KATA PENGANTAR. Jakarta, 12 September a.n Direktur Jenderal Tanaman Pangan Direktur Serealia. Bambang Sugiharto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, 12 September a.n Direktur Jenderal Tanaman Pangan Direktur Serealia. Bambang Sugiharto"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Teknologi budidaya yang belum optimal dan penurunan luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tanaman pangan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai adalah dengan mengoptimalkan penggunaan lahan dengan mengatur jumlah populasi tanaman dan menggunakan teknologi tanam yang tepat. Penggunaan sistem tanam tumpangsari dengan populasi rapat diharapkan dapat meningkatkan produksi padi, dan kedelai. Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian kegiatan dan evaluasi pelaporan. Kami mengharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya agar dapat memenuhi prinsip pelaksanaan kegiatan yang transparan dan akuntabel. Jakarta, 12 September 2018 a.n Direktur Jenderal Tanaman Pangan Direktur Serealia Bambang Sugiharto

3 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : 87/HK.310/C/9/2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN SISTEM TANAM TUMPANGSARI PADI JAGUNG KEDELAI TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, Menimbang a. bahwa untuk mendukung program Upaya Khusus (UPSUS) dalam meningkatkan luas tambah tanam (LTT), perlu upaya intensifikasi pertanian untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, salah satunya dengan pola tumpangsari; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, serta untuk memberikan penjelasan operasional maka dipandang perlu menyusun Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai Tahun Anggaran Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 192

4 Nomor 46, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,

5 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616); 11. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK. 05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan

6 Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/ PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1018); 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/Permentan/OT.140/12/2003 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practices); 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/RC.020/11/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016 tentang

7 Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun ; 19. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 46/Permentan/RC.110/12/2017 Tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2018; 20. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 526/HK.150/ C/03/2018 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2018; 21. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1243/HK.150/C/07/2018 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor 526/HK.150/ C/03/2018 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2018; 22. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 71/HK/310/C/7/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Padi Tahun Anggaran 2018; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU : Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Sistem Tanam

8 Tumpangsari Padi Jagung Kedelai Tahun Anggaran 2018 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Petunjuk Pelaksanaan ini sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU adalah sebagai dasar bagi Aparatur Negara baik di tingkat Pusat maupun Daerah dalam pelaksanaan kegiatan sistem tanam tumpangsari padi, jagung, kedelai lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 September 2018 a.n DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTUR SEREALIA, BAMBANG SUGIHARTO NIP SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Menteri Pertanian Republik Indonesia; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian; 4. Direktur Jenderal Tanaman Pangan; 5. Gubernur seluruh Indonesia; 6. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan seluruh Indonesia; 7. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan seluruh Indonesia;

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 2 C. Tujuan dan Sasaran... 4 D. Istilah dan Pengertian... 5 II. PENGORGANISASIAN KEGIATAN... 8 A. Pengorganisasian... 8 B. Pendanaan (Fisik dan Operasional)... 9 III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Alokasi Kegiatan B. Komponen Bantuan Kegiatan C. Spesifikasi Bantuan D. Tata Laksana Pengadaan Bantuan E. Syarat dan Kriteria Penerima Bantuan F. Kriteria CaLon Lokasi (CL) Penerima Bantuan G. Prosedur Penetapan Penerima Bantuan H. Jadwal Kegiatan I. Pertanggungjawaban Penerima Bantuan i

10 IV. PENANAMAN TUMPANGSARI A. Sistem Tumpangsari B. Pengolahan Tanah C. Penanaman D. Pemupukan E. Pengemndalian Gulma F. Pengendalian Hama dan Penyakit G. Panen V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring dan Evaluasi B. Pelaporan VI. PENUTUP LAMPIRAN ii

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Jarak Tanam Tumpangsari Padi-Jagung Gambar 2. Jarak Tanam Tumpangsari Padi-Kedelai Gambar 3. Jarak Tanam Tumpangsari Jagung-Kedelai iii

12 DAFTAR LAMPIRAN Lamp 1. SK Penetapan CPCL Lamp 2. Surat Pernyataan Kepala Dinas Kab/Kota Lamp 3. Surat Persetujuan Kapala Dinas Provinsi Lamp 4. Surat Usulan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan iv

13 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mendukung program Upaya Khusus (UPSUS) dalam meningkatkan luas tambah tanam (LTT) perlu dilakukan suatu terobosan baru bagi wilayah yang secara nisbi mengalami dalam pelandaian dalam perluasan areal tanam. Suatu hamparan lahan umumnya menggunakan sistem monokultur, baik pada musim penghujan maupun musim kemarau. Rekayasa sistem tanam dapat dilakukan untuk wilayah dan kondisi tertentu dengan mengoptimalkan penggunaan lahan dan air agar produktivitas lahan meningkat. Tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu. Tumpangsari ini merupakan suatu upaya dari program intensifikasi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, dan menjaga kesuburan tanah. Sistem tanam tumpangsari antar komoditas pangan telah banyak dipraktekan petani. Sistem tanam tumpangsari dimaksudkan agar kekurangan pangan akibat kegagalan panen dapat dicegah dan serangan hama dan penyakit dapat ditekan. Sistem tanam tumpangsari yang dipraktekkan petani hasilnya rendah karena jarak tanam tidak diatur, kombinasi tanaman tidak tepat dan tidak saling komplementer. Bila komposisi tanaman dan jarak tanam ditata dengan tepat maka hasil dari kombinasi tanaman per satuan luas lebih tinggi 1

14 dari sistem monokultur. Hal ini dapat menjadi solusi dan terobosan dalam pencapaian swasembada pangan. Mempertimbangkan manfaat dan keunggulan dari sistem tanam tumpangsari untuk peningkatan pendapatan petani dan pencapaian swasembada pangan nasional dilaksanakan kegiatan Pengembangan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung dan Kedelai secara nasional. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433) 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575) 4. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 5. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85) 2

15 6. Peraturan Menteri Pertanian nomor 41/Permentan/ OT.140/9/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang-Wilayah (UAPPA/B-W) 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan Lembaga 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/10/ 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/ RC.020/11/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/ RC.020/3/2016 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/ RC.110/12/2017 Tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 526/HK.150/C/03/2018 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan 3

16 Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 27/HK.310/C.3/2018 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Padi Tahun Daftar Isian Pelaksanaan dan Anggaran (DIPA) Induk Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nomor SP-DIPA / 2018 tanggal 5 Desember 2017 C. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Tujuan dari kegiatan Pengembangan Teknologi Pengaturan Sistem Tanam Tumpangsari adalah untuk mengoptimalkan penggunaan lahan sehingga dapat mengoptimalkan produksi dan memperbaiki pendapatan petani. b. Sasaran Sasaran dari kegiatan Pengembangan Teknologi Pengaturan Sistem Tanam Tumpangsari adalah terlaksananya kegiatan pengembangan sistem tanam tumpangsari di 22 provinsi dengan luas Ha. 4

17 D. Istilah dan Pengertian 1. Sistem Tanam Tumpangsari adalah penanaman pada waktu yang bersamaan dua atau lebih jenis tanaman serealia dan kacang-kacangan atau lebih secara selektif yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. 2. Padi Inbrida adalah tanaman padi yang menyerbuk sendiri (self-pollination) sehingga secara alami kondisinya adalah homozigot-homogen dan cara perbanyakannya dengan benih keturunan. 3. Padi Lahan Kering adalah padi yang diusahakan di lahan kering, di daerah yang bercurah hujan rendah atau pada bagian teratas dari suatu daerah berlereng yang tidak/kurang mampu menampung air relatif lama. 4. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina yang telah disertifikasi. 5. Benih Varietas Lokal Bersertifikat adalah benih varietas lokal yang telah disertifikasi. 6. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/non pemerintah. Kegiatan yang dijelaskan dalam petunjuk pelaksanaan ini termasuk dalam Bantuan lainnya yang memiliki Karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA). 7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang 5

18 pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. 8. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun/ pembudidaya yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. 9. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 10. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas SKPD adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya dari SKPD Kabupaten/Kota dan Provinsi. 11. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi teknologi. 12. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP. 13. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu (PHT). 6

19 14. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutu benih. 15. Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/ Kota adalah Dinas yang membidangi tanaman pangan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina dan pelaksana program pembangunan sektor pertanian di tingkat provinsi/kabupaten/ kota. 16. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 17. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 18. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN. 7

20 II. PENGORGANISASIAN KEGIATAN A. Pengorganisasian 1. Tingkat Pusat Peningkatan produksi padi jagung kedelai melalui Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai di Tingkat Pusat dilaksanakan oleh Direktur Perbenihan selaku PPK dengan melibatkan seluruh DIrektorat dan Balai Besar lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Tugas Tingkat Pusat adalah melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan teknologi pengaturan sistem tanam Tumpangsari. 2. Tingkat Provinsi Pembinaan teknis kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai di Tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi Tanaman Pangan. Tugas Tingkat Provinsi adalah melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai di wilayah tingkat kerja provinsi. 3. Tingkat Kabupaten/kota Pembinaan teknis kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai di Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi Tanaman Pangan. 8

21 Tugas Tingkat Kabupaten/Kota adalah melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai di wilayah tingkat kerja Kabupaten/Kota. B. Pendanaan (Fisik Dan Operasional) 1. Sumber Dana Sumber dana bantuan pemerintah yang diterima oleh penerima bantuan untuk kegiatan tahun 2018 berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran Rincian Pembiayaan Biaya pelaksanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai dialokasikan melalui Dana DIPA APBN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA Dukungan Pembiayaan Fisik Penerima bantuan wajib menyediakan lahan untuk lokasi kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai. 4. Dukungan Pembiayaan Operasional Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai tahun 2018, diharapkan adanya dukungan pendanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai melalui dana APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi. Dukungan pendanaan tersebut diperlukan untuk melakukan pelatihan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan. 9

22 III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Alokasi Kegiatan 1. Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai dilaksanakan pada areal seluas ha yang dibiayai dari Anggaran Pusat. Lokasi kegiatan tersebar di 9 (sembilan) provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Jawa 2. Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai dilaksanakan pada areal seluas ha di 19 provinsi yang dibiayai dari Anggaran TP Provins. Lokasi kegiatan tesebut tersebar di Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat. B. Komponen Bantuan Kegiatan Komponen bantuan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai berupa bantuan benih yang terdiri dari benih padi 50 kg/ha; benih jagung 25 kg/ha; benih kedelai 70 kg/ha. Adapun kebutuhan pemupukan, penanganan gulma dan penyakit/hama dapat dipenuhi dari anggaran APBD atau anggaran lainnya atau secara swadaya dari petani. 10

23 C. Spesifikasi Bantuan Benih yang digunakan adalah benih bersertifikat. Varietas padi, jagung, dan kedelai yang digunakan adalah sama dengan budidaya Pajale pada umumnya. Untuk varietas padi dapat menggunakan antara lain varietas Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33, Inpari 42, Inpari 43, Situ Bagendit, Mekongga atau varietas lokal. Varietas jagung dapat menggunakan varietas yang termasuk dalam varietas umum 2 seperti Bisi, Pioneer, NK, DK, LG, ADV, Pertiwi atau varietas hasil pemuliaan Badan Litbang Pertanian. Varietas kedelai dapat menggunakan antara lain varietas Anjasmoro, Kaba, Grobogan, Dena, Dering atau Devon. D. Tata Laksana Pengadaan Bantuan Kegiatan bantuan pemerintah mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-173/PMK.05/2016 atas perubahan PMK- 168/PMK.05/2016 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga dan Permentan Nomor 46/Permentan/RC.110/12/2017 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran Kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai termasuk pada kategori Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh PA dengan mekanisme transfer barang. Pengadaan benih dilakukan melalui mekanisme e-catalogue atau mekanisme lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 11

24 E. Kriteria Calon Petani (CP) Penerima Bantuan Syarat Penerima Bantuan Kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai antara lain : 1. Poktan/ Gapoktan/ LMDH/ Koperasi/ Asosiasi/ Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah/Kelompok Usaha Bersama yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenang atau yang direkomendasikan oleh SKPD. 2. Poktan/ Gapoktan/ LMDH/ Koperasi/ Asosiasi/ Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah/Kelompok Usaha Bersama merupakan kelompok yang dinamis, pro aktif dan diutamakan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa dan atau KCD dan atau Kepala UPTD dan/atau Petugas Lapangan/ Penyuluh dan atau Pembina Kelompok Lainnya. 3. Poktan/ Gapoktan/ LMDH/ Koperasi/ Asosiasi/ Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah/Kelompok Usaha Bersama mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta memiliki lahan ataupun sewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. 4. Poktan/ Gapoktan/ LMDH/ Koperasi/ Asosiasi/ Lembaga Pemerintah/ Lembaga Non Pemerintah/Kelompok Usaha Bersama Penerima Bantuan Kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai dari alokasi anggaran pusat tidak boleh memperoleh bantuan yang sama dari alokasi TP provinsi dan sebaliknya. 12

25 F. Kriteria Calon Lokasi (CL) Penerima Bantuan Lokasi kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai dapat dilaksanakan di areal seperti : 1. Lahan sawah irigasi untuk penanaman pada akhir musim hujan; 2. Lahan rawa setelah penanaman padi yang pertama; 3. Lahan sawah tadah hujan untuk penanaman pada awal musim hujan dengan populasi rapat; 4. Lahan kering untuk penanaman pada awal musim hujan. G. Prosedur Penetapan Penerima Bantuan 1. Usulan dari calon penerima bantuan pemerintah kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan. 2. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan melakukan verifikasi CPCL. 3. Penetapan CPCL oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan yang ditetapkan dalam Surat Keputusan. 4. CPCL yang telah ditetapkan disampaikan ke Kepala Dinas provinsi yang membidangi Tanaman Pangan disertai dengan Surat Pernyataan Kebenaran CPCL dari Dinas Kabupaten. 5. Dinas provinsi yang membidangi Tanaman Pangan memberikan persetujuan usulan CPCL yang diusulkan Dinas Kabupaten/Kota dan dinyatakan dalam SK Penetapan Penerima Bantuan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. 13

26 6. Untuk alokasi anggaran pusat, persetujuan provinsi pada poin no. 5 disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk selanjutnya diproses Penetapan Penerima Bantuan oleh PPK Direktorat Perbenihan dan disahkan oleh KPA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Format pemberkasan sebagaimana terlampir. Untuk kegiatan Tumpangsari dari anggaran TP Provinsi format berkas menyesuaikan. H. Jadwal Kegiatan 1. Usulan CPCL (SK Kadis Kabupaten/Kota) yang sudah diverifikasi Dinas Provinsi dan kelengkapan berkas administrasi pengadaan bantuan benih, diterima oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan paling lambat pada minggu ke-2 September Pengadaan dan pengiriman benih dilakukan pada minggu ke-3 September Penanaman dilakukan mulai pada minggu ke-4 September 2018 hingga minggu ke-4 bulan Oktober I. Pertanggungjawaban Penerima Bantuan Penerima bantuan menandatangani Berita Acara Serah Terima Barang dan Berita Acara Penyerahan Hibah Barang Milik Negara. Penerima Bantuan wajib melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan ini, menyimpan label benih dan mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan dalam bentuk foto Open Camera. 14

27 IV. PENANAMAN TUMPANGSARI A. Sistem Tumpangsari Pola tumpangsari dapat dipilih dengan kombinasi sebagai berikut : 1. Padi gogo + Jagung 2. Padi gogo + Kedelai 3. Jagung + Kedelai B. Pengolahan Tanah Untuk lahan sawah pengolahan tanah dengan olah tanah minimum dan tanpa olah tanah (TOT). Olah tanah minimum dilakukan setelah panen padi sawah dengan cukup membersihkan lahan dari tunggul jerami dan rumput. Selanjutnya dibuat alur bajak untuk tanam. Saluran drainase keliling lahan disiapkan. Pengolahan tanah di lahan kering dilakukan sebelum turun hujan dengan cangkul atau garpu. Pada daerah dengan kondisi tanah ringan, pengolahan tanah cukup dengan pembajakan 1 kali dan diratakan dengan garpu satu kali. C. Penanaman 1. Padi Gogo Jagung a. Setelah kondisi lahan optimal, segera dilakukan penanaman benih padi dengan tugal. Jarak tanam padi gogo adalah 20 cm 15

28 (antar barisan) x 10 cm (dalam barisan), sedangkan jarak tanam jagung 40 cm (antar barisan) x 12,5 cm (dalam barisan). Sedangkan jarak antara blok padi atau jagung disesuaikan dengan perhitungan populasi dan/atau disesuaikan dengan lebar combine harvester untuk mempermudahkan pada waktu pemanenan (Gambar 1). b. Untuk pertanaman padi gogo dilakukan lebih awal dengan selang waktu tiga minggu sebelum penanaman jagung. c. Penanaman benih padi sebanyak 5-7 biji per lubang, sehingga akan digunakan benih sebanyak 50 kg/ha. Penanaman benih jagung sebanyak 1 biji per lubang, sehingga akan digunakan benih sebanyak 30 kg/ha. d. Populasi tanaman per hektar pada sistem tumpangsari ini menggunakan populasi rapat, kurang lebih rumpun/ha untuk padi dan batang/ha untuk jagung. Gambar 1. Jarak Tanam Tumpangsari Padi-Jagung 16

29 2. Padi Gogo Kedelai a. Setelah kondisi lahan optimal, segera dilakukan penanaman benih padi dengan tugal. Jarak tanam padi gogo adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (dalam barisan), sedangkan jarak tanam kedelai 30 cm (antar barisan) x 10 cm (dalam barisan). Sedangkan jarak antara blok padi atau kedelai adalah disesuaikan dengan perhitungan populasi dan/atau disesuaikan dengan lebar combine harvester untuk mempermudahkan pada waktu pemanenan (Gambar 2). b. Untuk penanaman padi dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan penanaman kedelai atau akan lebih baik bilamana dapat dilakukan penanaman padi lebih awal sekitar 2 (dua) minggu sebelum penanaman kedelai. c. Penanaman benih padi sebanyak 3-5 benih per lubang, sehingga digunakan benih sebanyak 50 kg/ha. Penanaman benih kedelai sebanyak 2-3 benih per lubang, sehingga digunakan benih sebanyak 70 kg/ha. d. Populasi tanaman per hektar pada sistem tumpangsari ini menggunakan populasi rapat, kurang lebih rumpun/ha untuk padi dan batang/ha untuk kedelai. e. Untuk lahan yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum tanam, benih kedelai dimasukkan dalam ember berisi air yang telah dicampur inokulan rhizobium untuk membasahi benih dengan larutan tersebut. Bisa juga menggunakan tanah secukupnya bekas ditanami kacang-kacangan sampai menutupi permukaan tanah yang akan ditanami kedelai. 17

30 Gambar 2. Jarak Tanam Tumpangsari Padi-Kedelai 3. Jagung Kedelai a. Setelah kondisi lahan optimal, segera dilakukan penanaman benih jagung dengan tugal. Jarak tanam jagung 40 cm (antar barisan) x 12,5 cm (dalam barisan), sedangkan jarak tanam kedelai 30 cm (antar barisan) x 10 cm (dalam barisan). Jarak barisan antara jagung dan kedelai adalah 40 cm, sedangkan jarak antara blok jagung atau kedelai adalah disesuaikan dengan perhitungan populasi dan/atau disesuaikan dengan lebar combine harvester untuk mempermudahkan pada waktu pemanenan (Gambar 3). b. Untuk pertanaman kedelai dilakukan lebih awal dengan selang waktu tiga minggu sebelum penanaman jagung. c. Penanaman benih kedelai sebanyak 2-3 benih per lubang, sehingga digunakan benih sebanyak 70 kg/ha. Penanaman 18

31 benih jagung sebanyak 1 benih per lubang, sehingga digunakan benih sebanyak 25 kg/ha. d. Populasi tanaman per hektar pada sistem tumpangsari ini menggunakan populasi rapat, kurang lebih batang/ha untuk jagung dan batang/ha untuk kedelai. e. Untuk lahan yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum tanam, benih kedelai dimasukkan dalam ember berisi air yang telah dicampur inokulan rhizobium untuk membasahi benih dengan larutan tersebut. Bisa juga menggunakan tanah secukupnya bekas ditanami kacang-kacangan sampai menutupi permukaan tanah yang akan ditanami kedelai. Gambar 3. Jarak Tanam Tumpangsari Jagung-Kedelai 19

32 D. Pemupukan 1. Untuk sistem Tumpangsari Padi Gogo Jagung dan Padi Gogo Kedelai, pemupukan menggunakan rekomendasi untuk padi gogo. sedangkan tanaman jagung dan kedelai memperoleh manfaat dari pemupukan padi gogo. Pupuk organik diberikan setelah tanam dengan menutup lubang tanam padi gogo, jagung dan kedelai. 2. Untuk sistem Tumpangsari Jagung Kedelai, pemupukan menggunakan rekomendasi untuk jagung. sedangkan tanaman jagung dan kedelai memperoleh manfaat dari pemupukan jagung. Pupuk organik diberikan setelah tanam dengan menutup lubang tanam jagung dan kedelai. E. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dapat dikombinasikan dengan herbisida dan penyiangan manual, dengan teknik sebagai berikut : Penyemprotan herbisida purna tumbuh pada umur + 15 hari dengan dosis menurut petunjuk. Penyiangan secara manual umur + 30 hari atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. F. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menerapkan kaidah pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) yang meliputi pengelolaan/pemilihan varietas yang tepat, pengelolaan 20

33 kultur teknis dan pengendalian biologis, sedangkan penggunaan pestisida dilaksanakan bila populasi hama melampaui batas ambang kendali. G. Panen Panen dilakukan pada saat matang fisiologis yaitu untuk padi gogo bilamana 90% bulir padi telah menguning; untuk jagung bila biji telah mengeras dan membentuk lapisan hitam 50% dan klobot sudah mengering; dan pada kedelai bila polong pada batang utama berwarna coklat dan 95% daun telah menguning. Panen dilakukan menggunakan power thresher atau combine harvester. Gabah, tongkol dan polong yang dihasilkan dikeringkan dengan dryer atau dijemur hingga mencapai kadar air sekitar 14%. 21

34 V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien dan akuntabel. Pengawasan kegiatan dilakukan oleh instansi terkait mulai dari tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. a. Tugas dan Tanggung Jawab Pusat 1) Menyusun Petunjuk pelaksanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai. 2) Melakukan koordinasi, sosialisasi, pembinaan teknis, monitoring dan evaluasi kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai. 3) Menyusun Laporan Kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai. b. Tugas dan Tanggung Jawab Dinas Provinsi 1) Melakukan sosialisasi, koordinasi, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi kinerja Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dalam penerapan Teknologi Pengaturan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai oleh penerima bantuan di wilayahnya. 2) Menyusun rekapitulasi laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai 22

35 untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan cq. Direktur Serealia. c. Tugas dan Tanggung Jawab Dinas Kabupaten/kota 1) Melakukan koordinasi vertikal dan horizontal dengan instansi terkait. 2) Melaksanakan sosialisasi, bimbingan teknis kepada petugas lapangan dan kelompok penerima bantuan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelaiserta melakukan pendampingan dalam pemanfaatan dana/pencairan dana. 3) Melaksanakan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Teknologi Pengaturan Sistem Tanam Tumpangsari. 4) Menyusun laporan dan dokumentasi (sebelum, sedang dan sesudah) pelaksanaan kegiatan, dan disampaikan ke Provinsi dengan tembusan ke Pusat secara berkala. B. Pelaporan Pelaksanaan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari Kabupaten/Kota sampai ke Pusat. Untuk pelaporan dari Provinsi ke Pusat supaya melampirkan juga laporan dari Kabupaten/Kota. Laporan akhir pelaksanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelaiagar lebih informatif dan komunikatif dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi kegiatan (sebelum, sedang dan selesai pelaksanaan kegiatan). Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan Sistem Tanam Tumpangsari Padi Jagung Kedelai serta 23

36 permasalahannya sebagai upaya mencari solusi agar kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan, pendayagunaan tenaga kerja, biaya dan hasil produksi, dll. Alur laporan sebagai berikut: 1. Laporan dibuat oleh Dinas lingkup pertanian Kabupaten/Kota dan dikirim ke Provinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke Pusat. 2. Laporan yang dibuat oleh Dinas lingkup pertanian Kabupaten/Kota selanjutnya direkapitulasi oleh Dinas lingkup pertanian Provinsi dan dikirim ke Pusat paling lambat pada akhir Januari 2019 dengan alamat : Direktorat Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp: (021) Fax. (021) Laporan akhir dibuat oleh Dinas lingkup pertanian Kabupaten/Kota dan dikirim ke Dinas lingkup pertanian Provinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke Pusat. 24

37 VI. PENUTUP Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi, jagung dan kedelai (Pajale) terus dilakukan, baik untuk lahan sawah maupun lahan kering. Melalui program UPSUS Pajale telah dilakukan terobosan teknologi berdasarkan daya dukung lahan dengan rekayasa tanam untuk mengoptimalkan lahan dan air serta efisiensi biaya produksi. Peluang peningkatan produktivitas lahan kering pada awal musim hujan (MH) dengan meningkatkan intensitas pertanaman padi yang ditumpangsarikan dengan jagung atau kedelai. 25

38 LAMPIRAN FORM PELAKSANAAN BANTUAN BENIH TUMPANGSARI PADI JAGUNG KEDELAI TA File CPCL dalam format MS excel agar dikirimkan ke 2. Untuk Kabupaten Form yang disiapkan yaitu Form 1, Form 2 dan Form 4 3. Untuk Provinsi yang disiapkan Form 3 26

39 Lampiran 1. Form 1. Kop Surat Kabupaten/Kota KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA.. NOMOR TENTANG PENETAPAN CALON PETANI DAN CALON LOKASI (CPCL) BANTUAN PEMERINTAH BENIH *) BENIH PADI DAN/BENIH JAGUNG DAN/BENIH KEDELAI KEGIATAN TUMPANGSARI DI KABUPATEN/KOTA..TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DINAS KABUPATEN.. Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan melalui peningkatan produksi untuk menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk; b. bahwa peningkatan produksi padi jagung kedelai diarahkan pada peningkatan produktivitas melalui penggunaan benih unggul bersertifikat; c. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan benih unggul bersertifikat dari bantuan pemerintah untuk peningkatan produski dan produktivitas perlu ditetapkan kelompok tani penerima Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai Tahun 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara 27

40 Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6138); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Permentan/OT.010/ 1/2016 tentang Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/ RC.110/12/2017 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2018; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/TP.020/4/2018 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1243/HK.150/C/07/2018 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor 526/HK.150/03/2018 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun Keputusan Menteri Pertanian Nomor 990/HK.150/C/05/2018 tentang Petunjuk Teknis Produksi Benih Tanaman Pangan; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 991/HK.150/C/05/2018 tentang Petunjuk Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Pangan; 28

41 16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 992/HK.150/C/05/2018 tentang Petunjuk Teknis Peredaran Benih Tanaman Pangan; dan seterusnya... MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA..TENTANG PENETAPAN CALON PETANI DAN CALON LOKASI (CPCL) KEGIATAN BANTUAN PEMERINTAH *) BENIH PADI DAN/ BENIH JAGUNG DAN/ BENIH KEDELAI KEGIATAN TUMPANGSARI DI KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2018 KESATU : Penetapan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL), Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai Kegiatan Tumpangsari di Kabupaten/ Kota Tahun Anggaran 2018 sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini; KEDUA : Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) sebagaimana pada diktum kesatu merupakan calon penerima Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai kegiatan tumpangsari sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku; KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Tembusan : 1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan 2. Bupati Kabupaten Wakil Bupati Kabupaten dan seterusnya... Ditetapkan di pada tanggal KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA ttd ( Nama.) NIP... Keterangan : *) Dipilih sesuai alokasi kegiatan tumpangsari 29

42 Lampiran : Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang Penetapan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai kegiatan tumpangsari Tahun Anggaran 2018 No Kecamatan Desa Nama Kelompok Tani Ketua Kelompok Tani Luas Lahan (Ha) Volume (Kg) Padi Varietas Kebutuhan Benih *) Jagung Volume Varietas (Kg) Kedelai Volume Varietas (Kg) Rencana Tanam Pola Tumpangsari JUMLAH Keterangan : *) Dipilih sesuai alokasi kegiatan tumpangsari dengan kebutuhan benih padi 50 kg/ha; jagung 25 kg/ha dan kedelai 70 kg/ha..., Kepala Dinas Pertanian Kabupaten /Kota..., ttd NIP. (...Nama...) 30

43 Lampiran 2. KOP DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA Form 2 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Jabatan : Instansi : Dengan ini menyatakan bahwa Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) Bantuan *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai untuk Kegiatan Tumpangsari Tahun Anggaran 2018 benar adanya dan telah dilakukan verifikasi sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya...., Kepala Dinas Kabupaten /Kota..., ttd (...Nama...) NIP. Keterangan : *) Dipilih sesuai alokasi kegiatan tumpangsari 31

44 Lampiran 3. KOP DINAS PERTANIAN PROVINSI Form 3 SURAT PERSETUJUAN Nomor :... Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Jabatan : Instansi : Dengan ini menyatakan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai TA 2018 telah dilakukan verifikasi kebenaran CPCLnya sesuai persyaratan yang telah ditetapkan dan setuju untuk diusulkan sebagai calon penerima Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai Kegiatan Tumpangsari TA 2018, dengan rincian sesuai usulan Kabupaten/Kota... sebagaimana terlampir. Demikian surat persetujuan ini, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya...., KEPALA DINAS PERTANIAN PROVINSI... ttd (...Nama...) NIP... Keterangan : *) Dipilih sesuai alokasi kegiatan tumpangsari 32

45 Lampiran : Nomor :... Surat Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi tentang Penerima Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai Kegiatan Tumpangsari Tahun Anggaran 2018 Jenis Benih Kabupaten/ Kota : : *) Padi /Jagung/Kedelai No Kecamatan Desa Nama Kelompok Tani Ketua Kelompok Tani Luas Lahan (Ha) Volume (Kg) Padi Varietas Kebutuhan Benih *) Jagung Volume Varietas (Kg) Kedelai Volume Varietas (Kg) Rencana Tanam Pola Tumpangsari JUMLAH Keterangan : *) Dipilih sesuai alokasi kegiatan tumpangsari dengan kebutuhan benih padi 50 kg/ha; jagung 25 kg/ha dan kedelai 70 kg/ha..., Kepala Dinas Pertanian Provinsi... ttd (...Nama... ) NIP. Lampirkan daftar lokasi penerima bantuan sesuai Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 33

46 Lampiran 4. ( Kop Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ) Form 4 Nomor : Lampiran : Hal : Usulan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Yth. Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Selaku Kuasa Pengguna Anggaran Di Jakarta Sehubungan dengan kegiatan Bantuan Pemerintah *) benih padi dan/benih jagung dan/benih kedelai Kegiatan Tumpangsari TA 2018, bersama ini kami usulkan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk Kabupaten/Kota..., yaitu : Nama : NIP : Jabatan : Instansi : Nomor Telepon : Mohon perkenan Bapak untuk memproses lebih lanjut. Terima kasih. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota... ttd (...Nama...) NIP... Keterangan : *) Dipilih sesuai alokasi kegiatan tumpangsari 34

47 35

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan secara nasional, Pemerintah telah memprogramkan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan

Lebih terperinci

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N No.1764, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Dekonsentrasi. TA 2017. Dana. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI RANCANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI RANCANGAN SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Kapur Aktif Bersubsidi 2013

Petunjuk Teknis Kapur Aktif Bersubsidi 2013 Petunjuk Teknis Kapur Aktif Bersubsidi 2013 KATA PENGANTAR Petunjuk Teknis Kapur Aktif Bersubsidi ini dimaksudkan untuk memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan baik

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 3333 i i ii iii iv v vi vii KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/Permentan/HK.140/2/2016 TENTANG PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.658, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Kegiatan. Dekonsentarasi. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN/KOTA SE-NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum... 4 1.3. Tujuan... 8 1.4. Sasaran...

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 KATA PENGANTAR Kebutuhan kedelai nasional meningkat setiap

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Samarinda, 1 Maret 2017 1 LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG. GUBERl'fUR LAMPUl'fG,

GUBERNUR LAMPUNG. GUBERl'fUR LAMPUl'fG, GUBERNUR LAMPUNG KBPUTUSAN GUBERNUR LAMPUl'fG l'fomor: G/ sh /In.14/HK/2016 TEl'fTAl'fG PEMBEl'fTUKAl'f TIM PEl'fGAMAl'fAl'f PRODUKSI PADI, JAGUl'fG DAl'f KEDELAl DAR! SERAl'fGAl'f ORGAl'fISME PEl'fGGAl'fGGU

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEBING

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN CADANGAN BENIH NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2006

Lebih terperinci

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM TENTANG

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM TENTANG PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 192 /HK/2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PEMBINA TEKNIS UPAYA KHUSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI MELALUI PROGRAM PERBAIKAN JARINGAN IRIGASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ii Hal I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang. 1 B. Sasaran Nasional... 3 C. Tujuan. 3 D. Pengertian..

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BELITUNG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA No.1531, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Dekonsentrasi. Pengendalian. Pelimpahan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU Jl. Let. Jend. S. Pa[ PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 167/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA CADANGAN BENIH NASIONAL DAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Tanggal 4 Januari 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OUTLINE 1. Evaluasi 2016 2. Sasaran luas tanam

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembara

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembara No.592, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Penyaluran Bantuan Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYALURAN

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016 - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016 PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba No.2051, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. Penataan. PKL. Pedoman. TA 2017. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PER/M.KUKM/XII/2016 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1849, 2016 KEMEN-DPDTT. Pelimpahan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 REVISI 1 PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 3333 i i ii iii iv v vi KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : TANGGAL :

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : TANGGAL : LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : TANGGAL : PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PROGRAM DAN MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH PADA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN KUANTAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan alsintan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun oleh Satuan Komando

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SAMPANG

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI SERUYAN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 38 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci