HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Budidaya Tanaman Sagu
|
|
- Liana Lie
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Budidaya Tanaman Sagu Kegiatan budidaya tanaman merupakan serangkaian tahapan yang ditempuh untuk menghasilkan output yang maksimal. Rangkaian kegiatan budidaya tanaman sagu yang sedang dilakukan oleh PT. National Sago Prima yaitu pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Pembukaan lahan atau land clearing dilaksanakan pada Divisi 5 dan 7. Pembibitan merupakan kegiatan pengadaan bibit untuk kegiatan penanaman awal maupun penyisipan. Kegiatan pengendalian gulma meliputi pengendalian gulma secara manual sistem tebas dengan menggunakan parang dan pengendalian secara kimiawi sistem semprot dengan menggunakan herbisida. Pada tahun 2011 perusahaan membentuk divisi baru yaitu Divisi Pembibitan. Divisi tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mengatur, mengontrol, dan mengawasi semua kegiatan yang berkaitan dengan pembibitan. Target bibit yang harus disediakan pada tahun 2011 yaitu sebanyak bibit. Kendala yang ditemui pada saat kegiatan di pembibitan yaitu adanya bibit afkir yang ditanam. Bibit muda yang masih berumur 1-2 bulan sudah ditanam di lapang yang menyebabkan bibit tersebut mati saat ditanam di lapang. Kegiatan penyeleksian bibit baik saat pengambilan anakan dari kebun maupun sebelum penanaman di lapang perlu dikontrol dengan baik. Selain itu, kegiatan pembibitan harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku sehingga persentase bibit yang hidup baik di pembibitan maupun di lapang lebih tinggi. Bibit yang disemai pada musim hujan memiliki daya tumbuh yang lebih baik jika dibandingkan dengan bibit yang disemai pada musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan bibit yang disemai pada musim kemarau mengalami pengeringan akibat transpirasi yang cukup tinggi karena RH yang turun, sehingga menghambat pengeluaran tunas baru. Hal tersebut juga menjadi penyebab persentase kematian bibit saat ditanam di lapang rendah. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang sedang dilakukan di PT. National Sago Prima yaitu kontrol pertumbuhan dan pengendalian gulma. Kegiatan kontrol pertumbuhan baru dilaksanakan pada blok penelitian yaitu blok pelaksanaan BMP
2 40 (Best Management Practise). Kegiatan kontrol pertumbuhan belum dilaksanakan pada semua blok. Pengendalian gulma yang dilaksanakan meliputi pengendalian gulma secara mekanis dan pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan sistem penebasan, sedangkan pengendalian gulma secara kimiawi dengan menggunakan herbisida melalui penyemprotan. Kegiatan penebasan sudah berjalan dengan lancar tetapi rotasi penebasan belum sesuai dengan standar perusahaan. Berdasarkan SOP perusahaan, penebasan pasca tanam dilakukan setelah tiga bulan penanaman, selanjutnya penebasan dilakukan pada saat tanaman sagu berumur 6, 12, 18, 24, 30, dan 36 bulan. Penebasan setelah tanaman berumur tiga tahun dilakukan setahun sekali. Pembersihan piringan untuk tanaman baru (tanaman berumur 0-3 bulan) dilakukan dua kali tiap tahun agar ruang tumbuh tercukupi. Pelaksanaan penebasan di PT. National Sago Prima yang sedang berlangsung hanya dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan penyemprotan yang sedang berlangsung di perusahaan belum menggunakan peralatan yang memadai terutama pada penggunaan masker, sarung tangan, sepatu, dan baju khusus semprot. Perusahaan pernah memberikan peralatan lengkap untuk kegiatan penyemprotan, tetapi pekerja menolak menggunakannya. Hal tersebut dikarenakan para pekerja menganggap bahwa peralatan tersebut menghambat kerja. Oleh karena itu, mandor penyemprotan pada masingmasing divisi tetap menganjurkan memakai peralatan semprot selama kegiatan penyemprotan dilakukan. Panen merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting pelaksanaannya karena panen akan menghasilkan produksi. Kegiatan panen di perusahaan memiliki beberapa kendala pada sistem pengangkutan hasil panen. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa ada beberapa tanaman sagu yang mengalami gagal panen, yang dicirikan oleh batang sagu mengering dan mengandung banyak serat. Selain itu, kurangnya alat angkut panen (sampan dan tali) menyebabkan terjadinya ketidakefektifan dalam pengangkutan hasil panen. Waktu yang diperlukan untuk tual sagu berada di kanal melebihi batas yang ditentukan (7 hari). Lamanya pengangkutan tual tersebut menyebabkan berkurangnya produksi yang dihasilkan akibat pembusukan pada tual dan serangan hama (Gambar 20). Oleh karena itu,
3 41 asisten dari masing-masing divisi harus dapat merencanakan dan mengatur agar kegiatan panen dapat terlaksana dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kuantitas peralatan transportasi panen. Gambar 20. Hama saat Panen pada Tual Sagu Serangan hama dan penyakit umumnya muncul pada saat musim hujan yang hingga sekarang belum dianggap cukup serius. Hama yang umumnya merusak tanaman sagu yaitu kumbang sagu (Rynchophorus ferrugineus), anaianai (Macrotennes sp.), monyet, dan babi hutan. Penyakit yang sering menyerang adalah cendawan (Cercospora), dengan gejala kerusakannya yaitu daun yang terserang akan berbercak coklat, apabila serangan parah akan mengakibatkan daun tanaman mengering dan berlubang. Perusahaan belum melaksanakan kegiatan pengendalian hama dan penyakit karena serangkan yang ditimbulkan belum menyebabkan tingkat kehilangan hasil yang tinggi, tetapi berpotensi menurunkan hasil. Perusahaan sebaiknya tetap melakukan kegiatan sensus hama dan penyakit serta melaksanakan usaha pengendalian hama dan penyakit agar produksi pati sagu yang dihasilkan tetap tinggi dan berkualitas. Pengaruh Bobot Bibit dan Penggunaan Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Bibit Sistem Polibag di Pembibitan Pembibitan yang dilakukan oleh PT. National Sago Prima masih menggunakan sistem rakit di kanal. Sistem tersebut mempunyai beberapa keuntungan
4 42 yaitu kemampuan tumbuh bibit di pembibitan tinggi, tetapi kemampuan tumbuh di lapang tergolong rendah. Selain sistem persemian menggunakan rakit terdapat beberapa sistem lainnya, diantaranya sistem pembibitan bibit dalam polibag. Oleh karena itu, perlu dicoba sistem pembibitan dengan menggunakan polibag. 1. Persentase Hidup Bibit Keterangan: B1 : Bobot 50 x<200 g B2 : Bobot 200 x<500 g B3 : Bobot 500 x 800 g P1 : POC 0 ml/l P2 : POC 2 ml/l P3 : POC 5 ml/l P4 : POC 8 ml/l Gambar 21. Persentase Hidup Bibit pada 8 MSA Berdasarkan rata-rata persentase hidup bibit, kombinasi perlakuan bobot bibit 200 x<500 g dan penggunaan POC konsentrasi 2 ml/l (B2P2) mempunyai persentase hidup bibit paling tinggi (50 %) pada pengamatan 8 MSA (Minggu Setelah Awal Aplikasi), sedangkan perlakuan bobot bibit 50 x<200 g dan tanpa pemberian POC (B1P1) mempunyai rata-rata persentase hidup bibit paling rendah sebesar % (Gambar 21). Perlakuan bobot bibit memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase hidup bibit. Rata-rata persentase hidup bibit tertinggi terdapat pada bobot bibit 200 x<500 g (45.56 %), Perlakuan bobot bibit 500 x 800 g mempunyai rata-rata persentase hidup bibit yang paling rendah (22.78 %), sedangkan perlakuan boobot bibit 50 x<200 g mempunyai rata-rata persentase hidup bibit sebesar %. Perlakuan konsentrasi POC tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup bibit. Penggunaan POC konsentrasi 5 ml/l mempunyai
5 43 persentase hidup bibit sebesar % pada 8 MSA, tanpa penggunaan POC sebesar %, penggunaan POC konsentrasi 8ml/l sebesar %, dan penggunaan POC konsentrasi 2ml/l sebesar %. Berdasarkan Tabel 1, bibit mengalamai penurunan persentase hidup bibit pada setiap pengamatan. Hal tersebut diduga karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk pertumbuhan bibit dan adanya serangan penyakit pada bibit. Tabel 1. Pengaruh Bobot Bibit dan Penggunaan POC terhadap Persentase Hidup Bibit Perlakuan MSA Ke %... Bobot Bibit (g) 50 x< b 56.67b 48.61b 40.83b 36.94b 34.44b 28.89b 26.67b 26.11b 200 x< a 79.17a 71.39a 62.50a 53.89a 52.22a 50.00a 48.60a 45.56a 500 x a 70.83a 61.11a 47.22b 36.94b 33.61a 29.72b 26.39b 22.78b Uji F ** ** ** ** ** ** ** ** ** Konsentrasi POC (ml/l) Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 % tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5 % *: berbeda nyata pada taraf 5% **: sangat berbeda nyata pada taraf 5 % 2. Pertumbuhan Panjang Daun Pangkas Perlakuan bobot bibit memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan daun pangkas. Bibit dengan bobot 500 x 800 g mempunyai rataan pertumbuhan panjang daun pangkas paling tinggi sebesar cm, bobot bibit 200 x<500 g sebesar cm, dan bobot bibit 50 x<200 g sebesar cm. Penggunaan POC tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang daun pangkas. Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata, penggunaan POC konsentrasi 2 ml/l mempunyai pertumbuhan panjang daun pangkas yang lebih baik daripada perlakuan lainnya pada pengamatan ke-8
6 44 MSA. Pertumbuhan panjang daun pangkas pada setiap perlakuan mempunyai laju pertumbuhan yang sama. Pengaruh bobot bibit dan penggunaan POC terhadap pertumbuhan panjang daun pangkas pada bibit sagu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Bobot Bibit dan Penggunaan POC terhadap Pertumbuhan Panjang Daun Pangkas pada Bibit Sagu Perlakuan MSA Ke cm... Bobot Bibit (g) 50 x< b 1.44b 1.59b 2.11b 2.12b 2.42b 2.42c 200 x< a 1.36ab 1.64b 1.93b 2.23b 2.42b 2.81b 500 x a 2.22a 3.14a 3.46a 3.86a 4.46a 5.08a Uji F * * ** * * * * Konsentrasi POC (ml/l) Uji F tn tn tn tn tn tn tn Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 % tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5 % *: berbeda nyata pada taraf 5% **: sangat berbeda nyata pada taraf 5 % Keterangan: B1 : Bobot 50 x<200 g B2 : Bobot 200 x<500 g B3 : Bobot 500 x 800 g P1 : POC 0 ml/l P2 : POC 2 ml/l P3 : POC 5 ml/l P4 : POC 8 ml/l Gambar 22. Pertumbuhan Panjang Daun Pangkas pada 8 MSA Berdasarkan Gambar 22, kombinasi perlakuan bobot bibit 500 x 800 g dan aplikasi POC konsentrasi 2 ml/l (B3P2) memberikan pertumbuhan daun
7 45 pangkas yang lebih baik sebesar 7.00 cm daripada perlakuan yang lain pada pengamatan 8 MSA. Pertumbuhan panjang daun pangkas tertinggi pada 8 MSA terdapat pada perlakuan B3P2, sedangkan perlakuan bobot bibit 50 x<200 g dan tanpa penggunaan POC (B1P1) mengalami rata-rata pertumbuhan panjang daun pangkas yang paling rendah sebesar 1.97 cm. 3. Pertumbuhan Panjang Petiol Daun 1 Perlakuan bobot bibit memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang petiol daun 1 kecuali pada pengamatan ke-2 dan 3 MSA. Bibit yang mempunyai bobot 500 x 800 g mempunyai rataan pertumbuhan panjang petiol daun 1 lebih tinggi ( cm), kemudian bobot bibit 200 x<500 g sebesar cm, dan bobot bibit 50 x<200 g sebesar cm. Bobot bibit 500 x 800 g memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan bobot bibit 200 x<500 g terhadap pertumbuhan panjang daun 1. Penggunaan POC tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang petiol daun 1 (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh Bobot Bibit dan Penggunaan POC terhadap Pertumbuhan Panjang Petiol Daun 1 Perlakuan MSA Ke cm... Bobot Bibit (g) 50 x< a 2.94a 4.02b 5.24b 6.55b 7.49b 8.67b 200 x< a 3.89a 5.23ab 6.51ab 8.50ab 9.51ab 11.13ab 500 x a 4.91a 7.03a 8.30a 11.03a 12.16a 13.73a Uji F tn tn * * * * * Konsentrasi POC (ml/l) Uji F tn tn tn tn tn tn tn Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 % tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5 % *: berbeda nyata pada taraf 5%
8 46 Interaksi antara perlakuan bobot bibit dan penggunaan POC tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang petiol daun 1. Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata, perlakuan bobot bibit 500 x 800 g dan tanpa penggunaan POC (B3P1) memberikan rata-rata pertumbuhan panjang petiol daun 1 lebih tinggi sebesar cm, sedangkan perlakuan bobot bibit 50 x<200 g dan penggunaan POC konsentrasi 5 ml/l (B1P3) memberikan pertumbuhan panjang petiol daun 1 paling rendah ( cm) (Gambar 23). Keterangan: B1 : Bobot 50 x<200 g P1 : POC 0 ml/l P4: POC 8 ml/l B2 : Bobot 200 x<500 g P2 : POC 2 ml/l B3 : Bobot 500 x 800 g P3 : POC 5 ml/l Gambar 23. Pertumbuhan Panjang Petiol Daun 1 4. Jumlah Daun Total Daun yang dihitung selama pengamatan yaitu daun yang terpangkas pada saat pengambilan bibit, daun pertama (daun yang muncul pertama kali tanpa pangkas) dan daun kedua (daun yang muncul setelah daun pertama terbentuk). Perlakuan bobot bibit memberikan pengaruh yang sangat nyata pada pengamatan 1-3 MSA dan pengaruh nyata pada pengamatan 0, 4-8 MSA terhadap jumlah daun total. Perlakuan bobot bibit 200 x<500 g memberikan jumlah daun total yang paling banyak daripada perlakuan bobot bibit lainnya. Penggunaan POC tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun total kecuali pada pengamatan 0-2 MSA yang memberikan pengaruh yang sangat nyata (Tabel 4). Laju pertumbuhan jumlah daun total cenderung sama pada pengamatan 0-2 MSA, pada pengamatan 2-4 MSA jumlah daun total cenderung mengalami pengeringan, dan pada pengamatan ke-5 MSA terbentuk daun baru.
9 47 Tabel 4. Pengaruh Bobot Bibit dan Penggunaan POC terhadap Jumlah Daun Perlakuan MSA Ke Helai... Bobot Bibit (g) 50 x< a 1.63a 1.58ab 1.27b 1.24b 1.23b 1.25b 1.29b 1.34b 200 x< a 1.72a 1.63a 1.56a 1.51a 1.48a 1.48a 1.51a 1.53a 500 x b 1.41b 1.40b 1.31b 1.29b 1.28b 1.29ab 1.31b 1.33b Uji F * ** ** ** * * * * * Konsentrasi POC (ml/l) b 1.59b 1.51b a 1.73a 1.71a b 1.53b 1.53b b 1.48b 1.40b Uji F ** ** ** tn tn tn tn tn tn Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 % tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5 % *: berbeda nyata pada taraf 5% **: sangat berbeda nyata pada taraf 5 % 5. Persentase Pemekaran Daun 1 Tabel 5. Pengaruh Bobot Bibit dan Penggunaan POC terhadap Persentase Pemekaran Daun 1 Perlakuan MSA Ke %... Bobot Bibit (g) 50 x< a 24.17a 24.17a 200 x< a 25.83a 25.83a 500 x b 6.67b 6.67b Uji F tn tn tn tn tn ** ** ** Konsentrasi POC (ml/l) Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 % tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5 % **: berbeda sangat nyata pada taraf 5%
10 48 Berdasarkan Tabel 5, daun pertama dalam keadaan mekar sempurna terlihat pada pengamatan ke-6, 7, dan 8 MSA dengan respon yang berbeda nyata. Daun pertama mekar sempurna sebanyak 25 % pada 5 MSA dan mengalami peningkatan persentase pemekaran daun sampai % pada pengamatan 8 MSA. Bobot bibit kecil sampai sedang ( g) mempunyai persentase pemekaran daun yang lebih tinggi daripada bobot bibit yang besar ( g). Perlakuan bobot bibit memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase pemekaran daun 1 pada pengamatan 6, 7, dan 8 MSA, sedangkan penggunaan POC tidak memberikan pengaruh yang nyata. 6. Jumlah Anak Daun 1 Anak daun merupakan salah satu peubah pertumbuhan vegetatif bibit sagu. Daun dikatakan mekar sempurna apabila sudah muncul anak daun. Jumlah anak daun yang terbentuk bervariasi, tergantung pada keadaan bibit itu sendiri. Tabel 6. Pengaruh Bobot Bibit dan Penggunaan POC terhadap Jumlah Anak Daun 1 Perlakuan MSA Ke Bobot Bibit (g)...helai x< x< x Uji F tn tn tn tn tn Konsentrasi POC (ml/l)...helai Uji F tn tn tn tn tn Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 % tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan Tabel 6, perlakuan bobot bibit dan penggunaan POC tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anak daun 1. Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata, bobot bibit 200 x<500 g mempunyai rata-rata
11 49 jumlah anak daun 1 lebih banyak (10.93 helai), sedangkan bobot bibit 50 x<200 gram mempunyai rata-rata jumlah anak daun 1 lebih sedikit (7.97 helai). Bibit yang tidak diberi POC (konsentrasi POC 0 ml/l) mempunyai jumlah anak daun 1 paling banyak yaitu helai pada 8 MSA. Perlakuan bobot bibit dan penggunaan POC tidak memberikan interaksi nyata terhadap jumlah anak daun 1. Secara umum, perlakuan bobot bibit memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup bibit, pertumbuhan panjang daun pangkas, pertumbuhan panjang petiol daun 1, jumlah daun total, dan persentase pemekaran daun. Perlakuan aplikasi POC tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah yang diamati. Perlakuan bobot bibit dan pemberian POC memberikan interaksi yang tidak nyata terhadap persentase hidup bibit, pertumbuhan panjang daun pangkas, pertumbuhan panjang petiol daun 1, jumlah daun total, persentase pemekaran daun, dan jumlah anak daun. Faktor yang mempengaruhi persentase hidup bibit adalah keadaan bibit itu sendiri. Menurut Irawan (2010), bobot bibit berkorelasi positif dengan rizome yang ada pada banir bibit. Banir tersebut mempunyai banyak cadangan makanan untuk kebutuhan nutrisi bibit selama di pembibitan. Namun pada percobaan ini, bibit dengan bobot 500 x 800 g mempunyai persentase hidup yang lebih rendah daripada bibit dengan bobot 200 x<500 g. Bibit dengan bobot 200 x<500 g mempunyai persentase hidup paling tinggi diduga karena bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Bibit dengan bobot tersebut mempunyai karbohidrat dan air yang cukup. Bibit dengan bobot 50 x<200 g diduga mempunyai cadangan makanan dalam banir yang sedikit sehingga persentase mati bibit cukup tinggi. Bibit dengan bobot 500 x 800 g juga mempunyai persentase mati bibit yang tinggi. Hal tersebut diduga karena kandungan air yang ada dalam bibit tergolong tinggi sehingga bibit mengalami defisit air akibat transpirasi yang berlebihan. Lingkungan mempengaruhi persentase hidup bibit. Irawan (2010) menyatakan bahwa suhu o C merupakan lingkungan yang optimal untuk fase pembibitan sagu. Lingkungan tersebut mampu memberikan tajuk yang lebih sehat, dilihat dari luas daun yang lebih besar, jumlah anak daun yang lebih banyak, dan uptake unsur hara yang lebih baik. Suhu dalam paranet yang teramati selama penelitian tergolong tinggi. Suhu pada pagi hari sekitar o C dan pada siang-
12 50 sore hari sekitar o C. Lingkungan yang terlalu panas menyebabkan transpirasi bibit terlalu besar sehingga bibit mengalami kekeringan. Diduga bibit dengan bobot 500 x 800 g melakukan transpirasi yang tinggi sehingga bibit banyak mengalami kematian di pembibitan. Air gambut yang digunakan untuk penyiraman mempengaruhi persentase hidup bibit. Air gambut diduga menjadi tempat hidupnya patogen yang nantinya akan hidup pada media tanam dan menyerang bibit sagu (Gambar 24). Gambar 24. Serangan Penyakit pada Bibit Sagu Tanaman sagu termasuk tanaman tipe C3. Tanaman tersebut sulit tumbuh diatas suhu optimum. Jika suhu udara naik, maka akan mengurangi produksi enzim rubisco. Selain itu, akibat dari suhu yang tinggi, respirasi tanaman meningkat yang akan menyebabkan pengurangan sejumlah ATP yang dihasilkan oleh daun, sehingga menyebabkan asimilat yang dihasilkan berkurang (Salisbury and Ross 1995). Tanaman yang baru dipindahkan mengalami penundaan pertumbuhan, organ-organ tanaman tidak langsung berfungsi dengan baik. Sebelum akar tanaman berfungsi dengan baik, maka tanaman belum menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhannya (Wahid, 1987). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan panjang daun pangkas dan petiol daun 1 yang tergolong rendah. Berdasarkan pengamatan pada pembibitan sagu terlihat bahwa pertumbuhan tanaman lebih mengarah kepada pembentukan tajuk daun, pertumbuhan akar agak sedikit terhambat. Bibit sagu memanfaatkan karbohidrat yang ada pada banir tanaman untuk membentuk tajuk dan akar yang baru. Setelah tajuk ter-
13 51 bentuk, bibit sagu dapat melakukan fotosintesis sendiri sehingga bibit mendapatkan energi dari hasil fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Rostiwati (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif awal bibit tergantung pada cadangan dan produksi karbohidrat. Daun merupakan bagian yang penting bagi suatu tanaman. Daun mengandung klorofil yang digunakan untuk fotosintesis. Pada tanaman sagu dewasa, daun mengalami pengeringan sebanyak satu atau dua pelepah setiap satu atau dua bulan sekali (Schuiling 2009). Menurut Flach (1986) dalam Wahid (1987), bibit sagu yang tumbuh dengan baik akan mengeluarkan 1-2 daun setiap bulan. Berdasarkan percobaan, petiol baru keluar pada minggu ke-4 MSA. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bibit dengan bobot yang lebih kecil hingga sedang mempunyai persentase pemekaran daun yang lebih banyak daripada bibit dengan bobot yang lebih besar. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2010). Hal ini diduga karena bibit dengan bobot yang lebih kecil memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat dalam banir untuk membentuk tajuk. Apabila cadangan makanan sudah habis, bibit dapat melakukan fotosintesis sendiri. Pemupukan menggunakan pupuk organik cair tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit sistem polibag di pembibitan. Hal tersebut diduga karena suhu yang terlalu tinggi (sampai 35 o C) menyebabkan pupuk menguap. Selain itu, tanah gambut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang tinggi ( me/100 g) dan Kejenuhan Basa yang rendah ( %) yang menyebabkan tanah menjadi masam. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap kekahatan N, P, K, Ca, Mg, dan Mo (Purwanto et al., 2001). Percobaan pemupukan tanaman sagu sebelumnya pernah dilakukan, khususnya pemberian unsur hara makro pada tanaman. Pemupukan pada tanaman sagu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman yang meliputi rata-rata jumlah daun (Kueh, 1995; Ando et. al., 2007; Dewi, 2009) pertumbuhan diameter batang (Kueh,1995), dan tinggi tanaman (Kueh, 1995; Lina et. al., 2009; Dewi, 2009).
14 52 Berbeda dengan hasil percobaan pemupukan oleh Kakuda et al., (2005). Pada percobaan tersebut penambahan unsur hara sangat mempengaruhi bobot anakan yang terdapat pada rumpun sagu. Rata-rata peningkatan bobot anakan sagu sebesar 9 kg/anakan/tahun. Pemberian pupuk dapat mempercepat akumulasi bobot kering anakan sagu daripada tanaman induknya. Kondisi bibit selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar 25. Keadaan Bibit pada Pengamatan 0 MSA dan 8 MSA
Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciMETODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang dilakukan pada bulan Februari-Juni 2011. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang
Lebih terperinciPELAKSANAAN TEKNIS MAGANG
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Pelaksanaan teknis magang yang dilakukan di PT National Sago Prima meliputi persiapan lahan (Land clearing), pengambilan anakan, persemaian, sensus, penanaman dan penyulaman,
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima meliputi: pembukaan lahan (land clearing), pembibitan (pengambilan anakan dan penyeleksian bibit, serta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciAkhmad Fauzi Anwar (A ) di bimbing oleh: Prof. Dr Ir. H. M. H. Bintoro, M.Agr
Pertumbuhan Bibit Sagu pada Berbagai Kombinasi Pupuk NPK (merah, kuning, hijau, biru) dengan Zat Pengatur Tumbuh IBA dan Triacontanol pada Fase Aklimatisasi Akhmad Fauzi Anwar (A24120066) di bimbing oleh:
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PUPUK K DENGAN BERBAGAI DOSIS TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN DENGAN SISTEM POLIBAG IKA ANDRIANI A
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK K DENGAN BERBAGAI DOSIS TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN DENGAN SISTEM POLIBAG IKA ANDRIANI A24080034 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)
III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciBUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI
BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Lahan Percobaan Universitas Muhammadiyah Malang, Desa Pendem, Kota Batu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari -
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon
Lebih terperinciI. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi
I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Land Clearing Land clearing merupakan kegiatan penyiapan lahan yang meliputi kegiatan pembersihan lahan dan kegiatan penyiapan jalur tanaman. Pada areal tanaman
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinci3. METODE DAN PELAKSANAAN
3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei
Lebih terperinciIII. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,
23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra
Lebih terperinciAGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BAHAN PEREKAT AGRISTIK PADA KOMBINASI PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL-D DAN GROWMORE DENGAN IBA DAN TRIACONTANOL PADA FASE AKLIMATISASI SAGU NURUL HIDAYAH A24120195 Dosen pembimbing
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,
Lebih terperinciUJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)
UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Libria Widiastuti dan Muhammad Hanif Khairudin Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan
Lebih terperinciBUDIDAYA KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi merupakan
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian
19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.
Lebih terperinciII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,
II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai
Lebih terperinciHASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
IV. HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Penggunaan berbagai macam sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2
Lebih terperinciMANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA
Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor I: Dosis
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 - November 2016. Tempat penelitian adalah Lahan Percoban Fakulas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... viii xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1 1.2 Tujuan... 3 1.3 Landasan Teori... 3 1.4 Kerangka Pemikiran... 5 1.5 Hipotesis... 8
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada
Lebih terperinci