BAB II LANDASAN TEORI. penelitian ini. Secara ringkas berikut uraian mengenai penelitian relevan itu.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. penelitian ini. Secara ringkas berikut uraian mengenai penelitian relevan itu."

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dhina Dwi Filiani (2013) dan Neneng Sulistianingrum (2015). Penelitian relevan tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Secara ringkas berikut uraian mengenai penelitian relevan itu. Dhina Dwi Filiani Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2013, melakukan penelitian dengan judul Metode Pengembangan Topik Wacana Argumentasi Pada Rubrik Gaul Ilmiah (Tabloid Gaul Edisi tahun 2012). Tujuannya adalah mendeskripsikan metode pengembangan topik yang terdapat pada rubrik Gaul Ilmiah edisi Hasil penelitian menunjukkan adanya metode pengembangan topik yang bervariasi. Beberapa metode pengembangan topik wacana argumentasi tersebut diantaranya yaitu metode genus dan definisi, metode pertentangan, metode perbandingan, metode persamaan atau analogi, metode sebab akibat, metode akibat sebab, metode generalisasi, metode keadaan atau sirkumstansi, metode kesaksian atau autoritas. Relevansi penelitian Dhina Dwi Filiani dengan penelitian ini adalah samasama meneliti metode pengembangan topik. Persamaan lain adalah menggunakan jenis penelitian deskripstif kualitatif. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian Dhina Dwi Filiani. Perbedaannya terdapat pada data dan sumber data. Data yang diteliti berupa wacana argumentasi pada rubrik dan sumber data yang digunakan oleh Dhina Dwi Filiani yaitu Tabloid Gaul Edisi tahun Sedangkan 8

2 9 penelitian ini menggunakan data berupa wacana argumentasi pada tajuk rencana dan sumber data dari harian Suara Merdeka edisi Februari sampai Maret Neneng Sulistianingrum mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, melakukan penelitian dengan judul Analisis Metode-Metode Pengembangan Topik Wacana Argumentasi Rubrik Opini Harian Kompas Edisi Januari Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan metode pengembangan topik yang digunakan pada wacana argumentasi yang terdapat dalam rubrik Opini harian Kompas edisi Januari Hasil penelitiannya yaitu menunjukkan bahwa metode pengembangan topik wacana argumentasi rubrik Opini harian Kompas edisi Januari 2014 terdapat lima metode pengembangan topik yang digunakan. Metode pengembangan topik tersebut diantaranya metode pertentangan, metode keadaan atau sirkumstansi, metode sebab akibat, metode perbandingan, metode akibat sebab. Relevansi penelitian Neneng Sulistianingrum dengan penelitian ini adalah tentang metode pengembangan topik dalam wacana argumentasi, serta kesamaan jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Adapun perbedaan pada sumber data. Penelitian Neneng menggunakan sumber data dari harian Kompas edisi 13 sampai 22 Januari 2014 sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data dari harian Suara Merdeka edisi Februari sampai Maret Berdasarkan dua pnelitian relevan di atas, terdapat persamaan dan perbadaan dalam penelitian ini. Persamaan yang peneliti temukan yaitu membahas tentang metode pengembangan topik dan jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu data dan sumber data. Penelitian terdahulu datanya berupa wacana argumentasi pada rubrik dan wacana

3 10 argumentasi pada opini, sedangkan penelitian ini datanya berupa wacana argumentasi pada tajuk rencana. Sumber data dalam penelitian ini yaitu harian Suara Merdeka edisi Februari-Maret 2017, sedangkan penelitian terdahulu sumber datanya yaitu Tabloid Gaul edisi tahun 2012 dan harian Kompas edisi Januari B. Wacana 1. Pengertian Wacana Sobur (2009:10) mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur. Bentuk paparan lisan dan tulisan yang utuh berarti wacana tersebut berisi konsep, gagasan, pikiran atau ide yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar tanpa keraguan apapun (Chaer, 2007:267). Pada pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Eriyanto,2009:3). Menurut Kridalaksana (2008:259), berpendapat bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan gramatikal tertinggi berupa lisan maupun tulisan yang digunakan untuk menyampaikan ide agar dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar tanpa keraguan apapun. 2. Kedudukan Wacana Wacana memiliki posisi paling tinggi dalam satuan bahasa. Hal tersebut disebabkan karena wacana sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik yang mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala

4 11 bentuk komunikasi. Pada bagan di bawah ini wacana mencakup semua aspek seperti fonem, morfem, kata, frasa, klausa dan kalimat (Mulyana, 2005:6). Wacana Kalimat Klausa Frasa Kata Morfem Fonem Bagan di atas menunjukkan bahwa semakin ke atas, satuan kebahasaan akan semakin besar. Dari mulai aspek terkecil yaitu fonem hingga aspek terbesar yaitu wacana. Artinya, satuan kebahasaan yang ada di bawah akan tercakup dan menjadi bagian dari satuan bahasa yang ada di atasnya. Hal tersebut terjadi hingga mencakup satuan bahasa yang terbesar yaitu wacana. Jadi, wacana dianggap memiliki kedudukan tertinggi dalam aspek kebahasaan karena mencakup seluruh aspek yang berada di bawahnya. 3. Unsur-unsur Wacana Wacana memiliki dua unsur pendukung, yaitu unsur internal dan unsur eksternal. Unsur internal suatu wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat yang berposisi sebagai kalimat, atau juga bisa dikenal dengan sebutan kalimat satu kata. Untuk menjadi satuan wacana yang besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung membentuk wacana. Unsur eksternal wacana terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks. Kehadiran unsur eksternal

5 12 ini sebagai pelengkap dalam keutuhan wacana (Mulyana, 2005: 7-11). Menurut Tarigan (2008:24), terdapat enam unsur terpenting dalam wacana yaitu satuan bahasa, terlengkap dan terbesar atau tertinggi, di atas kalimat atau klausa, koherensi, lisan dan tulis, awal dan akhir yang nyata. 4. Keutuhan Struktur Wacana Wacana yang utuh pada umumnya memiliki unsur kohesi dan koherensi. Jika ke duanya terdapat di dalam suatu wacana maka wacana tersebut dapat dikatakan sebagai wacana yang utuh. Kohesi merupakan kepaduan di bidang bentuk (Ramlan, 2001:10). Menururt Halliday dan Hasan (1985: 65) kohesi adalah perangkat sumbersumber kebahasaan yang dimiliki sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya. Menurut Mulyana (2005:26) kohesi memiliki arti sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kohesi adalah sumber kebahasaan yang berfungsi sebagai kepaduan untuk mengaitkan ikatan antara bagian teks. Menurut Alwi dkk, (2003:428) koherensi yaitu hubungan perkaitan antar proposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara eksplisit atau nyata dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang mengungkapkannya. Koherensi berarti hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat (Keraf, 2007: 38). Menurut Ramlan (2001:10), koherensi adalah keaduan di bidang makna. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, koherensi adalah suatau hubungan perkaitan yang implisit dalam suatu teks.

6 13 5. Tema Wacana Tema merupakan panduan motivasi pada satu perayaan atau kegiatan dan panduan wacana (Parera, 2004: 232). Menurut Mulyana (2005: 37) tema merupakan perumusan dan kristalisasi topik-topik yang akan disajikan landasan pembicaraan atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut. Tema adalah gambaran umum dari suatu teks, bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks (Eriyanto, 2009: 229). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide pokok yang menjadi dasar dalam sebuah pembahasan. Tema memiliki cakupan yang luas, oleh karenanya tema dapat diperinci menjadi topik. Topik juga dapat diperinci lagi menjadi topik-topik kecil yang nantinya akan menghasilkan judul pada sebuah wacana. Topik berasal dari bahasa Yunani topio, yang artinya tempat ( Keraf, 2007:107). Secara mendasar, topik diartikan sebagai pokok pembicaraan (Mulyana, 2005:39). Menurut Alwi dkk (2003:435) topik merupakan proposisi yang berwujud frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa topik adalah bagian dari tema, namun cakupan topik lebih luas dari pada judul dalam sebuah wacana karena topik berisikan pokok yang diperbincangkan dalam sebuah wacana. 6. Jenis Wacana Jenis wacana dibagi menjadi enam, yaitu jenis wacana ditinjau berdasarkan bentuk, media penyampaian, jumlah penutur, sifat, isi, gaya dan tujuan. Berdasarkan bentuk terdapat enam wacana, antara lain wacana naratif, prosedural, ekspositori, hortatori, epistoleri dan wacana dramatik. Berdasarkan media penyampaian ada dua

7 14 yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Berdasarkan jumlah penutur terdapat wacana monolog dan wacana dialog. Berdasarkan sifat terbagi dua wacana fiksi dan nonfiksi. Berdasarkan isi terdapat wacana politik, sosial, ekonomi, budaya, militer, hukum dan kriminalitas, serta wacana olahraga dan kesehatan. Berdasarkan gaya dan tujuan terdapat wacana iklan (Mulyana, 2005:47). C. Wacana Argumentasi 1. Pengertian Wacana Argumentasi Wacana argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembaca (Keraf, 2007:3). Menurut Marwoto (1987:174), wacana argumentasi adalah wacana yang isinya terdiri dari paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut, argumentasi dibangun untuk meyakinkan kebenaran pendapat, gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan fenomenaa fenomena keilmuan yang dikemukakan. Argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan sekedar mana suka atau pendekatan emosional (Rahayu, 2007:168). Argumentasi tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal. Berdasarkan pengertian di atas wacana argumentasi adalah wacana yang mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca dengan cara memberikan alasan disertai bukti kebenaran pendapatnya, sehingga dapat bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pengarang.

8 15 2. Ciri-ciri Wacana Argumentasi Ciri khas dari argumentasi yang dikemukakan oleh Keraf (2007:120), yaitu usaha membuktikan suatu kebenaran sebagai yang digariskan dalam proses penalaran pembicara atau penulis. Menurut Tarigan (2008:116) dan Zainurrahman (2011: 51-52), ciri-ciri wacana argumentasi adalah sebagai berikut: Perlakuan terhadap suatu masalah dilakukan secara cermat, teliti, dan bernada faktual. Pokok permasalahan menjadi hal penting. Maksud dan tujuannya adalah memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan kejujuran. Argumentasi menuntut orang-orang yang bertanggung jawab untuk menerima apa yang layak dan yang didasarkan pada fakta yang masuk akal. Sarana untuk berargumen mengenai suatu isu. Berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca alasan-alasan, argumen, ideologi, dan kepercayaan agar pembaca dapat mengadopsi posisi yang diambil oleh penulis. Berusaha membujuk, mengajak, atau mendesak pembaca agar mengubah pola pikir dan asumsi mereka mengenai sebuah isu kontroversial. 3. Proses Penalaran Penalaran (jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan (Keraf, 2007: 5). Hubungan fakta-fakta tersebut diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan atau bentuk kalimat berita. Kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi (Rahayu, 2007: 39). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta yang ada untuk menarik sebuah kesimpulan.

9 16 4. Dasar dan Sasaran Wacana Argumentasi Berdasarkan pendapat Keraf (2007: ), dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah: Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Bersedia mempertimbangkan pandanganpandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, ia harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya. Menurut pendapat Keraf (2007, ) untuk mengatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi adalah, argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan. Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu. Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah, sedangkan tujuan argumentasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan, dengan demikian arah dan sasaran tulisan hanya dipusatkan kepada titik perbedaan itu.

10 17 5. Bagian Wacana Argumentasi Menurut Rahayu (2007: ) bagian dalam sebuah wacana argumentasi terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, tubuh argumentasi, serta kesimpulan dan ringkasan. Bagian wacana argumentasi juga dikemukakan oleh Keraf (2007: 104) yang terdiri dari pendahuluan, tubuh argumen, serta kesimpulan dan saran. Pendapat ini didukung oleh (Alfiansyah, 2009), menurutnya dalam sebuah argumentasi terdapat tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, isi atau tubuh argumen, dan kesimpulan atau penutup. Bagian pertama adalah pendahuluan, bahwa penulis argumen harus yakin dengan apa yang akan disampaikan kepada pembaca karena untuk menarik perhatian pembaca sehingga harus menunjukkan dasar-dasar argumentasi (Keraf, 2007:104). Pengertian dari Rahayu (2007: 169) menyatakan bahwa pendahuluan merupakan bagian untuk menarik pembaca, memusatkan perhatian pembaca pada argumenargumen yang akan disampaikan serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumen itu harus dikemukakan dalam kesimpulan tersebut. Fakta-fakta harus benar diseleksi supaya penulis tidak mengemukakan hal-hal yang justru bersifat argumentasi. Menurut Alfiansyah (2009), bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, dan permasalahan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendahuluan adalah bagian awal dalam wacana argumentasi berisi latar belakang masalah yang harus menunjukkan dasar-dasar argumen dengan tujuan untuk menarik perhatian pembaca. Bagian kedua adalah tubuh argumentasi. Bagian ini merupakan keseluruhan uraian yang berusaha menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan

11 18 (Alfiansyah, 2009). Tubuh Argumentasi juga berisi pembuktian untuk meyakinkan pembaca atau pendengar bahwa hal yang dikemukakan oleh pengarang itu merupakan hal yang benar, sehingga konklusi yang disimpulkan juga merupakan konklusi yang benar. Menurut Keraf (2007: 106), terdapat beberapa kemahiran yang dapat digunakan untuk mengungkap kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi yaitu kecermatan mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, kekritisan proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, premis dengan benar. Menurut Rahayu (2007:170), tubuh argumentasi yaitu seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya dalam meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakan itu benar sehingga kesimpulannya juga benar. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian tubuh argumentasi yaitu bagian yang berisi uraian untuk mengungkap kebenaran dan meyakinkan pembaca bahwa yang diungkapkan itu benar terjadi. Bagian ketiga adalah kesimpulan dan ringkasan. Rahayu (2007: 170) menyatakan bahwa kesimpulan harus tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai serta mengapa kesimpulan itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Keraf (2007:107) menjelaskan dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah diterima sebagai sesuatu yang logis. Bagian penutup juga dapat diartikan sebagai bagian yang berupa ikhtisar atau penutup ( Alfiansyah, 2009). Kesimpulan dari penjelasan bagian kesimpulan dan ringkasan adalah bagian akhir yang perlu ditulis untuk memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca.

12 19 6. Metode Pengembangan Topik pada Wacana Argumentasi Wacana argumentasi yang baik harus memiliki topik yang jelas, agar permasalahan yang disajikan dalam wacana dapat tersusun secara teratur dan terarah. Selain itu, penyajian topik yang jelas juga dapat membantu untuk mempengaruhi pembaca agar tertarik dan sependapat dengan argumen yang diungkapkan oleh penulis. Berdasarkan hal tersebut maka topik dalam sebuah wacana argumentasi harus dikembangkan dengan menggunakan metode pengembangan. Penggunaan metode dalam mengembangkan sebuah argumen harus tepat atau sesuai dengan tujuan. Pemilihan metode pengembangan topik yang sesuai dengan tujuan akan mempermudah pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Menurut Keraf (2007: ) terdapat tujuh metode pengembangan topik dalam wacana yaitu, genus dan definisi, sebab dan akibat, keadaan atau sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan serta kesaksian atau autoritas. Tidak berbeda jauh dari pendapat Rahayu (2007: ) yang menyatakan bahwa metode pengembangan topik wacana terdapat tujuh yaitu, genus dan definisi, sebab dan akibat, keadaan atau sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan, kesaksian atau autoritas. Menurut Lesmana (2011), terdapat lima metode pengembangan topik dalam wacana argumentasi yaitu genus dan definisi, sebab akibat, persamaan, perbandingan, dan pertentangan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh metode pengembangan dalam wacana argumentasi yaitu genus dan definisi, sebab dan akibat, keadaan atau sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan, kesaksian atau autoritas. Ketujuh metode tersebut memiliki persamaa yaitu ketujuh metode tersebut digunakan untuk mengembangkan

13 20 topik wacana argumentasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik atau cara yang digunakan untuk mengembangkan topik tersebut. a. Genus dan Definisi Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:473), genus berarti jenis, definisi berarti batasan arti, dapat pula diartikan sebagai keterangan singkat (2008:330). Metode Genus terdapat semua argumen atau bukti yang dimiliki oleh semua anggota kelasnya. Disini pengarang harus mengajukan argumen-argumen atau fakta-fakta mengenai genus, sehingga dapat meyakinkan semua orang bahwa benar kelas itu memiliki ciri-ciri tersebut atau ciri-ciri tersebut merupakan ciri kelas itu. Semakin sempit kelasnya, argumen-argumen yang dikemukakan akan semakin mengandung pertentangan pendapat (Keraf, 2007:108). Menurut Rahayu (2007:170) mencontohkan penjelasan mengenai genus dan definisi, Manusia adalah makhluk fana. Dari pernyataan itu, diperoleh semua orang India adalah manusia. Jadi orang India adalah manusia yang berakal budi, bebas berpikir, bebas menentukan nasibnya sendiri. Penulis harus merangsang pembaca mempercayai dan menerima hal itu merupakan ciri manusia. Genus dan definisi dalam metode pengembangannya memiliki ciri struktur. Diantaranya terdapat argumen atau bukti yang dimiliki pula oleh anggota kelasnya, apa yang dianggap benar mengenai kelas tersebut berlaku pula bagi anggota lainnya, tiap anggota kelas akan memiliki ciri genus dari kelas yang dimasukinya, menggunakan definisi sebagai landasan geraknya, genus dan definisi menggunakan wujud barang/ klasifikasi yang sudah ada. Argumentasi yang mempergunakan definisi sebagai landasan geraknya, biasanya cenderung untuk mengadakan uraian panjang lebar mengenai objek dan kelasnya. Argumen-argumen yang mempergunakan genus

14 21 dan definisi memiliki hakikat yang sama, sebab keduanya mempergunakan wujud barang atau klasifikasi yang sudah ada. b. Sebab dan Akibat Topik yang didasarkan pada sebab-akibat selalu mempergunakan proses berpikir yang bercorak kausal. Proses berpikir ini menyatakan, bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah sebab yang sebanding, atau sebuah akibat tertentu akan mencakup pula sebab yang sebanding. Sebab itu, bila terdapat sebuah sebab yang hebat, akan lahir pula sebuah akibat yang dahsyat, dan jika kita menghadapi suatu situasi yang sangat parah, maka harus dicari kembali pada sebuah sebab yang hebat Keraf (2007:110). Menurut Rahayu ( 2007:171) kekuatan retorika ini terletak pada persoalan, bagaimana kita menerima kebenaran hubungan sebab akibat yang dinyatakan oleh premis mayornya. Menurut Lesmana (2011), metode ini dilakukan dengan menggunakan proses berpikir kualitas, suatu sebab akan menimbulkan akibat, sebab menjadi ide pokok dan akibat sebagai penjelas. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode sebab akibat adalah hubungan antara sebab dan akibat dalam sebuah persoalan, apabila terdapat sebab yang hebat akan lahir pula akibat yang dahsyat. Metode sebab akibat memiliki tiga ciri dalam mengembangkan topik yaitu menggunakan proses berpikir kausal. Dalam metode sebab akibat penulis harus berusaha mengajukan fakta-fakta mengenai akibat-akibat yang ditimbulkan setelah sebab yang ada. Penulis meyakinkan pembaca dengan jalan menyusun argumenargumen yang ada dan menarik sebuah kesimpulan. Jika pengarang mampu menyusun argumen-argumen berdasar pada fakta dengan benar, maka apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembacanya akan lebih mudah dipahami.

15 22 c. Keadaan atau Sirkumstansi Menurut Keraf (2007:111), keadaan atau sirkumstansi adalah suatu proses yang digolongkan dalam proses sebab-akibat, tetapi tindakan yang dilakukan seseorang tidak dapat dibenarkan melalui prinsip-prinsip logis. Ia terpaksa melakukan tindakan itu karena fakta-fakta yang tidak memungkinkan Ia berbuat lain. Penulis harus berusaha menyodorkan situasi yang terpaksa itu, untuk membenarkan tindakannya. Kalau penyajian keadaan itu tidak meyakinkan sebagai keadaan terpaksa, maka argumentasinya akan ditolak. Suasana terpaksa tidak boleh menghasilkan alternatif-alternatif, maka keadaan itulah yang akan dijadikan argumen. Keadaan adalah proses dalam sebab akibat, kalau penyajiannya tidak meyakinkan sebagai keadaan tidak terpaksa, argumen akan ditolak, suasana terpaksa tidak boleh menghasilkan alternatif. Sejauh tidak ada altenatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan argumen (Rahayu, 2007:171). Berdasarkan penjelasan di atas terdapat tiga ciri-ciri dalam metode pengembangan topik keadaan atau sirkumstansi. Metode ini tergolong relasi kausal, sejauh tidak ada altenatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan argumen. Penulis harus berusaha menyodorkan situasi mendesak yang dialami pelaku untuk membenarkan tindakannya. Mampu menunjukkan bukti bahwa pelaku terpaksa melakukan hal tersebut karena situasi mendesak dan tidak ada yang bisa dilakukan. d. Persamaan Metode ini dilakukan dengan cara mengemukakan kesamaan antara dua hal (Lesmana, 2011). Menurut Keraf (2007:111) kekuatan argumentasi dengan mempergunakan metode persamaan terletak pada suatu pernyataan mengenai

16 23 kesamaan antara dua barang. Dalam analogi, sebagai suatau upaya logika, dikatakan bahwa jika dua barang atau hal mirip dalam sejumlah aspek tertentu, maka ada kemungkinan mereka mirip pula dalam aspek lainnya. Persamaan antara dua benda, kekuatannya terletak pada hubungannya dengan kebenaran yang terdapat dalam topik yang diperbandingkan. Kalau persamaannya itu lemah atau meragukan, maka kekuatan retorikanya juga lemah (Rahayu, 2007:171). Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode persamaan adalah mengemukakan suatu pernyataan antara dua hal atau dua barang. Metode persamaan digunakan untuk menyamakan antara dua barang. Hal yang dikemukakan harus disamakan berdasarkan fakta yang ada sehingga tidak dapat disangkal kebenarannya.penulis menarik sebuah kesimpulan untuk mengungkapkan kemungkinan persamaan dari dua hal yang disamakan. Argumentasi yang ingin diungkapkan oleh pengarang harus mengandung fakta atau kebenaran atas hal yang dibandingkan. e. Perbandingan Menurut Lesmana (2011), metode ini dilakukan dengan mengemukakan persamaan dan perbedaan antara dua hal. Hal yang dijadikan dasar perbandingan merupakan ide pokok. Menurut Rahayu (2007:171), menyatakan dalam metode perbandingan salah satu yang diperbandingkan lebih kuat dari hal lain yang menjadi dasar perbandingan. Pada metode argumentasi ini pengarang menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan kedua memiliki peluang atau kepastian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kemungkinan yang pertama, sehingga jika pengarang menyetujui kemungkinan yang pertama maka sudah pasti pengarang menyetujui

17 24 kemungkinan yang kedua (Keraf, 2007: 112). Jadi, dalam metode ini pengarang mengembangkan topik dengan memperbandingkan dua hal yang berlainan. Jika pengarang menyetujui kemungkinan pertama maka sudah pasti pengarang menyetujui kemungkinan yang kedua, sebab dalam metode perbandingan kemungkinan kedua memiliki tingkat kemungkinan yang lebih tinggi. f. Pertentangan Argumentasi dengan menggunakan metode pertentangan atau kebalikan berasumsi. Jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi tertentu, maka fakta atau situasi yang bertentangan akan membawa bencana. Argumentasi yang menggunakan cara ini termasuk dalam argumnetasi yang didasarkan pada relasi antar berbagai fakta dan peristiwa, seperti halnya dengan persamaan dan perbandingan. Kegagalan atau ketidakpuasan sekarang mencakup keinginan akan situasi yang berlawanan dari situasi sekarang (Keraf, 2007: 113). Menurut Rahayu (2007:171), jika kita memperoleh keuntungan dari fakta dan situasi tertentu maka fakta dan situasi yang bertentangan akan memperoleh kelemahan atau sebaliknya. Metode ini dapat dilakukan dengan cara mengemukakan suatu hal atau pendapat kemudian diberikan hal atau pendapat yang sebaliknya (Lesmana, 2011). Jadi dalam metode ini, cara mempertentangkan dua hal atau pendapat yang berbeda untuk memperoleh simpulan fakta dan situasi yang menguntungkan dan yang merugikan. g. Kesaksian atau Autoritas Menurut Keraf (2007:114) kesaksian atau autoritas merupakan topik atau sumber yang bersifat dari luar. Sumber yang bersifat dari luar, karena premis atau

18 25 proposisi yang digunakan merupakan pencerapan atau persepsi orang lain yang siap kita gunakan. Fakta-fakta bagi sumber tersebut harus kita gali sendiri, harus ditemukan sendiri, yang kemudian coba disusun dalam suatu proposisi yang menyingkapkan kebenaran yang nyata. Ia merupakan persepsi kita senidiri mengenai serangkaian fenomena. Kesaksian maupun autoritas tidak memiliki tenaga dalam dirinya sendiri (Intrinsik), tetapi tenaga yang ada padanya tergantung pada kepercayaan atas saksi dan kualitas autoritas. Kesaksian biasanya diterima baik, jika saksi dianggap tahu betul fakta dan kejadiannya, dan ia sendiri tidak mempunyai kepentingan dengan hasil argumen itu. Kesaksian atau autoritas tidak memiliki tenaga atau kekuatan dalam dirinya sendiri, tetapi kekuatannya tergantung pada kepercayaan atas saksi dan kualitas autoritas. Sebuah kesaksian dapat diterima dengan baik jika saksi dianggap tahu betul fakta dan kejadiannya, dan dia tidak mempunyai kepentingan dengan hasil argumen (Rahayu, 2007: 171). D. Tajuk Rencana Menurut Sumadira (2011: 7) tajuk rencana merupakan opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal dan atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Tajuk rencana adalah bentuk karangan atau tuturan yang mengungkapkan ide, pemikiran atau opini, bahkan biasanya dikembangkan dengan mengajukan saran-saran atas jalan pemecahan permasalahannya (Suhandang, 2004:151). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana adalah bentuk karangan yang mengungkapkan opini yang berisi sikap resmi suatu media terhadap persoalan aktual, fenomenal dan kontroversial yang berkembang di masyarakat. Hal ini biasanya dikembangkan dengan mengajukan saran sebagai jalan pemecahan masalah.

19 26 E. Harian Suara Merdeka Suara Merdeka adalah salah satu surat kabar di Jawa Tengah yang didirikan pada 11 Februari Pendiri Suara Merdeka adalah perempuan hebat yaitu H. Hetami. Kantor suara merdeka berada di bawah PT Masscom Graphy yang terhimpun dalam Suara Merdeka Network atau SM Network. Selain Suara Merdeka, Suaramerdeka.com, Koran Pagi Wawasan, dan lainnya juga terhimpun dalam Suara Merdeka Network. Menurut beberapa lembaga survei, Harian Suara Merdeka merupakan salah satu surat kabar yang memiliki jam terbang tinggi dibandingkan surat kabar lainnya yang berada di Jawa Tengah. Suara Merdeka memuat berbagai informasi mulai dari berita, cerpen, iklan, tajuk rencana dan lain sebagainya.

20 27 F. Kerangka Berpikir METODE PENGEMBANGAN TOPIK DALAM WACANA ARGUMENTASI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SUARA MERDEKA EDISI FEBRUARI- MARET 2017 WACANA CIRI-CIRI WACANA WACANA ARGUMENTASI METODE PENGEMBANGAN TOPIK WACANA ARGUMENTASI Pertentangan Sebab Akibat Genus dan Definisi Perbandingan Keadaan atau Sirkumstansi WACANA ARGUMENTASI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SUARA MERDEKA edisi FEBRUARI-MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung 1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf atau sering disebut dengan istilah alenia, dalam satu sisi kedunya memiliki pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Faridatul Umami Sunaryo Moch. Syahri E-mail: Faridatul Umami90@yahoo.com Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indoensia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retorika adalah penggunaan bahasa dengan baik atau efektif yang harus dipelajari seseorang yang menggunakan bahasa dengan cara yang efektif untuk tujuan tertentu. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia tidak dapat lepas dari bahasa, tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan yang lainnya. Hal itu di sebabkan manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia baik lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008 PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Semester :Genap/ VI Jumlah Peserta : Nama Dosen Penguji : 1. Dr. Suhardi 2. Yayuk Eny. R., M. Hum Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2006 Waktu

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa dalam ragam tulis tidak semudah yang dibayangkan karena dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan dan dirasakan dituangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Unsur Kalimat Efektif dalam Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 SMA/SMK Kelas X 2.1.1 Kompetensi Inti Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993, 21). Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari bahasa karena bahasa mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa dimanfaatkan untuk berinteraksi,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD Rini Rohmahdiani rinirohmahdiani@yahoo.co.id Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian oleh penulis, agar tercipta hasil tulisan yang bermakna, menarik, dapat dipahami, dan mempengaruhi pembacanya. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa yang ditentukan pada aspek kemampuan berbahasa yaitu mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa. Dua keterampilan berbahasa reseptif yaitu membaca dan menyimak, dan dua keterampilan

Lebih terperinci

MAKALAH PENELITIAN. diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada program studi PBS Indonesia dan Daerah

MAKALAH PENELITIAN. diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada program studi PBS Indonesia dan Daerah PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Hosana Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012) MAKALAH PENELITIAN diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS

KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS Disampaikan dalam Orientasi Perguruan Tinggi dan Kehidupan Kampus Universitas Slamet Riyadi Surakarta Tahun Akademik 2016 2017 Kamis, 15 September 2016 Oleh: SUGIARYO K.UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini arus informasi semakin berkembang pesat. Hal ini mengisyaratkan agar pelaksanaan suatu program kerja dalam sebuah institusi sudah saatnya menyesuaikan diri

Lebih terperinci

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R. Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan bahasa tulis dalam media cetak, dalam hal ini khususnya yang berupa surat kabar atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012 KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan 269 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun simpulan yang dapat penulis kemukakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci