Pemeriksaan-pemeriksaan Penting pada Menopause

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemeriksaan-pemeriksaan Penting pada Menopause"

Transkripsi

1 Pemeriksaan-pemeriksaan Penting pada Menopause oleh: Mochamad Anwar, Shofwal Widad dan Zain Alkaff Subbagian Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Pendahuluan Pemeriksaan dan evaluasi pada wanita peri- dan pasca-menopause harus diletakkan pada konteks promosi kesehatan secara menyeluruh. Selain pemeriksaan klinis standar, harus pula meliputi evaluasi kualitas hidup dan pemeriksaan faktor risiko. Tujuan pemeriksaan faktor risiko adalah untuk mengidentifikasi risiko penyakit yang mungkin timbul pada wanita menopause. 1 Meskipun menopause merupakan siklus biologik yang normal bagi seorang wanita, perlu dilakukan pemeriksaan-pemriksaan khusus untuk mengantisipasi timbulnya kelainan yang serius akibat dampak menopause pada kondisi fisik, psikologis dan sosial, serta memerlukan pendekatan yang komprehensif dan logis berdasarkan bukti klinik (evidence-based). 2 Pemeriksaan yang komprehensif pada wanita peri- atau pasca-menopause meliputi risiko terhadap timbulnya penyakit-penyakit umum antara lain pemeriksaan riwayat faktor personal, faktor sosial, gaya hidup dan perilaku kesehatan, faktor lingkungan, pola menstruasi, kesehatan mental dan fungsi kognitif. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan terhadap faktor-faktor risiko yang spesifik bagi penyakit-penyakit yang sering terjadi pada wanita menopause yaitu penyakit kardiovaskular, osteoporosis dan kanker. Canadian Consensus on Menopause and Osteoporosis menyatakan evaluasi dan pemeriksaan wanita perimenopause harus memfokuskan pada 3 area, yaitu penilaian status menopause dan derajat berat-ringannya gejala, penilaian status kesehatan sekarang, dan penilaian faktor risiko terhadap penyakit. 3 Meskipun patofisiologi menopause tidak jelas, defisiensi estrogen secara tradisional dianggap bagian terpenting pada menopause. Perubahan fungsi endokrin tidak terjadi secara mendadak pada wanita yang mengalami menopause spontan 1

2 (alamiah). Transisi menopause terdiri dari 3 fase yaitu: (1) perimenopause, (2) berhentinya menstruasi, dan (3) pascamenopause. Pada fase perimenopause terjadi permulaan kemunduran fungsi ovarium yang akan berlanjut sampai berhentinya menstruasi, dan pada fase ini 96% wanita menstruasinya menjadi tidak teratur. Fase peri-menopause lamanya bervariasi antara 1 sampai 8 tahun sampai masuk dalam fase berhentinya menstruasi, dan diikuti dengan fase pascamenopause. Masa-masa menjelang menopause biasanya ditandai oleh serangkaian siklus dengan fase folikuler yang lebih pendek, siklus yang tidak teratur dan perdarahan yang anovulatorik. Terkadang sulit untuk membedakan secara klinis perdarahan-perdarahan tersebut dari perdarahan akibat penyakit organik termasuk kanker endometrium. Stages: Terminology: Reproductive Menopausal transition Postmenopause Early Peak Late Early Late* Early* Late Perimenopause Duration of Stage: variable variable Menstrual Cycles: variable to regular regular variable cycle length (>7 days different from normal) intervals of amenorrhea (>42 days) a 1 yr b 4 yrs none Endocrine: Normal FSH FSH FSH FSH *Stages most likely to be characterized by vasomotor symptoms until demise Gambar 1. Sistem nomenklatur tentang menopause yang diusulkan oleh Staging Reproductive Aging Workshop (STRAW). Deer Valley, Utah, Juli ,5,6 Final Menstrual Period (FMP) 0 Perubahan-perubahan hormonal pada masa menopause Setelah hampir 4 dekade ovarium memproduksi estrogen, progesteron dan androgen, kemampuan produksi hormon-hormon tersebut akan menurun sampai tidak memproduksi sama sekali. Dalam masa transisi tersebut folikel-folikel ovarium resistensinya meningkat terhadap stimulasi FSH, sementara kadar estradiol relatif tetap 2

3 atau konstan. Proses ini secara jelas ditunjukkan dengan adanya resistensi relatif pada gonadotropin yang didapatkan pada wanita-wanita yang dilakukan induksi ovulasi pada program fertilisasi in vitro. Rata-rata pada wanita yang umurnya kurang dari 30 tahun bila distimulasi dengan 225 IU FSH tiap hari, kadar estrogennya bisa mencapai lebih dari 1000 pg/ml. Sebaliknya pada wanita yang umurnya lebih dari 40 tahun tidak dapat mencapai kadar estradiol yang setara meskipun diberikan FSH 3 kali lipat per hari. Tingkat resistensi ovarium terhadap stimulasi tersebut mungkin berkaitan dengan terjadinya hot flashes pada wanita, yaitu sebagai akibat dari peningkatan gonadotropin akibat kadar estradiol yang rendah. 2,4 Rata-rata kecepatan produksi estradiol turun menjadi 12 pg/24 jam atau 44 nmol/24 jam, namun demikian meskipun jumlah estrogen yang disekresikan oleh ovarium tampaknya tidak berarti, selama hidup wanita dalam sirkulasi darahnya selalu mengandung estradiol dan estron. Rata-rata laju produksi estron adalah 55 pg/24 jam atau 202 nmol/24 jam. Menjelang menopause kadar estradiol antara 50 sampai 300 pg/ml, dan pada masa pascamenopause kira-kira 100 pg/ml. Terdapatnya sirkulasi estrogen perifer pada wanita menopause tersebut menunjukkan adanya konversi perifer dari androgen ke estrogen terus berlangsung. Sebagian besar estrogen-estrogen tersebut berasal dari konversi perifer (proses aromatisasi) dari androstenedion, yaitu androgen yang diproduksi terutama oleh glandula adrenal dan sebagian kecil oleh ovarium pada masa pascamenopause. Proses aromatisasi dari androgen ke estrogen terjadi terutama di otot dan jaringan lemak. Oleh karena itu, pada wanita-wanita yang gemuk sering kadar estrogennya meningkat sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Sebaliknya pada wanita-wanita yang kurus kadar estrogen dalam darahnya menurun, hal ini menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya osteoporosis. Namun anehnya, kenaikan kadar estrogen yang sering terlihat pada wanita-wanita gemuk tidak mampu mencegah terjadinya gejala-gejala menopause. 2,4 Setelah menopause, produksi progesteron akan berhenti. Menghilangnya progesteron atau turunnya progesteron umumnya tidak berkaitan dengan timbulnya gejala-gejala premenstrual. Menurunnya kadar progesteron akan berpengaruh pada endometrium dan payudara yang responsif terhadap hormon-hormon steroid. Progesteron melindungi endometrium terhadap meningkatnya stimulasi estrogen dalam masa reproduksi. Progesteron terutama mengatur reseptor estrogen, namun selain itu juga mempunyai efek intranuklear langsung yang dapat mencegah efek tropik estrogen pada endometrium. 3

4 Jaringan payudara diketahui sangat sensitif terhadap hormon-hormon steroid. Meskipun hubungannya tidak jelas dibandingkan dengan jaringan endometrium, stimulasi estrogen pada payudara pada keadaan tanpa progesteron diduga berperan dalam pertumbuhan kanker payudara. Hormon ketiga yang diproduksi oleh ovarium adalah androgen, terutama testosteron dan androstenedion. Kadar androgen juga menurun pada masa pascamenopause. Menjelang menopause ovarium memproduksi kira-kira 50% androstenedion dan 20% testosteron dibanding pada usia muda. Konsentrasi testosteron pada wanita kurang dari sepersepuluhnya dibanding pada laki-laki kira-kira (0,5 ng/ml pada wanita dan 6 ng/ml pada laki-laki). Sedangkan kadar testosteron bebas pada wanita hanya sepertiga dibanding pada laki-laki oleh karena sex hormone binding globulin (SHBG) pada wanita lebih tinggi dibanding laki-laki. 2,4 Setelah menopause, produksi androgen total menurun terutama oleh karena produksi dari ovarium menurun, selain itu produksi dari adrenal juga menurun. Kadar sirkulasi androstenedion dan testosteron setelah menopause kira-kira 0,53 dan 0,23 ng/ml dan dari produksi keseluruhan ini ovarium mensekresi 20% androstenedion dan 40% testosteron terutama sebagai akibat stimulasi gonadotropin pada sel-sel stroma. Turunnya fungsi ovarium pada masa pascamenopause akan menyebabkan penurunan yang tajam kadar androgen. 4 Pemeriksaan riwayat wanita yang penting pada menopause Akibat turunnya kadar estrogen pada wanita menopause, gejala yang paling sering terjadi pada menopause adalah instabilitas vasomotor, insomnia, depresi, syaraf, disforia, asthenia, turunnya libido, dispareunia, palpitasi, mastalgia, parestesia, mialgia, sakit kepala dan arthralgia (sakit pada persendian). 7 Pemeriksaan yang secara rutin harus dikerjakan adalah: 7 Riwayat kesehatan reproduksi yang menyangkut saat menarche, riwayat kehamilan dan paritas, riwayat menyusui, operasi ginekologis yang pernah dijalankan serta riwayat menstruasinya, Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal, Riwayat aktifitas sexual yang meliputi frekwensi hubungan seksual, kemampuan untuk terangsang, libido, orgasmus dan adanya disparenia, 4

5 Gejala-gejala terjadinya kelemahan otot dasar panggul dan kelemahan fungsi kandung kencing, Rasa sakit pada tulang atau persendian, artritis, fraktur dan osteoporosis, Tinggi badan yang makin memendek Riwayat achlorhydria dan lactose intolerance, Evaluasi kualitas hidup yang meliputi riwayat psikiatrik, kelainan premenopausal dan kelaianan gairah, disforia premenstrual dan fungsi kognitif, Riwayat keluarga yang meliputi terjadinya menopause awal, penyakit kardiovaskular, osteoporosis, kanker dan demensia, Riwayat nutrisi terutama intake sodium, kalsium dan terutama vitamin D, Pemakaian obat-obatan seperti kortikosteroid, Pengertian dan harapan-harapan pada masa menopause. Pemeriksaan fisik Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik yang komprehensif, perhatian terutama harus ditujukan kepada hal-hal sebagai berikut: 7 Postur tubuh (berkaitan dengan perubahan-perubahan kompresi akibat osteoporosis), fleksibilitas, tonus otot, koordinasi, tinggi badan dan proporsi tubuh, Body mass index (BMI), komposisi badan dan lingkar panggul, Pemeriksaan payudara, Pemeriksaan pelvis yang meliputi ukuran dan bentuk uterus dan adneksa, evaluasi status estrogenik pada mukosa vagina, elastisitas dan ketebalan dinding vagina (discharge dan atrofi), integritas dasar panggul (sistokel dan rektokel) dan fungsi muskulus levator ani, Kualitas penglihatan dan pendengaran. 5

6 Pemeriksaan-pemeriksaan khusus pada menopause 1. Pemeriksaan risiko kanker payudara Tujuan pemeriksaan risiko (risk assesment) adalah untuk mengidentifikasi wanita yang mempunyai risiko tinggi untuk timbulnya kanker payudara. Sayangnya, 76% dari kanker payudara terjadi pada wanita tanpa didapatkan adanya risiko. Wanita dengan predisposisi genetik yang kuat untuk terjadinya kanker payudara dan pada mereka-mereka yang dapat diidentifikasi sebagai kelompok risiko tinggi dengan monitoring yang ketat dapat dipertimbangkan untuk pemberian kemoterapi profilaksi. Model Gail (2000) adalah suatu pengukuran risiko pada wanita untuk memprediksi setiap lima tahun dan kemungkinan lamanya untuk mendapatkan kanker payudara dibanding dengan wanita pada umur yang sama dengan risiko rendah. Faktor-faktor yang dievaluasi menurut model dari Gail adalah: umur, umur pada saat menarche, umur pada saat melahirkan anak pertama, jumlah keluarganya yang menderita kanker payudara, biopsi payudara dan ras. Pemeriksaan risiko (risk assesment) bisa sangat berguna terutama pada wanitawanita yang berisiko tinggi. Pemeriksaan payudara oleh para klinisi harus dilakukan setiap tahun sekali dan pada beberapa penelitian didapatkan bahwa pemeriksaan dengan mammografi sangat efektif untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Namun demikian anjuran pemeriksaan mammografi tergantung dari umur wanita dan adanya risiko kanker payudara, oleh karena efektifitas penapisan mammografi atau screening mammography untuk dapat mempengaruhi kematian wanita pada umur 40 sampai 49 tahun masih menjadi perdebatan. Selain itu wanita perlu dididik cara memeriksa payudaranya sendiri untuk melihat adanya kelainan. Meskipun demikian dianjurkan pada umur 40 tahun wanita mengetahui untung ruginya pemeriksaan mammografi. Diantara umur 50 dan 69 tahun wanita dianjurkan untuk melakukan skrining setiap 2 tahun, setelah umur 69 tahun wanita harus dilakukan skrining berdasarkan pada adanya indikasi klinis. 8 6

7 2. Pemeriksaan risiko penyakit kardiovaskuler Penyakit arteri koroner merupakan sebab utama kematian wanita di Amerika serikat, lebih dari wanita meninggal akibat infark miokard setiap tahun. Di antara wanita di atas 65 tahun, 30% diantaranya menderita penyakit arteri koroner, namun sebagian besar tak terdiagnosis. Penyakit kardiovaskuler sering dianggap sering terjadi pada laki-laki daripada wanita, namun pada kenyataannya sangat berlainan. Bukan hanya angka kematian wanita akibat penyakit kardiovakuler lebih tinggi daripada lakilaki, tetapi pada wanita juga merupakan sebab kematian yang paling sering terjadi. 9 Namun demikian pada laki-laki insidensi penyakit kardiovaskuler meningkat secara progresif pada usia muda (35 tahun), sementara pada wanita pada usia lanjut (55 tahun). Di Inggris pada usia tahun angka kematian akibat penyakit jantung koroner kira-kira 6 kali lebih tinggi pada laki-laki dibanding pada wanita, selain itu penyakit jantung koroner timbulnya lebih lambat pada wanita dibanding pada laki-laki. Timbulnya gejala angina pektoris dan angka kematian mendadak pada wanita juga lebih rendah dibanding laki-laki. Oleh karena penyakit kardiovaskuler jarang timbul sebelum masa menopause, defisiensi estrogen dianggap sebagai penyebab utama timbulnya penyakit tersebut. Mekanisme perlindungan estrogen terhadap sitem kardiovaskular meliputi: memperbaiki profil lemak, dengan meningkatkan highdensity lipoprotein (HDL) cholesterol, menurunkan low-density lipoprotein (LDL) cholesterol, dan menurunkan total cholesterol, memperkuat fungsi endotheliumderived relaxing factor (nitric oxide) yang menyebabkan vasodilatasi koroner, mempunyai efek antioxidan terhadap LDL cholesterol sehingga menurunkan pembentukan plaque, menurunkan fibrinogen serum, mempunyai calciumchannel blocking efect dan meningkatkan sintesis prostasiklin. 8,10 3. Perdarahan abnormal Dalam masa transisi menopause diperkirakan bahwa ketidakteraturan menstruasi terjadi pada lebih dari separuh wanita. Perdarahan abnormal dapat berupa perdarahan yang tidak teratur, perdarahan berat, atau perdarahan yang memanjang. Pada sebagian besar wanita, perdarahan uterus berkaitan dengan siklus yang anovulatoar. Gangguan pola menstruasi ini berkaitan dengan 7

8 turunnya secara bertahap jumlah folikel-folikel yang normal yang menggambarkan peningkatan kadar FSH secara bertahap. Meskipun anovulasi merupakan sebab yang paling sering yang menyebabkan terjadinya perdarahan dari uterus yang abnormal tapi bukan merupakan sebab yang terpenting. Dengan turunnya kemungkinan terjadinya kehamilan, insidensi kanker endometrium meningkat, maka dari itu kanker endometrium harus dicurigari pada wanita-wanita perimenopause dengan perdarahan uterus yang abnormal. Pada masa pascamenopause insidensi kanker endometrium kira-kira 0,1% wanita per tahun, tetapi pada wanita dengan perdarahan uterus yang abnormal meningkat sampai 10%. Risiko ini meningkat kira-kira lima kali pada wanita dengan riwayat pemakaian estrogen dan menurun lebih dari duapertiga yang minum kombinasi estrogen dan progestogen. Kemungkinan keganasan seperti adanya hiperplasi endometrium yang kompleks lebih sering terjadi pada masa transisi menopause. Oleh karena diagnosis awal merupakan cara yang terbaik untuk meningkatkan prognosis, pada wanita-wanita perimenopause yang menderita perdarahan uterus yang abnormal harus dilakukan pemeriksaan fisik, ditambah salah satu atau beberapa prosedur pemeriksaan berikut: biopsi endometrium, kuretase, sonohisterografi salin, histeroskopi, atau ultrasonografi transvaginal. Namun, pemeriksaan ultrasonografi abdominal atau transvaginal secara rutin tidak direkomendasikan oleh Canadian Consensus on Menopause and Osteoporosis pada wanita pascamenopause yang tidak mengalami keluhan perdarahan abnormal. Sedang sebab-sebab lain yang harus dipertimbangkan adalah kanker serviks, polips atau mioma. 3,11 Pemeriksaan laboratorium Kadar gonadotropin (FSH) harus diperiksa, oleh karena pemeriksaan FSH merupakan tes laboratorium kunci untuk diagnosis menopause. 7 Namun demikian pemeriksaan FSH, LH dan E 2 serum secara random tidak dianjurkan untuk memprediksi menopause oleh karena tanda atau marker yang jelas untuk mendiagnosis menopause belum ditemukan. 3,12 Turunnya fungsi ovarium yang dimulai sejak akhir usia tiga puluhan berkaitan dengan kenaikan kadar FSH secara bertahap. Pada wanita-wanita yang masih mengalami menstruasi baik yang teratur maupun yang tidak teratur, 8

9 pemeriksaan FSH pada hari kedua dan ketiga pada siklus menstruasi dikatakan naik bila kadarnya mencapai miu/ml, hal ini menunjukkan telah menurunnya cadangan ovarium. Diagnosis menopause dapat ditegakkan pada kenaikan yang substansial dari kadar FSH yang biasanya mencapai >40mIU/ml. Namun demikian pada wanita-wanita perimenopause, kenaikan FSH sering intermitten (bergejolak) dan harga yang absolut tidak dapat dipercaya untuk menentukan permulaan menopause yang sesungguhnya. 7 Pada wanita perimenopause yang diobati dengan kontrasepsi hormonal, gonadotropin sering tertekan dan status ovariumnya harus dievaluasi setelah penghentian kontrasepsi hormonal dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Dalam masa ini untuk menghindarkan terjadinya kehamilan, kontrasepsi barier harus dipakai dan pemberian HRT (hormone replacemnet therapy) harus dipertimbangkan bila gejala-gejala vasomotor atau gejala menopause yang lain timbul. 7,13 Pada keadaan dimana FSH meningkat, estradiol menurun (<30 pg/ml), tidak mungkin terjadi kehamilan sehingga HRT bisa dimulai. Pada wanita usia perimenopause dengan gejala-gejala difisiensi estrogen atau normal atau kadar gonadotropin yang rendah, prolaktin harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya supresi produksi gonadoptropin akibat hiperprolaktinemia. 7 Estrogen, progesteron, androgen, dan tirotropin harus diperiksa bila ada indikasinya. Kadar estradiol serum bervariasi pada wanita-wanita dengan siklus menstruasi normal dan bahkan juga bervariasi pada wanita-wanita perimenopause. Kadar hormon-hormon tersebut dapat bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi seperti yang didapatkan pada saat preovulasi pada siklus menstruasi. Pemeriksaan estrogen tunggal kurang bermanfaat, informasi yang lebih akurat didapatkan dari pemeriksaan kadar FSH dan LH. 7 Pemeriksaan sitologik usapan dinding lateral vagina hanya berguna untuk menilai penurunan kadar estrogen derajat berat. Sel-sel epitel vagina sangat sensitif terhadap estrogen, dan dapat menyebabkan terjadinya keratinisasi total, sementara penurunan kadar estrogen tersebut efeknya pada sel-sel, jaringan-jaringan atau sistemsistem yang lain masih bersifat hipoestrogenik. Oleh karena itu, pemeriksaan sitologi tidak mempunyai makna untuk menentukan dosis HRT. 7,13 9

10 Pemeriksaan progesteron serum tidak ada gunanya pada wanita yang mengalami amenorea akibat menopause. Pada wanita yang masih mengalai menstruasi pada masa perimenopause, pemeriksaan status ovulasi mungkin masih diperlukan. 7 Pemeriksaan androgen serum, terutama testosteron, testosteron bebas, dan dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS) perlu dilakukan pada wanita yang mengalami gejala-gejala hiperandrogenismus. Pada wanita-wanita perimenopause yang masih mengalami menstruasi, kadar androgennya harus diperiksa pada minggu pertama fase folikular. Sedangkan pemeriksaan androgen pada wanita menopause yang mengalami penurunan libido masih kontroversial. 7 Pemeriksaan thyrotropin serum perlu dilakukan oleh karena hipotiroidismus sering terjadi dan dapat disembuhkan pada wanita usia perimenopause. 7 Kesimpulan Selain pemeriksaan riwayat reproduksi dan pemeriksaan dasar yang komprehensif, perlu dilakukan pemeriksaan khusus terhadap faktor-faktor risiko yang spesifik terhadap penyakit-penyakit yang sering terjadi pada wanita menopause yaitu yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, kanker payudara dan kanker endometrium. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut antara lain: pemeriksaan endokrinologik, Papanicolaou ( Pap ) smears, mammografi, metabolisme lemak, pemeriksaan kepadatan tulang (bone density), dan bila ada indikasi dilakukan pemeriksaan endometrium dan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal. Meskipun patofisiologi menopause belum diketahui dengan jelas tetapi defisiensi estrogen secara tradisional dianggap bagian terpenting pada wanita menopause. Pemeriksaan kadar gonadotropin FSH merupakan tes laboratorium kunci untuk diagnosis menopause, namun demikian pemeriksaan FSH, LH dan E 2 secara random tidak dianjurkan untuk memprediksi menopause oleh karena belum didapatkan marker yang jelas untuk mendiagnosis menopause. Kepustakaan 1. Blake JM, Contestabile E, Forter M,. Canadian Consensus on Menopause and Osteoporosis, Evaluation, decision-making and follow-up, J Obstet Gynecol Can 2002; Wilson, MMG., Menopause, Clin Geriatr Med 2003;19:

11 3. Contestabile and Derzko. Executive Summary, Canadian Consensus on Menopause and Osteoporosis, J Obstet Gynecol, The Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine (ASRM). The menopausal transition. Fertil Steril 2004;82(Suppl 1): Woods NF, Mitchell ES. Perimenopause: an update. Nurs Clin N Am 2004;39: Arroyo A, Yeh J. Understanding the menopausal transition, and managing its clinical challenges. Sexuality, Reproduction & Menopause 3(1):12-7, Cobin et al. AACE Medical Guidelines for Clinical Practice for Management of Menopause. Endocrine Practice 1999;5(6): Smith T and Contestabile E. Executive Summary, Canadian Consensus on Menopause and Osteoporosis, J Obstet Gynecol, Collins P and Beale CM., The Cardioprotective Role of HRT: A Clinical Update, The Parthenon Publishing Group, Turek MA, Derzko C. Hormone replacement therapy and Cardiovascular Disease, Canadian Consensus on Menopause and Osteoporosis, J Obstet Gynecol, Anonym. Clinical Challenges of Perimenopause: Consensus Opinion of The North American Menopause Society. Menopause. The Journal of The North American Menopause Society 2000;7(1): Rowe T et al. The Canadian Consensus on Menopause and Osteoporosis 2002 Update, J Obstet Gynecol, The Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine (ASRM). Estrogen and progestogen therapy in postmenopausal women, Fertil Steril 2004;82 (Suppl):

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus seksual wanita usia 40-50 tahun biasanya menjadi tidak teratur dan ovulasi sering gagal terjadi. Setelah beberapa bulan, siklus akan berhenti sama sekali. Periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PREMENOPAUSE Prameopause adalah masa sekitar usia 40 thn dengan dimulainya dengan siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, yang kadang kadang disertai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

AACE Mengeluarkan Panduan untuk Terapi Hormon Menopause

AACE Mengeluarkan Panduan untuk Terapi Hormon Menopause AACE Mengeluarkan Panduan untuk Terapi Hormon Menopause Menopause didiagnosis pada wanita yang tidak lagi mendapatkan menstruasi dalam 1 tahun. Setelah menopause, lebih dari 85% wanita mengalami gejala

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kanker payudara merupakan masalah besar di seluruh dunia dan merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., 2009). Di Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Manusia menganggap bahwa menjadi tua merupakan hal yang harus terjadi,

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging) yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif. Pada fase ini,

Lebih terperinci

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11 Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak 1.384.155 kasus baru (38,9%) dengan angka mortalitas sebesar 458.503 (12,4%).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai sebuah gangguan dalam proses yang memiliki karakteristik siklus respon seksual atau rasa sakit terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang Indonesia yang diselenggarakan secara terstruktur dan menjadi tanggung jawab Kemendiknas. Tingkat pendidikan dibagi kedalam

Lebih terperinci

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi TERAPI HORMONAL & NONHORMONAL DALAM PENATALAKSANAAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI (PUD) Pendahuluan Etiologi PUD Belum diketahui i pasti Beberapa pilihan terapi Pendahuluan Pembagian : PUD akut kronis Perimenarcheal

Lebih terperinci

PROBLEMA FISIOLOGIK PADA MENOPAUSE

PROBLEMA FISIOLOGIK PADA MENOPAUSE PROBLEMA FISIOLOGIK PADA MENOPAUSE Mochamad Anwar Subdivisi Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas Bagian Obstetri dan Ginekologi Facultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta MENOPAUSE adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita dimulai saat berkurang sampai berhenti fase menstruasi, ditandai dengan berhenti diproduksinya sel telur

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause didefinisikan sebagai 1 tahun tanpa menstruasi. dikarenakan semakin berkurangnya produksi estrogen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause didefinisikan sebagai 1 tahun tanpa menstruasi. dikarenakan semakin berkurangnya produksi estrogen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopause 2.1.1. Definisi Menopause Menopause didefinisikan sebagai 1 tahun tanpa menstruasi dikarenakan semakin berkurangnya produksi estrogen. Meskipun beberapa wanita mungkin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus

Lebih terperinci

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin softgel mengandung 60% atau sekitar 720mg natural sari kedelai konsentrat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia telah makan kedelai sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria (Karli,2012). Sebagai contoh, 18% wanita memiliki migren sedangkan pria hanya 6%. Wanita

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dan kelebihan berat badan bukan hanya menjadi masalah di negara maju tetapi juga merupakan masalah yang semakin meningkat di negara-negara berkembang. Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum memberikan gejala-gejala yang diketahui (asymtomatic disease). Osteoporosis baru diketahui ada apabila

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

ABSTRAK PROBLEMATIKA MENOPAUSE DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN TERAPI SULLH HORMON ( STUDI PUSTAKA )

ABSTRAK PROBLEMATIKA MENOPAUSE DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN TERAPI SULLH HORMON ( STUDI PUSTAKA ) ABSTRAK PROBLEMATIKA MENOPAUSE DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN TERAPI SULLH HORMON ( STUDI PUSTAKA ) Anne Susanty, 2001.Pembimbing :Ucke S. Sastrawinata, dr., SpOG MMBA-Tech PS. Napitu pulu,d r.,mmba-tech

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

Estrogen dan Progesteron. Dr. H. Taufiqurrahman Rahim, SpOG (K)

Estrogen dan Progesteron. Dr. H. Taufiqurrahman Rahim, SpOG (K) Estrogen dan Progesteron Dr. H. Taufiqurrahman Rahim, SpOG (K) Estrogen Estrogen adalah hormon streoid seks dengan 18 atom C dan dibentuk terutama dari 17- ketosteroid androstenedion. Jenis yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sering kita jumpai klinik-klinik kecantikan maupun praktisi dokter yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan agar tetap

Lebih terperinci

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23 OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23 Etiologi Sebagian besar kelainan reproduksi pria adalah oligospermia yaitu jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter semen dalam satu kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Andropause atau kadang disebut menopause pria umumnya terjadi pada pria separuh baya, kira-kira waktunya sama ketika seorang wanita mengalami menopause. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

Hormon Replacement Therapy

Hormon Replacement Therapy Hormon Replacement Therapy A. Latar Belakang Menopause merupakan suatu kondisi dimana seorang wanita tidak lagi mendapatkan haid yang disebabkan oleh menurunnya kadar estrogen. Ini adalah fase transisi

Lebih terperinci

ABSTRAK OBESITAS MENINGKATKAN RISIKO KANKER PAYUDARA PADA WANITA POSTMENOPAUSE

ABSTRAK OBESITAS MENINGKATKAN RISIKO KANKER PAYUDARA PADA WANITA POSTMENOPAUSE ABSTRAK OBESITAS MENINGKATKAN RISIKO KANKER PAYUDARA PADA WANITA POSTMENOPAUSE Clara Santi Trisnawati, 2007 Pembimbing : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S Obesitas dan kanker payudara merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi Normal Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologispancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk berada pada posisi keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. Salah satu

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause menurut WHO didefinisikan sebagai berarti. berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause menurut WHO didefinisikan sebagai berarti. berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENOPAUSE 2.1.1 Definisi Menopause Menopause menurut WHO didefinisikan sebagai berarti berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada wanita. Menopause menandakan akhir dari masa subur atau masa

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada wanita. Menopause menandakan akhir dari masa subur atau masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Masalah Menopause merupakan masa perubahan fisik yang secara alami akan terjadi pada wanita. Menopause menandakan akhir dari masa subur atau masa reproduktif wanita,

Lebih terperinci

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Menopause didefinisikan sebagai menstruasi terakhir. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

MENOPAUSE. Meningkatnya usia harapan hidup wanita Indonesia yang mencapai usia 70

MENOPAUSE. Meningkatnya usia harapan hidup wanita Indonesia yang mencapai usia 70 MENOPAUSE I. PENDAHULUAN Meningkatnya usia harapan hidup wanita Indonesia yang mencapai usia 70 tahun berdampak pada meningkatnya pula jumlah wanita lanjut usia (lansia) di Indonesia. Walaupun wanita,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopause Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis (berhenti) didefinisikan sebagai periode menstruasi terakhir. 9 Menopause merupakan suatu keadaan dimana menstruasi

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012). digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Pengertian Status gizi adalah suatu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi menjelang usia 50 tahun. Menopause adalah fase terakhir

Lebih terperinci

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Kontrasepsi Hormonal (PIL) Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) 1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus kehidupan dengan rentang usia 19-40 tahun. Pada tahap ini terjadi proses pematangan pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah penderita sekitar 4,3 per 1000 penduduk dengan kanker payudara menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan kelainan sistem reproduksi yang menyebabkan pasangan suami-istri mengalami kegagalan kehamilan setelah melakukan hubungan secara rutin dan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan pada manusia, namun pada suatu saat pertumbuhan dan perkembangan tersebut berhenti

Lebih terperinci