Gio Maharlian. Neira Bertahanlah. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Transkripsi

1 Gio Maharlian Neira Bertahanlah Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com

2 Neira Bertahanlah Oleh: Gio Maharlian Copyright 2016 by Gio Maharlian Penerbit Nama Penerbit Website Desain Sampul: Nama Disainer pembuat sampul Diterbitkan melalui: 2

3 Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, nama tempat, dan juga adanya kata-kata yang tidak berkenan. Selamat Membaca. 3

4 Bab 1 - Kehidupan yang baru Aku melangkah menuju Ballroom71, itu adalah nama apartemen yang letaknya tidak jauh dari tempatku bekerja. Tempat ini tidak begitu besar, sehingga aku harus berjalan memasuki lorong - lorong kecil untuk menuju kamar apartemenku. Lorong - lorong ini menghubungkan semua kamar, dan diberi kode untuk memudahkan pencarian kamar. Kamarku berada di kode A-216, yang berarti lorong A di lantai 2 dengan nomor kamar 16. Aku terpaksa mengangkat dua koper besarku dan berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarku. Konsentrasiku tergangggu ketika aku berpapasan dengan seorang wanita. Tangga - tangga yang ada di Ballroom71 begitu sempit, sehingga wanita itu harus 4

5 menungguku naik agar ia bisa turun tangga. Aku pun bergegas menaiki tangga sambil mengangkat kedua koperku. Keringat bercucuran dengan cepat. "Pelan - pelan saja, nanti kopermu jatuh,"kata wanita itu. Untungnya kamarku tepat disebelah tangga sehingga aku tidak harus bersusah payah lagi. Setelah meletakkan kedua koperku di depan kamar 16, aku langsung berkenalan dengan wanita itu. Namanya Neira, rambutnya panjang berwarna hitam, tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan suaranya sedikit kekanakkanakan, seperti adik sepupuku. Neira langsung bergegas turun tangga, karena ada sesuatu yang harus ia lakukan. Aku pun membuka pintu kamarku. Aku begitu terkejut melihat kamarku yang begitu sempit. Bagaimanapun juga ini sudah sesuai dengan harga yang aku bayar. Aku tidak mau mengeluarkan banyak uang hanya untuk menyewa apartemen. Setengah jam telah kulalui untuk membereskan semua barang bawaanku dan membersihkan kamar. Sekarang kamar ini terlihat sedikit rapi. Aku langsung memfokuskan diriku untuk 5

6 membaca bahan - bahan keperluan kantor. Aku bekerja di perusahaan penerbitan majalah, koran, dan buku. Aku ada di bagian editor, yang harus mengatur dan menyeleksi buku mana saja yang layak untuk diterbitkan. Di bagian berita, aku bekerjasama dengan Saul Rush. Dia adalah sahabatku, kami sering berbincang - bincang mengenai berita - berita yang sedang hangat di media massa, terutama berita olah raga. Di bagian majalah, aku bekerjasama dengan Masha Lee, orangnya cuek dan sulit diajak diskusi, tetapi ia punya visi yang bagus untuk meningkatkan kualitas majalah. Dan yang terakhir adalah Evanna, dia bisa dipanggil Eva atau Anna, aku lebih suka memanggilnya Eva. Dia adalah partnerku di bagian novel. Aku sering berimajinasi dan berfantasi dengan Eva, itu semua tergantung dari jenis novel yang kita berdua bahas. ********** 6

7 Besok paginya di hari kamis, aku segera bergegas ke Global Publish, tempat dimana aku bekerja. Ini sudah jam tujuh pagi dan rapat akan dimulai jam delapan, aku tidak boleh membuang - buang waktu. Semuanya sudah rapi, ini saatnya untuk berangkat. Untuk kedua kalinya aku berpapasan dengan Neira di tangga. Ia ingin naik dan aku ingin turun, kali ini kami tidak harus saling menunggu. Ini karena aku tidak membawa koper besarku. "Goodluck ya," Neira memberiku semangat. "Terima kasih Neira," balasku sambil berlari menuju taksi yang kebetulan berhenti di depan Ballroom 71. Aku harap aku tidak terlambat. ********** Akupun sampai di Global Publish tepat waktu. Aku menjalani rutinitasku hari ini dengan santai, tanpa ada beban sedikitpun. Apalagi aku hari ini hanya fokus 7

8 di bagian berita. Aku membahas semua berita - berita terbaru yang hangat dibicarakan media. Saul terlihat begitu antusias hari ini. "Bro, apa yang membuatmu begitu bersemangat?" tanyaku kepada Saul. "Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahanku yang ketiga. Aku akan merayakannya nanti malam di villa favorit istriku, di kawasan One Hill, kami berdua akan menghabiskan waktu disana sampai hari minggu," jawab Saul. Aku sangat senang mendengar kabar gembira yang Saul alami. Hubungan dia dengan istrinya sempat mengalami masalah, itu karena adanya perbedaan profesi dan jadwal yang padat, yang harus dihadapi oleh Saul dan istrinya. Tetapi seiring berjalannya waktu, hubungan mereka kembali membaik, dan justru semakin mesra. Aku rasa mereka sudah saling memahami satu sama yang lain, sungguh pasangan yang luar biasa. "Lalu bagaimana denganmu?" 8

9 "Apa yang yang akan kamu lakukan di akhir minggu ini?" tanya Saul. "Hmmm..., aku sudah pindah apartemen, jadi aku ingin fokus merapikan apartemenku," Jawabku. Saul terlihat begitu terkejut mendengar ucapanku. Dia tidak menyangka kalau aku pindah ke Ballroom71 yang letaknya tidak jauh dari Global Publish. Tidak terasa aku sudah menghabiskan waktu dua jam membahas berita. "Terima kasih buat hari ini bro, kalau ada waktu aku akan mampir ke apartemenmu, bolehkan?" tanya Saul. "Tentu saja, kau boleh mampir kapan saja. Ok, sampai ketemu minggu depan," balasku. Inilah saatnya bagiku untuk kembali ke Ballroom 71 dan merapikan kamarku. 9

10 Walaupun kamar ini berukuran kecil, setidaknya Ballroom71 masih menyediakan kamar mandi, televisi, dan yang terpenting lagi adalah wifi. Ini memudahkanku untuk mengurus pekerjaan kantor. ********** Tak terasa sudah jam dua belas malam. Aku sama sekali tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengisi akhir minggu ini. Tetapi sudahlah, itu semua tidak penting. Kalaupun aku tidak pergi kemana - mana, itu tidak masalah bagiku. Aku juga harus berhemat. Tiba - tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar apartemenku. "Halo, apa aku boleh masuk?" Aku segera melangkah menuju pintu. Sepertinya aku kenal dengan suara itu. Aku pun membukakannya. Aku begitu terkejut melihat wanita yang berdiri di depan pintu apartemenku. Wajahnya begitu kusut, 10

11 make-upnya pudar, dan dia terlihat begitu kelelahan. Wanita itu adalah Neira. "Apa aku boleh masuk?" bisiknya. Aku sama sekali tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tetapi aku mempersilahkannya masuk. Neira masuk dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke ranjangku. "Neira, apa kau baik - baik saja?, kau terlihat begitu kelelahan,"kataku. "Semua baik - baik saja, semua sudah terkendali dengan baik," balasnya. Aku bisa menghirup aroma bir yang keluar ketika Neira berbicara. "Tenang, aku hanya butuh istirahat." Itu adalah kata terakhir Neira sebelum ia tertidur lelap di ranjangku. Sebenarnya apa yang telah ia alami? 11

12 Bab 2 - Mencoba untuk tenang Terdengar suara alunan musik yang begitu keras, disertai canda dan tawa. Setiap orang disini begitu menikmati irama musik electro dance yang sedang dimainkan. Seorang pria dengan setelan jas dan dasi mendatangiku. Ia memberiku minuman. "Tenang saja, ini gratis," kata pria itu. Aku segera mengambil gelas plastik berwarna merah yang pria itu beri, dan langsung meminumnya. Rasanya begitu pahit, aku rasa ini adalah wiski dengan kadar alkohol yang begitu tinggi. Aku sama sekali tidak menyadari apa yang telah aku lakukan. Tempat apa ini? 12

13 Kenapa aku harus ada disini? Aku mencoba untuk tenang dan menikmati irama musik yang sedang dimainkan. Aku berjalan perlahan - lahan menuju kerumunan orang yang sedang melompat - lompat, dan menari kegirangan. Dengan terpaksa aku harus menari dan melompat - lompat dengan meniru gerakan yang dilakukan oleh kerumunan orang yang ada di tempat ini. Tubuhku terasa begitu ringan. Rasa gelisah dan panik telah hilang, aku sekarang hanya fokus pada ritme musik yang sedang menguasai kepalaku. Ini sungguh luar biasa. Beberapa saat kemudian, tempo musik menjadi terasa lambat. Gemerlap lampu yang awalnya didominasi warna kuning dan putih, menjadi sedikit redup, dan kini berubah menjadi warna merah dengan intensitas cahaya yang rendah. Nuansa ruangan ini menjadi lebih sunyi dan sejuk. Tidak ada yang protes dengan apa yang telah terjadi. Setiap orang yang ada 13

14 disini justru memejamkan matanya dan masih menikmati suasana. Sebenarnya aku ada dimana? Siapa mereka ini? Kenapa aku harus ada disini? Kepalaku mulai terasa berat, semuanya terasa berat. Aku tidak bisa berjalan lurus lagi. Aku mencoba keluar dari tengah kerumunan, tetapi itu percuma. Badanku terasa begitu kaku. Aku mencoba mendorong orang yang ada disekitarku. Tetapi mereka justru mendorongku dengan kuat hingga aku terjatuh. Aku tenggelam di tengah kerumunan orang. Beberapa dari mereka sempat menginjakku. Kenikmatan yang kurasa tadi, berubah menjadi penderitaan yang tak terhentikan. Tidak ada yang menyadari keberadaanku disini, mereka 14

15 semua menutup mata dan tak mempedulikan satu sama lain. bisa bergerak!!" "Tolong aku... semuanya, tolong aku, aku tidak Aku terus berteriak meminta pertolongan tetapi tidak ada yang mempedulikan. Aku justru terus diinjak oleh orang - orang yang ada disini. Mereka seperti terhipnotis oleh alunan musik dan cahaya lampu berwarna merah. Aku terus memohon pertolongan kepada setiap orang yang ada disekitarku. Aku meraih kaki - kaki mereka, tetapi mereka justru kembali menginjakku, bahkan menendangku. Ditengah situasi gila ini, tiba - tiba ada yang menggenggam tangan kananku. Aku mencoba melihat wajah orang itu. Pantulan cahaya merah ini membuat wajah orang itu terlihat gelap. Ternyata dia adalah seorang wanita berambut panjang. Dia mencoba membungkukkan badannya dan berusaha mengangkatku. 15

16 Davis, Apa kau baik-baik saja? Oh tidak, ternyata wanita yang ingin menolongku itu adalah Neira. ********** "DAVIS Jordan Davis, apa kau baik - baik saja?" Badanku masih terasa berat untuk bangun. "Tunggu, bagaimana kau tahu nama panjangku?" tanyaku. Neira menunjukkan kartu namaku yang ada di dekat sofa. Neira langsung memberiku teh hangat. "Minumlah Davis, kau terlihat begitu pucat." Aku segera meminum teh hangat buatan Neira. Aku tidak menyangka kalau itu semua hanyalah mimpi. 16