IDENTIFIKASI BLACKSPOT DI KABUPATEN GIANYAR
|
|
- Farida Atmadjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI BLACKSPOT DI KABUPATEN GIANYAR
2 IDENTIFIKASI BLACKSPOT DI KABUPATEN GIANYAR ( Kasus : Jalan Palguna - Ketewel ) Oleh : Ir. A.A.Ngr,Agung Jaya Wikrama, MT NIP I Nyoman Karnata Mataram,ST,MT NIP JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2017
3 INFORMASI UMUM
4 U Gambar peta udara dari Jalan Palguna yang ditinjau yaitu dimulai dari titik yang ditandai dengan simpang APILL menuju Jalan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra hingga titik yang ditandai dengan simpang NON-APILL menuju Jalan Pratu Made. Panjang ruas jalan yang ditinjau yaitu sepanjang 1,1 kilometer. Pada jalan Palguna ini terdapat 2 tikungan yang salah satunya merupakan titik. Sepanjang jalan yang ditinjau, tidak terdapat tanjakan maupun turunan dengan perbedaan elevasi yang tinggi, jadi jalan ini termasuk jalan yang landai atau datar. Menurut data yang diperoleh dari kepolisian daerah Bali, terdapat satu titik pada Jalan Palguna ini yaitu pada yang berupa tikungan tajam. Sepanjang lokasi yang ditinjau, Jalan Palguna ini termasuk kedalam tipe jalan 2/2 UD yang artinya jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi. Selain itu, Jalan Palguna ini termasuk jalan kelas IIIC dengan fungsi jalan lokal.
5 Pada Jalan Palguna ini terdapat alinyemen horizontal berupa tikungan. Sepanjang ruas Jalan Palguna yang ditinjau terdapat 2 tikungan yaitu pada dan Dari tikungan pada jalan palguna yang ditinjau, dapat dilihat pada gambar salah satu tikungan yang termasuk tikungan yang terlampau tajam dan membahayakan. Kombinasi lengkung yang tak baik pada tikungan ini akan mengurangi kapasitas jalan, dan kenyamanan serta keamanan pengguna jalan. Alinyemen horizontal berupa tikungan tajam yang berbahaya ini terletak pada titik yang sekaligus menjadi titik. U Alinyemen vertikal berupa jalan tanjakan dan turunan. Pada bagian jalan yang ditinjau terlihat terdapat alinyemen vertikal. Jalan Palguna sejauh yang ditinjau memiliki alinyemen vertikal yang termasuk landai. Pada titik ini, memiliki jalan yang landai sehingga pengendara yang melintas dapat melihat pengendara lain yang datang dari arah berlawanan, sehingga memberi rasa aman dan nyaman bagi pengendara.
6 U Sepanjang ruas Jalan Palguna yang ditinjau terlihat sama sekali tidak ada marka tengah yang membantu mengetahui batas antar lajur bagi pengendara yang akan melintas pada Jalan Palguna ini. Pada bagian marka tengah, tidak terlihat adanya marka putus - putus disepanjang jalan sebagai batas antar lajur dan pada marka putus putus pengendara juga diingatkan bahwa pada marka ini masih bisa menyalip kendaraan yang ada didepannya tergantung dengan kondisi volume jalan jika memungkinkan. Tidak ada marka menerus pada bagian Jalan Palguna yang ditinjau sebagai peringatan kepada pengendara yang ingin menyalip kendaraan yang ada didepannya agar tidak menyalip pada titik-titik tertentu yang terdapat marka menerus seperti pada tikungan. Selain itu, tidak ada marka tepi yang membatasi antara bahu jalan dengan jalur lalu lintas untuk memberi peringatan kepada pengendara yang melintas agar mengetahui batas antara lajur yang dapat ditempuh dengan bagian bahu jalan
7 Terdapat dua buah saluran drainase pada Jalan Palguna yang memiliki dimensi lebar 1 meter dengan kedalaman 1 meter. Saluran drainase tersebut terletak pada bagian kiri jalan dan kanan jalan. Sepanjang jalan yang ditinjau, saluran drainase pada Jalan Palguna termasuk drainase terbuka. Kondisi saluran drainase pada Jalan Palguna masih cukup baik. Saluran drainase ini sangat penting untuk menyalurkan air permukaan agar tidak menggenang pada bagian perkerasan jalan, yang selanjutnya aliran drainase ini akan bermuara di sungai. U Pada Jalan Palguna tidak terlihat adanya lampu penerangan jalan. Lampu penerangan jalan ini sangat penting karena berfungsi agar pengendara yang melintas dapat melihat dengan jelas kondisi jalan dan lajur jalan terutama pada saat malam hari. Minimnya lampu penerangan jalan pada lokasi ini menambah ensi terjadinya kecelakaan terutama pada malam hari karena pengendara yang melintas tidak dapat melihat dengan jelas.
8 U Di sepanjang Jalan Palguna yang ditinjau, tidak terlihat adanya fasilitas bagi pejalan kaki. Fasilitas bagi pejalan kaki ini sangat penting adanya, karena berfungsi sebagai jalur pejalan kaki untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang melintas disepanjang Jalan Palguna ini. Tidak terdapatnya fasilitas bagi pejalan kaki menyebabkan pejalan kaki yang melintas pada Jalan Palguna ini mengambil bagian dari perkerasan jalan sebagai tempat untuk melintas. Hal ini tentu membahayakan karena dapat mengganggu arus lalu lintas serta membahayakan keselamatan pejalan kaki itu sendiri. Selain itu, tidak terdapat zebra cross disepanjang Jalan Palguna yang digunakan oleh pejalan kaki sebagai tempat untuk menyebrang atau melintas antar jalur. Dengan adanya zebra cross pejalan kaki akan memiliki akses khusus untuk menyebrang jalan, sehingga pengemudi yang melintas pun dapat berhati hati saat berada di dekat lokasi yang terdapat zebra cross. Hal ini tentu akan mengurangi ensi terjadinya kecelakaan pada Jalan Palguna.
9 Sepanjang Jalan Palguna ini juga terlihat tidak adanya rambu-rambu lalu lintas yang seharusnya berfungsi membantu pengendara agar lebih berhati-hati saat mengemudi. Tidak terlihat adanya rambu peringatan persimpangan tiga sisi tipe T, sehingga pengemudi yang akan melintasi Jalan Palguna ini tidak mengetahui adanya persimpangan tiga sisi dalam jarak dekat dan tidak terdapat juga rambu peringatan kecepatan maksimal pada jalan ini sehingga pengendara yang melintas tidak mengetahui batas kecepatan maksimum yang dapat ditempuh. Pada jalan ini tidak terlihat rambu peringatan akan adanya tikungan. U Tata guna lahan yang ada pada Jalan Palguna ini termasuk tata guna lahan pemukiman. Pada Jalan Palguna yang ditinjau mulai dari titik sampai titik terdapat banyak masyarakat yang membuka usaha, akan tetapi pada lokasi ini lebih dominan permukiman, sehingga tata guna lahan yang terdapat pada Jalan Palguna yang ditinjau termasuk tata guna lahan pemukiman.
10 100 Badan Jalan RUMAJA RUMIJA 100 Gambar ongan melintang Jalan Palguna di titik dapat dilihat lebar perkerasan jalan yang ditinjau yaitu 4,60 meter dengan lebar setiap lajurnya 2,30 meter. Pada Jalan Palguna terdapat drainase terbuka dengan dimensi lebar 1 meter dan kedalaman 1 meter disebelah kanan dan kiri jalan. Bahu jalan disepanjang Jalan Palguna ini memiliki lebar 1 meter. RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan) pada Jalan Palguna memiliki lebar 8,6 meter, dimana merupakan ruang fungsi jalan sebagai sarana lalu lintas. Sedangkan, RUMIJA (Ruang Milik Jalan) ini memiliki lebar 10,6 meter yang terhitung dari pagar rumah disebelah kiri jalan hingga pagar rumah warna disebelah kanan jalan.
11 ANALISIS LOKASI
12 U Blacks adalah suatu titik atau area yang menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah rawan kecelakaan yang dapat dilihat dari data kecelakaan dalam satu tahun (sumber : google, 2017). Berdasarkan dari data kepolisian daerah Bali, diketahui bahwa pada Jalan Palguna ini terdapat satu titik, yaitu pada. Dilihat dari kondisi geometrik jalan titik ini, dikatakan sebagai titik karena alinyemen horizontal berupa tikungan yang terlampau tajam serta minimnya kelengkapan jalan seperti : tidak terdapat marka, jarak pandang terbatas, kurangnya rambu rambu lalu lintas, minimnya lampu penerangan jalan di sepanjang Jalan Palguna yang ditinjau, serta kurangnya alat pengaman jalan disepanjang jalan. Menurut ilmu geometrik jalan, seharusnya keadaan seperti ini tidak boleh terjadi pada tikungan. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk menentukan bahwa pada Jalan Palguna yang ditinjau pada titik ini layak untuk dijadikan sebagai titik
13 U Terlihat pada gambar tikungan di titik, jarak pandang pengendara yang terbatas dikarenakan adanya tembok yang terlampau tinggi sehingga membatasi jarak pandang pengendara. Jarak pandang yang merupakan panjang bagian jalan di depan pengemudi haruslah dapat dilihat dengan jelas oleh pengemudi. Karena jarak pandang pada titik ini tidak dapat dilihat dengan jelas, jadi diperlukan penambahan lensa cembung. Lensa cembung ini sangat dibutuhkan pada jalan ini karena lensa cembung berfungsi sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor yang umumnya dipasang pada tepi jalan karena pandangan pengemudi kendaraan sangat terhalang ( sumber : Google, 2017). Kaca cembung pada tikungan tersebut masih kurang diperhatikan keberadaannya. Tidak terpasang kaca cembung pada tikungan ini akan menambah resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Jadi, sangat diperlukan untuk menambahkan kaca cembung pada tikungan untuk dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas dan menambah rasa aman bagi pengendara yang melintasi Jalan Palguna ini
14 U Pada Jalan Palguna ini terdapat alinyemen horizontal. Alinyemen horizontal yang terdapat pada titik ini termasuk tikungan yang tajam karena jari jari pada tikungan ini termasuk kecil. Kombinasi lengkung yang tak baik pada tikungan ini akan mengurangi kapasitas jalan. Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali tidak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Dapat dilihat pada gambar sebuah truk yang melintasi Jalan Palguna ini tepat pada tikungan menghabiskan bahkan melewati batasan lajur yang telah disediakan. Truk besar dengan manuver panjang sehingga banyak menghabiskan tempat saat menikung. Pada kondisi seperti ini, diperlukan pelebaran perkerasan jalan pada tikungan tikungan tajam seperti pada titik di Jalan Palguna ini. Dengan demikian akan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas pada titik yang disebabkan oleh kendaraan yang keluar dari lajur. Dengan adanya pelebaran jalan, pengendara merasa aman dan nyaman saat melintasi daerah sepanjang Jalan Palguna ini.
15 U Garis marka pada jalan memiliki peran yang sangat penting pada jalan raya. Marka jalan berfungsi untuk membantu pengemudi memposisikan kendaraan pada lajur yang tepat dan sebagai panduan untuk pengemudi saat akan menyalip kendaraan di depannya. Sepanjang jalan yang ditinjau dapat dilihat tidak terdapat marka, baik marka tengah maupun marka tepi. Tidak terdapatnya marka putus putus, marka tengah, dan marka tepi di sepanjang Jalan Palguna menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi kecelakaan. Sangat diperlukan penambahan marka pada Jalan Palguna ini, baik marka tengah, marka putus putus, marka tengah ganda menerus pada tikungan maupun marka tepi. Dengan ditambahkannya marka marka tersebut pada Jalan Palguna, pengemudi dapat mengetahui titik tertentu yang diperbolehkan menyalip, batasan lajur saat menikung dan sebagai tanda bahwa resiko melintasi garis ini teramat berbahaya jika ingin menyalip kendaraan di depannya. Dengan demikian, angka kecelakaan yang dikarenakan pengemudi melewati batas lajur dapat diminimalisir saat melintasi Jalan Palguna ini.
16 U Nampak pada gambar minimnya penerangan jalan sepanjang Jalan Palguna yang ditinjau ini juga menjadi pertimbangan untuk menentukan titik pada Jalan Palguna ini menjadi titik. Pada titik ini terdapat satu lampu penerangan jalan dengan kondisi rusak. Kurangnya penerangan jalan di sepanjang Jalan Palguna ini mengakibatkan pengendara yang melintas tidak dapat melihat dengan jelas terutama pada saat malam hari. Disepanjang ruas Jalan Palguna yang dipantau hanya terdapat satu buah lampu penerangan jalan yang terletak tepat pada tikungan dan kondisinya sudah tidak berfungsi dengan baik. Perlu adanya perbaikan pada lampu penerangan jalan yang terdapat tepat pada titik, akan lebih baik lagi apabila sepanjang Jalan Palguna sebelum maupun sesudah titik juga diberikan lampu penerangan jalan yang cukup memadai. Dengan demikian, para pengguna jalan merasa aman dan nyaman saat berkendara melintasi daerah tersebut. Lampu penerangan jalan sangat penting bagi pengguna jalan, karena dapat mempermudah pejalan kaki maupun pengendara kendaran untuk dapat melihat lebih jelas jalan yang akan dilalui terutama pada malam hari.
17 U Banyaknya kecelakaan yang terjadi di titik tersebut, dikarenakan banyaknya pengendara tidak mengetahui adanya tikungan. Tidak ada rambu rambu yang mengingatkan agar pengendara lebih berhati hati, seperti rambu peringatan, rambu larangan maupun perintah di sepanjang Jalan Palguna ini. Oleh karena tikungan pada Jalan Palguna ini merupakan titik, jadi seharusnya kelengkapan jalan seperti rambu peringatan, larangan dan rambu perintah perlu diperhatikan keberadaannya. Akan lebih baik jika pada titik 100 meter sebelum titik diberikan rambu peringatan tikungan. Jadi pengendara dapat mengatur kecepatannya terutama saat mendekati tikungan tersebut. Selain itu, diperlukan juga rambu peringatan daerah rawan kecelakaan dan juga diperlukan penambahan rambu peringatan hati hati di sepanjang jalan tersebut, agar dapat meminimalisir kecelakaan antara pengendara kendaraan dengan para pejalan kaki. Rambu kecepatan maksimum juga perlu ditambahkan agar pengendara mengetahui batas kecepatan maksimum yang dapat ditempuh pada jalan ini. Diperlukan juga rambu peringatan akan ada persimpangan dengan tipe T
18 U Kurangnya pengamanan jalan di sepanjang Jalan Palguna ini terutama tepat pada tikungan menyebabkan banyaknya kecelakaan yang terjadi di Jalan Palguna. Sangat diperlukan pemasangan alat pengaman jalan seperti guardrail pada Jalan palguna ini. Guardrail merupakan sistem pengaman kendaraan yang terbuat dari rail besi atau baja panjang sebagai pagar pada jalan jalan yang berbahaya seperti tikungan tajam dan akan lebih baik lagi apabila ditambahkan pemantul cahaya pada guardrail. Apabila diberikan alat pengaman jalan, maka jika terjadi kecelakaan setidaknya dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan yang fatal. Sampai saat ini teknologi guardrail ini dapat dikatakan paling aman untuk digunakan sebagai pembatas jalan, karena alat ini dapat membuat kendaraan tidak melintas keluar jalur saat mengalami kecelakaan, sehingga dapat meminimalisirkan terjadinya kecelakaan. Selain itu diperlukan juga penambahan paku jalan yang dilengkapi dengan reflektor yang digunakan sebagai reflektor marka jalan khususnya pada pada malam hari sehingga pengendara dapat melihat dengan jelas garis marka.
19 U Sepanjang Jalan Palguna yang ditinjau, tidak terlihat adanya fasilitas bagi pejalan kaki. Jalan Palguna letaknya berdekatan dekat Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, seperti yang diketahui Jalan By Pass Ida Bagus Mantra merupakan jalan yang sangat padat dan sering terjadi kemacetan. Jadi semakin lama Jalan Palguna ini akan menjadi jalan alternatif bagi pengendara, sehingga mengakibatkan Jalan Palguna ini menjadi padat. Dikarenakan tata guna lahan disepanjang Jalan Palguna termasuk tata guna lahan pemukiman, maka banyak masyarakat yang berjalan kaki disepanjang Jalan Palguna tersebut tidak disediakannya fasilitas bagi pejalan kaki mengakibatkan pejalan kaki berjalan pada bahu jalan dan menyebrang disembarang tempat sehingga terjadi side friction. Dengan demikian diperlukan adanya penambahan fasilitas yang memadai bagi pejalan kaki. Diperlukan penambahan trotoar agar pejalan kaki tidak berjalan pada bahu jalan hingga kebagian jalur lalu lintas. Selain itu, juga diperlukan penambahan zebra cross sebagai tempat penyebrangan jalan, sehingga para pejalan kaki dapat merasa aman dan nyaman.
BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai
19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,
18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA
ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA TUGAS AKHIR Program S1 Oleh I DEWA AYU SRI EKA YADNYANI ( 0219151052 ) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK 2009 PERNYATAAN Dengan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,
Lebih terperinciLAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR
A.1. A.1.1. A.1.1.1. Lajur Lalu-lintas A.1.1.2. Bahu A.1.1.3. Median A.1.1.4. Selokan Samping UJI FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK Potongan melintang badan jalan Lebar lajur Fungsi jalan Jumlah lajur Arus Lalu-lintas
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMBAHASAN 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia
Lebih terperinciPenampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar
Penampang melintang merupakan bentuk tipikal Potongan jalan yang menggambarkan ukuran bagian bagian jalan seperti perkerasan jalan, bahu jalan dan bagian-bagian lainnya. BAGIAN-BAGIAN DARI PENAMPANG MELINTANG
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Daerah Rawan Kecelakaan Daerah rawan kecelakaan yang terdapat pada ruas Jogja-Solo
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG
BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG Memperhatikan penampang melintang jalan sebagaimana Bab I (gambar 1.6 dan gambar 1.7), maka akan tampak bagian-bagian jalan yang lazim disebut sebagai komponen penampang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
147 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian Analisis Kelaikan Fungsi Jalan Secara Teknis dengan Metode Kuantitatif dimaksudkan untuk menilai fungsi suatu ruas jalan ditinjau dari segi teknis.
Lebih terperinciPOTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);
POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Pengertian Umum Potongan melintang jalan (cross section) adalah suatu potongan arah melintang yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, sehingga dengan potongan melintang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan
Lebih terperinciSpesifikasi geometri teluk bus
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi geometri teluk bus ICS : 93.080.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Lebih terperinciEVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta
EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta 2+223.92 Sta 3+391.88) JURNAL PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan
BAB V MEDIAN JALAN 5.1 Macam-macam Median Jalan 1. Pemisah adalah suatu jalur bagian jalan yang memisahkan jalur lalulintas. Tergantung pada fungsinya, terdapat dua jenis Pemisah yaitu Pemisah Tengah dan
Lebih terperinciPerda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.
Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS,
Lebih terperinciLAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15
LAMPIRAN A HASIL CHECKLIS LANJUAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMAAN JALAN OGAKARA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 79 80 abel 1 Kondisi Umum 1 1.1 Kelas / Fungsi Jalan 1.2 Median/Separator Kondisi Umum a ()/
Lebih terperinciKelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :
ALINYEMEN VERTIKAL 4.1 Pengertian Alinyemen Vertikal merupakan perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula aktifitas masyarakat. Salah satu aktifitas manusia yang paling penting adalah berlalu lintas.
Lebih terperinciPenempatan marka jalan
Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI ABASTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciCONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)
CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
4 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 UMUM Studi pustaka memuat uraian tentang informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas. Informasi ini dapat diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian, karangan ilmiah,
Lebih terperinciBLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012
BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, 30-31 Mei 2012 Pengemudi dan pengendara menangkap 90% informasi melalui mata mereka! Engineer harus menyampaikan informasi berguna melalui rambu-rambu dan garis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan perpindahan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat lain. Adanya pasaran suatu produk dan penanaman
Lebih terperinci2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hambatan Samping Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas akibat kegiatan di sisi jalan. Aktivitas samping
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
15 BAB III LANDASAN TEORI A. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan 1. Klasifikasi Fungsional Untuk dapat mewujudkan peranan penting jalan sesuai Undang Undang No. 22/2009 tentang lalu lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar Propinsi Bali, dan terletak kurang lebih 400 meter dari pantai lebih. Jembatan ini
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG (ZoSS). Pasal 1 (1) Pengaturan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas pada Zona Selamat Sekolah dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety
Lebih terperinciPd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan
Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan
Lebih terperinciPEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS
PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan untuk perencanaan fasilitas pengendali kecepatan lalu lintas di jalan kecuali jalan bebas hambatan.
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, MENIMBANG : a. bahwa untuk mengoptimalkan penggunaan fasilitas perlengkapan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: keselamatan pengguna jalan, kecepatan pengemudi kendaraan, ZoSS
ABSTRAK Kawasan pendidikan merupakan suatu kawasan yang rentan terjadi kecelakaan lalu lintas dan yang menjadi korban adalah para siswa. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibuatkanlah Zona Selamat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum U-Turn Menurut Tata Cara Perencanaan Pemisah (1990), median atau pemisah tengah didefinisikan sebagai suatu jalur bagian jalan yang terletak di tengah, tidak
Lebih terperinciBAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN
BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus
Lebih terperinciDEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor transportasi sangat mempengaruhi lajunya pembangunan. Transportasi dengan bermacam jenis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana transportasi sangat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Penelitian U Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Lokasi Penelitian 30 31 Pemilihan titik lokasi penelitian seperti pada Gambar 5.2, pemilihan lokasi ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Simpang Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus. Persimpangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2006 T E N T A N G MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS JALAN DALAM KOTA PANGKALPINANG DENGAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di Jalan Kalimantan Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Muara Bangkahulu Kota bengkulu. Data kecelakaan dan data lokasi yang paling rawan
Lebih terperincidi kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Fungsi Ruas Jalan Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya atau daerah milik Jalan (right of way). Pengertian Jalan meliputi badan
Lebih terperinciANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR. Kata kunci : transportasi, laik fungsi, standar teknis.
ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR H. Nur Ali 1, M. Isran Ramli 1, Wilda Isnaeni 2 Abstrak Ruas jalan arteri di Kota Makassar merupakan jalan yang berfungsi sebagai jalur transportasi masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan berkendara merupakan salah satu masalah yang selalu mendapatkan perhatian serius di setiap negara. Pencanangan Hari Keselamatan Dunia oleh WHO (World Health
Lebih terperinciMengenal Undang Undang Lalu Lintas
Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ALAT PENGENDALI LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN TIKUNGAN JALAN YOGYAKARTA - SEMARANG DI DUSUN KEDUNGBLONDO, DESA NGIPIK, KECAMATAN PRINGSURAT, TEMANGGUNG. Laporan Tugas Akhir
ANALISIS KECELAKAAN TIKUNGAN JALAN YOGYAKARTA - SEMARANG DI DUSUN KEDUNGBLONDO, DESA NGIPIK, KECAMATAN PRINGSURAT, TEMANGGUNG Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciManajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)
Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Pendahuluan Yang termasuk pejalan kaki : 1. Pejalan kaki itu sendiri
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DENGAN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RAMBU RAMBU, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK SATLANTAS POLRESTABES Bandung sebagai pihak berwajib selaku pelaksana penegakan hukum di Negara Indonesia berwenang menerbitkan SIM-C kepada pemohon SIM-C dan sebagai pihak yang melakukan pengawasan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pengolahan data pada hasil pengamatan di 2 titik lokasi keramaian yaitu jalan Kaliurang km 6 yang melintasi area depan pasar Kolombo
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Karakteristik jalan 2.1.1.Tipe Jalan Bebagai tipe jalan akan menunjukan kinerja yang berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu, tipe jalan ditunjukan dengan potongan melintang
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami
Lebih terperinciKOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI
FINAL KNKT-11-03-03-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN MOBIL GRAND MAX LUXIO BK 1394 KO TERJUN KE SUNGAI BATANG GADIS DI DESA HUSORTOLANG,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa:
66 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Hasil pengelolaan data dan analisis kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokasi kejadian
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA, SEPTEMBER 2012
i ANALISIS KECELAKAAN DITINJAU DARI FAKTOR KELENGKAPAN FASILITAS JALAN DAN GEOMETRIK (Studi Kasus di Jalan Gunung Dieng Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur yang melintasi Lereng Gunung Lawu. tajam, turunan dan tanjakan yang curam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu bidang yang sangat mengalami perubahan yang besar di jaman yang semakin maju ini. Hal ini disebabkan karena teknologi dan
Lebih terperinciBuku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)
Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL) Saka Bhayangkara Polres Bantul 2012 ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL) Alat pemberi isyarat lalu lintas berfungsi untuk mengatur
Lebih terperinciMASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA
MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan, sedangkan angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :
BAB III METODOLOGI 3.1. Bagan Alir Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : START PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER Geometrik Volume Lalu Lintas Kecepatan Kendaraan Hambatan Samping Volume
Lebih terperinciD3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisa pengamatan di lapangan, studi referensi, perhitungan dan juga hasil evaluasi mengenai KINERJA RUAS JALAN RAYA CIBIRU JALAN RAYA CINUNUK PADA
Lebih terperinciANALISIS ALINYEMEN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN RING ROAD SELATAN KM. 6 TAMAN TIRTO KASIHAN, BANTUL, DIY. Oleh : BERTHOLOMEUS LELE SIGA NPM :
ANALISIS ALINYEMEN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN RING ROAD SELATAN KM. 6 TAMAN TIRTO KASIHAN, BANTUL, DIY Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Atma Jaya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi
Lebih terperinciSISTEM DRAINASE PERMUKAAN
SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Jalan tol sebagai jalan bebas hambatan memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan jalan biasa. Akses terbatas dengan persilangan tak sebidang, kecepatan rata rata
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan 3.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut Bina Marga (1997), fungsi jalan terdiri dari : a. jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama
Lebih terperinci5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Gambar Situasi Skala 1:1000 Penentuan Trace Jalan Penentuan Koordinat PI & PV Perencanaan Alinyemen Vertikal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G PENETAPAN TANDA-TANDA/PERLENGKAPAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN NASIONAL, JALAN PROPINSI YANG BERADA DALAM IBU KOTA
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii
ABSTRAK Tingginya volume lalu lintas berpengaruh terhadap angka kecelakaan dan yang paling rentan menjadi korban kecelakaan adalah anak-anak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Badung memberi perhatian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu
Lebih terperinciterjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Operasional dan Perencanaan Jalan Luar Kota Analisis operasional merupakan analisis pelayanan suatu segmen jalan akibat kebutuhan lalu-lintas sekarang atau yang diperkirakan
Lebih terperinci