Gambar 1.1 Lokasi Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Sumber: Google Earth, 2017 (Data telah diolah)
|
|
- Devi Kartawijaya
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM) adalah lokasi pemusatan kegiatan industri kecil dan industri menengah yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis dan atau mengerjakan proses produksi yang sama, dilengkapi sarana dan prasarana penunjang yang dirancang berbasis pada pengembangan potensi sumber daya daerah, serta dikelola oleh suatu pengurus professional (kemenperin, 2017). Kota Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki kecenderungan perkembangan ke arah kota metropolitan seperti halnya Jakarta. Kota Bandung dibandingkan dengan kota-kota lainnya banyak memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota. Salah satunya adalah kawasan Cibaduyut yang dikenal sebagai kawasan sentra industri kerajinan sepatu. Sentra industri Cibaduyut awal mula berdiri sekitar tahun 1920 yang berlokasi di selatan kota Bandung lebih tepatnya pada Jalan Raya Cibaduyut (wisatabdg, 2017). Gambar 1.1 Lokasi Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Sumber: Google Earth, 2017 (Data telah diolah) 1
2 Sebelum penjajahan jepang tahun 1940 telah berkembang sejumlah pengrajin sepatu di Cibaduyut sebanyak 89 orang. Bahkan, setelah negara Indonesia merdeka pada tahun 1950-an jumlah unit usaha alas kaki berkembang menjadi 250 unit usaha. Dengan jumlah unit usaha yang besar inilah daerah Cibaduyut mulai dikenal sebagai sentra produksi alas kaki (wisatabdg, 2017). Pada Sentra Industri Cibaduyut terdapat berbagai macam pelaku usaha yang berjalan, umumnya usaha yang mendominasi di Sentra Cibaduyut yaitu pengrajin sepatu dan alas kaki. Sampai tahun 2015, terdapat 374 unit usaha yang dijalankan yang telah terdaftar di dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dapat dilihat pada penjelasan berikut pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Sentra Industri Cibaduyut Tahun 2015 Komoditi Jumlah Alas Kaki 143 Dompet 14 Sandal 64 Sandal & Sepatu 23 Sepatu 118 Tas 12 Total 374 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada tabel jumlah unit usaha Sentra Industri Cibaduyut, unit usaha yang mendominasi Sentra Cibaduyut yaitu pengrajin sepatu dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 118, pengrajin alas kaki dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 143, dan pengrajin sandal sebanyak 64 pelaku usaha. Selain pengrajin alas kaki, sepatu, dan sandal, terdapat pengrajin dompet dan tas yang menjalankan usaha pada Sentra Industri Cibaduyut. 2
3 Tabel 1.2 Omset Pelaku Usaha Sentra Industri Cibaduyut Tahun 2015 Omset (Rp) Jumlah Persen ,83% ,25% ,96% ,74% ,07% ,28% % ,8% % ,27% ,8% Total % Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut, rata rata pelaku usaha tersebut mendapatkan omset di tahun 2015 pada kisaran Rp Rp dan Rp Rp dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 235 dan 57 pelaku usaha atau sebesar 78.08% dari total jumlah pelaku usaha sebanyak 374. Hanya sedikit pelaku usaha yang mendapatkan omset pada tahun 2015 lebih besar dari Rp yaitu hanya sebanyak 7 pelaku usaha atau sebesar 1.87% dari total jumlah pelaku usaha sebanyak Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri sepatu mempunyai peranan cukup penting di sektor penambahan ekonomi, yang mana industri sepatu di Indonesia telah bertransformasi menjadi produsen sepatu dalam skala besar, sekaligus mampu memproduksi sepatu 3
4 berstandar nasional dengan jumlah perusahaan di Indonesia lebih kurang mencapai 388 perusahaan sepatu. Industri sepatu ataupun aksesoris dari kulit merupakan industri yang menjanjikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, karena industri ini adalah salah satu industri yang menjadi produk unggulan handmade Indonesia. Industri sepatu dan aksesoris kulit merupakan sektor dengan pertumbuhan produk domestic bruto paling maju pada awal 2016 (citraindonesia, 2017). Industri sepatu Indonesia masuk kedalam 10 besar ke empat dunia. Sehingga pemerintah juga tengah fokus terhadap industri yang terus berkembang tersebut. Menurut Menteri Perindustrian, 49,62 persen industri alas kaki atau industri sepatu berasal dari Jawa Barat, seperti Bogor, Tasikmalaya, dan Bandung. Perhatian utama pemerintah adalah bagaimana mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai kualitas dan akses bahan baku, termasuk mendorong akses permodalan, salah satunya melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Beberapa program yang digencarkan mulai dari pelatihan, akses terhadap desain dan peralatan, serta kemampuan untuk pengembangan usaha (republika, 2017). UMKM memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia saja tetapi di negara-negara maju, sehingga hal ini dapat membantu Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UMKM. Walaupun kecil dalam skala jumlah pekerja, omzet, dan asset, namun jika jumlahnya cukup luas maka peranan UMKM sangat penting dalam menunjang perekonomian negara. UMKM di Indonesia berperan dalam pertumbuhan pembangunan dan ekonomi, serta berperan dalam mengatasi masalah pengangguran. Perkembangan UMKM mejadikan sumber pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan. Dengan banyak menyerap tenaga kerja, UMKM punya peran strategis dalam upaya membantu pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia (tissorindonesia, 2017). 4
5 Tabel 1.3 Perkembangan UMKM di Indonesia Periode Tahun No. Indikator Satuan Jumlah UMKM Unit Pertumbuhan Jumlah Persen UMKM 3 Jumlah Tenaga Orang Kerja UMKM 4 Pertumbuhan Jumlah Persen Tenaga Kerja UMKM Sumber: / diakses pada 22 Februari 2017 Bandung sebagai ibukota Jawa Barat dapat dikatakan sebagai kota UMKM. Perkembangan UMKM yang terjadi di Kota Bandung dapat menjadi contoh untuk pelaku usaha yang berada diluar daerah Kota Bandung. Bandung meraih penghargaan dari para pelaku UMKM yang dapat berkembang pesat, iklim UMKM Kota Bandung berhasil menembus pasar internasional. Selain itu Bandung membantu para pelaku usaha untuk memberikan pinjaman modal melalui kredit melati yang tanpa bunga dan tanpa agunan untuk melawan rentenir. Selain itu juga Bandung meluncurkan program GAMPIL untuk masyarakat yang ingin berwiraswasta untuk mendaftarkan usahanya lebih mudah (detik, 2017). Para pelaku usaha di Kota Bandung mulai berkembang pada tahun 2014 dengan perubahan yang terlihat jelas dibandingkan dari tahun sebelumnya. Perkembangan UMKM yang terjadi dari tahun 2012 sampai dengan 2016 dapat dilihat pada Gambar
6 Chart Title UMKM Tenaga Kerja Gambar 1.2 Perkembangan UMKM di Kota Bandung dari Tahun Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada Gambar 1.2 perkembangan UMKM di Kota Bandung dari tahun , pada tahun 2015 jumlah UMKM di kota Bandung mengalami kenaikan jumlah pelaku UMKM dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 2013 dan 2014, namun pada tahun 2016 jumlah UMKM dan tenaga kerja di kota Bandung mengalami penurunan. Jumlah pelaku usaha di sentra industri Cibaduyut pada tahun 2015 mengalami penurunan jumlah dari tahun sebelumnya 2014 yang berjumlah 577 pelaku usaha menjadi 374 pelaku usaha di tahun Selain itu, pada omset yang diperoleh oleh para pelaku usaha mengalami perubahan yang dapat dilihat pada penjelasan berikut pada Gambar
7 Gambar 1.3 Omset Sentra Industri Cibaduyut pada tahun 2014 dan 2015 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada Gambar 1.3 tentang omset yang diperoleh oleh para pelaku usaha di sentra industri Cibaduyut, pada tahun 2015 mengalami penurunan jumlah pelaku usaha yang memperoleh omset pada kisaran Rp sampai dengan Rp , yang sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 96.53% menjadi 78.08% di tahun Namun para pelaku usaha yang memperoleh omset diatas Rp mengalami penaikan jumlah yang sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 3.47% menjadi 21.92%. Hal tersebut memungkinkan para pelaku usaha yang memperoleh omset dibawah Rp ada sebagian yang tidak melanjutkan usahanya dikarenakan omset yang diperoleh tidak mencukupi, namun ada pula yang mengalami perkembangan sehingga omset yang diperoleh mengalami kenaikan. Menurut Swasta dalam Susanti (2007:10), faktor yang mempengaruhi omset penjualan ada empat. Pertama dari kondisi dan kemampuan penjual sehingga penjual 7
8 harus memahami beberapa hal yaitu jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan, harga produk dan syarat penjualan. Kedua kondisi pasar seperti jenis pasar, kelompok pembeli, daya belinya, frekuensi pembelian, dan keinginan serta kebutuhan. Lalu ada modal, dan yang terakhir dari kondisi organisasi perusahaan, pada perusahaan kecil biasanya masalah penjualan masih ditangani oleh orang yang juga melaksanakan fungsi-fungsi lain. Menurut salah satu pelaku usaha di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Bapak Asep Juhana mengatakan penurunan omset penjualan di Sentra Industri Cibaduyut dikarenakan para distributor mengikuti trend market yang dimana masyarakat umum lebih menyukai sepatu dengan merek asing yang lebih terkenal dan tidak ketinggalan zaman dibandingkan dengan produk dalam negeri dengan merek yang tidak dikenal. Dari hasil wawancara tersebut para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut memproduksi sepatu dengan model dan design sepatu yang tidak memiliki berbagai variasi lain atau dapat dikatakan kurang melakukan inovasi pada produk yang diproduksi oleh para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut sehingga siklus hidup produk yang diproduksi pendek. Permasalahan yang terjadi di Sentra Industri Cibaduyut berada pada tahapan produksi, maka perlu diteliti terdapat permasalahan yang lainnya atau tidak pada tahapan produksi selain permasalahan yang ada. Penerapan roda tiga fungsi yang menjadi dasar dalam berorganisasi perlu diperhatikan secara serius, agar terciptanya pertumbuhan kearah positif yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut. Menurut Heizer dan Render (2009:05), ketiga fungsi dasar tersebut adalah pemasaran, produksi/operasi, dan keuangan. Adapun fungsi lainnya adalah manajemen SDM, manajemen investasi, dan manajemen strategik. Dalam praktiknya tiga fungsi dasar dalam berorganisasi tersebut biasanya tidak akan terlepas dari kendala yang seharusnya dapat dicegah atau bahkan dapat ditemukan solusi dari permasalahan yang menjadi kendala-kendala tersebut. Kendala pada fungsi produksi/operasi pastinya tidak lepas dari permasalahan rantai pasok dari perusahaan yang berkembang seperti para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut. Kunci manajemen rantai pasokan yang efektif 8
9 adalah menjadikan pemasok sebagai mitra dalam strategi perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah (Heizer and Render, 2005:04). Manajemen rantai pasok yang efektif merupakan bagian yang penting dan merupakan kemampuan suatu pemilik usaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Kinerja Supply Chain dapat berkurang dengan peristiwa risiko yang terjadi dan mengganggu didalam sistem rantai pasok. Walaupun pemerintah telah berusaha melakukan program-program pemberdayaan terhadap sektor usaha UMKM, pemberdayaan berkelanjutan terhadap perkembangan UMKM oleh pemerintah sangatlah penting, terutama terhadap masalah mengatur kelancaran rantai pasok (Supply Chain Management), serta usaha-usaha yang mungkin dapat mengurangin risiko yang mungkin dihadapi oleh banyak pelaku usaha UMKM. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Sentra Industri Cibaduyut kota Bandung, maka dari itu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan diatas dengan judul Analisis Risiko Supply Chain Management (SCM) pada Usaha Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung 1.3 Perumusan Masalah Penelitian Secara umum, proses manajemen risiko rantai pasok terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko (Hallikas dan Veli-Matti, 2004; Norman dan Lindroth, 2004; dalam Ulfah et al, 2016:2). Kebanyakan risiko potensial tidak hanya dalam organisasi, tetapi juga antara anggota jaringan pasokan serta antar jaringan pasokan dan lingkungannya harus diidentifikasi. Risiko yang tidak teridentifikasi dapat menyebabkan kesalahan arah dalam proses manajemen risiko rantai pasok seperti pembuatan rencana mitigasi risiko, menimbulkan tidak tepatnya atau tidak sesuainya strategi untuk mengendalikan 9
10 risiko-risiko ini dan hal ini dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar (Ulfah et al, 2016:2). Permasalahan yang terjadi di Sentra Industri Cibaduyut ialah penurunan penjualan dari para setiap pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut yang disebabkan oleh pihak distributor yang lebih mengikuti trend market yang kebanyakan masyarakat umum lebih memilih produk luar yang tidak ketinggalan zaman. Oleh karena itu, terdapat permasalahan di dalam tahapan produksi, yang dimana para pengrajin memproduksi sepatu dengan model dan design sepatu yang tidak memiliki berbagai variasi lain atau kurang melakukan inovasi dan tidak mengikuti zaman pada produk yang diproduksi para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut sehingga siklus hidup produk yang diproduksi pendek. Maka peneliti memilih manajemen risiko rantai pasok untuk menyesuaikan risiko-risiko rantai pasok yang paling menggambarkan keadaan lapangan pada Sentra Industri Cibaduyut dari teori-teori penelitian terdahulu diberbagai industri berbeda. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung? 2. Apa risiko yang dominan pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung? 1.5 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan pertanyaan penelitian di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung. 10
11 2. Untuk mengetahui risiko yang dominan pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian Aspek Teoritis Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian di masa yang akan datang dan pengembangan ilmu pengetahuan dan keilmuan khususnya yang berhubungan dengan risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai risiko-risiko yang dapat menghambat kinerja rantai pasok sehingga para pelaku usaha dapat mengelola rantai pasok dari ancaman risiko-risiko yang dapat mengganggu kinerja para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung agar tetap bertahan dan semakin berkembang. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) yang ada pada Usaha Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan data UMKM dan Sentra Industri Kecil Menengah di Kota Bandung yang terdaftar pada Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dari tahun Sistematika Penulisan Tugas Akhir Dalam penyusunan penelitian ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan membahas mengenai Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan 11
12 Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai penelitian terdahulu dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas serta teori penunjang dalam memecahkan maslaah, sehingga terbentuk kerangka pemikiran yang akan mengantarkan pada kesimpulan penelitian. BAB III METODE PENILITIAN Dalam bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang: jenis penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menampilan hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta menjelaskan hasil analisi dari penelitian yang dilakukan serta pembahasan sesuai rumusan masalah dan tujuan dari penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini akan dijelaskan penafsiran dan pemaknaan atas hasil analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan. Bab ini pun akan merumuskan saran secara kongkrit yang merupakan masukan yang membangun bagi objek penelitian ataupun pihak-pihak terkait lainnya. 12
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memproduksi banyak ragam alas kaki. Tingkat produksi domestik diperkirakan mencapai lebih dari 135 juta pasang dengan jumlah pekerja manufaktur alas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, Pelaku usaha semakin banyak jumlahnya dan produk yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling berlomba
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik
23 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik itu industri mikro, menengah, maupun industri yang besar. Kemajuan di bidang industri
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Indonesia (Bukhari, 2011), kontribusi industri terhadap PDB Indonesia tahun 2000-2010, sektor tekstil, barang kulit dan alas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan perekonomian di Indonesia banyak didukung oleh peran dari perekonomian rakyat. Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah untuk memperbaiki keadaan negara Indonesia pada saat ini. Sektor industri merujuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra industri yaitu pusat kegiatan dari kelompok industri pada suatu lokasi/tempat tertentu yang dimana terdiri dari berbagai usaha yang sejenis.
Lebih terperinciwbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini karena usaha tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk 2.483.977 jiwa (Data BPS tahun 2013) memiliki potensi perekonomian luar biasa. Kota Bandung memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang menarik untuk dicermati dan disikapi. Usaha mikro kecil dan menengah memiliki andil dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kawasan Cigondewah merupakan salah satu kawasan pemukiman, sekaligus dikenal sebagai kawasan industri tekstil sejak tahun 1990-an, yang tumbuh seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pengembangan usaha mikro sangat relevan dan sejalan dengan arus pemikiran global yang sedang berkembang saat ini. Pembangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesa.
Lebih terperinci2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciKLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO
KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO SKRIPSI Oleh : Oleh : NURHAYATY ABDULLAH 531409033 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena UMKM mempunyai fleksibilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting dan strategis dalam menghadapi perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya
Lebih terperinciVII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat
VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena UMKM mempunyai fleksibilitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai tumpuan dalam memperoleh pendapatan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinci1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum Sentra Rajut Binong Jati Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota Bandung menyatakan Binong Jati sebagai kawasan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah, perbankan, swasta, lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering dianggap berkonotasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Industri ini telah mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Lebih terperinciTabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan kerajinan batiknya. Kerajinan batik telah secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Usaha mikro kecil menengah (UMKM) mempunyai peran yang vital dalam perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan (Kompas, 2015). Sektor
Lebih terperincimemiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki perkembangan seperti kota Jakarta. Kelebihan kota Bandung dibandingkan dengan kota-kota lainnya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia, sering dikaitkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi (kg)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 222 juta jiwa dengan laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha sedang meningkat pesat, terlihat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat besar untuk pembangunan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung
Lebih terperinci10. URUSAN KOPERASI DAN UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa Indonesia, pemerintah terus melakukan upaya percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian. Dalam perkembangannya UMKM banyak memberikan kontribusi bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam perubahan struktur perekonomian yang ditandai dengan terjadinya keseimbangan proses interaksi antara
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia banyak yang tertarik untuk terjun dalam dunia bisnis. Perkembangan zaman yang semakin modern ini membuat para pengusaha muncul dengan ide-ide
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di
Lebih terperinciBAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah
BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean China Free Trade Area (AC-FTA) yang terjadi saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan bagi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) yang naik sebesar 1,67 %. Selanjutnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), salah satu industri yang mengalami pertumbuhan produksi positif di tahun 2015 adalah industri kulit, barang dari kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh, mampu menunjukkan eksistensinya dengan tetap survive
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Solo, 26 Januari 2017 OUTLINE Latar Belakang Benchmarking Trading House di Luar Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dalam pergerakan perekonomian nasional. UMKM memiliki kontribusi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan pihak yang memiliki andil cukup besar dalam pergerakan perekonomian nasional. UMKM memiliki kontribusi dalam peningkatan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO
IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO (Studi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto) JURNAL Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor perekonomian yang sedang mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian. Untuk dapat meningkatkan sektor perindustrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia dari sejak dahulu. Hal ini semakin dirasakan ketika krisis ekonomi melanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Dengan adanya UKM tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal bulan September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut ditujukan kepada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan dan tantangan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat baik materiil maupun sprituil berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana yang baik untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Di samping mengurangi angka pengangguran, UMKM juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk. Fenomena yang menggambarkan hal ini yaitu tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan andal sebagai usaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pengembangan kreativitas sebagai usaha yang mendukung peningkatan inovasi baik untuk suatu produk maupun jasa harus senantiasa terus dilakukan. Hal ini salah satunya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinci