Pengaruh Variasi Alat Ekspansi Pipa Kapiler dan TXV pada Performansi Sistem Air blast freezer dalam Pembekuan Daging Ayam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Variasi Alat Ekspansi Pipa Kapiler dan TXV pada Performansi Sistem Air blast freezer dalam Pembekuan Daging Ayam"

Transkripsi

1 opyright 2018, Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, Volume 1, e-issn Pengaruh Variasi Alat Ekspansi Pipa Kapiler dan TXV pada Performansi Sistem Air blast freezer dalam Pembekuan Daging Ayam ecep Sunardi a,, Arda Rahardja L. a, AP. Edi Sukamto a a Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK Daging khususnya daging ayam adalah salah satu produk yang mudah rusak dan busuk apabila berada di atas temperatur 20 o. Oleh karena itu, produk tersebut harus disimpan pada temperatur semestinya agar tidak cepat rusak. Maka diperlukan proses pembekuan pada daging ayam tersebut. Proses pembekuan ini bertujuan untuk mencegah, menghambat dan mematikan perkembangan mikroorganisme yang ada pada produk karena mikroorganisme tidak dapat tumbuh atau berkembang biak pada temperatur yang sangat rendah. Salah satu alat yang berfungsi untuk proses pembekuan yaitu sistem air blast freezer. Sistem air blast freezer yaitu suatu mesin dengan proses pembekuan secara cepat menggunakan udara yang dialirkan dengan alat bantu fan atau blower untuk mempercepat proses pembekuannya. Dari hasil perhitungan dan analisis pada sistem air blast freezer ketika menggunakan TXV sebagai alat ekspansinya lebih baik dibandingkan dengan pipa kapiler yaitu chilling time yang diperoleh dengan TXV lebih cepat dibandingkan saat menggunakan pipa kapiler. Besar nilai OP actual dan OP carnot saat menggunakan TXV adalah 2,63 dan 3,71. Nilai efisiensi refrigerasinya adalah 70,82%. Besar nilai OP actual dan OP carnot saat menggunakan pipa kapiler sebagai alat ekspansinya adalah 2,53 dan 3,70. Nilai efisiensi refrigerasinya adalah 68,38%. Energi listrik yang digunakan saat sistem menggunakan pipa kapiler sebagai alat ekspansinya yaitu 637,1 Watt, sedangkan energi listrik yang digunakan saat sistem menggunakan TXV sebagai alat ekspansinya yaitu 621,6 Watt. Kata kunci: 1. Pendahuluan Pemakaian sistem refrigerasi untuk keperluan komersil dan industri kini semakin banyak, terutama sebagai sarana untuk tempat penyimpanan yang membutuhkan temperatur yang rendah. Mesin refrigerasi kompresi uap adalah mesin yang paling banyak digunakan dan salah satunya adalah sebagai air blast freezer. Mesin air blast freezer yaitu suatu mesin dengan proses pembekuan secara cepat menggunakan udara yang dialirkan dengan alat bantu fan atau blower untuk mempercepat proses pembekuannya (Ilyas, 1993). Proses ini dibutuhkan untuk menurunkan temperatur produk dengan cepat sehingga dapat menghambat kerusakan produk dan menjaga mutu produk. Penurunan temperatur produk sampai titik beku dapat mengurangi aktivitas mikroorganisme dan enzim, sehingga dapat mencegah kerusakan pada pangan. 130 Beberapa produk yang mudah rusak dan membutuhkan mesin pengawet makanan, seperti sayuran, ikan, buah-buahan, daging dan lain-lain. Daging khususnya daging ayam adalah salah satu produk yang mudah rusak dan busuk apabila berada di atas temperatur 20 o. Oleh karena itu, produk tersebut harus benarbenar berada pada temperatur semestinya agar tidak cepat rusak. Maka diperlukan proses pembekuan pada daging ayam tersebut. Proses pembekuan ini bertujuan untuk mencegah, menghambat dan mematikan perkembangan mikroorganisme yang ada pada produk karena mikroorganisme tidak dapat tumbuh atau berkembang biak pada temperatur yang sangat rendah (Hadiwiyanto, 1993). Salah satu alat yang berfungsi untuk proses pembekuan yaitu mesin air blast freezer. Salah satu komponen penting dalam sitem refrigerasi kompresi uap yaitu katup ekspansi yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran refrigeran yang masuk ke evaporator

