BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja putri yang sudah menstruasi di SMPN

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja putri yang sudah menstruasi di SMPN 8 Kota Gorontalo. SMPN 8 Kota Gorontalo berdiri pada tahun 1984/1985. Secara demografi SMPN 8 Kota Gorontalo terletak di Jl. Madura Pulubala Kecamatan Kota Tengah. Luas bangunan M 2. SMPN 8 Kota Gorontalo telah terakreditas pada tahun 2010 dengan akreditas B. SMPN 8 Kota Gorontalo mempunyai 45 tenaga pendidik dan 4 orang administrasi. Pada tahun ajaran 2012/2013 siswa yang belajar di SMPN 8 Kota Gorontalo berjumlah 819 siswa yaitu kelas VII berjumlah 303 siswa, kelas VIII berjumlah 275 siswa dan kelas IX berjumlah 241 siswa. Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, sehingga di dapatkan sampel berjumlah 146 siswi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo. Saat melakukan pengisian lembar observasi, sebelumnya peneliti memberitahukan maksud dan tujuan penelitian, selanjutnya memberikan lembar persetujuan yang disebarkan ke responden kemudian setelah responden bersedia, responden di lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan dan hasilnya langsung di kumpulkan. Penelitian ini belum pernah dilakukan di SMPN 8 Kota Gorontalo. 4.2 Hasil Karakteristik Responden Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII yang sudah mengalami menstruasi yang berjumlah 230 siswi. Yang terdiri dari kelas 38

2 39 VII berjumlah 91 siswi (62, 75 %) dan kelas VIII berjumlah 139 siswi (85,27%). Responden mempunyai karakteristik yang terdiri dari usia remaja saat ini, usia menarche, dan status gizi responden Usia Responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Remaja Putri Usia N % 12 thn 33 22,6 13 thn 73 50,0 14 thn 31 21,2 15 thn 9 6,2 Total ,0 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan data pada tabel 4.1 dari 146 reponden di dapatkan remaja putri yang berusia 12 tahun ada 33 orang (22,6%), yang berusia 13 tahun ada 73 orang (50,0%), yang berusia 14 tahun ada 31 orang (21,2%), dan yang berusia 15 tahun ada 9 orang (6,2%) Usia menarche responden Usia menarche adalah usia menstruasi yang didapatkan pertama kali pada remaja putri. Gambaran usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menarche Pada Remaja Putri Usia menarche n % , , , ,0 Total ,0 Sumber : Data Primer 2013

3 40 Berdasarkan tabel 4.2 dari 146 responden didapatkan usia menarche pada usia 10 tahun berjumlah 58 siswi (39,7%), pada usia 11 tahun berjumlah 24 siswi (16,4%), pada usia 12 tahun berjumlah 48 siswi (32,9%) dan pada usia 13 tahun berjumlah 16 siswi (11,0%). Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Usia Menarche Pada Remaja Putri Variabel Rerata Median Modus Simpang baku Min Max Usia 11, , menarche Sumber: Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 4.3 dari 146 responden didapatkan rata- rata usia menarche responden adalah 11,15 tahun dengan simpang baku 1,072. Nilai modus yang menandakan usia menarche banyak terdapat pada usia 10 tahun. Responden dengan usia menarche termuda adalah 10 tahun dan usia menarche tertua adalah 13 tahun. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengelompokkan Usia Menarche Pada Remaja Putri Usia Menarche n Persentase Tidak normal (< 11 tahun) Normal (11-13 tahun) ,7 % 60,3 % Total % Sumber : Data Primer 2013 Penilaian usia menarche pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang di tanyakan langsung kepada responden, yang mana dinilai dengan melihat usia menstruasi pertama kali pada siswi kemudian hasilnya di golongkan dalam usia menarche normal dan tidak normal. Berdasarkan tabel 4.4 dari 146 responden terdapat usia menarche yang

4 41 tidak normal sebanyak 58 siswi (39,7 %). Dan usia menarche yang normal sebanyak 88 siswi (60,3 %) Status gizi responden Penilaian status gizi dengan mengukur berat badan dan tinggi badan kemudian di nilai berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Remaja Putri Status gizi ( IMT ) n Persentase T. Normal (<18,5 dan > 25 Kg/m 2 ) Normal (18,5-25 Kg/m 2 ) ,3% 50,7 % Total % Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 dari 146 responden terdapat 72 siswi yang mempunyai status gizi tidak normal dengan persentase 49,3 % dan 74 siswi yang mempunyai status gizi normal dengan persentase 50,7 % Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Tabel 4.6 Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Usia Menarche Total Status gizi (IMT) Normal thn Tidak normal <11 thn n % X 2 p- Value n % N % Tidak normal (< 18,5- >25) 37 51, , ,0 Kg/m 2 Normal (18, , , ,0 4,684 0,046 25) Kg/m 2 Total 88 60, , ,0 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan pada tabel 4.6 didapatkan dari pada 72 responden yang memiliki status gizi yang tidak normal dengan usia menarche yang normal di

5 42 dapatkan 37 orang (51,4%) dan yang memiliki status gizi yang tidak normal dengan usia menarche yang tidak normal di dapatkan 35 orang (48,6%). Pada 74 responden yang memiliki status gizi yang normal dengan usia menarche yang normal sebanyak 51 orang (68,9%) sedangkan responden yang memiliki status gizi yang normal dengan usia menarche yang tidak normal sebanyak 23 orang (31,1%) Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil X 2 hitung 4,684 lebih besar dari X 2 tabel (3,841) dan nilai p- value = 0,046 yang berarti terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo. 4.3 Pembahasan Usia Menarche Responden Dari hasil penelitian rata- rata usia menarche responden adalah 11,15 tahun dengan simpang baku 1,072. Hal ini menandakan rata-rata remaja di SMPN 8 Kota Gorontalo mendapatkan menarche pada usia normal. Namun pada hasil yang sama didapatkan usia menarche banyak terdapat pada usia 10 tahun yang artinya sebagian besar remaja di SMPN 8 Kota Gorontalo menunjukkan kecenderungan usia yang lebih muda. Menurut (Kluge dalam Putri, 2009) menyatakan bahwa pada tahun 1860 rata-rata usia menarche yaitu 16,6 tahun, ditahun 1920 rata-rata usia menarche adalah 14, 6 tahun, di tahun 1950 rata-rata usia menarche adalah 13,1 tahun, dan pada tahun 1980 rata-rata usia menarche 12,5 tahun.

6 43 Hasil penelitian lain juga memperlihatkan hasil yang kurang lebih sama. Penelitian yang dilakukan (Amalia,2011) memperlihatkan rata-rata usia menarche adalah 11,72 ± 0,791 tahun. Sedangkan penelitian yang dilakukan (Putri,2009) memperlihatkan rata-rata usia menarche yaitu sebesar 11,42 ± 0,93 tahun. Menurut (Silva, 2005), usia menarche turut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari yang rata-rata 14 tahun menjadi 12,8 tahun. Modernisasi dan instanisasi gaya hidup diyakini sebagai faktor yang memegang andil cukup besar dalam penurunan rerata usia menarche. Hal ini dikarenakan kemajuan peradaban diikuti pula dengan perubahan-perubahan pada manusia, mulai dari perubahan pola makan sampai perubahan pola hidup. Dari hasil penelitian yang dapat di lihat pada tabel 4.4, sebagian besar remaja di SMPN 8 Kota Gorontalo mendapatkan menarche pada usia yang normal yaitu 88 siswi, dan 58 siswi mendapatkan menarche pada usia yang tidak normal. Menurut (Wiknjosastro H, 2008), usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke dewasa. Dalam keadaan normal menarche diawali dengan periode pematangan kurang lebih 2 tahun. Usia menarche dapat menggambarkan aspek kesehatan dalam suatu populasi, terutama mengenai kematangan seksual perempuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche diantaranya status gizi yang meliputi berat

7 44 badan dan tinggi badan, aktivitas fisik, genetik, lingkungan, dan status sosial ekonomi (Waryana,2010). Berdasarkan hasil penelitian, maka asumsi peneliti tentang usia menarche yang terjadi di usia < 11 tahun di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keadaan gizi, lingkungan dari remaja itu sendiri, dan status sosial ekonomi dari orang tua. Misalnya makanan yang bergizi tinggi akan lemak dari protein hewani akan meningkatkan kadar estrogen yang mempengaruhi pertumbuhan hormon reproduksi sehingga menarche timbul lebih cepat dari batas normal. Lingkungan dari seorang remaja misalnya pergaulan masa kini yang semakin bebas karena munculnya pergaulan baru dari efek dunia luar menyebabkan seorang remaja akan gampang tergoda dengan lawan jenisnya sehingga memicu kematangan hormon reproduksi. Status sosial ekonomi seorang remaja dari kalangan ekonomi rendah akan berdampak pada makanan yang dikonsumsinya misalnya mereka makan seadanya tanpa memikirkan kandungan gizinya, sebaliknya remaja dari kalangan ekonomi tinggi, mereka lebih mudah mendapatkan makanan yang disukainya karena didukung oleh pendapatan yang diperoleh. Namun usia menarche yang semakin menurun ini dapat menyebabkan masalah yang bersumber pada organobiologik akibat pematangan organ-organ reproduksi yang akan memberikan dorongan psikologik dan emosional tertentu, salah satunya kehamilan yang tidak di kehendaki / kehamilan dini. Selain itu menarche yang terlampau dini dikaitkan faktor resiko beberapa

8 45 penyakit keganasan seperti kanker ovarium. Sedangkan menarche yang lambat dapat menyaebabkan menopause seseorang menjadi cepat. Belakangan insiden kanker uterus dan kanker payudara dikaitkan dengan usia menarche oleh alasan hormonal yang dalam hal ini didominasi oleh hormon estrogen ( Waryana, 2010 ). Hasil penelitian lain juga memperlihatkan hal yang sama, berdasarkan penelitian dari (Amalia,2011) dari 96 responden didapatkan responden pada usia menarche yang normal 66,3% sedangkan responden pada usia yang tidak normal 33,7% Status Gizi Responden Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 dari 146 responden terdapat 50,7 % yang mempunyai status gizi normal dan 49,3 % yang mempunyai status gizi tidak normal. Untuk responden yang mempunyai status gizi yang tidak normal (<18,5Kg/m 2 ) sebanyak 38 responden dan yang tidak normal (>25Kg/m 2 ) sebanyak 32 responden. Gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat menarche lebih dini. Pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih dini akan memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Waryana,2010). Berdasarkan hasil penelitian maka asumsi peneliti tentang status gizi yang normal (18,5-25 Kg/m 2 ) dan status gizi yang tidak normal (> 25 Kg/m 2 ), jika dilihat dari lingkungan sekolah itu sendiri salah satu faktor yang membuat

9 46 status gizi baik dikarenakan, di depan sekolah mereka terdapat para penjual makanan yang cepat saji seperti penjual somai. Kita ketahui somai itu ada yang terbuat dari ikan ataupun daging sapi. Kandungan protein dan lemak dari ikan dan daging sapi yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan berat badan pada remaja perempuan. Sedangkan remaja yang mendapatkan status gizi tidak normal (< 18,5Kg/m 2 ) dipengaruhi oleh keadaan status sosial ekonomi dari orang tuanya yang tidak mencukupi kebutuhan anaknya. Atau juga orang tuanya yang tidak dapat memberikan anaknya uang jajan disekolah untuk sama mengikuti kebiasaan teman-temanya membeli makanan sesuka hati dengan remaja dari kalangan ekonomi tinggi. Hal ini dapat disimpulkan sebagian besar dari responden mempunyai status gizi yang baik, dengan status gizi yang baik dapat membuat seorang remaja dapat tumbuh dengan yang seharusnya. Karena untuk pertumbuhan yang normal diperlukan nutrisi yang adekuat di dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan penelitian (Agustin,2010) yang menyatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan usia menarche seseorang Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMPN 8 Kota Gorontalo Dari hasil uji statistik dengan uji chi square hubungan antara status gizi dengan usia menarche didapatkan hasil X 2 hitung 4,684 lebih besar dari X 2 tabel (3,841) dan nilai p-value = 0,046 ( p < 0,05 ) artinya terdapat hubungan

10 47 antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo. Keanekaragaman konsumsi makanan dan faktor genetik merupakan indikator utama timbulnya menarche dini terutama sebagai pemicu keluarnya Gonadotropin Releazing Hormone (GnRH). Berdasarkan beberapa penelitian disebutkan bahwa asupan zat gizi yang meliputi asupan lemak, protein (hewani dan nabati), serat dan kalsium berperan penting sebagai penentu usia menarche remaja putri. Asupan protein hewani yang lebih juga dikaitkan dengan penurunan usia menarche. Protein hewani berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi puncak LH dan memperpanjang fase folikuler. Lain halnya dengan protein nabati yang kaya akan isoflavon berhubungan dengan keterlambatan usia menarche. Isoflavon dikaitkan dengan efek antiestrogenik yang mampu menggantikan estradiol berinteraksi langsung dengan reseptor estrogen a (ERa gene). Kondisi inilah yang akan mengacaukan gen ERa untuk melakukan transkripsi gen sebagai pemicu awal pubertas. Menurut (Silva,2005), gaya hidup juga memiliki pengaruh dalam induksi menarche. Remaja dengan gaya hidup modern, misalnya mereka yang sering menonton televisi, jarang beraktivitas atau yang sering mengkonsumsi fast food akan mengalami menarche lebih dini. Berdasarakan hasil penelitian maka asumsi peneliti tentang remaja yang mempunyai status gizi normal (18,5-25Kg/m 2 ) dan status gizi tidak normal (>25Kg/m 2 ) yang mendapatkan menarche normal (5 responden) dan menarche tidak normal (27 responden), hal ini dikarenakan status gizi seseorang

11 48 berkaitan erat dengan asupan makanan yang dikonsumsinya. Seseorang yang mendapatkan asupan gizi yang baik atau gizi yang lebih maka akan mempengaruhi hormon pertumbuhan tubuh khususnya akan mempercepat kematangan hormon reproduksi untuk mendapatkan menarche dini atau tepat pada waktunya, begitu juga sebaliknya seseorang yang mendapatkan asupan gizi yang kurang akan menyebabkan penurunan fungsi reproduksi yang mengakibatkan lamanya menarche. Namun hal ini tidak selamanya menjadi patokan, karena berdasarkan hasil penelitian ada juga remaja yang mempunyai status gizi tidak normal (<18,5 Kg/m 2 ) tetapi mendapatkan menarche pada usia yang normal (32 responden) dan usia menarche tidak normal (6 responden). Hal ini dipengaruhi karena kehidupan remaja itu sendiri, faktor lingkungan sangat berperan dalam kejadian ini, dimana gaya hidup remaja sekarang yang semakin modern didukung oleh letak SMPN 8 Kota Gorontalo itu sendiri terletak ditengah kota yang kehidupannya sudah jauh meningkat dengan adanya media elektronik yang semakin canggih. Karena rangsangan dari luar misanya film seks bebas, buku atau majalah seks, rangsangan serta godaan dari lawan jenis secara langsung terhadap seksual akan masuk ke panca indera yang kemudian merangsang pusat pubertas untuk kematangan hormon reproduksi. Sehingga menarche timbul pada waktunya atau menarche timbul lebih awal. Dari penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil yang sama, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh (Ramadani, 2012) kepada siswi SMP AL-Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi menunjukkan terdapat hubungan antara

12 49 status gizi dengan usia menarche. Hal ini juga sama pada penelitian yang dilakukan oleh (Ana,2008) pada siswi SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Kec.Tanjung Morawa Kab.Deli Serdang yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan usia menarche dengan menggunakan korelasi bivariat product pearson moment. Menurut konsep Blum yang berperan dalam derajat kesehatan ada 4 faktor utama yaitu perilaku, lingkungan, genetik, dan akses ke pelayanan kesehatan. Bila percepatan usia menarche dianggap sebagai perubahan yang berhubungan dengan derajat kesehatan maka secara garis besar faktor yang mempercepat terjadinya usia menarche yaitu perilaku yang dalam hal ini bisa dicerminkan dari status gizi responden, genetik yang dapat dilihat dari usia menarche ibu, akses pelayanan kesehatan sehingga responden dalam keadaan sehat, dan yang tidak kalah penting adalah faktor lingkungan. Nutrisi memiliki peran penting dalam proses menarche (Goldman, 2000). Nutrisi yang baik tidak menginisiasi proses pubertas (Buyken dkk, 2009). Proses pubertas terjadi akibat rangsang hormonal dan dimulai tanpa pengaruh dari nutrisi. Nutrisi yang baik hanya akan mempercepat proses tersebut. Sebuah hipotesis mengungkapkan bahwa seorang remaja putri harus mencapai berat badan sekurang-kurangnya 47,8 kg untuk bisa mengalami menarche. Selain itu, lemak tubuh harus meningkat hingga 23,5% dari lemak saat prepubertas. Kedua hal ini dikaitkan dengan status nutrisi. Namun, pada wanita obesitas dengan penyakit seperti diabetes, menarche akan terjadi lebih lambat. Hal ini dikarenakan penggunaan nutrien yang tidak sempurna (Rebar, 2002).