BAB IV Makna Mena Muria bagi Orang Aboru

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV Makna Mena Muria bagi Orang Aboru"

Transkripsi

1 BAB IV Makna Mena Muria bagi Orang Aboru Bagian awal tesis ini telah mempertegas bahasa sebagai salah satu cara berelasi antar individu, antar kelompok, atau antar individu dengan kelompok dan sebaliknya. Bahasa yang digunakan mempunyai nuansa makna yang berbeda-beda berdasarkan pada konteks, gaya bahasa, fungsi dan beberapa aspek lainnya. Dalam kelompok masyarakat, bahasa yang dipakai selalu mengalami perubahan akibat berbagai faktor. Perubahan tersebut akan mempengaruhi makna bahasa yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini, makna Mena Muria bagi masyarakat Aboru di Pulau Haruku dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemaknaannya yang menjadi fokus penelitian. Melalui analisis ini, penulis mengeksplorasi serta menjelaskan secara sistematis penelitian ini dengan menggunakan teori bahasa dan semiotika. Penulis menganalisa berdasarkan fokus penelitian, data lapangan, dan teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Mengawali bagian ini, penulis mendeskripsikan Mena Muria sebagai bagian dari orang Aboru dan fungsinya secara semiotika dalam masyarakat Aboru. 1. Mena Muria sebagai Bahasa Orang Aboru Fungsi bahasa dalam kehidupan masyarakat sangat beragam. Bahasa dilihat sebagai salah satu cara berkomunikasi, pemberi identitas dalam suatu kelompok dan bahkan sebagai cara untuk menjaga ikatan sosial. 1 Bahasa sangat erat kaitannya dengan proses-proses sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat, diantaranya melibatkan negosisasi, komunikasi dan transaksi. Bahasa yang digunakan seringkali beragam sesuai dengan ciri kelompok dalam masyarakat dan pembagian rumpun bahasa. 1 Chris Jenks, Culture Studi Kebudayaan (Yogyakarta, Erlangga, 1989)23. 60

2 Maluku misalnya termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia 2 yang sama halnya dengan daerah-daerah lain di Nusantara. Sedangkan Maluku Tengah masuk dalam rumpun proto-austronesia. 3 Maluku Tengah termasuk dalam sub-bahasa proto-maluku yang terbagi menjadi bagian timur dan bagian barat. 4 Bagian barat melliputi pulau Buru dan Ambalau, sedangkan bagian timur meliputi Pulau Seram, Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut. Berdasarkan pembagian inilah dapat dilihat bahwa bahasa di Pulau Haruku memiliki kemiripan dengan yang ada di Pulau Seram (Nusa Ina) yang diyakini sebagai asal mula orang Maluku. Kemiripan bahasa tentu ada, melihat pemetaan sub-bahasa di wilayah Maluku dan Maluku Tengah. Mena Muria, adalah sebuah idiom atau ujaran yang berlaku dalam masyarakat Maluku maupun Maluku Tengah. Idiom ini berfungsi secara semantik dalam kehidupan masyarakat Maluku. Semantik adalah kajian ilmu bahasa yang merupakan bagian dari semiotika yang mempelajari tentang arti makna dan simbol. 5 Semiotika yang adalah bagian dari semantik merupakan sistem lambang dalam bahasa. Sehingga berbicara tentang bahasa, semiotika dan semantik ketiganya tidak bisa dilepaskan apalagi berkenaan dengan aspek makna bahasa. Perlu ditegaskan bahwa, Mena Muria adalah bagian dari bahasa orang Aboru. Kenapa demikian? Orang-orang Maluku meyakini bahwa pusat dari kehidupan orang Maluku adalah di Pulau Seram yang disebut juga sebagai Pulau Ibu/Nusa Ina. Asal muasal kehidupan orang Maluku bahkan sampai pada bahasa tertua yang dipakai oleh orang Maluku atau yang biasanya disebut dengan basa tana diyakini berasal dari Pulau Ibu. Mengenai bahasa paling 2 Rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Mulai dari Taiwan dan Hawai di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur. 3 Rumpun bahasa yang lebih tua atau yang ada sebelum rumpun Austronesia. Biasanya bagi kepulauan di bagian selatan 4 R. Z Leirissa dan Djuariah Latuconsina, Sejarah Kebudayaan Maluku (Jakarta : Ilham Bangun Karya, 1999) Abdul Chaer, Kajian Bahasa : Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2007)

3 tua yang diyakini berasal dari Pulau Seram. Mena Muria yang diklaim berasal dari Pulau Seram, juga diklaim sebagai milik orang Aboru. Dengan cerita-cerita yang secara turun temurun diwariskan oleh generasi ke generasi lainnya, hal ini masih bertahan. Jelas saja bahwa ada kemiripan bahasa bagi orang di Pulau Seram dan orang di Aboru yang berada di Pulau Haruku. Berdasarkan pemetaan sub-bahasa proto-maluku penyebaran bahasa Maluku yang meliputi bagian timur terdiri dari Pulau Haruku, Pulau Seram, Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut maka rumpun bahasa bagian timur yang meliputi pulau-pulau ini cenderung sama. Keberadaan Mena Muria perlu mendapatkan penegasan bahwa ia juga adalah bagian dari kepunyaan orang Aboru. Mena Muria dalam pendekatan bahasa, merupakan sebuah entitas antara hubungan penutur dengan petutur. Didalam sebuah kata yang digunakan dalam relasi-relasi sosial manusia memiliki makna dan ide-ide yang terkodekan sedemikian rupa. Makna dan ide-ide akan mengalami proses perubahan informasi tergantung pada intepretasi petutur. 6 Ada berbagai macam aspek yang turut mempengaruhi perubahan makna dalam pendekatan bahasa. Beberapa diantaranya adalah : aspek semiotika sosial, aspek mental, dan aspek linguistik. Aspek semiotika sosial disebut juga sebagai semiotika behavioral yang melihat bahasa sebagai realitas sosial sekaligus realitas semiotik. 7 Dalam semiotika sosial, sebuah kata memiliki dua dimensi, yakni dimensi realitas sosial yang meliputi pengalaman fisik, logis dan fenomena filosofi dari penuturnya. Artinya bahwa segala realitas yang dialami oleh penutur akan berpengaruh pada kata yang diucapkannya. Mena Muria dalam dimensi realitas sosial tidak terlepas dari pengalaman fisik, logis dan fenomena filosofi. Mena Muria dalam pengalaman fisiknya telah diberlakukan sebagai alat dalam masyarakat yang mampu menyatukan atau bahkan memecahkan. Hal ini berkaitan dengan keberadaan Mena Muria 6 Eva M. Fernandez and Hellen Smith Cairns, Fundamental Pshycholinguistics (UK : Wiley-Blackwell, 2011) Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika (Pustaka Setia : Bandung, 2014)

4 yang sangat problematis. Apakah sebagai produk budaya ataukah sebagai bagian dari alat politik? Nilai-nilai filosofis dalam Mena Muria erat hubungannya dengan nilai-nilai persatuan dalam masyarakat Maluku yang mencirikan kehidupan masyarakat yang solider. Nilai-nilai filosofis ini yang akan mengantarkan Mena Muria masuk dalam Dimensi semiotik. Dimensi semiotik merupakan dimensi kebudayaan yang mencakup sumber makna sekaligus sumber semiotik itu sendiri. Dapat diartikan bahwa sebuah kata yang diucapkan oleh penutur tidak terlepas dari pengaruh nilai-nilai kultural. Nilai-nilai kultural dalam Mena Muria tidak bisa dilepaskan dari keberadaan nilai magis yang mempengaruhi keadaan emosional individu atau kelompok yang mengucapkan kata Mena Muria yang diyakini memiliki kekuatan yang diluar kemampuan manusia. Nilai-nilai kultural juga meliputi nilai budaya orang Aboru yang mengutamakan hidup kebersamaan yakni gotong royong atau dalam bahasa setempat disebut sebagai pakaloi. Mena Muria, memiliki kekuatan yang mampu memobilisasi masyarakat dalam rangka melakukan pakaloi. Dalam pakaloi memiliki makna satu rasa laeng rasa, satu susah laeng tolong. Aspek mental atau proses mental 8 oleh sebagian ahli dibagi ke dalam beberapa aspek mendasar bahasa bagi seorang penutur yang dapat digunakan untuk menjelaskan proses mental kebahasaan yang terjadi, meliputi: kemampuan yang tidak terbatas dalam menghasilkan sebuah kalimat bermakna, kemampuan yang tidak terbatas dalam menghasilkan dan menambah kata dalam kalimat, kemampuan untuk menghasilkan kata-kata baru dalam kalimat, kemampuan untuk menghasilkan dan memahami struktur kalimat yang diucapkan, kemampuan untuk menggunakan sinonim dalam sebuah kalimat, dan kemampuan untuk memahami susunan kalimat bermakna ganda. Dalam aspek ini, makna Mena Muria 8 Danny D. Steinberg, etc., Psycholinguistics : Languange, Mind, and World (England : Pearson Education Limited,2001)

5 sangat bergantung pada kepiawaian penutur memainkan perannya. Aspek mental sangat berpengaruh pada emosi penutur untuk dapat mempengaruhi orang lain dengan memainkan emosi yang sesuai dengan intepretasi dan kehendaknya. Aspek linguistik, dalam aspek ini bahasa sangat dipengaruhi oleh konteks yang juga memainkan sistem sosial. Konsep linguistik sangat berpengaruh secara struktural sebuah kata karena berdasarkan pada sudut pandang dan pendekatan psikologi, kognitif dan antropologi. 9 Didalam aspek linguistik ini terbagai atas dua bagian, yakni : relativitas linguistik yang menyatakan bahwa tiap-tiap budaya akan menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda-beda yang terkodekan dalam bahasa. Determinisme linguistik yang menyatakan bahwa bukan hanya persepsi terhadap dunia yang mempengaruhi bahasa melainkan bahasa yang digunakan juga dapat mempengaruhi cara berpikir yang mendalam. Mena Muria dalam aspek linguistik juga terbagi atas dua bagian. Mena Muria yang ditafsirkan oleh budaya dengan cara masingmasing budaya dan Mena Muria yang mampu mempengaruhi persepsi dan cara berpikir manusia. Mena Muria hidup dalam budaya orang Maluku. Orang Maluku memiliki budaya berbeda-beda meskipun hampir memiliki kesamaan. Telah dijelaskan bahwa, Mena Muria selain berada dalam masyarakat Aboru, Mena Muria juga ada dalam masyarakat Pulau Seram. Cara menggunakan, mengartikan, dan menafsirkan Mena Muria juga berbeda-beda. Orang-orang Seram menggunakan Mena Muria untuk memetakan teritori tempat tinggal mereka sesuai dengan asal-usul marga. Misalnya marga dengan unsur Mena mendiami garis depan teritori. Misalnya : Wattimena, Hatumena dll. Sedangkan yang berunsur Muri (Muria) mendiami teritori bagian belakang. Misalnya : Wattimuri, Hatumuri dan lain sebagainya. Mena Muria bagi orang Aboru juga ditafsirkan berbeda, penafsirannya merujuk pada cara mobilisasi warga dari pegunungan ke pesisir dengan cara meneriakan Mena dan akan dibalas dengan Muria. Ada nuansa tafsiran yang berbeda sesuai dengan kebudayaan. Mena Muria 9 Pip Jones, etc. Introducing Social Theory, terj. Pengantar Teori-Teori Sosial, Achamd Fedyani Saiffudin (Jakarta : Yayasan Obor, 2016)

6 dalam determinisme linguistik berarti kata yang mampu mempengaruhi cara berpikir, dalam hal ini kata dalam suatu bahasa dilihat sebagai kerangka pemikiran manusia. Keberadaan Mena Muria telah mempengaruhi dan mentransformasikan ide-ide, cara berpikir, informasi dalam individu ataupun kelompok. Pengaruh Mena Muria sangat signifikan dalam kehidupan orang-orang Maluku umumnya dan orang Aboru khususnya setelah penggunaanya terbagi dalam dua fase. Fase pra-pergolakan RMS dan fase pergolakan RMS di Maluku. Hal ini tentu berpengaruh mengingat Mena Muria sebagai identitas orang Maluku (didalamnya juga orang Aboru) juga secara bersamaan sebagai identitas politik bagi para simpatisan dan anggota gerakan sosial politik RMS. 2. Makna Mena Muria Bagi Masyarakat Aboru di Pulau Haruku Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada BAB III, dapat diketahui bahwa Secara Etimologi Mena berarti Di depan Muria berarti Di belakang. Ketika dipadankan akan membentuk kata Mena Muria Depan Belakang Siap. Kata Mena Muria ini yang secara kesatuan dipakai dalam kegiatan khusus orang-orang Aboru pada zaman dulu. Kata Mena Muria tidak bisa berdiri sendiri, meskipun pada kondisi tertentu kata ini dapat disebutkan terpisah tetapi pada waktu yang beriringan selalu diikuti dengan balasan teriakan. Misalnya, seseorang yang meneriakkan Mena!! Akan dibalas dengan kata Muria. Penggunaan Mena Muria secara berbalas-balasan memberikan makna tersendiri bagi orangorang yang mengatakannya. Mena Muria menjadi tidak berarti atau bermakna ketika tidak diucapakan secara berbalas-balasan, diucapkan dengan intonasi rendah, atau dipekikan terpisah tanpa balasan. Mena Muria dipahami dengan berbagai pandangan yang berbeda dalam masyarakat. Misalnya orang Aboru yang mendiami Pulau Haruku mempunyai pemahaman yang berbeda 65

7 dengan orang di Pulau Seram mengenai Mena Muria. 10 Bagi masyarakat Aboru Mena Muria bukan hanya memiliki makna harafiah depan belakang siap, sama seperti pemahaman masyarakat di Maluku pada umumnya melainkan mempunyai arti Yang di atas (biasanya yang dituakan, yang dihormati atau yang memiliki status sosial lebih tinggi) memberikan contoh, yang di belakang (yang umurnya lebih muda atau mempunyai status sosial yang lebih rendah) mengikuti. Dalam hal ini arti harafiah yang dimaksudkan berkaitan dengan penggunaan Mena Muria sebagai kata seruan yang digunakan dalam masyarakat tradisional untuk memobilisasi masyarakat. Penggunaan kata Mena Muria tidak terlepas pula dari kata Lawamena Haulala yang memiliki arti harafiah apa yang datang dari depan jangan undur. 11 Kata Mena Muria yang seringkali dipadankan dengan kata Lawamena Haulala juga mempunyai dimensi yang beragam. Salah satunya adalah dimensi sosial, yakni mempengaruhi setiap orang yang mendengar dan yang mengucapkannya dalam suatu keadaan emosional tertentu. Pemahaman orang Aboru di Pulau Haruku terbagi atas 2 bagian yakni pemaknaan sebelum adanya pengaruh politis dari gerakan sosial politik di Maluku tahun 1950 dan sesudah munculnya gerakan tersebut. Fase sebelum terjadinya pergerakan sosial politik tersebut orang-orang di Aboru mengetahui dengan benar bahwa Mena Muria sebagai produk budaya lokal yang mencirikan identitas sebagai orang Maluku. Hal ini berkaitan dengan sejarah orang Aboru yang memahami Mena Muria sebagai sebuah alat untuk mempersatukan masyarakat. Pada zaman dulu, masyarakat Maluku umumnya dan masyarakat Aboru khususnya menggunakan Mena Muria sebagai sebuah idiom yang berfungsi secara konkrit dalam berbagai kehidupan masyarakat. Mena Muria dipakai sebagai idiom untuk 10 Hasil Wawancara dengan Bpk. E.S di Aboru, 3 Mei Hasil Wawancara dengan Bpk B.M di Aboru, 4 Mei

8 menggerakan massa yang akan melakukan migrasi dari gunung ke pesisir, dipakai pada saat berperang, melaut dan tari-tarian. 12 Dalam sejarahnya Mena Muria adalah idiom dipakai untuk memobilisasi masyarakat yang melakukan migrasi dari gunung ke pesisir. Migrasi dilakukan dari gunung Hu Ur Walu ke daerah pesisir untuk mendapatkan lahan tempat tinggal dan sumber daya alam yang baru untuk memenuhi kebutuhan pangan. Dalam kelompok yang besar tersebut, pemimpin akan menggunakan cara untuk mengakomodir pergerakan masyarakatnya agar tetap pada jalur yang telah disepakati. Cara yang dilakukan adalah dengan meneriakan kata Mena Muria. Yang menjadi menarik adalah kata Mena Muria ini tidak terlalu ekspresif saat diucapkan dengan suara yang pelan, akan sangat berfungsi secara emotif jika diterikan dengan lantang. Sudah terjadi ratusan tahun yang lalu ketika masyarakat gunung melakukan migrasi ke pesisir. Gaya komunikasi yang digunakan lebih merujuk pada structuring style yang memanfaatkan pesan-pesan verbal untuk memantapkan perintah dan memberi perhatian pada keinginan untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini dilihat sebagai etnografi komunikasi 13 yang melibatkan struktur sosial, nilai dan perilaku dalam masyarakat. Dalam mengkomunikasikan Mena Muria saat melakukan migrasi, pemimpin kelompok yang memegang jabatan sturuktural tertinggi dalam masyarakat tersebut akan memekikan Mena!!! secara lantang dan tegas untuk memastikan bahwa jalan di depan yang akan dilalui oleh kelompok sudah aman dari bahaya. Pekikan tersebut akan kembali dibalas oleh penjaga di belakang kelompok dengan Muria!!! yang artinya belakang juga sudah aman tidak ada musuh yang mengikuti atau hewan buas dan bahaya lainnya yang mungkin terjadi selama masa migrasi. Mena Muria yang dipekikan pada saat migrasi kelompok mempunyai makna 12 Ibid. 13 Leonard Bloomfield, Languange (London : George Allen and Unwin LTD,1933)29. 67

9 yang hampir sama dengan Mena Muria yang dipekikan pada saat melakukan peperangan. 14 Perang antar kelompok sering terjadi pada zaman dulu dengan berbagai macam motif. Perang biasanya dipicu karena perebutan tempat tinggal, perebutan lahan dan lain sebagainya. Dalam berperang antar kelompok akan melibatkan banyak orang. Untuk memobilisasi massa yang ikut perang maka teriakan Mena Muria dilantangkan. Dalam hal ini berarti orang dalam kelompok siap untuk berperang. Jika kemenangan berhasil diraih maka pekikan Mena Muria akan lebih gaung diperdengarkan sebagai keyakinan bahwa kami maju berperang dan kemenangan mengikuti kami. Dalam peperangan biasanya teriakan Mena Muria akan diterikan oleh orang yang memiliki struktur sosial yang lebih tinggi biasaya panglima perang. Mena Muria dalam peperangan juga dipahami sebagai aba-aba yang dipekikan untuk memulai peperangan. Mena Muria dalam konsep migrasi dan perang mengandung semiotika behavioral yang melihat sebuah kata sebagai realitas sosial sekaligus realitas semiotik. Sebuah kata sebagai suatu realitas dari pengalaman fisis, logis, psikis dan filosofis 15, Mena Muria dalam konsep perang dan migrasi juga memiliki realitas yang demikian. tentu melibatkan pengalaman yang riil dan mempunyai makna filosofis. Pengalaman-pengalaman tersebut ada dalam konteks situasi dan konteks kultural tertentu sehingga pemaknaan nilai-nilai kultural direalisasikan melalui proses sosial dengan setting tertentu. Mena Muria bukan hanya ditemukan dalam proses sosial yang ekstrim seperti migrasi kelompok dan peperangan, namun juga ditemukan didalam proses sosial yang melibatkan interaksi dalam seni melalui tarian. Nuansa makna Mena Muria dalam tarian lebih memiliki unsur magis. Mena Muria sebagai sebuah kata yang memiliki unsur magis dapat membuat orang yang mengucapkan kata tersebut dapat mengalami keadaan penuh emosional bahkan juga 14 Hasil Wawancara dengan Bpk. E.S di Aboru, 3 Mei Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika, (Bandung : Pustaka Setia, 2014)

10 dapat mempengaruhi orang lain. Fungsi magis ini ditemukkan dalam upacara adat atau upacara keagamaan dalam suatu budaya. 16 Mena Muria secara magis juga memberikan kekuatan bagi para penari Cakalele ketika melakukan tarian. Cakalele sebagai representasi dari keberanian dan kelihaian dalam berperang yang dituangkan lewat gerak tubuh. Mena Muria sebagai seruan dalam tari-tarian ini mampu membangkitkan semangat dan rasa percaya diri para penari. Ada sebuah hasrat dan rasa solidaritas yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata namun bisa dirasakan memiliki kekuatan yang sangat besar. Sehingga tak jarang penari dapat melakukan kebal tubuh dengan menggosokkan parang ke badan mereka seperti orang yang mengalami trans-disosiasof (Kesurupan). Kekuatan magis dalam kata Mena Muria sebagai bagian dari tarian disebabkan oleh penggunaannya yang dianggap sakral dan diyakini dapat menembus ruang fisik sehingga Mena Muria diasosiasikan sebagai kata yang mistik dan ghaib. Konsepsi tentang magis bahasa adalah dengan mengaitkan bahasa dengan kuasa kreatif yang dapat mempengaruhi, mengubah dan melenturkan emosi dan tak jarang juga mengubah realitas dan tindakan manusia. 17 Sehingga tidak jarang menemukan tarian cakalele yang menggunakan pekikan Mena Muria dapat membangkitkan bentuk emosi yang meluap. Mena Muria memiliki nuansa nilai yang mencirikan lokalitas masyarakat Maluku. Dalam sistem komunikasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang juga turut mempengaruhi sistem nilai dan makna 18. Sedikitnya ada 3 nilai yang dapat dilihat dalam pemaknaan Mena Muria sebelum tahun 1950, yakni nilai sosial, nilai budaya dan nilai religius. Nilai Sosial dalam hal ini berhubungan dengan struktur dan relasi sosial dalam masyarakat. Bagi masyarakat Aboru, 16 M. A. K. Halliday, Languange, Context, and Text : Aspect of Languange in a Social-Semiotic Perspective (Australia : Deakin University, 1985) Noriah Mohamed dan Darwis Harahap,Ed. Mutiara Budi : Mengenang Profesor Abdullah Hasan (Selangor : PTS Akademia,2013) Umberto Eco, Teori Semiotika, Terj., Inyak Ridwan Muzir (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2009)17. 69

11 kekuatan dan solidaritas merupakan aspek yang sangat penting. Solidaritas biasanya dipengaruhi oleh ciri berkomunikasi yang menunjukkan kekuasaan dan keakraban dalam hubungan horisontal masyarakat. 19 Penggunaan kata dalam masyarakat merupakan ekspresi dari hubungan-hubungan sosial dalam suatu komunitas. Dalam hal ini, orang Aboru menggunakan kata Mena Muria untuk mengekspresikan hubungan-hubungan sosial mereka antara masyarakat dan pemimpin atau masyarakat dengan sesamanya. Ekspresi-ekspresi tersebut akan muncul secara berbeda-beda sesuai dengan penggunaannya berdasarkan pemetaan struktur sosial. Mena Muria akan sangat ekpresif dan bermakna sangat dalam jika dikatakan oleh para pemimpin dalam kelompok masyarakat. Ada nilai-nilai yang memungkinkan kata tersebut memiliki nuansa yang berbeda-beda ketika diucapkan. Nilai budaya dalam Mena Muria adalah bentuk kesepakatan bersama yang tertanam dalam budaya masyarakat dan mengakar dalam simbol (dalam hal ini bahasa). Mena Muria sebagai identitas masyarakat Maluku yang didalamnya juga mengandung kaidah-kaidah berdasarkan kearifan lokal masyarakat Maluku. Nilai budaya Mena Muria ini terlihat dalam konsep Mena Muria sebagai pemersatu masyarakat Maluku. Masyarakat Maluku yang hidup dalam kearifan lokal orang basudara atau potong di kuku rasa di antong mengintepretasikan keberadaan orang Maluku pada umumnya dan orang Aboru pada khususnya sebagai sebuah komunitas yang memiliki solidaritas yang erat. Mena Muria mampu untuk melampaui segala perbedaan dalam struktur dan lapisan masyarakat, dan mengikat mereka dalam satu solidaritas. Didalam Mena Muria ada equalitarian komunikasi 20 yang memungkinkan semua masyarakat pada suatu waktu ada dalam posisi yang sama. 19 Brown, R and Gilman, A. The Pronouns of Power and Solidarity. dalam Giglioli Pier Paolo (ed.) Language and Social Context (England: Penguin Books, 1972) Equalitarian Komunikasi yaitu salah satu gaya komunikasi yang berjalan dua arah dan dilandasi oleh aspek kesejajaran, sama, tidak mengintimidasi. Lihat : Brent D. Ruben and Lea Steward, Communication and Human Behavior (Iowa : Kendall Hunt Publishing Company, 2016)

12 Nilai Religius Mena Muria adalah representasi dari kesakralan. Mena Muria diyakini sebagai pranata yang diberikan oleh yang transenden kepada orang-orang di masa lampau. Nilai religius biasanya bersumber dari hidayah atau pengalaman dari yang transenden. Orangorang Aboru meyakini bahwa, Mena Muria didapatkan dari pengalaman religius pemimpin mereka dengan yang Ilahi. Sehingga Mena Muria memiliki kekuatan dan daya tarik yang sangat besar. Nilai religius telah terinkulturasi lewat pengalaman masyarakat dalam Mena Muria. Selain itu pengaruh agama arus utama yakni kekristenan juga turut mempengaruhi pemaknaan Mena Muria dalam kerangka nilai religius. Mena Muria dipahami bukan hanya sebagai pengalaman mereka dengan yang ilahi tetapi Mena Muria adalah yang ilahi itu sendiri. Orang Aboru memahami Mena Muria sebagai Alfa dan Omega atau yang awal dan yang akhir. 21 Sehingga Mena Muria dianggap sebagai kata yang sakral yang bahkan tidak bisa diucapkan secara sembarang karena mewakili kehadiran yang transenden itu. Ketiga nilai yang terkandung dalam konsep Mena Muria yang klasik bersifat sebagai pengikat solidaritas dan identitas kelompok. Fase kedua adalah sesudah terjadinya pergerakan sosial politik di Maluku, Mena Muria bukan hanya sebagai sebuah identitas lokal masyarakat Maluku yang sarat akan nilai-nilai budaya tetapi juga menggambarkan makna yang lebih kontemporer dengan mengandung makna politis. Makna politis dalam Mena Muria berangkat dari peristiwa terbentuknya suatu gerakan sosial politik di Maluku tahun 1950 yakni Republik Maluku Selatan. 22 Pada saat merumuskan lambang dan semboyan (yang belakangan dipakai sebagai salam persatuan) tercetuslah untuk menggunakan simbol burung pombo putih (Merpati) dan semboyan Mena Muria yang merujuk pada solidaritas. 23 Solidaritas yang dimaksud pada fase ini adalah solidaritas melakukan perlawanan dan mewujudkan perubahan sosial politik di Maluku. 21 Hasil Wawancara dengan Bpk B.M di Aboru, 4 Mei Hasil Wawancara dengan Bpk. S.W di Ambon, 9 Mei Yusuf Abdullah Puar, Peristiwa Republik Maluku Selatan (Jakarta : Bulan Bintang, 1956)

13 Makna politis dalam Mena Muria akhirnya menggeser pemaknaan Mena Muria yang berbasis budaya kepada makna yang lebih kontemporer. Mena Muria yang lebih kontemporer ini selalu dikaitkan dengan orang Aboru. Hal ini tidak terlepas dari keikutsertaan kebanyakan masyarakat Aboru dalam gerakan sosial politik di Maluku. Pemaknaan ini telah ada sejak perjuangan penumpasan RMS di Maluku dan diwariskan sebagaimana pemaknaan yang berkaitan dengan RMS secara turun temurun Terlihat jelas ketika RMS menggunakan kata Mena Muria sebagai semboyan. Bagi orang Aboru, mengucapkan Mena Muria seperti membangkitkan rasa kebersamaan, semangat perjuangan dan bahkan tak jarang ada yang sampai meneteskan air mata ketika mengucapkan kata Mena Muria. Penyebabnya adalah emosi atau gejolak psikis dari masing-masing orang saat mengucapkan sebuah kata. Dapat dipahami bahwa sebuah kata memiliki fungsi emotif 24 yang digunakan mengungkapkan perasaan/emosi seperti gembira, sedih, bangga, dan lain sebagainya. Fungsi Emotif ini bertumpu pada penutur yang juga memungkinkan untuk berfungsi secara personal maupun kolektif. Konsep Mena Muria secara politis bisa saja dipengaruhi oleh gejolak sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga ketika mengucapkan Mena Muria ada sebuah khasanah yang membuat orang yang mengucapkan atau mendengarkannya mengalami gejolak emosi yang kadang kala bisa saja tidak stabil. Pengaruh terhadap makna dapat dilihat melalui lensa kajian makna kontesktual terhadap masalah adanya suatu ujaran atau kata yang dimaknai berbeda-beda. Hal ini disebut sebagai makna Ilokusi yakni makna harfiah atau makna secara stuktur tanpa diembeli pemahaman subjektif dari sudut penutur atau pendengar. Makna ilokusi adalah makna yang dipahami pendengar dari tuturan yang Abd. Syukur Ibrahim, Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi (Surabaya : Usaha Nasional,1994) 72

14 diujarkan penutur. 25 Terlihat dalam hal ini penutur sangat memegang peran penting dalam mengendalikan tuturan terhadap suatu ujaran. Kelemahan ilokusi adalah dapat melahirkan ambiguitas. Pemaknaan Mena Muria juga seringkali mengalami ambiguitas. Disatu sisi apakah sebagai warisan budaya ataukah sebagai salam politik gerakan sosial politik. Pemaknaan orang Aboru tentang Mena Muria tidak terlepas dari pengaruh tradisi tutur dalam masyarakat tradisional. Masyarakat tutur ialah sekumpulan orang atau individu yang menggunakan sistem kebahasaan yang sama, serta memiliki penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa itu. 26 Pada intinya masyarakat tutur terbentuk karena adanya saling pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kodekode linguistik secara terinci dalam aspek-aspeknya, yaitu sistem bunyi, sintaksis dan semantik. Dalam pengertian itu ternyata ada dimensi sosial-psikologi yan subjektif. 27 Tradisi tutur memiliki kelemahan, cerita yang disampaikan oleh penutur seringkali disalah artikan dan tidak tepat sasaran. Tidak menutup kemungkinan bagi penutur berikutnya untuk menyampaikan cerita seperti yang ia pahami dengan menambahkan opininya sendiri, tidak ada proses falsifikasi untuk membenarkan cerita tersebut. Kelemahan tradisi tutur inilah yang membuat celah pergeseran makna semakin besar. Tidak bisa dipungkiri bahwa pengetahuan akan bahasa-bahasa daerah telah mengalami kemandekan. Penutur bahasa asli Maluku hampir tidak ada, selain orang-orang tua yang sudah berusia lanjut. Berkurangnya penutur bahasa daerah pun turut mempengaruhi pemaknaan Mena Muria. Kelemahan tradisi tutur inilah yang memungkinkan terjadi pergeseran makna Mena Muria dalam pemahaman masyarakat. 25 Abdul Chaer, Kajian Bahasa : Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2007) Abd. Syukur Ibrahim, Pandian Penelitian Etnografi..., Leonard Bloomfield, Languange..., 30 73

15 Warga Aboru adalah contoh dari komunitas yang bersifat organik, yang bercirikan hidup kebersamaan. Masyarakat Aboru dalam komunitasnya di Pulau Haruku hidup secara berdampingan dan sangat bergantung secara kolektif. Masyarakat Aboru sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, budaya dan adat istiadat. Mereka masih sangat tradisional dalam memahami mitos dan cerita-cerita yang berkembang dalam masyarakat serta masih dipegang sebagai sebuah keyakinan dalam masyarakat hingga saat ini. 28 Keyakinan tentang yang sakral pun masih dipahami secara tradisional oleh masyarakat Aboru. Mena Muria diyakini bukan sebagai sebuah kata biasa, tetapi kata yang memiliki unsur magis atau yang sakral. Di Maluku umumnya, ada begitu banyak cerita mengenai asal asul suatu bangsa (suku), bahasa, bahkan tempat tinggal (kampung atau Negeri). Bagi masyarakat di Maluku Tengah dan Pulau Ambon, cerita yang tertua berasal dari pulau Seram. Yang diyakini sebagai Nusa Ina atau Pulau Ibu 29. Dinamakan Nusa Ina berangkat dari filosofi Ibu yang memberi kehidupan. Hal ini tidak terlepas dari makna seorang ibu (Perempuan) yang mampu untuk memberikan keturunan. Sehingga asal muasal bangsa Maluku adalah di Pulau Seram atau Nusa Ina. Kata Mena Muria diyakini berasal dari Pulau Seram yang merupakan peradaban tertua di Maluku Tengah. Telah lama masyarakat Maluku Tengah dan Pulau Ambon hidup dalam suatu kepercayaan Nusa Ina katong samua dari sana. Berbeda dengan orang Aboru yang berkediaman di Pulau Haruku yang meyakini bahwa mereka adalah orang-orang yang pertama karena mereka berasal dari Nusa Ama atau Pulau Bapa (Haruku) 30. Tanpa Nusa Ama, Nusa Ina tidak bisa memberi keturunan. Akhirnya terjadi berbagai perbedaan pemahaman tentang cerita-cerita sejarah. Orang Aboru khususnya yang bermukim di Pulau Haruku memaknai Mena Muria sebagai panggilan hidup untuk berjuang. Pemahaman ini sangat berpengaruh saat wacana 28 Hasil Wawancara dengan Bpk. F.N, di Rumahtiga, 8 Mei Hasil Wawancara dengan Bpk. N.M di Desa Nuruwe Maluku Tengah, 30 April Hasil Wawancara dengan Bpk. B.M, di Aboru, 4 Mei

16 mengenai Mena Muria adalah salam khas para simpatisan gerakan sosial politik di Maluku. Semiotika sosial menjadi pisau bedah untuk melihat bagaimana Mena Muria yang magis itu bertransformasi menjadi retorika. Kerangka berpikir Semiotika sosial adalah dengan membedah interaksi antara teks dan konteks 31. Ada tiga konsep dasar dalam semiotika sosial : medan wacana, pelibat wacana, dan mode wacana. Dalam masing-masing konsep ini membantu menjabarkan bagaimana Mena Muria yang politis itu mengambil peran dalam masyarakat. Medan wacana merupakan tindakan sosial yang sedang terjadi dan aktivitas tersebut melibatkan pelaku didalamnya. Dalam kasus Mena Muria ini, ditemukan fakta-fakta yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa dalam rangka mempengaruhi masyarakat lewat semboyan dan salam perjuangan gerakan sosial politik menggunakan Mena Muria. Tindakan-tindakan yang dilakukan pun bersifat riil. Sehingga membentuk stigma negatif yang tidak bisa dilepaskan dari memori masyarakat. Pelibat Wacana, yakni dalam usahanya gerakan sosial politik ini selalu melibatkan pembicara dan sasaran dalam pembicara serta kedudukan dan hubungan diantara mereka. pelibat wacana tahu benar untuk melakukan retorika menggunakan kata Mena Muria untuk menuai simpati masa dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki. Mode wacana merujuk pada pilihan bahasa yang akan digunakan. Apakah akan menggunakan kata-kata yang bersifat eksplanasi, deskripsi, persuasif, metaforis, hiperbolis dan lain sebagainya serta apa pengaruhnya bagi suatu masyarakat. Dalam hal ini pelibat wacana cenderung akan menggunakan kata-kata yang sangat persuasif untuk mencapai tujuannya. Tiga konsep tersebut dirasa juga belum sempurna untuk menjawab bagaimana pengaruh politis Mena Muria dalam masyarakat. Dapat dianalisa juga bahwa penggunaan kata-kata dalam masyarakat bukan hanya terletak pada medan wacana, pelibat wacana dan mode wacana. 31 Agus Soedibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (Yogyakarta : Lkis, 2001)

17 Tetapi bagaimana suatu ujaran atau kata-kata dapat terekonstruksi dalam masyarakat sedemikian rupa. Hal ini menjadi kegelisahan bagaimana kata-kata dapat menjadi kuasa bagi orang yang menggunakannya. Makna Mena Muria yang sangat problematis berakar pada pemahaman masyarakat dalam aspek kognitif. Aspek kognitif didalamnya berbicara mengenai memori yang tersimpan dalam otak manusia. Memori tersebut terenskripsi melalui proses informasi dan pengalaman indrawi manusia. 32 Bahasa tersimpan dalam memori tersebut pada bagian Long term memory atau memori jangka panjang. Sehingga akan mengurucut pada penemuan bahwa pemaknaan tentang Mena Muria yang lahir dari pengalaman masyarakat pada masa pergolakan sosial politik di Maluku akan membentuk ingatan Mena Muria yang politis, dan hal tersebut akan selalu teringat dalam memori jangka panjang. Mena Muria yang memiliki berbagai intepretasi membuat masyarakat secara bebas menafsirkan apa makna Mena Muria? Mena Muria yang politis ini kebanyakan ditafsirkan sebagai panggilan dan seruan untuk berjuang. Berjuang dalam arti dapat mempertahankan kehidupan mereka (survive). Manusia dalam kelompok masyarakat harus melakukan berbagai cara untuk selfdefense. Sekalipun melakukan kekerasan untuk memperjuangkan hak hidup. Mena Muria dilihat sebagai suatu cara untuk bertahan hidup saat perjuangan RMS yang dipahami oleh orang Aboru sebagai jalan keluar untuk menuju Maluku yang terbebas dari cengkraman Indonesia. Pemahaman orang Aboru pada fase kedua ini telah mengurangi esensi dan nilai budaya dalam kata Mena Muria yang dipengaruhi oleh situasi politik sehingga mengakibatkan aktor-aktor politik melakukan retorika terhadap orang Maluku pada umumnya dan orang Aboru pada khususnya. Pemahaman Mena Muria masa kini sangat dipengaruhi oleh proses-proses sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sejak terjadinya pergolakan sosial politik di Maluku oleh RMS banyak doktrin-doktrin yang sengaja diberikan 32 Untung Yuwono Pesona Bahasa (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2005)

18 kepada masyarakat. Salah satunya dengan mengubah Mena Muria menjadi alat untuk mempengaruhi masyakat. Mena Muria ditanamkan bersamaan dengan keyakinan untuk bermilitan memperjuangkan Maluku yang berhak menentukan sendiri kebebasan bernegaranya, maka isu-isu tentang kepemimpinan RMS yang kelak akan dipegang oleh orang Aboru sengaja dimunculkan di publik agar orang Aboru semakin gencar melakukan perlawanan. Para elit politik RMS saat itu pandai membaca situasi dan kondisi orang Aboru yang terkenal sangat militan terhadap apa yang diyakini oleh mereka. Doktrin-doktrin kekuasaan dan kemapanan bernegara menjadi alat yang ampuh mengumpulkan simpatik orang Aboru. Disinilah letak permainan politik bahasa untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seperti diketahui bahwa sebelumnya, Mena Muria dimaknai secara harafiah sebagai kata yang mengajak orang lain untuk bekerja sama dan saling membantu (non-peyoratif) tidak memiliki unsur negatif. Bahasa sangat berguna sebagai alat politik dalam ruang publik dan bahkan dalam relasi-relasi sosial individual 33. Pemaknaan masyarakat Maluku pada umumnya dan masyarakat Aboru khususnya berubah ketika Mena Muria sudah disisipi oleh muatan politis. Mena Muria sekarang ini dimaknai secara luas oleh masyarakat, arti harafiah Yang di depan Siap, di Belakang siap atau Di depan maju yang di belakang ikut sudah dikonotasikan negatif sebagai bentuk perlawanan terhadap NKRI oleh RMS. Ada berbagai macam fungsi bahasa dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya fungsi Fatik yang berguna menjadikan bahasa sebagai pesan untuk mengakaui dan mengukuhkan hubungan sosial. 34 Fungsi fatik bahasa dalam Mena Muria adalah untuk mendapatkan empati dan membangun solidaritas dalam masyarakat. Fungsi 33 Linda Thomas dan Shan Wereing, Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan (Yogyakarta : Paradigma,2009) Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna. (Yogyakarta : Jalasutra,2010)

19 Fatik ini sangat berpengaruh dalam masyarakat tradisional yang bergantung pada relasi-relasi sosial yang akan membentuk solidaritas sosial secara tidak langsung. Sebagai masyarakat tutur tradisional kesamaan bahasa dan pemahaman dapat mengokohkan komunitas. Sehingga kebanyakan masyarakat dalam komunitas seperti ini tidak mempersoalkan tujuan dan makna dari bahasa tersebut namun tetap mempertahankannya. Hal inilah yang membuat stigma negatif Mena Muria dapat bertahan dan kemudian diwariskan oleh satu generasi ke generasi lainnya yang mengakibatkan pemaknaan akan Mena Muria mengalami pergeseran. Seseorang yang mengatakan Mena Muria dalam komunitas masyarakat Maluku pada umumnya dan Masyarakat Aboru pada khususnya akan dipandang sebagai pengikut RMS atau melabeli diri saya pengikut RMS. Tentu hal ini mengurangi esensi dan makna budaya didalam kata Mena Muria itu sendiri. pemaknaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh situasi dan fungsi bahasa. Situasi sangat berperan penting terhadap fungsi bahasa dalam suatu komunitas. Sebuah kata yang digunakan dalam situasi tertentu dapat melahirkan makna baru sesuai dengan kebutuhan terhadap situasi itu sendiri, Fenomena-fenomena seperti ini kemudian dapat mempengaruhi sistem perilaku dan nilai individu atau masyarakat. 35 Lebih berbahaya apabila bahasa yang telah mempengaruhi sistem perilaku dan nilai dibawa dalam ruang publik. Mena Muria telah berfungsi secara emotif, terlepas dari makna harafiahnya yang sangat melibatkan emosi dan terekonstruksi untuk menyampaikan pesan politis. Mena Muria sebagai semboyan RMS adalah sebuah contoh bagaimana bahasa sangat berpengaruh dalam ruang publik. Di ruang publik semua orang bebas mengekspresikan, mengintepretasikan, berinteraksi, mereformasi secara bebas. Mena Muria ada dalam ruang publik dan secara bebas dimaknai oleh masyarakat. 35 Marcel Danesi...,

20 Kekuatan Mena Muria yang memiliki makna peyoratif tidak terlepas dari hubungan bahasa sebagai media kekuasaan dalam relasi sosial untuk mempengaruhi masyarakat. Mena Muria dipakai oleh kalangan elit masyarakat Maluku dalam RMS yang mampu mengendalikan masyarakat dengan pengaruh politik sehingga hasilnya adalah Mena Muria yang peyoratif (negatif). Meskipun bahasa merupakan salah satu produk budaya yang telah lama dalam peradaban manusia, tidak menutup kemungkinan bahasa dapat ditransformasikan sesuai dengan kebutuhan situasi ataupun basis kultural yang telah berubah. Pemaknaan masyarakat Aboru terhadap Mena Muria sekarang ini bukan lagi pemaknaan terhadap budaya melainkan cenderung mengikuti pemaknaan Mena Muria secara politis. Mena Muria telah dipengaruhi oleh konteks yang berperan dalam sistem sosial masyarakat Maluku. Temuan dilapangan membuktikan bahwa pemaknaan Mena Muria dipengaruhi kuat oleh keadaan politik di Maluku pada tahun Setelah tahun 1950 Mena Muria sudah tidak bisa bebas diucapkan bahkan dalam upacara adat sekalipun. Ini menunjukkan bahwa pengaruh kekuasaan dan politik sangat kuat. Meskipun kesadaran akan makna Mena Muria telah dipahami oleh orang-orang Aboru yang telah memiliki pendidikan yang memadai, atau bahkan yang menyadari benar arti harafiah Mena Muria dan melepaskan pengaruh politik namun tetap saja untuk mengatakan Mena Muria di ruang publik masih terlalu rentan. Ketakutan masyarakat ini bukan tanpa alasan, alat keamanan negara seperti polisi dan tentara tidak segan untuk menangkap orang-orang yang dengan sadar mengatakan Mena Muria dan dicurigai sebagai simpatisan RMS. Hal-hal semacam ini telah membangun makna negatif Mena Muria dalam masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, Mena Muria sebenarnya seperti idiom biasa yang kebanyakan digunakan dalam masyarakat berdasarkan pada arti harafiahnya Yang di depan maju yang di belakang ikut hal ini sama seperti idiom Ing Ngarso Sung Tulodo (yang di atas memberi teladan),, Ing Madya Mangun Karsa (yang di tengah membangun atau 79

21 menguatkan) dan Tut Wuri Handayani (yang di belakang memberi semangat atau dorongan) dalam masyarakat Jawa. Namun karena pengaruhnya yang begitu kuat secara politis Mena Muria dianggap sebagai kata yang tabu untuk dikatakan. Sehingga terlihat jelas kontestasi politik dan budaya terjadi dalam Mena Muria. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemaknaan Mena Muria Bagi Orang Aboru. Pemaknaan Mena Muria bagi orang Aboru tidak terlepas dari berbagai faktor. Secara langsung ataupun tidak langsung dalam kehidupan masyarakat, faktor pendidikan, faktor budaya, faktor sosial, faktor politik bahkan faktor ekonomi memiliki peran yang sangat penting. 1. Faktor Pendidikan Pengembangan sumber daya manusia merupakan bagian integral bagi proses pembangunan suatu bangsa. Tentunya pengembangan sumber daya manusia tidak terlepas dari peran intelektualitas yang memberi kontribusi pada ketrampilan mengolah dan memanfaatkan potensi untuk kesejahtraan dan kemakmuran suatu bangsa. untuk membangun sebuah sumber daya yang mumpuni dan siap bersaing demi kemajuan pembangunan maka diperlukan pengetahuan akademis. Pendidikan salah satu adalah Dasar dan sumber intelektual manusia maka lembaga pendidikan dinilai sebagai spektrum utama yang memegang posisi strategis dan bertanggung jawab terhadap menciptakan manusia yang berkualitas. Harus sejalan dengan pengelolaan yang efisien, efektif dan profesional. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa disadari pendidikan juga dapat mempengaruhi manusia dalam kelompoknya dalam bertindak. Kadar intelektual seseorang akan diukur dari proses akademik yang dilakukan secara formal di lembaga pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kapasitas intelektual tentu 80

22 memerlukan sebuah institusi atau lembaga pendidikan yang kita kenal dengan istilah institusi perguruan tinggi. Semakin baik pengetahuan maka yang diharapkan semakin kritis pula seseorang dalam menghadapi berbagai isu dalam masyarakat. Salah satu isu dalam masyarakat yang dimaksudkan adalah tentang pemaknaan Mena Muria dalam masyarakat Maluku pada umumnya dan masyarakat Aboru pada khususnya. Kata Mena Muria masih menjadi hal yang menimbulkan polemik di berbagai elemen masyarakat. Faktor pendidikan juga memberikan sumbangsih besar terhadap pemaknaan masyarakat tentang Mena Muria. 36 Di Aboru dengan rata-rata tingkat pendidikan hanya sebatas sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. 37 Dari data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa jumlah lembaga pendidikan formal yang ada di Aboru berjumlah 8 sekolah dari tingkat PAUD sampai SMA. Terdiri dari satu PAUD yayasan Kristen dan SD, SMP, SMA milik pemerintah. Presentase jenjang pendidikan yang paling tinggi adalah sebatas sekolah menengah pertama. Masyarakat didaerah terpencil seperti Aboru misalnya, akan menempuh pendidikan yang memadai di daerah perkotaan. Apabila biaya yang tersedia mencukupi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi maka hal itu akan dilakukan. Minimal anak-anak di Aboru akan disekolahkan di Ambon yang merupakan basis pendidikan di Maluku. Masyarakat Aboru di Pulau Haruku kurang mempunyai semangat edukasi yang baik. Anak-anak yang telah menyelesaikan pendidikan menengah atas jarang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan pemahaman bahwa mereka lebih baik bekerja menghasilkan uang dengan melaut atau bertani. Tentu dengan pendidikan yang tidak memadai maka pemahaman masyarakat Aboru terhadap Mena Muria secara politis mudah sekali didoktrinasi dalam pemikiran mereka tanpa dikritisi. 36 Hasil Wawancara dengan Ibu T.L, di Aboru, 2 Mei Hasil Data Base Jemaat Aboru 2015 pada Renstra Jemaat GPM Aboru. 81

23 Kurangnya pemahaman dan pengetahuan yang bisa didapatkan di lembaga pendidikan yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi) akhirnya berdampak pada kehidupan mereka. bukan saja makna Mena Muria yang tidak dipahami secara kritis oleh masyarakat Aboru di Pulau Haruku, tetapi juga keterlibatan anak-anak muda Aboru dalam gerakan sosial politik di Maluku. Seharusnya pada usia muda antara tahun seseorang dapat dikatakan sangat produktif dalam menempuh pendidikan. Cerita-cerita tentang perjuangan gerakan sosial politik di Maluku yakni RMS selama ini beredar dalam masyarakat. RMS diyakini sebagai sebuah negara yang sudah ada sebelum Indonesia terbentuk. Artinya RMS berhak untuk mengembalikan statusnya sebagai negara yang merdeka yang sementara ini sedang dijajah oleh Indonesia. Dengan mencuri hasil alam dari Maluku, pemerintah Indonesia dinilai hanya membangun Jakarta (Jawa) yang merupakan pusat pemerintahan. 38 Sehingga daerah Maluku tidak dapat menikmati hasil alam sendiri. Seharusnya hasil alam tersebut dapat digunakan untuk membangun infrastruktur yang memadai didaerah pelosok di Maluku. Simpatisan RMS sudah membangun kerangka berpikir demikian terhadap Indonesia. Imajinasi yang demikian dibangun dalam konsep berpikir yang sangat tradisional. Masyarakat Aboru yang memiliki rata-rata pendidikan menengah mudah menafsirkan segala hal sesuai dengan keinginan mereka. Dalam hal berpolitik misalnya, mereka kurang berafiliasi dengan hal-hal yang berbau ke-indonesia-an. Tetapi duduk dan membicarakan tentang nasib perjuangan RMS dan kapan akan terjadi perubahan sosial politik menjadi bahan pembicaraan sehari-hari. Masyarakat yang demikian tidak memiliki kemapanan dalam pendidikan. Pendidikan sebagai subsistem dalam sistem masyarakat membantu masyarakat mengarahkan sekaligus memudahkan proses pewarisan budaya dalam hal ini bahasa dari satu generasi ke generasi lainnya. Ada mekanisme keterkaitan yang tidak bisa dilepaskan antara proses pewarisan tersebut dengan bahasa sebagai produk budaya. 38 Henry Reinhard Apituley, Tesis, Hak Menentukan Nasib Sendiri Menurut Hukum Internasional. (Ambon : PPs Unpatti, 2014) 43 82

24 Pendidikan yang terbatas tidak memberikan penalaran yang baik akan pentingnya mempertahankan bahasa sebagai budaya tanpa intervensi politik. 2. Faktor Sosial-Budaya Selain faktor pendidikan, faktor yang juga turut mempengaruhi masyarakat adalah sosial-budaya. Bahasa yang merupakan produk budaya merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat. Bahasa memberikan identitas kepada masyarakat dalam suatu komunitas. Dengan bahasa pula masyarakat dan suatu komunitas menginginkan pengakuan akan identitas mereka tersebut. Secara sosial masyarakat Aboru masih dikategorikan sebagai masyarakat organik. Dengan pola interaksi yang masih sangat tradisional. Struktur sosial dalam masyarakat Aboru memiliki kesamaan dengan masyarakat adat di daerah Maluku lainnya. Pemerintahan tertinggi dipegang oleh Raja yang secara turun temurun (dinasti) diberikan kepada anak kandung atau yang masih memiliki hubungan darah dengan pemegang kekuasaan. Sebenarnya stratifikasi sosial di Aboru tidak menjadi masalah karena di Aboru gap antara pemegang pemerintahan seperti raja tidak menutup diri dan sangat berelasi dengan masyarakat. Namun tetap Raja selalu mendapat penghormatan yang tinggi bahkan masyarakat masih tunduk pada semua kebijakan Raja. Jika terjadi permasalahan dalam masyarakat maka segala permasalahan di Aboru akan diselesaikan di rumah adat dalam sidang adat. 39 Masyarakat Aboru memiliki tingkat empati dan solidaritas yang sangat tinggi. Solidaritas dapat merujuk pada ikatan moral dimana hubungan-hubungan antar individu adalah sedemikian sulit dibedakan dari hubungan-hubungan terhadap kesuluruhan. 40 Model sejenis ini disebut Durkheim sebagai Segmentary societes based upon class. Yang menekankan pada solidaritas kolektif untuk mencegah berkembangnya kehidupan yang mementingkan diri 39 Hasil Wawancara dengan Bpk. E.S di Aboru, 3 Mei Emile Durkheim, The Division of Labor Society (NY : Free Press, 1964)

25 sendiri. 41 Konsep tentang perilaku kolektif dalam masyarakat Aboru sangat nampak dalam kehidupan mereka. Sesuatu yang mereka yakini memiliki nilai dalam masyarakat dapat menggerakan mereka secara kolektif. Mena Muria telah diyakini memiliki nilai dalam masyarakat sebagai pengikat solidaritas mereka yang terpanggil sebagai anak Maluku untuk melakukan perlawanan terhadap Indonesia. Perilaku kolektif ini ditularkan secara psikologis untuk membangun simpatik masyarakat Aboru tentang perjuangan bersama menuju Maluku yang bebas dan Merdeka. Falsafah hidup Maluku Satu Darah menjadi pengikat dalam masyarakat Maluku pada umumnya dan masyarakat Aboru pada umumnya. Selain itu pengakuan terhadap identitas mereka dalam masyarakat sangat penting. Penetrasi kolonial pada awal abad 15 masih meninggalkan bekas dalam kehidupan masyarakat. Sampai pada masa kolonialisasi Belanda, orang Maluku pada umumnya sangat diistimewakan. 42 Sebagai daerah penghasil rempahrempah yang merupakan komoditi utama saat itu membuat Maluku dianggap sebagai anak emas. Pada saat pemulangan bangsa Belanda setelah kemerdekaan Indonesia tidak sedikit orang Maluku yang dibawa ke Belanda. Orang-orang Maluku pada umumnya dan Aboru pada khususnya memiliki sebuah ikatan yang kuat dengan orang Belanda. Merupakan kebanggan tersendiri apabila ada orang Maluku yang dibawa kesana untuk sekedar jalan-jalan atau menetap. Budaya orang Maluku banyak mengadaptasi peninggalan bangsa kolonial sehingga tidak heran apabila ada masyarakat Maluku yang sangat bangga dengan hal tersebut. Para pemimpin RMS kebanyakan berdomisili di Belanda dan sebagian di Amerika. Dengan janji akan memberikan jaminan kepada masyarakat Maluku jika merdeka nanti membuat masyarakat Maluku 41 Lambang Trijono, Pembangunan Sebagai Perdamaian : Rekonstruksi Indonesia Pasca Konflik (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007)24 42 Abdul Irsan, Hubungan Indonesia-Belanda : Antara Benci dan Rindu (Jakarta : Yayasan Pancur Siwah, 2003)

26 umumnya dan masyarakat Aboru khususnya gencar melakukan perlawanan. Masyarakat Aboru sangat terbuka melabeli diri mereka sebagai pengikut RMS. Partisipasi masyarakat dalam proses sosial sangat terlihat. Prinsip-prinsip sosial ini dibangun dengan landasan yang kuat dari kebudayaan orang Aboru yang memegang teguh nilai kebersamaan. Nilai-nilai budaya dalam masyarakat dapat dilihat sebagai salah satu basis normatif yang mampu mengikat kehidupan bersama. Masyarakat Aboru yang tradisional ini hidup dalam tatanan masyarakat tutur. Ciri masyarakat tutur adalah proses interaksi aktif dalam komunitas. Yang menjadi kelemahan Aboru sebagai masyarakat tutur adalah penutur bahasa daerah hampir tidak ada. Bahasa daerah tidak dilestarikan di Aboru, terlihat dari penggunaannya hanya sebatas upacara adat. Dalam proses interaksi sehari-hari masyarakat Aboru menggunakan bahasa melayu Ambon. Hampir hilangnya bahasa daerah yang diakibatkan oleh berkurangnya penutur juga mempengaruhi pemaknaan Mena Muria. Hal yang akan terbayang jika pertanyaan tentang Mena Muria diberikan kepada orang Aboru maka tentu akan terkait dengan RMS. Bungkusan politik yang melekat dalam Mena Muria sepertinya telah mengikis identitas ke-maluku-an masyarakat Maluku pada umumnya dan Masyarakat Aboru pada khususnya. Sehingga dalam usaha untuk mengarahkan kembali makna kultural Mena Muria perlu mendudukannya dengan epistemik yang jelas. Kebudayaan Maluku yang telah terkikis akibat pengaruh politik serta pengaruh kolonialisasi yang selama berabad-abad menyatu dengan keaslian orang Maluku. Orang Maluku pada umumnya dan orang Aboru pada khususnya telah banyak mengadaptasi berbagai peninggalan kolonial. Katakan saja tarian, bahasabahasa tidak baku, pola hidup bahkan pengakuan terhadap identitas juga terjadi demikian. Identitas yang dibangun dengan konsep yang tidak kuat seperti ini berakibat pada penghilangan makna sebenarnya sebagai orang Maluku. Dalam masyarakat Aboru, nilai-nilai budaya juga mampu memberikan fungsi dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat. Pakaloi 85

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik Indonesia. Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi 128 BAB V KESIMPULAN Seksualitas merupakan bagian penting yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan biologis seorang napi. Berada dalam situasi dan kondisi penjara yang serba terbatas, dengan konsep pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia. Pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dapat ditunjukkan dengan kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M. Soeharto, Kamus Musik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 86. 2

BAB I PENDAHULUAN. M. Soeharto, Kamus Musik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 86. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni. Dalam penyajiannya, musik sering berpadu dengan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN 101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan umum dan khusus, implikasi, dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pertama ini, peneliti akan memberikan paparan mengenai latar belakang permasalahan dan fenomena yang terkait. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan rumusan masalah berupa pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci