUNG GIZI MENUJU PENCAPAIAN DIVERSIFIKASI PANGAN KABUPATEN BOGOR IRA KUSUMA WIDYAWATI

ANALISIS PREFERENSI PANGAN MASYARAKAT DAN DAYA DUKUNG GIZI MENUJU PENCAPAIAN DIVERSIFIKASI PANGAN KABUPATEN BOGOR IRA KUSUMA WIDYAWATI ANALISIS PREFERENSI PANGAN MASYARAKAT DAN DAYA DUKUNG GIZI MENUJU PENCAPAIAN DIVERSIFIKASI PANGAN KABUPATEN BOGOR IRA KUSUMA WIDYAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Analisis Kebutuhan Pangan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU 1) Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Saff Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN MELALUI KONSEP RUMAH PANGAN LESTARI BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN 1. Nama ibu : 2. Usia : 3. Pendidikan terakhir : 4. Pekerjaan : a. Bekerja b. Tidak Bekerja 5. Penghasilan keluarga : a.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Gizi di Daerah Dataran Tinggi dan Pantai

Ketahanan Pangan dan Gizi di Daerah Dataran Tinggi dan Pantai Ketahanan Pangan dan Gizi di Daerah Dataran Tinggi dan Pantai Dadang Sukandar a, Ali Khomsan b, Hadi Riyadi c, Faisal Anwar d dan Eddy S Mudjajanto e Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK LAMPIRAN 1 Kode Responden - A Sekolah Kelas No UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK Assalammualaikum

Lebih terperinci

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Masalah... 1 2.2 Rumusan Masalah... 3 2.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 05 /01/32/Th. XVII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/06/3327/2014. 5 Juni 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Mei 2014 Inflasi 0,04 persen Pada, Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Instrument / Angket Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI TERHADAP POLA KONSUMSI SISWA Petunjuk pengerjaan: Para siswa yang terhormat, dengan kerendahan hati dimohon keihklasan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/05/72/Th. XII, 01 Mei 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan 2009 di Kota Palu terjadi deflasi sebesar -0,85 persen, dengan indeks dari 116,45 pada Maret 2009 menjadi 115,46

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/09/3327/2014. 5 September 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Agustus 2014 Inflasi 0,43 persen Pada, Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/04/3327/2014. 5 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Maret 2014 Inflasi 0,21 persen Pada, Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/01/3327/2015. 5 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Desember 2014 Inflasi 1,92 persen Pada, Kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan 16 INOVASI, Volume XVIII, mor 2, Juli 2016 Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Diah Tri Hermawati dan Dwi Prasetyo Email : diah_triuwks@yahoo.co.id

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BOKS Perbatasan Kalimantan Barat Masih Perlu Perhatian Pemerintah Pusat Dan daerah

BOKS Perbatasan Kalimantan Barat Masih Perlu Perhatian Pemerintah Pusat Dan daerah BOKS Perbatasan Kalimantan Barat Masih Perlu Perhatian Pemerintah Pusat Dan daerah Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia) dengan

Lebih terperinci

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini. NO. RESP A. KUESTIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Perkenalkan nama saya Intan Fermia P, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,. Kakak sedang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014 56 Lampiran I KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014 Identitas Keluarga 1. Nama : 2. Pendidikan :

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

POLA MAKAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

POLA MAKAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA BAB II POLA MAKAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.1 Pola Makan Sehat Sesuai Gizi Seimbang Gizi berasal dari bahasa Arab Al-Gizal yang artinya makanan dan manfaatnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN PEMALANG

BPS KABUPATEN PEMALANG BPS KABUPATEN PEMALANG No. 01/02/3327/Th.IV, 15 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI PEMALANG BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,48 PERSEN Pada di Pemalang terjadi inflasi sebesar 0,48

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/08/3327/2014. 5 Agustus 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Juli 2014 Inflasi 0,77 persen Pada, Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/05/3327/2014. 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan April 2014 Deflasi 0,24 persen Pada, Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Keadaan umum Secara keseluruhan kelompok tani hutan kemayarakatan di Kabupaten Lampung Barat berjumlah 31 kelompok yang terdiri dari 5 kelompok telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci