BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori membahas teori-teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori membahas teori-teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini."

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori Landasan teori membahas teori-teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini. II.1.1 Analisis Fundamental Dalam melakukan investasi di pasar modal, baik dalam bentuk saham, obligasi dan lainnya, investor yang rasional umumnya melakukan serangkaian analisis tentang investasi yang akan dilakukannya. Khususnya adalah investasi dalam saham, biasanya investor akan melakukan analisis sekuritas. Untuk dapat memilih investasi yang aman, diperlukan analisis yang cermat dan teliti. Pemilihan teknik yang benar dalam analisis akan mengurangi risiko investor dalam berinvestasi. Salah satu analisis yang dapat digunakan oleh investor adalah analisis fundamental. Data yang dipakai adalah laporan keuangan sebagai sumber informasi yang relevan. Laporan keuangan tersebut digunakan untuk menilai dan mengetahui kinerja perusahaan, yang dapat tercermin dari rasio-rasio keuangannya. Analisis fundamental adalah segala usaha untuk meramal prospek perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan. Salah satu sumber informasi terpenting bagi investor, yaitu laporan keuangan perusahaan itu sendiri. Dari situ investor cerdas dapat memperkirakan kondisi kesehatan perusahaan, prospeknya dan mau ke mana perusahaan itu nantinya (Sinaga, 2011:13). Analisis fundamental biasa digunakan pada saat mau 10

2 menyusun portofolio di akhir tahun, awal tahun, atau saat market sedang terguncang. Analisis fundamental juga digunakan untuk menentukan apakah suatu saham masih dianggap murah (undervalued) atau sudah terlalu mahal (overvalued). Analisis ini mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Pada dasarnya nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik tetapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai dikemudian hari. Jika kemampuan atau nilai perusahaan meningkat (misalnya keuntungan perusahaan), maka harga saham akan meningkat pula. Jadi, analisis fundamental merupakan suatu studi yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan keuangan suatu bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan publik yang menerbitkan saham biasa tersebut. Pada dasarnya analisis ini melakukan analisa historik atas kekuatan keuangan dari perusahaan. Para pemodal akan mempelajari laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisiensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut. II.1.2 Risiko Saham Risiko merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam analisis investasi, karena setiap pilihan investasi selalu mengandung risiko, dan risiko inilah yang mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh pemodal dari investasinya. 11

3 Risiko merupakan variabilitas return realisasi terhadap return yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2010:11) Hubungan antara risiko dan return harapan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula expected return-nya, begitu pula sebaliknya. Pemodal dalam berinvestasi akan mendapatkan return di masa yang akan datang dengan nilai yang belum diketahui. Pemodal cenderung untuk menghindar dari kemungkinan menanggung risiko, tetapi pemodal tidak dapat terbebas dari risiko. Dengan demikian risiko dalam investasi dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu : 1. Risiko sistematik (systematic risk) Risiko ini merupakan variabilitas dalam total return suatu sekuritas yang secara langsung berhubungan dengan pasar secara keseluruhan, sehingga setiap pemodal tidak dapat menghilangkannya dengan diversifikasi sekuritas atau portofolio (nondiversifiable risk). Risiko ini disebut juga risiko pasar (market risk). Disebut risiko pasar karena fluktuasi yang terjadi disebabkan oleh faktor faktor makro yang mempengaruhi semua saham yang beroperasi. Faktor faktor tersebut antara lain, kondisi perekonomian, kebijakan pajak, tingkat inflasi, tingkat bunga, maupun kondisi politik negara. Risiko sistematik dapat diukur dengan menggunakan koefisien beta. 2. Risiko tidak sistematik (unsystematic risk) Risiko ini merupakan variabilitas dalam total return suatu sekuritas yang tidak berhubungan dengan perubahan pasar secara keseluruhan, sehingga setiap pemodal dapat menghilangkannya dengan diversifikasi portofolio (diversifiable 12

4 risk). Risiko ini disebut tidak sistematik karena pengaruhnya tidak sama terhadap perusahaan yang satu dengan yang lain. Penyebabnya berasal dari dalam perusahaan, seperti kemampuan manajemen, kegagalan pemasaran, jenis industri, dan lainnya. Disebut juga risiko spesifik. Penggabungan risiko sistematik dengan risiko tidak sistematik disebut risiko total. Risiko total dapat diukur dengan standar deviasi dari return saham. Risiko Portofolio Risiko tidak sistematik Risiko... total Risiko sistematik Gambar 2.1. Risiko Saham (Hartono, 2010:279) Jumlah saham II.1.3 Beta Saham Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko 13

5 sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Hartono, 2010:375). Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Hartono, 2010:376). Semakin besar fluktuasi return suatu saham terhadap return pasar, semakin besar beta saham tersebut. Demikian pula jika fluktuasi return saham terhadap return pasar semakin kecil, semakin kecil pula beta saham tersebut. Atau dapat diartikan beta merupakan pengukur sejauh mana tingkat pengembalian suatu saham berubah karena adanya perubahan di pasar. Dengan adanya karakteristik yang berbeda-beda dari masing-masing perusahaan (unique risk) menyebabkan masing-masing saham memiliki kepekaan berbeda terhadap perubahan pasar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai beta saham adalah : a) Beta mengukur risiko sistematik pasar atau sekuritas. b) Beta pasar bernilai 1. c) Saham dapat memiliki nilai beta positif atau negatif. d) Saham dapat digolongkan sebagai saham yang agresif jika β>1, saham defensif jika β<1 dan saham netral jika β=1 e) Risiko yang lebih besar berarti beta lebih tinggi dan akan memiliki tingkat keuntungan yang diharapkan lebih tinggi pula. Untuk saham yang agresif, pergerakan return saham lebih besar daripada pergerakan return pasarnya dan lebih berisiko. Sebaliknya bagi saham yang defensif, pergerakan return saham lebih kecil daripada pergerakan return pasarnya dan 14

6 mempunyai risiko lebih rendah. Sedangkan untuk saham netral, return saham bergerak sejalan dengan return pasar. Untuk mengetahui beta portofolio, beta masing-masing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing sekuritas. Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Beta merupakan koefisien regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan keuntungan portofolio pasar (excess return of market portfolio) dan keuntungan suatu saham (excess return of stock). Ilustrasinya dapat dilihat di Gambar 2.2. Excess return of stock β>1 β=1 β<1 Gambar 2.2. Beta Saham Excess return of market portfolio Beta suatu saham yang ditunjukkan dari kemiringan garis yang menunjukkan hubungan excess return of market portfolio dengan excess return of stock. Karena koefisien regresi adalah kemiringan garis tersebut, maka semakin besar beta suatu saham semakin curam kemiringan garis yang terdapat dalam gambar (sumbu tegak adalah excess return of stock dan sumbu datar adalah excess return of market portfolio). 15

7 II.1.4 Mengestimasi Beta Risiko beta mencerminkan tingkat sensitivitas imbal hasil (return) saham individual terhadap pasar. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dengan return pasar), data akuntansi (laba perusahaan dengan laba indeks pasar) atau data fundamental (menggunakan variabelvariabel fundamental). Beta yang dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar, Beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut beta akuntansi dan beta yang dihitung dengan data fundamental disebut dengan beta fundamental (Hartono, 2010:377). a) Beta Pasar Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya 60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-return pasar adalah linier, maka beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis di antara titik-titik return atau dengan teknik regresi. Teknik regresi lebih banyak digunakan karena mempunyai derajat ketepatan yang jauh lebih baik dibandingkan secara manual. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel dependen dan return-return pasar sebagai variabel independen. 16

8 Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat menggunakan model indeks tunggal atau bisa juga menggunakan model CAPM (Capital Asset Pricing Model). 1) Model Indeks Tunggal (Single-Index Model) Model ini dapat digunakan untuk menghitung return ekspektasian dan risiko portofolio. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik, dan sebaliknya. Dapat dirumuskan sebagai berikut : R i = α i + β i R M + e i...(2.1) Dimana : R i = return saham ke-i α i = nilai ekspektasi return saham terhadap return pasar β i = beta saham ke-i R M = return indeks pasar e i = kesalahan residu Model indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas ke dalam dua komponen, yaitu (1) komponen return yang unik diwakili oleh α i yang independen terhadap return pasar, dan (2) komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili oleh β i R M. 2) Capital Asset Pricing Model (CAPM) Model ini digunakan untuk menentukan berapa tingkat keuntungan yang layak dari suatu investasi sehubungan dengan risiko yang akan dihadapi. 17

9 Model ini memungkinkan untuk menentukan pengukur risiko, relevan dan bagaimana hubungan antara risiko tiap aset apabila pasar modal dalam keadaan seimbang. Risiko di sini diukur dengan beta. Dapat dirumuskan sebagai berikut : R i R BR = β i (R M R BR ) + e i..(2.2) Dimana : R i = return saham ke-i R BR = return aktiva bebas risiko β i = beta saham ke-i R M = return indeks pasar e i = kesalahan residu Secara definisi beta merupakan pengukur volatilitas antara return-return suatu sekuritas dengan return-return pasar. Jika volatilitas ini diukur dengan kovarian, maka kovarian return antara sekuritas ke-i dengan return pasar adalah sebesar σ im. Jika kovarian ini dihubungkan relatif terhadap risiko pasar (yaitu dibagi dengan varian return pasar atau σ M ²), maka hasil ini akan mengukur risiko sekuritas ke-i relatif terhadap risiko pasar atau disebut dengan beta. Dengan demikian beta dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut : β i = σ im σ M ²..(2.3) atau dapat diuraikan sebagai berikut : 18

10 =..(2.4) b) Beta Akuntansi Beta akuntansi dapat dihitung dengan menggunakan data historis yang berupa data akuntansi seperti laba perusahaan dan laba indeks pasar. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama dengan beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return dengan data laba akuntansi. c) Beta Fundamental Beta menggunakan beberapa variabel fundamental. Variabel-variabel tersebut dianggap berhubungan dengan risiko, karena beta merupakan pengukur dari risiko. Dengan argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental perusahaan, maka kombinasi ini akan berguna untuk mengerti dan memprediksi beta. Risiko yang dihadapi suatu perusahaan sebenarnya lebih ditentukan pada bisnis apa yang dijalankan perusahaan (type of business), berapa besar operating leverage dan financial leverage yang dipergunakannya (Damodaran, 1999). 1. Tipe Bisnis (Type Of Business) Beta merupakan pengukuran risiko suatu perusahaan terhadap indeks pasar, semakin sensitif suatu bisnis terhadap kondisi pasar, maka 19

11 semakin tinggi pula beta perusahaan. Selain itu perusahaan yang bisnisnya bersifat musiman (cyclical firms) akan memiliki beta yang lebih tinggi dibandingkan dengan non-cyclical firms. Contoh perusahaan cyclical adalah perusahaan baja, semen, kertas, mesin, properti, otomotif, yang lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi akan mempunyai beta yang lebih tinggi daripada perusahaan di bidang makanan, obat, dan rokok yang merupakan perusahaan non-cyclical, yang relatif tidak sensitif terhadap siklus bisnis. Jadi dapat dikatakan bahwa sektor bisnis perusahaan juga mempengaruhi nilai beta. 2. Operating Leverage Operating Leverage adalah perpaduan relatif dari biaya tetap dan biaya variabel yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Bermacam metode untuk memproduksi suatu produk atau jasa mungkin terjadi, dimana perusahaan mengeluarkan lebih banyak untuk biaya tetap dan lebih sedikit pada biaya variabel, atau sebaliknya. Penurunan pada biaya variabel per unit menimbulkan kenaikan margin kontribusi (harga jual dikurangi biaya variabel). Dengan margin kontribusi yang lebih besar, keuntungan perusahaan lebih sensitif terhadap perubahan penjualan. Perubahan kecil pada penjualan mengakibatkan perubahan besar dalam keuntungan karena fixed cost tetap dikeluarkan. Sebaliknya, kenaikan biaya variabel per unit menyebabkan penurunan margin kontribusi. Dengan margin kontribusi yang lebih kecil, perubahan laba yang disebabkan oleh tingkat perubahan penjualan tidak 20

12 akan sama besar. Oleh karena itu, menurunkan biaya variabel per unit (dengan menaikkan biaya tetap) meningkatkan sensitifitas laba perusahaan terhadap perubahan tingkat penjualan. Jadi kenaikan fixed cost sama dengan kenaikan operating leverage (Emery, Finnerty, dan Stowe, 2004:318). 3. Financial Leverage Risiko keuangan adalah risiko yang terjadi karena perusahaan menggunakan pinjaman modal atau utang. Pengelolaan suatu perusahaan terhadap tingkat risiko keuangan yang ada selalu berhubungan dengan financial leverage. Financial leverage adalah kemungkinan tambahan keuntungan bersih yang disebabkan oleh adanya biaya tetap yang dibayarkan dalam bentuk bunga dalam struktur modal perusahaan. Masalah financial leverage terjadi apabila menggunakan dana dengan biaya tetap. Financial leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan banyak menggunakan utang dalam struktur modalnya. Semakin besar utang semakin besar pula beban bunga yang harus dibayar setiap tahunnya, sehingga akan meningkatkan financial leverage. II.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi beta telah dilakukan oleh Hadianto dan Tjun (2009) yang hasilnya DOL dan DFL tidak berpengaruh terhadap beta saham, yang hasilnya mirip dengan hasil penelitian Sufiyati dan Na im (1998) bahwa 21

13 DOL tidak berpengaruh terhadap beta saham. Ukuran perusahaan merupakan variabel yang secara konsisten berpengaruh secara positif terhadap risiko beta, sedangkan variabel industri tidak berpengaruh, dan variabel leverage operasi dan leverage finansial memberikan hasil yang tidak konsisten antara satu skenario metode pengukuran dengan skenario metode pengukuran yang lain. Soedijanto, Mediawati dan Widaningsih (2009) meneliti tentang pengaruh operating leverage dan firm size terhadap financial leverage dan implikasinya terhadap risiko sistematis saham, yang menghasilkan bahwa operating leverage dan firm size secara parsial berpengaruh positif terhadap risiko sistematis saham, sedangkan financial leverage berpengaruh negatif terhadap risiko sistematis saham. Miswanto dan Husnan (1999) melakukan penelitian untuk menganalisa pengaruh operating leverage, cyclicality dan firm size terhadap risiko bisnis. Risiko bisnis dalam hal ini diukur dengan beta. Hasil penelitian dengan uji parsial menunjukkan bahwa variabel cyclicality dan firm size mempunyai pengaruh signifikan, tetapi operating leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap beta. Pengujian secara simultan juga menunjukkan bahwa variabel cyclicality dan firm size memiliki pengaruh signifikan terhadap beta. Beberapa penelitian lain yang hasilnya berbeda antara lain penelitian yang dilakukan oleh Alaghi (2011) menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh positif pada beta saham, tetapi menurut temuan Al-Qaisi (2011) financial leverage berpengaruh negatif pada beta saham. Lalu variabel operating leverage menurut penelitian Kartikasari (2007) berpengaruh secara negatif terhadap beta saham. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salama daan Nguyen (2005) bahwa 22

14 operating leverage menunjukkan pengaruh positif terhadap beta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

15 Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu No Peneliti Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Bram Hadianto dan Lauw Tjun Tjun 2009 Pengaruh Leverage Operasi, Leverage Keuangan dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Risiko Sistematik Saham 2 Sufiyati dan Na im 1998 Pengaruh Leverage Operasi dan Leverage Finansial Terhadap Risiko Sistematik Saham 3 Karli Soedijatno, Elis Mediawati dan Mimin Widaningsih 4 Aly Salama dan Duc Tuan Nguyen 2009 Pengaruh Operating Leverage dan Firm Size Terhadap Financial Leverage dan Implikasinya Terhadap Risiko Sistematis Saham 2005 The Association Between Accounting and Market- Based Risk Measures 5 Kheder Alaghi 2011 Financial Leverage and Systematic Risk 6 Lisa Kartikasari 2007 Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Risiko Sistematik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ 7 Khaldoun M. Al- Qaisi 8 Miswanto dan Husnan 2011 The Economic Determinants of Systematic Risk in the Jordanian Capital Market 1999 The Effect of Operating Leverage, Cyclicality, and Firm Size on Business Risk Sumber: Ringkasan Jurnal-Jurnal Leverage Operasi, Leverage Keuangan, Dummy Variabel Leverage Operasi, Leverage Finansial, Ukuran, Jenis Industri Operating Leverage, Size, Financial Leverage Operating Leverage, Financial Leverage, Financial Leverage, Beta Leverage Operasi, Leverage Finansial, Size, Profitabilitas Financial Leverage, Operating Leverage, Size, Dividend Yields, Market Capitalization, Inflation Rate, Government Deficit Operating Leverage, Cyclicality, Firm Size Leverage operasi dan leverage keuangan tidak berpengaruh signifikan, sedangkan beta saham sektor pertambangan LQ45 lebih tinggi daripada yang tidak LQ45 Ukuran konsisten berpengaruh positif terhadap beta, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan Operating leverage dan firm size berpengaruh positif terhadap beta, sedangkan financial leverage berpengaruh negatif terhadap beta Operating leverage berpengaruh positif terhadap beta dan operating leverage memiliki dampak yang lebih besar terhadap beta dibandingkan financial leverage Financial leverage berpengaruh positif terhadap risiko sistematik Leverage operasi berpengaruh negatif terhadap risiko sistematik, sedangkan leverage finansial berpengaruh tidak signifikan terhadap risiko sistematik Size berpengaruh positif terhadap beta, financial leverage berpengaruh negatif terhadap beta, sedangkan government deficit dan inflation berpengaruh positif terhadap beta Cyclicality berpengaruh positif terhadap risiko bisnis, firm size berpengaruh negatif terhadap risiko bisnis, dan operating leverage tidak berpengaruh terhadap risiko bisnis. 24

16 II.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh operating leverage, financial leverage, dan cyclicality terhadap beta saham. Agar memudahkan dalam melakukan penelitian, dibuat skema hubungan antar variabel tersebut untuk menjadi arahan dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta analisisnya. Dapat dilihat pada Gambar 2.3. Operating Leverage Financial Leverage Beta Saham Cyclicality (Variabel Independen) (Variabel Dependen) Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis II.3.1 Pengaruh Operating Leverage Terhadap Beta Saham Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap (operating fixed cost), maka perusahaan menggunakan operating leverage. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang lebih besar. Perhitungan hasil penggunaan biaya operasi tetap (fixed cost) terhadap laba sebelum bunga dan pajak disebut dengan degree of operating leverage (DOL). 25

17 Tujuan utama mengetahui hubungan antara operating leverage dengan risiko bisnis adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai risiko yang dihasilkan dari proses operasi perusahaan pada pasar modal. Pada skala perusahaan, hubungan antara keputusan operasi dan risiko (risiko yang menyangkut harga saham) adalah penting, karena secara umum diasumsikan bahwa manajemen mencoba untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Sedangkan pada skala investor, dengan mengetahui hubungan tersebut akan meningkatkan prediksi risiko dalam seleksi portofolio berdasarkan informasi mengenai perubahan operasional yang diharapkan. Biaya tetap adalah biaya yang signifikan dalam unit yang diproduksi, bila penjualan turun, penurunan tersebut akan mengakibatkan laba juga mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan, apabila penurunan penjualan sangat besar maka biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan tidak dapat dipenuhi oleh penjualan, akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian. Jadi, fluktuasi penjualan mempunyai pengaruh yang besar terhadap laba perusahaan pada perusahaan dengan operating leverage yang tinggi. Operating leverage yang tinggi mencerminkan biaya tetap yang tinggi yang harus ditanggung oleh perusahaan. Semakin tinggi operating leverage perusahaan maka akan semakin besar fluktuasi penjualan yang akan mempengaruhi laba. Fluktuasi laba tersebut mencerminkan risiko bisnis perusahaan. Maka perumusan hipotesis adalah : Hipotesis satu : Operating Leverage berpengaruh positif terhadap beta saham. 26

18 II.3.2 Pengaruh Financial Leverage Terhadap Beta Saham Secara umum dana dapat diperoleh dari dalam perusahaan (berupa laba ditahan) maupun dari luar perusahaan (berupa utang). Berbagai cara dilakukan perusahaan untuk memenuhi dana kegiatan operasional perusahaan, salah satunya dengan utang. Penggunaan utang ini menimbulkan financial leverage karena perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap berupa beban bunga yang dibayarkan secara berkala tanpa mempertimbangkan berapa besar keuntungan yang akan diterima perusahaan. Financial leverage menunjukkan penggunaan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan harapan akan dapat memberikan tambahan keuntungan dari beban tetapnya sehingga meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Financial leverage dapat diukur dengan menggunakan degree of financial leverage (DFL). DFL adalah persentase perubahan EPS perusahaan yang dihasilkan dari 1% perubahan dalam laba operasional (EBIT). Financial leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan banyak menggunakan utang, yang berarti proporsi modal semakin kecil, sehingga semakin tinggi risiko keuangan yang dihadapi oleh pemilik modal. Maka perumusan hipotesis adalah : Hipotesis dua : Financial Leverage berpengaruh positif terhadap beta saham. II.3.3 Pengaruh Cyclicality Terhadap Beta Saham Cyclicality menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh konjungtor perekonomian. Ketika kondisi perekonomian membaik, semua perusahaan 27

19 akan merasakan dampak positif. Pada saat resesi, semua perusahaan akan terkena dampak negatif dan yang membedakan adalah intensitasnya. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang mempunyai risiko yang tinggi, dan sebaliknya. Variabel cyclicality disini diproksi dengan variabel dummy. Dummy variable adalah variabel yang merepresentasikan kuantifikasi dari variabel kualitatif. Misalnya: jenis kelamin, pendidikan, lokasi, situasi, kualitas, dan lainnya. Keberadaan variabel dummy di dalam model adalah membuat perbedaan nilai antar kategori tersebut. Variabel dummy sering juga disebut variabel boneka, binary, ataupun kategori. Dummy memiliki nilai 1 untuk salah satu kategori dan 0 untuk kategori yang lain. Variabel dummy yang digunakan didasarkan pada dua kategori. Perusahaan yang termasuk pada kategori pertama adalah perusahaan manufaktur yang merupakan noncyclical firm (D=0), yaitu perusahaan yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro. Merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor yang selalu dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, yaitu consumer goods. Perusahaan yang termasuk pada kategori kedua adalah perusahaan manufaktur yang merupakan cyclical firm (D=1), yaitu perusahaan yang terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro. Merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor selain consumer goods. Semakin sensitif suatu bisnis terhadap kondisi pasar, dapat dikatakan semakin tinggi pula beta perusahaan, maka perumusan hipotesis adalah : Hipotesis tiga : Cyclicality berpengaruh positif terhadap beta saham. 28

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Literatur Tinjauan literatur merupakan pembahasan teori-teori yang menjadi dasar dalam penelitian. II.1.1 Risiko Saham Pada umumnya dalam setiap alternatif investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan. Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan. Pasar keuangan ini meliputi kegiatan: pasar uang, pasar modal, pasar komoditi, pasar derivatif, dan pasar valuta asing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sebuah perusahaan. Karena melalui pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sebuah perusahaan. Karena melalui pasar modal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran yang penting dalam perekonomian dan juga pertumbuhan sebuah perusahaan. Karena melalui pasar modal dapat menghubungkan pihak yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian BAB IV HASIL PENGUJIAN IV.1 Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian Dari data yang telah dikumpulkan, didapat hasil perhitungan sebagai berikut : 1) Beta saham Beta merupakan suatu pengukur volatilitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Leverage Penggunaan sumber-sumber pembiayaan perusahaan, baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun sumber pembiayaan jangka panjang akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan perekonomian nasional semakin terpuruk, bahkan dampak dari krisis moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal juga tempat investasi yang sangat penting bagi investor. Investor

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal juga tempat investasi yang sangat penting bagi investor. Investor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar yang digunakan untuk berbagai macam instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Wai dan Patrick, dalam Panji dan Puji (2001) menyebutkan tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: 1. Definisi yang luas:

Lebih terperinci

Anindita Syifa Maulidia. Alamat : Jl. H. Saidi IV no.16a Cipete Selatan, Jakarta Selatan Telp :

Anindita Syifa Maulidia. Alamat : Jl. H. Saidi IV no.16a Cipete Selatan, Jakarta Selatan Telp : PENGARUH OPERATING LEVERAGE, FINANCIAL LEVERAGE, DAN CYCLICALITY TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 DAN 2011 Anindita Syifa Maulidia Alamat : Jl. H. Saidi IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat berfungsi sebagai sebuah sarana untuk mobilisasi dana yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia yang

Lebih terperinci

BAB II L ANDASAN TEORI

BAB II L ANDASAN TEORI BAB II L ANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Efficiency Market Hypothesis (EMH) Secara umum, Beaver (1989) dan Hartono (2000) menyatakan pasar efesien sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan

Lebih terperinci

PENGARUH OPERATING LEVERAGE

PENGARUH OPERATING LEVERAGE PENGARUH OPERATING LEVERAGE, FIRM SIZE DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM DENGAN FINANCIAL LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

Di dalam dunia yang sebenamya hampir semua investasi. mengandung unsur ketidakpastian. Pemodal tidak akan tahu dengan pasti

Di dalam dunia yang sebenamya hampir semua investasi. mengandung unsur ketidakpastian. Pemodal tidak akan tahu dengan pasti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Risiko Investasi Saham Di dalam dunia yang sebenamya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian. Pemodal tidak akan tahu dengan pasti hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat awal seorang investor berniat melakukan transaksi di pasar modal, biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini 24 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Portofolio Portofolio optimal dapat ditentukan mengunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Harry M. Markowitz

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 telah memberikan dampak yang buruk pada hampir semua sektor, terutama sektor ekonomi. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikutip dari situs

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikutip dari situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang dikutip dari situs http://bisniskeuangan.kompas.com, bahwa para investor Indonesia mulai tertarik untuk melakukan investasi dalam bentuk saham berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dari investasinya tersebut. Investasi yang akan dilakukan oleh investor

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dari investasinya tersebut. Investasi yang akan dilakukan oleh investor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang tidak stabil dewasa ini tidak menghilangkan minat investor untuk menanamkan kelebihan dananya keberbagai sektor industri. Dengan menginvestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental terhadap beta saham perusahaan. Penelitian ini penting karena dalam melakukan investasi, setiap

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi 2.1.1. Tipe Tipe Investasi Menurut Jogiyanto (2003), terdapat 2 tipe investasi, yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. 1. Investasi Langsung Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi

Lebih terperinci

earnings per share (EPS), dan volume perdagangan] terhadap risiko sistematis

earnings per share (EPS), dan volume perdagangan] terhadap risiko sistematis BABV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya bahwa tujuan peneilitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi (tingkat inflasi, tingkat

Lebih terperinci

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini pasar modal merupakan salah satu sarana informasi yang banyak diminati oleh para investor. Pasar modal sebagai sarana investasi, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang investor dalam melakukan investasi dihadapkan pada 2 hal, resiko dan return. Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan tidak terlepas dari risiko, karena suatu perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan tidak terlepas dari risiko, karena suatu perusahaan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak terlepas dari risiko, karena suatu perusahaan akan melakukan analisis risiko saat menilai apakah akan terus menjalankan usahanya tersebut. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. aset atau modal yang memiliki biaya tetap (hutang atau saham) dalam rangka

BAB II LANDASAN TEORITIS. aset atau modal yang memiliki biaya tetap (hutang atau saham) dalam rangka BAB II LANDASAN TEORITIS A.Teori-teori 1. Pengertian dan Jenis Leverage a. Pengertian Leverage Leverage merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset atau modal yang memiliki biaya tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu, kombinasi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Variabel leverage operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bursa efek dirancang untuk dapat digunakan sebagai tempat untuk berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat pertemuan antara penjual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal secara perlahan telah tumbuh menjadi bagian penting dari tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari masyarakat melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan menerbitkan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Risiko Investasi Pada Saham, pernah dilakukan oleh Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan Properti yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

Dua model keseimbangan:

Dua model keseimbangan: Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) CAPM adalah model hubungan antara tingkat return harapan dari suatu aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya

BAB I PENDAHULUAN. modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang mendukung kepercayaan pemodal terhadap pasar modal adalah persepsi mereka akan kewajaran harga sekuritas (saham). Dalam keadaan seperti

Lebih terperinci

ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN ASSET SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BETA SAHAM PADA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN ASSET SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BETA SAHAM PADA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN ASSET SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BETA SAHAM PADA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Oleh : LISA WIDIASARI 0813315028 / FE / EA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut terbukti dari pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan tingkat bunga yang relatif rendah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan (Signalling Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan (Signalling Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan perusahaan terhadap keputusan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Statement of Financial Accounting Concepts No.1 tujuan pertama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor, calon investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa resiko berinvestasi dalam obligasi relatif kecil. Apabila investor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa resiko berinvestasi dalam obligasi relatif kecil. Apabila investor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saham merupakan sekuritas yang lebih beresiko apabila dibandingkan dengan sekuritas lain misalnya obligasi. Apabila investor berinvestasi pada obligasi maka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi 19 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Investasi Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal tidak dilakukan dengan cara bertemu langsung antara penjual

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal tidak dilakukan dengan cara bertemu langsung antara penjual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal pada hakikatnya memiliki sifat yang sama dengan pasar barang atau pasar tradisional pada umumnya. Karena dalam pasar modal terdapat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang dilakukannya. Investor hanya dapat memperkirakan hasil dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang dilakukannya. Investor hanya dapat memperkirakan hasil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang [8]. Dalam berinvestasi, investor tidak tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko portofolio yang tidak dapat divariasikan, semakin tinggi pula laba yang

BAB I PENDAHULUAN. resiko portofolio yang tidak dapat divariasikan, semakin tinggi pula laba yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu implikasi penting dalam teori keuangan modern adalah semakin tinggi resiko portofolio yang tidak dapat divariasikan, semakin tinggi pula laba yang diharapkan.

Lebih terperinci

OPERATING LEVERAGE DAN RISIKO SISTEMATIK PERUSAHAAN. Retno Yulianti Zuhrohtun Fakultas Ekonomi Akuntansi UPN Veteran Yogyakarta

OPERATING LEVERAGE DAN RISIKO SISTEMATIK PERUSAHAAN. Retno Yulianti Zuhrohtun Fakultas Ekonomi Akuntansi UPN Veteran Yogyakarta OPERATING LEVERAGE DAN RISIKO SISTEMATIK PERUSAHAAN Retno Yulianti Zuhrohtun Fakultas Ekonomi Akuntansi UPN Veteran Yogyakarta ABSTRACT The objective of this research is to test the effect of operating

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang surplus dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang surplus dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam pengertian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tujuan sistem keuangan adalah untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang surplus dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam pengertian pengertian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi adalah penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini berkembang pesat, terlebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini berkembang pesat, terlebih dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dewasa ini berkembang pesat, terlebih dalam menghadapi situasi perekonomian yang semakin terbuka, dimana teknologi berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi di Indonesia merupakan salah satu cara yang banyak diminati masyarakat dalam memperoleh keuntungan dana guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 berdampak pada stabilitas keuangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia berlomba-lomba membeli Dolar. Situasi tersebut

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan, dan juga sebagai salah satu alternatif investasi bagi para investor. Pasar

Lebih terperinci