Transkip Wawancara dengan Bupati Kabupaten Sukabumi H. Sukmawijaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Transkip Wawancara dengan Bupati Kabupaten Sukabumi H. Sukmawijaya"

Transkripsi

1 Transkip Wawancara dengan Bupati Kabupaten Sukabumi H. Sukmawijaya BUTARU : Kabupaten Sukabumi telah menjadi kota minapolitan pertama, bagaimana sejarahnya? SUKMA : Bila ditanyakan sejarahnya, tentu saja tidak lepas dari banyak ragam dan faktor. Namun demikian, secara alamiah memang Palabuhan Ratu sudah menjadi penghasil perikanan tangkap yang paling berpotensi di Jawa Barat bagian selatan sejak lama. Apalagi, setelah dibangunnya Pelabuhan Perikanan tahun 1991 dan diresmikan tahun 1993, intensitas dan kapasitas produksi perikanan tangkap semakin besar dan menjadi sumber perekonomian masyarakat. Sejak lama Palabuhan Ratu dikenal sebagai penghasil ikan segar dengan komoditas utama antara lain ikan tuna, layur, cakalang dan udang lobster. Selain itu dikenal juga sebagai penghasil pindang ikan cakalang dan tongkol. Faktor lainnya, kedudukan fasilitas penunjang yang berada dalam satu area, merupakan bentuk ciri sebuah kota minapolitan. Sehingga wajar, kalau akhirnya kita dalam hal ini pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sukabumi, menyandang gelar sebagai kota minapolitan. Tapi tentunya, keberhasilan tidak hanya sekedar untuk dibanggakan, tapi terus ditingkatkan dan dipertanggungjawabkan secara bijaksana sehingga gelar sekarang ini benar-benar menjadi sebuah semangat baru untuk mengembangkan Palabuhan Ratu, menjadi daerah terdepan dalam membangun kawasan pesisir. BUTARU : Bagaimana perasaan Bapak, setelah Kabupaten Sukabumi menyandang gelar sebagai Kota Minapolitan yang Pertama di Indonesia? SUKMA : Tentu saja bangga tapi kebanggan itu bukan hanya milik saya sendiri, tapi milik semua warga Kabupaten Sukabumi khususnya dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Dalam hal ini, kita patut memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas dicanangkannya Palabuhan Ratu sebagai Kota Minapolitan berbasis perikanan tangkap. Karena ke depan akan terjadi peningkatan pembangunan baik intensitas maupun kapasitasnya yang terkait dengan perikanan tangkap khususnya juga sektor lainnya yang menunjang pembangunan kota Minapolitan. Persasaan bangga yang kini tentu sedang dirasakan semua lapisan masyarakat Kabupaten Sukabumi, seyogyanya akan terus memompa semangat membangun Kabupaten Sukabumi secara menyeluruh dalam sektor perikanan. Penghargaan yang sekarang sudah dicapai, akan menjadi titik awal pencapaian yang baru terutama dalam sektor bahari. Kita (Pemerintah Kabupaten) telah mempunyai program jangka menengah daerah yang di dalamnya telah terstruktur semua pola pembangunan sehingga Insyaallah, Palabuhan Ratu ini, tidak hanya sebagai kota minapolitan tapi kota untuk semua yang memberikan kemaslahatan dan kenyamanan bagi masyarakatnya.

