Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan"

Transkripsi

1 Fara Sofah Intani Endang R. Surjaningrum Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. Due to conflict variations that occur to misplaced college students, this study was keen to disseminate conflict variations that occur to misplaced college students and their coping strategies to handle it. The misplaced college student which is chosen in this research whose decided to stay and finish college. Through this context, the clearer dynamics of coping strategy was expected. Interview and observation process was done to three college student, consisting of two male students and one female. The results of data analysis are 1) misplaced college students go through conflicts but they are varied in accordance to each context; generally the conflicts that occur are psychological, academic and relational; 2) The uniqueness of each research subject are: a) misplaced students with independent characteristic tend to create problem-focused coping; b) Inconsistent support system to misplaced college student causes a more vulnerable psychological condition; c) Consistent and strong supporting system minimizes the quality of conflict within misplaced college student; 3) A coping strategy occurs to overcome psychological, academic and relational conflict; 4) Misplaced college students who have a competency to control the environment tend to use problem-focused coping. In the other hand, misplaced college students who do not have a good competency to handle their environment tend to use emotional-focused coping; 5) The findings of this research are: a) The objective of the coping is to reach a maturation, and as a way to increase self resilience in order to face a bigger conflict in the future; b) The creation of problem-focused coping is preceded by the dynamics of thinking process which leads to an insight serves as a base for the coping strategy. Keywords: conflict, coping strategy, college student, misplace Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam konflik yang muncul pada mahasiswa salah jurusan dan bagaimanakah coping strategy (strategi adaptasi) yang digunakan untuk menghadapinya. Coping strategy adalah usaha-usaha baik secara kognitif maupun perilaku untuk mengatasi, meredakan, dan mentolerir tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal. Secara garis besar konflik pada mahasiswa salah jurusan dapat dikategorikan menjadi: 1) konflik psikologis, 2) konflik akademik, dan 3) konflik relasional. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa salah jurusan yang sedang menjalani kuliah di tiga perguruan tinggi di Surabaya. Jumlah subyek penelitian sebanyak tiga orang, yang terdiri atas dua laki-laki dan seorang perempuan. Konteks salah jurusan dipahami sebagai konteks dimana mahasiswa belajar pada jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya. Alat pengumpul data berupa wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis tematik. Hasil analisis data menunjukkan Korespondensi: Endang Retno Surjaningrum, Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) , , Faks (031) , fara_chova@yahoo.com 119

2 bahwa: 1) Mahasiswa salah jurusan mengalami konflik namun dalam bentuk yang bervariasi pada masing-masing konteks, secara garis besar bentuk konflik yang muncul antara lain konflik psikologis, akademik dan relasional; 2) Keunikan subyek penelitian adalah: a) Mahasiswa salah jurusan dengan karakteristik independen, cenderung menciptakan problem focused coping; b) Ketidakajegan supporting system pada mahasiswa salah jurusan menyebabkan kondisi psikologis subyek rapuh; c) Supporting system yang ajeg dan kuat meminimalisir kualitas konflik pada mahasiswa salah jurusan; 3) Coping strategy muncul untuk mengatasi konflik, baik yang bersifat problem focused coping maupun emotional focused coping; 4) Mahasiswa salah jurusan yang merasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan lingkungannya cenderung menampakkan problem focused coping. Sedangkan mahasiswa yang merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan lingkungannya cenderung menampakkan emotional focused coping; 5) Temuan penelitian antara lain a) Tujuan coping adalah mencapai pendewasaan diri dan upaya meningkatkan ketahanan diri agar mampu menghadapi konflik lebih besar di masa datang; b) Terciptanya problem focused coping didahului oleh sebuah dinamika berpikir hingga penemuan insight yang melandasi coping strategy. Kata kunci: konflik, coping strategy, mahasiswa, salah jurusan Penelitian ini berangkat dari masalah yang pengambilan keputusan pilihan jurusan pada muncul saat mahasiswa belajar pada jurusan yang calon mahasiswa. Penulis menilai masih ada tidak sesuai dengan miatnya. Penelitian Bona beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi (2008) dengan sampel mahasiswa jurusan Ilmu proses tersebut, yakni sistem penjaringan ujian Sosial dan Politik Universitas Airlangga, nasional dan penentuan passing grade. Apabila menemukan bahwa alasan mahasiswa memilih calon mahasiswa tidak cermat dalam program studi Ilmu Sosial sebagai bidang studi mempertimbangkan faktor-faktor tersebut maka adalah: karena mudah ditembus (52,77%); dan besar kemungkinan akan masuk pada jurusan sesuai dengan minat (31,11%). Melalui hasi yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. penelitian tersebut penulis memahami bahwa Penulis memahami salah jurusan sebagai tidak semua mahasiswa pada jurusan tersebut sebuah konteks dimana: mendasarkan pemilihan jurusan perguruan tinggi 1. Mahasiswa sudah memahami minat dan pada minat terhadap Ilmu Sosial dan Politik. bakatnya sebelum masuk perguruan tinggi; Padahal pada semua usia, minat memainkan 2. Pada saat masuk Perguruan Tinggi peranan yang sangat penting dalam kehidupan mahasiswa masuk pada jurusan yang tidak seseorang dan mempunyai dampak yang besar sesuai dengan minatnya; atas perilaku dan sikap. 3. Disebabkan karena pemilihan jurusan Hurlock (1978:114) menjelaskan bahwa minat berdasar pada pertimbangan passing grade menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. yang rendah, kurangnya informasi yang Dari sumber yang berbeda Etikawati (2006:36) memadai berkaitan dengan pilihan jurusan menjelaskan bahwa minat turut menentukan atau pengaruh dari significant person (orang keunikan pribadi, karena dianggap sebagai tua, saudara, pacar, dan sebagainya). sesuatu yang dipilih untuk menunjukkan Menurut Susilowati (2008) beberapa eksistensi dirinya. Minat juga akan memberikan masalah yang dapat muncul ketika mahasiswa kepuasan dan kebahagiaan bagi seseorang jika merasa salah jurusan antara lain problem dapat mengekspresikannya. psikologis, akademis dan relasional. Salah jurusan Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya juga berdampak pada munculnya rasa kecewa dan bahwa minat, kemampuan dan masukan menyesal. Jika mahasiswa salah jurusan significant others sangat berpengaruh terhadap memutuskan untuk pindah kuliah, maka dana 120

3 Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum yang sudah dikeluarkan sebelumnya akan menjadi bervariasi dalam menghadapi tantangantidak efisien. tantangan kehidupan sesuai dengan talenta dan Penelitian ini berfokus pada deskripsi motif seseorang dalam merespon terhadap orang macam konflik yang muncul pada mahasiswa lain (Abbot dalam Anggraeni, 2006). salah jurusan, dan bagaimana coping strategy yang Lazarus dan Folkman membagi penyelesaian digunakan untuk meregulasi konflik tersebut. masalah menjadi : Weiten (1995:215) menjelaskan terdapat dua 1. Problem focused coping, yaitu perilaku kemungkinan respon perilaku yang muncul penyelesaian masalah yang berpusat pada sebagai proses adaptasi. Pertama adalah respon masalah. Individu akan mengatasi masalah menghadapi ( fight), kedua adalah respon dengan aktivitas penyelesaian langsung, menghindar (flight). Kedua respon tersebut akan mempelajari cara-cara atau ketrampilan memunculkan jenis strategi penanggulangan yang baru. (coping strategy) yang berbeda. Coping mengarah 2. Emotional Focused Coping, yaitu perilaku pada usaha aktif untuk menguasai, mengurangi penyelesaian masalah yang berpusat pada atau menoleransi tuntutan yang disebabkan oleh emosi. Digunakan untuk mengatur respon stress (Lazarus dan Folkman, 1984). emosional terhadap stres tanpa mengatasi Menurut penulis coping merupakan sumber masalah (Lazarus & Folkman, 1984). mekanisme tubuh yang sangat penting dalam Tiga tahap episode dalam proses coping proses kehidupan. Melalui coping individu akan meliputi respon coping, tujuan coping, serta hasil melakukan adaptasi terhadap berbagai tekanan coping. Respon coping adalah tindakan fisik dan dan perubahan yang terjadi termasuk pada mental yang dilakukan sebagai respon terhadap konteks salah jurusan. Individu akan meningkat sumber stress serta ditujukan untuk mengubah kualitas hidupnya ketika dapat melakukan coping peristiwa eksternal ataupun kondisi internal. yang adapatif dan sebaliknya jika proses coping Apabila individu menganggap bahwa sumber stres yang terjadi maladaptif. (yang berasal dari lingkungan) eksternal masih Penelitian ini dibatasi pada mahasiswa salah dapat dimanipulasi atau disiasati, maka individu jurusan dengan latar belakang ekonomi keluarga akan cenderung memunculkan respon coping menengah ke atas. Landasan yang digunakan yang bertujuan untuk memindahkan ataupun karena mahasiswa ini memiliki kemungkinan menyiasati sumber stres tersebut (problem focused untuk beralih pada jurusan lain yang lebih sesuai coping). Namun apabila sumber stress eksternal dengan minatnya. Konteks tersebut akan menjadi sudah tidak dapat dikutak-katik lagi, maka satuunik dan menarik untuk diteliti apabila mahasiswa satunya respon coping yang mungkin dilakukan salah jurusan tersebut memutuskan untuk terus adalah dengan menyesuaikan diri terhadap bertahan dan menyelesaikan kuliahnya. Pilihan lingkungan untuk mengurangi distress emosional yang tidak umum untuk terus bertahan tentu saja yang dirasakan individu (emotion focused coping). melalui sebuah dinamika psikologis yang panjang Tujuan coping adalah tujuan yang hendak dicapai dan melibatkan berbagai aspek. setelah melakukan proses coping. Sedangkan hasil coping adalah konsekuensi langsung, yang bersifat Coping Strategy baik maupun buruk., dari respon coping yang Coping sttrategy adalah usaha-usaha baik dilakukan (Rudolph, Dennig & Weisz, 1995). secara kognitif maupun perilaku untuk mengatasi, Menurut Taylor (dalam Anggraeni, 2006:27) meredakan dan mentolerir tuntutan-tuntutan terdapat empat tujuan coping, yaitu: internal maupun eksternal. Tuntutan disebabkan 1. Mempertahankan keseimbangan emosi oleh interaksi antara individu dengan peristiwa- 2. Mempertahankan self image yang positif peristiwa yang dinilai dapat menimbulkan stres 3. Mengurangi tekanan lingkungan atau (Lazarus & Folkman, 1984). Dengan demikian menyesuaikan diri terhadap kajian negatif. coping strategy dapat dijelaskan sebagai berbagai 4. Tetap Melanjutkan Hubungan yang cara yang dipakai individu dalam mengatasi Memuaskan dengan Orang Lain. berbagai situasi. Masing-masing individu Cara individu menangani situasi yang menciptakan penyelesaian masalah yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber 121

4 penyelesaian masalah individu. Komponen 1. Subyek adalah mahasiswa sebuah universitas sumber penyelesaian masalah ini diadaptasi dari negeri atau swasta. Sources of Coping (Bird & Malville, 1994 dalam 2. Saat penelitian berlangsung, subyek sedang Lazarus & Folkman, 1984: ) sebagai berikut: berada pada semester 5 atau 7. a. Apa yang kita miliki (what we have) 3. Subyek sudah memahami minatnya sebelum Sumber ini terdiri dari ketrampilan personal, masuk perguruan tinggi, landasan yang kemampuan, kompetensi diri, kekayaan dipakai adalah pernyataan dari subyek saat finansial dan kesehatan. wawancara. b. Siapa diri kita (who we are), kerangka 4. Subyek masuk pada jurusan yang tidak sesuai psikologis yang terdiri dari watak dan dengan minatnya pada saat perguruan tinggi keyakinan juga memiliki pengaruh yang dan disebabkan oleh: besar mengenai bagaimana situasi yang a. Pemilihan jurusan berdasar pada menekan itu dialami. Kerangka psikologis pertimbangan passing grade yang tersebut antara lain: rendah 1. Sumber-sumber psikologis b. Kurangnya informasi yang memadai 2. Sistem keyakinan personal berkaitan dengan pilihan jurusan 3. Personality Traits c. Pengaruh dari significant others (orang c. Apa yang kita lakukan (what we do), tua, saudara, pacar, dan sebagainya). menyangkut usaha aktif yang digunakan Diperoleh tiga subyek mahasiswa yang untuk menghindari, mencegah, mengatur berasal dari tiga perguruan tinggi di Surabaya. Dua dan mengontrol sumber tekanan METODE PENELITIAN diantaranya laku-laki dan satu perempuan. Semua subyek memenuhi keriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria utama dari subjek penelitian adalah Metode penelitian yang digunakan adalah dengan wawancara dengan panduan umum dan sebagai berikut: observasi. Selanjutnya data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis tematik. Hasil penelitian disajikan dalam table berikut. HASIL DAN BAHASAN Tabel 1. Macam konflik pada mahasiswa salah jurusan Jenis konflik FK GS RN aspek Tertekan Putus asa Depresi Tidak nyaman Sakit hati psikologis Marah Capek dan jengkel Pusing Kecewa Menyesal IPK dan nilai rendah Mengulang mata kuliah Perpanjangan masa kuliah 122

5 Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum Tidak termotivasi Bolos kuliah Malas belajar Sulit memahami mata kuliah Tidak berkembang Labeling negatif Diacuhkan oleh teman satu jurusan Tidak dekat dengan teman satu jurusan Minder Diremehkan Konflik dengan orang tua Konflik dengan dosen Didapatkan berbagai bentuk konflik yang muncul pada mahasiswa salah jurusan. Selanjutnya macan konflik diklasifikasikan ke dalam tiga jenis konflik, yaitu konflik psikologis, Akademik Relasional akademik dan relasional. Selanjutnya data mengenai jenis coping strategy yang digunakan disajikan pada table berikut. 123

6 Berbagai macam bentuk coping strategy di terjadi baik yang ada di dalam maupun di luar atas diklalsifikasikan berdasarkan problem dirinya; 2) Kemampuan, yaitu kompetensi diri focused coping dan emotional focused coping. yang menciptakan kepercayaan diri pada individu. Secara garis besar ada empat tahapan dalam Pada subyek yang memiliki kompetensi diri yang proses coping strategy pada mahasiswa salah lebih tinggi dari tuntutan belajar lingkungan jurusan: cenderung memiliki lebih banyak rasa percaya diri 1. Proses munculnya konflik. dalam hal akademiknya; 3) Kekayaan finansial, Subyek yang memiliki faktor internal minat, dalam hal ini masih berupa biaya kuliah yang berinteraksi dengan hal-hal yang berada di luar sepenuhnya ditanggung oleh orang tua subyek. diri mereka, menciptakan suatu peristiwa yang Hal ini tidak terlepas dari latar belakang subyek menimbulkan stress (Lazarus & Folkman, 1984). yang berasal dari keluarga berada; 4) Kesehatan. Hal-hal di luar diri subyek, dalam konteks ini Who we are meliputi 1) Sumber-sumber merupakan tuntutan eksternal terhadap subyek. psikologis yang nampak muncul pada konteks Tuntutan eksternal tersebut antara lain sikap salah jurusan adalah self esteem, dan mastery orang tua yang memaksa subyek untuk memilih (keahlian) yang dimiliki; 2) Sistem keyakinan jurusan tertentu yang sesuai dengan keinginan personal juga muncul pada konteks salah jurusan. orang tua namun tidak sesuai dengan minat Subyek memiliki prinsip-prinsip hidup, tujuan subyek, sistem penjaringan perguruan tinggi dan dan komitmen yang menjadi nilai dasar dalam informasi seputar perguruan tinggi. perilaku sehari-hari. Nilai yang muncul antara lain Interaksi antara individu dengan peristiwa- tanggung jawab, prinsip untuk menyelesaikan peristiwa yang dinilai dapat menimbulkan sesuatu yang dimulai, pendewasaan dan ketegangan (Lazarus & Folkman, 1984). peningkatan ketahanan diri dalam menghadapi Selanjutnya individu akan mengalami konflik masalah. Keyakinan personal ini menjadi aspek dalam dirinya. Konflik terjadi ketika terdapat dua internal yang mendorong dan mengontrol atau lebih impuls motivasi atau perilaku yang perilaku individu agar tetap melakukan coping; 3) bersaing untuk aktual (Weiten & Lloyd, 1994). Karakteristik personal juga merupakan salah satu 2. Episode coping sumber coping yang menentukan bentuk coping Episode coping terdiri dari tujuan coping, yang muncul. Masing-masing subyek memiliki respon coping dan hasil coping. Beberapa karakteristik khas yang menentukan jenis coping penemuan tujuan baru yang muncul dalam yang kemudian muncul. Subyek yang penelitian ini di luar teori adalah tujuan untuk independent dalam pengambilan keputusan akan mencapai pendewasaan diri, dan meningkatkan cenderung memunculkan coping yang lebih ketahanan diri dalam menghadapi konflik dalam efektif untuk mengatasi masalahnya, yaitu kehidupan. Tujuan coping tersebut menjadi dasar problem focus coping. Sedangkan subyek yang bagi subyek dalam mengaktualisasikan respon memiliki dependensi tinggi dalam pengambilan coping yang muncul setelahnya. keputusan cenderung memunculkan coping yang Sebelum menentukan bentuk respon coping sifatnya emosional (emotional focused coping) dan yang akan dilakukan subyek terlebih dahulu tidak efektif memecahkan inti persoalan. menganalisa dan mempertimbangkan sumber Apa yang kita lakukan (what we do) akan daya coping yang mereka miliki. Bird dan Malville berkaitan langsung dengan bentuk coping yang (1994, dalam Lazarus & Folkman, 1984: ) aktual dan muncul dalam rangka meminimalisir menjelaskan beberapa sumber coping yang masalah. Lazarus membagi coping strategy dimiliki oleh individu. Sumber tersebut antara menjadi dua, yaitu problem focused coping dan lain; apa yang kita miliki (what we have), siapa diri emotional focused coping (Lazarus dan Folkman, kita (who we are) dan apa yang kita lakukan (what 1984). Selain strategi coping yang telah we do). dikemukakan di atas, Aldwin dan Reverson juga What we have meliputi keterampilan menambahkan faktor dukungan sosial (support personal yaitu 1) kemampuan untuk mencari mobilization) (Aldwin & Reveson, 1987). informasi seputar jurusan, menganalisa situasi Pada konteks salah jurusan, teori ini terbukti. pada jurusannya dan menganalisa masalah yang M a h a s i s w a s a l a h j u r u s a n j u g a 124

7 Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum mempertimbangkan sumber daya yang mereka Bentuk-bentuk emotional focused coping yang miliki dalam kaitannya dengan menciptakan muncul antara lain: mencari dukungan emosional, coping strategy yang sesuai bagi konflik yang pemaknaan ulang secara positif, penerimaan mereka hadapi. (acceptance), escapism (merokok dan minum 3. Proses terbentuknya coping strategy minuman beralkohol), minimization (menolak Problem focused coping, yaitu perilaku memikirkan masalah lebih dalam) dan pencarian penyelesaian masalah yang berpusat pada makna (Aldwin & Revenson, 1987). masalah. Individu akan mengatasi masalah 4. Proses terbentuknya insight pada dengan aktivitas penyelesaian langsung, problem focused coping mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru Pada proses terbentuknya problem focused (Lazarus & Folkman, 1984). Hasil penelitian coping, didahului oleh sebuah proses berpikir yang manunjukkan bahwa subyek melakukan problem menghasilkan insight. Proses tersebut diawali focused coping namun dalam bentuk yang dengan pertanyaan subyek terhadap makna atau berbeda-beda sesuai dengan sumber daya coping nilai penting dari jurusannya. Untuk menjawab yang dimiliki dan konteks lingkungan yang pertanyaan tersebut, subyek mencari informasi dihadapinya. Subyek yang memiliki kemampuan dari berbagai sumber. Baik melalui proses analisa situasi, mencari informasi, memiliki wawancara, observasi, maupun media cetak dan kompetensi diri yang dibutuhkan dan normal elektronik. Subyek lalu melakukan analisis secara fisik oleh lingkungan cenderung terhadap semua informasi yang didapatkan, memunculkan coping yang lebih adaptif. Di hingga menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan samping itu konteks lingkungan eksternal belajar ini merupakan insight baru, yang lalu juga menentukan bentuk coping yang muncul. diiternalisasi oleh subyek sehingga menjadi Karakteristik personal juga mempengaruhi landasan bagi ide kreatif coping yang muncul. jenis bentuk coping yang muncul. Subyek yang Jenis coping yang muncul atas dasar insight memiliki karakteristik ektrovert akan tersebut cenderung berpusat pada masalah. memunculkan aktivitas komunikasi dengan Artinya coping strategy yang muncul dapat secara sebanyak mungkin orang-orang di sekitarnya efektif mangurangi atau menyelesaikan konflik untuk mendapatkan dukungan instrumental dan yang muncul sebelumnya. feedback. Selain itu subyek yang memiliki independensi tinggi terutama dalam pengambilan SIMPULAN DAN SARAN keputusan akan menampakkan proses berpikir untuk mencari pemahaman baru ataupun makna 1. Mahasiswa salah jurusan dalam penelitian baru hingga mendapat insight untuk melandasi ini mengalami konflik dalam proses adaptasi perilaku coping yang muncul. Keyakinan personal pada jurusan yang tidak sesuai dengan juga memperkuat perilaku coping, terutama untuk minatnya. Bentuk konflik yang muncul mempertahankan konsistensi perilaku coping bervariasi, bergantung pada kondisi khas yang muncul. internal dan eksternal pada masing-masing Emotional Focused Coping, yaitu perilaku mahasiswa. penyelesaian masalah yang berpusat pada emosi. 2. Berikut merupakan keunikan pada masing- Digunakan untuk mengatur respon emosional masing subyek salah jurusan: terhadap stres tanpa mengatasi sumber masalah a. Mahasiswa salah jurusan dengan (Lazarus & Folkman, 1984). Hasil penelitian k a r a k t e r i s t i k i n d e p e n d e n d a l a m manunjukkan bahwa subyek melakukan problem pengambilan keputusan, cenderung focused coping namun dalam bentuk yang melakukan proses berpikir yang lebih dalam. berbeda-beda sesuai dengan sumber daya coping Proses berpikir ini akan menghasilkan yang dimiliki dan konteks lingkungan yang insight sebagai dasar dari perumusan coping dihadapinya. Dominasi bentuk emosional focused strategy. Jenis coping yang tercipta coping dalam menghadapi masalah umumnya berdasarkan proses pencapaian insight terjadi pada subyek yang memiliki tingkat tersebut bersifat problem focused coping dependensi tinggi dan karakteristik introvert. 125

8 yang dapat mengurangi atau menyelesaikan mahasiswa yang merasa tidak memiliki konflik secara efektif. kemampuan untuk mengendalikan b. Ketidakajegan supporting system pada lingkungannya cenderung menampakkan mahasiswa salah jurusan menyebabkan emotional focused coping. kondisi psikologis subyek menjadi rapuh. 5. Temuan penelitian: c. Adanya supporting system yang ajeg a. Tujuan dari coping adalah mencapai dan kuat, meminimalisir kualitas konflik pendewasaan diri, dan meningkatkan pada mahasiswa salah jurusan. ketahanan diri agar mampu menghadapi 3. Mahasiswa salah jurusan memunculkan konflik yang lebih besar pada kehidupan di coping strategy untuk mengatasi konflik masa datang. yang dialaminya. Dua jenis coping strategy b. Terciptanya problem focused coping sama-sama muncul pada mahasiswa salah didahului oleh sebuah dinamika berpikir jurusan, baik yang bersifat problem focused h i n g g a m a h a s i s w a s a l a h j u r u s a n coping maupun emotional focused coping. menemukan insight yang menjadi landasan Tidak semua jenis coping efektif, hanya tipe coping strategy. Dinamika yang terjadi problem focused coping yang efektif terhadap adalah: munculnya pertanyaan kritis pengurangan atau penyelesaian konflik. pencarian informasi untuk menjawab 4. Mahasiswa salah jurusan yang merasa pertanyaan analisis informasi insight memiliki kemampuan untuk mengendalikan internalisasi insight coping strategy lingkungannya cenderung menampakkan (problem focused coping). problem focused coping. Sedangkan PUSTAKA ACUAN Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Bird, G. & Melville, K. (1994). Family and intimate relationship. New York: McGraw Hill. Bonna, B. M. (2008). Persepsi mahasiswa ilmu sosial terhadap perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan dan peluang kerja selepas menyelesaikan studi (Studi deskriptif pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga). Diakses pada tanggal 2 Oktober Etikawati, A.I., (2006). Warna-warni kecerdasan anak dan pendampingannya. Yogyakarta: Kanisius. th Hurlock, E.B. (1978). Child development 6 edition, Terjemahan: Meitasari, M. M. & Zarkasih, M. Jakarta: Penerbit Erlangga Lazarus, L.A. & Folkman, S. (1984). Stress appraisal and coping. New York: Spranger. Susilowati, P. (2008, 16 Juni). Memilih jurusan di perguruan tinggi. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009 dari rd Weiten, W. & Lloyd, M. A. (1994). Psychology applied to modern life: Adjustment in the 90s 3 edition. California: Brooks/Cole Publishing Company. 126

9 Petunjuk bagi Penulis INSAN Media Psikologi Artikel yang dimuat dalam Jurnal INSAN Media Psikologi adalah artikel hasil seleksi yang telah disetujui Redaksi dan belum pernah dipublikasikan di media penerbitan lain. Penulis yang bermaksud karyanya dimuat dalam Jurnal INSAN Media Psikologi harus memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini : 1. Materi tulisan harus bersifat ilmiah, merupakan hasil penelitian empiris, analisi kritis atas karya/artikel yang telah diterbitkan, telaah pustaka, atau bentuk tulisan lainnya yang dipandang dapat mengembangkan disiplin psikologi; 2. Artikel ditulis dengan sistematika berikut : a. Judul, ditulis dengan model title-case, dengan jumlah kata sekitar 8-14 kata; b. Nama penulis (tanpa gelar) dan instansi asal beserta alamat untuk berkorespondensi (nama jalan, kota, kode pos, , telepon atau fax); c. Abstract, (ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) terdiri dari kata dan ditulis miring/italic dengan spasi tunggal. Abstrak memuat latar belakang masalah, tujuan penulisan, hipotesis penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, dan hasil penelitian; d. Kata kunci (keywords), maksimal 5 konsep yang diurutkan dari kata kunci yang utama sampai kata kunci penunjang; e. Pendahuluan (mencakup latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan rumusan masalah); f. Metode penelitian, berisi penjelasan tentang variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data; g. Hasil dan Bahasan; h. Simpulan dan Saran, tidak dirinci dalam poin-poin, tetapi berupa paragraf; i. Pustaka Acuan, disusun berdasarkan acuan APA Style dan hanya pustaka yang dikutip dalam artikel yang dicantumkan. 3. Teknik penulisan artikel mengikuti ketentuan sebagai berikut : a. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang memenuhi kaidah Bahasa Indonesia/Inggris yang baku; b. Artikel ditulis dalam bentuk esai, sehingga tidak ada format numerik (atau abjad) yang memisahkan antar bab/bagian, ataupun untuk menandai bab/bagian baru; c. Setiap kutipan harus dituliskan sumbernya pada akhir kutipan dengan menggunakan running note, bukan footnote atau endnote. Misalnya : (Neuman,1994). d. Di dalam penulisan artikel, hindari penggunaan dot points, pengabjadan, atau penomoran seperti ini : Tetapi lebih baik ditulis sebagai berikut : 1), 2) dst e. Tabel dan gambar / grafik dibuat sesederhana mungkin, dikirim dalam file terpisah dari teks inti, dalam format Ms Word. Tabel terdiri dari nomor tabel, judul tabel (di atas), catatan keterangan bila diperlukan (di bagian bawah tabel). Penulisan tabel hanya menggunakan garis-garis horizontal, jangan menggunakan garis vertikal; 4. Penulisan pustaka acuan ditulis sesuai tata tulis menurut acuan APA Style sebagaimana yang th tercantum dalam Publication Manual of the American Psychological Association (2001, 5 ed.) dan disusun secara alfabetis dari nama akhir penulis utama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Lazarus dan Folkman (Sugianto, 2012) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Coping pada Ibu yang Berperan Sebagai Orangtua Tunggal Pasca Kematian Suami

Coping pada Ibu yang Berperan Sebagai Orangtua Tunggal Pasca Kematian Suami Coping pada Ibu yang Berperan Sebagai Orangtua Tunggal Pasca Kematian Suami Astri Titiane Pitasari Rudi Cahyono Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Abstract. This study aims to determine how coping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

Perfeksionisme dan Strategi Coping: Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Perfeksionisme dan Strategi Coping: Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir MEDIAPSI 2017, Vol. 3, No. 1, 9-16 Perfeksionisme dan Strategi Coping: Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir Syakrina Alfirani Abdullah, Thoyyibatus Sarirah, Sumi Lestari syakrina93@gmail.com Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

Lebih terperinci

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto *

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto * Running Head : PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 14 PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto * Cemburu, yang dalam hubungan percintaan disebut romantic jealousy (Bringle, 1991),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar. Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar. Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar 1. Layanan Bimbingan Belajar Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004) adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN JURNAL KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI STISIP MBOJO BIMA

PEDOMAN PENULISAN JURNAL KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI STISIP MBOJO BIMA PEDOMAN PENULISAN JURNAL KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI STISIP MBOJO BIMA 1. Naskah tulisan yang dimuat dalam Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan merupakan naskah hasil penelitian

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN STRATEGI COPING STRES BELAJAR PADA MAHASANTRI SUNAN AMPEL AL ALY UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oleh :

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN STRATEGI COPING STRES BELAJAR PADA MAHASANTRI SUNAN AMPEL AL ALY UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oleh : HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN STRATEGI COPING STRES BELAJAR PADA MAHASANTRI SUNAN AMPEL AL ALY UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oleh : Antok Siswadi Abstrak Pendidikan di Universitas Islam

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci:

Abstrak. Kata kunci: Studi Mengenai Stres dan Coping Stres pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja Karya Ilmiah Dini Maisya (NPM. 190110070038) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak. Dalam menjalankan tugas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan teknologi pada saat ini yang begitu pesat membuat banyak masalah kompleks yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ada kalanya masalah tersebut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling tinggi dalam dunia pendidikan di Indonesia bahkan di dunia. Maka, tidak heran ketika mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental Mengatasi Stress/Coping Stress Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK61112 Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kuliah adalah jenjang terakhir yang akan dilalui dalam fase pendidikan. Namun memilih tempat kuliah dan program studi apa yang akan diambil bukan merupakan

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan

Lebih terperinci

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA Rizki Ramadhani Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping Coping berasal dari kata cope yang dapat diartikan menghadang, melawan ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK Penelitian mengenai kanker payudara menunjukkan bahwa penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data yang sudah valid dan reliabel menjadi data hasil penelitian. Selanjutnya dilakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Oleh: HALDILA LINTANG PALUPI 802008039 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA Prety Lestarianita 1 M. Fakhrurrozi 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Adjustment 1. Definisi Personal Adjustment Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Lansia Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan stress lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas merupakan dua institusi yang memiliki perbedaan nyata baik dari segi fisik hingga sistem yang meliputinya. Adanya

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa usia lanjut merupakan periode terakhir dalam perkembangan kehidupan manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi fisik,

Lebih terperinci

PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP STRES PADA REMAJA KELAS AKSELERASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLGA SEPTANIA SIMATUPANG

PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP STRES PADA REMAJA KELAS AKSELERASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLGA SEPTANIA SIMATUPANG PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP STRES PADA REMAJA KELAS AKSELERASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh OLGA SEPTANIA SIMATUPANG 101301082 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi semua keluarga. Untuk menjadi keluarga bahagia salah satu syaratnya adalah keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi 1 Nova Triyani Sidhrotul Muntaha, 2 Suci Nugraha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. OPTIMISME 1. Defenisi Optimis, Optimistis dan Optimisme Optimis dalam KBBI diartikan sebagai orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal sedangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sebagai makhluk hidup senantiasa berinteraksi dengan dirinya, orang lain, dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu akan memberikan penilaian bila berhadapan dengan suatu situasi. Sebelum situasi tersebut hadir dalam kehidupannya, individu akan bersiap terlebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan fase perkembangan yang sangat penting, dimulai dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki seseorang akan dipengaruhi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA LAMPIRAN 193 194 LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA 195 LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI d. Kesan umum, meliputi keadaan fisik dan penampilan subyek e. Keadaan emosi, meliputi ekspresi, bahasa tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang belajar atau mengikuti pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di dalam hidup dan situasi seperti ini dapat menimbulkan stres. Lazarus & Folkman (1984) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN JURNAL IDEA SOCIETA

PETUNJUK PENULISAN JURNAL IDEA SOCIETA PETUNJUK PENULISAN JURNAL IDEA SOCIETA Panduan Umum 1. Naskah tulisan yang diajukan untuk dimuat dalam jurnal Idea Societa harus orisinil, karya sendiri, dan bebas dari plagiasi. 2. Tulisan belum pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

"Problems? I Have Lots of Ways to Face It Coping Strategies of Christian Immigrant in Bali to Solve Their Problem

Problems? I Have Lots of Ways to Face It Coping Strategies of Christian Immigrant in Bali to Solve Their Problem "Problems? I Have Lots of Ways to Face It Coping Strategies of Christian Immigrant in Bali to Solve Their Problem Ni Made Dyah S. Pradnyadari, Cok Istri Ratna P.M. Sukawati, Yohanes K. Herdiyanto, David

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat umum akhir-akhir ini. Stres dapat diartikan sebagai perasaan tidak dapat mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penyandang disabilitas yang cukup banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) Kementrian Sosial tahun

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM :

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM : UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL Gusri Defriani NPM : 10060220 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA

Lebih terperinci

ATURAN PENULISAN NASKAH ILMIAH JURNAL TEKNOVASI

ATURAN PENULISAN NASKAH ILMIAH JURNAL TEKNOVASI ATURAN PENULISAN NASKAH ILMIAH JURNAL TEKNOVASI I. UMUM 1. Jurnal Teknovasi adalah publikasi ilmiah berkala yang terbit setiap 2 (dua) kali setahun yaitu April dan Oktober. 2. Naskah ilmiah yang diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kecerdasan..., Leila, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kecerdasan..., Leila, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan individu yang sedang menuju kematangan pribadi dan mempunyai berbagai macam potensi, dengan potensi itu menjadikan mahasiswa dapat membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK  Program Magister Psikologi  Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Low vision merupakan salah satu bentuk gangguan pengihatan yang tidak dapat diperbaiki meskipun telah dilakukan penanganan secara medis. Penyandang low vision hanya memiliki sisa penglihatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku manusia. Pengetahuan di bidang psikologi secara khas digunakan untuk melihat dan menindaklanjuti

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Anxiety, attentional bias, emotional stroop task

Abstrak. Kata kunci : Anxiety, attentional bias, emotional stroop task Abstrak Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk meneliti hubungan antara anxiety dengan attentional bias. Ketika individu mengalami kecemasan, terdapat kemungkinan ia menjadi fokus terhadap

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Self Efficacy dengan pada Mahasiswa Teknik Prodi Teknik Industri Angkatan 2012 di Unisba Coralation of Self Efficacy with Adjustmen Academic to Engineering

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI COPING STRATEGY PADA MAHASISWA FAKULTAS X UNIVERSITAS X YANG MENGALAMI SALAH JURUSAN ZUFADLY MUSTOFA ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI COPING STRATEGY PADA MAHASISWA FAKULTAS X UNIVERSITAS X YANG MENGALAMI SALAH JURUSAN ZUFADLY MUSTOFA ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF MENGENAI COPING STRATEGY PADA MAHASISWA FAKULTAS X UNIVERSITAS X YANG MENGALAMI SALAH JURUSAN ZUFADLY MUSTOFA ABSTRAK Salah jurusan dapat memuncunculkan beberapa masalah pada mahasiswa

Lebih terperinci

Studi Mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Sikap pada Ibu yang Memiliki Anak Autism Spectrum Disorder Karya Ilmiah

Studi Mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Sikap pada Ibu yang Memiliki Anak Autism Spectrum Disorder Karya Ilmiah Studi Mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Sikap pada Ibu yang Memiliki Anak Autism Spectrum Disorder Karya Ilmiah Yuricia Vebrina (NPM: 190110070101) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh

Lebih terperinci

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Astrini Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No 45, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau

BAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau BAB V PEMBAHASAN A. Bentuk - bentuk Diskriminasi yang Dialami Penghayat Kapribaden di Dusun Kalianyar Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan

Lebih terperinci

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Hubungan Antara Metakognisi dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang Aktif Berorganisasi di Organisasi Mahasiswa Tingkat Fakultas Rosi Kurniawati Tino Leonardi,

Lebih terperinci

RANCANGAN INTERVENSI SELF ESTEEM DALAM RANGKA BERELASI INTIM HETEROSEKSUAL PADA ODAPUS WANITA DEWASA AWAL

RANCANGAN INTERVENSI SELF ESTEEM DALAM RANGKA BERELASI INTIM HETEROSEKSUAL PADA ODAPUS WANITA DEWASA AWAL RANCANGAN INTERVENSI SELF ESTEEM DALAM RANGKA BERELASI INTIM HETEROSEKSUAL PADA ODAPUS WANITA DEWASA AWAL TESIS Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Magister Profesi Psikologi Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP Erliani Pratiwi (Erlianipratiwi@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The objective of this research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan individu demi mengharapkan suatu misi yang diinginkan, dengan bekerja individu akan mendapatkan dan merasakan kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN Alvindi Ayu Agasni 1, Endang Sri Indrawati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi

Lebih terperinci

HARDINESS: MEMAKNAI PENGALAMAN MAHASISWA BIDIK MISI YANG MENGIKUTI ORGANISASI RESIMEN MAHASISWA

HARDINESS: MEMAKNAI PENGALAMAN MAHASISWA BIDIK MISI YANG MENGIKUTI ORGANISASI RESIMEN MAHASISWA HARDINESS: MEMAKNAI PENGALAMAN MAHASISWA BIDIK MISI YANG MENGIKUTI ORGANISASI RESIMEN MAHASISWA Wanna Pemuda, Erin Ratna Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu BAB II LANDASAN TEORI A. STRATEGI COPING 1. Pengertian Coping Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara

Lebih terperinci