dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai secara optimal dan proporsional (Perhutani, 2009).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep hutan untuk kesejahteraan masyarakat (forest for people) merupakan usaha pemanfaatan nilai ekonomis hutan yang seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan hidup sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan. Dalam pengelolaan sumber daya hutan yang paling sering terlihat konflik antara masyarakat sekitar hutan dengan pengelola hutan, yaitu pemerintah dan swasta yang dianggap mempunyai otoritas dalam mengeksploitasi sumberdaya hutan. Eksploitasi tersebut mengakibatkan kerusakan hutan semakin parah dan meluas (Dunggio dkk., 2009). Salah satu solusi dalam penyelesaian konflik tersebut yakni adanya pendekatan penyertaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Untuk mengantisipasi adanya peningkatan gangguan hutan, Perhutani menerapkan beberapa kebijakan baru secara multi sektoral terkait dalam pengelolaan hutan yaitu sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) 1

2 2 dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional (Perhutani, 2009). Implementasi sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ditujukan untuk membangun sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang selaras dengan tipologi sosial (masyarakat), tipologi fungsional (eksistensi hutan), dan tipologi spasial (wilayah) yang bersifat lokal spesifik. (Iqbal dkk., 2008) Salah satu unsur keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah partisipasi masyarakat dalam bentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Dalam sistem ini masyarakat dilibatkan dalam setiap tahap kegiatan program, mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan program. Hal ini sesuai dengan tujuan dari kegiatan PHBM, yaitu untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan (Sutejo, 2014). Pengelolaan hutan pada saat ini tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai satu kesatuan, untuk menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan bagi masyarakat. Menurut Simon (2006) bahwa hutan bagi masyarakat modern memiliki berbagai macam fungsi seperti fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan fungsi keindahan. Perhutani bekerjasama dengan masyarakat desa hutan dalam pengelolaan hutan yang bernama Lembaga Masyarakat Desa Hutan

3 3 (LMDH). LMDH merupakan lembaga masyarakat desa yang berkepentingan dalam kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat, yang anggotanya berasal dari unsur lembaga desa dan atau unsur masyarakat yang ada di desa tersebut yang mempunyai kepedulian terhadap sumberdaya hutan (Perhutani, 2009). Dalam perjalanannya, sistem PHBM telah mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan kondisi sosial di lapangan. Kebijakan-kebijakan yang muncul di tingkat Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) tak ubahnya seperti kebijakan yang setengah hati, dominasi Perhutani masih sangat menonjol. Aspek sosial dan ekologi dalam penerapan sistem PHBM nampaknya masih terkalahkan dengan kepentingan ekonomi perusahaan (Hanif dkk., 2013). Hal demikian menjadi salah satu faktor penghambat dalam penerapan sistem PHBM. Menurut Javlec (2013), di lapangan LMDH telah gagal menjadi arena yang menjembatani kepentingan masyarakat akar rumput dengan Perhutani. Hal ini terjadi karena seringkali diawali dengan proses pembentukan yang terkesan formalistik. Proses pembentukan dan posisi kepengurusan yang dilahirkan tidak berdasarkan kesepakatan bersama dari warga masyarakat. Maka sangat wajar apabila dilapangan banyak ditemukan kasus LMDH yang gagal menjadi representasi dari masyarakat yang paling berkepentingan dalam tata kelola hutan, yaitu petani hutan. Bisa dikatakan dalam LMDH representasi dari petani hutan tidak ada. LMDH lebih banyak

4 4 dikuasai oleh elit formal, seperti perangkat desa, pengurus Badan Permusyawarahan Desa, guru yang tinggal di desa tersebut, dan lain-lain (Javlec, 2013). Dalam proses implementasi PHBM banyak pihak yang merasakan kehadiran LMDH tidak populer ditengah-tengah masyarakat. Usaha-usaha komunikasi dengan masyarakat akar rumput yang sebenarnya menjadi basis dari LMDH tidak banyak dilakukan. Selain itu, diduga prosesproses pengambilan keputusan dan distribusi manfaat yang didapatkan dari PHBM hanya dinikmati oleh segelintir orang yang menjadi pengurus LMDH tanpa adanya keterlibatan dari masyarakat secara luas. LMDH juga terkesan hanya sebagai penyedia dan penyalur tenaga kerja (pesanggem) daripada menjadi lembaga yang seharusnya melakukan pemberdayaan dan penguatan kapasitas petani hutan. 1.2 Rumusan Masalah Kegiatan PHBM bertujuan membangun hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Program-program direncanakan dan dilaksanakan bersama antara Perhutani dan LMDH sesuai dengan proporsinya. Hal ini menjadi menarik ketika mencoba menganalisis implementasi sistem PHBM pada LMDH Wana Salam yang perkembangannya terus meningkat (dilihat dari administrasi dan kegiatankegiatannya), serta LMDH Wono Lestari yang perkembangannya dinilai

5 5 agak lambat. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dapat diangkat adalah : 1. Bagaimana kinerja LMDH Wana Salam dan LMDH Wono Lestari dalam pelaksanaan sistem PHBM? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi LMDH Wana Salam dan LMDH Wono Lestari dalam implementasi PHBM? 3. Apa saja solusi pemecahan masalah yang dapat diberikan pada LMDH Wana Salam dan LMDH Wono Lestari, KPH Madiun? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Membandingkan kinerja LMDH Wana Salam dan LMDH Wono Lestari dalam pelaksanaan sistem PHBM. 2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi LMDH Wana Salam dan LMDH Wono Lestari dalam implementasi PHBM. 3. Memberikan solusi pemecahan masalah pada LMDH Wana Salam dan LMDH Wono Lestari terhadap kendala yang terjadi dalam implementasi sistem PHBM.

6 6 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain: 1. Menjadi bahan pertimbangan untuk penentuan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan hutan di areal PHBM. 2. Menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan sistem PHBM. 3. Memberikan informasi yang berguna untuk perbaikan sistem PHBM. 4. Memperkaya ilmu pengetahuan di bidang kehutanan dalam aspek PHBM.