EVALUASI DRUG RELATED

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI DRUG RELATED"

Transkripsi

1 EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) KATEGORI OBAT SALAH, DOSIS RENDAH, DOSIS TINGGI DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 200 NASKAH PUBLIKASI Oleh: IRA NURUL FADILAH K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 202

2 2

3 EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) KATEGORI OBAT SALAH, DOSIS RENDAH, DOSIS TINGGI DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 200 EVALUATION OF DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) CATEGORY OF WRONG DRUG, UNDER DOSE, HIGH DOSE AND DRUG INTERACTION IN BREAST CANCER PATIENTS IN INSTALLATION RSUD X IN 200 Ira Nurul Fadilah, Tri Yulianti, dan Tanti Azizah Sujono Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker serviks. Penyebab kanker belum diketahui pasti namun banyak faktor risiko yang memicu terjadinya kanker. Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien diperlukan terapi obat. Namun ada kemungkinan terjadi efek negatif yang timbul akibat terapi obat itu yang disebut Drug Related Problems (DRPs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya DRPs kategori obat salah, dosis tinggi, dosis rendah dan interaksi obat pada pasien kanker payudara di RSUD X tahun 200. Penelitian bersifat non eksperimental yang dilakukan secara retrospektif dan dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Subyek penelitian adalah pasien yang terdiagnosis kanker payudara. Diambil 95 pasien kanker payudara diantaranya terdapat 7 pasien dengan data lengkap (tinggi badan dan berat badan). Data diambil dari data rekam medik pasien kanker payudara di RSUD X tahun 200 dan pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 7 pasien yang menggunakan obat kanker ditemukan DRPs dosis tinggi ada 4 kasus (57,4%) dan dosis rendah sebanyak 3 kasus (42,85%). Terdapat 93 pasien yang menggunakan selain obat kanker ditemukan DRPs dosis tinggi sebanyak 2 kasus (22,58%) dan dosis kurang sebesar 90 kasus (96,77%). Untuk interaksi obatnya sebanyak 8 kasus (8,95%) dan tidak ditemukannya DRPs obat salah. Kata kunci : Kanker Payudara, Drug Related Problem, RSUD X. ABSTRACT Breast cancer is the second causes of death for women after cervix cancer. The cause of cancer can t be detected, however there are many risk factors to trigger occurring of cancer. For increasing the quality of patient s life must needed drug therapy. Although, there are possibility for occur negative effects which caused by drug therapy, it called Drug Related Problems (DRPs). This research has purpose to know the category DRPs wrong drug, high dose, under dose and drug interaction to patient breast cancer in RSUD X 200.

4 This research was the characteristic non experimental which doing by retrospective the analyzed by descriptive analysis method. The subject of research is the patient that diagnosed breast cancer. 95 cancer patients were taken and among there were 7 patients with complete data (height and weight body). The data were taken from medical record of breast cancer s patient in RSUD X 200 and the samples are taking by purposive sampling. The result show that there were 7 patients who using cancer drug founded DRPs high dose, there were 4 cases (57,4%) and under dose of 3 cases (42,85%). Using of drug cancer from 93 patients founded DRPs high dose about 2 cases (22,58%) and under dose 90 cases (96,77%). Drug interaction 8 cases (8,95%) and did not find wrong drug DRPs. Keyword: Breast cancer, Drug Related Problems, RSUD X.. PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan penyakit yang menakutkan bagi kaum wanita, tetapi laki-laki pun memiliki kemungkinan terserang meskipun kemungkinan itu kecil. Menurut WHO dan Bank Dunia tahun 2005 memperkirakan setiap tahun 2 juta orang di dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia (Sudarianto, 200). Jumlah pria yang mengidap kanker payudara jauh lebih kecil dibandingkan wanita, karena pengaruh pada efek dari pertumbuhan hormon estrogen dan progesteron (American Cancer Society, 200). Pengobatan kanker atau komplikasi dari penyakit kanker ini dapat menyebabkan penderita kanker menjadi cacat (cacat fungsi organ) (Sukardja, 2000). Problem penggunaan obat tidak akan terjadi bila dalam memilih obat telah mempertimbangkan hal-hal seperti keamanan, kecocokan, harga dan ketersediaan obat. Penyimpangan dalam terapi obat ini disebut dengan Drug Related Problems (DRPs) (Priyanto, 2009). Salah satu penyimpangan yang perlu diperhatikan adalah pada pemberian dosis obat. Penyimpangan yang dapat terjadi misalnya pada pemberian obat antikanker kombinasi dengan dosis tinggi dapat berefek toksisitas sehingga dosis perlu diturunkan untuk mengurangi toksisitas dan mencegah resistensi obat (Sutedja, 2008). Pada penelitian evaluasi peresepan obat antikanker payudara pada pasien rawat inap di RSUD X terkait adanya DRPs yang muncul yaitu 2,2% kasus dosis tinggi yang mengakibatkan diare (Nashichah, 20). Selain itu ditemukan 2

5 interaksi obat yang terjadi pada penelitian studi penggunaan obat pada pasien kanker payudara di RS TNI AL Dr. Ramelan Surabaya (Okwinsa, 20). Jika DRPs terdeteksi maka sangatlah penting untuk bagaimana cara mengatasinya dengan tepat. Identifikasi DRPs merupakan suatu hal yang utama dimana seorang tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanannya kepada pasien (Seto et al., 2004). Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi adanya DRPs potensial obat salah, dosis rendah, dosis tinggi dan interaksi obat dalam pengobatan penyakit kanker payudara di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) X tahun METODE PENELITIAN a. Alat dan Bahan Alat penelitian adalah lembar pengumpulan data meliputi identitas pasien, diagnosa, nama obat, frekuensi pemberian, dosis, tinggi badan, berat badan dan data laboratorium (SGOT, SGPT dan Cr). Analisis berdasarkan NCCN 2008, Drug Interaction Fact, Drug Information, dan Drug Information Handbook. Bahan yang digunakan dari rekam medik pasien kanker payudara di instalasi rawat inap RSUD X tahun 200. b. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi rawat inap RSUD X. c. Jalannya Penelitian. Perizinan Peneliti mengurus surat izin penelitian dari fakultas kepada RSUD X untuk mendapatkan persetujuan penelitian dan pengambilan data pasien. 2. Penelusuran Data Penelusuran data dengan observasi rekam medik di instalasi rawat inap RSUD X tahun 200. Pencatatan data dalam lembar pengumpulan data. Data yang diambil nomor register, umur, berat badan, tinggi badan, keluhan, diagnosa utama dan terapi (nama obat, dosis, aturan pakai dan rute pemberian). 3. Pengolahan Data Menganalisis data dari rekam medik untuk mengetahui karakteristik pasien, obat dan identifikasi DRPs. 3

6 d. Cara Analisis Data Data yang telah diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif meliputi: a. Karakteristik pasien antara lain: jenis kelamin, umur dan stadium kanker. b. Karakteristik obat menurut semua obat yang diberikan selama rawat inap. c. Identifikasi DRPs kategori obat salah, dosis rendah, dosis tinggi dan interaksi obat. Untuk menghitung angka kejadian dan persentasenya sebagai berikut: a. Persentase kasus kejadian DRPs dihitung jumlah kasus yang mengalami DRPs dibagi jumlah pasien kanker payudara dikalikan 00%. b. Persentase kejadian DRPs dihitung dari jumlah kejadian DRPs tiap kategori dibagi jumlah pasien kanker payudara dikalikan 00%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien. Usia Tabel. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Berdasarkan Usia di RSUD X Tahun 200 Usia (Tahun) Jumlah % (n=95) , , ,37 Jumlah Risiko kanker payudara bertambah sebanding pertambahan usia, hubungan ini diduga karena pengaruh hormonal. Faktor hormonal dapat menyangkut menstruasi dan status menopause (Azamris, 2006). Tabel menunjukkan kanker payudara terjadi pada usia tahun ada 37,89% karena usia ini merupakan masa reproduktif sehingga kadar hormon estrogennya masih tinggi. Kehamilan yang terlambat memungkinkan berisiko terserang kanker. Pada perempuan usia tahun paling banyak terserang kanker 52% karena perempuan yang memiliki siklus menstruasi lebih dan perempuan yang mengalami menopause terlambat berisiko tinggi terserang kanker (Jardines, et al., 20). 2. Jenis Kelamin Dari hasil penelitian diketahui jumlah pasien laki-laki dan perempuan berbeda. Berdasarkan tabel 2 pasien perempuan lebih banyak terserang kanker payudara dibandingkan pasien laki-laki dikarenakan pengaruh dari pertumbuhan 4

7 hormon estrogen dan progesteron. Penyakit kanker payudara sering terjadi pada perempuan daripada pria sekitar 00 kalinya (American Cancer Society, 200). Tabel 2. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD X Tahun 200 Usia (Tahun) Jumlah % (n=95) , , ,37 Jumlah Stadium Kanker. Tabel 3. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Berdasarkan Stadium Kanker Payudara di RSUD X Tahun 200 Stadium Kanker Jumlah % (n=95) I,05 IIA 5 5,26 IIB,05 IIIA 4 4,2 IIIB 0 0,52 IIIC 4 4,2 IV,58 Ca mamae 59 62, Jumlah Berdasarkan tabel 3 stadium kanker payudara yang paling banyak pada stadium Ca mamae dengan persentase 62,%. Pada stadium I tumor masih kecil dan belum menyebar ke kelenjar getah bening. Stadium IIA tidak ada bukti adanya kanker namun kanker menyebar ke kelenjar getah bening tapi tidak ke bagian tubuh yang jauh. Stadium IIB tumor antara 2 sampai 5 cm dan menyebar ke kelenjar getah bening. Untuk stadium IIIA kanker dari berbagai ukuran menyebar ke kelenjar getah bening tapi tidak ke bagian lain dari tubuh sedangkan stadium IIIB tumor menyebar ke dinding dada atau menyebabkan inflamasi pada payudara. Stadium IIIC tumor dari berbagai ukuran belum menyebar ke bagian tubuh yang jauh tapi dapat menyebar ke bagian dalam payudara seperti sekitar dada. Pada stadium V menunjukan kanker menyebar ke dalam tubuh yang jauh seperti tulang, hati dan paru-paru (American Society of Clinical Oncology, 20). 5

8 B. Karakteristik Obat. Penggunaan obat kanker pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200. Tabel 4. Penggolongan penggunaan obat kanker payudara di instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200. No Golongan Nama obat Rute Jumlah % (n=95). Antibiotik Doxorubicin IV 8 8,95 Epirubicin IV,05 2. Antimetabolit Fluorourasil IV 8 8,42 Methotrexat IV,05 3. Alkilasi Cyclophosphamid IV 6 6,84 4. Produk Alamiah Paclitaxel IV 5 5,26 Docetaxel IV 2 2, 5. Hormon Tamoksifen PO,05 6. Imunodulansia Siklosporin IV,05 7. Obat Sitostatika lain Cisplatin IV,05 Jumlah 54 56,84 Obat kanker yang digunakan ada yang tunggal dan kombinasi. Dari tabel 4 penggunaan obat kanker yang banyak digunakan yaitu doxorubicin, yang merupakan antibiotik antrasiklin kuat yang efektif mengobati penyakit kanker (Das et al., 200). Golongan antrasiklin merupakan salah satu first line pada kemoterapi (WHO, 2006). Doxorubicin diketahui mampu mencapai sel-sel kanker atau sebagai antibodi terhadap target sel kanker. Selain itu juga terjadinya resistensi pada obat ini dapat diatasi atau setidaknya dapat dikurangi (Prados et al., 202). 2. Penggunaan obat selain obat kanker pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200. Tabel 5. Penggolongan penggunaan selain obat kanker payudara di instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 No Kelas Terapi Nama Obat Jumlah % (n=95). Antiemetik Antasid Cimetidin Ranitidine Ondansetron Metoclopramid Omeprazol Domperidon 2. Antibiotik Cefotaxim Ceftriaxone Cefadroxil Ciprofloxacin Gentamicin Metronidazol Amoxicillin Levofloxacin Norfloxacin Leksofloxasin Flukonazol ,68 85,26 6

9 Ceftazidim Amikasin sulfat 3. Larutan elektrolit Ringer Laktat 47 NaCl 9 Dekstrose 84,2 Asam amino 3 4. Analgesik Ketorolac Antalgin 47 Asam mefenamat 7 84,2 Tramadol Metampiron Kortikosteroid Dexamethason 27 28,42 6. Fibrinolisis Asam Traneksamat 27 28,42 7. Vitamin Vitamin B complex 5 Vitamin K 2 22,0 Vitamin C Asam folat 3 8. Analgesik, antipiretik Metamizol Paracetamol 5 6,84 9. Anestesi Propofol 4 4,73 0. Diuretik Furosemid 0,58 Spironolakton. Antihipertensi Lisinopril Bisoprolol Nifedipin Valsartan Captopril Atenolol Amlodipin 2. Pencahar Bisacodil 7 7,38 3. Suplemen Curcuma Biobran Tripanzym 3 5,26 4. Ansietas Alprazolam 4 4,2 5. Mucolitik Ambroxol 3 OBH 4,2 6. Glukokortikoid Metilprednisolon 4 4,2 7. Antidiare Atapulgit 3 3,6 8. Glikosida jantung Digoxin 3 3,6 9. Mineral Kalium klorida Kalsium laktat 20. Antihistamin Klorfeniramin maleat Difenhidramin HCl Jumlah ,68 Obat yang banyak digunakan pasien kanker payudara adalah antiemetik sebanyak 08 dengan persentase 3,68% ini karena obat sitostatika berpotensi emetogenik. Selain itu pada pembedah dan radioterapi juga dapat menyebabkan mual muntah sehingga diperlukan obat antiemetik untuk menanganinya (Sukandar, et al., 2008). C. Identifikasi Drug Related Problems. Persentase kasus kejadian DRPs Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa pasien yang menggunakan obat kanker payudara ditemukan adanya DRPs dosis lebih sebesar 4 kasus (57,4%) 2 8,42 2, 2, 7

10 dan dosis kurang 3 kasus (42,85%). Pada penggunaan selain obat kanker ditemukan DRPs dosis lebih sebesar 2 kasus (22,58%) dan dosis kurang ada 90 kasus (96,77%). Selain itu potensial terjadinya interaksi obat ada 8 (8,95%) dan tidak ditemukan adanya obat salah pada pasien kanker payudara. Tabel 6. Persentase kasus DRPs kategori dosis kurang, dosis lebih dan interaksi obat pada pasien kanker payudara di Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 Kategori DRPs Kasus DRPs Jumlah pengobatan yang % mengalami DRPs Obat salah Kontraindikasi dan bukan pilihan utama 0 0 Dosis lebih obat kanker Frekuensi (+) 0 0 Besaran (+) 4 57,4 Dosis lebih selain obat Frekuensi (+) 9 20,43 kanker Besaran (+) 2 2,5 Dosis kurang obat Frekuensi (-) 0 0 kanker Besaran (-) 3 42,85 Dosis kurang selain Frekuensi (-) 73 78,49 obat kanker Besaran (-) 7 8,28 Interaksi obat Berinteraksi dengan obat lain 8 8,95 2. Persentase kejadian DRPs a. Obat salah Obat salah pada penelitian ini merupakan obat yang dikontraindikasikan dengan kondisi pasien kanker payudara. Pemberian obat pada pasien kanker payudara di RSUD X tahun 200 tidak ditemukan adanya DRPs potensial kategori obat salah. b. Dosis lebih Obat dikatakan dosis lebih jika besaran obat atau frekuensi pemberiannya melebihi dari dosis lazim atau dosis pada buku standar. Tabel 7. Daftar dosis lebih kasus besaran lebih pada pasien kanker payudara di Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 No Nama obat Jumlah % (n=7) Dosis yang diberikan Dosis lazim No kasus. FAC (): Fluorouracil 2 28,57 850mg/24j 770mg/24j Adriamycin Cyclophosphamid 80mg/24j 850mg/24j 77mg/24j 770mg/24j mg/24j 80mg/24j 800mg/24j 770mg/24j 77mg/24j 770mg/24j 2. Siklosporin (2) 4,28 00mg/24j 9,24mg/24j Paclitaxel (2) 4,28 g/24j mg/24j Jumlah 4 57,4 Keterangan: () Dosis lazim berdasarkan NCCN (2) Dosis lazim berdasarkan Drug Information Handbook Pada tabel 7 menunjukan bahwa obat yang mengalami DRPs dosis lebih adalah kombinasi obat kanker FAC sebanyak 2 (28,57%). Pada pasien kanker 7 8

11 yang terapi dengan kemoterapi tidak akan mendapatkan manfaat dari dosis lebih kemoterapi (Antman, 2000) atau justru akan membahayakan pasien itu sendiri. Tabel 8. Daftar dosis lebih kasus besaran lebih selain penggunaan obat kanker payudara pada pasien kanker payudara di Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 No Nama obat Jumlah % (n=93) Dosis yang diberikan Dosis lazim No kasus. Metoclopramid,08 g/2j 0mg/8j Metampiron,08 500mg/8j 250mg/8j 28 Jumlah 2 2,6 Metoclopramid merupakan antiemetik kuat yang efektif menangani efek kemoterapi atau radioterapi pada pengobatan kanker (Tjay dan Rahardja, 2007). Pemberian metoclopramid dalam dosis lebih memungkinkan terjadinya diare pada pasien (Skeel, 2007). Metampiron digunakan sebagai analgesik non narkotik. Penggunaannya tidak boleh diberikan dalam jangka panjang terus-menerus karena dapat berefek negatif dan perlu hati-hati penggunaannya pada penderita gangguan fungsi hati atau ginjal dan gangguan pembentukan darah (ISFI, 2009). Tabel 9. Daftar dosis lebih kasus frekuensi lebih selain penggunaan obat kanker pada pasien kanker payudara di Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 No Nama obat Jumlah % (n=93) Dosis yang diberikan AHFS No kasus. Ondansetron 5 5,26 2mg/8j 4mg/2j 3 3,69 4mg/8j 4mg/2j 8, 9, 23, 52, 8 7, 33, 40, 4, 43, 44, 46, 58, 60, 66, 79, 93, Furosemid,05 20mg/2j 20-40mg/24j 85 Jumlah 9 20 Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa ondansetron yang paling banyak mengalami frekuensi lebih pada pengobatan kanker payudara sebanyak 8,95%. Ondansetron efektif digunakan untuk mengurangi mual muntah akibat sitostatika ataupun radioterapi dan pembedah (Tjay dan Rahardja, 2007). Pemberian ondansetron untuk kategori dosis lebih pada kasus frekuensi lebih perlu diperhatikan pada penderita gangguan fungsi hati (ISFI, 2009). Pada penggunaan obat kanker tidak ditemukan adanya DRPs kategori dosis lebih kasus frekuensi lebih yang potensial pada pasien kanker payudara. c. Dosis kurang Obat dikatakan dosis kurang bila dosis obat atau frekuensi pemberiannya kurang dari dosis lazim atau dosis yang ada pada buku standar yang digunakan. Tabel 0. Daftar dosis kurang kasus besaran kurang penggunaan obat kanker pada pasien kanker payudara di Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 No Nama obat Jumlah % (n=7) Dosis yang diberikan NCCN No kasus. FAC: Fluorouracil Adriamycin 4,28 750mg/24j 70mg/24j 770mg/24j 77mg/24j 3 9

12 Cyclophosphamid 750mg/24j 770mg/24j 2. AC: Adriamycin Cyclophosphamid 2 28,57 70mg/24j 05mg/24j 92,4mg/24j 924mg/24j 8 70mg/24j 200mg/24j Jumlah 3 42,85 Kemoterapi dengan AC lebih sering digunakan pada penderita yang memiliki risiko tinggi kekambuhan (Skeel, 2007). Pemberian dosis kurang pada pasien kanker payudara memberikan hasil yang kurang baik. Pemberian dosis perlu diperhatikan karena berkurangnya sel kanker ternyata berbanding lurus dengan dosis (FKUI, 2007). Tabel. Daftar dosis kurang kasus besaran kurang selain penggunaan obat kanker pada pasien kanker payudaradi Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 No Nama obat Jumlah % (n=93) Dosis yang diberikan Dosis lazim No kasus. Ondansetron 5 2 5,38 2,90 2mg/8j 2mg/2j 57 4mg/2j 8, 9, 23, 52, 8 36, 37, 43, 44, 47, 54, 62, 63, 74, 76, 83, 94 Jumlah 7 8,28 Berdasarkan tabel diatas DRPs dosis kurang pada besaran kurang yang paling banyak terjadi pada ondansetron sebanyak 7 atau 8,28%. Pada dosis ondansetron 2mg akan lebih efektif efeknya jika digunakan dengan kombinasi obat lain seperti dexamethason agar tercapai keberhasilannya (Peach et al, 2007). Tabel 2. Daftar dosis kurang kasus frekuensi kurang selain penggunaan obat kanker pada pasien kanker payudara di Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 No Nama obat Jumlah % Dosis yang Drug information No kasus (n=93) diberikan AHFS. Ketorolac 52 55,9 0mg/8j 0mg/2j 0mg/24j 30mg/8j 30mg/2j 75mg/24j 0-30mg/4-6j 4, 7, 2, 23, 26, 3, 36, 37, 46, 52, 60, 62, 66, 68, 73, 77, 78, 79, 82 7, 34, 47, 50, 58, 70, 74, 76, 9, 94 59, 63 7, 8, 9,, 2, 3, 7, 33, 40, 4, 42, 43, 44, 62, 63, 73, 74, 76, 78, 79, 8, 83, 93, , 47, 50 30mg/24j 2.. Asam,08 500mg/2j 0,5-g/8j 34 traneksamat 3. Metoclopramid 7 7,53 0mg/24j g/2j 0mg/8j 9, 57, 65, 7, 75, Tramadol 2 2,8 75mg/2j 500mg/24j 75mg/4j Dexamethason 3 3,23 5mg/24j 0,75-9mg/6-2j 9, 49, Cimetidin 2 2,6 200mg/24j mg/4-6j 49, 65 0

13 7. Ondansetron 3 3,23 4mg/24j 4mg/2j 38, 47, Ranitidin 2 2,6 25mg/2j 25mg/6-8j 59 25mg/24j 7 Jumlah 73 78,49 Tabel 2 menunjukan DRPs dosis rendah kasus frekuensi kurang yang banyak terjadi adalah ketorolac. Ketorolac digunakan untuk menghilangkan nyeri dan aman untuk pengobatan rasa sakit setelah operasi (Forrest et al, 2002). Pemberian ketorolac lebih efektif pada dosis terkecil (Depkes, 2008). d. Interaksi obat Interaksi obat dapat terjadi karena banyaknya penderita yang mendapatkan obat lebih dari satu macam. Dikatakan interaksi jika efek dari satu obat berubah oleh adanya obat lain (Stockley, 2008). Tabel 3. Daftar interaksi obat pada pasien kanker payudara di Instalasi rawat inap RSUD X Tahun 200 % Nomor No Interaksi Jumlah Level Onset Keterangan (n=95) kasus. Ranitidin dan 2 2, 22, 28 Minor Delayed Menurunkan antacid absorbsi ranitidin 2. Ranitidin dan 9 9,48, 3, 58, Minor Delayed Aksi terapi ketorolac 59, 68, 74, ketorolac dapat 3. Ranitidin dan asam mefenamat 4. Methotrexat dan cyclophosphamid 5. Omeprazol dan alprazolam 6. Digoxin dan atapulgit 7. Cimetidin dan fluorourasil 8. Gentamicin dan cefotaxim Jumlah 8 8,95 79, 9, 93 berubah 2 2, 8, 57 Minor Delayed Aksi terapi asam mefenamat dapat berubah,05 22 Moderat Delayed Peningkatan atau penurunan efek kedua obat,05 38 Minor Delayed Meningkatkan risiko sedasi dan kadar alprazolam dalam darah.,05 45 Moderat Delayed Menurunkan efek terapi dan digoxin dalam darah,05 49 Moderat Delayed Cimetidin meningkatkan konsentrasi fluorourasil.,05 55 Moderat Delayed Dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal. (Tatro, 200)

14 Pengatasan:. Ranitidin dan antasid Pemberian dengan peroral pada ranitidin dan antasid sebaiknya diberi jeda 2 jam setelah ranitidin atau sebaliknya sehingga penurunan absorbsi ranitidin terhindari. Efeknya ringan sehingga tidak diperlukan pengobatan tambahan. 2. Ranitidin dan ketorolac Interaksi ketorolac dan ranitidin tidak ada masalah klinis yang berbahaya. Efek yang ditimbulkan ringan dan tidak diperlukan tindakan segera. 3. Ranitidin dan asam mefenamat Pengatasan untuk interaksi antara ranitidin dan asam mefenamat sama dengan pengatasan pada ranitidin dan ketorolac. 4. Methotrexat dan cyclophosphamid Pemberian methotrexat bersama cyclophosphamid menyebabkan penurunan status klinis pasien sehingga memungkinkan pasien tinggal di rumah sakit lebih lama. Pengatasan interaksi belum ada selain memonitoring kedua obat. 5. Alprazolam dan omeprazol Alprazolam berinteraksi dengan omeprazol jika pemberiannya bersamaan sehingga diperlukan pemantauan untuk sedasi yang berkepanjangan dan perlu mengurangi dosis alprazolam. 6. Digoxin dan atapulgit Interaksi pada digoxin dan atapulgit dapat menyebabkan penurunan status klinis pasien. Interaksi diatasi dengan jeda waktu pemberian antara keduanya yaitu atapulgit dapat diberikan beberapa jam setelah digoksin atau sebaliknya. 7. Cimetidin dan fluorouracil Pemberiaan cimetidin bersamaan fluorouracil perlu dipantau untuk efek samping fluorouracil atau gejala toksisitasnya karena menyebabkan penurunan status klinis pasien sehingga memperpanjang pasien tinggal di rumah sakit. 8. Gentamicin dan cefotaxim Penggunaan gentamicin dan cefotaxim yang bersamaan menyebabkan peningkatan risiko kerusakan ginjal sehingga memungkinkan pasien lebih 2

15 lama tinggal di rumah sakit. Pengatasannya perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal dan mengubah dosis obat bila perlu atau hentikan pemakaiannya. (Tatro, 200) 4. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari 95 pasien yang diambil diantaranya ada 7 pasien yang diketahui berat dan tinggi badannya. Dari 95 pasien terdapat 7 pasien yang menggunakan obat kanker dan 93 pasien menggunakan selain obat kanker sehingga disimpulkan bahwa: a. Pada pasien yang menggunakan obat kanker ditemukan adanya DRPs dosis lebih sebanyak 4 kasus (57,4%) dan dosis kurang ada 3 kasus (42,85%) dari jumlah pasien yang menggunakan obat kanker. b. Pasien yang menggunakan selain obat kanker ditemukan adanya DRPs dosis lebih sebanyak 2 kasus (22,58%) dan dosis kurang ada 90 (96,77%) dari jumlah pasien yang menggunakan selain obat kanker. c. DRPs kategori interaksi obat ada 8 kasus (8,95%) dari jumlah pasien kanker payudara. d. Tidak ditemukan adanya potensial DRPs kategori obat salah. b. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk kategori-kategori Drug Related Problems pada penyakit kanker payudara. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada ibu Tri Yulianti, M.Si., Apt dan ibu Tanti Azizah, M.Sc., Apt selaku pembimbing serta Bapak Dr. dr. EM. Sutrisna dan Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. 6. DAFTAR ACUAN American Cancer Society, 200, Guideline Breast Cancer, American Cancer Society, (online), ( tent/ pdf.pdf diakses 0 Juni 20). American Society of Clinical Oncology, 20, Guide to Breast Cancer, American Society of Clinical Oncology, (online), ( diakses 20 April 202). 3

16 Antman, K. H., 2000, High-Dose Chemotherapy in Breast Cancer: The End of the Beginning, American Society for Blood and Marrow Transplantation, Universitas Colombia, New York. Azamris, 2006, Analisis Faktor Risiko pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang, Cermin Kedokteran, 52, 53. Das, G., Nicastri, A., Coluccio, M, L., Gentile, F., Cojoc, G., Liberale, C, De Angelia, F., Di Fibrizio, E., 200. FT-IR, Raman, RRS Measurements and DFT Calculationfor Doxorubicin. =FT-IR%2C%20Raman%2C%20RRS%20measurements%20and%20DFT% 20calculation%20for%20doxorubicin (diakses 3 Mei 202). Depkes R, I., 2008, Informasi Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. FKUI, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, FKUI, Jakarta. Forrest, J. B., Camu, F., Greer, I. A., Kehlet, H., Abdalla, M., Bonnet, F., et al., 2002, Ketorolac, Diclofenac and Ketoprofen are sequally safe for pain relief after major surgery, Britis Journal of Anaesthesia, 88, 227. ISFI., 2009, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 44, ISFI, Jakarta. Jardines, L., Haffty, B, G., Fisher, P., Weitzel, J., Royce, M., 20, Breast Cancer Overview Risk Factor, Screening, Genetic Testing and Prevention, Cancer Management, 4, Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Goldman, M. P., & Lance, L. L., 2006, Drug Information Handbook: A Comprehensive Resource For All Clinicans and Healthcare Professionals, 4 th edition, Lexi-Comp Inc, USA. Nasichah, L., 20, Evaluasi Peresepan Obat Antikanker Payudara Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. National Comprehensive Cancer Network, 2008, Breast Cancer, National Comprehensive Cancer Network, Okwinsa, L, T. 20. Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Kanker Payudara &PHPSESSID=075d6bad769ad7dd2ecd8cd9b9c5cca (diakses tanggal 3 November 20). Peach, M. J., Rucklidge M, W., Lain, J., Dodd P, H., Doherty, D, A., 2007, Ondansetron and Dexamethasone Dose Combinations for Prophylaxis 4

17 Against Postoperative Nausea and Vomiting. bmed/ (diakses 3 Mei 202). Prados, J., Melquizo, C., Ortiz, R., Velez, C., Alvarez, P, J., Ruiz, M, A., et al., 202. Doxorubicin-Loaded Nanoparticle: New Advances in Breast Cancer Therapy. bicin-loaded%20nanoparticles%3a%20new%20advances%20in%20breas t%20cancer%20therapy. (diakses 3 Mei 202). Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, 24-27, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi, Jabar. Seto, S., Nita, Y., & Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi, 297, Airlangga University Press, Surabaya. Skeel, R. T., 2007, Handbook of Cancer Chemotherapy, Edisi 7, Ohio, Lippincott Williams and Wilkins. Sudarianto, 200, Kasus Kanker Tertinggi di Sulsel : Kanker Payudara (online), ( =75, diakses 26 Oktober 20) Stockley, I. H., 2008, Drug Interaction, Cambridge Universitas Press, Cambridge Sukandar, E, Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P., Kusnandar., 2008, Iso Farmakoterapi, , ISFI, Jakarta. Sukardja, I.D.G., 2000, Onkologi Klinik, Edisi 2, 257, 26,279, Airlangga University Press, Surabaya. Sutedja, AY, 2008, Mengenal Obat-Obat Secara Mudah dan Aplikasinya dalam Perawatan. 8-9, Yogyakarta: Amara Books. Tatro, D., 200, Drug Interaction Facts, Edisi 6, Fact and Comparison AWolter Kluwers Company, St. Louis. Tjay, T.H., & Rahardja, K Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi , Jakarta: Gramedia. WHO, 2006, Guidelines for Management of Breast Cancer, World Health Organization, 73. 5

ANALISIS BIAYA TERAPI DAN GAMBARAN PENGOBATAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X PADA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS BIAYA TERAPI DAN GAMBARAN PENGOBATAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X PADA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS BIAYA TERAPI DAN GAMBARAN PENGOBATAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X PADA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Oleh HESTI WULANSARI K 0008095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2 NASKAH PUBLIKASI Oleh: BETTY MARTHA PAMUNGKAS K 8 68 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 2012 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI TAHUN 2010 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI TAHUN 2010 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: BETTY MARTHA PAMUNGKAS K 100 080 168 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan suatu penyakit yang menakutkan bagi kaum wanita tetapi pada laki-laki pun memiliki kemungkinan untuk terserang meskipun kemungkinan itu kecil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: EKA KURNIA SARI K. 100 080 001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Oleh : LAILIYATUN NASICHAH K100.050.124 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif

Lebih terperinci

Tirta Farma meliputi pemilik sarana apotek, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 5. Kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat perlu

Tirta Farma meliputi pemilik sarana apotek, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 5. Kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat perlu BAB 6 SARAN Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilaksanakan di Apotek TIRTA FARMA selama lima minggu, yang berlangsung mulai tanggal 10 Oktober sampai dengan 12 November

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama disamping radiasi dan pembedahan. Pemberian sitotoksika atau antikanker merupakan tindakan utama untuk

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: REVTY AMELIA K100070004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun,

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini mengidentifikasi penggunaan obat off-label dosis pada pasien dewasa rawat inap di Rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARUM NURIL HIDAYAH K 100 090 008 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini mengikuti desain non-eksperimental dengan rancangan deskriptif analitik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode retrospektif dari catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjar lemak, pembuluh darah, dan persyarafan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan mencatat data-data yang diperlukan

Lebih terperinci

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA 2443006137 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013

KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013 KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013 Andrea Ariel Rondonuwu 1), Adeanne Wullur 1), dan Widya Astuti Lolo 1) 1) Program

Lebih terperinci

OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD

OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs KATEGORI OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012 Fajri Lirauka, 2015. Pembimbing : dr. Laella Kinghua Liana, Sp.PA, M.Kes.

Lebih terperinci

EVALUASI CARA PENGGUNAAN INJEKSI INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD Dr. RADEN SOEDJATI PURWODADI SKRIPSI

EVALUASI CARA PENGGUNAAN INJEKSI INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD Dr. RADEN SOEDJATI PURWODADI SKRIPSI EVALUASI CARA PENGGUNAAN INJEKSI INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD Dr. RADEN SOEDJATI PURWODADI SKRIPSI Oleh: DAENG KRISTIANTORO K 100 080 098 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

KOMBINASI OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

KOMBINASI OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO KOMBINASI OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Moeslich Hasanmihardja 1, Iskandar Sudirman 1, Budi Raharjo 2, Riris Nurmila D. 1 1 Fakultas Farmasi,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K 100080057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

Stara I pada K

Stara I pada K ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIDIABETIK METFORMIN DAN GLIMEPIRID PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD X TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Stara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015 IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: NUR WIJAYANTI K 100 130 007 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata kanker berasal dari kata Yunani, karnikos, yang berarti udang-karang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata kanker berasal dari kata Yunani, karnikos, yang berarti udang-karang dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata kanker berasal dari kata Yunani, karnikos, yang berarti udang-karang dan merupakan istilah umum untuk ratusan tumor ganas yang masing-masing sangat berbeda satu

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (SECTIO CAESAREA) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (SECTIO CAESAREA) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (SECTIO CAESAREA) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh: FAJARWATI PURNAMANINGRUM K 100100086 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia tetapi paling mudah untuk dicegah ( World Health Organization,

Lebih terperinci

Kajian penggunaan antiemetika pada pasien kanker dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta

Kajian penggunaan antiemetika pada pasien kanker dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta Majalah Dyah Aryani Farmasi Perwitasari Indonesia, 17(2), 91 97, 2006 Kajian penggunaan antiemetika pada pasien kanker dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta Study of antiemetic pattern

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA Faisal Ramdani, Nur Mita, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan bersifat menyebar pada organ tubuh yang lain

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: TOUDA KURNIA ANDRIYA K 100 040 180 FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini ABSTRAK Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini Stephen Iskandar, 2010; Pembimbing pertama : Freddy T. Andries,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara (Carcinoma mamae)adalah suatu penyakit neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit yang tidak menular dan kanker yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker payudara merupakan lesi yang sering ditemukan pada wanita dan berbahaya, serta merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan penyebab kematian kelima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai spektrum sangat luas dan kompleks. Penyakit ini dimulai dari neoplasma ganas yang paling jinak sampai neoplasma

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA MAMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA MAMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA MAMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 Cory Primaturia, 2009, Pembimbing I : dr.freddy Tumewu A.,M.S Pembimbing II : dr. Hartini Tiono Karsinoma

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Bagiana yang di mulai tanggal 10 Oktober 12 November 2016 dapat disimpulkan bahwa: 1.

Lebih terperinci

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3 INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara deskriptif analitik dengan tujuan untuk mencari hubungan antara jumlah obat dengan potensi

Lebih terperinci

* Dosen FK UNIMUS. 82

* Dosen FK UNIMUS.  82 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari Desember 2004 Drug Use Evaluation of Adults and Children

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Diajukan oleh : Bekti Handayani M3513013 PROGRAM

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN ANTIPLATELET (CLOPIDOGREL) PADA PENGOBATAN STROKE ISKEMIK DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO

STUDI PENGGUNAAN ANTIPLATELET (CLOPIDOGREL) PADA PENGOBATAN STROKE ISKEMIK DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO STUDI PENGGUNAAN ANTIPLATELET (CLOPIDOGREL) PADA PENGOBATAN STROKE ISKEMIK DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO FAUZIAH PRASTIWI 2443011016 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker payudara merupakan salah satu kanker dengan insidensi terbanyak, terutama pada wanita. Perkembangan terapi banyak dilakukan untuk meningkatkan survival

Lebih terperinci

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Mega Lestari 1 ; Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 2 ; Noor Hafizah,

Lebih terperinci

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Sulistyani Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Correspondence to : Sulistyani Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

pelayanan non resep, serta pengalaman dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien. 5. Apoteker tidak hanya memiliki

pelayanan non resep, serta pengalaman dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien. 5. Apoteker tidak hanya memiliki BAB V KESIMPULAN Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilakukan di Apotek KPRI RSUD Dr. Soetomo yang berlangsung selama lima minggu, mulai tanggal 31 Januari sampai 3 Maret 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG MAWAR II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anief, M. 2005, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Anief, M. 2005, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. BAB 5 KESIMPULAN Setelah menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 26 mulai tanggal 16 Januari sampai tanggal 17 Februari 2017, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analgetik-Antipiretik Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN METODE GYSSENS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN METODE GYSSENS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN SKRIPSI KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN METODE GYSSENS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2012-2013 SKRIPSI Oleh NOVIA TUNGGAL DEWI K 100 100 027 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI KEJADIAN PONV PADA PEMBERIAN MORFIN SEBAGAI ANALGETIK PASCA OPERASI PENDERITA TUMOR PAYUDARA DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 menunjukan, kasus rawat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 menunjukan, kasus rawat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering ditemukan terutama di negara berkembang dan menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Data Sistem Informasi

Lebih terperinci

Aplikasi Life Table Untuk Mengukur Harapan Hidup Penderita Ca Mamae Stadium III

Aplikasi Life Table Untuk Mengukur Harapan Hidup Penderita Ca Mamae Stadium III Aplikasi Life Table Untuk Mengukur Harapan Hidup Penderita Ca Mamae Stadium III Ana Habibah dan Nunik Puspitasari Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Setelah menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma Kalibokor, dari tanggal 16 Januari sampai dengan 17 Februari 2017, dapat disimpulkan beberapa

Lebih terperinci

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Kanker payudara menjadi penyebab kematian kedua terbanyak bagi wanita Amerika pada tahun 2013

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO Benedicta I. Rumagit, Jody A. Pojoh, Vanessa N. Manampiring Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Abstrak : Hipertensi

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : SAMROTUL CHUSNA K 100 090 057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drug Related Problems (DRPs) merupakan penyebab kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS

Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS Standar Akreditasi RS (KARS versi 2012) AP 2 EP 1: Pasien dilakukan asesmen ulang untuk menentukan respons mereka terhadap pengobatan. AP 2 EP 6: Asesmen

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN EVALUASI POLA PERESEPAN BERDASARKAN BEERS CRITERIA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN PADA POLI PENYAKIT DALAM DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE AGUSTUS 2010-MARET 2011 Dhian Rahayu Setyowati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan seperti sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, kelelahan, edema tungkai,takikardia,

Lebih terperinci