2 BUTARU : Apakah keberhasilan itu merupakan bagian dari rencana pembangunan yang tertuang dalam Visi dan Misi Kabupaten Sukabumi? SUKMA : Visi Kabupaten Sukabumi adalah Terwujudnya Perubahan Kabupaten Sukabumi Menuju Masyarakat yang Berakhlak Mulia, Produktif dan Sejahtera. Visi ini ditopang dengan tiga misi, yakni Membangun SDM yang berakhlak Mulia, Memantapkan Kinerja Pemerintah Daerah dan yang terakhir Menumbuhkembangkan Perekonomian Daerah yang Bertumpu Pada Sektor Unggulan (Basis) dan Perekonomian Rakyat. Dari visi dan misi tersebut, jelas bisa dilihat begitu eratnya keberhasilan yang kita capai saat ini merupakan satu mata rantai pembangunan. Khususnya di kawasan Pelabuhan Ratu, pembangunan diarahkan atas dasar historis dan topografi daerah yang merupakan daerah pesisir pantai selatan yang kaya hasil perikanan laut. Pembangunan terus digalakan sesuai dengan konsep terutama sejak 10 tahun terakhir saat saya masih menjabat Bappeda waktu itu, hingga lima tahun ini ketika saya menjadi Bupati. Kalau menjawab apakah keberhasilan sekarang tertuang dalam Visi dan Misi, tentu saja tidak bisa hanya dilihat dari susunan kata yang ada. Tapi harus secara luas termasuk melihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan utuh. Di sana sangat terbuka bagaimana kami betul-betul memprioritaskan pembangunan dalam semua sektor di wilayah selatan ini. Ya alhamdullilah, saat ini kerja keras kita bisa dirasakan dengan terpilihnya Kabupaten Sukabumi sebagai Kota Minapolitan Pertama Berbasis Perikanan Tangkap di Indonesia. BUTARU : Dalam mewujudkan sebuah kota Minapolitan, tentunya bukan hal yang mudah bagi Bapak dan segenap masyarakat Sukabumi. Dalam kaitan ini, bagaimana Bapak bisa mengharmoniskan kebutuhan masyarakat majemuk dengan keberadaan kota minapolitan itu sendiri? SUKMA : Pembangunan kota Minapolitan ini melibatkan semua sektor, tidak hanya perikanan saja, jadi keseluruhan lapisan masyarakat tersentuh oleh pembangunan tersebut (semua OPD telibat secara aktif dalam pembangunan ini). Dimana masyarakat dan pemerintah saling bersinergi dan berperan aktif, dimana aspirasi dan peran serta masyarakat diperhatikan serta dilibatkan dalam pembangunan kota Minapolitan. Minapolitan ini adalah sebutan atau gelar yang kami terima. Pada prinsipnya, pembangunan tentu saja tidak bisa satu arah. Kemajemukan masyarakat di Kabupaten Sukabumi adalah salah satu yang menjadi pilar pembangunan. Dalam hal ini bagaimana pemerintah daerah dapat mewujudkan pembangunan yang berkeadilan

3 bagi semua lapisan masyarakat. Di Sukabumi tidak hanya masyarakat nelayan tapi terdiri dari ragam etnis dan keturunan. Begitupula dengan sektor usaha, di Sukabumi ini tidak hanya bertumpu pada perikanan tapi masih banyak lainnya yang juga kedudukan dan potensinya hampir sama dengan sektor bahari. Sebut saja sektor industri, di mana di beberapa tempat berdiri industri besar yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak. Dalam hal ini, kesinergisan dalam pembangunan, justru membuat daerah ini semakin besar, kuat dan semakin bisa membuktikan sebagai daerah yang mapan. Apalagi, kita semua tahu, kalau Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten yang memiliki daerah paling luas se Jawa Bali. BUTARU : Sebagai kota minapolitan, tentunya bantalan utamanya adalah sektor perikanan. Bisa Bapak jelaskan, bagaimana potensi bahari yang ada di Kabupaten Sukabumi sebagai penggerak ekonomi daerah baik secara pendapatan, dalam hal ini pasokan hasil perikanan terhadap pendapatan asli daerah, maupun sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat Kabupaten Sukabumi? SUKMA : Untuk pendapatan asli daerah dari Dinas Kelautan dan Perikanan relatif kecil, tetapi efek ekonomi yang ditimbulkannya relatif besar bagi kehidupan masyarakat. Potensi Perikanan Tangkap yang ada di Kabupaten Sukabumi ini meliputi : Panjang Pantai 117 Km (9 Kec Pesisir), Fishing Ground 702 Km2 Potensi lestari Ton / Th RTP Nelayan Orang Pelabuhan Perikanan Nusantara 1 Unit PPI 1 Unit TPI 5 Unit Armada Penangkapan - Perahu tanpa motor 75 Unit - Perahu motor 845 Unit - Kapal motor 280 Unit RTP Pengolah Orang 6 unit PT (pengusaha) (penanganan ikan segar) 38 KUB pengolahan 116 KUB perikanan tangkap 31 KUB budidaya Komoditas ungguluan : Tuna, cakalang, layur, lobster dll Produktivitas MSY= ton/ tahun Produktivitas JTB = 80 % X = ton/ tahun BUTARU : Sektor industri perikanan apa saja yang sudah bergerak dan ada di Kabupaten Sukabumi, baik sekala internasional maupun nasional? SUKMA : Banyak sekali industri perikanan yang sudah beroperasi di Kabupaten Sukabumi, khususnya di wilayah Palabuhan Ratu. Bahkan untuk beberapa industri perikanan telah melakukan ekspor ke beberapa negara. Perusahaan-perusahaan yang ada dan telah beskala internasional untuk komoditas ikan layur masing-masing : 1. PT. AGB Palabuhan Ratu dengan kapasitas ekspor sebanyak 800 Ton /tahun 2. PT. Jiko Gantung Power 700 Ton /tahun

4 3. PT. Ratu Prima 700 Ton /Tahun 4. CV. Bahari ekspres 600 Ton /Tahun 5. PT. Topmed 750 Ton /Tahun Total ekspor untuk satu tahun mencapai ton. Jumlah ini cukup baik untuk membuktikan kalau memang sektor bahari di Palabuhan Ratu sangat menjanjikan. Setidaknya, jumlah ini akan merangsang banyak investor lain terutama dari luar negeri untuk datang dan menanamkan investasinya di Palabuhan Ratu. Sementara untuk skala nasional, beberapa industri yang telah berdiri berupa industri galangan kapal, industri pengolahan hasil perikanan. Tidak hanya itu, gerak usaha nelayan kecil tradisional juga merupakan potret kalau industri bahari kecil dan besar berjibaku dan berkompetisi secara sehat mencapai sasaran usaha yang baik dan bisa menjadi bagian penting roda perekonomian di Kabupaten Sukabumi ini. BUTARU : Bagaimana gerak Usaha Kecil Menengah (UKM) sektor perikanan setelah Kabupaten Sukabumi menjadi kota Minapolitan? SUKMA : Berbicara soal UKM, tentu akan luas. Khusus di sektor perikanan, gerak usaha kecil kerakyatan ini semakin berkembang mengikuti permintaan pasar, baik UKM yang bergerak pada penjualan ikan segar, penyimpanan/ pendinginan (coldstorage) maupun pengolahan hasil perikanan. Kita melihat banyak sekali UKM yang sekarang bermunculan di Kabupaten Sukabumi dan bergerak di pengolahan perikanan. Kita sebut pengolahan kerupuk kulit ikan. Industri rumahan ini, ternyata mampu bertahan di saat krisis melanda tanah air ini dan mampu memberdayakan sumber daya manusia yang tidak sedikit. Jadi kalau saya sebut, UKM di Kabupaten Sukabumi ini tidak kalah dengan daerah lain bahkan mungkin lebih. Setiap saya keliling ke beberapa tempat selalu saja saya temukan industri rumahan yang mengelola hasil perikanan. Para pengusaha ini, selalu mengaku kalau mereka tetap bertahan dalam kondisi apapun. Kita sebagai pemnerintah tentunya sangat bangga. Tapi tidak hanya itu, saya sebagai Bupati juga memberikan perhatian khusus pada UKM ini. Karena saya berpikiran sektor ini menjadi roda utama usaha rumahan yang mampu memberikan solus terbaik dalam membantu mengentaskan persoalan pengangguran yang ada di Kabupaten Sukabumi. Saya justru berharap, kedepannya gerak UKM ini mampu lebih baik lagi dan bisa berdaya saing tinggi dengan produk industri besar lainnya. Pemerintah akan selalu memberikan dukungan yang maksimal terhadap pelaku usaha kecil ini sehingga mereka menjadi bagian dan partner pemerintah dalam mengembangkan wilayah, tentunya di bidang ekonomi. Sebenarnya perlu diketahui kalau jumlah UKM di Kabupaten Sukabumi ini ada sekitar UKM dengan volume usaha mencapai 34,645 miliyar. Adapun jenis usaha yang digeluti tidak hanya bidang perikanan namun banyak hal lainnya seperti Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kerajinan, Logam, Batu Aji, Percetakan, Konveksi, Genteng dan Batako, Transportasi, Catering, Las, Warung dan Toko serta Perkebunan. BUTARU : Bagaimana keharmonisan gerak usaha pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha besar, apakah ada kerjasama terpadu sehingga menciptakan pola kerjasama usaha kelautan yang terpadu? SUKMA : Saya selaku Bupati terus berusaha membangun jembatan kemitraan antara usaha perikanan tangkap yang berskala kecil dengan yang lebih besar dimana antara usaha kecil, menengah dan besar terdapat suatu hubungan saling membutuhkan dan keterkaitan yang saling menguntungkan.

5 Pola ini sangat penting untuk membangun sebuah sinergisitas yang baik dalam mencipatkan keharmonisan usaha. Industri besar, harus mampu menjadi bapak bagi pengusaha di bawahnya, sehingga jurang pemisaha antara pengusaha besar dan kecil sudah tidak ada lagi. BUTARU : Setelah menyandang sebagai Kota Minapolitan Pertama di Indonesia, pembangunan apa saja yang akan mendapat prioritas utama baik infrasruktur maupun non infrastruktur? SUKMA : Prioritas utama dalam pembangunan tentu saja infrastruktur jalan raya penghubung kota minapolitan dengan daerah lain dan jalan di dalam kawasan minapolitan. Panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Sukabumi adalah 1.915,71 KM dengan jalan nasional sepanjang 49,932 KM, Jalan Provinsi 428, 448 KM dan Jalan Kabupaten sepanjang 428, 448 KM. Kondisi jalan saat ini kurang lebih 62,89 % beraspal baik dan 37,11 % kerikil dan tanah. Pembangunan jalan ini diharapkan akan terus terjadi sepanjang tahun sesuai dengan kemampuan APBD pemerintah daerah. Tentu saja, pembangunan ini untuk menunjung semua aktivitas kegiatan terutama yang meyangkut transportasi hilir mudik komoditas bahari yang melalui jalur darat, karena kondisi jalan sangat mempengaruhi kualitas dan berimbas pada harga jual produk yang dihasilkan. Selain infrastruktur jalan yang menjadi keutaman pembangunan, ada beberapa hal penting dalam pembangunan seperti pembangunan sarana dan prasarana yang berkaitan perikanan tangkap antara lain alabuhan perikanan/ pangkalan pendaratan ikan, kapal perikanan dan alat tangkap. Sarana penunjang ini sangat penting karena menurut riset perikanan tangkap dan pusat penelitian dan pengembangan oseanologi tahun 2005, kelompok ikan pelagis besar di perairan Samudera Hindia (WWP) 9 yang merupakan daerah fishing ground nelayan Palabuhan Ratu, masih besar peluang untuk dimanfaatkan. Karena saat ini baru termanfaatkan sebesar ton atu 51,41 % dari potensi sebesar ton/ tahun. Begitu juga untuk kelompok ikan pelagis kecil, baru dimanfaatkan sebesar ton atau 50,44 % dari potensi sebesar ton/ tahun. Sementara fasilitas dan kondisi PPNP saat ini, bisa saya jelaskan sesuai dengan fasilitas yang telah dibangun sejak operasionalnya pada tahun 1993 terbagi dari dermaga I dengan fasilitas pokok berupa Dermaga dengan volume 500 meter, Dermaga Tambat 310 meter, Dermaga Pendaratan 93 meter, Dermaga Perbekalan 106 meter dengan luas kolam dermaga keseluruhan seluas 3 ha dan semuanya dengan kondisi baik. Di Dermaga II terdapat dermaga dengan luas 410 meter, Dermaga Tambat, Dermaga Pendaratan, Dermaga Perbekalan dengan kolam yang memiliki luas dua hektar ditambah Break Water I disebelah utara sepanjang 125 meter dan Break Water II di sebelah selatan sepanjang 294 meter serta alur masuk sepanjang 294 meter. Selain sarana yang disebutkan tadi, ada prioritas pembangunan utama lainnya seperti sarana pendidikan, kesehatan dan pembangunan pasar di beberapa tempat untuk menunjang aktivitas usaha perdagangan lokal di Kabupaten Sukabumi. Adapun pembangunan yang bersifat non infrastruktur yaitu sikap mental semua pihak yang terkait dengan pembangunan minapolitan yaitu dukungan partisipasi masyarakat, aparatur pemerintah yang terkait agar tetap memiliki keseriusan, kepedulian dan kemauan yang kuat untuk membangun kota minapolitan BUTARU : Bagaimana dengan tata ruang Kabupaten Sukabumi setelah menyandang sebagai Kota Minapolitan?

6 SUKMA : Tata ruang ini sangat penting. Kita semua tahu setelah keluarnya Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka semua daerah dalam hal ini Provinsi/ Kota/ Kabupaten wajib merampungkan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah. Makanya, kami terus bekerja ekstra cepat untuk menyiapkan rancangan tata ruang atau RUTRW yang definitif sambil menunggu proses penyusunan tata ruang dari Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi ini cukup luas dengan luasan wilayah ,92 ha dengan berbatasan langsung untuk wilayah utara dengan Kabupaten Bogor, di Selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, di Barat berbatasan langsung dengn Kabupaten Lebak dan di wilayah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur. Dengan karakteristik tersebut, tentu pembahasan Raperda RUTRW ini harus benarbenar cermat dan jeli sehingga Perda RTRW yang dihasilkan benar-benar bisa mengakomodir semua kepentingan lapisan masyarakat dari berbagai sudut dan arah wilayah Kabupaten Sukabumi. Kita saat ini benar-benar mencoba membahas Raperda ini bersama dengan DPRD Kabupaten Sukabumi. Insyaallah dalam waktu singkat, mungkin kita bisa merampungkannya, namun demikian kita juga menunggu dengan Perda RTRW provinsi. Karena bagaimana pun, tetap Perda RTRW Provinisi adalah payung hukum untuk mengeluarkan Perda Kabupaten selain Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang tadi. Meski demikian, kaitannya dengan tata ruang ini, dalam waktu dekat Kabupaten Sukabumi juga akan mengeluarkan SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Minapolitan yang merujuk kepada SK Menteri Departeman Kelautan dan Perikanan. Dalam konsep ini juga secara utuh telah ada konsep tentang tata ruang meskipun lebih kecil pada kawasan minapolitan saja. Pokoknya saya benar-benar memberikan perhatian terhadap Perda Tata Ruang ini, karena tentu saja bakal bisa menciptakan pengembangan wilayah yang baik. Saat ini kita juga sudah ada revisi untuk Perda yang kemudian statusnya akan menunggu ketuntasan Perda Provinsi. Ya, kita harapkan bisa secepatnya rampung. Saya juga bersyukur karena selama ini, pihak DPRD cukup aktif berpartisipasi dalam merancang Perda RTRW ini. Kami sering berdiskusi baik secara formal dalam sidang maupun tidak formal dalam obrolan ringan. Kita berharap Perda Provinisi Jawa Barat tentang Tata Ruang ini segera selesai sehingga bisa secepatnya diikuti oleh daerah. BUTARU : Tantangan terbesar apa saja yang menurut Bapak akan dihadapi dalam mewujudkan Kabupaten Sukabumi sebagai daerah terdepan dalam sektor perikanan? SUKMA : Kesiapan sumber daya manusia, baik pengetahuan dan keterampilan, dalam menghadapi pembangunan minapolitan, khususnya menghadapi perubahan palabuhan perikanan nusantara menjadi palabuhan perikanan samudera. Faktor ini sangat penting, karena kesiapan sumber daya akan sangat berdampak luas pada perkembangan daerah. Hal ini menyangkut dengan karakter budaya dan cara pandang masyarakat terhadap sebuah perubahan. Karena itu, kami sebagai pemerintah daerah terus berupaya melakukan langkahlangkah dan terobosan secara simultan baik itu melalui informasi atau penerangan langsung ke tiap-tiap dusun yang ada di Kabupaten Sukabumi khusunya di Palabuhan Ratu. Salah satu langkah yang sedang kita lakukan adalah pembinaan keterampilan yang melibatkan banyak elemen masyarakat terutama kalangan usia produktif melalui pelatihan-pelatihan. Kegiatan ini tidak hanya mencakup pelatihan budidaya ikan

7 melainkan pemahaman secara luas tentang teknologi yang selama ini berkembang dan sering digunakan di kapal ikan tangkap. Ya, saya berharap, tindakan ini akan mampu memberikan arti banyak bagi perkembangan daerah ini sebagai daerah yang baru mendapat gelar Kota Minapolitan. Tentu saja, dengan kesiapan SDM yang berkualitas dan berdayaguna tinggi akan membentuk sebuah daerah yang berkembang dan bermanfaat bagi semua masyarakatnya. Kita juga selalu memberikan arahan dan pengertian tentang makna dan hakekat Kota Minapolitan, sehingga masyarakat tidak memandang sempit arti sebuah Kota Minapolitan tersebut. Ini penting agar masyarakat paham betul dan dapat menerima dengan baik gelar Kota Minapolitan tersebut hingga membentuk sebuah karakter masyarakat yang sehat dan sejahtera dan ramah terhadap siapapun pendatang yang datang ke Pelabuhan Ratu. Kedua, sumber daya buatan dan teknologi untuk mendukung dan menunjang kota minapolitan. Kedepannya hal ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah daerah. Sehingga kita harus sudah merintis bagaimana menghadapi tantangan sehingga tidak menjadi sebuah hambatan yang berarti dan menghalang laju perkembangan kota minapolitan. Dalam hal sumber daya buatan dan teknologi ini, saya sendiri telah memerintahkan Dinas untuk melakukan sebuah kajian bahkan terobosan agar kendala ini bisa segera diatasi. Hal-hal yang bisa diambil dapat berupa kerjasama dengan pihak ketiga untuk melakukan pemenuhuan kebutuhan sumber daya buatan yang mampu menopang seluruh aktivitas kota minapolitan, atau jika memungkinkan bisa membuat sendiri dengan menggandeng banyak tenaga ahli yang mumpuni di bidangnya. Ketiga, keseriusan dan kesungguhan pemangku jabatan dalam rangka menunjang perkembangan kota minapolitan. Dalam hal ini, tentu saya sendiri harus berkomitmen untuk bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat membangun Kota Minapolitan ini menjadi lebih baik ke depannya. Pemangku jabatan dan kebijakan ini tentu saja tidak hanya sendiri sebagai Bupati, tapi semua pihak di tatanan pemerintah Kabupaten Sukabumi. Semuanya harus terlibat aktif baik secara pekerjaan maupun sumbang saran untuk memajukan kota minapolitan. Jika ini tidak terbentuk, maka sudah pasti Kota Minapolitan ini hanya sebagai sandangan gelar saja dan itu sangat memprihatinkan. Saya sebagai Bupati tidak akan membiarkan itu terjadi. Sekuat tenaga saya akan berusaha bersama semua lapisan terus bangkit dan membangun Kota Minapolitan ini. BUTARU : Sebagai Putra Daerah, perkembangan apa saja yang Bapak harapkan? Apalagi Bapak mempunyai banyak pengamalam di Pemerintahan. SUKMA : Tentunya banyak yang saya harapkan dari Kabupaten Sukabumi. Salah satunya, saya ingin mewujudkan daerah ini sebagai daerah termaju dalam segala bidang. Dulu sebelum saya menjabat sebagai Bupati, saya pernah menjadi Camat hingga Kepala Bappeda, sehingga saya merasakan betul bagaimana keinginan masyarakat di bawah. Bersama itu, saya sadar betul dengan jabatan saya sekarang, bukan sekedar jabatan tapi amanah untuk mewujudkan Kabupaten Sukabumi sebagai daerah yang memiliki nilai pembangunan berkeadilan bagi semua pihak. Tentunya dalam hal ini saya harus mampu meramu semua keinginan masyarakat Sukabumi menjadi satu bentuk pembangunan yang mengarah pada semua kepentingan. Pada tataran ini, kita (Pemerintah Kabupaten.red) telah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang di dalamnya

8 merupakan kebijakan-kebijakan arah pembangunan. Bersama semua komponen termasuk pihak DPRD, RPJMD itu disusun dan menjadi garis merah pembangunan yang mudah-mudahan benar-benar mewakili karakter dan culture Kabupaten Sukabumi. BUTARU : Keseriusan Bapak dalam mewujudkan pemerintahan yang bisa mengakomodir semua kepentingan, tentunya sangat membutuhkan banyak waktu. Bagaimana dukungan keluarga terhadap Bapak selama ini? SUKMA : Saya telah mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak lama. Tentu saja keluarga tahu betul konsekuensi seorang pekerja pemerintahan. Selama ini, keluarga selalu mendukung apa yang saya lakukan. Bahkan, keluarga kerap kali mengingatkan saya kalau ada yang kurang berkenan. Di sinilah saya merasakan begitu mendukungnya keluarga terhadap apa yang saya lakukan sekarang ini. Mudahmudahan dukungan keluarga itu berbuah sebuah hasil yang maksimal tentu saja bukan sekedar untuk diri sendiri tapi untuk semua masyarakat Kabupaten Sukabumi.

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN. Pemerintah Kabupaten Pacitan

Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN. Pemerintah Kabupaten Pacitan Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN Pemerintah Kabupaten Pacitan VISI Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera MISI 4 Meningkatkan Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi yang Bertumpu pada potensi Unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo) MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo) Minapolitan mungkin merupakan istilah yang asing bagi masyarakat umum, namun bagi pelaku

Lebih terperinci

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa Oleh: Akhmad Solihin Peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor Selatan Jawa yang menghadap Samudera Hindia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

Pontianak, 28 Juli 2008

Pontianak, 28 Juli 2008 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA SIDANG PARIPURNA DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT DALAM RANGKA PENYAMPAIAN PENDAPAT AKHIR FRAKSI DI DPRD KALBAR TENTANG NASKAH RANCANGAN PERDA RPJP DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan visualisasi dari apa yang ingin dicapai oleh Kota Sorong dalam 5 (lima) tahun mendatang melalui Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 2011 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG MENGGALA DAFTAR ISI Cover Renstra... i Daftar Isi... ii Bab I Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas wilayah dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut territorial 0,3 juta

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 1. Visi Menurut Salusu ( 1996 ), visi adalah menggambarkan masa depan yang lebih baik, memberi harapan dan mimpi, tetapi juga menggambarkan hasil-hasil yang memuaskan. Berkaitan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu berisi visi,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang belum banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir BAB 4 ANALISIS Dalam bab ini akan membahas analisis komoditas ikan mulai dari hulu ke hilir berdasarkan klasifikasi inventarisasi yang sudah di tentukan pada bab selanjutnya dengan menggunakan skema pendekatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, adapun visi Kabupaten Simeulue yang ditetapkan untuk tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan dan industri yang bergerak dibidang perikanan memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut didukung dengan luas laut Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM Visi dan Misi Sebagaimana dimaklumi bahwa visi dan misi memainkan peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim. Sebagai wilayah dengan dominasi lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di bidang perikanan dan kelautan.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1. Sasaran Pokok dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tujuan akhir pelaksanaan pembangunan jangka panjang daerah di Kabupaten Lombok Tengah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi dan Misi ini dibuat sebagai pedoman dalam penetapan arah kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta pelayanan kepada masyarakat

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan dua per tiga wilayahnya berupa perairan dan mempunyai potensi sumber daya ikan sekitar 6,4 juta ton/tahun. Dengan besarnya potensi tersebut

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN

STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN Oleh : H. SUJUD PRIBADI Bupati Malang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

PROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

PROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN I. PROFIL ORGANISASI 1. Pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang terletak Jalan Ir. Suratin, No. 1 Karawang, dengan luas gedung 645 m 2 berdiri di atas

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan sasaran program

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap mengakui dengan memaparkan dalam gambaran umum di webnya,

Lebih terperinci

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING VISI DAN MISI MARKUS WARAN, ST DAN WEMPI WELLY RENGKUNG, SE CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN PILKADA 2015 ------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap.

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KINERJA. VISI DAN MISI SKPD

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KINERJA. VISI DAN MISI SKPD VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KINERJA. VISI DAN MISI SKPD Dalam rangka pencapaian Visi Kepala Daerah yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Maluku Tenggara Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE 2016-2021 LATAR BELAKANG Periode 2016-2021 adalah bagian integral dari rangkaian aktifitas pembangunan sepanjang tahun 2010-2015.

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. Tinjauan Substansi RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

6.1 Rencana Program dan Kegiatan Bersumber dari APBD

6.1 Rencana Program dan Kegiatan Bersumber dari APBD 6.1 Rencana Program dan Kegiatan Bersumber dari APBD Berdasarkan visi, misi, kebijakan dan sasaran sebagaimana tertuang dalam Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Musi Rawas Tahun 2016-2021 maupun perkembangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB VI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN

BAB VI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT 1.1 Kesimpulan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (Bappeda dan PM) Kabupaten Banyuasin telah menyelesaikan draft Laporan Akhir KLHS RPJMD

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Ilustrasi Organisasi 3.1.1 Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) APBD tahun 2015 disusun untuk memenuhi kewajiban Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Perpres RI No.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah Kabupaten Lingga mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT ANALISIS SUPPLY CHAIN DALAM AKTIVITAS DISTRIBUSI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU (PPNP) Supply Chain Analysis on the Distribution Activity in Palabuhanratu Archipelago Fishing Port Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan

Lebih terperinci

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan suatu kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan kolektif

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 Visi Otonomi daerah dengan desentralisasi kewenangan yang ada mengedepankan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berkontribusi pada pengembangan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Lingga Tahun 2013 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Lingga Tahun 2013 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kabupaten Lingga Tahun 2013 ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci