LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2009

Transkripsi

1 Nasional, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pedoman LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 ); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); Undang.

2 -2-5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 9. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4471); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 485); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); Peraturan...

3 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4693); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah 0308); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah 1508). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN TANGERANG BAB I...

4 -4- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Propinsi adalah Propinsi Banten. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Bupati adalah Bupati Tangerang. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah perangkat daerah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan pemerintahan di Daerah. 7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang yang selanjutnya disebut BAPPEDA. 8. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Banten yang selanjutnya disebut BAPPEDA Propinsi Banten. 9. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan dimasa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 10. Pembangunan Daerah adalah suatu proses yang berkesinambungan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki daerah. 11. Rencana Pembangunan Daerah adalah dokumen yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD. 12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah Dokumen Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang untuk periode 20 (dua puluh) tahun; 13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang untuk periode 5 (Lima) Tahun. 14. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/Kelurahan yang selanjutnya disingkat RPJM Desa/Kelurahan adalah Dokumen Perencanaan Desa/Kelurahan untuk periode 5 (Lima) Tahun. 15. Rencana Strategis SKPD yang selanjutnya disebut Renstra SKPD, adalah dokumen Dokumen Perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) Tahun. 16. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah dokumen Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) Tahun. 17. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disingkat RKP adalah dokumen Perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) Tahun. 18. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja SKPD adalah dokumen Dokumen Perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) Tahun. 19. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 20. Misi...

5 Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 21. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 22. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintahan Daerah untuk mencapai tujuan. 23. Fungsi adalah perwujudan tugas pemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. 24. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh BAPPEDA. 25. Program Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut program SKPD adalah sekumpulan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah. 26. Program Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut program lintas SKPD adalah sekumpulan rencana kerja beberapa satuan kerja perangkat daerah. 27. Program Kewilayahan atau Lintas Wilayah adalah sekumpulan rencana kerja terpadu antar satuan kerja perangkat daerah mengenai satu atau beberapa wilayah, daerah atau kawasan. 28. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personil (SDM), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. 29. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. 30. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah; 31. Pemangku Kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. 32. Forum SKPD adalah forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan lintas sektor sebagai wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau Gabungan SKPD. 33. Alokasi Dana Desa/Kelurahan selanjutnya disebut ADD adalah pendapatan dari Desa/ Kelurahan yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten, dan bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten. 34. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan; 35. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. 36. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. 37. Efisiensi adalah derajat hubungan antara barang/jasa yang dihasilkan melalui program/kegiatan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang/jasa tersebut yang diukur dengan biaya per unit keluaran (output). Efektifitas...

6 Efektivitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan. 39. Kinerja adalah keluaran/hasil terukur yang dapat dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dalam pelaksanaan program/kegiatan. 40. Kemanfaatan adalah kondisi yang diharapkan akan dicapai bila keluaran (output) dapat diselesaikan tepat waktu, tepat lokasi dan tepat sasaran serta berfungsi optimal. 41. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. 42. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan dalam satu program. BAB II PRINSIP, AZAS DAN TUJUAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 2 (1) Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. (2) Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing. (3) Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan. (4) Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. Pasal 3 (1) Pembangunan Daerah diselenggarakan secara demokrasi dengan prinsip-prinsip kemandirian, kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta berbasis kinerja. (2) Perencanaan Daerah disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. (3) Perencanaan Daerah diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pasal 4 Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, bertujuan untuk : a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat; b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik wilayah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah; c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan; d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan swasta; e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. BAB...

7 -7- BAB III RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 5 (1) Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi: a. Penyusunan RPJPD; b. Penyusunan RPJMD; c. Penyusunan Renstra-SKPD; d. Penyusunan RKPD; e. Penyusunan Renja-SKPD; dan f. Pelaksanaan Musrenbang Daerah. (2) Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan dilaksanakan oleh BAPPEDA bersama dengan SKPD secara terpadu sesuai dengan kewenangannya. (3) Proses Perencanaan Pembangunan Daerah, meliputi : a. Penyusunan rencana; b. Penetapan rencana; c. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan d. Evaluasi pelaksanaan rencana. (4) Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan sebagai berikut; a. RPJPD; b. RPJMD; c. Renstra SKPD; d. RKPD; dan e. Renja SKPD. BAB IV PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Kesatu RPJPD Pasal 6 RPJPD memuat Visi, Misi dan arah pembangunan daerah. Pasal 7 Urutan Penyusunan RPJPD dilakukan melalui : a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; b. Musyawarah perencanaan pembangunan; dan c. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Pasal...

8 -8- Pasal 8 Penyusunan RPJPD perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. RPJPD mengacu kepada RPJPD Provinsi dan RPJP Nasional; b. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan melalui penyelenggaraan Musrenbang RPJPD; c. Apabila RPJPD diatasnya belum tersedia, maka penyusunan RPJPD Provinsi dan atau RPJPD dilakukan melalui simultan dan terkoordinasi; d. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJPD dilakukan selambat-selambat 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJPD Provinsi; e. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD dikonsultasikan kepada Gubernur melalui Kepala BAPPEDA Propinsi sebelum ditetapkan. Bagian Kedua RPJMD Pasal 9 RPJMD merupakan penjabaran visi, misi dan program Bupati yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD dengan memperhatikan RPJMD Propinsi dan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, Lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Urutan Penyusunan RPJMD melalui kegiatan : Pasal 10 a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; b. Penyiapan rancangan rencana kerja; c. Musyawarah perencanaan pembangunan; dan d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Pasal 11 RPJMD dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. RPJMD berpedoman pada RPJPD serta memperhatikan RPJMD Propinsi dan Standar Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan; b. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan melalui penyelenggaraan Musrenbang RPJMD; c. Apabila RPJMD Propinsi belum tersedia, maka penyusunan RPJMD memperhatikan Renstra Propinsi; d. Apabila RPJPD belum ditetapkan maka penyusunan RPJMD tetap dilaksanakan dengan mengesampingkan RPJPD; e. RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Bupati paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Bupati dilantik; f. Rancangan Peraturan Bupati tentang RPJMD dikonsultasikan kepada Gubernur melalui Kepala BAPPEDA Propinsi sebelum ditetapkan. Bagian...

9 -9- Bagian Ketiga Renstra SKPD Pasal 12 Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dengan mempertimbangkan Standar Pelayanan Minimal serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif. Pasal 13 Penyusunan Renstra SKPD dilakukan melalui urutan kegiatan : a. Melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan Renstra SKPD periode sebelumnya; b. Merumuskan Visi, dan misi SKPD terhadap jabaran Visi, Misi dan Program Bupati terpilih ; c. Melakukan kajian strategis untuk menetapkan strategi dalam merumuskan tujuan dan kebijakan dalam pencapaian visi dan misi SKPD, sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan mempertimbangkan lingkungan eksternal dan lingkungan internal; d. Menyusun program sebagai penjabaran kebijakan ke dalam kelompok tujuan dalam bentuk program-program sesuai kewenangan SKPD, Lintas SKPD dan program kewilayahan sebagai pelaksanaan tugas dan fungsinya; e. Menyusun rencana kegiatan yang merupakan penjabaran dari kewenangan lokalitas SKPD, Lintas SKPD dan program kewilayahan yang dilengkapi indikasi pendanaan, serta dilampiri rencana kerangka regulasi dan kerangka pendanaan bersifat indikatif f. Menetapkan lokasi rancangan kegiatan dengan memperhatikan tata ruang; Pasal 14 (1) Hasil penyusunan Rancangan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 disampaikan kepada Kepala BAPPEDA sebagai masukan untuk menyusun Rancangan RPJMD sebagai bahan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah Daerah; (2) Renstra SKPD ditetapkan oleh Kepala SKPD setelah RPJMD ditetapkan. Bagian Keempat RKPD Pasal 15 RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Pasal 16 Penyusunan RKPD dilakukan melalui urutan kegiatan : a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; b. Penyiapan rancangan rencana kerja; c. Musyawarah perencanaan pembangunan; dan d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Pasal...

10 -10 - Pasal 17 (1) Penyusunan rancangan RKPD dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara BAPPEDA dengan Seluruh SKPD melalui penyelenggaraan Musrenbang dengan berpedoman kepada Renja SKPD. (2) RKPD ditetapkan melalui Peraturan Bupati. Pasal 18 Penyelenggaraan Musrenbang sebagaimana dalam ayat (1) pasal 17 berfungsi sebagai program untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan RKPD, yang menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kerja antar SKPD dan antara Pemerintahan Daerah dengan masyarakat dalam pencapaian tujuan daerah. Pasal 19 Pelaksanaan Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD diselenggarakan sesuai jadwal sebagai berikut : a. Musrenbang Desa/kelurahan dilaksanakan pada bulan Januari; b. Musrenbang Kecamatan dilaksanakan pada bulan Pebruari; c. Forum SKPD dilaksanakan antara bulan Maret; d. Musrenbang Kabupaten dilaksanakan antara bulan April dan Mei; Bagian Kelima Renja SKPD Pasal 20 Renja SKPD merupakan Rencana Kerja SKPD untuk 1 (satu) tahun perencanaan disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKP yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintahan Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Pasal 21 (1) Penyusunan rancangan Renja SKPD dilakukan melalui proses evaluasi terhadap pencapaian kinerja Renja SKPD Tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan kondisi situasi daerah sesuai dengan lingkup urusan yang menjadi kewenangannya; (2) Renja SKPD ditetapkan melalui Keputusan Kepala SKPD; Pasal 22 Penetapan Renja SKPD oleh Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal 20 dilakukan setelah rancangan Renja SKPD dibahas dalam Forum SKPD bersama stakeholder terkait. Pasal 23 Renstra SKPD dan Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang wajib dibuat oleh seluruh SKPD. Bagian...

11 -11- Bagian Keenam Pelaksanaan Musrenbang Daerah Pasal 24 Ruang lingkup pelaksanaan Musrenbang Daerah terdiri dari: a. Musrenbang Tingkat Desa/Kelurahan; b. Musrenbang Tingkat kecamatan; c. Forum SKPD; d. Musrenbang Tingkat Kabupaten. Paragraf 1 Musrenbang Tingkat Desa/kelurahan Pasal 25 Musrenbang Desa/Kelurahan merupakan forum musyawarah tahunan pemangku kepentingan Desa/Kelurahan antara pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan Desa/Kelurahannya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya. Pasal 26 Musrenbang Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 dilaksanakan dengan memperhatikan RPJM Desa/Kelurahan, kinerja implementasi rencana tahun berjalan serta masukan dari nara sumber dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang dihadapi. Pasal 27 (1) Musrenbang Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat Desa/Kelurahan yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat dibawahnya; b. Menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui ADD yang berasal dari APBD Kabupaten; c. Menetapkan prioritas kegiatan Desa/Kelurahan yang akan diajukan untuk dibahas pada Musrenbang Kecamatan. (2) Mekanisme perencanaan ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Pasal 28 Musrenbang Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25, pasal 26 dan pasal 27 menghasilkan keluaran Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa/Kelurahan yang berisikan : a. Prioritas kegiatan pembangunan skala Desa/Kelurahan yang akan dilaksanakan melalui Alokasi Dana Desa, secara swadaya maupun melalui pendanaan swasta; b. Prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan melalui SKPD yang dilengkapi dengan kode Desa/Kelurahan dan Kecamatan dan masih akan dibahas pada Musrenbang Kecamatan; Daftar...

12 -12- c. Daftar nama anggota delegasi yang akan membahas hasil Musrenbang Desa/Kelurahan pada Forum Musrenbang Kecamatan; d. Berita Acara Musrenbang Desa/Kelurahan. Pasal 29 Setiap usulan kegiatan pembangunan desa yang tidak dibahas dalam pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan tidak akan dibahas lebih lanjut pada Musrenbang tingkat Kecamatan. Paragraf 2 Musrenbang Tingkat Kecamatan Pasal 30 Musrenbang Kecamatan merupakan forum musyawarah pemangku kepentingan Kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari Desa/Kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas Desa/Kelurahan di Kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Renja SKPD pada tahun berikutnya. Pasal 31 Pemangku Kepentingan Kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan prioritas kegiatan dari Desa/Kelurahan untuk mengatasi permasalahan di Kecamatan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil musyawarah. Pasal 32 Musrenbang Kecamatan menghasilkan antara lain sebagai berikut : a. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan di Kecamatan tersebut pada tahun berikutnya yang disusun menurut SKPD dan atau gabungan SKPD; b. Daftar nama delegasi Kecamatan untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten. Pasal 33 Musrenbang Kecamatan diselenggarakan bertujuan untuk sebagai berikut : a. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat Desa/Kelurahan yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan yang bersangkutan; b. Membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat Kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan Desa/Kelurahan; c. Melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi SKPD. Pasal 34 Setiap usulan kegiatan pembangunan di tingkat desa yang tidak terakomodir dalam pelaksanaan Musrenbang Desa atau setiap usulan kegiatan tingkat kecamatan yang tidak dibahas dalam program Musrenbang Kecamatan tidak akan diproses lebih lanjut. Paragraf...

13 -13- Paragraf 3 Forum SKPD Pasal 35 (1) Dalam hal menyusun prioritas rencana kegiatan SKPD sebagai bahan masukan untuk mengisi Rencana Kerja SKPD dibentuk Forum SKPD atau Gabungan SKPD; (2) Forum SKPD atau Gabungan SKPD dibentuk oleh SKPD terkait dengan difasilitasi oleh BAPPEDA. Forum SKPD bertujuan untuk : Pasal 36 a. Mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai Kecamatan dengan Rancangan Renja SKPD; b. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dimuat dalam Renja SKPD; c. Menyesuaikan prioritas Renja SKPD dengan plafon/pagu dana SKPD yang termuat dalam prioritas pembangunan Daerah atau Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah; d. Mengidentifikasi keefektifan berbagai regulasi yang berkaitan dengan fungsí SKPD, terutama untuk mendukung terlaksanannya Renja SKPD. Pasal 37 (1) Pelaksanaan Forum SKPD harus memperhatikan masukan kegiatan dari Kecamatan, kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun berjalan, rancangan awal RKPD serta Renstra SKPD. (2) Dalam hal salah satu dokumen tersebut belum tersedia, pelaksanaan Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD dapat dilaksanakan. Pasal 38 Jumlah peserta Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD serta jadual acara pelaksanaannya ditentukan dan dikoordinasikan oleh BAPPEDA. Pasal 39 Persiapan pelaksanaan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD dilakukan pada bulan Januari yang diprioritaskan pada kegiatan inventarisasi dan pembentukan forum. Pasal 40 Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD dititikberatkan pada : a. Fungsi-fungsi pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah seperti pendidikan dasar, kesehatan, prasarana dan dukungan kegiatan ekonomi masyarakat; b. SKPD yang mengemban fungsí yang berkaitan dengan prioritas program-program pembangunan tersebut Seperti Forum SKPD pendidikan, Forum SKPD kesehatan, Forum SKPD Kimpraswil atau Forum Gabungan SKPD Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan sebagainya. Paragraf...

14 -14- Paragraf 4 Musrenbang Tingkat Kabupaten Pasal 41 Musrenbang Kabupaten merupakan forum pemangku kepentingan tingkat Kabupaten untuk mematangkan rancangan RKPD berdasarkan Renja SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD. Pasal 42 Musrenbang Kabupaten bertujuan untuk sebagai berikut : a. Mendapatkan masukan untuk penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memuat prioritas pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan berdasarkan fungsi SKPD, rancangan Alokasi Dana Desa/Kelurahan, termasuk dalam pemutakhiran informasi mengenai kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD Propinsi, APBN dan sumber pendanaan lainnya; b. Mendapatkan rincian rancangan awal Renja SKPD, khususnya yang berhubungan dengan pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD); c. Mendapatkan rincian rancangan awal Kerangka Regulasi menurut SKPD yang berhubungan dengan pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD). Pasal 43 Masukan utama sebagai bahan dalam pelaksanaan Musrenbang Kabupaten terdiri dari : a. Usulan kegiatan hasil Musrenbang Kecamatan; b. Usulan kegiatan hasil Forum SKPD; c. Usulan kegiatan hasil Reses DPRD; d. Usulan kegiatan tambahan yang bersifat mendesak. Pasal 44 Keluaran dari pelaksanaan Musrenbang Kabupaten adalah kesepakatan tentang rumusan yang menjadi masukan utama untuk memutakhirkan rancangan RKPD dan rancangan Renja SKPD, yang meliputi : a. Penetapan arah kebijakan, prioritas program pembangunan, dan pagu dana berdasarkan fungsi SKPD; b. Daftar prioritas kegiatan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten; APBD Provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya; c. Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten, Provinsi dan/atau Pusat; d. Rancangan pendanaan untuk ADD Desa/Kelurahan. Pasal 45 Hasil musrenbang sebagaimana pasal 44 dapat menjadi bahan bagi swasta untuk berperan serta dalam pembangunan melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Paragraf...

15 -15- Paragraf 5 Pasca Musrenbang Kabupaten Pasal 46 Setelah pelaksanaan kegiatan Musrenbang selanjutnya dilakukan kegiatan Pasca Musrenbang yang terdiri dari: a. Penyusunan RKPD; b. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran, Strategi, dan Plafon APBD; c. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); d. Pelaksanaan Program; e. Pemantauan dan evaluasi program. Pasal 47 Tujuan kegiatan Pasca Musrenbang adalah untuk menjamin: a. Konsistensi antara hasil Musrenbang dengan RKPD; b. Konsistensi antara hasil perencanaan (RKPD) dengan penganggaran (APBD); c. Terciptanya komunikasi yang berkelanjutan dan berkualitas antara delegasi masyarakat, Pemerintahan Daerah dan DPRD; d. Tersedianya informasi untuk masyarakat dan para peserta Musrenbang, terutama tentang alasan diterima atau ditolaknya sejumlah kegiatan yang sudah diusulkan melalui rangkaian Forum Musrenbang di dalam APBD. Pasal 48 Untuk meningkatkan kualitas hasil perencanaan setiap tahun kepada SKPD diberikan alokasi pagu indikatif yang besarannya ditentukan dengan mempertimbangkan aspek kemampuan keuangan daerah, kondisi permasalahan yang dihadapi SKPD, serta target kinerja yang ditetapkan. Pasal 49 Mekanisme proses perencanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal pada paragraf 2, Paragraf 3, Paragraf 4 dan Paragraf 5 merupakan tahapan proses yang wajib dilaksanakan oleh seluruh pihak yang berkepentingan dalam mengusulkan program atau kegiatan pembangunan. Pasal 50 Dalam hal tatacara pelaksanaan Musrenbang, Forum SKPD dan pasca Musrenbang diatur lebih lanjut melalui Peraturan Bupati dengan mengacu kepada ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. BAB V PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERENCANAAN Pasal 51 Dalam hal peningkatan kinerja perencanaan pembangunan daerah untuk setiap kebijakan urusan, program dan kegiatan perencanaan baik yang bersifat strategis maupun teknis dapat dilakukan penelitian dan pengembangan sebagai dasar pertimbangan penetapan kebijakan perencanaan. Pasal...

16 -16- Pasal 52 Pelaksanaan Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 yang bersifat teknis dilaksanakan oleh SKPD terkait sesuai dengan kewenangannya sedangkan yang bersifat strategis dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai kewenangan dalam penelitian dan pengembangan. Pasal 53 Pelaksanaan Penelitian dan pengembangan sebagaimana pasal 52 dilakukan secara terkoordinasi, terpadu dan berkesinambungan melibatkan seluruh stakeholder terkait dengan mempertimbangan aspek kemampuan keuangan daerah. Pasal 54 Hasil penelitan dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 merupakan rekomendasi sebagai bahan masukan untuk ditindaklanjuti dalam perencanaan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Pasal 55 Dalam hal kewenangan dan tata cara penyelenggaraan penelitian dan pengembangan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. BAB VI PELAKSANAAN PENGENDALIAN PERENCANAAN DAERAH Pasal 56 Dalam rangka mengarahkan perencanaan pencapaian hasil yang berdayaguna dan berhasilguna dibutuhkan pelaksanaan pengendalian yang sinergis dan berkesinambungan. Pasal 57 Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 terhadap : a. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah; dan b. Pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Pasal 58 Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh Bupati, Pimpinan SKPD, sesuai dengan mekanisme dan kewenangannya. Pasal 59 (1) Pengendalian oleh Bupati dalam pelaksanaannya dilakukan oleh BAPPEDA untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (2) Pelaksanaan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, meliputi perumusan kebijakan, bimbingan konsultasi dan koordinasi serta pemantauan dan evaluasi. Pengendalian...

17 -17- (3) Pengendalian pelaksanaan program dan/atau kegiatan oleh SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana, dan kendala yang dihadapi. (4) Hasil Pengendalian pelaksanaan program dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun dalam bentuk laporan triwulan untuk disampaikan kepada BAPPEDA. (5) Kepala BAPPEDA melaporkan hasil Pengendalian rencana pembangunan kepada Bupati, disertai dengan rekomendasi dan langkah-langkah yang diperlukan. Pasal 60 (1) Pelaksanaan pengendalian rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 dilakukan melalui kegiatan pemantauan. (2) Mekanisme dari pelaksanaan pengendalian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 61 Bentuk dan isi dari laporan triwulanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (4) disusun dengan menggunakan formulir yang tercantum dalam lampiran Peraturan Bupati. Pasal 62 Bupati melakukan evaluasi terhadap perencanaan pembangunan daerah lingkup Kabupaten. Pasal 63 Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 terhadap : a. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah; b. Pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan c. Hasil rencana pembangunan daerah. Pasal 64 Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan dilaksanakan sebagai berikut : a. Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renja SKPD dan RKPD untuk menilai keberhasilan pelaksanaan dari suatu program/kegiatan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam Renstra SKPD dan RPJMD; b. Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan RPJMD dan Renstra SKPD untuk menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak dan keberlanjutan dari suatu program; c. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan berdasarkan sumberdaya yang digunakan serta : 1). Indikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan; dan/atau 2). Indikator dan sasaran kinerja hasil untuk program. Evaluasi...

18 -18- d. Evaluasi pelaksanan rencana pembangunan jangka menengah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dan dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode rencana; e. Evaluasi dilaksanakan secara sistematis, objetif dan transparan. Pasal 65 Evaluasi pelaksanaan Renja SKPD dilaksanakan sebagai berikut: a. Setiap Kepala SKPD melaksanakan evaluasi pencapaian kinerja program dan kegiatan Renja SKPD untuk tahun berjalan; b. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud huruf a selanjutnya disampaikan kepada Kepala BAPPEDA sebagai bahan evaluasi RKPD. Pasal 66 Evaluasi terhadap pelaksanaan RKPD dilaksanakan sebagai berikut: a. Kepala BAPPEDA melakukan evaluasi pelaksanaan RKPD periode sebelumnya berdasarkan laporan hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 huruf b; b. Kepala BAPPEDA menggunakan hasil evaluasi RKPD sebagaimana dimaksud pada huruf a guna penyusunan rancangan RKPD untuk periode 2 (dua) tahun berikutnya. Pasal 67 Evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra SKPD dan RPJMD dilakukan sebagai berikut : a. Pimpinan SKPD melakukan evaluasi pelaksanaan Renstra SKPD; b. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan terhadap pelaksanaan programprogram dalam Renstra SKPD; c. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Bupati melalui BAPPEDA paling lambat 4 (empat) bulan sebelum RPJMD berakhir; d. BAPPEDA melakukan evaluasi RPJMD menggunakan hasil evaluasi Renstra SKPD sebagaimana dimaksud pada huruf a dan hasil evaluasi pelaksanaan RKPD periode RPJMD berjalan; e. Evaluasi pelaksanaan RPJMD dilakukan untuk menilai pencapaian pelaksanaan strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program dan kegiatan pokok serta kerangka ekonomi makro sebagaimana ditetapkan dalam dokumen RPJMD periode berjalan; Pasal 68 Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 huruf a Kepala SKPD dapat mengajukan usulan perubahan program Renstra SKPD kepada Bupati melalui Kepala BAPPEDA. Pasal 69 Untuk mengoptimalkan pelaksanaan pengendalian dan evaluasi pembangunan, setiap SKPD wajib untuk menyediakan informasi pengendalian dan evaluasi yang diperlukan oleh pelaku pembangunan mengenai perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB...

19 -19- BAB VII KETENTUAN SANKSI Pasal 70 SKPD yang tidak melaksanakan penyusunan Renstra SKPD dan Renja SKPD akan dikenakan sangsi berupa penolakan anggaran pembangunan pada tahun perencanaan tersebut. Pasal 71 Setiap usulan kegiatan yang tidak sejalan dengan prioritas program/kegiatan pada Rancangan Renja SKPD tidak akan diproses lebih lanjut. Pasal 72 Setiap kegiatan yang diusulkan setelah berita acara Musrenbang Kabupaten ditandatangani, tidak akan diproses lebih lanjut. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 73 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di : Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009 BUPATI TANGERANG, ttd. H. ISMET ISKANDAR Diundangkan di : Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009 SEKRETARIS DAERAH, ttd. H. HERMANSYAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009 NOMOR 09