DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi

1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk menjamin dan melindungi hak, kesempatan, perlakuan yang adil dan setara dalam kampanye, maka perlu dilakukan upaya pengawasan secara terus menerus dan professional untuk mencegah dan melakukan penindakan terhadap setiap terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaan kampanye; dan b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu untuk menetapkan peraturan tentang pedoman pengawasan kampanye pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor Tahun. 3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor.. Tahun. tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1080);

2 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disingkat Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disingkat Bawaslu Provinsi adalah badan yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di provinsi. 3. Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat Panwaslu Kabupaten/Kota adalah panitia yang dibentuk Bawaslu Provinsi yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di kabupaten/kota. 4. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain. 5. Pengawas Pemilihan adalah Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota. 6. Kampanye Pemilihan, selanjutnya disebut kampanye adalah kegiatan menawarkan visi, misi dan program Pasangan Calon dan informasi lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan pemilih. 7. Tim Kampanye adalah tim yang dibentuk oleh Pasangan Calon bersamasama dengan Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan calon atau oleh Pasangan Calon perseorangan yang didaftarkan ke KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota. 8. Petugas Kampanye adalah seluruh petugas yang memfasilitasi penyelenggaraan Kampanye yang dibentuk oleh Tim Kampanye dan didaftarkan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya. 9. Peserta Kampanye adalah anggota masyarakat atau Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai Pemilih. 10. Alat Peraga Kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, dan program Pasangan Calon, simbol-simbol, atau tanda gambar Pasangan Calon yang dipasang untuk keperluan Kampanye yang bertujuan untuk mengajak orang memilih Pasangan Calon tertentu,

3 yang difasilitasi oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota yang didanai APBD dan dapat didukung oleh APBN. 11. Bahan Kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program Pasangan Calon, simbolsimbol, atau tanda gambar yang disebar untuk keperluan Kampanye yang bertujuan untuk mengajak orang memilih Pasangan Calon tertentu, yang difasilitasi oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota yang didanai APBD dan dapat didukung oleh APBN, serta yang difasilitasi oleh Pasangan Calon. 12. Iklan Kampanye adalah penyampaian pesan Kampanye melalui media cetak dan elektronik berbentuk tulisan, gambar, animasi, promosi, suara, peragaan, sandiwara, debat, dan bentuk lainnya yang dimaksudkan untuk memperkenalkan Pasangan Calon atau meyakinkan Pemilih memberi dukungan kepada Pasangan Calon, yang difasilitasi oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota. 13. Pemberitaan dan Penyiaran Kampanye adalah penyampaian berita atau informasi yang dilakukan oleh media massa cetak, elektronik dan lembaga penyiaran yang berbentuk tulisan, gambar, video atau bentuk lainnya mengenai Pasangan Calon, dan/atau kegiatan Kampanye. 14. Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. 15. Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio atau siaran televisi. 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disingkat APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 18. Hari adalah hari kalender. Pasal 2 (1) Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota, Panwascam dan PPL melakukan pengawasan pada setiap kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai kampanye. (2) Pengawasan terhadap pelaksanaan kampanye meliputi: a. Para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kampanye; b. Metode kampanye yang digunakan; c. Materi kampanye; dan d. larangan kampanye.

4 BAB II MEKANISME PENGAWASAN Bagian Pertama Pengawasan Persiapan Kampanye Pasal 3 Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan pengawasan persiapan kampanye dengan cara : a. memastikan kesiapan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan seluruh tahapan kampanye, terkait dengan : 1. penyusunan jadwal dan lokasi kampanye dengan melibatkan Pasangan Calon dan Pemerintah Daerah; 2. penetapan jadwal dan/atau lokasi kampanye dilakukan secara adil dan proporsional; 3. pencetakan bahan kampanye dilakukan sesuai dengan jumlah kepala keluarga pada daerah pemilihan untuk setiap Pasangan Calon; 4. desain dan materi bahan kampanye tidak melanggar larangan kampanye; 5. KPU sudah menerima daftar tim kampanye Pasangan Calon; 6. pemasangan alat peraga kampanye melalui bilboard, videotron, baliho, sepanduk Pasangan Calon sesuai dengan batas waktu pelaksanaan kampanye skors jam tanggal b. memastikan Pemerintah Daerah memfasilitasi penyelenggara pemilu dan Pasangan Calon secara adil dan tidak diskriminatif; c. mendorong partisipasi masyarakat dalam pengawasan kampanye; d. mensosialisasikan tugas dan batasan kewenangan pengawas pemilihan dalam pengawasan kampanye; e. mensosialisasikan prosedur dan tata cara pelaksanaan kampanye agar ditaati oleh para pihak; f. memastikan penetapan waktu dan lokasi kampanye tidak diskriminatif terhadap Pasangan Calon; g. mensosialisasikan hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan kampanye; h. membangun komitmen untuk bersama-sama melakukan pengawasan; dan i. memastikan kampanye dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Catatan: Bahwa terkait penggunaan billboard harus sudah di koordinasikan dengan Pemda, KPU, Paslon/ tim kampanye dan dimasukan dalam pengawasan pemasangan dalam alat peraga kampanye j. KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;

5 k. Pasangan Calon; l. Pemerintah daerah; m. Polri; n. Tokoh agama; o. Tokoh masyarakat; p. Insan Media; q. Pemantau Pemilu; dan r. Pihak lainnya. Koordinasi yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk: s. memastikan kesiapan KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan tahapan kampanye; t. memastikan Pemerintah Daerah memfasilitasi penyelenggara pemilu dan Pasangan Calon secara adil dan tidak diskriminatif; u. memastikan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan kampanye; v. mensosialisasikan tugas dan batasan kewenangan pengawas pemilihan dalam pengawasan kampanye; w. mensosialisasikan prosedur dan tata cara pelaksanaan kampanye agar ditaati oleh para pihak; x. memastikan penetapan waktu dan lokasi kampanye tidak diskriminatif terhadap Pasangan Calon; y. mensosialisasikan hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan kampanye; z. membangun komitmen untuk bersama-sama melakukan pengawasan; dan aa. memastikan kampanye dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 4 (1) Pengawasan Kampanye yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota terdiri atas : a. Kampanye yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota ; dan b. Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye. (2) Kampanye yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota yang diawasi oleh Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota terdiri atas : a. Debat publik atau debat terbuka antar Pasangan Calon; b. Penyebaran Bahan Kampanye kepada umum; c. Pemasangan alat peraga kampanye; dan/atau d. Iklan di media massa cetak dan media massa elektronik. (3) Kampanye yang dilaksanakan oleh Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye yang diawasi oleh Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota terdiri atas :

6 a. Pertemuan terbatas; b. Pertemuan tatap muka dan dialog; dan c. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Pertama Pengawasan Debat Publik atau Debat Terbuka Pasal 6 (1) Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota menyampaikan dan memberikan pertimbangan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota agar lembaga penyiaran publik yang menyiarkan secara langsung acara debat professional, independen dan tidak memihak kepada salah satu pasangan calon. (2) Pelaksanaan debat publik atau debat terbuka dipastikan oleh Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota tidak melebihi jumlah yang telah ditetapkan paling banyak 3 (tiga) kali. Pasal 7 (1) Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota sebelum penyelenggaraan debat publik atau debat terbuka meminta informasi kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota terkait moderator yang akan dipilih untuk memandu pelaksanaan debat publik atau debat terbuka. (2) Setelah mendapatkan informasi mengenai moderator yang akan memandu debat, Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan penelusuran terhadap riwayat hidup moderator untuk memastikan moderator yang dipilih mempunyai integritas yang tinggi, jujur, simpatik, dan tidak melakukan pemihakan kepada salah satu Pasangan Calon. Pasal 8 (1) Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota meminta daftar undangan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota. (2) Daftar undangan yang diberikan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota selanjutnya diperiksa dan diteliti oleh Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota untuk memastikan tidak adanya diskriminasi dan penyandang disabilitas mendapatkan akses dalam debat public atau debat terbuka. Pasal 9 Pada saat kegiatan debat publik atau debat terbuka berlangsung, Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan

7 pengamatan terhadap setiap komentar yang disampaikan oleh moderator. Pasal 10 Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota menghadiri penyusunan mekanisme pelaksanaan debat. Bagian Kedua Pengawasan Penyebaran Bahan Kampanye Pasal 11 (1) Pelaksanaan penyebaran bahan kampanye yang difasilitasi oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota diawasi oleh Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwascam dan PPL. (2) Bahan kampanye yang diawasi penyebarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Selebaran; b. Brosur; c. Pamplet; dan d. Poster. (3) Pengawasan terhadap bahan kampanye dilakukan dengan memperhatikan : a. Ukuran bahan kampanye yang dibuat oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota harus sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan oleh KPU; b. Pembuatan dan pembiayaan produksi bahan kampanye; c. Desain dan materi kampanye yang termuat dalam bahan kampanye; d. Cetakan bahan kampanye telah sesuai dengan desain dan materi yang disampaikan Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye; dan e. Jumlah bahan kampanye yang dicetak oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk setiap Pasangan Calon. (4) Dalam hal pencetakan bahan kampanye telah selesai dilakukan, maka Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk meminta data dan informasi mengenai jumlah bahan kampanye yang diserahkan kepada Pasangan Calon atau penghubungnya. (5) Penyebaran bahan kampanye yang dilakukan oleh petugas kampanye diawasi untuk memastikan bahan kampanye yang disebarkan adalah bahan kampanye yang diserahkan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota. Pasal 12 (1) Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan dan PPL mencegah agar bahan kampanye yang disebarkan tidak ditempatkan di tempat umum, meliputi : a. Tempat ibadah termasuk halaman;

8 b. Rumah sakit atau tempat-tempat pelayanan kesehatan; c. Gedung milik pemerintah; d. Lembaga pendidikan (gedung dan sekolah) ; e. Jalan-jalan protokol; f. Jalan bebas hambatan; g. Sarana dan prasarana publik; h. Taman dan pepohonan. (2) Bentuk pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan mengajukan permintaan agar penyebaran bahan kampanye kepada umum dilakukan pada saat dilakukannya pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka dan dialog, dan/atau di tempat umum. Bagian Ketiga Pengawasan Pemasangan Alat Peraga Bagian Keempat Pengawasan Iklan di Media Massa Bagian Kedua Pengawasan Tatap Muka dan Dialog Bagian Ketiga Pengawasan Kampanye Bagian Ketiga Pasal 8 (1) Pengawas pemilu menyusun fokus dan melakukan pemetaan potensi kerawanan dalam pelaksanaan kampanye.

9 (2) Fokus pengawasan pelaksanaan kampanye diambil setelah adanya hasil pemetaan potensi rawan pelaksanaan kampanye. (3) Indikator kerawanan dalam dalam pelaksanaan kampanye didasarkan pada : a. Lokasi kampanye rawan konflik ; b. Potensi terjadinya politik uang ; c.. Pasal 9 (1) Setelah dimulainya kampanye dilakukan, pengawas pemilihan meminta seluruh dokumen Kampanye kepada peserta pemilu. (2) Dokumen kampanye yang didapatkan digunakan untuk mengetahui : a. Materi kampanye; b. Waktu dan lokasi pelaksanaan kampanye; c. Pelaksana Kampanye; d. Petugas Kampanye; e. Peserta kampanye; dan f. Pihak lain yang dilibatkan. (3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya diidentifikasi dan diverifikasi untuk memastikan tidak mterdapat pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Pengawasan Melekatdan Metode Kampanye Pasal 10 (1) Kampanye yang dilaksanakan secara terbuka diawasi secara melekat dengan mendatangi secara langsung lokasi pelaksanaan Kampanye. (2) Kampanye yang dilaksanakan secara terbuka dan diawasi secara melekat berupa : a. Pertemuan terbatas; b. Tatap muka dan dialog; c. Debat pasangan calon tentang materi kampanye pasangan calon; dan d. Kegiatan lain yang melibatkan pemilih. Pasal 11 (1) Bentuk kegiatan kampanye meliputi : a. Pertemuan terbatas; b. Tatap muka dan dialog; c. Penyebaran melalui media massa cetak dan elektronik; d. Penyiaran melalui radio dan/atau televise; e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum; f. Pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan ditempat lain yang telah ditentukan; g. Debat pasangan calon; dan

10 h. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan. (2) Pengawasan terhadap kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengetahui dan memastikan tata cara kampanye yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 12 (1) Dalam pengawasan pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, hal-hal yang harus diperhatikan dan diteliti kebenaran informasinya yaitu : a. Pertemuan terbatas dilaksanakan di dalam ruangan atau gedung tertutup; b. Peserta yang menghadiri undangan tidak melebihi batas peserta yang telah ditentukan oleh penyelenggara pemilu; c. Pelaksanaan pertemuan terbatas sesuai dengan isi yang tercantum di dalam undangan. (2) Di dalam pertemuan terbatas harus dipastikan tidak terdapat penggunaan sesuatu yang dilarang oleh penyelenggara dan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. (3) Pemberitahuan dan informasi pelaksanaan pertemuan terbatas harus diterima dan didapatkan oleh pengawas pemilu. Pasal 13 (1) Di dalam pelaksanaan pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, Pengawas Pemilu memeriksa dengan cara memperhatikan pihak yang menghadiri kegiatan tidak terdapat pihak pihak yang dilarang berkampanye, yaitu; a. pejabat badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah; b. aparatur sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan anggota Tentara Nasional Indonesia; dan c. Kepala Desa atau sebutan lain/lurah dan perangkatdesa atau sebutan lain/perangkat Kelurahan. (2) Pejabat Negara, Gubernur, Bupati dan Walikota yang terlibat sebagai pelaksana dan/atau Tim Kampanye harus dipastikan oleh pengawas pemilu telah memiliki ijin cuti kampanye. (3) Di dalam pelaksanaan pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog harus dipastikan tidak terdapat penyalahgunaan anggaran dan fasilitas negara. Pasal 14

11 Bagian Ketiga Pengawasan Materi Pasal 15 (1) Materi kampanye yang disampaikan oleh Pasangan Calon kepada peserta kampanye diteliti oleh Pengawas Pemilu. (2) Penelitian materi kampanye dilakukan untuk menilai materi telah disampaikan dengan cara sopan, tertib, mendidik, bijak dan beradab, serta tidak provokatif. Pasal 16 (1) Materi kampanye yang disampaikan secara tertulis oleh pasangan calon harus dipastikan oleh Pengawas Pemilu materinya harus : a. Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. Menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa; c. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; d. Memberikan informasi yang benar, seimbang dan bertanggung jawab sebagai bagian dari pendidikan politik; dan e. Menjalin komunikasi politik yang sehat antara Pasangan Calon dengan masyarakat sebagai bagian dari membangun budaya politik Indonesia yang demokratis dan bermartabat. (2) Ketidaksesuaian materi kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada KPU dalam bentuk hasil kajian untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB IV LAPORAN PENGAWASAN KAMPANYE Bagian Keempat Pelaporan Hasil Pengawasan Pasal 17 (1) Setiap hasil pengawasan yang dilakukan di lapangan disusun dalam sebuah laporan hasil pengawasan. (2) Laporan hasil pengawasan yang dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan sebagai bahan untuk menentukan apakah telah terjadi pelanggaran pemilu. (3) Dalam hal diputuskan terjadi pelanggaran pemilu, maka pengawas pemilu menindaklanjutinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12 Bagian Ketiga Publikasi dan Sosialisasi Pasal 5 (1) Setiap bentuk kegiatan pengawasan yang telah dilakukan agar didokumentasikan dalam sebuah laporan hasil pengawasan. (2) Laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipublikasikan dan disosialisasikan secara berkala melalui media pengawas pemilihan. Bagian Pertama Tindak Lanjut Laporan dan/atau Temuan Pasal 18 (1) Setiap laporan yang disampaikan oleh seseorang, baik secara lisan atau tertulis karena hak dan kewajibannya terkait adanya dugaan pelanggaran dalam kampanye, wajib diterima oleh pengawas pemilu. (2) Dalam proses penerimaan laporan, petugas penerima laporan meneliti identitas dan kebenaran informasi yang disampaikan. (3) Bagian Kedua Penerbitan Rekomendasi Pasal 19 (1) Penerbitan rekomendasi dilakukan sebagai sebuah rangkaian dan tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dalam rangka untuk menjamin pelaksanaan kampanye telah dilakukan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. (2) Penerbitan rekomendasi harus dilakukan secara professional, proporsional dan transparan. Bagian Kedua Pengawasan Tindak Lanjut Rekomendasi

13 BAB V Kerjasama Pengawasan dan Pembentukan Gugus Tugas Bagian Pertama Kerjasama Pengawasan Pasal 20 (1) Dalam mengawasi pelaksanaan kampanye, Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota dapat menyusun kerjasama yang menunjang efektifitas pengawasan pelaksanaan kampanye pemilihan. (2) Sebelum kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disepakati, draft rencana kerjasama disampaikan kepada Bawaslu RI untuk dilakukan penilaian. (3) Dalam hal rencana kerjasama telah mendapatkan persetujuan Bawaslu RI, maka kerjasama dapat dilakukan oleh Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabuapten/Kota. Pasal 21 (1) Kerjasama yang telah dilakukan oleh Bawaslu RI dengan lembaga Negara dan para pemangku kepentingan pemilu yang berisi terkait dengan pelaksanaan pengawasan pemilu secara bersama-sama wajib dilaksanakan oleh Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota. (2) Pelaksanaan isi kerjasama dilaporkan kepada Bawaslu RI pada minggu pertama setiap bulan berjalan. Pasal 22 (1) Dalam melaksanakan pengawasan pemilihan, pengawas pemilihan dapat melibatkan masyarakat secara langsung untuk melaksanakan pengawasan. (2) Pelibatan masyarakat secara langsung sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan kesukarelaan masyarakat untuk melakukan pengawasan. (3) Pengawas pemilihan dapat menghimpun kekuatan kelompok masyarakat untuk melakukan pengawasan dengan membentuk kelompok kerja pengawasan. Bagian Kedua Pembentukan Gugus Tugas Pasal 23

14 (1) Untuk mensinergikan, mengefektifkan dan mempercepat pelaksanaan koordinasi lembaga yang terkait dengan pengawasan pelaksanaan kampanye pemilihan, maka dapat dibentuk Gugus Tugas pengawasan kampanye. (2) Dalam pengawasan kampanye pemilihan, dibentuk sebuah Gugus Tugas pengawasan kampanye di media massa cetak dan media elektronik. (3) Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melibatkan Komisi Penyiaran Indonesia dan Dewan Pers. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Gugus Tugas diatur di dalam Memorandum of Ourstanding (MoU) yang disepakati dan ditandatangani bersama. BAB VI Ketentuan Penutup Pasal 24 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. ditetapkan di Jakarta pada tanggal KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, MUHAMMAD YASONNA HAMONANGAN LAOLY

15 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR...