HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA. Rasman Sastra Wijaya
|
|
- Inge Atmadja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 3, September 2015 ISSN HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA Rasman Sastra Wijaya Universitas Muhammadiyah Buton Abstrak Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. Subyek penelitian berjumlah 48 siswa dengan metode pengumpulan datanya menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara Kemandirian dengan Aktivitas belajar siswa. Kata Kunci: Aktivitas Siswa; Belajar; Kemandirian 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling PENDAHULUAN Kemajuan tekhnologi serta perubahan perubahan lain yang terjadi di sekolah, menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa, karena jika siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi, maka siswa akan menjadi kurang percaya diri jika harus berkompetisi dengan teman teman sekelasnya. Sebagai seorang siswa diharapkan menjadi siswa yang berkualitas dengan memiliki prestasi di berbagai bidang. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas siswa antara lain fasilitas sekolah, kurikulum, kualitas guru yang mengajar dan yang tidak kalah penting adalah keterlibatan orang tua dalam menunjang proses belajar. Pada proses belajar mengajar di kelas, terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang saling mempengaruhi satu sama lain. Umumnya keadaan yang ditampilkan dalam situasi kelas maupun situasi di sekolah akan dipersepsikan tertentu dalam diri siswa, misalnya adanya situasi keadaan siswa baik di luar dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya lebih-lebih di dalam lingkungan sekolah dan di dalam kelas yang semua siswanya aktif, cara mengajar guru, dan adanya persaingan prestasi antar siswa. Sekolah merupakan tempat dimana siswa siswa berusaha untuk saling mengungguli satu sama lain. Kemandirian adalah kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia untuk ditampilkan di dalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh individu. Pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian atau dalam hal ini termasuk kemandirian pada suatu hal atau keadaan dimana dapat berdiri sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Kemandirian seseorang dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Soeharto (1980) kemandirian adalah menumbuhkan kemampuan yang dimiliki, meningkatkan 40
2 peranan yang lebih besar dalam segala bidang dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam peningkatan kegiatan. Bagi siswa menumbuhkan kemandirian dapat dilakukan oleh orangtua di rumah misalnya untuk anak yang sudah remaja diajak untuk senantiasa merawat dan mengurus dirinya sendiri serta dapat menjaga kebersihan lingkungannya, membantu pekerjaan orangtua di rumah seperti membantu memasak, membersihkan tempat tidur, kamar, menyapu atau merawat tanaman di halaman rumah. Selain itu guru juga mempunyai peranan yang penting dalam menumbuhkan kemandirian anak didiknya karena selain di rumah anak juga hidup di sekolah. Sebagai seorang guru harus selalu mengajarkan kepada anak didiknya untuk dapat hidup mandiri misalnya mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diberikan secara baik, mengajak anak untuk bekerja bakti membersihkan kelas dan selalu menjaga kebersihan kelas. Bahkan kemandirian bagi anak dapat juga ditumbuhkan melalui mata pelajaran pendidikan keterampilan di sekolah. Kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, baik itu bermain ataupun dalam mengerjakan tugas yang dimaksud dengan kemandirian. Sehingga siswa tidak tergantung lagi pada orang lain tetapi mempunyai rasa percaya diri dan lebih mengerti akan kemampuan yang dimiliki. Para siswa bersaing untuk meraih prestasi yang terbaik, misalnya mendapatkan peringkat pertama di kelas atau pun peringkat pertama paralel. Adanya kompetisi sebagai suatu kebutuhan bagi individu maka dibutuhkan motif untuk menggerakkan individu bertingkah laku yang mempunyai tujuan tertentu yaitu tujuan untuk memenangkan persaingan demi peningkatan prestasi. Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Rousseau dalam Sardiman (2007) memberikan penjelasan bahwa dalam hal aktivitas belajar, segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Selama proses belajar siswa dituntut aktivitas siswa untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Suasana belajar yang aman, nyaman, dan kondusif akan mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar adalah proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru dan siswa yang lebih cenderung pasif. Siswa yang pasif dalam pembelajaran akan membuat kemampuan berpikirnya tidak dapat berkembang, juga kegiatan yang membatasi bahkan tidak memberikan ruang untuk siswa aktif sehingga dalam pembelajaran akan membuat siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dari tanggal 19 April sampai bulan Mei 2011 ditemukan beberapa masalah pada mata pelajaran matematika dan PKn dari sekian siswa (±10 siswa) tidak seorangpun siswa yang mengerjakan tugas sendiri dan bahkan tidak memberikan tanggapan meskipun guru telah memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas sendiri. Juga informasi hasil wawancara dengan guru matematika, guru bimbingan konseling dan sesama teman mahasiswa, dari sekian banyak siswa tersebut, masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengontrol dirinya, acuh terhadap pakaian seragam, sering terlambat ke sekolah dan adanya siswasiswa yang selalu mengharapkan bantuan dari temannya dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumahnya dengan terlihat jelas bahwa kemandirian belajar siswa masih sangat rendah dan kurang dengan memandang rendah serta malasnya dalam menilai manfaat pelajaran saat di kelas. 41
3 Rumusan penelitian ini yaitu apakah terdapat hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini mengetahui hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk menguji hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 sampai dengan 23 November Subyek penelitian ini yaitu 48 siswa SMA Negeri 6 Kendari pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Metode pengumpulan datanya menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang kemandirian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kondisi kemandirian siswa tergolong kategori cukup. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil klasifikasi data kemandirian (X) yang dikategorikan dalam 3 kategori yaitu k urang, cukup dan baik. Dari ketiga kategori tersebut maka diperoleh jumlah siswa yang mandiri kategori kurang adalah sebesar 35,42%, siswa yang mandiri dalam kategori cukup sebesar 47,92% dan siswa yang mandiri dengan kategori baik sebesar 16,67%. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi kemandirian baik dalam belajar maupun dalam beraktivitas di luar belajar, siswa termasuk membentuk kemandirian yang kondisi cukup, walaupun ada sebagian juga yaitu sebanyak 16,67% membentuk kemandirianya dalam belajar dan beraktivitas baik, akan tetapi jika dibandingkan persentase secara keseluruhan dimana siswa yang mandiri dalam belajar cukup sebesar 47,92%, siswa yang melakukan mandiri dalam belajar baik sebesar 16,67%, dan siswa yang melakukan mandiri dalam belajar kurang sebesar 35,42% maka dari keseluruhan persentase kondisi kemandirian masih dalam kategori cukup, hal ini dikarenakan pada tingkat jumlah persentase terbesar yaitu pada kategori cukup sebesar 47,92%. Dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Kemandirian Siswa Kategori Hasil Kurang 35,42% Cukup 47,92% Baik 16,67% Lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 1. 42
4 Gambar 1. Hasil Kemandirian Siswa Kemandirian adalah kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia untuk ditampilkan di dalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh individu. Dari beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian atau dalam hal ini termasuk kemandirian pada siswa belajar siswa adalah suatu hal atau keadaan dimana siswa belajar, siswa dapat berdiri sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Kemandirian yang dimaksud adalah kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, baik itu bermain ataupun dalam mengerjakan tugas sehingga belajar siswa tidak tergantung lagi pada orang lain tetapi mempunyai rasa percaya diri dan lebih mengerti akan kemampuan yang dimiliki. Proses kemandirian dalam beraktivitas pada pekerjaan ini merupakan hal yang sangat penting bagi siswa karena dalam suatu pekerjaan didalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan, aktivitas pekerjaan dapat digunakan sebagai aktivitas dasar atau persiapan bagi siswa untuk dapat menguasai suatu keterampilan tertentu yang berguna sebagai bekal di kehidupannya yang akan datang. Berbagai macam bentuk aktivitas perlu diberikan kepada siswa karena berguna sebagai bekal di kehidupannya yang akan datang agar siswa dapat hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, serta diharapkan siswa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kartawijaya & Kuswanto (2004) kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri dapat dibentuk ketika siswa masih kecil, misal dalam membentuk kebiasan tidur ataupun makan, yaitu apa dan bagaimana yang harus dilakukan siswa sebelum dan sesudah kegiatan tersebut dilakukan. Sedangkan rasa percaya diri terbentuk ketika siswa diberikan kepercayaaan untuk melakukan sesuatu hal yang mampu ia kerjakan sendiri, tanpa harus memberi peraturan yang ketat. Namun diperlukan pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari orangtua. Selain itu, disiplin juga berpengaruh sekali dalam membentuk siswa menjadi mandiri, karena dengan disiplin yang diterapkan oleh orangtua, secara tidak langsung siswa menjadi disiplin, namun disiplin tersebut harus konsisten dan konsekuen serta tetap dalam bimbingan dan pengawasan orangtua. Sesuai dengan hasil penelitian data aktivitas belajar siswa diperoleh hasil bahwa aktivitas belajar siswa tergolong sedang. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil klasifikasi data aktivitas belajar siswa (Y) yang dikategorikan dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dari ketiga kategori tersebut maka diperoleh jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah yaitu sebesar 10,42%, siswa yang memiliki aktivitas belajar yang sedang sebesar 52,08% dan siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi sebesar 37,5%. 43
5 Dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Aktivitas Belajar Kategori Hasil Rendah 10,42% Sedang 52,08% Tinggi 37,50% Lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 2 berikut : Gambar 2. Hasil Aktivitas Belajar Hasil penelitian tentang hubungan kemandirian dengan aktivitas belajar siswa yaitu dimana diperoleh koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y adalah nilai r hitung = 0, 914 Bila hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel = 0,284 pada taraf α = 0,05 dan N = 45, maka r hitung = 0,914 > r tabel = 0,284. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa korelasi antara kemandirian (X) dengan aktivitas belajar siswa (Y) adalah signifikan. Selanjutnya untuk memperkuat hasil analisis koefisien korelasi maka digunakan uji t. Dan berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh nilai t hitung = 7,186. Table t dengan dk = n 2 = 43, dan taraf signifikasi α 0,05 maka diperoleh nilai t tabel = 1,684. Dan ternyata nilai t hitung lebih besar dari t tabel (7,186> 1,684). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. Dimana besarnya nilai konstribusi kemandirian (X) terhadap aktivitas belajar siswa (Y) adalah (r 2 ) = 0, = 83,42%. Dari hasil pengujian korelasi di atas maka dapat dikatakan bahwa kemandirian sangat berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Ini sesuai dengan besarnya kontribusi (r -2 ) kemandirian terhadap aktivitas belajar siswa adalah sebesar 83,42%, sedangkan sebesar 16,58% ditentukan oleh faktor lain. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban guru dan orang tua yang mengharapkan anaknya bisa mandiri dan berhasil dalam belajar agar bisa mendukung dan menciptakan lingkungan yang mandiri baik di sekolah maupun di luar sekolah, karena kemandirian dalam belajar dan beraktivitas merupakan hal utama yang harus di terapkan baik dalam lingkungan terkecil dalam kehidupan, tempat seseorang diperlakukan dan dibesarkan serta memperoleh jati diri dari pendidikan awal. 44
6 Sebagaimana Steinberg dalam Aspin (2007) : 1) cara siswa dalam memikirkan sesuatu menjadi semakin abstrak, 2) keyakinan-keyakinan siswa semakin bertambah menakar pada prinsipprinsip umum yang memiliki beberapa basis idiologis, 3) keyakinan-keyakianan siswa semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri dan bukan hanya suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau figur pemegang kekuasaan lainnya, Kemandirian pada masa siswa awal berusaha untuk berdiri sendiri dan mempunyai tanggung jawab dalam masyarakat, merupakan hak dan kewajiban siswa menginjak dewasa karena sangat mempengaruhi perkembangan pribadinya. Pengalaman sosial awal yang diperoleh siswa dalam keluarga, sangat berkaitan dengan cara mendidik siswa yang digunakan orang tua. Dalam hal ini siswa yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis, memungkinkan siswa tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengaktualisasikan potensinya, siswa menjadi percaya diri, dan memiliki kemandirian yang tinggi. Sebaliknya siswa yang dididik dengan cara otoriter cenderung menjadi pendiam dan keingintahuan serta kreativitas siswa terhambat oleh tekanan orangtua. Kebutuhan untuk memiliki kemandirian dipercaya merupakan hal yang penting dalam memperkuat motivasi siswa. Dari pernyataan penelitian ini tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mandiri mampu beraktivitas sesuai dengan keadaan dirinya untuk bertahan dengan kesulitan yang dihadapi dan dapat menerima kegagalan dengan pikiran yang rasional. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri individu yang memiliki kemandirian baik yaitu mampu menghadapi kegagalan dengan sikap yang rasional dengan berupaya mengatasinya secara lebih baik tanpa menyebabkan depresi (Yusuf, 2004). SIMPULAN Kemandirian siswa berada pada kategori cukup dengan frekuensi persentase sebesar 47,92%. Aktivitas belajar siswa berada pada kategori sedang dengan frekuensi persentase sebesar 52,08%. Ada korelasi yang signifikan antara Kemandirian dengan Aktivitas belajar siswa. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SMA Negeri 6 Kendari saya ucapkan banyak terimakasih atas bantuannya DAFTAR PUSTAKA Aspin, Hubungan Gaya pengasuhan orangtua Authoritharian dengan Kemandirian Emosional Remaja. Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran. Kartawijaya, Anne & Kay Kuswanto Artikel Tentang Mendidik Anak Untuk Mandiri. Diunduh pada Oktober 2011 Santrock, John.W, Masa perkembangan Anak. Jakarta Salemba Humanika Sardiman, A.M Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Soeharto, Irawan Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu L.N Psikologi Perkembangnan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. 45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari kepribadian seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk dapat meningkatkan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh :
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP NILAI UJIAN SEMESTER MATA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 REMBANG TAHUN AJARAN 2012/ 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di sekolah menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa SMAN 2 Bangkinang Barat, jika siswa tidak dapat
Lebih terperinciPENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 KENDARI. Anwar Bey dan La Narfin
173 PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 KENDARI Anwar Bey dan La Narfin Jurusan PMIPA/Matematika FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BAHASA JAWA SISWA KELAS X SMAPGRI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BAHASA JAWA SISWA KELAS X SMAPGRI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh : Andry Yulia Afandi program studi pendidikan
Lebih terperinciProses pembelajaran melalui praktikum di bengkel merupakan. perwujudan dari suatu teori ke dalam bentuk nyata. Kegiatan praktik juga akan
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG FASILITAS PRAKTIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT OTOMOTIF DASAR PEMBENTUKAN LOGAM KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NASIONAL
Lebih terperinciPENGARUH MODEL BELAJAR AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER (GQGA) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Oleh:
ISSN 1693-7945 PENGARUH MODEL BELAJAR AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER (GQGA) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Oleh: Sudirman Universitas Wiralalodra Indramayu ABSTRAK Tujuan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT, MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAKASSAR
Journal of EST, Volume 2, Nomor 3 Desember 2016 hal 144-151 p-issn:2460-1497 e-issn: 2477-3840 HUBUNGAN MINAT, MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAKASSAR Putri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seseorang baik dalam lingkungan masyarakat dan bangsa. kemajuan
Lebih terperinciMENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT. Budi Sutrisno dan Heri Saptadi Ismanto
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 3, September 2015 ISSN 2442-9775 MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT Budi Sutrisno
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Supri Yanti 1), Erlamsyah 2), Zikra 3)
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor halaman 1-6 Info Artikel Diberikan 15/02/2013 Direvisi 21/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 HUBUNGAN
Lebih terperinciHUBUNGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 KRAS KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Skripsi HUBUNGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 KRAS KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan
Lebih terperinciPENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR Siti Nur Qomariyah Guru SMPN 2 Mojogendeng Karang Anyar Abstrak Tujuan penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Miftahul Jannah 1, Ade Susanti 2, dan Benni 3
MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran Volume 2, No. Hubungan 1, April 2016: Kecerdasan Page 29-35 Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika ISSN: 2443-1435 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL
Lebih terperinciKEMANDIRIAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 27 PURWOREJO
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 27 PURWOREJO Sulistiyaningsih, Budiyono, Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan perkembangan suatu bangsa, selain itu pendidikan juga memegang peranan
Lebih terperinciKORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SD N MOJOREJO 3 KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI
1 KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SD N MOJOREJO 3 KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinci*Hp: /
PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA 3 SMA N 2 UJUNGBATU KAB. ROKAN HULU Sudur Nurhidayah* ), Silvia Rita 1), Ika Daruwati 2) 1&2) Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rasa percaya diri diperlukan dalam hidup seseorang guna mencapai tujuan dalam kehidupannya. Tujuan tersebut akan dapat diraih manakala orang tersebut mempunyai
Lebih terperinciHAYATI
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH HAYATI e-mail: hayati@student.unsil.ac.id
Lebih terperinciIndonesian Journal of Early Childhood Education Studies
IJECES 2 (2) (2013) Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijeces HUBUNGAN INTENSITAS PENDAMPINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN KUALITAS HASIL BELAJAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian anak. Esensi pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sedangkan sekolah hanya
Lebih terperinciPENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Mustolikh dan Sakinah Fathrunnadi Shalihati Dosen Pendidikan Geografi-FKIP
Lebih terperinciOleh: Sinta Anggun Destyanningrum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dan Peran Orang Tua terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Wacana Berbahasa Jawa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 013/014 Oleh: Sinta Anggun Destyanningrum
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berikut: Terdapat Hubungan Positif dan Signifikan Kebiasaan Belajar
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei sampai 28 Mei 2014 di SDIT
61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei sampai 8 Mei 014 di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu pada siswa kelas IV dan V yang berjumlah 58 siswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa)
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa) Oleh: Fitriyanti K. Dja far, Trisnowaty Tuahunse*, Resmiyati Yunus** Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 39 PURWOREJO
HUBUNGAN AKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 39 PURWOREJO Yeniarsih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Zenni_zenny@yahoo.com
Lebih terperinciKORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak
KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH Binti Asrah 1, Rita Novita 2, Fitriati 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penelitian. Adapun pembahasan secara lebih rinci ditunjukkan pada bagian-bagian
I. PENDAHULUAN Bab I ini akan di bahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG
Irma Rostiani, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Anak untuk Bersekolah HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yaitu tentang pengaruh prestasi belajar Pendidikan Agama Islam terhadap
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data pada hasil penelitian ini yaitu tentang pengaruh prestasi belajar Pendidikan Agama Islam terhadap karakter jujur siswa SMAN 1 Tarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.
1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan
Lebih terperinciPENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP N 1 Trangkil Tahun Ajaran2014/2015)
Lebih terperinciPENGARUH CARA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SISWA KELAS III JURUSAN LISTRIK SMK NEGERI 5 MAKASSAR
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009 PENGARUH CARA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SISWA KELAS III JURUSAN LISTRIK SMK NEGERI 5 MAKASSAR Muh. Yusuf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Variabel X (Karakteristik Siswa)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Variabel X (Karakteristik Siswa) Data yang dikumpul dari penyebaran angket kepada responden yang berada di SMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam
Lebih terperinciPENGARUH POTENSI DAN AKTUALISASI DIRI TERHADAP MINAT SISWA MENJADI PENGURUS OSIS. (Aprillina, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK
PENGARUH POTENSI DAN AKTUALISASI DIRI TERHADAP MINAT SISWA MENJADI PENGURUS OSIS (Aprillina, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh potensi dan aktualisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengajaran menurut Sardiman (2007: 59) dapat diartikan, Suatu usaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan pengajaran menurut Sardiman (2007: 59) dapat diartikan, Suatu usaha untuk memberikan
Lebih terperinciHUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 27-31 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal itu, maka orang tua
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG
PENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG 1) Yuli Ifana Sari; 2) Dwi Kurniawati 1)2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) ifana@unikama.ac.id; 2)
Lebih terperinciPENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciMeningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang
Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains (JEPS) Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains, 1(1), 2017,69-76 Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. SMP ini terletak di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRPSI TEMPAT PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di SMP Arrahman, Kelurahan Bojong Pondok Terong, RT 01 / RW 04, Kecamatan Cipayung, Kota Depok,
Lebih terperinciKata kunci: Model Make a Match, prestasi belajar, motivasi belajar
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA MATERI MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN BERBAGAI BENTUK PECAHAN KELAS V SD SE-GUGUS WR. SUPRATMAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA Nofrita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR
HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Eva Ristiani, Erlina Rupaidah, Darwin Bangun Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro This study
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Budi Nugroho Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: buinuo@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG
Wayan Satria Jaya STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK This study aims to obtain data on how far the relationship between motivation to learn with the learning outcomes of students in school. Method used
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA TERHADAP PENGELOLAAN KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV-VI DI SDN 03 JATIPURWO TAHUN
PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGELOLAAN KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV-VI DI SDN 03 JATIPURWO TAHUN 2012 / 2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : CANDRAGIRI AJI RUSDIAWAN
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA Atik Dwi Kurniati Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: atikdwi_kurniati@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciJURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017
JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECT OF DIVORCE OF PARENTS TO THE EMOTIONAL INTELLIGENCE ON THE NINE GRADE
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL
HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : KURNIA ENSI HERARBA UTAMI
Lebih terperinciSTUDI KORELASI ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SD NEGERI SONOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI
STUDI KORELASI ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SD NEGERI SONOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ISFA HAYYULBATHIN A510110230 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar siswa tersebut perlu diciptakan suasana proses belajar yang dapat. membangun semangat belajar siswa tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia sekolah dasar adalah masa yang paling efektif dalam pengembangan kreativitas. Potensi usia itu berada pada masa yang penting untuk merangsang perkembangannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga, seiring bertambahnya usia. Saat masa kanak-kanak, individu menghabiskan sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupanya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
Lebih terperinciSurakarta, Indonesia ABSTRAK
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suasana belajar yang terkondisikan dengan baik antarsiswa akan menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suasana belajar yang terkondisikan dengan baik antarsiswa akan menjadi salah satu faktor dalam menghasilkan proses pembelajaran yang berhasil, sebab kebutuhan psikologi
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE TEAM QUIZ DAN LEARNING CELL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE TEAM QUIZ DAN LEARNING CELL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA Rita P.Khotimah, Mukhafifah Program Studi Pend. Matematika FKIP-UMS Abstrak Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN
233 PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN Eka S. Ariananda 1, Syamsuri Hasan 2, Maman Rakhman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 MEDAN TAHUN PELAJARAN
PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ivo Selvia Agusti 1), Windya Ayu Sabrina 2) 1) Fakultas
Lebih terperinciPENGARUH SARANA DAN PRASARANA BELAJAR SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD MUHAMMADIYAH 1 PROGRAM KHUSUS WONOGIRI TAHUN AJARAN 2013/2014
PENGARUH SARANA DAN PRASARANA BELAJAR SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD MUHAMMADIYAH 1 PROGRAM KHUSUS WONOGIRI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ANANG YULIAWAN A 510080202 PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 252-382 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Irfawandi Samad 1 Progam Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan: a. Remaja kelas XII SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2009/2010
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 01 LIWA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 01 LIWA Meta Rolisa 1, I Komang Winatha 2, Nurdin 2 Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam menumbuh kembangkan cara pemahaman, berpikir kritis, logis, kreatif dalam upaya
Lebih terperinci