2 opyright 2018, Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, Volume 1, e-issn (Dossat, 1981). Katup ekspansi TXV (Thermostatic Expansion Valve) dan katup ekspansi pipa kapiler (capillary tube) memiliki karakter yang berbeda, sehingga penulis tertarik untuk menelitinya dengan beban produk berupa 4 kg daging ayam yang disimpan di sistem air blast freezer dan secara bergantian menggunakan TXV dan pipa kapiler sebagai alat ekspansinya. 2. Metode ara kerja sistem air blast freezer ini sama dengan prinsip kerja sistem refrigerasi kompresi uap pada umumnya. Diagram pemipaan sistem air blast freezer ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah. receiver refrigeran menuju filter dryer yang berfungsi menyaring kotoran-kotoran yang ada pada refrigeran dan menyerap uap air, setelah melewati filter dryer refrigeran mengalir ke sight glass. Setelah itu refrigeran masuk ke katup ekspansi, pada sistem pemipaan ini terdapat dua macam alat ekspansi yaitu TXV dan pipa kapiler yang digunakan secara bergantian. Pada saat refrigeran cair masuk ke katup ekspansi, terjadi penurunan tekanan dan temperatur secara drastis. Keluar dari katup ekspansi, fasa refrigeran menjadi campuran tetapi mayoritas cair, selanjutnya refrigeran menuju evaporator. Refrigeran yang mayoritas berfasa cair dan bertekanan rendah akan menyerap kalor dari produk yang akan didinginkan, setelah refrigeran menyerap kalor, refrigeran berubah fasa menjadi uap bertekanan rendah. Setelah itu refrigeran kembali dihisap oleh kompresor dan bersirkulasi terus-menerus hingga temperatur yang diinginkan tercapai. Gambar 1. Diagram pemipaan air blast freezer Refrigeran bertekanan dan bertemperatur rendah yang berfasa uap keluar dari evaporator dan masuk ke kompresor. Kompresor berfungsi untuk mengkompresi refrigeran agar tekanannya naik dan temperaturnya naik, keluar dari kompresor fasa refrigeran masih berupa uap bertekanan dan temperatur tinggi. Setelah itu refrigeran masuk ke kondensor, pada kondensor terjadi proses pembuangan kalor yang mengakibatkan refrigeran berubah fasa dari uap menjadi cair. Refrigeran melewati liquid receiver terlebih dahulu agar refrigeran benar-benar dalam keadaan cair, setelah melewati liquid Titik Pengukuran Pengambilan Data Sebelum sistem dijalankan, ditentukan terlebih dahulu titik-titik pengukuran untuk pengambilan data-data yang diperlukan. Titiktitik pengukuran itu adalah : 1. discharge (T d ) 2. keluar kondensor (T out kondensor) 3. masuk ekspansi, TXV/ pipa kapiler (T in ekspansi) 5. suction (T s ) 6. produk (T produk) 7. kabin (T kabin ) 8. Tekanan suction (P s ) 9. Tekanan discharge (P d ) 10. lingkungan (T lingk ) Tabel.1 Data Pengamatan No Besaran Satuan 1. Tekanan discharge bar 2. Tekanan suction bar 3. discharge o 4. suction o 5. out kondenser o 6. in ekspansi o 7. kabin o 8. produk o 9. lingkungan o

3 opyright 2018, Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, Volume 1, e-issn Arus listrik Ampere 11. Tegangan Volt 2.2 Sistem Kelistrikan air blast freezer Gambar 2. Diagram kelistrikan air blast freezer Seperti terlihat pada Gambar 2, sistem kelistrikan air blast freezer ini, terdapat Miniature ircuit Breaker (MB) yang berfungsi sebagai pengaman utama. Terdapat juga beberapa toogle switch untuk menghidupkan atau mematikan sistem refrigerasi dan komponen yang lainnya. Ketika MB dihidupkan maka lampu indikator berwarna merah akan menyala, hal ini menandakan sistem dalam keadaan siap dioperasikan. Pada saat MB dihidupkan, arus mengalir ke lampu indikator berwarna merah, ampere meter dan volt meter. Volt meter akan menunjukkan tegangan yang masuk ke sistem, sedangkan ampere meter akan menunjukkan arus yang dihasilkan oleh sistem. Ketika toggle switch 1 dihidupkan maka arus listrik juga mengalir ke HLP dan relay module yang berfungsi sebagai thermostat. Setelah itu arus mengalir ke kontaktor K1, time delay relay (TDR), fan evaporator, fan kondensor dan lampu indikator berwarna hijau. Pada saat K1 energized lampu indikator berwarna merah akan mati, dan arus masuk ke kompresor sehingga kompresor akan bekerja 132 yang ditandai dengan menyalanya lampu indikator berwarna hijau. Arus pada ampere meter akan terbaca jika waktu yang telah ditentukan TDR telah tercapai, fan evaporator dan fan kondenser juga akan bekerja. Untuk menghidupkan solenoid valve, hidupkan toggle switch. Jika toogle switch mengarah ke atas, maka jenis ekspansi yang bekerja adalah pipa kapiler, dan jika toggle switch mengarah ke bawah, maka jenis ekspansi yang bekerja adalah TXV. Setelah toggle switch dihidupkan, maka arus akan mengalir ke solenoid valve, sehingga solenoid valve energized dan membuka katupnya agar refrigeran dapat mengalir. Sistem air blast freezer ini juga dilengkapi dengan heater, yang berfungsi jika evaporator tertutup oleh bunga es, maka heater akan mencairkan bunga es tersebut. Untuk menghidupkan heater, hidupkan toggle switch 3. Pada saat toggle swith dihidupkan, maka arus akan mengalir ke heater dan heater akan bekerja. Arus akan mengalir terus-menerus hingga temperatur yang diinginkan tercapai. Pada saat temperatur yang diinginkan tercapai, relay module akan memutus arus ke K1, sehingga kompresor, fan evaporator, fan kondenser, TDR, dan lampu indikator berwarna hijau akan mati atau berhenti bekerja, istilah ini disebut cut-out. Sedangkan jika sensor yang telah dihubungkan ke relay module merasakan temperatur set pointnya telah tercapai, relay module energized dan mengalirkan arus ke K1, kompresor, fan evaporator, fan kondensor, TDR, dan lampu indikator seingga komponen yang teraliri oleh arus akan bekerja, istilah ini disebut cut-in. Proses ini akan berlangsung terus menerus, jika temperatur yang diinginkan telah tercapai maka kompresor dan komponen yang lainnya akan mati, dan jika temperatur telah melebihi set point, maka kompresor dan komponen yang lainnya akan bekerja kembali. 3. Hasil Penelitian Setelah didapatkan data hasil pengamatan, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data yang diolah yaitu: tekanan dan temperatur

4 opyright 2018, Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, Volume 1, e-issn refrigeran di dalam sistem, arus listrik dan tegangan, sehingga diperoleh OP actual (ASHRAE, 2001) seperti ditunjukkan pada persamaan (1), juga OP carnot seperti ditunjukkan pada persamaan (2) dan Efisiensi refrigerasi seperti ditunjukkan pada persamaan (3) serta daya listrik seperti ditunjukkan pada persamaan (4). Perhitungan entalpi dapat dilakukan dengan menggunakan diagram P-h. Dengan menggunakan aplikasi oolpack maka dapat diketahui nilai entalpinya. OP a = (1) OP a = oefficient of Performance actual q e = Kalor diserap oleh evaporator (kj/kg) q w = kerja kompresi (kj/kg) OP c Te T c OP c = (2) = oefficient of Performance arnot = evaporasi (K) = kondensasi (K) ɳ = x 100% (3) ɳ = Efisiensi refrigerasi OP a = oefficient of Performance Actual OP c = oefficient of Performance arnot Setelah nilai di atas diinput ke dalam software oolpack, maka gambar siklus P = V x I x cos (4) refrigerasinya seperti ditunjukkan (II.10) pada Gambar 3 berupa diagram P-h. P = daya listrik (Watt) V = tegangan listrik (Volt) I = arus listrik (Amper) = faktor daya Ts = -25 o ; T d = 76,5 o ; T out kondensor = 28,5 o ; P d = 12,5 bar ; P s = 0,6 bar P d = 12,5 bar gauge = 13,5 bar absolute P s = 0,6 bargauge = 1,6 barabsolute Setelah data diplotkan pada diagram P-h yang menggunakan software oolpack, maka hasil pengeplotan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah serta nilai-nilai entalpi yang didapat dari hasil pengeplotan. No Tabel 2. data pengukuran TXV Titik Pengukuran Menit Ke- Awal 100 Satuan 1. Tekanan Discharge 10,4 12,5 Bar 2. Tekanan Suction 2,4 0,6 Bar 3. Discharge 24 76,5 o 4. Suction 23,5-25 o 5. Out Kondensor 24,5 28,5 o 6. In TXV 24 28,5 o 7. Kabin o 8. Produk o 9. Lingkungan 24,5 27 o 10. Arus listrik 0 4 Ampere 11. Tegangan Volt 3.1 Alat Ekspansi TXV Data yang diplotkan adalah data yang diperoleh dari menit ke-100 saat sistem sudah mencapai steady. Sistem ini menggunakan refrigeran R-22 dengan alat ekspansi TXV. 133

5 opyright 2018, Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, Volume 1, e-issn Gambar 3. Siklus refrigerasi pada diagram P-h (data TXV). Kemudian nilai entalpi nya diperoleh : h 1 = 394,487 kj/kg h 2 = 453,795 kj/kg h 3 = h4 = 238,574 kj/kg Evaporating e (Te) = -30,51 o + 273,15 = 242,64 K ondensing e (T c ) = 34,86 o + 273,15 = 308,01 K a. Besarnya kerja kompresi (qw) : q w = h 2 h 1 = 453,795 kj/kg - 394,487 kj/kg q w = 59,308 kj/kg b. Besarnya kalor yang dilepas kondensor (q c ) : q c = h 2 h 3 = 453,795 kj/kg - 238,574 kj/kg q c = 215,221 kj/kg c. Besarnya efek refrigerasi (qe) q e = h 1 h 4 = 394,487 kj/kg - 238,574 kj/kg q e = 155,913 kj/kg d. OPactual = qe/qw = (155,913 kj/kg)/(59,308 kj/kg) OPactual = 2,63 T s = -27,87 o ; T d = 76,25 o T out kondensor = 27,75 o P d = 11,9 bar ; P s = 0,5 bar Pd = 11,9 bar gauge = 12,9 bar absolute Ps = 0,5 bar gauge = 1,5 bar absolute Tabel 3. Data pengukuran pipa kapiler No Titik Pengukuran Menit Ke- Awal 135 Satuan 1. Tekanan discharge 10,4 11,9 bar 2. Tekanan suction 3,6 0,5 Bar 3. Discharge 24,25 76,25 o 4. Suction 22,50-27,87 o 5. out Kondenser 24,25 27,75 o 6. In Pipa Kapiler 26,12 27,75 o 7. Kabin 22,25-26 o 8. Produk 19,62-25 o 9. Lingkungan 24,37 24,87 o 10. Arus 0 4,1 Amper 11. Tegangan Volt Setelah nilai di atas diinput ke dalam software oolpack, maka gambar siklus refrigerasinya seperti ditunjukkan pada Gambar 4 berupa diagram P-h. e. OPcarnot = Te/(Tc-Te) = (242,64 K)/(308,01 K-242,64 K) OP carnot = 3,71 f. Efisiensi Ref (ɳ) = OP actual /OP carnot x 100% = 2,63/3,71 x 100% Efisiensi ref. (ɳ) = 70,82 % g. Rasio kompresi = P d /P s = 13,6/1,6 Rasio kompresi = 8,50 barabsolute. 3.2 Alat Ekspansi pipa kapiler Data yang diplotkan adalah data yang diperoleh dari menit ke- 135 saat sistem sudah mencapai steady atau mencapai temperatur yang di-setting. Sistem ini menggunakan refrigeran R-22 dengan alat ekspansi pipa kapiler. 134 Gambar 4. Siklus refrigerasi pada diagram P-h (data pipa kapiler). Kemudian nilai entalpi nya diperoleh : h 1 = 392,960 kj/kg h 2 = 454,289 kj/kg h 3 = h4 = 237,611 kj/kg Evaporating e (T e ) = -32,02 o + 273,15 = 241,13 K

6 opyright 2018, Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, Volume 1, e-issn ondensing e (T c ) = 33,07 o + 273,15 = 306,22 K a. Besarnya kerja kompresi (q w ) q w = h 2 h 1 = 454,289 kj/kg - 392,960 kj/kg q w = 61,329 kj/kg b. Besarnya kalor yang dilepas kondensor (q c ) q c = h 2 h 3 = 454,289 kj/kg - 237,611 kj/kg q c = 216,678 kj/kg 3. Daya listrik terpakai Seperti ditunjukkan pada Gambar 5, temperatur produk berupa 4 kg daging ayam di dalam kabin air blast freezer terus mengalami penurunan, dan mati-hidup sesuai alat kontrol suhu thermostat. Pada saat menggunakan TXV produk mencapai -25 o pada menit ke 60, dan pada saat menggunakan pipa kapiler, mencapai suhu - 25 o pada menit ke 80. c. Besarnya efek refrigerasi (Q e ) q e = h 1 h 4 = 392,960 kj/kg - 237,611 kj/kg q e = 155,349 kj/kg d. OP actual = q e /q w = (155,349 kj/kg)/(61,329 kj/kg) OP actual = 2,53 e. OP carnot = T e /(T c -T e ) = (241,13 K)/(306,22 K-241,13 K) OP carnot = 3,70 f. Efisiensi (ɳ) = OP actual /OP carnot x 100% = 2,53/3,70 x 100% g. Rasio kompresi = P d /P s = 12,9/1,5 Rasio kompresi = 8,60 barabsolute 3.3. Energi Listrik Energi listrik saat menggunakan TXV: P = V x I cos φ = 210 volt x 4 A x 0,74 = 621,6 Watt Gambar 5. Grafik temperatur produk menggunakan alat ekspansi TXV dan pipa kapiler Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai efisiensi refrigerasi (ɳ) pada sistem air blast freezer antara alat ekspansi TXV dan pipa kapiler. Data-data yang diolah di perhitungan, adalah ketika sistem berada pada saat steady. Ketika sistem menggunakan TXV sebagai alat ekspansi, efisiensi refrigerasi ada di angka 70,82 %, dan ketika sistem menggunakan pipa kapiler sebagai alat ekspansi, efisiensi refrigerasi ada di angka 68,38 %. Energi listrik menggunakan pipa kapiler: P = V x I cos φ = 210 volt x 4,1 A x 0,74 = 637,1 Watt 4. Analisis Setelah pengolahan data-data di atas, analisis dilakukan pada: 1. apaian temperatur (chilling time) 2. Efisiensi refrigerasi Gambar 6. Grafik efisiensi refrigerasi menggunakan alat ekspansi TXV dan pipa kapiler 135

7 opyright 2018, Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, Volume 1, e-issn Pada Gambar 7 dijelaskan bahwa terdapat perbedaan nilai arus listrik walaupun tidak terlalu besar antara penggunaan alat ekspansi TXV dan pipa kapiler pada saat pencapaian temperatur rancangan, yaitu -25 o. Pada menit ke 60 saat penggunaan TXV mencapai -25 o arus terukur 4 Ampere (621,6 Watt), dan pada penggunaan pipa kapiler saat suhu mencapai -25 o di menit 80 arus terukur di 4,1 Ampere (637,1 Watt). Gambar 7. Grafik arus listrik menggunakan alat ekspansi TXV dan pipa kapiler 5. Kesimpulan Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat ekspansi TXV dan alat ekspansi pipa kapiler secara bergantian pada sistem air blast freezer, menghasilkan performansi yang berbeda. Dari sisi capaian temperatur (chilling time) produk, untuk mencapai suhu -25 o, dengan TXV butuh 60 menit dan dengan pipa kapiler butuh waktu 80 menit. Efisiensi refrigerasi, dengan TXV mencapai nilai 70,82 % dan dengan pipa kapiler mencapai %. Konsumsi energi listrik, dengan TXV butuh 621,6 Watt dan dengan pipa kapiler butuh Watt. Jadi performansi sistem air blast freezer lebih baik dengan penggunaan alat ekspansi TXV. Daftar Pustaka ASHRAE, (2001) : ASHRAE Handbook of Fundamental, American Society of Heating, Refrigerating and Air onditioning Engineers, Atlanta. Dossat, Roy J. (1981), Principle of Refrigeration, SI Version, Second Edition; John Wiley & Sons, Inc, New York. Hadiwiyanto, S., (1993) : Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Liberty, Yogyakarta. Ilyas, S. (1993) : Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan, Jilid II ; V.Paripurna, Jakarta. accessed on June 17, accessed on June 17,

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA Dalam pengambilan data perlu diperhatikan beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengambilan data dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk memperbaiki kualitas ikan, dibutuhkan suatu alat yaitu untuk menjaga kondisi ikan pada kondisi seharusnya dengan cara menyimpannya didalam sebuah freezer yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System) Melinder (2010) menjelaskan sistem refrigerasi tidak langsung yang menggunakan secondary refrigerant telah lama banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan penerapan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Ade Suryatman Margana, Doni Oktaviana Refrigeration And Air Conditioning Department Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet BAB II DASAR TEORI 2.1 Blood Bank Cabinet Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE)

ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE) ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE) Triaji Pangripto Pramudantoro. Jurusan Teknik Refrigerasi & Tata Udara Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal. 11-18 ISSN 0216-7395 ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM Ahmad Farid * dan Royan Hidayat Program Studi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana Sistem refrigerasi kompresi uap sederhana merupakan sistem refrigerasi yang menggunakan kompresor sebagai alat pemompa refrigeran. Uap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pompa Kalor (Heat Pump) Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar teknologi pompa

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI Darwis Tampubolon *), Robert Samosir **) *) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan **) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan Abstrak Refrigerasi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI HEAT PUMP MENGGUNAKAN COUNTER FLOW HEAT EXCHANGERS

ANALISA PERFORMANSI HEAT PUMP MENGGUNAKAN COUNTER FLOW HEAT EXCHANGERS ANALISA PERFORMANSI HEAT PUMP MENGGUNAKAN COUNTER FLOW HEAT EXCHANGERS Kusnandar 1, Gusniawan 2 1,2 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Negeri Indramayu. Alamat: Jl. Raya Lohbener

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Brine cooling

BAB II DASAR TEORI 2.1 Brine cooling BAB II DASAR TEORI 2.1 Brine cooling Brine cooling merupakan alat pendinginan, yang digunakan untuk mendinginkan produk dengan refrigeran sekunder sebagai media penyerap kalor, supaya terbentuk produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet sangat beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon

Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon Kusnandar, Gusniawan, Fajar Sentosa Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Negeri Indramayu. Alamat:

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. MODUL PRAKTIKUM Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 i ii KATA PENGANTAR Assalaamu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage BAB II DASAR TEORI 2.1 Cold Storage Cold storage merupakan suatu ruang penyimpanan yang digunakan untuk menjaga dan menurunkan temperatur produk beserta kelembabannya agar kualitas produk tetap terjaga

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 HASIL PENGUJIAN STEADY SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

Basic Comfort Air Conditioning System

Basic Comfort Air Conditioning System Basic Comfort Air Conditioning System Manual Book (CAC BAC 09K) 5 PERCOBAAN 32 5.1. KOMPONEN KOMPONEN UTAMA DALAM SISTEM PENDINGIN TUJUAN: Setelah melakukan percobaan ini siswa akan dapat : 1. Memahami

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Kontributor: Ir. Johnner Sitompul,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA FREEZER UNTUK PENYIMPANAN IKAN DENGAN METODA PUMP DOWN

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA FREEZER UNTUK PENYIMPANAN IKAN DENGAN METODA PUMP DOWN TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA FREEZER UNTUK PENYIMPANAN IKAN DENGAN METODA PUMP DOWN PERFORMANCE ANALYSIS OF STORAGE FREEZER FOR FISH WITH PUMP DOWN METHOD Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI.

BAB II DASAR TEORI. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Sistem pendinginan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem pendinginan secara langsung dan sistem pendinginan secara tidak langsung. Sistem pendinginan secara

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT Harianto 1 dan Eka Yawara 2 Abstract Vapor compression refrigeration is one of refrigeration systems that is most widely used

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Pengaruh Aplikasi Lshx Terhadap Kinerja Sistem Refrigerasi Dengan Refrigeran R404A

Studi Eksperimental Pengaruh Aplikasi Lshx Terhadap Kinerja Sistem Refrigerasi Dengan Refrigeran R404A Studi Eksperimental Pengaruh Aplikasi Lshx Terhadap Kinerja Sistem Refrigerasi Dengan Refrigeran R404A (EXPERIMENTAL STUDY, INFLUENCE OF APPLICATION ON PERFORMANCE OF REFRIGERATION SYSTEM WITH R404A REFRIGERANT)

Lebih terperinci

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split Rudi Rustandi Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds Ciwaruga, Bandung,

Lebih terperinci

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG ISSN-P 2460-8408 Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Politeknik Sekayu (PETRA) Volume 1, No. 1, November 2015, h. 44-54 COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG Arief

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI SISTEM BRINE COOLING DENGAN VARIASI KONSENTRASI PROPYELEN GLYCOL AIR SEBAGAI REFRIGERAN SEKUNDER

ANALISIS PERFORMANSI SISTEM BRINE COOLING DENGAN VARIASI KONSENTRASI PROPYELEN GLYCOL AIR SEBAGAI REFRIGERAN SEKUNDER ANALISIS PERFORMANSI SISTEM BRINE COOLING DENGAN VARIASI KONSENTRASI PROPYELEN GLYCOL AIR SEBAGAI REFRIGERAN SEKUNDER ANALYZE OF BRINE COOLING SYSTEM PERFORMANCE WITH CONSENTRATION VARIATIONS OF PROPYLENE

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI BLAST CHILLER DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI BLAST CHILLER DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI BLAST CHILLER DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP ANALYZE PERFORMANCE OF BLAST CHILLER REFRIGERATION SYSTEM WITH VAPOR REFRIGERATION

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar operasi prosedur : 3.1 Data-Data Penelitian Spesifikasi : Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Lebih terperinci

TUGAS 2 REFRIGERASI DASAR (TEORI)

TUGAS 2 REFRIGERASI DASAR (TEORI) TUGAS 2 REFRIGERASI DASAR (TEORI) Ketentuan : Jawablah pertanyaan atau tugas berikut (termasuk soal-soal latihan), dan kumpulkan pada minggu ke -15 (tanggal 26 Juni 2009) Ditulis pada kertas A4. Tugas

Lebih terperinci

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor Menghitung besarnya kerja nyata kompresor Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor Menghitung efisiensi kompresi kompresor Menghitung besarnya kebutuhan daya kompresor Menghitung koefisien prestasi(cop)

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan Ega Taqwali Berman * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Perhitungan dan analisa sistem refrigerasi kompresi uap diambil pada menit terakhir yaitu menit ke-360 atau jam ke-6. Diambil pada menit terakhir

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM REFRIGERASI ICE BANK UNTUK PENDINGINAN SUSU DI PT. INDUSTRI SUSU ALAM MURNI BANDUNG

ANALISIS SISTEM REFRIGERASI ICE BANK UNTUK PENDINGINAN SUSU DI PT. INDUSTRI SUSU ALAM MURNI BANDUNG LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM REFRIGERASI ICE BANK UNTUK PENDINGINAN SUSU DI PT. INDUSTRI SUSU ALAM MURNI BANDUNG ANALYSIS OF ICE BANK REFRIGERATION SYSTEM TO COOL MILK AT PT. INDUSTRI SUSU ALAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL MESIN REFRIGERASI UNIT KECIL YANG DILENGKAPI DENGAN SECONDARY REFRIGERANT

KAJI EKSPERIMENTAL MESIN REFRIGERASI UNIT KECIL YANG DILENGKAPI DENGAN SECONDARY REFRIGERANT KAJI EKSPERIMENTAL MESIN REFRIGERASI UNIT KECIL YANG DILENGKAPI DENGAN SECONDARY REFRIGERANT Triaji Pangripto Pramudantoro,* Tri Agung Rohmat,** Prajitno** (*)Jurusan Teknik Refrigerasi & Tata Udara Politeknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 3, No. 2, Juli 2015 ANALISIS PENGARUH VARIASI MODE KERJA TERHADAP PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAPWATER CHILLER TYPE WITH WATER COOLED CONDENSER DENGAN REFRIGERAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE)

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE) ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE) Awal Syahrani * * Abstract Good Refrigeran and used many up to last some years is the refrigeran

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 HASIL PENGUJIAN KESTABILAN SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

Peluang Pemanfaatan Sistem Refrigerasi Cascade Sebagai Air Conditioner

Peluang Pemanfaatan Sistem Refrigerasi Cascade Sebagai Air Conditioner Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: 2548-1509 Peluang Pemanfaatan Sistem Refrigerasi Cascade Sebagai Air Conditioner Ade Suryatman Margana a*, Anggi Gumilar a** ( a )Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN Pada bab ini, sistem pendingin dibagi dalam dua kategori yaitu sistem pemipaan dan sistem kelistrikan. Komponen dalam sistem pemipaan terdiri dari; kompresor, kondenser,

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL APLIKASI KATUP EPR TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI MULTI EVAPORATOR

KAJI EKSPERIMENTAL APLIKASI KATUP EPR TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI MULTI EVAPORATOR JURNAL LOGIC. VOL. 11. NO.. JULI 011 93 KAJI EKSPERIMENTAL APLIKASI KATUP EPR TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI MULTI EVAPORATOR I Made Rasta PS. Refrigerasi dan Tata Udara Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5

Lebih terperinci

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Faldian 1, Pratikto 2, Andriyanto Setyawan 3, Daru Sugati 4 Politeknik Negeri Bandung 1,2,3 andriyanto@polban.ac.id

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X ANALISIS KARAKTERISTIK MESIN REFRIGERASI MOBIL MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK SEBAGAI ALAT UJI Annisa Wulan Sari 1* Sunaryo 1** 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Riau Jl. K.H.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN Eko Budiyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyan Metro Jl. KH. Dewantara No.

Lebih terperinci

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD HANIF BADARUS SAMSI (2108100091) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD Contoh aplikasi di bidang pengobatan biomedis yang membutuhkan temperatur -20 C untuk penyimpanan sampel CFC mengandung ODP

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU

JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU Job No 1 Simple Air Conditioning System Kompresor dihubungkan dengan arus 3 phasa dan tiap phasa menggunakan sekring. 3 kipas evaporator dengan 1 phasa dihubungkan terpisah

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT PK Imron Rosadi, Agus Wibowo, Ahmad Farid. Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Pancasakti, Tegal,. Dosen Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN VARIASI PIPA KAPILER PADA SISTEM REFRIGERASI CASCADE

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN VARIASI PIPA KAPILER PADA SISTEM REFRIGERASI CASCADE LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN VARIASI PIPA KAPILER PADA SISTEM REFRIGERASI CASCADE COMPARISON ANALYSIS OF CAPILLARY TUBE VARIATION ON CASCADE REFRIGERATION SYSTEM Laporan ini disusun untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

TUGAS 2 REFRIGERASI DASAR (TEORI)

TUGAS 2 REFRIGERASI DASAR (TEORI) TUGAS 2 REFRIGERASI DASAR (TEORI) Ketentuan : Jawablah pertanyaan atau tugas berikut (termasuk soal-soal latihan), dan kumpulkan pada minggu ke -14 (tanggal 10 Juni 2011) Ditulis pada kertas A4. (tidak

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2007 tahun ajaran 2010/2011

SILABUS MATA KULIAH REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2007 tahun ajaran 2010/2011 SILABUS MATA KULIAH REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2007 tahun ajaran 2010/2011 No Minggu ke 1 1 28 Feb Materi Tujuan Ket. Pendahuluan, Jenis dan Contoh Aplikasi system Refrigerasi Siswa mengetahui perkembangan

Lebih terperinci

Kajian Awal Sistem Kontrol Cold Storage Multi-Fungsi Menggunakan Perangkat Lunak Zeliosoft

Kajian Awal Sistem Kontrol Cold Storage Multi-Fungsi Menggunakan Perangkat Lunak Zeliosoft Kajian Awal Sistem Kontrol Cold Storage Multi-Fungsi Menggunakan Perangkat Lunak Zeliosoft Apip Badarudin Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds Ciwaruga,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) B-151

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) B-151 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-151 Performansi Sistem Refrigerasi Cascade Menggunakan MC22 Dan R407F Sebagai Alternatif Refrigeran Ramah Lingkungan Dengan Variasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Air-Water System

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Air-Water System BAB II DASAR TEORI 2.1 Air-Water System Kekurangan pada all air system yaitu penggunaannya yang tidak dapat dikontol di tiap-tiap ruangan tertentu karena pada setiap ruangan menggunakan supply air yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN dan SILABUS MATA KULIAH REFRIGERASI DASAR (D3 dan D4) KURIKULUM 2016 tahun ajaran 2017/2018. Materi Tujuan Ket.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN dan SILABUS MATA KULIAH REFRIGERASI DASAR (D3 dan D4) KURIKULUM 2016 tahun ajaran 2017/2018. Materi Tujuan Ket. SATUAN ACARA PERKULIAHAN dan SILABUS MATA KULIAH REFRIGERASI DASAR (D3 dan D4) KURIKULUM 2016 tahun ajaran 2017/2018 No Minggu ke 1 1-2 12 Feb 19 Feb Materi Tujuan Ket. Pendahuluan, Jenis dan Contoh Aplikasi

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK Dwi Bayu Saputro, Suryadimal, S.T.,M.T 1), Ir. Wenny Marthiana., M.T 2) Program Studi

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga IDG Agus Tri Putra (1) dan Sudirman (2) (2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Jurusan

Lebih terperinci