Kajian Strategi Komunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Strategi Komunikasi"

Transkripsi

1 Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua

2 BAB I PENDAHULUAN 2

3 Latar Belakang Pendidikan adalah atap yang menaungi manusia dari kebodohan, dinding yang melindunginya dari kehancuran, dan tanah tempat berpijak yang menjadikannya tetap berdiri selamanya. Kegunaan pendidikan adalah untuk mengajarkan seseorang untuk berpikir dengan intensif dan kritis. Kecerdasan dan karakter merupakan tujuan pendidikan sesungguhnya karena kedua hal tersebut akan terus dibawa sampai mati. Bangsa besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat berdampingan dengan kompetensi yang tinggi, yang tumbuh dan berkembang dari pendidikan yang menyenangkan dan lingkungan yang menerapkan nilai-nilai baik dalam seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan karakter yang kuat dan kompetensi yang tinggilah jati diri bangsa menjadi kokoh, kolaborasi dan daya saing bangsa meningkat sehingga mampu menjawab berbagai tantangan era abad 21. Kemampuan abad 21 menuntut perubahan secara sistematis dalam dunia pendidikan untuk mempersiapkan generasi masa depan, yaitu insan yang mampu bekerja sama dalam tim, memecahkan masalah seharihari, berpikir kritis, menguasai teknologi, serta mampu berkomunikasi dengan efektif. Selain kemampuan akademis, yang mempunyai kemampuan belajar, beradaptasi, dan berinovasi. Untuk itu, pendidikan nasional harus berfokus pada penguatan karakter di samping pembentukan kompetensi. Didalam Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), salah satu butirnya menunjuk pada penguatan karakter bangsa. Komitmen ini kemudian ditindaklanjuti dengan arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 3

4 Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap yang dimulai pada tahun Sejatinya Penguatan Pendidikan Karakter bukan merupakan suatu kebijakan baru sama sekali karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional. Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. Sudah banyak praktik baik yang dikembangkan oleh sekolah, namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan 4 untuk memastikan agar proses pembudayaan nilai- nilai karakter berjalan dan berkesinambungan. Selain itu, diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif dan bertumpu pada kearifan lokal untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Kebijakan ini akan menjadi dasar bagi perumusan langkahlangkah yang lebih konkret agar penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai utama pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan secara efektif dan menyeluruh. Pada tahun 2017, diterbitkanlah Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang dapat memberikan haluan untuk menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2045 dalam menghadapi dinamika perubahan di masa depan. Hal ini merupakan penerjemahan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan telah menetapkan sembilan agenda prioritas, yang dikenal sebagai Nawa Cita, yaitu :

5 Menghadirkan kembali Memperkuat kehadiran negara untuk melindungi negara dalam melakukan segenap bangsa dan reformasi sistem dan memberikan rasa aman penegakan hukum yang kepada seluruh warga bebas korupsi, bermartabat, negara dan terpercaya; Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 02 Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; Melakukan revolusi karakter bangsa; serta yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; 03 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi pasar internasional sehingga sosial Indonesia. bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 5

6 Pembangunan pendidikan dan kebudayaan mempunyai peran strategis dalam mendukung terwujudnya agenda prioritas, antara lain: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; melakukan revolusi karakter bangsa; meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; memperteguh kebhinekaan serta memperkuat restorasi sosial Indonesia. Berdasarkan Sembilan Agenda Prioritas di atas, Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan bahwa visi Kemendikbud 2019 adalah: 6 Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong Salah satu paradigma yang dituangkan dalam Renstra Kemendikbud adalah pendidikan membentuk karakter. Pendidikan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, dan pembentukan kepribadian. Pada tahun 2016, telah digagas dan dirumuskan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang menekankan pada 5 nilai utama yang sedianya dapat diterapkan secara berkelanjutan pada tingkat satuan pendidikan di Indonesia. Nilai tersebut adalah religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Implementasi nilai-nilai PPK dilaksanakan secara bertahap yang dimulai dari penentuan 542 sekolah piloting di wilayah Indonesia. Sekolahsekolah tersebut dipilih untuk kemudian menjadi prototipe penyelenggaraan PPK dengan mempertimbangkan segala dimensi keberagaman yang ditemui di Indonesia. Penentuan sekolah piloting ini bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk PPK yang dilakukan di masingmasing daerah yang memiliki karakteristik yang beragam. Implementasi nilai-nilai PPK terus belanjut. Pada tahun 2017, Kemendikbud telah melaksanakan pelatihan, pengimbasan, dan pendampingan kepada sekolah di Indonesia. Selain itu, beberapa Bantuan Pemerintah juga telah digulirkan kepada sekolah-sekolah piloting PPK untuk program pengimbasan.

7 Dalam melancarkan rencana pengimbasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan SK Tim Konsultasi dan Asistensi dengan penanggung jawab yaitu Kepala Dinas Pendidikan di masing-masing Provinsi dan Kepala LPMP ditunjuk sebagai Koordinator. Selanjutnya, pada tahun 2018 total capaian pelatihan, pendampingan, dan pengimbasan PPK telah mencapai jumlah angka sebanyak sekolah. Berikut ini merupakan grafik Pertumbuhan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal Tahun % 80 % ( %) (1 00 %) Sekolah Telah tersosialisasi PPK pasca terbitnya Perpres No.87 Tahun 2917 tentang PPK, melalui kegiatan sosialisasi, surat edaran Permendikbud, dan metode pengimbasan. 60 % 40 % 20 % 54 2 (0.2 5% ) ( %) Pertumbuhan implementasi PPK melalui pelatihan, bimbingan teknis, workshop, TOT, lokakarya, rakor, semiloka, sarasehan, Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD), pengimbasan, konsultasi, pendampingan, dan lain-lain di 34 Provinsi : 542 Sekolah (Piloting PPK) 2017 : Sekolah 2018 : Sekolah 2019 : Sekolah* (Target) 0% Sasaran PPK Sebelum Perpres Setelah Perpres No. 87 Tahun 2017 Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, Kepala Sekolah, Pengawas, Peserta Didik dan seluruh UPT Kemendikbud di daerah. *Sumber : Kemendikbud 2018 Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 7

8 Didalam implementasinya, tidah hanya satuan pendidikan saja yang terlibat dalam mengembangkan karakter peserta didik, akan tetapi lingkungan keluarga juga perlu terlibat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam mendidik anak. Peranan orang tua di lingkungan keluarga sangat penting dalam implementasi PPK. Baik buruknya pendidikan anak di dalam keluarga dipengaruhi oleh bagaimana komunikasi terjalin antara orang tua dengan anak dan bagaimana kualitas waktu yang diluangkan oleh orang tua untuk anaknya. Selain antara orang tua dan anak, komunikasi yang baik antara keluarga dan sekolah sangat penting. Kerjasama keduanya diyakini akan meningkatkan capaian pendidikan anak-anak. Beberapa hasil kajian internasional terdahulu menyebutkan bahwa ketika orang tua dan sekolah bekerja sama secara efektif, siswa dapat berperilaku dan menunjukan prestasi yang lebih baik di sekolah. (Izzo dkk, 1999, dalam American Journal of Community Psychology). Selain itu, keterlibatan orang tua di sekolah memberikan kontribusi yang positif dalam prestasi akademis, frekuensi kehadiran anak, iklim sekolah, persepsi orang tua dan anak tentang belajar dikelas, sikap dan perilaku positif anak, kesiapan anak untuk mengerjakan PR, peningkatan waktu yang dihabiskan anak bersama orang tuanya, aspirasi pendidikan, kepuasan orang tua terhadap guru, dan kesadaran anak terhadap well being (Greenwood & Hickman, 2010, dalam Gurbuzturk & Sad). Di dalam studi dampak program pendidikan dan pengembangan anak usia dini di 50 kabupaten tertinggal (World Bank, 2013) menunjukan bahwa intensitas dukungan keluarga berpengaruh meningkatkan pencapaian perkembangan anak usia dini. Sementara itu, kondisi anak yang bersekolah di Indonesia dapat digambarkan ke dalam empat kondisi. Pertama, terdapat empat tipe keluarga di dalam penanaman nilai-nilai karakter baik terhadap anakanaknya. 8

9 Tipe yang pertama adalah keluarga yang peduli dan mampu untuk menanamkan nilai-nilai karakter baik kepada anaknya. Tipe ini merupakan contoh keluarga harmonis yang menyediakan waktu luang untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. Tipe kedua adalah keluarga yang peduli namun tidak mampu untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anaknya. Keluarga ini sebenarnya peduli terhadap penanaman karakter anaknya tetapi mereka tidak mampu. Mereka tidak memiliki kapasitas dan keluangan waktu untuk menanamkan nilai-nilai karakter baik tersebut. Tipe ketiga adalah yang tidak peduli meski sebenarnya mampu untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anaknya. Keluarga ini cenderung penuh dengan kesibukan sendiri sehingga tidak mempedulikan penumbuhan karakter baik bagi anaknya. Tipe keempat adalah keluarga yang tidak peduli dan tidak mampu. Sebagai contoh, keluarga yang memiliki latar belakang sosial ekonomi lemah yang memang tidak terpikirkan untuk menanamkan pendidikan karakter kepada anaknya karena keterbatasan wawasan dan sumber daya. (World Bank, 2013) menunjukan bahwa intensitas dukungan keluarga berpengaruh meningkatkan pencapaian perkembangan anak usia dini. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu untuk terus meningkatkan kampanye PPK melalui berbagai upaya strategi komunikasi yang kreatif dan inovatif kepada seluruh ekosistem pendidikan sesuai kondisi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi khususnya pada orang tua peserta didik. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 9

10 B Dari berbagai observasi yang dilakukan oleh Tim Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter, masih ditemukan orang tua yang belum maksimal dalam menerapkan prinsip-prinsip PPK dengan baik kepada anak- anaknya, maka beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah: Identifikasi Masalah 01 Mendorong sinergi Tripusat Pendidikan (Sekolah, Keluarga, Masyarakat) serta menjalin kolaborasi dengan sumber-sumber belajar di dalam dan luar lingkungan 02 Mendorong orang tua untuk terus meningkatkan kreativitas serta komunikasi yang menyenangkan bagi anak-anaknya; keluarga; 03 Menumbuhkan akhlak, watak, budi pekerti, dan perilaku baik serta menggali potensi, minat dan bakat anak melalui harmonisasi olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga yang terintegrasi dalam kegiatankegiatan di lingkungan keluarga; 04 Mendorong peran serta orang tua dan sekolah untuk lebih memperhatikan dan menumbuhkan perkembangan karakter (religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, integritas), literasi dasar dan kompetensi abad 21 bagi anaknya secara optima 10

11 C Tujuan Tujuan dari penyusunan kajian ini adalah: Orang tua dapat memahami dan mengimplementasikan prinsipprinsip PPK dengan baik. Menyusun strategi komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam berbagai media Menyusun perumusan rekomendasi kebijakan kepada internal maupun kampanye, melalui berbagai eksternal Kemendikbud terkait upaya strategis berupa komunikasi implementasi Program Penguatan yang kreatif dan inovatif sesuai Pendidikan Karakter (PPK) di kondisi kemajuan teknologi sekolah. informasi dan komunikasi. D Hasil Yang Diharapkan 01 Semakin meningkatnya Tersusunnya strategi 02 pemahaman komunikasi Penguatan 03 orang tua dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip PPK dengan baik dan sistematis. Pendidikan Karakter (PPK) dalam berbagai media kampanye, melalui berbagai upaya strategis berupa komunikasi yang kreatif dan inovatif sesuai kondisi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Tersusunnya rumusan rekomendasi kebijakan kepada internal maupun eksternal Kemendikbud terkait implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 11

12 E F Dasar Hukum Penerima Manfaat Penerima manfaat kajian ini adalah para pemangku kepentingan pendidikan baik internal maupun eksternal, khususnya kepala orang tua. 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan; Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter; Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti; Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan; Permendikbud Nomor 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah; Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah; Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah; Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan; Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB); Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal.

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 13

14 A Hakikat Pendidikan 14 Pendidikan karakter merupakan sebuah proses panjang, yaitu proses penanaman nilai-nilai luhur, budi pekerti, akhlak mulai yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat, dan nilai-nilai keindonesiaan dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga negara yang berkarakter sesuai dengan nilainilai luhur bangsa dan agama. Pendidikan karakter juga upaya mengajarkan kebiasaan berfikir dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai proses pembelajaran untuk memahami, peduli tentang dan berbuat berlandaskan nilai-nilai moral seperti rasa hormat, keadilan, kebajikan warga dan kewarganegaraan dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Sejak zaman Yunani Kuno, karakter sudah menjadi bagian dari etika normatif. Etika normatif bertalian dengan prinsip-prinsip moral yang dianggap baik dan buruk. Terdapat tiga arus etika normatif. Etika keutamaan (virtues ethics), etika deontologikal atau etika kewajiban (deontological ethics) dan etika konsekuensi (consequentialism atau, sering juga dijuluki, utilitarianism (etika utilitas atau kegunaan) dengan berbagai perbedaan tekanan.

15 Pemaknaan tentang karakter seperti yang ditulis oleh Kalidjernih (2010: 3), Karakter berasal dari kata Yunani charakter yang mengacu kepada suatu tanda yang terpatri pada sisi sebuah koin. Karakter lazim dipahami sebagai kualitas-kualitas moral yang awet yang terdapat atau tidak terdapat pada setiap individu yang terekspresikan melalui pola-pola perilaku atau tindakan yang dapat dievaluasi dalam berbagai situasi. Selanjutnya, jika dimaknai secara harfiah menurut beberapa bahasa, karakter memiliki berbagai arti seperti: character (Latin) berarti instrument of marking; charessein (Prancis) berarti to engrove (mengukir); watek (Jawa) berarti ciri wanci; watak (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan perangai. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain. Disebut watak jika telah berlangsung lama dan melekat pada diri seseorang. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 15

16 AKarakter sebagai sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karakter adalah suatu kualitas atau sifat yang tetap dan terus menerus, kekal, yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi, suatu objek, atau suatu kejadian (J.P. Chaplin). BKarakter adalah a striving system which underly behavior, yaitu kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap (Sigmund Freud). Pemaknaan karakter juga diungkapkan oleh para ahli psikologi sebagaimana yang dikutip oleh Purwasasmita (2010: 13) adalah sebagai berikut: CKarakter adalah ciri khas yang dimiliki individu yang membedakan individu dengan individu lainnya. Ciri khas ini diperoleh dari hasil evaluasi terhadap kepribadian individu. Oleh karena karakter berkaitan dengan evaluasi atau penilaian maka dalam menggambarkan karakter individu seringkali digunakan istilah baik atau buruk (Allport). DKarakter menunjuk pada kebiasaan positif dan sudah diolah sebagai tanggung jawab sosial, komitmen moral, disiplin diri, dan kemantapan dengan kumpulan seluruh orang yang dinilai menjadi tidak sempuma, cukup memadai, atau patut dicontoh (Baumrind). EKarakter mengembangkan secara berangsur-angsur secara keseluruhan kehidupan dan tidak hanya berpikir dan berbicara belaka, karakter ditambahkan dengan kemampuan emosional dan tingkah laku (Maudsley). 16

17 Karakter menurut Budimansyah (2010: 23) adalah nilai-nilai kebajikan (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Sejalan dengan Rivai dan Arifin (2009: 23) berpendapat bahwa karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia, baik berupa watak ataupun pola pikir yang sudah menjadi ciri khas dan sebagai pembeda antara seseorang dengan orang lain. Samani dan Hariyanto (2012: 41-42) menjelaskan bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata norma, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 17

18 Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Purwasasmita (2010: 14) Enam pilar characters building, yaitu trustworthiness, respect, responsibility, fairness, caring, dan citizenship. membangun karakter (character building) adalah proses mengukir Terkait pemaknaan karakter, atau memahat jiwa sedemikian Sumantri (2011: 6) rupa, sehingga berbentuk unik, menegaskan bahwa karakter menarik, dan berbeda atau dapat mengandung pengertian: dibedakan dengan orang lain. Suatu kualitas positif yang Proses membangun karakter dimiliki seseorang, sehingga itu memerlukan disiplin tinggi membuatnya menarik dan karena tidak pernah mudah atraktif. dan seketika atau instant. Reputasi seseorang. Diperlukan refleksi mendalam Seseorang yang unusual atau untuk membuat rentetan moral memiliki kepribadian yang choice (keputusan moral) dan eksentrik. ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, Sehingga menurut beliau bahwa dan praktik. Diperlukan sejumlah membangun karakter berarti waktu untuk membuat semua itu proses mengukir atau memahat menjadi custom (kebiasaan) dan jiwa sedemikian rupa, sehingga membentuk watak atau tabiat berbentuk unik, menarik dan seseorang. berbeda dengan orang lain. 18 Helen Keller (Purwasasmita, 2010: 15) mengungkapkan Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved. Sehingga dengan karakter yang telah dibangun dengan kokoh, bisa menjadikan seorang individu tidak mudah dikuasai oleh seseorang ataupun kondisi tertentu. Apabila orang - orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi knowledge is power, but character is more.

19 Winataputra dan Saripudin (2011: 33) menegaskan sebagai suatu konsep akademis, character atau kita terjemahkan karakter memiliki makna substantif dan proses psikologis yang sangat mendasar, dengan kata lain karakter dapat kita maknai sebagai kehidupan berperilaku baik/penuh kebijakan, yakni berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Karakter tidak muncul atau dimiliki begitu saja oleh seseorang, akan tetapi karakter dibentuk seiring berjalannya waktu, perubahan pemikiran serta perubahan tindakantindakan yang dilakukan mencerminkan nilai-nilai yang baik. Dengan demikian karakter merupakan suatu perilaku yang dibentuk, dikembangkan dan Menurut Aristoteles (Lickona, 1991: 50) berpendapat bahwa Good character as the life of right conduct - right conduct in relation to other persons and in relation to self, karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan- tindakan yang benar sehubungan dengan diri dan orang lain. Selain itu, Lickona (1991: 51) menegaskan Good character consists of knowing the good, desiring the good, and doing the good. Artinya karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Karakter yang baik dapat dapat dimaknai setiap aktivitas yang dilakukan oleh umat manusia dalam kehidupan sehari- hari seyogyanya dilaksanakan dengan perbuatan yang baik sehingga memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Karakter yang baik terintergrasi dalam pemikiran, niat dan tindakan yang dilakukan. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 19

20 Budimansyah (2011: 56-57) menyebutkan perlunya upaya pendidikan karakter yang dilakukan secara menyeluruh dengan pertimbangan sebagai berikut: A B C Pendidikan karakter merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak bagi kelangsungan hidup yang berkeadaban. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban. Peranan sekolah sebagai wahana psiko-pedagogis dan sosio-pedagogis yang berfungsi sebagai kawasan pendidikan karakter menjadi semakin penting pada saat dimana hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan karakter dari orang tuanya disamping peranan pranata sosial lainnya termasuk pranata keagamaan yang semakin 20 kecil. D E Dalam setiap masyarakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan karakter karena inti dari demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat, dilakukan oleh wakil pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. F G H I Persoalan yang selalu dihadapi baik individu ataupun masyarakat yang amat sulit dipecahkan adalah dilema nilai moral. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan karakter di sekolah. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan karakter sangatlah esensial untuk menarik dan membina guruguru yang berkeadaban dan professional. Pendidikan karakter adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu keniscayaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disamping sebagai anggota masyarakat dunia.

21 Perlunya Pendidikan karakter dijelaskan pula oleh Lickona (Suyatno, 2010: 5) yang mengungkapkan beberapa alasan pokok, di antaranya: 01 Banyaknya generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral 04 Masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa 07 Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik; dan Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama; Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit pengajaran moral dari orang tua, masyarakat, atau lembaga keagamaan; hormat, dan tanggung jawab Demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, untuk dan oleh masyarakat; Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai, sekolah mengajarkan nilainilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain 08 Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performansi akademik yang meningkat. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 21

22 Husen, dkk (2010: 23) menjelaskan pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaan-nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah atau di kampus harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah atau kampus itu sendiri. Winataputra (2010: 8) juga menegaskan bahwa pendidikan karakter atau character education digunakan sebagai umbrella term, untuk mendeskripsikan...the teaching of children in a manner thet will help them develop variously as moral, civic, good, mannered, behaved, non bullying, healthy, critical, successful, traditional, compliant and/or sociallyacceptable beings. Dalam konteks itu di berbagai sumber kepustakaan dikenal beberapa jargon pendidikan seperti social and emotional learning, moral reasoning/ cognitive development, life skills education, health education, violent prevention, critical thinking, ethical reasoning, and conflict resolution and mediation. 22

23 Dengan kata lain pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 23

24 B Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam implementasi PPK, maka orang tua memiliki peran untuk: Peran Orangtua 24 A B Mendukung kegiatan belajar anak di satuan pendidikan. Mendukung kegiatan belajar anak di keluarga yang merupakan kesinambungan kegiatan di satuan pendidikan. C Memantau perkembangan dan hasil belajar anak atau peserta didik secara bersama-sama antara orang tua dengan pihak satuan pendidikan. D Memberikan masukan/ pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan berbagai kegiatan satuan pendidikan dalam meningkatkan layanan terhadap kebutuhan perkembangan dan belajar anak.

25 C 01/05 Definisi Hakikat Kampanye Pemilihan kampanye sebagai Beberapa ahli komunikasi metode utama dilandasi oleh mengakui bahwa definisi yang tujuan dari perancangan itu diberikan Rogers dan Storey sendiri, yakni memberikan adalah yang paling popular pemahaman kepada orang tua dan dapat diterima dikalangan tentang pentingnya Penguatan ilmuan komunikasi, antara lain Pendidikan Karakter dalam Grossberg, 1998; Snyder, 2002; rangka menyiapkan Generasi Klingemann dan Rommele, Emas Hal ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, Menurut Rogers dan Storey definisi tersebut secara tegas (1987) mengidentifikasi menyatakan bahwa kampanye kampanye sebagai serangkaian merupakan wujud tindakan tindakan komunikasi yang komunikasi, dan alasan kedua terencana dengan tujuan adalah bahwa definisi tersebut untuk menciptakan efek tidak dapat mencakup tertentu pada sejumlah besar keseluruhan proses dan khalayak yang dilakukan secara fenomena praktek kampanye berkelanjutan pada kurun yang terjadi di lapangan. waktu tertentu. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 25

26 Definisi Rogersda Storey juga umumnya dirujuk oleh berbagai ahli dari disiplin ilmu yang berbeda seperti ilmu politik dan kesehatan masyarakat. Beberapa definisi lain yang sejalan dengan batasan yang disampaikan Rogers dan Storey diantaranya sebagai berikut : B Leslie B. Snyder (Gudykunst & Mody, 2002) Kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periodewaktu tertentuguna mencapai tujuan tertentu. Dalam setiap aktivitas kampanye komunikasi mengandung empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah target audiens yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi A Pfau dan Parrot (1993) Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi target audiens yang telah diterapkan. C Rajasundarman (1981) Kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya. yang terorganisir. Selain empat pokok ciri diatas, kampanye juga memiliki ciri atau karakteristik yang lainnya, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat. 26

27 Pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu atas yang dianjurkan dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan Perloff (1993) dikatakan Campaign generally exemplify persuation in action. Kampanye dalam praktiknya senantiasa mendayagunakan teori- teori dan teknik-teknik persuasi yang kebanyakan diperoleh di ruang- ruang laboratorium untuk kemudaian diterapkan guna mencapai tujuan di lingkungan nyata. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 27

28 02/05 Jenis, Tujuan, dan Media Kampanye Charles U. Larson (1992: 10) membagi kampanye menjadi tiga katagori yang dikutip ulang oleh Drs. Antar Venus, M.A. dalam bukunya berjudul Manajemen Kampanye, yaitu : productoriented campaigns, candidateoriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns. AProduct-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaigns. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finasial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan. BCandidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Jenis Kampanye CIdeologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang beriontasi pada tujuantujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang bertujuan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap perilaku publik yang terkait. 28

29 Tujuan Kampanye Upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioural) (Pfau dan Parrot, 1993:10). Sedangkan Ostergaard (2002) menyebutkan bahwa kampanye memiliki tiga aspek tujuan yang disebut dengan istilah 3A sebagai kependekan dari awareness, attitude dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh (target of infuences) yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta. Adapun penjelasan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut. Awareness pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam kosep Ostergaard tahap ini merupakan tahap untuk menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberikan informasi tentang produk, gagasan yang dikampanyekan. Attitude tahapan berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap. Dalam tahap ini yang diharapkan adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau ke berpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye. Action sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk merubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahapan ini menghendaki adanya perilaku tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat bersifat sekali itu saja atau berkelanjutan (terus menerus). Contoh-contoh tindakan sekali itu saja misalnya: menjadi pendonor darah, menyumbangkan dana untuk korban bencana alam, atau mengikuti imunisasi massal yang diselenggarakan pemerintah. Sementara tindakan berkelanjutan lebih terlihat dalam perubahan perilaku secara permanen pada diri sasaran seperti: perubahan pola makan, cara memasak air, pemakain helm pengaman, atau turut serta menjadi akseptor KB (Schenk dan Dobler, 2002:37). Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 29

30 Media Kampanye Media kampanye sebagai penyampai pesan memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai pada target audiens yang diinginkan. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan pada kelompok sasaran akan sampai atau tidak (Sutisna, 2002: 283). Pemilihan media yang tepat untuk berkampanye iklan dalam rangka membuat pelanggan menjadi tahu, paham, menentukan sikap, hingga melakukan pembelian adalah suatu langkah penting dalam kegiatan kampanye. Dalam beriklan, komunikator (produsen) dapat memilih satu mau pun kedua media untuk menyampaikan pesan yang ingin mereka sampaikan. Komunikasi dalam suatu media periklanan mengenal dua kelompok besar media, yaitu above the line (ATL) dan media below theline (BTL). Menurut Amalia E. Maulana dalam artikel yang dimuat di majalah Bisnis Indonesia (2008) menyatakan bahwa sebenarnya istilah line (yang berarti garis) dalam ATL dan BTL itu berawal dari kategorisasi dalam neraca keuangan. Kategori pertama berlaku bagi kegiatan pemasaran yang terkena komisi biro iklan. Komisi dimasukkan dalam cost of sales dan dikurangi sebelum ditentukan gross profit. Kategori kedua untuk kegiatan pemasaran non iklan yang tidak kena komisi. Biayanya dimasukkan dalam biaya operasional dan dikurangi sebelum ditentukan net profit. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian ATL dan BTL akan dijelaskan sebagai berikut. 30

31 Above The Line Merupakan media yang memungut komisi atau biaya pemasangan media. Biaya tersebut diperuntukan bagi jasa pemanfaatan ruang dan waktu, dimana pengiklan mendapat keuntungan dari pemuatan iklan. Penggunaan media ATL memiliki kelebihan dalam hal menjangkau target audiens yang sangat luas. Kekurangannya adalah selain biaya yang mahal adalah tidak adanya interaksi langsung dengan target audiens. Below The Line merupakan media yang tidak memungut komisi atau biaya tambahan dalam hal pemasangan media. Media ini hanya dibiayai oleh biaya produksi dan aktivitas promosi. Kelebihan penggunaan BTL adalah biaya media yang rendah serta membuka peluang untuk terjadinya interaksi secara langsung terhadap target audiens melalui berbagai kegiatan. Bahkan tidak menutup kemungkinan terjadinya penjualan bersamaan dengan diadakannya aktivitas promosi. Kekurangannya adalah Saat ini, di mana landscape media sudah bergeser secara dramatis dengan munculnya media-media baru, terutama yang berbasis teknologi tinggi seperti Internet dan semakin banyaknya pengguna gadget dari tahun ke tahun menjadikan perbedaan antara ATL dan BTL semakin kabur. Hal ini disebabkan oleh karakteristik media baru yang tidak eksklusif lagi. Internet media, karena fiturnya yang sangat kaya (disebut dengan rich media), bisa mencakup target audiens yang luas sekaligus spesifik; mempunyai fasilitas terbatasnya cakupan target Media yang digunakan seperti interaksi secara langsung. Situasi audiens dalam satu wilayah. televisi, koran, majalah, dalam pemasaran modern ini billboard, dan lainnya. yang mengharuskan Strategic Contoh media BTL adalah Brand Planner berpikir secara Event, Sposorship, Sampling, terintegrasi dalam disain pesan Print of Sales Materials (flyer, dan alokasi medianya. Integrasi brosur, marchindise), Consumer kegiatan komunikasi secara Promotion, Trade Promotion, simultan ini dikenal dengan dan lainnya. sebutan Integrated Marketing Communication (IMC). Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 31

32 03/05 Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication), Proses Komunikasi, Laswell Model, dan Strategi AISAS Komunikasi Pemasaran Terpadu Komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC) adalah sebuah konsep di mana suatu perusahaan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk mengirim pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan perusahaan dan produknya. (Kotler dan Amstrong; 2005) Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Advertising Agencies adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan cara melakukan evaluasi terhadap peran strategis dari berbagai macam ilmu komunikasi dan mengkombinasikannya untuk menghasilkan keakuratan, konsistensi, dan efek komunikasi secara maksimal melalui integrasi dari pesan pesan yang terpisah. Paul Smith (1996), dalam artikelnya yang berjudul Admap menyatakan bahwa IMC adalah konsep sederhana yang menyatukan semua bentuk dari komunikasi menjadi satu kesatuan solusi. Pada intinya IMC mengintegrasikan semua alat-alat promosi sehingga alat-alat tersebut dapat bekerja bersama-sama secara harmonis. 32

33 Menggunakan IMC berarti memberikan konsistensi pesan yang disampaikan pada konsumen meskipun menggunakan media yang berbeda. Konsistensi tersebut secara tidak langsung akan menjadi retensi (pengulangan) ketika konsumen melihat iklan yang sama pada media yang berbeda, kemudian pesan akan melekat dalam benak konsumen. Berbagai keuntungan lain yang didapat dengan menggunakan IMC adalah sebagai berikut. Corporate cohesion. IMC dapat digunakan oleh klien sebagai alat strategis dalam mengkomunikasikan citra dan keuntungan dari produk atau jasa. Client relationship. IMC menyediakan kesempatan bagi agensi periklanan untuk memainkan peran penting yang signifikan dalam pengembangan proses komunikasi, dan menjadi partner yang efektif dalam hubungan dengan klien. Interaction IMC memastikan komunikasi antara agensi dan menciptakan ikatan yang lebih kuat antara mereka dank lien. Dengan menyediakan arus informasi yang lebih terbuka, IMC memungkinkan partisipan komunikasi untuk berkonsentrasi dalam kunci dari pengembangan strategis, ketimbang mengejar tujuan individu. Motivation IMC menawarkan kesempatan untuk memotivasi agensi periklanan. Pemikiran yang tergabung dari keseluruhan tim lebih baik dari pemikiran yang berasal dari individu saja. Hal ini juga memotivasi setiap anggota dalam tim agensi periklanan untuk menemukan potensi kreativitas mereka. Measurability Kemungkinan keuntungan yang terpenting adalah penyampaian kemampuan mengukur respon dan akuntabilitas proses komunikasi. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 33

34 Proses Komunikasi Komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC) adalah sebuah konsep di mana suatu perusahaan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk mengirim pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan perusahaan dan produknya. (Kotler dan Amstrong; 2005) Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Advertising Agencies adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan cara Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung atau tatap muka atau melalui media lain seperti tulisan, oral, dan visual (Karfried Knapp, 2003). Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila kedua belah pihak dapat memahami pesan yang disampaikan. Segmentasi dan personifikasi target audiens juga menjadi dasar strategi komunikasi pesan yang akan disampaikan dalam perancangan sebuah kampanye, apakah akan disampaikan secara langsung ataukah secara bertahap. Strategi komunikasi ini mencakup aspek think-feeldo yang merupakan salah satu tahap penyampaian pesan pada target audiens. Proses berlangsungnya komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut: Komunikator (sender) Merupakan pihak yang memiliki tujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan mengirimkan suatu pesan pada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun simbol yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Dalam proses komunikasi, pesan disampaikan melalui suatu media baik secara langsung maupun tidak langsung. Seorang komunikator harus memiliki daya tarik (source of attractiveness). 34

35 Komunikan (receiver) Merupakan pihak yang menerima pesan yang disampaikan kemudian menerjemahkan pesan yang diterimanya ke bahasa yang dimengerti oleh kedua belah pihak. Kemudian komunikan memberi umpan balik (feedback) atas pesan yang dikirimkan kepadanya. Pesan (message) Merupakan isi atau maksud yang akan disampaikan oleh pihak komunikator kepada pihak komunikan. Menurut May Lwin & Jim Aitchison (2002), aspek pertama dan yang paling penting dari sebuah strategi komunikasi kampanye adalah sebuah tujuan dan sasaran. Tujuan atau sasaran itu tergantung apa yang ingin dicapai oleh kampanye tersebut. Menurut Marcello Minale dalam bukunya yang berjudul Design and Designer Role in 21st Century, mengemukakan bahwa terdapat 9 fungsi desain yang bisa diterapkan menjadi suatu strategi komunikasi, yakni to build awareness, to entertain, to inform, to enrich, to enlarge, to magnify, to emphasize. 9 fungsi desain tersebut dapat diimplementasikan sebagai tujuan proses kampanye yang ingin dicapai sebagai strategi perancagan komunikasi dalam kampanye. Dalam dunia periklanan, kampanye merupakan kegiatan yang bersifat memberi informasi suatu produk atau pesan tertentu, selain itu juga menitikberatkan pada bujukan (persuasif) dan menanamkan atau menarik awareness ke benak konsumen. Oleh karena itu, strategi komunikasi merupakan hal penting agar pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan kampanye menjadi efektif. Salah satu cara untuk menerangkan proses komunikasi adalah menggunakan teori Harold Laswell. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 35

36 Lasswell Model Model ini secara jelas mengelompokkan elemen-elemen mendasar dari komunikasi ke dalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya (Laswell dalam Littlejohn, 1996:334). Kelompok tersebut terdiri dari: Laswell Model merupakan model komunikasi yang diciptakan oleh Lasswell, seorang ilmuwan sekaligus politisi berkebangsaan Amerika dan pakar teori komunikasi. Model ini dianggap sebagai model paling awal (1948) yang digunakan dalam dunia komunikasi. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who says in which channel to whom with what effect (siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). 36 Who Sumber atau komunikator adalah pelaku utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu, kelompok, organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator. Says What Apa yang akan disampaikan/ dikomunikasikan kepada penerima (komunikan) dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud komunikator. Ada tiga komponen pesan yaitu makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

37 In Which Channel To Whom With What Effect Wahana atau alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik dan lain-lain). Orang, kelompok, organisasi, atau suatu negara yang menerima pesan dari sumber (komunikator), disebut tujuan (destination), khalayak (audience), atau komunikan. Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, misalnya seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dan lain-lain. Tiga tujuan utama teori Laswell adalah to serve understanding, to establish acceptance, to motivate action. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 37

38 Strategi AISAS Strategi AISAS merupakan sebuah strategi media yang diciptakan oleh Kotaro Sugiyama (2011), strategi AISAS merupakan pengembangan dari strategi AIDMA (Awaraness - Interest Desire - memory - Action) yang mulai harus menyesuaikan dengan iklim arus informasi di era digital ini. AISAS adalah kepanjangan dari Awaraness - Interest - Search - Action Share. AISAS digunakan untuk melihat efektif atau tidaknya media yang akan digunakan. Teori ini dipilih karena media yang akan digunakan mempunyai kemungkinan untuk terus diakses oleh penggunanya, tidak hanya sekedar berhenti sampai dengan tahap action. Awaraness Merupakan tahap awal di mana target audiens diarahkan untuk mulai mengetahui dan menyadari keberadaan dari suatu produk. Tahapan ini dimulai ketika sebuah brand atau produk mulai untuk memperkenalkan dirinya di tengah-tengah target audiens yang dimilikinya. Bentuk perkenalan bisa dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan komunikasi marketing (above the line maupun below the line) dan aktivitas Public Relation. 38

39 Interest Action Share Merupakan tahapan dari proses berikutnya, target audiens mulai tertarik dengan sebuah brand. Ketertarikan itu terjadi karena pemilihan strategi komunikasi yang tepat bagi target audiens. Target audiens mulai menempatkan sebuah brand tertentu dalam benaknya. Tahapan ini akan berhasil ketika target audiens mulai mencari informasi lebih jauh tentang brand maupun produk yang ditawarkan. Search Merupakan tahap dimana target audiens mulai mencari tahu tentang informasi mendalam mengenai produk atau brand tertentu yang menarik perhatiannya. Merupakan tindakan yang dilakukan target audiens demi memenuhi keinginannya dengan berinnteraksi langsung dengan brand atau produk. Pada tahap ini pengalaman target audiens terhadap brand atau produk mulai tercipta. Proses interaksi langsung antara target audiens melalui sales channel, transaksi, delivery, konsumsi, hingga after sales service merupakan sebuah kesatuan dari pengalaman yang benar-benar harus senantiasa diperhatikan agar sesuai dan bahkan melebihi ekspektasi target audiens itu sendiri terhadap sebuah brand atau produk. Merupakan tahapan akhir di mana target audiens telah merasakan semua pengalaman interaksi mereka dengan produk atau brand, mereka akan membagi pengalamannya kepada orang lain melalui media sosial, , chat, blogs, dan lain-lain. Sehingga pengalaman baik ataupun buruk akan tersebar ke banyak orang dan menghasilkan word of mouth. Informasi yang dihasilkan dari tahapan share juga tidak menutup kemungkinan akan ter-index oleh search engine dan menjadi acuan orang-orang yang mencari referensi terhadap brand maupun brand tersebut. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 39

BAB II KAJIAN MASALAH

BAB II KAJIAN MASALAH BAB II KAJIAN MASALAH 2.1 Tinjauan Teori Hasil dari perumusan dan pembatasan masalah dari Kampanye Peduli Pengaruh Negatif Gadget Terhadap Anak telah selesai ditentukan, maka selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II ANALISA MASALAH

BAB II ANALISA MASALAH BAB II ANALISA MASALAH 2.1 Tinjauan Teori Hasil dari perumusan dan pembatasan masalah dari Kampanye Deteksi Dini Kanker Payudara Untuk Remaja Putri di Kota Bandung telah selesai ditentukan, maka selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Budaya Menurut Linton, budaya adalah sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. (sumber: http://www.lintasberita.web.id/pengertian-budaya-menurut-para-ahli/,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar balakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan BAB II PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK Pengetahuan tentang wirausaha di kalangan pelajar SMK saat ini sangat minim, hal ini disebabkan karena SMK dibuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja.

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Dalam Kampanye Hemat Kertas Demi Hutan Indonesia pastinya mebutuhkan sinergi untuk menarik perhatian-perhatian dalam menciptakan pola pikir masyarakat sesuai dengan

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Media Planning & Buying

Mata Kuliah - Media Planning & Buying Mata Kuliah - Media Planning & Buying Modul ke: Campaign Strategy & Anggaran Iklan di Media Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Pendidikan Karakter Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa 15 PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Oleh: Yulianti Siantayani 1 Konflik antar suku dan agama yang terus bergulir dari waktu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba menampilkan bagian yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba menampilkan bagian yang paling BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori dan konsep yang mendukung perancangan media promosi desain motiongraph sebagai upaya strategi komunikasi perusahaan FAK Media. 2.1 Ikon 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Lebih terperinci

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM 0 KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM (Kompasiana, 2010) Melihat kondisi bangsa saat ini dimana banyak terjadi penyimpangan moral di kalangan remaja dan generasi muda, maka perlu

Lebih terperinci

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN Oleh Herminarto Sofyan VISI DIKNAS : INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF VISI POLBANGMAWA: Terciptanya mahasiswa yang bertaqwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DAN PERAN UPT PUSAT (PP/BP PAUD DAN DIKMAS)

KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DAN PERAN UPT PUSAT (PP/BP PAUD DAN DIKMAS) KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DAN PERAN UPT PUSAT (PP/BP PAUD DAN DIKMAS) Dr. Sukiman, M.Pd. Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Ditjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik dan menjaga loyalitas konsumen, salah satunya melalui iklan.

BAB I PENDAHULUAN. menarik dan menjaga loyalitas konsumen, salah satunya melalui iklan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat pada era modern ini menuntut perusahaan untuk menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi yang dijalankannya. Masing-masing perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

KAMPANYE : APA DAN UNTUK APA?

KAMPANYE : APA DAN UNTUK APA? KAMPANYE : APA DAN UNTUK APA? Lima puluh tahun yang lalu banyak sarjana komunikasi yang masih mempercayai kesimpulan keliru tentang kampanye. Mereka berpendapat bahwa kampanye lewat media massa hanya memberikan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Paper disampaikan dalam acara seminar parenting Pendidikan

Lebih terperinci

Transformasi Pendidikan Menghadapi Abad 21 Melalui Penguatan Peran Budaya Sekolah Paparan Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing

Transformasi Pendidikan Menghadapi Abad 21 Melalui Penguatan Peran Budaya Sekolah Paparan Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing Transformasi Pendidikan Menghadapi Abad 21 Melalui Penguatan Peran Budaya Sekolah Paparan Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA OLEH: DR. SUKIMAN, M.PD. DIREKTUR PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DITJEN PAUD DAN DIKMAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan karakter penting bagi bangsa Indonesia, karena untuk melahirkan generasi bangsa yang tangguh. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. Perubahan-perubahan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran Oleh: Dr. Marzuki PUSAT PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN KULTUR LPPMP - UNY 12/05/2015 1 RIWAYAT PENDIDIKAN BIODATA SINGKAT S1 dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Sambutan Pada Acara PEMBUKAAN REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (RNPK) TAHUN 2016 Tema: Meningkatkan Pelibatan Publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan kunci kepemimpinan. Istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini meneliti tentang strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lion Star dalam menarik minat konsumen. Dalam bab ini akan membahas tentang konsep dan teori- teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki masa globalisasi dan meningkatnya perkembangan teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik secara ekonomi, politik, sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan bangsa didasarkan pada karakter yang harus dimiliki oleh generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki kebiasaan-kebiasaan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945 memiliki kondisi yang unik dilihat dari perkembangannya sampai saat ini, para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: I Made Sedana, S.Pd., M.Pd.. Abstrak Sekolah merupakan institusi sosial yang dibangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Lebih terperinci

KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION. INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 09 KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION / Hal.

KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION. INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 09 KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION / Hal. KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 09 KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION / Hal. 1 PENGERTIAN Menurut American Association of Advertising Agencies, IMC adalah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN HOLISTIK SISWA SYAFRIL & YULI IFANA SARI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN HOLISTIK SISWA SYAFRIL & YULI IFANA SARI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN HOLISTIK SISWA SYAFRIL & YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1.WHAT: Apa pendidikan karakter 2.WHY: Mengapa harus ada pendidikan karakter 3.WHEN:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka terjadi pula perubahan yang sangat signifikan diberbagai bidang dan masyarakat memerlukan saluran informasi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak-anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya, akan menjadi penerus perjuangan bangsa nantinya, tetapi masih banyak sekali anakanak yang kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini istilah pendidikan karakter banyak dibicarakan. Mulai dari para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah, sampai pengawas

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran

2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran BAB II KERANGKA KONSEP DAN TEORI Teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep konsep yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Suatu teori adalah suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 277 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Umum Pelaksanaan penguatan civic governance melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung belum dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia Roadmap Keuangan Syariah Indonesia 2015-2019 Keselarasan Nilai Ekonomi Syariah Nilai-nilai ekonomi syariah memiliki kesamaan dengan nilai-nilai luhur dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia 7 Keselarasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 UIKA Bogor, 15 Maret 2016 Departemen Perbankan Syariah AGENDA I. Pendahuluan II. Dasar Pemikiran Ekonomi dan Perbankan Syariah III. Kondisi dan Isu Strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan banyak dipercaya oleh masyarakat. Masyarakat dapat melihat dunia tanpa harus keluar rumah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan hakikat manusia pada dasarnya untuk memperoleh suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan hakikat manusia pada dasarnya untuk memperoleh suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan hakikat manusia pada dasarnya untuk memperoleh suatu komunikasi, yang mampu mengarahkan dirinya ke suatu tujuan dan dapat memproses menjadi berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI Mohamad Dedi 1 ; Estu Handayani 2 Email:dedismantab_stikom@yahoo.co.id; ehchie797@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI Untuk menyelenggarakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang, perlu dikembangkan suatu kredo atau arahan bagi penyelenggaraan sistem pembangunan agar

Lebih terperinci

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Modul ke: Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) PENGERTIAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Sejarah Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci