BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari semakin maraknya penanaman modal asing pada suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari semakin maraknya penanaman modal asing pada suatu"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia saat ini sedang mengalami globalisasi dan dapat dilihat dari semakin maraknya penanaman modal asing pada suatu perusahaan. Penanaman modal asing yang pesat meniadakan batasan hubungan ekonomi internasional. Efek yang terjadi dari globalisasi ekonomi salah satunya adalah arus informasi yang begitu cepat kemasyarakat semakin terlihat dengan berkembangnya perekonomian suatu negara. Perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi di berbagai belahan dunia mendorong banyak perusahaan-perusahaan di negara pengekspor modal melakukan efisiensi perekonomiannya agar stabilitas dan peningkatan produktifitasnya dapat terjamin. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat dalam perdagangan dunia 1. Dikaitkan dengan ini, perusahaan sebagai pelaku utama ekonomi akan berusaha untuk terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas bisnisnya dan berusaha mengembangkan usahanya sampai melewati batas yurisdiksi suatu negara, yang mana untuk mengatur jalannya bisnis tersebut, sudah barang tentu memerlukan seperangkat aturan yakni hukum penanaman modal sebagai payung hukumnya. 1 Hendrik Budi Untung, 2010, Hukum Investasi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,h, 32. 1

2 2 Aspek hukum penanaman modal menjadi bagian yang sangat penting dari sistem penanaman modal karena bersifat sangat kompleks sehingga tidak setiap jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, dan perbuatan lain sekedar menghasilkan keuntungan termasuk kedalam konsep penanaman modal. Dengan kehadiran penanam modal asing ke dalam suatu negara yang berdaulat menimbulkan pendapat dengan argumentasi masing-masing antara lain seperti kehadiran penanam modal asing dapat mengancam industri dalam negeri sendiri dan mengancam kedaulatan negara, sehingga perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian sesuai dengan peraturan hukum penanaman modal 2. Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara berkembang dapat diperinci menjadi lima. Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat penanaman modal dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negaranegara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat 2 Putu Sudarma Sumadi, 2008, Pengantar Hukum Investasi, Pustaka Sutra, Bandung, h.9.

3 3 membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabrik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya 3. Selama ini penanam modal domestik di negara berkembang enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber daya alam yang belum dimanfaatkan membuka lahan baru, maka hadirnya penanam modal asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja, inilah keuntungan sosial yang diperoleh adanya kehadiran penanam modal asing. Transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil, sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional 4. Kehadiran penanam modal asing bagi negara berkembang sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong 3 Jonker Sihombing, 2009, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, h Ana Rokhimatussa dyah dan Suratman, 2009, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Sinar Grafika,Jakarta, h. 78.

4 4 pengusaha setempat untuk bekerjasama untuk pengelolaan terhadap sumber daya alam dan potensi ekonomi yang ada. Untuk menjalankan pengelolaan tersebut, umumnya penanam modal asing menggunakan perusahaan multi nasional dimana perusahaanperusahaan bisnis yang besar menyesuaikan struktur organisasinya untuk membagi risiko dan memperoleh keuntungan dari keputusan ekonomi. Struktur organisasi perusahaan internasional yang sederhana adalah Perusahaan Non Multinasional (Non Multinational Enterprise), yaitu suatuorganisasi perusahaan di suatu negara yang melakukan kontrak dengan perusahaan asing yang independen untuk melakukan penjualan atau pembelian di luar negeri. Perusahaan domestik yang berfungsi dalam pasar internasional melalui sebuah agen asing. Selanjutnya yang lebih kompleks adalah Perusahaan Multinasional Nasional (National-Multinational Enterprise) yaitu suatu perusahaan induk yang berada disuatu negara yang mendirikan beberapa cabang dan anak perusahaan di negara-negara lain. Cabang merupakan suatu unit atau bagian dari induk (seperti kantor pembelian di luar negeri, pabrik perakitan, pabrik manufaktur atau kantor penjualan), sementara anak perusahaan (subsidiaries) merupakan suatu perusahaan yang diorganisasikan sebagai entitas hukum yang terpisah yang dimiliki oleh induk 5. 5 Handri Raharjo, 2009, Hukum Perusahaan, PT. Buku Kita, Jakarta, h

5 5 Organisasi perusahaan yang paling kompleks adalah Perusahaan Internasional Multinasional (International-Multinational Enterprise) yaitu organisasi perusahaan yang terdiri dari dua atau lebih induk perusahaan (parent company) di negara-negara yang berbeda yang menjalankan kegiatan usaha di dua atau lebih negara. Organisasi perusahaan ini mirip dengan organisasi perusahaan multinasional nasional, bedanya ada pada kepemilikan dua atau lebih perusahaan induk yang berlokasi negara yangberbeda. Kebanyakan perusahaan internasional multinasional berasal dari penggabungan (merger) perusahaan-perusahaan induk yang beroperasi di negara-negara berbeda di Eropa Barat. 6 Perdagangan internasional yang dijalankan oleh perusahaanperusahaan internasional tersebut di atas dapat memberikan manfaat ekonomi timbal balik keduanegara, misalnya permintaan akan suatu produk atau komoditas dari luar negeri dapat meningkatkan atau mengoptimalkan produktivitas, kesempatan kerja dan penghasilan bruto kedua negara. Hubungan ekonomis tersebut dapat dimantapkan dengan penanaman modal yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Penanaman modal asing selain dapat mengoptimalkan kapasitas produksi nasional, memperkenalkan produk dan metode penyelenggaraan usaha, perdagangan atau produksi baru. Selain itu penanaman modal yang dilakukan perusahaan multinasional dengan strategi aliansinya dapat memperluas dan memperbesar akses negara terhadap pasar internasional. h Aminuddin Umar, 2007, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,

6 6 Akses tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor dan perolehan devisa negara 7. Suatu induk perusahaan yang hendak menjalankan aktivitas usahanya di negara lain seperti Indonesia dapat dilakukan dengan mendirikan suatu perusahaan yang berbadan hukum Indonesia (Perseroan Terbatas) atau dapat juga tidak melalui suatu perseroan terbatas. Pendirian cabang perusahaan atau kantor perwakilan di negara lain dengan suatu Perseroan Terbatas, maka status perpajakannya disamakan dengan wajib pajak badan biasa seperti perusahaan lainnya di Indonesia. Sedangkan apabila pendirian kantor perwakilan asing itu tidak berbadan hukum Indonesia maka akan menimbulkan perusahaan dengan Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, yang kewajiban perpajakannya diatur di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pada prinsipnya, setiap penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia membayar pajak sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan 8. Untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak dari setiap kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu negara maka tersedia suatu administrasi perpajakan yang baik di negara tersebut. Administrasi pajak yang baik akan dapat memantau kepatuhan pelaksanaan ketentuan perpajakan dari seluruh Wajib Pajak (tax payers). 7 Dwi Anggraini, 2011, Perusahaan Multi Nasional, diunduh 23 Agustus Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi Di Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h. 28

7 7 Dalam kenyataannya penyebab tidak optimalnya pencapaian penerimaan pajak tidak selamanya disebabkan kelemahan administrasi otoritas pajak di suatu negara dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap seluruh Wajib Pajak, tetapi juga bisa disebabkan oleh ketidakjelasan peraturan atau ketentuan perpajakan yang ada, keterbatasan pengetahuan perpajakan Wajib Pajak dan persoalan mentalitas aparatur negara yang kurang profesional. Persoalan kepatuhan terhadap pajak terkait erat dengan persoalan kepatuhan terhadap hukum, karena pada hakekatnya pelaksanaan pajak itu merupakan wujud dari pelaksanaan berbagai peraturan mengenai perpajakan itu sendiri. Dalam praktek, sering terjadi permasalahan antara otoritas perpajakan dengan penanam modal asing menyangkut masalah perusahaan dengan bentuk usaha tetap, yang mengakibatkan potensi penerimaan pajak dari bentuk usaha tetap kurang optimal. Permasalahan perpajakan yang timbul bukan hanya disebabkan tidak jelasnya atau kurang dipahaminya persoalan tentang kriteria atau kedudukan perusahaan dengan bentuk usaha tetap diantara subyek pajak lainnya menurut undang-undang nasional tetapi juga kurang dipahaminya perlakuan perpajakan perusahaan dengan bentuk usaha tetap sesuai tax treaty atau Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B). Dalam kaitan ini pemahaman terhadap asas-asas pemungutan pajak maupun teori-teori perpajakan yang ada akan sangat membantu semua pihak dalam memahami ketentuan UU Pajak domestik maupun perjanjian perpajakan.

8 8 Untuk itulah disamping dilakukannya aspek pengawasan oleh otoritas pajak, juga mutlak diperlukan pemahaman yang baik akan butir-butir ketentuan tax treaty baik oleh pelaku dunia usaha maupun oleh aparatur Direktorat Jenderal Pajak. Tax treaty itu merupakan aturan main yang penting bagaimana perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan usaha yang dilakukan penanam modal negara asing di Indonesia. Penerimaan pajak penghasilan dari suatu bentuk usaha tetap yang dijalankan oleh orang atau badan luar negeri tersebut dapat dioptimalisasikan oleh pemerintah melalui pengawasan administratif berdasarkan undang-undang perpajakan Indonesia maupun kerjasama perpajakan dengan negara domisili orang atau badan luar negeri melalui perjanjian perpajakan (tax treaty). Perusahaan dengan bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha, dan tempat usaha tersebut haruslah bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan atau berkedudukan di Indonesia 9. Berdasarkan pengertian diatas, perusahaan dengan bentuk usaha tetap memiliki sifat yang sangat ketergantungan, karena haruslah menjalankan usaha atau kegiatan suatu perusahaan luar negeri di Indonesia. Perusahaan dengan bentuk usaha tetap yang merupakan suatu bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi maupun badan usaha yang 9 Jaja Zakaria, 2005, Perlakuan Perpajakan terhadap Bentuk Usaha tetap (BUT), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 7 (selanjutnya disebut Jaja ZakariaI)

9 9 tidak didirikan di Indonesia untuk menjalankan usahanya di Indonesia ini memiliki perbedaan dengan konsep bentuk usaha yang diperkenankan menurut Undang-undang Penanaman Modal, sesuai ketentuan Pasal 5 ayat (2) UU Penanaman Modal. Untuk badan usaha yang berstatus penanaman modal dalam negeri bentuk usahanya tidak harus dalam bentuk badan hukum, lain halnya dengan penanaman modal asing, pembentuk undangundang mensyaratkan badan usahanya berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT), dalam hal kaitannya dengan eksistensi PT sebagai subyek hukum yang mandiri 10. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai Kedudukan Hukum Perusahaan Bentuk Usaha Tetap (Permanent Establishment) Dalam Dimensi Hukum Penanaman Modal Di Indonesia 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap dalam perspektif Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal? 2. Bagaimana akibat hukum dari perusahaanbentuk usaha tetap dalam dimensi hukum penanaman modal berkaitan dengan penerimaan pajak? 10 Sentosa Sembiring, 2007, Hukum Investasi, CV. Nuansa Aulia, Bandung, h. 201.

10 Ruang Lingkup Masalah Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan agar suatu masalah tidak menyimpang dari pokok permasalahan, dan untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang akan diuraikan dalam tesis ini, perlu kiranya dibuat ruang lingkup permasalahannya sehingga dapat diketahui dengan jelas materi-materi yang terkait erat dengan permasalahan diatas. Adapun pembahasan terhadap materi yang akan diangkat dalam tesis ini pertama, mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap dalam perspektif Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Kedua, akan dibahas tentang akibat hukum dari perusahaan bentuk usaha tetap dalam dimensi hukum penanaman modal berkaitan dengan penerimaan pajak. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan dalam tesis ini, dapat dikemukakan tujuan penelitian ini, antara lain : Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah selain sebagai upaya penelitian untuk mengembangkan ilmu hukum dalam kaitannya dengan paradigmascience as a process (ilmu sebagai proses)maka paradigma ini dinyatakan bahwa ilmu tidak akan pernah mandeg (final) ataupun berhenti

11 11 dalam penggaliannya atas kebenaran di bidangnya masing-masing 11. Tetapi lebih mengikuti perkembangan zaman di dalam praktek perlindungan hukum di Indonesia.Melalui penelitian ini akan ditelusuri mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap (permanent establishment) dalam dimensi hukum penanaman modal di Indonesia Tujuan Khusus Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami serta mengerti dengan lebih mendalam tentang : a. Untuk mengetahui dan memahami mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap dalam perspektif Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang penanaman modal b. Untuk mengetahui dan memahami mengenai akibat hukum dari perusahaan bentuk usaha tetap dalam dimensi hukum penanaman modal berkaitan dengan penerimaan pajak. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis : Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan keilmuan peneliti, masukan bagi pengembangan ilmu hukum dan 11 Anonim, 2013, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis Dan Tesis Program Studi Magister (S2)Ilmu Hukum, Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, h.27.

12 12 pengembangan bacaan bagi pendidikan hukum di masa yang akan datang yang khususnya berkaitan dengan perkembangan di bidang hukum penanaman modal yang sangat dibutuhkan untuk menopang aktifitas dunia bisnis saat ini Manfaat Praktis. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dan dapat dijadikan acuan mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap khususnya dalam dimensi hukum penanaman modal di Indonesia. 1.6 Orisinalitas Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan media elektronik,terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai perusahaandengan bentuk usaha tetap, dan dalam penelitian ini bukanlah plagiat serta memenuhi unsur kebaruan. Yang mana penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Berdasarkan penelusuran pustaka didapat beberapa judul penelitian, yaitu : 1) Kajian Hukum Pengaturan Bentuk Usaha Tetap Dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Studi Kasus Tax Treaty Indonesia- Jepang), oleh :Ferdy Alfonsus Sitohang, Tesis, Universitas Gadjah Mada, tahun Penelitian Kajian Hukum Pengaturan Bentuk Usaha Tetap Dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Studi Kasus Tax Treaty

13 13 Indonesia-Jepang) membahas masalah tentang bagaimana pengaturan Bentuk Usaha Tetap menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan di Indonesia.Serta bagaimana pengaturan Bentuk Usaha Tetap dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Indonesia dengan Jepang.Dan Apakah pengaturan Bentuk Usaha Tetap dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Indonesia dan Jepang telah memberikan hak pemajakan yang menguntungkan bagi Indonesia.Dalam tesis ini, lebih menitik beratkan pada pemajakan terhadap Bentuk Usaha Tetap yang tidak hanya tergantung dari UU Pajak domestik yang mengatur tentang Bentuk Usaha Tetap dengan menganalisa pengaturan Bentuk Usaha Tetap menurut perjanjian penghindaran pajak berganda antara Indonesia dan Jepang 2) Analisis Formulasi Kebijakan Identifikasi Bentuk Usaha Tetap Keagenan, oleh: I Gede Putu Dharma Gunadi, Tesis, Universitas Indonesia, tahun Penelitian ini membahas tentang kebijakan Bentuk Usaha Tetap keagenan di Indonesia yang mana membahas mengenai dasar pemikiran yang melatarbelakangi kebijakan agen yang dijadikan Bentuk Usaha Tetap serta menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh Direktorat Jendral Pajak Republik Indonesia dalam upaya mengoptimalkan identifikasi keberadaan Bentuk Usaha Tetap keagenan di Indonesia.Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah dasar pemikiran yang melatarbelakangi kebijakan agen perlu

14 14 dijadikan Bentuk Usaha Tetap dalam ketentuan perpajakan domestic Indonesia dan apakah hambatan yang dihadapi oleh Direktorat Jendral Pajak dalam upaya mengoptimalkan identifikasi keberadaan Bentuk Usaha Tetap keagenan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif, dengan hasil penelitian yang menyarankan diperlukannya pembuatan peraturan pelaksanaan tentang formulasi kebijakan identifikasi Bentuk Usaha Tetap keagenan sebagai pedoman fiskus dan wajib pajak untuk memberikan panduan dalam menentukan apakah suatu transaksi keagenan merupakan agen yang independen atau dependen terhadap prinsipalnya diluar negeri. 3) Konsep Bentuk Usaha Tetap di Era Transaksi Elektronik, oleh : Triyono Martanto, Tesis, Universitas Gadjah Mada, tahun Penelitian tesis yang berjudul Konsep Bentuk Usaha Tetap di Era Transaksi Elektronik ini membahas apakah ketentuan Bentuk Usaha Tetap menurut Pasal 2 ayat 5 UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan dapat diterapkan atas transaksi elektronik atau tidak. Serta bagaimana Bentuk Usaha Tetap dapat timbul atas transaksi usaha yang dilakukan melalui media elektronik (virtual). Ketiga penelitian diatas menggunakan penelitan yang menitik beratkan langsung pada pengaturan perusahaan dengan bentuk usaha tetap baik dalam hal penghindaran pajak berganda maupun pada jenis-jenis usaha dari perusahaan dengan bentuk usaha tetap tersebut. Ketiga penelitian tersebut, belum ada satupun yang membahas mengenai Kedudukan Hukum

15 15 Perusahaan Bentuk Usaha Tetap (Permanent Esthablishment) Dalam Dimensi Hukum Penanaman Modal Di Indonesia. Penelitian-penelitian terdahulu yang telah penulis sebutkan diatas sekali lagi adalah tidak sama dengan penelitian yang dilakukan penulis, serta dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis memuat unsur kebaruan yakni ditinjau dari ranah hukum yang berbeda yakni meninjau perusahaan dengan bentuk usaha tetap dengan mengkaji dari Undang-undang Pajak Penghasilan dengan Undang-undang Penanaman Modal. 1.7 Landasan Teoritis Perusahaan dengan Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah salah satu Wajib Pajak yang menempati kedudukan khusus dalam sistem perpajakan di Indonesia. Perusahaan dengan bentuk usaha tetap adalah termasuk Wajib Pajak Luar Negeri. Oleh karenanya pengertian perusahaan dengan bentuk usaha tetapakan bersinggungan dengan sistem perpajakan dari Negara lain sehingga perusahaan dengan bentuk usaha tetap juga merupakan salah satu hal yang menjadi bahasan dalam perjanjian perpajakan dengan negara lain. Perusahaan denganbentuk Usaha Tetap (BUT) (permanent establishment) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

16 16 Suatu perusahaan dengan bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan.tempat usaha tersebut bersifat Permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Pengertian perusahaan denganbentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker atau Perantara yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaannya sendiri 12. Menurut Undang- Undang Perpajakan Indonesia, bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak Luar Negeri untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, dapat dikatakan sebagai bentuk usaha tetap yang dapat berupa: 1. tempat kedudukan manajemen; 2. cabang perusahaan; September Anonim, 2011, Bentuk Usaha Tetap, diunduh 12

17 17 3. kantor perwakilan; 4. gedung kantor; 5. pabrik; 6. bengkel; 7. pertambangan dan penggalian sumber alam; wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan; 8. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; 9. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; 10. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan; 11. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; 12. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia. Perbedaan mendasar dibandingkan dengan wajib pajak dalam negeri adalah perusahaan denganbentuk usaha tetap tidak dapat menikmati tax treaty antara Indonesia dengan negara treaty partner lainnya karena bukan penduduk Indonesia dan atas laba bersih setelah pajak yang diterima atau diperoleh bentuk usaha tetapdikenakan branch profit tax. Efek globalisasi yang diwarnai dengan tumbuhnya kawasan bebas perdagangan, jasa dan modal maka transaksi internasional di dalam negeri pun bertumbuh dengan pesatnya. Tak dapat dipungkiri dan dibendung dengan masuknya banyak

18 18 penanaman modal asing baik dalam bentuk portfolio investment dan foreign direct investment yang berimplikasi luas bagi suatu negara termasuk Indonesia. Dalam melakukan penanaman modal, penanam modal asing dapat melakukannya dalam bentuk joint venture (penanaman modal dalam bentuk pembiayaan) yang pada umumnya perusahaan berbentuk penanaman modal asing dan berbadan hukum Indonesia sehingga merupakan wajib pajak dalam negeri (resident taxpayer) 13. Kerancuan praktek hukum di Indonesia tidak hanya terletak pada aparat penegak hukum, tetapi juga karena dipengaruhi oleh opini publik dalam mengartikan pengertian 3 substansi hukum yakni keadilan, kemanfaatan, serta kepastian hukum. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru di masyarakat, akan tetapi sudah menjadi konsumsi publik dimana di dalamnya terdapat perbedaan persepsi atau pandangan mengenai eksistensi penerapan hukum di Indonesia. Berdasarkan tiga (3) nilai-nilai dasar yang dikemukakan di atas oleh Gustav Radbuch, orientasinya adalah menciptakan harmonisasi pelaksanaan hukum di Indonesia.Tujuan hukum untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif, secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak 13 Taripar Doly, 2013, Sekilas tentang Bentuk Usaha Tetap, diunduh 5 September 2013.

19 19 adil 14. Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya adalah mewujudkan ketertiban dan keteraturan, mewujudkan kedamaian sejati, mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat, mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat. Nilai dasar yang pertama adalah keadilan hukum, merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum itu sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Sedangkan makna keadilan itu sendiri masih menjadi perdebatan. Namun keadilan itu terkait dengan pendistribusian yang merata antara hak dan kewajiban. Demikian sentral dan dominan kedudukan dan peranan dari nilai keadilan bagi hukum, sehingga GustavRadbruch 15 menyatakan rechct ist wille zur gerechtigkeit (hukum adalah kehendak demi untuk keadilan). Sedangkan Soejono K.S mendefinisikan keadilan adalah keseimbangan batiniah dan lahiriah yang memberikan kemungkinan dan perlindungan atas kehadiran dan perkembangan kebenaran yang beriklim toleransi dan kebebasan 16. Terkait dengan penanaman modal di Indonesia sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU Penanaman Modal terdapat beberapa asas antara lain sebagai berikut: 1. asas kepastian hukum : setiap adanya kebijaksanaan atau keputusan kemudian ditetapkan yang dalam penanaman modal itu dilandasi pada 14 H. Zainal Azikin, 2012, Mazhab Positifisme, diunduh 11 September Lask, Radbruch, and Dabin, 1950, 20 th Century Legal Philosophy Series : Vol. IV : The Legal Philosophies Of Lask, Radbruch, And Dabin, translated by Kurt Wilk, Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts, h La Patuju, 2013, Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum Dalam Hubungannya Dengan Ketiganya, diunduh 12 September 2013.

20 20 aturan atau norma hukum yang ada diperaturan perundang-undangan yang mengatur tentang penanaman modal. 2. asas keterbukaan : keterbukaan pemerintah didalam memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal dengan benar dan jujur. 3. asas akuntabilitas : setiap kegiatan ataupun hasil dari penanaman modal baik dalam proses harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat mempunyai kedudukan rakyat. 4. asas perlakuan yang sama : tidak ada perbedaaan dari penanaman modal atau pelaku harus mendapatkan perlakuan yang sama. 5. asas kebersamaan : mendorong semua penanam modal dalam atau luar secara bersama sama mengadakan kegiatan usaha yang bertujuan memberikan kesejahteraan rakyat. 6. asas efisiensi berkeadilan : setiap pelaksanaan penanaman modal harus mengedepankan efisiensi ini untuk mencapai iklim usaha yang adil dan kondusif dan iklim berdaya saing. 7. asas berkelanjutan : bahwa penanaman modal itu dari awal sudah terencana investasi itu diupayakan berjalan proses pembangunan melalui penanaman modal didalam melakukan kesejahteraan rakyat dan aspek kemajuan rakyat. 8. asas berwawasan lingkungan : bahwa dalam penanaman modal harus memperhatikan lingkungan supaya tidak melakukan pengerusakan lingkungan.

21 21 9. asas kemandirian : harus mngedepankan kemandirian pemerintah didalam penanaman modal,berusaha dalam menanam modal dalam bidang usaha. 10. asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah keseimbangan yang dimana bisa menikmati oleh semua masyarakat yang ada. Serta apa yang dihasilkan dalam usaha kesatuan nasional tidak juga dinikmati oleh para penanam modal tetapi juga mementingkan semua masyarakat. Sedangkan beberapa asas yang terdapat dalam UUPM yang lainnya yakni sebagai berikut: a. asas ekonomi perusahaan : penanam modal harus diusahakan secara optimal untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien dalam rangka mendapatkan keuntungan. (Pasal 26 UUPMA) b. asas hukum internasional: merupakan asas di dalam penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan penanaman modal, apabila pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pencabutan hak milik secara menyeluruh dan penyelesaiannya harus didasarkan pada hukum internasional. (Pasal 21 UUPMA) c. asas demokrasi ekonomi : dilandasi adanya kebebasan yang meluas di era globalisasi. (Penjelasan Pasal 4 UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN) d. asas kemanfaatan : semua pihak yang terkait didalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

22 22 Asas kepastian hukum yang dianut oleh Undang-undang Penanaman Modal, sesuai dengan teori dari Hans Kelsen dengan menyatakan ada dua hal yang penting bagi seseorang yang mempelajari Teori Hukum : pertama untuk memahami unsur-unsur penting dari teori hukum (teori hukum murni), kedua untuk merumuskan teori tersebut agar dapat mencakup masalah-masalah dan institusi-institusi hukum terutama berkaitan dengan tradisi dan suasana hukum sipil, anglo saxon. Teori hukum umum berguna untuk menerangkan hukum positif sebagai bagian dari suatu masyarakat tertentu. Jadi teori ini berusaha untuk menerangkan secara ilmiah tentang tata hukum tertentu yang menggambarkan komunitas hukum terkait. Filosofi hukum yang ada pada waktu itu telah terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu pengetahuan di sisi yang lain, dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. Oleh karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang berupaya untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum.yurisprudensi ini dikarakterisasikan sebagai kajian kepada hukum, sebagai satu objek yang berdiri sendiri, sehingga kemurnian menjadi prinsip-prinsip metodolgikal dasar dari filsafatnya. Perlu dicatat bahwa paham anti-reduksionisme ini bukan hanya merupakan metodoligi melainkan juga substansi. Kelsen meyakini bahwa jika hukum dipertimbangkan sebagai sebuah praktek normatif, maka metodologi yang reduksionis semestinya harus dihilangkan. Akan tetapi, pendekatan ini tidak hanya sebatas permasalahan metodologi saja.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun. penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun. penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di

Lebih terperinci

BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK

BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK Dalam Undang-undang Pajak Domestik di Negara Jerman pada tahun 1922 memberikan pandangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri Dengan adanya perkembangan dalam masyarakat, sifat upeti (pemberian) yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

Lebih terperinci

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK PENGERTIAN PAJAK Negara sebagai suatu organisasi besar tentunya memiliki tujuan berkesinambungan, terutama terkait dengan pembangunan yang berujung pada kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu tentu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUMAS 2011 KATA PENGANTAR DAFTAR

Lebih terperinci

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI Perpajakan I Modul ke: Pengantar Perpajakan Fakultas 01FEB Dra. Muti ah, M.Si Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam menjalankan

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUMAS 2011 KATA PENGANTAR DAFTAR

Lebih terperinci

BENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com BENTUK USAHA TETAP BUT Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com BENTUK USAHA TETAP Definisi : (pasal 2 UU Pph) bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan demi menciptakan masyarakat yang makmur, yang dimana akan diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

BAB II LANDASAN TEORI. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Keuangan Negara II.1.1 Definisi Keuangan Negara Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara : Keuangan Negara adalah semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang pribadi ( natural person) ataupun badan hukum (juridical

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang pribadi ( natural person) ataupun badan hukum (juridical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang sedang membangun. Untuk membangun diperlukan adanya modal atau investasi yang besar. Secara umum investasi atau penanaman modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang berkesinambungan pada berbagai bidang merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan undang-undang no.6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak yang didefenisikan oleh Rochmat Soemitro adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

22/06/2013. Materi Kuliah SUBJEK PAJAK. Definisi Subjek Pajak. Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008)

22/06/2013. Materi Kuliah SUBJEK PAJAK. Definisi Subjek Pajak. Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008) Materi Kuliah SUBJEK PAJAK Definisi Subjek Pajak Subjek pajak adalah orang/pihak yang dituju oleh undang-undang perpajakan untuk dikenakan pajak Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008) Orang Pribadi Warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Globalisasi telah menjalar dan berkembang ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Globalisasi juga memberikan dampak yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelangsungan hidup suatu negara merupakan kelangsungan bagi masyarakatnya. Untuk memenuhi kelangsungan hidup suatu negara diperlukan dana untuk membiayainya. Dana

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok)

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok) ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok) RIZKI WULANDARI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN... i PENGERTIAN DAN DEFINISI... 1 CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK... 1 ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN... 1 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK... 4 i PENGERTIAN DAN DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia memiliki tujuan pembangunan Nasional yaitu terciptanya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ketiga, sehingga dalam praktek berbangsa

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN Materi: DASAR-DASAR PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau afifudin_aftariz@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia memiliki tujuan Pembangunan Nasional yaitu terciptanya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari perpajakan. Secara sederhana pajak adalah instrumen yang dipergunakan oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya terdapat berbagai ras, suku, dan budaya dengan bermacam-macam pekerjaan dan kegiatan usaha. Negara mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki

Lebih terperinci

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Wajib pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-udangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Perpajakan Sejarah Pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial

Lebih terperinci

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi Apakah pajak itu? Kenapa pajak timbul dalam masyarakat? Apakah peranan pajak bagi negara? Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yaitu dapat melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara di dunia. Berdasarkan cara pandang tersebut, para pengusaha dari berbagai negara dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan dengan beragamnya cara pandang penduduk Indonesia, maka diperlukan suatu peraturan

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA OLEH: Yulazri M.Ak. CPA Pajak Penghasilan (PPh) Dasar Hukum : No. Tahun Undang-Undang 7 1983 Perubahan 7 1991 10 1994 17 2000 36 2008 SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN 1. a. Orang Pribadi b. Warisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL Bab 1 PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Indonesia adalah bagian dari dunia internasional, setiap negara dipastikan menjalin hubungan dengan negara lainnya guna mengadakan transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah Yayasan, bukan merupakan istilah yang asing. Sudah sejak lama Yayasan hadir sebagai salah satu organisasi atau badan yang melakukan kegiatan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan perpajakan, Wajib Pajak tidak memperoleh imbalan secara langsung atas pembayaran pajak yang di lakukannya. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan organisasi di suatu wilayah yg mempunyai kekuasaan tertinggi yg sah dan ditaati oleh rakyat; kelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 DASAR DASAR PERPAJAKAN

PERTEMUAN 1 DASAR DASAR PERPAJAKAN PERTEMUAN 1 DASAR DASAR PERPAJAKAN Definisi dan Unsur Perpajakan Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna

Lebih terperinci

Vol.7 No Keywords: Company With Permanent Establishment, Investment, Rule of Law.

Vol.7 No Keywords: Company With Permanent Establishment, Investment, Rule of Law. KEDUDUKAN HUKUM PERUSAHAAN BENTUK USAHA TETAP (PERMANENT ESTABLISHMENT) DALAM DIMENSI HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA Oleh: Putu Ratih Prabandari 1, Ni Ketut Supasti Dharmawan 2, Desak Putu Dewi Kasih

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3. Teori Justifikasi, Syarat dan Asas-Asas Pajak

Kegiatan Belajar 3. Teori Justifikasi, Syarat dan Asas-Asas Pajak Kegiatan Belajar 3 Teori Justifikasi, Syarat dan Asas-Asas Pajak 1. Teori Justifikasi, Syarat dan Asas-Asas Pajak a. Teori Justifikasi Mengapa fiskus suatu negara berhak memungut pajak dari penduduknya?

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. 1 Pengertian Pajak (1) Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK 1 TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang tinjauan umum hukum pajak di Indonesia. B. Khusus o Mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara. REALISASI PENDAPATAN PAJAK REKLAME DALAM PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 1998 DI KABUPATEN WONOGIRI (Studi Kasus Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri) TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1 PENGERTIAN PAJAK (2) Prof. Dr. P.J.A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana diketahui bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Hukum pajak disebut juga hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturanperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada era globalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Pajak II.1.1 Pengertian, Unsur dan Fungsi Pajak Pada dewasa ini perusahaan membutuhkan laporan operasional dan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dalam hal ini, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya pasar bebas yang sedang terjadi telah menghilangkan batas ruang dan waktu setiap individu di dunia. Pasar bebas terjadi dalam berbagai sektor termasuk perekonomian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Salah satu sumber utama penghasilan negara adalah pajak. Pajak mempunyai kontribusi yang cukup tinggi dalam penerimaan Negara. Pada beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Di dalam bab ini kita akan membahas mengenai karakteristik penelitian yang meliputi objek dari penelitian, sejarah singkat, tujuan dari penelitian, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Pembangunan di segala bidang merupakan tanggung jawab pemerintah dan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perpajakan A. Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : 1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Signaling Theory adalah suatu hubungan antara manajemen yang memberikan informasi atau sinyal mengenai perusahaan dengan persepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitan ini menggunakan beberapa sumber dari penelitian terdahulu sebagai dasar penelitiannya, penelitian-penelitian yang terdahulu adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5768 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 279). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik secara material maupun spiritual,

Lebih terperinci

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA PENGERTIAN HUKUM E. UTRECHT : Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup yang berisi perintahperintah dan larangan-larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemajakan atas suatu penghasilan secara bersamaan oleh negara domisili 1 dan sumber 2 menimbulkan pajak ganda internasional (international double taxation). Oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pajak pada hakikatnya memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan karena pajak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK 15 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK A. Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan usaha yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam perkembangannya telah menghasilkan pembangunan yang pesat dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Public Sector Accounting 2015-12-14 Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap

Lebih terperinci

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) PENGERTIAN DAN TUJUAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Perjanjian penghindaran pajak berganda adalah perjanjian pajak antara dua negara bilateral

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat : a. bahwa Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pajak merupakan salah satu simbol eksistensi suatu negara karena menjadi salah satu bukti bahwa pemerintahan negara tersebut diakui oleh rakyat. Jika

Lebih terperinci