INDONESIA BUKU PUTIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDONESIA 2005-2025 BUKU PUTIH"

Transkripsi

1 Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia INDONESIA BUKU PUTIH Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2025 Jakarta, 2006

2 MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN Dalam tata informasi, terdapat 9 dokumen dan produk hukum yang berkaitan dengan kebijakan penyelenggaraan pembangunan Iptek di Indonesia, yaitu UUD 1945, UU No. 18 tahun 2002, Inpres No. 4 tahun 2003, Peraturan Pemenrintah No. 20 tahun 2005, Visi Misi Iptek 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) , Visi Misi Lembaga Litbang dan yang terakhir adalah Naskah akademik dalam bentuk Buku Putih. Muara dari seluruh informasi, dokumen dan arahan itu adalah Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (JAKSTRANAS IPTEK ), yang merupakan pedoman arah, prioritas dan kerangka kebijakan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tahun Mengikuti arahan pembangunan sebagaimana digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan dirumuskan strateginya secara mendalam dalam JAKSTRANAS IPTEK , maka naskah akademik buku putih disusun dalam 6 bidang fokus yaitu pangan, energi, transportasi, teknologi informasi, teknologi pertahanan dan kesehatan. Tujuan penting yang hendak dicapai dengan penyusunan naskah akademik buku putih adalah memberikan dukungan informasi dan landasan akademik setiap bidang fokus dan juga memberikan tahapan pencapaian atau roadmap dari strategi pembangunan Iptek sebagaimana direncanakan dalam RPJM atau dirumuskan sebagai kebijakan strategis di dalam JAKSTRANAS IPTEK i

3 Diharapkan melalui Buku Putih Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Energi Baru Dan Terbarukan Untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun ini seluruh pihak yang berkepentingan dengan pembangunan Iptek di Indonesia, baik pemerintah, swasta, perguruan tinggi maupun lembaga litabang dapat memanfaatkan sebaikbaiknya informasi yang disampaikan, untuk diterapkan sebagai bagian strategi yang disusun oleh masing-masing institusi. Jakarta, Agustus 2006 Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman ii

4 DAFTAR ISI Hal Sambutan i Daftar isi... iii Daftar Singkatan dan Gambar... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KONDISI SEKARANG Ketersediaan Energi Saat Ini Antisipasi Terhadap Doomsday Energi dan Usulan 4 untuk Menyelesaikannya Pandangan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) III. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS Kekuatan dan Kelemahan Peluang dan Tantangan Solusi IV. BUKU PUTIH PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN 15 PENERAPAN IPTEK ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENDUKUNG KETERSEDIAAN ENERGI Visi Misi Tujuan Sasaran Metodologi Roadmap Strategi Rekomendasi Kebijakan Prakondisi dan Indikator Keberhasilan V. PENUTUP Daftar Pustaka Anggota Gugus Tugas Energi dan Nara Sumber Lampiran Roadmap Sektor Energi Roadmap sektor energi Bio-Diesel Roadmap sektor energi Bio-Ethanol Roadmap sektor energi Bio-Oil Roadmap sektor energi Pure Plant Oil Roadmap sektor energi Bahan Bakar Padat & Gas dari Biomassa Roadmap sektor energi Panas Bumi Roadmap sektor energi Angin / Bayu Roadmap sektor energi Mikro Hidro Roadmap sektor energi Surya (Fotovoltaik) Roadmap sektor energi Surya / Thermal Roadmap sektor energi Arus Laut Roadmap sektor energi Gelombang Roadmap sektor energi Hidrogen/Fuel Cell Roadmap sektor energi Nuklir Roadmap sektor energi Batubara Roadmap sektor energi Gas Bumi Roadmap sektor energi Minyak Bumi Roadmap konservasi energi iii

5 DAFTAR SINGKATAN No Singkatan Kepanjangan 1 SBM Setara Barel Minyak 2 BOE Barrels of Oil Equivalent 3 TWh Terra Watt-hours (Terrawatt-jam =TWjam) 4 TWth Terra Watt-tahun 5 GWth Gega Watt tahun 6 MMBTU Millions British Thermal Unit 7 TSCF Trillion Standard Cubic Feet 8 NPV Net Present Value 9 FOB Free on Board 10 PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Batubara, Minyak, Gas) 11 PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Bayu 12 PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya 13 PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro DAFTAR GAMBAR No. N a m a G a m b a r Hal 1 Proyeksi kebutuhan energi final Nasional per sektor 5 2 Proyeksi penyediaan energi nasional 6 3 Proyeksi produksi pembangkitan listrik Nasional 6 4 Produksi listrik Jamali sesuai jenis bahan bakarnya 7 5 Grafik proyeksi ekspor-impor minyak mentah dan BBM 7 6 Grafik emisi gas buang sektor energi 8 7 NPV tahunan sektor energi 8 iv

6 I. PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan unsur kemajuan peradaban manusia yang sangat penting, karena melalui kemajuan IPTEK, manusia dapat mendayagunakan kekayaan dan lingkungan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupannya. Kemajuan IPTEK juga mendorong terjadinya globalisasi budaya kehidupan manusia karena manusia semakin mampu mengatasi dimensi jarak dan waktu dalam kehidupannya. Penguasaan Iptek suatu bangsa akan sangat mempengaruhi posisi tawar dalam persaingan global. Beberapa indikasi sering diungkapkan di media ataupun dalam pembicaraan di masyarakat, yaitu bahwa masyarakat Indonesia secara umum masih tertinggal tingkat kesejahteraan dan pendidikannya, lemah dalam menghasilkan karya yang inovatif dan kurang kreatif. Oleh karena itu bangsa Indonesia belum sepenuhnya mandiri di tengah persaingan dengan bangsa lain di dunia. Sudah diakui dunia, bahwa salah satu faktor penting penentu daya saing suatu negara adalah penguasaan teknologi. Semua hal tersebut di atas mendasari visi penelitian, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (litbangrap IPTEK) bidang energi, yaitu: Terwujudnya ketersediaan energi yang didukung kemampuan nasional IPTEK yang mengacu pada amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-undang No 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek, Inpres No. 4/2003 tentang Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Perpres No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Mengingat bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai keterbatasan dalam sarana dan pra-sarana yang diperlukan untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka langkah yang fokus dan strategis sangat diperlukan, sehingga pencapaian tujuan dari Visi IPTEK 2025 Kementerian Ristek dapat berhasil. Dalam sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek, ada langkah yang dipandang sangat mendesak, yaitu langkah yang harus dilakukan segera (urgent) untuk kelangsungan hidup (survival) bangsa; dan ada langkah yang penting (important), yaitu langkah yang strategis dan jangka panjang untuk kemandirian bangsa, dengan tetap mengindahkan pengaruh dan konvensi internasional. 1

7 II. KONDISI SEKARANG 2.1. Ketersediaan Energi Saat Ini Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Keterbatasan akses ke energi komersial telah menyebabkan pemakaian energi per kapita masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Konsumsi per kapita pada saat ini sekitar 3 SBM yang setara dengan kurang lebih sepertiga konsumsi per kapita rerata negara ASEAN. Dua pertiga dari total kebutuhan energi nasional berasal dari energi komersial dan sisanya berasal dari biomassa yang digunakan secara tradisional (non-komersial). Sekitar separuh dari keseluruhan rumah tangga belum terjangkau dengan sistem elektrifikasi Nasional. Data dari dokumen HDI (Human Development Index) tahun 2005 menyebutkan bahwa konsumsi tenaga listrik/orang di Indonesia masih 463 kwh/cap. Angka ini masih di bawah negara tetangga kita Malaysia, (3.234 kwh/cap), Thailand (1.860 kwh/cap), Filipina (610 kwh/cap), dan Singapura (7.961 kwh/cap). Sumberdaya energi primer baik energi fosil maupun energi terbarukan yang ada di Indonesia saat ini dapat ditunjukkan dalam tabel 1 berikut. Sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi, biomasa, energi surya dan energi angin relatif cukup besar. Penggunaan energi sampai saat ini secara ekonomi juga belum optimal, hal ini ditunjukkan oleh elastisitas penggunaan energi yang masih di atas 1 (satu) dan intensitas pemakaian energi yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas rerata dari negara ASEAN. Indonesia memerlukan energi sekitar 4,1 kg setara minyak untuk menghasilkan setiap $ 1 GDP (GDP per unit of energy use 2000 PPP US$ per kg of oil equivalent). Sedangkan negara-negara lainnya memerlukan kurang dari angka tersebut untuk menghasilkan GDP yang sama. Tabel 1. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005) 2 JENIS ENERGI FOSIL Minyak Gas Batubara SUMBER DAYA 86,9 miliar barel 384,7 TSCF 58 miliar ton CADANGAN 9,1 miliar barel 185,8 TSCF (P1+P2) 19,3 miliar ton PRODUKSI (per Tahun) 387 juta barel 2,97 TSCF 132 juta ton RASIO CAD/PROD (tanpa ekplorasi) Tahun

8 ENERGI NON FOSIL SUMBER DAYA SETARA PEMAN FAATAN KAPASITAS TERPASANG Tenaga Air 845,0 juta BOE 75,67 GW ,0 GWh 4,2 GW Panas Bumi 219,0 juta SBM 27,14 GW 2.593,50 GWh 0,852 GW Mini/micro hydro 0,46 GW 0,46 GW 0,084 GW Biomassa 49,81 GW 0,302 GW Tenaga Surya 4,80 kwh/m2/hari 0,008 GW Tenaga Angin 9,29 GW 0,0005 GW Uranium ton *) 33,0 GW *) *)hanya di daerah Kalan, Kalimantan Barat 1) PPP tahun ) DESDM Kita harus bersyukur bahwa negara kita dikaruniai dengan berbagai jenis sumber energi, meskipun tidak banyak dibandingkan dengan cadangan dunia. Namun apabila diperhatikan bahwa jumlah penduduk Indonesia juga cukup banyak, maka cadangan per-kapita ternyata tidak cukup besar. Oleh karena itu kita harus cermat dalam mengelola sumber energi tersebut. Penggunaan BBM meningkat pesat, terutama untuk transportasi, yang sulit digantikan oleh jenis energi lainnya. Ketergantungan kepada BBM masih tinggi, lebih dari 60 persen dari konsumsi energi final. Pembangkitan tenaga listrik di beberapa lokasi tertentu masih mengandalkan BBM karena pada waktu yang lalu harga BBM masih relatif murah (karena di subsidi), jauh dari sumber batubara, jaringan pipa gas bumi masih terbatas, lokasi potensi tenaga air yang jauh dari konsumen dan pengembangan panas bumi serta energi terbarukan lain yang relatif masih lebih mahal. Kebutuhan energi dalam negeri selama ini dipasok dari produksi dalam negeri dan sebagian dari impor, yang pangsanya cenderung meningkat. Komponen terbesar dari impor energi adalah minyak bumi dan BBM. Kemampuan produksi lapangan minyak bumi semakin menurun sehingga membatasi tingkat produksinya. Dalam satu dekade terakhir, kapasitas produksi kilang BBM dalam negeri tidak bertambah, sedangkan permintaan BBM di dalam negeri meningkat dengan cepat. Pada tahun 2005 peranan minyak bumi impor untuk kebutuhan bahan baku kilang BBM sudah mencapai 40 persen sedangkan peranan BBM impor untuk pemakaian dalam negeri mencapai 32 persen. Ekspor minyak dan kondensat cenderung semakin menurun sejalan dengan produksi minyak dalam negeri yang cenderung terus menurun karena penuaan sumur yang ada dan juga keterlambatan investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber minyak baru. Bilamana tidak segera ditemukan sumber minyak baru, Indonesia akan semakin menjadi negara net oil importer country seperti yang sudah terjadi saat ini. Suatu gejala yang cukup merisaukan bagi keberlanjutan penyediaan energi jangka panjang, apalagi di tengah harga minyak internasional yang semakin tinggi seperti sekarang ini. Penggunaan energi terbarukan belum besar, kecuali tenaga air, karena biaya produksinya belum kompetitif dibandingkan dengan energi konvensional. Pada umumnya harga listrik yang dibangkitkan dari PLTS, PLTB, Geothermal dan PLT energi terbarukan lainnya masih lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan 3

9 BBM (bersubsidi) kecuali PLTMH. Sampai dengan tahun 2005, kapasitas terpasang energi baru dan terbarukan hanya sekitar 3,0 % dari potensi yang tersedia. Kapasitas terpasang dari PLTS sebesar 8 MW, dari PLTB sebesar 0,5 MW, dari PLTMH sebesar 54 MW dan dari PLT terbarukan lainnya (biomassa) sebesar 302,5 MW. Sedangkan energi nuklir belum dapat dimanfaatkan meskipun sudah dapat mencapai nilai keekonomiannya, karena adanya hambatan dari aspek penerimaaan masyarakat dan besarnya investasi awal yang dibutuhkan Antisipasi terhadap Doomsday Energi dan usulan untuk menyelesaikannya Kondisi kehidupan yang bergantung pada BBM import yang semakin besar, harga minyak yang cenderung meningkat, subsidi yang sulit dihentikan, dan penggunaan energi yang sangat boros, serta pertumbuhan penduduk masih tinggi, akan membawa kehidupan ke berbagai permasalahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Apabila kondisi buruk ini (doomsday) terjadi, maka akan sulit untuk memperbaikinya. Pada saat ini kondisi energi nasional mengalami masa transisi dari monopolisentralisasi ke arah terbuka-desentralisasi. Tantangan globalisasi dan reformasi telah membentuk restrukturisasi sektor energi agar dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi. Penggunaan energi nasional meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan salah satu prasyarat penting untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan nasional jangka panjang di bidang energi yang dapat menjawab beberapa tantangan utama yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia dalam mewujudkan penyediaan energi yang berkelanjutan (energy sustainability). Penyediaan energi berkelanjutan meliputi antara lain: memperluas akses kepada kecukupan pasokan energi, andal dan terjangkau dengan memperhatikan seluruh sarana/prasarana yang diperlukan (energy security) dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Untuk itu perlu dibuat suatu studi perencanaan energi jangka panjang yang dapat memberikan kepastian jaminan pasokan energi yang berkelanjutan. Kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan energi nasional dapat disebut sebagai Doomsday Scenario yaitu keterpurukan di bidang penyediaan energi yang akan berdampak besar pada kehidupan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan di Indonesia. Studi perencanaan energi yang dilakukan pada tahun 2003/2004 terdiri atas empat tahap perhitungan yaitu mengembangkan sebuah skenario yang realistik, membuat proyeksi kebutuhan (demand), membuat rencana pengembangan pembangkit listrik, membuat kesetimbangan energi yang mempertemukan kebutuhan dan pasokan (supply) berdasar prinsip market equilibrium. Studi ini memperkirakan pertumbuhan penduduk rerata 1,4% per tahun atau dari 212 juta tahun 2002 menjadi 273 juta pada tahun Sedangkan pertumbuhan ekonomi diasumsikan rerata sekitar 6% pertahun. Harga minyak bumi diasumsikan 25 US$/barrel di awal studi dan meningkat menjadi 28 $/barrel, harga batubara 24 US$/ton dan meningkat menjadi 27 US$/ton, harga gas adalah 2.2 US$/MMBTU (FOB) dengan peningkatan sesuai harga minyak dan dengan discount rate 10%. Dalam perkembangannya, pada tahun 2005 asumsi-asumsi yang digunakan dalam studi ini telah mengalami banyak perubahan terutama asumsi mengenai harga 4

10 energi. Pada tahun 2005 harga minyak dunia rata-rata sebesar 53 US$/barel, harga-harga energi fosil biasanya menyesuaikan dengan harga minyak bumi. Dengan kondisi seperti ini, permasalahan energi di Indonesia menjadi semakin berat. Mengingat wilayah Indonesia sangat luas, maka untuk dapat lebih merefleksikan perkembangan masing-masing daerah dalam studi ini wilayah Indonesia dibagi menjadi empat wilayah, yaitu: Jawa, Madura dan Bali (Jamali), Sumatra, Kalimantan, dan Pulau Lain (Sulawesi, Maluku, Papua, NTB dan NTT). Pada bahasan tentang permasalahan yang terkait dengan Doomsday Scenario, yang sering dimunculkan adalah disparitas antara Jawa, Madura dan Bali (Jamali) dan Luar Jawa, karena di kedua sisi wilayah tersebut muncul perbedaan besar hampir di semua sektor, khususnya di sektor energi, baik dari sisi kebutuhan maupun dari sisi penyediaan. Hasil proyeksi kebutuhan energi (demand) dan hasil proyeksi penyediaan energi (supply): Juta SBM Juta SBM Industry Freight transp. Passenger transp. Households Services Gambar 1. Proyeksi Kebutuhan Energi Final Nasional per Sektor (GWth) 5

11 1,400,000 K SMB 1,200,000 1,000, , , , , Minyak Batubara Panas Bumi,Hidro Gas Biomassa,E. Matahari Nuklir Gambar 2. Proyeksi Penyediaan Energi Nasional (KSBM) Hasil proyeksi kapasitas pembangkitan listrik nasional: 400 TWh ,3 Twh Jawa Sumatra Kalimantan Pulau lain Gambar 3. Proyeksi Produksi Pembangkitan Listrik Nasional (TWjam) 6

12 300 Juta SBM Produksi Listrik Menurut Jenis Bahan Bakar Pembangkit PLTN TENAGA AIR PANAS B GAS MINYAK BATUBARA Gambar 4. Produksi Listrik Jamali sesuai Jenis Bahan Bakarnya (Juta SBM) Hasil proyeksi ekspor-impor energi dan hasil proyeksi emisi gas buang KSBM 1,200,000 1,000, , , , , Impor Minyak Mentah & BBM Ekspor Minyak Mentah Gambar 5. Grafik Proyeksi Ekspor-Impor Minyak Mentah dan BBM 7

13 Jumlah Emisi Tahunan, Ribu Ton CO2 NO x SO x CH4 PM10 Gambar 6. Grafik Emisi gas buang sektor energi Hasil proyeksi nilai ekonomi sektor energi (NPV): 35, NPV Tahunan 30, , Juta Dollar 20, , , , Tahun Skenario Dasar Skenario-B Selisih Gambar 7. NPV tahunan sektor energi. Dari beberapa contoh tabel dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa Doomsday di bidang energi dapat terjadi bilamana diversifikasi energi dan peningkatan efisiensi penggunaan energi tidak diperhatikan dengan serius, khususnya di Jawa. Rangkuman kesimpulan studi tersebut adalah sebagai berikut: 8

14 1. Kebutuhan energi nasional akan meningkat dari 122 GWth (674 juta SBM) pada tahun 2002 menjadi 304 GWth (1680 juta SBM) pada tahun 2020, meningkat sekitar 2,5 kali lipat atau naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan sebesar 5,2%. Sekitar 51 % dari kebutuhan energi nasional ini akan digunakan di wilayah Jawa- Madura-Bali (Jamali). 2. Kebutuhan energi untuk listrik meningkat dengan laju pertumbuhan tertinggi dari 112,2 TWjam pada tahun 2002 menjadi 356,8 TWjam pada tahun 2020, mening kat sekitar 3.2 kali lipat, atau dengan pertumbuhan rerata 6,6% per tahun. Sekitar 68 % dari kebutuhan listrik nasional ini akan digunakan di wilayah Jamali. 3. Dalam waktu dekat Indonesia sudah akan menjadi net importer untuk total minyak mentah dan BBM. Pada tahun 2002 import BBM mencapai sebesar 126,8 juta BOE dan akan meningkat menjadi 797,7 juta BOE (6,3 kali lipat). Sedangkan net importer hanya minyak mentah baru akan terjadi pada tahun 2011, dimana pada tahun 2020 jumlah impor minyak mentah diperkirakan mencapai 207,2 juta barel per tahun atau sekitar 1,7 kali lipat dari impor pada tahun 2002 yang berjumlah 123,9 juta barel Konsumsi total batubara pada tahun 2002 mencapai 22,8 juta ton. Dari jumlah tersebut 78,7% digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Sampai dengan tahun 2020 akan terjadi peningkatan penggunaan energi batubara secara besarbesaran di bidang pembangkitan listrik dari 50 TWjam menjadi 320 TWjam (4,6 kali lipat). Pasokan batubara akan terus meningkat sehingga pada tahun 2020 akan dibutuhkan batubara sebanyak 108,3 juta ton, dan sekitar 84,2% dari total produksi tahunan batubara akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di Jawa. 5. Sampai tahun 2020 total produksi gas di proyeksikan mencapai 63,58 TSCF, sebagian berasal dari cadangan gas yang telah terikat dalam kontrak jangka panjang (committed), sisanya berasal dari cadangan gas yang belum terikat kontrak (non committed). Pada tahun 2020 masih cukup tersedia sisa cadangan sebesar 123,41 TSCF atau lebih dari setengah total cadangan gas (proven, probable, possible) sebesar 185 TSCF. 6. Peningkatan emisi gas buang hasil pembakaran berupa CO 2 dari 183,1 juta Ton pada tahun 2002 menjadi 584,9 juta Ton pada tahun 2020 (3,2 kali lipat), NO X dari 651,5 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 2.292,5 ribu Ton pada tahun 2020 (3,5 kali lipat), SO x dari 192,5 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 600 juta Ton pada tahun 2020 (3,1 kali lipat), CH 4 dari 131,7 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 286,7 juta Ton pada tahun 2020 (2,2 kali lipat), abu terbang dari 81,2 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 238,1 ribu Ton pada tahun 2020 (2,9 kali lipat). 7. Dengan harga energi yang lebih tinggi (Skenario B), maka perbandingan nilai uang ( net present value -NPV) yang dibelanjakan di sektor energi akan menjadi lebih tinggi sekitar 19 %. Hal ini akan mempersulit neraca keuangan negara dan masyarakat, karena akan menyebabkan peningkatan subsidi yang selanjutnya akan menurunkan daya saing bangsa, sehingga akan dapat mengganggu laju pertumbuhan ekonomi nasional dan akhirnya akan berdampak pada program pembangunan nasional. Perkembangan tentang ketersediaan energi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi internasional, terutama terkait dengan harga minyak mentah internasional. Sejak akhir tahun 2004 pada saat studi tentang kondisi doomsday scenario selesai, 1 Data dalam Blue-Print PEN (Dep. ESDM) menyebutkan bahwa produksi minyak mentah (MM) Indonesia di tahun 2004 adalah sebesar ribu barel per hari (RBPH), ekspor MM sebesar 514 RBPH, penggunaan dalam negeri RBPH, impor MM sebesar 487 RBPH. Sedangkan produksi BBM dalam negeri sebesar 822 RBPH, kebutuhan BBM dalam negeri RBPH, sehingga diperlukan impor sebesar 212 RBPH. 9

15 harga minyak mentah telah bergejolak dan bahkah sampai saat ini masih memperlihatkan situasi yang belum kembali ke harga yang semula digunakan sebagai referensi dalam kajian tersebut. Perkembangan ini juga sangat berpengaruh terhadap konsep pengelolaan energi Nasional. Blue-print Pengelolaan Energi Nasional yang dibuat pada awal tahun 2005 selalu harus direvisi untuk mengakomodasikan kondisi perubahan harga minyak mentah yang akhirnya juga mempengaruhi harga energi fosil lainnya. Sampai akhirnya pada awal tahun 2006, Kebijakan Energi Nasional dituangkan dalam bentuk Perpres No. 5 tahun 2006, yang pada prinsipnya, isinya menekankan pada: 1. Mengoptimalkan penggunaan bauran energi (diversifikasi) 2. Melakukan penghematan dan meningkatkan efisiensi energi (konservasi) 3. Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan yang sudah siap secara teknis maupun ekonomis serta ramah lingkungan, seperti: Bahan Bakar Nabati (biodiesel, bio-ethanol/gasohol, bio-oil dan Pure Plant Oil) Bahan bakar sintetis ( Batubara Cair, GTL, DME,dll) Panas Bumi Mini dan mikro hidro Nuklir Surya Angin/bayu Hidrogen (fuel cell). Energi arus & gelombang samudera 4. Meningkatkan eksplorasi energi fosil (intensifikasi) 5. Meningkatkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur energi, baik disisi hulu maupun disisi hilir, seperti: Industri pengilangan minyak dan sarana transportasinya Instalasi pemipaan atau terminal LNG dan sarana distribusinya Sarana transportasi dan pelabuhan batubara Pembangkit listrik dan sarana transmisi serta distribusinya. 6. Memperhatikan permasalahan lingkungan, khususnya di Jawa yang mempunyai populasi sekitar 945 orang/km 2, antara lain: Pengembangan teknologi energi fosil bersih Melakukan penelitian daya dukung lingkungan (lokasi, populasi, sos-bud, dll) Melakukan penelitian dan kajian tentang dampak lingkungan dan biaya kerugian yang ditimbulkannya (eksternalitas). 7. Melakukan kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sektor tersebut di atas, serta melibatkan industri nasional dalam rangka peningkatan kemampuan nasional Pandangan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Data sumber energi yang tersedia di Indonesia, serta kebijakan yang menjadikan sumber daya energi sebagai suatu komoditas untuk mendapatkan devisa guna menunjang pembangunan perlu dicermati. Ekspor sumber energi yang dilakukan dengan suatu mekanisme kontrak jangka panjang, menimbulkan kekhawatiran tentang prinsip terjaminnya pasokan energi nasional (security of energy supply) yang diperlukan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Terjaminnya 10

16 pasokan energi lebih mendasarkan pada prinsip penguasaan sumber energi dan bukan kepemilikan sumber energi tersebut. Hal ini sudah dibuktikan kebenarannya oleh beberapa negara yang tidak memiliki sumber energi, tetapi mempunyai kemampuan menguasai sumber energi sehingga pertumbuhan industrinya terjamin dan berlangsung dengan baik sehingga menjadi negara maju. Berbagai pendapat dari ahli kebijakan energi telah mengingatkan masalah tersebut. Beberapa diantaranya telah menuangkan pendapatnya dalam beberapa tulisan yang menyarankan perlunya dilakukan berbagai kebijakan dalam pengelolaan sumber energi, termasuk diantaranya adalah langkah diversifikasi, pengembangan dan peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan. 11

17 3.1. Kekuatan dan Kelemahan III. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS a. Letak Indonesia di antara 6 Lintang Selatan dan 11 Lintang Utara membentang di sepanjang garis khatulistiwa. Posisi ini memberikan intensitas sinar matahari yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun. Energi matahari semacam ini merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi, khususnya energi surya. b. Kondisi geografis Indonesia yang spesifik memungkinkan terjadinya pola angin yang bermacam-macam, diantaranya mempunyai prospek dalam pengembangan Energi Angin (Bayu). Demikian pula adanya potensi dinamika lautan dapat dijadikan sebagai sumber energi samudera. c. Limpahan energi surya hampir sepanjang tahun serta kecukupan air memberikan jaminan terjadinya proses fotosintesa atau asimilasi untuk produksi biomassa yang dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam pengembangan energi biomassa. d. Indonesia mempunyai struktur geologi yang memiliki potensi sumber energi seperti batu bara, gas, minyak bumi, panas bumi. Walaupun sumber energi tersebut sebagian sudah sekian lama dieksploitasi (kecuali panas bumi) sehingga jumlah cadangannya sudah mulai menyusut, namun eksplorasi masih membuka peluang untuk mendapatkan sumber energi. e. Indonesia terdiri atas 17 ribu lebih pulau besar dan kecil. Kondisi alam demikian membuat sistem transportasi dan distribusi energi memerlukan perencanaan dan penanganan yang tidak mudah. f. Indonesia tergolong negara berpenduduk padat. Jumlah penduduk tahun 2005 telah mencapai sekitar 220 juta. Lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa. Jumlah dan sebaran penduduk tersebut memerlukan sumber energi yang besar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. g. Emisi gas CO 2 dan CH 4 berperan penting dalam gejala pemanasan global atau dikenal sebagai gejala rumah kaca (green house effect) yang diikuti oleh penipisan lapisan ozon, telah menimbulkan ketidak-teraturan iklim dunia. Dampak ini dapat berpengaruh terhadap pola iklim di Indonesia, mengganggu ekosistem, merusak SDA hayati yang merupakan sumber energi berbasis biomassa. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya alam dan pengembangan energi yang berbasis pada sumber energi terbarukan (seperti antara lain biomassa, panas bumi, surya, angin dll.) harus menjadi pertimbangan yang utama dalam pengelolaan dan pemakaian sumber energi dimasa datang. h. Tingkat kesejahteraan dan daya beli sebagian masyarakat Indonesia masih rendah sehingga menuntut penyediaan energi yang terjangkau dan rasional. i. Pola hidup sebagian besar masyarakat yang bersifat konsumtif dan budaya tidak hemat memberikan dampak pada pemborosan sumber daya energi. j. Budaya masyarakat yang kurang mencintai produk bangsa sendiri dapat menghambat pengembangan litbangrap di bidang energi. k. Sistem transportasi umum yang tidak kondusif memberikan dampak pada pemborosan sumber daya energi. 12

18 3.2. Peluang dan Tantangan a. Potensi iklim tropis basah dan sinar matahari merupakan dapur yang sangat produktif untuk produksi biomassa melalui proses asimilasi yang merupakan keunggulan komparatif terhadap negara lain. b. Indonesia dengan penduduk yang demikian besar merupakan pangsa pasar yang potensial. Namun demikian, pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menjadikan beban dalam mengupayakan pemenuhan ketersediaan energi. c. Penyebaran penduduk Indonesia di berbagai pulau dan tidak merata memberikan dampak terhadap distribusi penyediaan energi. d. Pelaksanaan otonomi daerah yang konsisten diharapkan dapat memacu pengembangan sumber energi sesuai dengan potensi dan kompetensi daerah. e. Keberhasilan IPTEK bidang energi di negara maju dapat merupakan peluang untuk alih teknologi dengan memanfaatkan teknologi informasi. f. Terbukanya kerjasama dengan pihak asing di bidang IPTEK dapat memberikan peluang untuk kegiatan litbangrap di bidang energi. Kerja sama ini sangat menguntungkan ditengah minimnya anggaran pemerintah untuk penelitian masih sangat minim. g. Banyaknya komponen impor untuk kegiatan produksi dan distribusi sumber energi dari luar (impor). Hal ini merupakan peluang untuk dapat disubstitusi dengan hasil litbangrap nasional. h. Issue global yang dihembuskan negara maju seperti isu HAM, demokrasi, lingkungan hidup, Trades-related Intellectual Properties Rights (TRIPs), penerapan standar internasional (ISO tentang menejemen lingkungan hidup) dapat merupakan tantangan bagi dunia usaha Indonesia yang bergerak di bidang energi. i. Pengaruh kepentingan negara maju terhadap negara produsen minyak di Timur Tengah masih merupakan faktor yang dominan dalam penciptaan fluktuasi harga minyak dunia. Hal ini dapat berpengaruh pada kondisi pasar energi di dalam negeri, dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh pada litbangrap energi. j. Masih rendahnya minat investor untuk melakukan kegiatan investasi di bidang energi. k. Meningkatnya pembangunan di sektor industri dan transportasi meningkatkan kebutuhan energi. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan energi. l. Tingginya kebutuhan energi memerlukan inovasi dalam berbagai sumber energi sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan kompetensi, m. Banyak hasil litbangrap dalam negeri bidang energi belum dapat didayagunakan secara maksimal, karena masih banyak yang belum berorientasi ekonomi dan pasar kurangnya kerja sama antara lembaga litbang dengan dunia usaha Solusi Dari tinjauan kondisi saat ini dan analisa lingkungan stratejik SWOT tersebut di atas, Indonesia ke depan akan memerlukan ketersediaan energi yang cukup tinggi. Dengan kondisi ketersediaan energi sekarang tidak mungkin kebutuhan tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang mantap yang dapat digunakan sebagai acuan dalam litbangrap IPTEK yang mampu mendukung ketersediaan energi berkelanjutan. Dengan memperhatikan jumlah dan angka 13

19 pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, meningkatnya standar hidup, dan issue lingkungan, maka perencanaan energi jangka panjang harus dilakukan secara arif dan bijaksana. Dengan keterbatasan sumber energi tak terbarukan, maka untuk memenuhi kebutuhan energi di tahun mendatang, harus diterapkan konsep bauran energi (energy mix) serta harus lebih mengarah kepada energi berbasis teknologi (technology base), dibandingkan dengan energi berbasis sumber daya (resource base) yang bersifat tidak terbarukan. Oleh karena itu, peranan litbang IPTEK bidang energi menjadi semakin jelas untuk mendukung kebijakan energi ke depan yang berbasis teknologi. Dengan penerapan IPTEK, skenario terburuk di bidang penyediaan energi dapat diantisipasi lebih dini agar tidak terjadi. 14

20 IV. BUKU PUTIH PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN IPTEK ENERGI BARU DAN TERBARUKAN UNTUK MENDUKUNG KEAMANAN KETERSEDIAAN ENERGI Visi 4.2. Misi Terwujudnya ketersediaan energi yang didukung kemampuan nasional IPTEK. 1. Menyusun kebijakan dan strategi litbangrap IPTEK di tingkat pusat dan daerah untuk mendukung dan menjamin ketersediaan energi. 2. Meningkatkan kemampuan litbangrap dalam bidang energi. 3. Mengoptimalkan litbangrap untuk mendapatkan energi dengan nilai tambah tinggi. 4. Melakukan litbangrap untuk mendorong diversifikasi sumber daya energi dan pemanfaatannya, serta meningkatkan efisiensi penggunaan energi. 5. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbangrap dalam pengelolaan energi secara etis (energy ethics) dan berkelanjutan. 6. Meningkatkan peran litbangrap dalam penyediaan energi yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Tujuan a. Mempersiapkan arah dan tahapan pencapaian pembangunan IPTEK yang mempertimbangkan perkembangan teknologi dalam pemanfaatan sumber energi nasional. b. Menjadi acuan bagi penyusunan strategi pembangunan IPTEK di tingkat pusat, daerah dan masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi nasional. c. Mewujudkan peran litbangrap IPTEK pada pembangunan energi yang berkesinambungan untuk meningkatkan daya saing nasional. d. Meningkatkan peran litbangrap dalam pemanfaatan bauran energi (energy mix) di Indonesia yang memenuhi nilai keekonomian dan ramah lingkungan. e. Meningkatkan peran litbangrap dalam pemanfaatan sumber daya energi lokal spesifik berkelanjutan Sasaran a. Terwujudnya peran teknologi dan infrastruktur energi bangsa sendiri guna mendukung bisnis energi. b. Terwujudnya peran litbangrap untuk mencapai rasio elektrifikasi sektor rumah tangga sebesar 90%. c. Terwujudnya peran litbangrap dalam meningkatkan pangsa energi terbarukan 1 (selain panas bumi) menjadi sekurang-kurangnya 5%. d. Digunakannya hasil litbangrap dalam pemanfaatan energi nuklir dengan pangsa sekitar 4% dari produksi listrik nasional. e. Digunakannya hasil litbangrap dalam penyediaan bio-fuels sektor transportasi sebesar 10 %. 1 Hidro skala besar tidak diperhitungkan sebagai energi terbarukan 15

21 f. Digunakannya hasil litbangrap dalam penggunaan gas untuk sektor industri & pembangkitan listrik, transportasi, dan rumah tangga g. Terwujudnya peran Litbangrap untuk pemakaian energi perkapita sebesar 10 SBM. h. Digunakannya hasil litbangrap dalam mendukung terwujudnya infrastruktur energi yang mampu memaksimalkan akses masyarakat terhadap energi dan pemanfaatannya untuk ekspor. i. Digunakannya hasil litbangrap untuk mencari sumber energi di dalam dan luar negeri. j. Digunakannya hasil litbangrap konservasi energi untuk menurunkan elastisitas energi lebih kecil dari 1. k. Digunakannya hasil litbangrap dalam meningkatkan penggunaan kandungan lokal dan meningkatnya peran sumber daya manusia nasional dalam industri energi. l. Digunakannya hasil litbangrap untuk memenuhi 100% kebutuhan listrik masyarakat yang tidak terjangkau jaringan nasional Metodologi Penetapan langkah strategis Buku Putih Litbangrap Energi Nasional adalah menggunakan metodatechnology Roadmapping (Peta Jalan) sebagai salah satu alat stratejik dalan Technology Foresight (peramalan teknologi) untuk pencapaian keberhasilan penyediaan energi. Peta jalan tersebut digunakan untuk membantu mengidentifikasi teknologi dan kebijakan kunci yang harus dibuat dan langkahlangkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi untuk keberhasilan penyediaan energi nasional. Penetapan Peta Jalan Litbangrap energi diharapkan dapat menimbulkan: - Komunikasi: interaksi antar berbagai kelompok pemangku kepentingan - Konsentrasi atau fokus: untuk perencanaan jangka panjang - Koordinasi: menyatukan pemaham umum dari permasalahan - Konsensus: membentuk gambaran yang jelas tentang arah atau tindakan yang harus dilakukan - Komitmen: yang lebih berupa tindakan/aksi, bukan hanya teori. - Komprehensif: pemahaman yang lebih baik tentang kemungkinan perubahan lingkungan yang dapat terjadi. Metodologi dan Langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta jalan litbangrap energi nasional adalah sebagai berikut: 1. Konsultasi dengan para pakar dan berbagai pihak pemangku kepentingan. 2. Scenario planning sederhana: dengan memakai skenario Keterpurukan Energi (Doomsday Scenario) nasional sebagai dasar. 3. Critical technology: pemilihan teknologi penentu yang dapat mempengaruhi litbangrap IPTEK energi nasional. Diharapkan dengan peta jalan tersebut timbul teknologi yang market driven yang dapat dilakukan oleh industri Indonesia, perencanaan yang pasti dalam jangka menengah-panjang, dan membuat dasar yang kuat bagi pengambil keputusan 16

22 maupun investor. Semua itu membutuhkan kerjasama antara pemerintah, lembaga riset dan industri Roadmap Transformasi penguasaan IPTEK perlu diupayakan agar dapat mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan pembaharuan sumber daya RIPTEK secara keseluruhan. Untuk mencapai tingkat itu dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas yang dapat membuktikan bahwa aktivitas penguasaan dan pemberdayaan litbangrap IPTEK bidang energi pasti akan memberikan sumbangsih bagi kehidupan negara. Oleh karena itu diperlukan waktu yang panjang (15 25 tahun) untuk melakukan investasi secara berkelanjutan sebelum teknologi potensial dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Untuk itu ditetapkan pembuatan peta jalan IPTEK Energi sampai tahun 2025, sehingga dapat : a. Diprediksi dengan cermat capaiannya, dengan menggunakan indikator yang jelas, menggunakan asumsi dasar yang sahih. b. Diidentifikasi critical enabling technology dan jarak yang ada antara teknologi yang ada saat ini dan yang akan dikembangkan kemudian. c. Ditingkatkan kerja sama dan kemitraan melalui tukar menukar pengetahuan dan teknologi. d. Diwujudkan suatu konsensus nasional untuk bergerak maju dalam litbangrap IPTEK Energi Strategi Dengan tahapan pencapaian yang jelas, maka dapat ditetapkan Ilmu pengetahuan dan teknologi Energi yang strategis dari berbagai cabang Iptek yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan iptek secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan. Menyadari jalan panjang yang ditempuh, dalam Buku Putih Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Energi Baru dan terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi 2025, akan ditempuh sesuai dengan kerangka perioritas waktu yang bertahap, yaitu: 1. Pertama Jangka Pendek ( ) Tahap ketahanan nasional yang dilakukan pada 5 tahun pertama dengan indikator utama menjadikan IPTEK sebagai elemen kunci dalam tahap mencapai kemandirian dalam pengelolan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan secara terkendali dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi di bidang energi. Tahap Pertama untuk mencapai kemandirian mencakup: a. Penguasaan litbangrap IPTEK bidang energi b. Litbangrap IPTEK dalam penyediaan sumber energi nasional mencakup teknologi Energi dari sumber nabati/biofuel, mikro/minihidro, teknologi fuel cell, teknologi energi panas bumi, persiapan pembangunan PLTN, 17

23 penyusunan master plan gas alam, teknologi angin, teknologi energi surya hibrida dan teknologi pembangkit listrik dan uap panas (cogeneration) berbahan bakar biomassa, serta teknologi pemanfaatan batubara kualitas rendah/ teknologi batubara bersih. c. Penguasaan dan penerapan IPTEK bagi pengelolaan lingkungan hidup. d. Pengujian teknologi otomotif BBG, peningkatan kualitas batubara peringkat rendah dan teknologi pencairan batubara, fuel cell dan infrastruktur gas. 2. Kedua Jangka Menengah ( ) Tahap kreasi kekayaan berbasis IPTEK (wealth creation) dalam periode 10 tahun pertama, dengan indikator utama tercapai kemandirian dan daya saing di bidang energi. Tahap Kedua untuk mencapai IPTEK yang mandiri sekaligus memiliki daya saing pasar yang ekonomis mencakup: a. Penerapan hasil penelitian dan pengembangan teknologi biomassa dan biogas, teknologi intensifikasi gas bumi, teknologi mikro/ minihidro, hidrogen dan biodiesel/bioetanol/bio-oil, teknologi pemanfaatan batubara berkualitas rendah, teknologi energi surya, teknologi energi angin, dan teknologi energi panas bumi. b. Peningkatan litbangrap IPTEK untuk menunjang pemenuhan infrastruktur energi. c. Pengujian teknologi otomotif BBG, peningkatan kualitas batubara peringkat rendah dan teknologi pencairan batubara, Fuel Cell dan infrastruktur gas 3. Ketiga Jangka Panjang ( ) Tahap percepatan kemandirian dan kesejahteraan berbasis dukungan IPTEK dalam pencapaian waktu 20 tahun, dengan indikator utama tumbuh dan berkembangnya kehidupan sosial, ekonomis dan budaya berbasis IPTEK (Knowledge Based Economy-KBE) dan masyarakat yang inovatif (innovative society). Penguatan pilar Knowledge Based Economy-KBE menjadi tumpuan dalam jangka panjang, yaitu: a. Sistem Penyediaan Energi, yang menjamin masyarakat dapat memanfaatkan IPTEK secara luas, b. Sistem Inovasi, (termasuk sistem HKI) yang memungkinkan para peneliti dan kalangan bisnis menerapkan secara komersial hasil RIPTEK, c. Infrastruktur ICT, yang menjamin masyarakat dapat melakukan akses secara efektif terhadap informasi sistem energi nasional, d. Kerangka kelembagaan, peraturan perundang-undangan dan suasana yang kondusif, yang menjamin kemantapan lingkungan makro ekonomi, persaingan, lapangan kerja dan keamanan sosial. Untuk mencapai sasaran ditetapkan strategi, yaitu: Pentahapan litbangrap IPTEK Pentahapan struktur litbangrap IPTEK yang kompetitif sesuai dengan aturan dan permintaan pasar yang berlaku secara konsisten untuk mewujudkan industri energi yang efisien 18

24 Pentahapan skema pendanaan, rezim fiskal, perpajakan dan insentif lainnya yang kondusif untuk meningkatkan investasi. Pemanfaatan IPTEK mandiri dengan memperhatikan kelompok masyarakat tidak mampu; Pemanfaatan IPTEK mandiri yang dapat bersaing sesuai dengan mekanisme pasar agar dicapai harga yang paling menguntungkan bagi konsumen dan produsen. Pemanfaatan IPTEK mandiri yang menjadi pilihan yang kompetitif pada sisi produsen untuk melayani kepentingan konsumen sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan Pemanfaatan IPTEK mandiri untuk menciptakan open access pada sistem penyaluran energi khususnya untuk BBM, gas dan listrik (mandiri bisa diganti dengan berbasis kemampuan bangsa sendiri ) Pemberdayaan Daerah dalam pengembangan IPTEK Mengembangkan perencanaan pengembangan IPTEK berbasis daerah sebagai bagian dari perencanaan energi nasional dengan memprioritaskan energi terbarukan Pengembangan infrastruktur IPTEK Mengembangkan infrastruktur IPTEK yang terpadu terutama di daerah yang tingkat konsumsi energinya tinggi. Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta dalam pengembangan infrastruktur IPTEK. Litbangrap IPTEK untuk peningkatan efisiensi energi Litbangrap IPTEK dalam Demand Side Management (DSM) melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan listrik, penerapan standar dan pengendalian pemakaian energi Litbangrap IPTEK dalam Supply Side Management (SSM) melalui peningkatan kinerja pembangkit yang sudah ada, jaringan transmisi dan distribusi listrik Pemanfaatan IPTEK dalam meningkatkan peran industri energi nasional Menyiapkan sumber daya manusia dalam negeri yang andal di bidang energi Meningkatkan penguasaan teknologi energi yang mengutamakan industri manufaktur nasional Meningkatkan kemampuan perusahaan nasional dalam industri energi Peningkatan kegiatan litbangrap untuk investasi oleh dunia usaha (industri dan jasa) di bidang energi baru dan terbarukan: Peningkatan litbangrap untuk pendayagunaan dan peningkatan nilai tambah gas bumi: Peningkatan keberdayaan masyarakat dengan pengembangan kapasitas IPTEK-nya. Melembagakan kemampuan IPTEK dalam pemberdayaan masyarakat; Menciptakan kelembagaan IPTEK secara kemitraan dalam rangka pengembangan sarana dan industri energi Meningkatkan kelembagaan IPTEK terhadap peranan swadaya masyarakat, usaha kecil menengah dan koperasi dalam industri energi 4.8. Rekomendasi Kebijakan Agar sasaran dan strategi pencapaian Buku Putih energi dapat tercapai langkah kebijakan yang ditempuh adalah melaksanakan penelitian, pengembangan dan penerapan dan pemanfaatan IPTEK yang beriorientasi pada intensifikasi, 19

25 diversifikasi, dan konservasi energi di segala bidang, serta diikuti oleh langkah pendukung yang antara lain: Meningkatkan dukungan iptek pada kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi, terutama di bidang material dan manufaktur. Mempermudah akses bagi dunia usaha/industri ke fasilitas penyedia IPTEK, termasuk pemanfaatan kapasitas untuk peningkatan keterampilan tenaga kerja. Menajamkan prioritas kegiatan litbang pada sektor energi. Mengembangkan atau memperkuat hubungan antara industri besar dan industri kecil dan menengah, khususnya yang berdampak pada peningkatan penguasaan IPTEK. Menyusun skema insentif untuk mempercepat difusi IPTEK khususnya dari hasil litbang dalam negeri bidang energi Meningkatkan dukungan IPTEK untuk menunjang daya saing sektor produksi energi, serta sektor yang berpotensi untuk memberikan dampak ekonomi yang luas. Meningkatkan peran lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa sebagai mitra dunia usaha/industri untuk mengembangkan kemampuan inovasi pelaku usaha/industri, serta mendorong pembangunan kelembagaan iptek di daerah. Mempersiapkan prasarana untuk pengembangan HKI, standar mutu, keamanan produksi dan lingkungan, serta membina sumber daya manusia dan memberdayakan organisasi profesi ilmiah Prakondisi dan Indikator Keberhasilan Prakondisi 1. Tercapai kesamaan persepsi dan adanya dukungan dari seluruh sektor terkait/pemangku kepentingan terhadap pemanfaatan hasil litbangrap. 2. Komitmen pemerintah dalam mengalokasikan anggaran yang memadai untuk kegiatan litbangrap. 3. Adanya komitmen dari pihak swasta untuk meningkatkan rasio kontribusi anggaran non pemerintah untuk kegiatan litbangrap. 4. Komitment pelaku riset dan lembaga litbang untuk melaksanakan program litbangrap secara terencana, sungguh-sungguh, konsisten dan tepat waktu. 5. Adanya kebijakan fiskal, moneter dan peraturan perundangan yang berpihak pada masyarakat dan UKM bidang energi. 6. Meningkatnya budaya masyarakat cinta produksi dalam negeri, hemat energi dan tidak konsumtif. Indikator Input 1. Tersusun perencanaan litbangrap yang saling mendukung/komplemen antar kelembagaan IPTEK. 2. Alokasi anggaran yang memadai dari setiap unit penelitian yang terkait dengan bidang energi di atas 20 % untuk pelaksanaan Buku Putih. 3. Alokasi dana penelitian melalui program insentif, program kompetitif dan sejenisnya untuk pelaksanaan litbangrap yang mendukung Buku Putih, minimal sebesar 15 %. 4. Tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan Buku Putih. 5. Tersedia SDM yang kompeten dan memadai untuk mendukung pelaksanaan Buku Putih. 20

26 Indikator Proses 1. Tercipta iklim yang kondusif terhadap pelaksanaan litbangrap 2. Ada motivasi yang kuat dari SDM dalam pelaksanaan litbangrap. 3. Terealisasi inovasi dalam litbangrap yang mengacu pada Buku Putih. 4. Terlaksana monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Buku Putih 5. Terdokumentasikan dengan baik hasil pelaksanaan Buku Putih. Indikator Output 1. Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil litbangrap. 2. Peningkatan jumlah publikasi dan jumlah patent. 3. Paket teknologi dan model implementasi yang mendukung ketersedian energi meningkat jumlahnya. 4. Diseminasi hasil litbangrap yang mendukung ketersediaan energi terjadi. 5. Akses informasi terhadap hasil litbangrap ke seluruh stakeholder meningkat. Indikator Outcome 1. Tersedia dan dipakai hasil litbangrap (teknologi, inovasi, dan kebijakan) pada tingkat pengguna. 2. Tersedia lapangan kerja baru di bidang produksi dan distribusi energi. 3. Terwujudnya budaya cinta produk dalam negeri dan hemat energi. 4. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. 5. Tersedia energi untuk seluruh lapisan masyarakat. 21

27 V. PENUTUP Letak Indonesia yang berada di antara 6 Lintang Selatan dan 11 Lintang Utara membentang di sepanjang garis khatulistiwa memberikan intensitas sinar matahari yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun. Energi matahari semacam ini merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi, khususnya energi surya. Indonesia dengan iklim tropis nya menjadikan suatu rahmat dengan tumbuh suburnya tanaman yang dapat menjadi sumber energi terbarukan yang potensial. Indonesia yang mempunyai struktur geologi memiliki potensi sumber energi seperti batu bara, gas, minyak bumi, panas bumi. Walaupun sumber energi tersebut sebagian sudah sekian lama dieksploitasi dan sudah mulai menyusut jumlah cadangannya (kecuali panas bumi), namun hasil eksplorasi masih membuka peluang untuk mendapatkan sumber energi. Indonesia yang terdiri atas 17 ribu lebih pulau besar dan kecil. Kondisi alam demikian membuat sistem transportasi dan distribusi energi memerlukan perencanaan dan penanganan yang cermat. Kondisi geografis Indonesia yang spesifik memungkinkan terjadinya pola angin yang bermacam-macam, yang diantaranya mempunyai prospek pengembangan Energi Bayu. Indonesia yang tergolong negara berpenduduk padat memerlukan pasokan energi yang besar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Indonesia ke depan akan memerlukan ketersediaan energi yang cukup tinggi. Dengan kondisi ketersediaan energi sekarang tidak memungkinkan kebutuhan tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang mantap yang dapat digunakan sebagai acuan dalam litbangrap IPTEK yang mampu mendukung ketersediaan energi berkelanjutan. Dengan memperhatikan jumlah dan angka pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, meningkatnya standar hidup, dan issue lingkungan, maka perencanaan energi jangka panjang harus dilakukan secara arif dan bijaksana. Dengan keterbatasan sumber energi tak terbarukan, maka untuk memenuhi kebutuhan energi di tahun mendatang, maka harus diterapkan konsep bauran energi (energy mix) serta harus lebih mengarah kepada energi berbasis teknologi (technology base), dibandingkan dengan energi berbasis sumber daya (resource base) yang bersifat tidak terbarukan. Oleh karena itu, peranan litbang IPTEK untuk energi menjadi semakin jelas dalam mendukung kebijakan energi ke depan yang berbasis teknologi. Dengan penerapan IPTEK, Skenario terburuk di bidang penyediaan energi dapat diantisipasi lebih dini agar tak terjadi. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan litbangrap IPTEK yang mendukung pencapaian ketersediaan energi adalah: Anggaran yang tersedia jauh lebih kecil dari yang dibutuhkan Minat investor masih relatif kecil Sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan kompetensi masih sangat kurang. 22

28 DAFTAR PUSTAKA 1. Kebijakan Energi Nasional , Departemen Energi Sumber Daya Mineral, 24 Februari Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN) , Departemen Energi Sumber Daya Mineral 3. Kajian Kebutuhan dan Penyediaan Energi di Indonesia Tahun 2020, Kementerian Negara Riset dan Teknologi Komite Nasional Indonesia-World Energy Council (KNI-WEC) 4. Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional IPTEK , Kementerian Negara Riset dan Teknologi Visi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2025, Kementerian Negara Riset dan Teknologi 23

29 Anggota Gugus Tugas Energi (GTE) Tim Koordinasi Gugus Tugas Bidang Prioritas Penciptaan dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan Tahun Anggaran 2006, Kepmen Nomor:17/M/Kp/II/2006 No. Nama Jabatan/Instansi Tugas 1. Dr. Hudi Hastowo Sesmenegristek Ketua Gugus Tugas 2. Dr. Bambang S. Pratomosunu Dep. Perkemb. Riptek Penanggung Jawab 3. Dr. Agus Rusyana Hoetman Asdep. Rekayasa, KNRT Sekretaris Gugus Tugas 4. Prof. Dr. Martin Djamin Staf Ahli Energi Anggota Gugus Tugas 5. Ir. Nenny Sri Utami Dep. ESDM Anggota Gugus Tugas 6. Dr. Arnold Y. Soetrisnanto BATAN Anggota Gugus Tugas 7. Ir. Aris Subarkah, MT BPPT Anggota Gugus Tugas 8. Dr. Widodo W. Purwanto UI Anggota Gugus Tugas 9. Dr. Mesdin K. Simarmata BAPPENAS Anggota Gugus Tugas 10. Dr. Tatang Hernas Surawidjaja ITB Anggota Gugus Tugas 11. Dr. Ing. Harwin Saptoadi, MSE UGM Anggota Gugus Tugas 12. Dr. Ir. Erliza Hambali IPB Anggota Gugus Tugas 13. Dr. Arief Yudiarto BPPT Anggota Gugus Tugas 14. Dr. Khoirul Huda, M.Eng BAPETEN Anggota Gugus Tugas 15. Drs. Agus Salim Dasuki, M.Eng BPPT Anggota Gugus Tugas 16. Dr. Agus Eko Tjahyono BPPT Anggota Gugus Tugas 17. Dr. Unggul Priyanto BPPT Anggota Gugus Tugas 18. Ir. Soni Solistia Wirawan M.Eng BPPT Anggota Gugus Tugas 19. Ir. Adiwardojo BATAN Anggota Gugus Tugas 20. Ir. Maryono Ismail, MSc. LAPAN Anggota Gugus Tugas 21. Drs. Suripno LAPAN Anggota Gugus Tugas 22. Dr. Priyo Sardjono LIPI Anggota Gugus Tugas 23. Ir. Raharjo Binudi LIPI Anggota Gugus Tugas 24. Dr. Djedi Widarto LIPI Anggota Gugus Tugas 25. Dr. Ir. Robert Manurung, M.Eng ITB Anggota Gugus Tugas 26. Dr. Ing. Putu M. Santika KNRT Anggota Gugus Tugas 27. Dr. Ir. Erie Sandhita G, MsAe, DEA KNRT Anggota Gugus Tugas 28. Dr. Herry Haeruddin LIPI Anggota Gugus Tugas 24

30 Daftar Anggota Narasumber Gugus Tugas Energi 2006 No. Nama Instansi Tugas 1. Dr. Bukin Daulay P3 Tekmira Narasumber 2. Dr. Arya Rezavidi BPPT Narasumber 3. Ir. Endah Agustina, MS IPB Narasumber 4. Ir. Novi Irawati BPPT Narasumber 5. Dr. Hadi Punomo Lemigas Narasumber 6. Ir. Endang Lestari, MSc P3TK - EBT Narasumber 7. Dra. Nenen Rusnaeni LIPI Narasumber 8. Ir. Ismail Zaini, M.Sc BPPT Narasumber 9. Dr. M.A.M Oktaufik BPPT Narasumber 10. Dr. Adiarso BPPT Narasumber 11. Dra. Yenny Sofaeti, M.Si P3 TEKMIRA Narasumber 12. Dr. Djedi Widarto LIPI Narasumber 13. Ir. Jatmiko P. Atmojo, M.Eng. BPPT Narasumber 14. Dr. Rustiono BPPT Narasumber 15. Ir. Yusep K. Caryana Lemigas Narasumber Sekretariat Anggota Gugus Tugas Energi: No. Fax (021) arhoetman@ristek.go.id 1. Ir. Ramlan Mamentu Telp , Hp ma_mentu@yahoo.com 2. Drs. Wawan Gunawan Telp , Hp wgun@ristek.go.id 3. Yuli Sulastri Telp , Hp yuliristek@yahoo.co.id 25

31 ANGGOTA GUGUS TUGAS ENERGI 2005 Surat Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi No : 115/M/Kp/IX/2005 No Nama Instansi 1 Dr. Hudi Hastowo BATAN 2 Prof. Dr. Ir. Bambang Sutjiatmo Kementerian Negara Riset dan Teknologi 3 Dr. Bambang Setiadi, MS Kementerian Negara Riset dan Teknologi 4 Ir. Hari Purwanto, MSc.DIC Kementerian Negara Riset dan Teknologi 5 Soekarno Suyudi BATAN 6 Dr. Neni Sintawardani LIPI 7 Dr. Ir. Bambang Prasetya, APU LIPI 8 Prof. Lillik Hendrajaya, MSc Kementerian Negara Riset dan Teknologi 9 Dr. Ing. Raldi Artono Koestoer Kementerian Negara Riset dan Teknologi 10 Ir. Adiwardoyo BATAN 11 Dr. Arnold J. Sutrisnanto BATAN 12 Dr. Agus Rusyana Hoetman BPPT 13 Drs. Ajat Sudradjat, MSc BPPT 14 Drs. Suripno LAPAN 15 Drs. Arjuno Brojonegoro LIPI 16 Dr. Achiar Oemry LIPI 17 Drs. Bambang Supriyo Utomo BSN 18 Ir. Nenny Sri Utami ESDM 19 Dr. Ir. As Natio Lasman BAPETEN 20 Dr. Agus Salim Dasuki, MEng BPPT 21 Ir. Soni Solistia Wirawan, MEng BPPT 22 Dr. Rahayu Dwi Hartati ESDM 23 Dr. Verina J. Wargadalam ESDM 24 Dr. Totok M.S. Soegandi, MSc. APU LIPI 25 Anjar Susatyo, ST LIPI 26

32 NARA SUMBER NO NAMA INSTANSI 1 Suryadarma PhD Pertamina 2 Dr. Tatang H. Surawidjaja ITB 3 Dr. Evita Legowo Departemen ESDM 4 Noke Kiroyan Kaltim Prima Coal (KPC) 5 Dr. Rinaldy Dalimi UI 6 Mukaiyama Takehiko Japan Atomic Industrial Forum (JAIF) 7 Dr.Ir. Hardiv Situmeang KNI-WEC 8 Dr. Ir. Nur Pamuji KNI-WEC 9 Gene Baranowski BP Indonesia 10 Sujiastoto MA Departemen ESDM 11 Dr. Emmy Perdanahari Departemen ESDM 12 Dr. Ir. M. Arif Yudiarto MEng BPPT 13 Dr. Ir. Unggul Priyanto MSc BPPT 14 Ir. Rohmadi Ridlo MEng BPPT 15 Dr. M.A.M. Oktaufik BPPT 16 Drajat Pandjawi KPC 17 Amir Fauzi Pertamina Sekretariat GUGUS TUGAS ENERGI 1. Drs. Sjaeful Irwan (Kementerian Negara Riset dan Teknologi) 2. Mustapa, S.Sos (Kementerian Negara Riset dan Teknologi) 27

33 LAMPIRAN ROADMAP SEKTOR ENERGI 28

34 1. Roadmap Sektor Energi Bio Diesel Tahun Pasar Pasokan Biodiesel 1,5 Jt kl10% Solar Transportasi Pasokan Biodiesel 3 juta kl15% Solar Pasokan Biodiesel 6.4 juta KL(20% Solar Transportasi) (5% Konsumsi Solar) STANDAR BIODIESEL NASIONAL Produk Biodiesel Sawit/ Jarak Pagar Biodiesel Berbiaya Produksi Rendah Biodiesel Kualitas Tinggi Angka Setana Tinggi Titik Kabut Rendah Teknologi Pabrik Komersial Kapasitas ( Ton/Thn Pabrik Komersial Kapasitas s/d Ton/tahun Komersialisasi Formula Biodiesel Kualitas Tinggi Litbang Intensifikasi Proses Biodiesel Teknologi blending Pemutakhiran Standardisasi dan Uji Unjuk Kerja Rekayasa & Disain Pabrik Desain Enjiniring Teknologi Pembuatan aditif Optimasi Dan Modifikasi Desain plant Uji Unjuk Kerja Gugus Tugas Energi Kementrian Negara Riset dan Teknologi 29

35 30 Jangka Pendek ( ) Penelitian dan pengembangan intensifikasi teknologi produksi biodiesel dari bahan baku sawit, kelapa, jarak pagar dan tumbuhan lain. Penelitian dan pengembangan konversi gliserol menjadi etanol dan produk turunan lainnya seperti surfaktan Peningkatan kualitas tanaman jarak pagar dan bahan baku potensial lainnya Rekayasa dan konstruksi pabrik biodiesel secara bertahap skala ton/tahun Uji karakteristik, unjuk kerja,uji jalan, pemutakhiran standar dan pembentukan lembaga sertifikasi mutu biodiesel (LSPro) serta Laboratorium Uji Biodiesel di beberapa propinsi Jangka Pendek ( ) Mendukung penelitian dan pengembangan perbaikan proses produksi biodiesel di Perguruan Tinggi dan lembaga litbang melalui cost sharing dan kerjasama kemitraan Peningkatan kandungan lokal mesin dan peralatan pabrik biodiesel sampai minimum 50% Pengembangan teknologi engine agar dapat mengikuti perkembangan penggunaan biodiesel Membantu dalam pemutakhiran standar biodiesel nasional Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Penelitian dan pengembangan proses produksi biodiesel berbiaya rendah Pemanfaatan gliserol menjadi produk turunan lainnya (surfaktan, monomer plastik, dll) Penyediaan bibit unggul tanaman jarak pagar dan bahan baku potensial lainnya Rekayasa dan Konstruksi pabrik biodiesel berbiaya produksi rendah ton/tahun Pemutakhiran uji karakteristik, unjuk kerja, uji jalan, standar dan pembentukan Laboratorium Uji Biodiesel di seluruh propinsi Peran Industri Jangka Menengah ( ) Komersialisasi hasil penelitian teknologi produksi biodiesel berbiaya rendah Peningkatan mesin dan kandungan lokal peralatan pabrik biodiesel sampai minimum 75% Pengembangan teknologi engine lanjutan agar dapat mengikuti perkembangan penggunaan biodiesel Membantu dalam pemutakhiran standar biodiesel nasional Jangka Panjang ( ) Penelitian dan pengembangan aditip biodiesel berkualitas tinggi Pemanfaatan produk turunan gliserol dalam produk akhir (polimer, consumer goods, dll) Penyediaan bibit unggul tanaman jarak pagar skala besar dengan teknik in vitro Formulasi biodiesel berkualitas tinggi Pemutakhiran uji karakteristik, unjuk kerja, uji jalan, standar dan pembentukan Laboratorium Uji Biodiesel di setiap kabupaten Jangka Panjang ( ) Komersialisasi hasil penelitian teknologi formulasi biodiesel berkualitas tinggi Mesin dan peralatan biodiesel dengan kandungan lokal 100% Pengembangan teknologi engine lanjutan agar dapat mengikuti perkembangan penggunaan biodiesel Membantu dalam pemutakhiran standar biodiesel nasional

36 Program Langit Biru yang merujuk pada standar lingkungan global Pengurangan subsidi solar untuk transportasi umum Jangka Pendek ( ) Sosialisasi penghematan BBM karena kelangkaan BBM fosil dan harga yang terus meningkat Sosialisasi penggunaan biodiesel pada kendaraan operasional di instansi pemerintah dan transportasi umum maksimum 10% (B10) Fasilitasi Pemanfaatan Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) oleh industri biodiesel di Indonesia Sebesar 10% kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari biodiesel yaitu 1.5 juta kl Sebesar 600 ribu kl dipenuhi dari biodiesel jarak pagar Kawasan industri harus memenuhi standar emisi yang disyaratkan oleh ISO Peningkatan produksi biodiesel untuk pemakaian oleh industri paling sedikit 10% Sosialisasi penggunaan bahan bakar biodiesel oleh industri otomotif Peluang Pasar Peran Pemerintah Peningkatan target Program Langit Biru yang merujuk pada standar lingkungan global Penghapusan subsidi solar dan pengenaan pajak lingkungan terhadap solar sebesar 10 % Peran Industri Jangka Menengah ( ) Sosialisasi lanjutan penghematan BBM karena kelangkaan BBM fosil dan harga yang terus meningkat Penggunaan pada transportasi umum di seluruh Indonesia maksimum 20% (B20) Fasilitasi Pemanfaatan Mekanisme Seperti CDM di rezim iklim pasca Protokol Kyoto oleh industri biodiesel di Indonesia Sebesar 15% kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari biodiesel yaitu 3 juta kl Sebesar 1.5 juta kl dipenuhi dari biodiesel jarak pagar Peran Industri Kawasan industri harus memenuhi standar emisi yang disyaratkan oleh ISO Peran Industri Peningkatan produksi biodiesel untuk pemakaian oleh industri paling sedikit 20% Peningkatan peran industri otomotif dan alat berat dalam penggunaan biodiesel Peningkatan target Program Langit Biru yang merujuk pada standar lingkungan global Pengenaan pajak lingkungan terhadap solar sebesar 25% Jangka Panjang ( ) Sosialisasi lanjutan penghematan BBM karena kelangkaan BBM fosil dan harga yang terus meningkat Penggunaan pada transportasi umum di seluruh Indonesia sampai 100% (B100) Fasilitasi Pemanfaatan Mekanisme Seperti CDM di rezim iklim pasca Protokol Kyoto oleh industri biodiesel di Indonesia Sebesar 20% kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari biodiesel yaitu 7.5 juta kl Sebesar 3 juta kl dipenuhi dari biodiesel jarak pagar Kawasan industri harus memenuhi standar emisi yang disyaratkan oleh ISO Peningkatan produksi biodiesel untuk pemakaian oleh industri paling sedikit 50% Peningkatan peran industri otomotif dan alat berat dalam penggunaan biodiesel 31

37 Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial Kebijakan penanaman jarak pagar seluas 1.5 juta hektar Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku terutama di kota-kota besar berpolusi tinggi Penetapan target 10% dari kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari bahan bakar biodiesel Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri biodiesel : Harga biodiesel kompetitif dibanding solar Pinjaman lunak (bunga lebih rendah dengan waktu pengembalian lebih panjang) bagi pengembang industri biodiesel Pengurangan pajak bagi industri yang menggunakan 100% biodiesel sebagai pengganti solar Pemberian tax holiday bagi usaha perkebunan jarak pagar Bagi perkebunan tanaman jarak pagar diberikan Hak Guna Usaha (HGU) selama 50 tahun Pengurangan berbagai jenis pajak dan retribusi daerah untuk industri biodiesel yang digunakan di dalam negeri. Kewajiban industri biodiesel memasok kebutuhan dalam negeri Kebijakan Peran Pemerintah Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial Kebijakan penanaman jarak pagar seluas 3.4 juta hektar Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku terutama di kota-kota besar Penetapan target 15% dari kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari bahan bakar biodiesel Kebijakan Peran Pemerintah Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri biodiesel : Harga biodiesel lebih murah dibanding solar Pinjaman lunak (bunga lebih rendah dengan waktu pengembalian lebih panjang) bagi pengembang industri biodiesel Pengurangan pajak bagi industri yang menggunakan 100% biodiesel sebagai pengganti solar Pemberian tax holiday bagi usaha perkebunan jarak pagar Bagi perkebunan tanaman jarak pagar diberikan Hak Guna Usaha (HGU) selama 50 tahun Pengurangan berbagai jenis pajak dan retribusi daerah untuk industri biodiesel yang digunakan di dalam negeri Kewajiban industri biodiesel memasok kebutuhan dalam negeri Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial Kebijakan penanaman jarak pagar seluas 7.5 juta hektar Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku di seluruh kota Penetapan target 20% dari kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari bahan bakar biodiesel Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri biodiesel : Harga biodiesel lebih murah dibanding solar Pinjaman lunak (bunga lebih rendah dengan waktu pengembalian lebih panjang) bagi pengembang industri biodiesel Pengurangan pajak bagi industri yang menggunakan 100% biodiesel sebagai pengganti solar Pemberian tax holiday tahun bagi usaha perkebunan jarak pagar Bagi perkebunan tanaman jarak pagar diberikan Hak Guna Usaha (HGU) selama 50 tahun Pengurangan berbagai jenis pajak dan retribusi daerah untuk industri biodiesel yang digunakan di dalam negeri Kewajiban industri biodiesel memasok kebutuhan dalam negeri 32

38 Pengurangan pajak bagi perusahaan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga litbang yang melakukan riset dan pengembangan peningkatan kualitas bahan baku, intensifikasi teknologi produksi dan pemanfaatan hasil samping proses produksi biodiesel Menerapkan kebijakan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar lain sebesar 10% untuk transportasi Partisipasi Pemanfaatan Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) oleh industri biodiesel di Indonesia Kerjasama petani/perkebunan dengan produsen biodiesel dalam bentuk skema inti plasma Pengurangan pajak bagi perusahaan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga litbang yang melakukan riset dan pengembangan peningkatan kualitas bahan baku,intensifikasi teknologi produksi dan pemanfaatan hasil samping proses produksi biodiesel Peran Industri Menerapkan kebijakan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar lain sebesar 15% untuk transportasi Partisipasi Pemanfaatan Mekanisme Seperti CDM di rezim iklim pasca Protokol Kyoto oleh industri biodiesel di Indonesia Peran Industri Kerjasama kelompok petani/pekebun untuk memiliki pabrik biodiesel Pengurangan pajak bagi perusahaan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga litbang yang melakukan riset dan pengembangan peningkatan kualitas bahan baku, intensifikasi teknologi produksi dan pemanfaatan hasil samping proses produksi biodiesel Menerapkan kebijakan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar lain sebesar 20% untuk transportasi Partisipasi Pemanfaatan Mekanisme Seperti CDM di rezim iklim pasca Protokol Kyoto oleh industri biodiesel di Indonesia Kerjasama kelompok petani/pekebun untuk memiliki pabrik biodiesel 33

39 2. Roadmap Sektor Energi Bio-Etanol Tahun Market Pasar Pasokan Bioetanol 1,85 jt kl (10% total konsumsi bensin) Pasokan Bioetanol 3,08 jt kl ( 15% total konsumsi bensin) Pasokan Bioetanol 4,99 jt kl ( 20 % total konsumsi bensin) Produk Gasohol E-10 (Bioetanol dari pati &molases) Gasohol/ FGE (Bioetanol dari pati, nira dan molases) Gasohol/ FGE (Bioetanol dari lignoselulosa, nira dan pati ) Technology Teknologi STANDAR FUELGRADE ETHANOL (FGE) & GASOHOL NASIONAL Produksi bioetanol 99,5% (FGE) dengan teknik dehidrasi kimiawi dan molecular sieving berbahan baku molases dan skala komersial Produksi bietanol 99,5% (FGE) dg laju produksi dan rasio energi tinggi berbahan baku pati dan nira pada skala komersial Produksi bioetanol 99,5% (FGE) dari serat lignoselulosa (limbah pertanian/kehutanan) nira dan pati (termasuk algae) pada skala komersial Litbang R & D Dehidrasi bioetanol dg adsorben Sumber daya karbohidrat untuk bahan baku bioetanol Teknologi. membran utk dehidrasi Perbaikan strain yeast Teknologi proses fermentasi serat lignoselulosa sbg bahan baku bietanol & bahan bakar 34 Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi

40 Millestones Bio Etanol Demo plant BPPT 8 kl/hari Pembangunan kL/hari Pembangunan 62 60kL/hari Pembangunan kL/hari Catatan : 1). Kapasitas 60 kl/hari merupakan kapasitas terendah plant bioetanol komersial dengan bahan baku ubikayu. Diperlukan modal sekitar Rp 150 milyar per-plant. 2). Agar lebih efisien, investor perlu didorong untuk membangun plant 2-3 kali lipat dari kapasitas di atas. 3). Pengembangan plant komersial di bawah 60 kl/hari dimungkinkan dengan bahan baku lokal (khususnya nira-nira aren, lontar, nipah, tebu dan sorgum manis) untuk kawasan terpencil dengan harga BBM yang tinggi 35

41 36 Jangka Pendek ( ) Litbang teknologi produksi bioetanol dengan bahan baku molases dan pati serta perbaikan strain yeast Pengkajian dan produksi FGE skala 200 L/hari dengan molecular sieve dan penambahan unit dehidrasi pada demo-plant 8 kl/hari Uji karakteristik gasohol dan kinerja kendaraan berbahan bakar gasohol E-10 serta penyusunan standar gasohol nasional Penyuluhan dan pelatihan budidaya bahan baku bioetanol secara berkelanjutan (ramah lingkungan). Studi kelayakan pembangunan pabrik bioetanol di wilayah Indonesia timur. Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam rancang bangun pabrik bioetanol & peningkatan penggunaan bahan industri lokal untuk pembangunan pabrik bioetanol. Pengembangan formula bahan bakar gasohol untuk mesin otomotif dengan spesifikasi tertentu. Membantu dalam penyusunan standar gasohol nasional. Persyaratan kandungan oksigen yang tinggi pada bahan bakar bensin Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Litbang teknologi fermentasi: perbaikan galur yeast tahan temperatur tinggi dan penerapannya pada fermentasi berbahan baku nira (tebu dll) dan pati. Litbang teknologi dehidrasi etanol dengan teknologi membran zeolit dan penambahan unit dehidrasi membran pada demo plant 8 kl/hari. Pengembangan teknologi utilitas (steam dan listrik) secara co-generation. Asistensi teknis rancang bangun pabrik bioetanol skala komersial. Pembangunan dua pabrik percontohan di Sulawesi Selatan & Papua berbahan baku lokal kaps. 60 kl/hari. Peran Industri Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam penerapan teknologi utilitas (steam dan listrik) secara co-generation Peluang Pasar Peran Pemerintah Jangka Panjang ( ) Litbang teknologi produksi bioetanol menggunakan selulase dan bahan baku lignoselulosa. Penerapan teknologi utilitas (steam dan listrik) secara co-generation pada demo plant 8 kl/hari berbahan baku lignoselulosa. Uji karakteristik gasohol dan kinerja kendaraan berbahan bakar gasohol dengan kandungan etanol > 10%. Asistensi teknis rancang bangun pabrik bioetanol skala komersial. Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam rancang bangun pabrik bioetanol berbahan baku lignoselulosa.

42 Jangka Pendek ( ) Sumber BBM fosil menipis dan harga terus meningkat, sedangkan biaya produksi bioetanol cenderung menurun atau tetap. Sosialisasi penggunaan gasohol pada kendaraan berbahan bakar bensin di kawasan padat lalu lintas (Jakarta, dll) bekerjasama dengan Pemda setempat. Implementasi Program CDM berdasarkan Kyoto Protocol Konsumsi premium tahun 2004 sebesar 15 juta kl, dan pada tahun 2009 akan mencapai sekitar 21 juta kl (laju konsumsi 7% per tahun). Ditargetkan penggunaan bioetanol 1,85 jt kl (10% dari total konsumsi bensin) Jangka Menengah ( ) Sumber BBM fosil menipis dan harga terus meningkat, sedangkan biaya produksi bioetanol cenderung menurun atau tetap. Penggunaan gasohol untuk transportasi umum di berbagai kota besar di Indonesia. Ditargetkan pada tahun 2015 penggunaan bioetanol mencapai 3,08 jt kl (15% dari total konsumsi bensin) Jangka Panjang ( ) Sumber BBM fosil menipis dan harga terus meningkat, sedangkan biaya produksi bioetanol cenderung menurun atau tetap. Penggunaan gasohol untuk transportasi umum di seluruh wilayah Indonesia. Ditargetkan pada tahun 2025 penggunaan bioetanol mencapai 4,99 juta kl (20% dari total konsumsi bensin) Peran Industri Kawasan industri yang harus memenuhi persyaratan lingkungan secara global. Meningkatnya peran investasi dan industri bioetanol lokal untuk memenuhi kebutuhan gasohol, khususnya di daerah terpencil/pulaupulau kecil. Sosialisasi penggunaan bahan bakar gasohol oleh industri otomotif Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku, terutama di kota-kota besar berpolusi tinggi Mendorong dan memberikan contoh dalam penggunaan gasohol yang ramah lingkungan Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku, terutama di kota-kota besar berpolusi tinggi Mendorong dan memberikan contoh dalam penggunaan gasohol yang ramah lingkungan Kebijaksanaan Energi Nasional mentargetkan 5% (2025) dari kebutuhan energi dipenuhi dari bahan bakar terbarukan 37

43 Jangka Pendek ( ) Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri bioetanol : Pemberian subsidi dengan menyamakan harga gasohol E-10 dengan harga premium yang disubsidi Pemberian kredit lunak untuk produksi bioetanol skala kecil-menengah. Pemberian kredit lunak untuk petani produsen bahan baku etanol. Jangka Menengah ( ) Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri bioetanol : Pemberian subsidi dengan menyamakan harga gasohol E-10 dengan harga premium yang disubsidi Pemberian kredit lunak untuk produksi bioetanol skala kecil-menengah. Pemberian kredit lunak untuk petani produsen bahan baku etanol Jangka Panjang ( ) Peran Industri Menerapkan kebijakan penggunaan bahan bakar yang memenuhi standar lingkungan Partisipasi Industri dalam Partisipasi Industri dalam implementasi program implementasi program CDM- CDM-Kyoto Protocol Kyoto Protocol Kerjasama petani/perkebunan dengan produsen bioetanol Kerjasama petani/perkebunan dengan produsen bioetanol 38

44 3. Roadmap Sektor Energi Bio-oil (Pirolisa) Tahun Market Pasar Sosialisasi dan Penggunaan Bio Oil di Jawa Barat Penggunaan Bio Oil Konsumsi Minyak Bakar Penggunaan Bio Oil sebesar 2,5% konsumsi Minyak Bakar & IDO Product Produk Bio Oil (Crude) Bio Oil (treated) Bio Oil (treated) Standar Bio Oil untuk keperluan Panas Standar Bio Oil untuk keperluan panas dan mesin Standar Bio Oil untuk keperluan panas dan transportasi Technology Teknologi Produksi bio oil untuk keperluan panas dengan teknologi pirolisa cepat skala semi komersial 8 ton/hari s/d Skala komersial 100 ton/hari Konversi 20-60% Produksi dan upgrading bio oil pada skala komersial ton/hari Konversi 60-80% Produksi dan upgrading bio oil pada skala komersial ton/hari Litbang R & D Model Reaktor Pirolisa Cepat Emulsifikasi Teknologi Piro- lisa Cepat Penambaha n Solvent Catalytic vapor cracking dan hydrotreating biooil Sumber daya limbah biomassa sebagai baku bio oil Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 39

45 Jangka Pendek ( ) Litbang teknologi produksi bio oil dengan teknologi pirolisa cepat dan pemetaan potensi bahan baku, produsen bio oil, kerjasama dengan pihak lain, dan diseminasi produk. Pengkajian dan produksi bio oil skala ton/hari,konversi perolehan 10-40% Uji karakteristik bio oil di boiler industri untuk keperluan panas Pengkajian reaktor pirolisa cepat dan perangkat utilitasnya, skala semi komersial Studi kelayakan dan pembangunan pabrik bio oil di industri berbasis biomasa. Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam rancang bangun pabrik bio oil dan pemanfaatan bio oil skala semi komersial untuk produksi komponen dan sistem pendukung pabrik bio oil. Pengembangan bio oil untuk industri untuk keperluan panas. Sosialisasi penggunaan bio oil di industri mengganti minyak berat (marine fuel oil) untuk keperluan panas. Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Litbang teknologi pirolisa cepat bio oil Litbang teknologi pirolisa cepat dan upgrade bio oil dengan skala ton/hari dengan konversi 60% Pengujian bio oil plus aditif sebagai bahan campuran dengan minyak diesel untuk penggunaan mesin diesel stasioner. Rancang bangun pabrik bio oil dan sistem upgrade bio oil skala komersial. Studi kelayakan dan pembangunan pabrik bio oil di industri berbasis biomassa. Peran Industri Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam penerapan teknologi dan rancang bangun teknologi pirolisa cepat dan upgrade bio oil juga mendukung memperbanyak komponen lokal. Pengembangan bio oil untuk mesin disel stasioner Peluang Pasar Peran Pemerintah Penggunaan bio oil untuk bahan bakar campuran mesin penggerak dan keperluan panas. Jangka Panjang ( ) Litbang teknologi produksi bio oil dan upgrade bio oil untuk keperluan mesin penggerak. Penerapan teknologi pirolisa cepat secara komersial untuk keperluan bahan bakar campuran minyak diesel. Pengujian bio oil sebagai campuran minyak disel untuk penggunaan mesin disel untuk keperluan transportasi. Rancang bangun pabrik bio oil dan sistem upgrade bio oil skala komersial. Studi kelayakan dan pembangunan pabrik bio oil di industri berbasis biomassa. Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam penerapan teknologi dan rancang bangun teknologi pirolisa cepat dan upgrade bio oil skala komersial juga penyedia komponen dan sistem pendukung pabrik bio oil. Pengembangan bio oil untuk mesin disel transportasi Penggunaan bio oil untuk keperluan panas dan bahan bakar campuran untuk mesin disel transportasi. 40

46 Implementasi Program CDM berdasarkan Kyoto Protocol dan kesempatan pasar luar negeri dalam program Renewable Portfolio Standar di beberapa negara. Meningkatnya peran investasi pada industri bio oil khususnya di industri berbasis biomassa. Sosialisasi penggunaan bahan bakar bio oil oleh industri untuk keperluan panas Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan terutama yang terbarukan. Mendorong dan memberikan contoh dalam penggunaan bio oil di PTPN Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri bio oil Partisipasi Industri dalam implementasi program CDM-Kyoto Protocol Kerjasama industri berbasis biomassa dengan produsen bio oil Kemudahan peraturan dan perundangan yang mendorong penggunaan bio oil Peran Industri Meningkatnya peran investasi pada industri bio oil khususnya di industri berbasis biomassa. Sosialisasi penggunaan bahan bakar bio oil oleh industri untuk keperluan panas Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Mengutamakan komponen lokal Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri bio oil Peran Industri Partisipasi Industri dalam implementasi program CDM- Kyoto Protocol Kerjasama industri berbasis biomassa dengan produsen bio oil Meningkatnya peran investasi pada industri bio oil khususnya di industri berbasis biomassa. Sosialisasi penggunaan bahan bakar bio oil oleh industri untuk keperluan panas Kebijaksanaan Energi Nasional mentargetkan 5 % (2025) dari kebutuhan energi dipenuhi dari bahan bakar terbarukan Membuat kebijakan yang mendorong tumbuhnya industri bio oil Partisipasi Industri dalam implementasi program CDM-Kyoto Protocol Kerjasama industri berbasis biomassa dengan produsen bio oil 41

47 4. ROAD-MAP PURE PLANT OIL Tahun Pasar Pemanfaatan Pure Plant Oil untuk konsumsi Minyak Solar disekitar industri & transportasi Kend. Berat & Kerosin Pemanfaatan Pure Plant Oil untuk subtitusi Minyak Solar di sektor industri & transp. dan kerosin Peningkatan Pemanfaatan Pure Plant Oil untuk subtitusi Minyak Solar di sektor industri& Tranp. & Kerosin Produk Pure Plant Oil dari Sawit dan Jarak pagar High grade Pure Plant Oil Dari Sawit, Jarak pagar, dll High grade Pure Plant Oil Sawit, Jarak Pagar, dll Standar PPO untuk Keperluan Industri Standar PPO untuk keperluan Industri dan transportasi Standar PPO untuk keperluan Industri dan transportasi Teknologi Produksi PPO untuk keperluan industri dari berbagai bahan baku Produksi PPO skala komersial untuk keperluan Industri dan transportasi Produksi dan upgrading PPO pada skala komersial Litbang PPO dari Bermacam bahan baku Pencampuran, Pengujian, standardisasi Pengembangan teknologi pembuatan PPO Teknologi Pembuatan PPO Optimasi Teknologi Pembuatan PPO Pengembangan bahan baku lain menjadi PPO 42 Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi

48 Jangka Pendek ( ) Litbang teknologi produksi PPO dengan teknologi murah dan pemetaan potensi bahan baku, produsen PPO, kerjasama dengan pihak lain, dan diseminasi produk. Uji karakteristik PPO untuk keperluan diesel engine industri dan keperluan panas Standarisasi karakteristik produksi PPO untuk keperluan diesel engine industri dan keperluan panas Studi kelayakan dan pembangunan pabrik PPO di industri berbasis sawit dan jarak pagar. Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam rancang bangun pabrik PPO dan pemanfaatan dalam skala semi komersial untuk produksi komponen dan sistem pendukung pabrik PPO. Pengembangan PPO untuk industri untuk diesel engine industri, transportasi berat, dan keperluan panas. Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Litbang optimasi teknologi produksi PPO dalam rangka upgrade kualitas untuk keperluan transportasi. Uji karakteristik PPO untuk keperluan diesel engine transportasi Standarisasi karakteristik produksi PPO untuk keperluan diesel engine transportasi. Studi kelayakan dan pembangunan pabrik PPO di industri berbasis bahan biomassa lain. Peran Industri Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam penerapan teknologi dan rancang bangun teknologi proses dan upgrade PPO juga mendukung memperbanyak komponen lokal. Pengembangan PPO untuk mesin diesel transportasi Jangka Panjang ( ) Litbang teknologi produksi PPO dalam rangka upgrade kualitas untuk keperluan transportasi. Uji karakteristik PPO upgrade kualitas untuk keperluan diesel engine transportasi Standarisasi karakteristik produksi PPO upgrade kualitas untuk keperluan diesel engine transportasi. Studi kelayakan dan pembangunan pabrik PPO di industri berbasis bahan biomassa lain. Mendukung litbang melalui penyediaan data dan dana dengan skema kerjasama penelitian atau kemitraan. Kerjasama dalam penerapan teknologi dan rancang bangun teknologi proses dan upgrade PPO skala komersial juga penyedia komponen dan sistem pendukung pabrik PPO. Pengembangan PPO upgrade kualitas untuk mesin diesel transportasi Sosialisasi penggunaan PPO di industri untuk mengganti solar diesel industri, transportasi berat, minyak berat (marine fuel oil) untuk keperluan panas dan kompor rumah tangga. Peluang Pasar Peran Pemerintah Penggunaan PPO untuk transportasi Penggunaan PPO upgrade kualitas untuk keperluan diesel engine transportasi. 43

49 Jangka Pendek ( ) Implementasi Program CDM berdasarkan Kyoto Protocol dan kesempatan pasar luar negeri dalam program Renewable Portfolio Standar di beberapa negara. Meningkatnya peran investasi pada industri PPO khususnya di industri berbasis minyak nabati. Sosialisasi dan komitmen penggunaan bahan bakar PPO oleh industri untuk keperluan panas Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan terutama yang terbarukan. Mendorong dan memberikan contoh dalam penggunaan PPO di PTPLN, PTPN Membuat kebijakan dalam bentuk insentif yang mendorong tumbuhnya industri PPO Partisipasi Industri dalam implementasi program CDM-Kyoto Protocol Kerjasama industri berbasis minyak nabati dengan produsen PPO Jangka Menengah ( ) Kemudahan peraturan dan perundangan yang mendorong penggunaan PPO Peran Industri Meningkatnya peran investasi pada industri PPO khususnya di industri berbasis minyak nabati. Sosialisasi dan komitmen penggunaan bahan bakar PPO oleh industri transportasi Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Memberlakukan pengutamakan penggunaan komponen lokal Mendorong dan memberikan contoh penggunaan PPO untuk sektor transportasi Membuat kebijakan dalam bentuk insentif yang mendorong tumbuhnya industri PPO Peran Industri Menerapkan pengunaan komponen lokal dalam industri PPO Kerjasama industri berbasis minyak nabati dengan produsen PPO Jangka Panjang ( ) Kemudahan peraturan dan perundangan yang mendorong penggunaan PPO Meningkatnya peran investasi pada industri PPO khususnya di industri berbasis minyak nabati. Sosialisasi dan komitmen penggunaan bahan bakar PPO oleh industri transportasi Kebijaksanaan Energi Nasional mentargetkan 5 % (2025) dari kebutuhan energi dipenuhi dari bahan bakar terbarukan Mendorong pertumbuhan penggunaan PPO untuk sektor transportasi Membuat kebijakan dalam bentuk insentif yang mendorong tumbuhnya industri PPO Menerapkan pengunaan komponen lokal dalam industri PPO Kerjasama industri berbasis minyak nabati dengan produsen PPO 44

50 5. Roadmap Sektor Bahan Bakar Padat & Gas dari Biomassa Tahun Reduction of environmental impacts Improvement of efficiency Reduction of environmental impacts Improvement of efficiency Increase of economy Pasar Rumah tangga Industri kecil Industri menengah dan besar PLN Energi listrik Energi mekanis Produk Briket biomassa Energi termal High quality solid fuel Fuel gas Biogas (CH 4 ) New Fuel Type cogeneration Teknologi Briquette machine Tungku pembakaran (Fluidized bed, stoker, stove) Reaktor karbonisasi Gasifier Digester Desain Sistem Desain dan rancang bangun komponen New Conversion Technology pembakaran Litbang briquetting karbonisasi gasifikasi Anaerobic digestion karakterisasi Kontrol Sistem Material science Inventions & Improvements Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 45

51 Jangka Pendek ( ) Fokus : Efisiensi & Lingkungan Mendukung karakterisasi berbagai macam biomassa di seluruh propinsi Mendorong penyempurnaan berkelanjutan litbang Teknologi Pembriketan, Karbonisasi, Gasifikasi dan Anaerobic Digestion berbagai macam biomassa, serta pembuatan prototipenya Mendorong penyempurnaan berkelanjutan litbang Teknologi Pembakaran bebagai macam biomassa, serta pembuatan prototipenya Mendorong penyempurnaan berkelanjutan litbang desain dan rancang bangun komponen dan sistem pendukung Jangka Menengah ( ) Fokus : Efisiensi, Lingkungan & Ekonomi Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Mendorong penyempurnaan berkelanjutan litbang Teknologi Pembriketan, Karbonisasi, Gasifikasi dan Anaerobic Digestion macam macam biomassa, serta pembuatan prototipenya Mendorong penyempurnaan berkelanjutan litbang Teknologi Pembakaran berbagai macam biomassa, serta pembuatan prototipenya Mendorong penyempurnaan berkelanjutan litbang desain dan rancang bangun komponen dan sistem pendukung Bekerjasama dengan industri nasional dalam semua langkah tersebut Jangka Panjang ( ) Fokus : Efisiensi, Lingkungan, Ekonomi, Inovasi & Ekspor Mendorong litbang untuk penemuan jenis bahan bakar dan teknologi konversi baru Memberikan informasi kemampuan & fasilitas manufaktur untuk pembuatan prototipe peralatan Peran Industri Peningkatan kemampuan SDM untuk menunjang kegiatan manufakturnya Bekerjasama dengan pemerintah dalam pembuatan & penggunaan peralatan konversi energi biomassa Mengembangkan kapasitas industri komponen & sistem energi nasional Bekerjasama dengan pemerintah dalam pembuatan & penggunaan peralatan konversi energi biomassa 46

52 Memberikan insentif finansial / pajak / subsidi kepada industri yang menggunakan briket / gas biomassa Memberikan subsidi kepada rumah tangga yang menggunakan briket / gas biomassa Peluang Pasar Peran Pemerintah Memberikan insentif finansial / pajak / subsidi kepada industri yang menggunakan briket / gas biomassa Memberikan subsidi kepada rumah tangga yang menggunakan briket / gas biomassa Membuka kesempatan ekspor bahan bakar biomassa (sejauh kebutuhan dalam negeri sudah tercukupi) Investasi untuk fasilitas manufakturing Memanfaatkan insentif pemerintah untuk pengembangan kekuatan bisnis Mendorong dan mengarahkan pemakaian bahan bakar biomassa di rumah tangga & industri Kesediaan untuk diversifikasi energi, terutama pemakaian energi dari biomassa yang ekonomis dan ramah lingkungan Peran Industri Meningkatkan kemampuan manufacturing Mengembangkan model bisnis di bidang pembangkitan energi dan penyediaan bahan bakar Memanfaatkan insentif pemerintah untuk pengembangan kekuatan bisnis Kebijakan Peran Pemerintah Mendorong program untuk mengutamakan produksi bahanbakar biomassa dari Indonesia yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan Peran Industri Kesediaan untuk diversifikasi energi, terutama pemakaian energi dari biomassa yang ekonomis dan ramah lingkungan Mengoperasikan peralatan pembakaran / gasifikasi skala besar Mengembangkan pasar domestik dan internasional Mendorong peningkatan teknologi dan kapasitas produksi bahan bakar biomassa, apabila memungkinkan untuk diekspor Meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar biomassa, apabila memungkinkan untuk diekspor Mengoperasikan peralatan pembakaran / gasifikasi skala besar 47

53 6. Roadmap Sektor Energi Panas Bumi Tahun Pasar Badan Usaha Pemerintah / Swasta bidang Eksplorasi & Eksploitasi Panasbumi Produk G-G-G Explorations SOP Reservoir Modeling & Simulation Processing & Modeling Softwares Softwares Reservoir Image and/or Model Reservoir Monitoring SOP Tracer Types Re-injection SOP 1 2 Teknologi Data Acquisition & Processing Technology (software) Data Modeling (soft- and hard-wares) Down-hole Imaging Technology (soft- & hard-wares) Tracer Technology Monitoring Technology Re-injection Technology Modeling & Simulation Technology Exploration Science & Engineering Geothermal Reservoir Engineering Litbang GEOLOGY Remote sensing & mapping Volcanogeothermy Petrology & Mineralogy Hydrogeology Fluid Inclusion GEOPHYSICS Electromagnetics (MT/CSAMT, TDEM) Electrical Resistivity Self Potential Gravity & Magnetic Borehole geophysics GEOCHEMISTRY Geothermometry Geochronology / Absolute dating Isotope Geochemistry Others RESERVOIR SYSTEM Characterization Modeling & Simulation Monitoring Re-injection Resources Investment (Instrumentations & Laboratories, Human Res Dev) Expertise 48 Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi

54 6. Roadmap Sektor Energi Panas Bumi Tahun Pasar Badan Usaha Negara / Swasta bidang Eksplorasi & Eksploitasi Panasbumi Badan Usaha Negara / Swasta di bidang Pembangkitan Tenaga Listrik / Agro-Industri 1 2 Produk Drilling SOP (big hole & directional) Mud mixing SOP Cementation SOP Safety SOP Piping & Separator SOP Small-scale [<10 MWe] Binary PLTP & Direct Use Related-Industries PLTP (55 MWe) Teknologi Big hole drilling technology Directional drilling technology Mud drilling technology Cementation technology Safety drilling technology Piping & Separator tech. Binary PLTP Engr. Design & Direct Use PLTP Design & Engineering Litbang DRILLING ENGINEERING Big-hole type Directional Drilling Mud Casing & Cementation Safety PIPING SEPARATOR FLUIDS UTILIZATIONS & ECONOMIC Heater & Dryer System Direct Use of Steam Heat Exchanger Fluids Utilization Industrial Partnerships Economic Analyses POWER PLANT Turbine Generator Condenser Cooling Tower Control Panels Materials & Scaling Resource Competence/ Expertise Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 49

55 Jangka Pendek ( ) Jangka Menengah ( ) Kebijakan, Penelitian dan pengembangan (litbang) dan Teknologi Peran Pemerintah Jangka Panjang ( ) Menyiapkan perangkat kebijakan di bidang litbang sains dan teknologi panasbumi, khususnya eksplorasi panasbumi untuk meningkatkan local content di bidang industri jasa eksplorasi pemanfaatan langsung Menyiapkan perangkat kebijakan litbang sains dan teknologi pemanfaatan panasbumi, khususnya di bidang eksploitasi panasbumi untuk meningkatkan local content dalam pengusahaan uap panasbumi dan pembangkit listrik panasbumi Menyiapkan perangkat kebijakan di bidang litbang sains dan teknologi pemanfaatan panasbumi untuk meningkatkan local content di bidang industri pembangkit tenaga listrik Menyediakan perangkat keras dan lunak, serta laboratorium untuk keperluan litbang sains dibidang panasbumi dan teknologi eksplorasi panasbumi yang masih belum tersedia. Bidang Geologi: Absolute dating (K-Ar, Ar- Ar, Zircon-Apatite) Fluid inclusion technology Bidang Geofisika: Electromagnetic/ magnetotelluric exploration system (natural source dan controlledsource) Multi-electrode resistivity meter Borehole geophysics Bidang Geokimia: X-Ray diffraction clay mineralogy Isotope hydrology Gas detector/ monitoring system Rekayasa pemanfaatan langsung (direct use) panasbumi Menyediakan perangkat keras dan lunak, serta laboratorium untuk keperluan litbang sains dan teknologi simulasi reservoir dan eksploitasi panasbumi, di antaranya: Reservoir simulator and modeling Artificial reservoir simulator Fracture imaging Teknologi sistem pembangkit listrik skala kecil. Menyediakan perangkat keras dan lunak, serta laboratorium untuk keperluan litbang teknologi pemanfaatan energi panasbumi, di antaranya: Disain dan rekayasa sistem pembangkit listrik tenaga panasbumi Material & Scaling technology Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di bidang sains & teknologi eksplorasi,eksploitasi dan pemanfaatan panasbumi, 50 Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di bidang sains & teknologi simulasi reservoir dan eksploitasi panasbumi,dan teknologi pemanfatan Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di bidang teknologi pemanfaatan energi panasbumi melalui pendidikan di dalam maupun

56 Jangka Pendek ( ) melalui pendidikan di dalam maupun luar negeri Melaksanakan litbang sains dan teknologi di bidang eksplorasi sumberdaya energi panasbumi, yang terdiri dari berbagai studi, yakni: Geologi: Remote sensing Volcano-geothermy Petrology & mineralogy Hydrogeology Fluid inclusion Geofisika: Electromagnetics (MT/CSAMT, TDEM) Electrical resistivity Self potential Gravity & magnetic Borehole geophysics Geokimia: Chemical geothermometry Isotope hydrology Thermodynamics Serta teknologi pemanfatan panas bumi untuk skala kecil dan pemanfaatan langsung Membangun kemitraan dengan Pemerintah di bidang litbang sains dan teknologi eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya panasbumi Jangka Menengah ( ) panasbumi melalui pendidikan di dalam maupun luar negeri Melaksanakan litbang sains dan teknologi di bidang eksploitasi sumberdaya energi panasbumi, yang menyangkut: Reservoir characterization, Reservoir simulation and modeling Reservoir monitoring and reinjection Drilling technology Piping Separator Fracture imaging Teknologi pemanfaatan panasbumi untuk listrik Peran Industri/Swasta Membangun kemitraan dengan Pemerintah di bidang litbang sains dan teknologi eksploitasi dan pemanfaatan untuk tenaga listrik dari sumberdaya panasbumi Peluang Pasar Peran Pemerintah Jangka Panjang ( ) luar negeri Melaksanakan litbang teknologi di bidang pemanfaatan energi panasbumi, yakni menyangkut, Fluid utilizations, Heater & dryer system, Direct use system, Heat exchanger, Power plant systems, Material & scaling technology. Membangun kemitraan dengan Pemerintah di bidang teknologi pembangkitan energi panasbumi Mendorong pengusahaan di bidang eksplorasi & eksploitasi sumberdaya energi panasbumi Mendorong pengusahaan di bidang eksplorasi & eksploitasi sumberdaya energi panasbumi Mendorong pemanfaatan energi panasbumi sebagai pembangkit listrik maupun penggunaan secara langsung (direct use) 51

57 Memberikan insentif kepada industri di bidang pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya energi panasbumi Meningkatkan kegiatan pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya energi panasbumi dan pemanfaatannya Memberikan insentif kepada industri di bidang pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya energi panasbumi Peran Industri/Swasta Meningkatkan kegiatan pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya energi panasbumi dan pemanfaatannya Memberikan insentif kepada industri di bidang pemanfaatan sumberdaya energi panasbumi agar tercapai harga keekonomian Meningkatkan pemakaian sumberdaya energi panasbumi untuk pembangkit listrik dan pemanfaatan secara langsung (direct use) 52

58 7. Roadmap Sektor Energi Bayu Pasar 600 kw of grid dan 10 MW on grid terpasang US$ 15.9 juta 1 MW off grid, 25 MW on Grid terpasang US$ 39 juta 5 MW off grid 125 MW on Grid terpasang US $ 195 juta Produk SKEA skala s/d 300 kw SKEA skala s/d 750 kw SKEA skala s/d > 1 MW Teknologi SKEA skala menengah 300 kw (kandungan lokal tinggi) SKEA skala menegah/besar, 750 kw (kandungan lokal tinggi) SKEA skala besar s/d > 1 MW (kandungan lokal tinggi) Litbang generator magnet permanen putaran rendah, advanced airfoil, struktur ringan & kuat serta sistem kontrol generator magnet permanen, advanced airfoi, strukturl ringan & kuat serta sistem kontrol advanced airfoil, struktur ringan dan kuat serta sistem kontrol efisien Pembuatan peta potensi energi angin global berdasarkan titik pengukuran Pembuatan peta potensi energi angin regional dan peta pengguna Pembuatan peta potensi energi angin perwilayah berdasarkan titik pengukuran dan pengguna Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 53

59 54 Jangka Pendek ( ) Melaksanakan litbang dengan mengoptimasi sistem kendali, rotor SKEA pada regim kec. angin rendah, pemilihan material ringan dan kuat untuk daya s/d 300 kw Meningkatkan partisipasi masyarakat daerah dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi SKEA Menurunkan biaya produksi dengan meningkatkan volume produksi Mengurangi biaya konstruksi komponen dan instalasi SKEA dengan optimasi penggunaan komponen bahan baku Mengembangkan peralatan dan proses untuk kegiatan produksi SKEA Melaksanakan pemetaan potensi energi angin dan pengguna untuk pemanfaatan SKEA Menyelenggarakan openhouse, pameran, dan workshop Menerbitkan / mempublikasikan hasil hasil litbang dan produk SKEA Melaksanakan diseminasi hasil hasil litbang melalui proyek percontohan Melaksanakan promosi produk SKEA yang ada di pasaran Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Melaksanakan litbang untuk meningkatkan performance terhadap sistem kendali advanced air foil dan generator dan material yang ringan, kuat dan tahan korosi untuk daya s/d 750 kw Meningkatkan kemampuan analisis desain dan rancang bangun SKEA Peran Industri Memproduksi komponen yang inovatif, handal dan efisien dengan tingkat perawatan yang rendah Mendukung pemerintah dalam pembiayaan risetriset komponen SKEA Meningkatkan kehandalan sistem melalui pemilihan material yang ringan dan kuat namun relatif murah Peluang Pasar Peran Pemerintah Melanjutkan pemetaan potensi energi angin dan pengguna untuk pemanfaatan SKEA Meningkatkan informasi dan pendidikan (sekolah dan luar sekolah) dalam pemanfaatan SKEA Mendukung mekanisme pasar dalam efektifitas distribusi komponen komponnen pembangkit listrik Membuat / mengadopsi standar standar dan menerbitkan sertifikat SKEA Peran Industri Mengembangkan kemungkinan pembiayaan dalam pemanfaatan SKEA Jangka Panjang ( ) Melanjutkan litbang dalam material, system control, rancang bangun dan rekayasa komponen SKEA dengan teknologi tinggi untuk daya s/d 1 MW. Mengembangkan pemanfaatan teknologi SKEA untuk penyediaan Hidrogen Meningkatkan kualitas produksi komponen komponen SKEA Meningkatkan penggunaan komponen lokal untuk pembuatan komponen SKEA Menyiapkan infrastruktur pemanfaatan teknologi SKEA untuk penyediaan Hidrogen Melanjutkan pemetaan potensi energi angin dan pengguna untuk pemanfaatan SKEA Melaksanakan training dan penyuluhan kepada masyarakat pengguna Mengembangkan strategi untuk mendapatkan material unggulan untuk penggunaan khusus bagi keperluan pengembangan SKEA Meningkatkan partisipasi dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi SKEA

60 Melaksanakan optimasi dalam proses produksi komponen SKEA Melaksanakan produksi massal komponen SKEA skala kecil s/d 10 kw Berkembangnya peluang usaha swasta produsen listrik yang berbasis SKEA baik untuk off-grid (stand alone) maupun grid connected Menciptakan kebijakan yang mendukung pengembangan pasar dengan pemberian insentif pajak dan regulasi lainya Mendukung dan memberikan kemudahan kredit untuk program listrik pedesaan yang menggunakan teknologi SKEA Meningkatkan koordinasi antar pelaku litbang dan bisnis di bidang teknologi SKEA Membuat kerangka kerja peraturan dan kebijakan yang lebih mendukung usaha listrik yang memanfaatkan teknologi SKEA Mendukung terciptanya pasar yang kompetitif Meningkatkan pengertian dan kepedulian masyarakat terhadap pelaku bisnis dan pengguna SKEA Mengembangkan dan memproduksi berbagai model dan kapasitas SKEA untuk berbagai segmen pasar Melaksanakan pabrikasi komponen SKEA skala kecil - menengah Makin bertambahnya peran usaha swasta produsen listrik (IPP) yang berbasis SKEA dengan kapasitas besar baik untuk off-grid (stand alone) maupun grid connected Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Mendorong pembangunan infrastruktur teknologi SKEA (standar, sertifikat) Mendukung standar nasional dan international yang relevan untuk produk SKEA Melakukan koordinasi antar pelaku litbang dan bisnis di bidang teknologi SKEA Membuat kerangka kerja peraturan dan kebijakan yang mendukung usaha listrik yang memanfaatkan teknologi SKEA agar dapat menjadi perusahaan publik Peran Industri Membangun infrastruktur jaringan distribusi untuk memasarkan produk SKEA Bersama sama pemerintah melanjutkan kegiatan penyuluhan, training kepada masyarakat dan pengguna Menyiapkan dana untuk pembangunan infrastruktur pabrik SKEA skala besar Melaksanakan pabrikasi komponen SKEA skala menengah - besar Banyaknya usaha swasta produsen listrik (IPP) yang berbasis SKEA dan dapat go public (perusahaan public) Membuat kerangka kerja peraturan dan kebijakan yang mendukung pengembangan dan pemanfaatan teknologi SKEA Mendukung pemberian insentif pajak dan komponen biaya lainya dalam pengembangan dan pemanfaatan energi hijau Melakukan koordinasi antar pelaku litbang dan bisnis di bidang teknologi SKEA Mendorong usaha listrik yang memanfaatkan teknologi SKEA agar dapat menjadi perusahaan publik Mendorong berlakunya mekanisme pasar SKEA yang kompetitif dan terbuka Bersama sama pemerintah melanjutkan kegiatan penyuluhan, training kepada masyarakat dan pengguna 55

61 8. Roadmap Sektor Mikro Hidro PASAR PRODUK TEKNOLOGI LITBANG 56 Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi

62 Jangka Pendek ( ) Percontohan PLTMH yang lengkap dan berskala komersial Pengembangan Turbin Low head Melakukan studi-studi kelayakan di daerah yang berpotensi untuk penerapan PLTMH Memberi dukungan pendanaan pada proyek percontohan PLTMH yang lengkap dan berskala komersial Membentuk Pusat data dan informasi terpadu pada level nasional sebagai bagian promosi Mengembangkan skema pendanaan untuk penyebarluaskan penggunaan PLTMH yang berkesinambungan Melakukan investasi untuk manufakturing sistem PLTMH guna memenuhi pasar domestik dengan target 60 MW on-grid, 15 MW off-grid terpasang Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Mengembangkan generator dan sistem kendali PLTMH produk lokal Pengembangan turbin PLTMH yang efisien dan pengembangan sistem kapasitas 750 kw Updating data potensi PLTMH di daerah dan pembuatan Feasibility Study PLTMH Peran Industri Mengusahakan pabrikasi hasil pengembangan turbin, generator dan sistem kendali PLTMH Peluang Pasar Peran Pemerintah Membentuk Pusat data dan informasi terpadu pada level propinsi/ kabupaten sebagai bagian promosi Bekerjasama dengan industri perbankan dan finansial untuk mendorong pendanaan untuk industri kelistrikan yang berbasis pada PLTMH Peran Industri Menciptakan model bisnis kelistrikan yang berbasis pada PLTMH baik yang off grid (stand alone) maupun yang terintegrasi dengan jala-jala listrik (grid connected) bekerjasama dengan lembaga perbankan dan finansial untuk mencapai target pemanfaatan PLTMH 150 MW on-grid, 50 MW off-grid terpasang. Jangka Panjang ( ) Melanjutkan pengembangan generator dan sistem kendali PLTMH produk lokal Melanjutkan pengembangan turbin PLTMH yang efisien dan pengembangan sistem kapasitas 1 MW Updating data potensi PLTMH di daerah dan melanjutkan pembuatan Feasibility Study PLTMH Mengusahakan pabrikasi hasil pengembangan turbin, generator dan sistem kendali PLTMH Mengintegrasikan seluruh Pusat data dan informasi terpadu yang ada dengan sistem jaringan informasi regional maupun internasional sebagai bagian promosi Mengembangkan inovasi sistem pendanaan untuk mendorong pendanaan untuk industri kelistrikan yang berbasis pada PLTMH Melakukan inovasi-inovasi untuk model bisnis kelistrikan yang berbasis pada PLTMH baik yang off grid (stand alone) maupun yang terintegrasi dengan jala-jala listrik (grid connected) untuk mencapai target pemanfaatan PLTMH 500 MW on-grid, 330 MW off-grid terpasang. 57

63 Jangka Pendek ( ) Menetapkan target pemanfaatan PLTMH 0,02% energy mix nasional Memberikan masukan kepada pemerintah dan legislatife tentang kebijakan yang harus dibuat untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan insentif untuk investasi industri komponen PLTMH Jangka Menengah ( ) Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Menetapkan target pemanfaatan PLTMH 0,06% energy mix nasional Peran Industri Memberikan masukan kepada pemerintah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan sistem dukungan financial yang lebih kondusif untuk usaha kelistrikan berbasis PLTMH Jangka Panjang ( ) Menetapkan target pemanfaatan PLTMH 0,22% energy mix nasional Menciptakan inovasi-inovasi sistem financial untuk mendukung perluasan pasar PLTMH 58

64 9. Roadmap Sektor Energi Surya (Fotovoltaik) Tahun Pasar Produk Teknologi Litbang Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 59

65 60 Jangka Pendek ( ) Melaksanakan litbang Pemurnian silikon hingga ke electronic grade Melaksanakan litbang untuk bahan metal-organic gases Melaksanakan litbang teknologi pembuatan sel surya silikon monokristal dan silikon polykristal Melaksanakan koordinasi seluruh balitbang dan perguruan tinggi untuk melakukan pemilihan jenis teknologi sel surya yang sudah siap diproduksi secara komersial Membangun pilot proyek pabrikasi sel dan modul surya untuk kebutuhan dalam negeri Mendukung kegiatan litbang modul surya monocrystal/polycrystal dengan menyiapkan dana Menggalang kerjasama kegiatan litbang Mengembangkan sistem aplikasi PLTS yang handal dan murah Mengembangkan pilot proyek sistem PLTS untuk dihubungkan ke jala-jala PLN Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Melanjutkan pelaksanakan litbang pemurnian silikon hingga ke electronic grade Melanjutkan melaksanakan litbang bahan metalorganic gases Melaksanakan litbang teknologi pembuatan sel surya silikon monokristal dan silikon polykristal dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan umur sel dan modul surya Melaksanakan litbang teknologi pembuatan modul surya dan pengembangan aplikasinya (hybrid, gridconnected, building integrated, dll) Memberikan dukungan litbang kepada industri sel dan modul surya lokal Peran Industri/Swasta Mengembangkan model untuk volume produksi yang tinggi dengan melihat pasokan bahan mentah yang tersedia Mengembangkan produk PLTS skala kecil yang mudah diinstalasi Mengembangkan teknologi komponen sistem-sistem PLTS (misalnya hybrid, grid connected) Melanjutkan pengembangan sistem PLTS untuk dihubungkan ke jala-jala PLN Jangka Panjang ( ) Melaksanakan penelitian material dasar sel surya lain selain silikon Melanjutkan melaksanakan litbang metalorganic gases untuk mendukung industri sel surya thin-film Melanjutkan litbang teknologi pembuatan sel surya silikon monokristal dan silikon polykristal dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan umur sel dan modul surya Melanjutkan litbang teknologi pembuatan modul surya dan pengembangan aplikasinya (hybrid, gridconnected, building integrated, dll) Melanjutkan memberikan dukungan litbang kepada industri sel dan modul surya lokal Menciptakan bahan baru dan peralatan dengan efisiensi tinggi dan harga murah Mengembangkan metoda quality assurance/quality control untuk pengujian di pabrik Mengembangkan industri komponen sistem-sistem PLTS yang diintegrasikan pada bangunan. Mengembangkan industri komponen sistem-sistem PLTS untuk dihubungkan ke jala-jala PLN

66 Melaksanakan penerapan dan pengkajian sistem PLTS secara terus menerus dan bertahap yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Melakukan pelatihan, dan melaksanakan public awarness tentang PLTS secara terus menerus Mengembangkan skema pendanaan untuk penyebarluasan penggunaan PLTS yang berkesinambungan Memfasilitasi pengembangan infrastruktur distribusi untuk penjualan retail Menetapkan SNI sistem dan komponen PLTS agar terjadi persaingan yang lebih sehat dalam upaya mendukung diversifikasi sistem PLTS sebagai pilihan konsumen Menyiapkan pendanaan untuk pembangunan industri dan melaksanakan promosi secara intensif tentang pasar domestik dan internasional. Melakukan investasi untuk manufakturing sistem PLTS guna memenuhi pasar domestik, dengan target pasar rata-rata 50 MW per tahun Peluang Pasar & Produk Peran Pemerintah Melakukan pengkajian penerapan sistem-sistem PLTS hasil litbang Melanjutkan training dan public awareness tentang PLTS di Indonesia. Bekerjasama dengan industri perbankan dan finansial untuk mendorong pendanaan untuk industri kelistrikan yang berbasis pada PLTS Memfasilitasi pengembangan infrastruktur distribusi untuk penjualan retail Menetapkan SNI komponen dan sistem PLTS hasil inovasi baru Melanjutkan pengkajian penerapan sistem-sistem PLTS hasil litbang Melanjutkan training dan public awareness tentang PLTS di Indonesia. Mengembangkan inovasi sistem pendanaan untuk mendorong pendanaan untuk industri kelistrikan yang berbasis pada PLTS Memfasilitasi pengembangan infrastruktur distribusi untuk penjualan retail Menetapkan SNI komponen dan sistem PLTS hasil inovasi baru Peran Industri / Swasta Membangun industri komponen penunjang sistem-sistem PLTS Menciptakan model bisnis kelistrikan yang berbasis pada PLTS baik yang off grid (stand alone) maupun yang terintegrasi dengan jala-jala listrik (grid connected) bekerjasama dengan lembaga perbankan dan finansial untuk mencapai target pemanfaatan PLTS rata-rata 50 MW per tahun Melakukan inovasi-inovasi untuk model bisnis kelistrikan yang berbasis pada PLTS baik yang off grid (stand alone) maupun yang terintegrasi dengan jala-jala listrik (grid connected) 61

67 Mengeluarkan kebijakan insentif seperti keringanan pajak bagi usaha PLTS dan mendorong lembaga keuangan dan perbankan menciptakan inovasi kredit untuk mendorong pemanfaatan sistem PLTS Membuat Standard Nasional Indonesia untuk semua sistemsistem PLTS Mengeluarkan kebijakan tariff listrik khusus yang diarahkan pada pencapaian pemanfaatan PLTS sesuai target yang ditetapkan dalam Perpres 05/2006 Mendorong keluarnya kebijakan-kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah yang lebih kondusif untuk penerapan sistem PLTS Memberikan masukan kepada pemerintah dan legislative tentang kebijakan yang harus dibuat untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan insentif untuk investasi industri komponen PLTS Bersama-sama pemerintah membuat Standard Nasional Indonesia untuk semua sistemsistem PLTS Kebijakan Peran Pemerintah Mengeluarkan kebijakan insentif (misalnya fiskal, moneter dan kolateral) untuk mendorong usaha kelistrikan yang berbasis pada PLTS Mendorong pengembangan infrastruktur, seperti laboratorium uji untuk sertifikasi Menerapkan standard porto folio energi terbarukan bagi produsen listrik/ energi sebesar 5% dari total pembangkitan Memantau pelaksanaan kebijakan-kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah yang lebih kondusif untuk penerapan sistem PLTS Peran Industri / Swasta Memberikan masukan kepada pemerintah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan sistem dukungan finansial yang lebih kondusif untuk usaha kelistrikan berbasis PLTS Mendorong penggunaan standar nasional Indonesia untuk produk-produk komponen dan sistem yang dihasilkan Menerapkan kewajiban sertifikasi bagi penjualan sistem-sistem PLTS Mewajibkan standard porto folio energi terbarukan bagi produsen listrik/ energi sebesar 5% dari total pembangkitan Memantau pelaksanaan kebijakan-kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah yang lebih kondusif untuk penerapan sistem PLTS Menciptakan inovasiinovasi system finansial untuk mendukung perluasan pasar PLTS Memproduksi komponenkomponen sistem PLTS sesuai SNI dan bersertifikat 62

68 10. Roadmap Sektor Surya Thermal Surya Termal Litbang Teknologi Produk Pasar Rumah Tangga, UKMK, Agroindustri, Rumah Sakit/Puskesmas, Bangunan Komersial Labelisasi Fasilitas Lab. Uji Terakreditasi Teknologi Surya Termal : Passive /Noctural Cooiling, Heat Pump, Sistem Hibrida, Pendingin Termoelektrik, Pengering Multiproduk, Pompa Air Kajian Teknologi Skala Kecil-Medium : Adsorption Cooling, Absorption Cooling, Recirculation Solar Drying, Konsentrator, Sterilisator, Desalinasi Standar Peralatan & Sistem Surya Termal Solar Dryer (Multi-produk), Solar Cooker, Solar Cooler/Refrigerator, Solar Water Heater, Solar Still / Desalination, Eco-House, Thermal Storage System, Solar Collector, Solar Concentrator, Solar Thermal Pump, Sterilisator Komponen Teknologi Surya Termal: Kolektor Temperatur Tinggi (Heat Pipe, dll), Thermal Storage, Konsentrator Kajian /Pengembangan Material & Komponen : Material Baru untuk Thermoelectric Cooling, Material Plastik UV Stabilized, Material Transparent, Kolektor Tabung Hampa, Thermal Storage Survei Potensi Energi Surya, Potensi Hasil Pertanian & Kelautan Daerah berbasis lokasi Rumah Tangga, UKMK, Industri, Rumah Sakit/Puskesmas, Bangunan Komersial Solar Dryer, Solar Cooker, Solar Cooler/Refrigerator, Solar Water Heater, Solar Still /Desalination, Eco- House, Thermal-Storage System, Solar Collector, Solar Concentrator, Solar Thermal Pump, Sterilisator, Industrial Solar Process Heat, Solar Electric Teknologi Surya Termal & Komponen: Passive/Noctural Cooiling, Heat Pipe, Heat Pump, Sistem Hibrida, Pendingin Termoelektrik, Pengering Multiproduk, Solar Process Heat, Solar Steam Turbine, Magnetized Plasma (Artificial Sun), OTEC, Absorber Coating (Thermal Material), Kolektor & Konsentrator Surya Termal Kajian Teknologi Skala Kecil-Medium : Adsorption Cooling, Absorption Cooling, Recirculation Solar Drying, Konsentrator, Sterilisator, Desalinasi Survei Potensi Energi Surya, Potensi Hasil Pertanian & Kelautan Daerah berbasis lokasi Rumah Tangga, UKMK, Industri, Rumah Sakit/Puskesmas, Bangunan Komersial Solar Dryer, Solar Cooker, Solar Cooler/ Refrigerator, Solar Water Heater, Solar Still /Desalination, Eco-House, Thermal- Storage System, Solar Collector, Solar Concentrator, Solar Thermal Pump, Sterilisator, Industrial Solar Process Heat, OTEC, Solar Electric Kajian /Pengembangan Material & Komponen : Material Baru untuk Thermoelectric Cooling, Material Plastik UV Stabilized, Material Transparent, Kolektor Tabung Hampa, Thermal Storage Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 63

69 64 Jangka Pendek ( ) Melaksanakan litbang Teknologi Surya Termal skala aplikasi kecil-medium untuk kegiatan pra & pasca panen pertanian, rumah tangga, klinik/puskesmas desa, industri kecil-menengah: Pendingin Adsorbsi (Adsorption Cooling), Pendingin Absorpsi (Absorption Cooling), Pengering Surya Resirkulasi (Recirculation Solar Drying), Konsentrator, Sterilisator, Desalinasi Percontohan dan aplikasi semi-komersial teknologi Surya Termal: Solar Dryer (Multi-produk), Solar Cooker, Solar Cooler/Refrigerator, Solar Water Heater, Solar Still/Desalination, Eco-House, Cool-Storage System, Solar Collector, Solar Concentrator, Solar Thermal Pump, Sterilisator Penelitian & Pengembangan Komponen Teknologi Surya Termal: Kolektor Temperatur Tinggi (Heat Pipe, dll), Thermal Storage, Konsentrator Penelitian & Pengembangan sistem Teknologi Surya Termal: Passive/Noctural Cooiling, Heat Pump, Sistem Hibrida, Pendingin Termoelektrik, Pengering Multiproduk, Pompa Air Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Jangka Panjang ( ) Melanjutkan litbang Teknologi Surya Termal skala aplikasi kecil-medium untuk kegiatan pra & pasca panen pertanian, rumah tangga, klinik/puskesmas desa, industri kecil-menengah-besar: Adsorption Cooling, Absorption Cooling, Recirculation Solar Drying, Konsentrator, Sterilisator, Desalinasi, Industrial Solar Process Heat, OTEC Pengembangan aplikasi komersial teknologi Surya Termal: Solar Dryer, Solar Cooker, Solar Cooler/Refrigerator, Solar Water Heater, Solar Still/Desalination, Eco- House, Cool-Storage System, Solar Collector, Solar Concentrator, Solar Thermal Pump, Sterilisator, Industrial Solar Process Heat Pengembangan aplikasi komersial : Solar Dryer, Solar Cooker, Solar Cooler/Refrigerator, Solar Water Heater, Solar Still/Desalination, Eco- House, Cool-Storage System, Solar Collector, Solar Concentrator, Solar Thermal Pump, Sterilisator, Industrial Solar Process Heat, OTEC Penelitian & Pengembangan Teknologi Surya Termal & Komponen: Passive/Noctural Cooiling, Heat Pipe, Heat Pump, Sistem Hibrida, Pendingin Termoelektrik, Pengering Multiproduk, Solar Process Heat, Solar Steam Turbine, Magnetized Plasma (Artificial Sun), OTEC, Absorber Coating (Thermal Material), Kolektor & Konsentrator Surya Termal Mengembangkan Standar Peralatan & Sistem Surya Termal untuk aplikasi komersial Pengembangan Fasilitas Lab. Uji Terakreditasi Survei Potensi Energi Surya, Pengembangan Basis Data potensi aplikasi teknologi Potensi Hasil Pertanian & Surya Termal Kelautan Daerah berbasis lokasi

70 Kajian /Pengembangan Material & Komponen: Material Baru untuk Thermoelectric Cooling, Material Plastik UV Stabilized, Material Transparent, Kolektor Tabung Hampa, Thermal Storage, etc. Partisipasi dalam kegiatan Litbang terapan terkait Partisipasi dalam kegiatan Litbang terapan terkait, dan inisiatip melakukan investasi untuk produksi Initiatif untuk membuat kegiatan litbang sendiri maupun secara kemitraan dengan lembaga Litbang dan Komersialisasi teknologi baru hasil litbang untuk mencapai target Bauran energi Nasional Sosialisasi: Kampanye, Konsultasi, Pelatihan, Pendidikan, Penghargaan Menyediakan informasi yang memadai dan akurat yang diperlukan konsumen sebagai teknologi energi alternatif untuk substitusi BBM Mengembangkan skema pendanaan untuk penyebarluasan penggunaan teknologi Surya Termal yang berkesinambungan Menyiapkan pendanaan untuk pembangunan industri dan melaksanakan promosi secara intensif tentang pasar domestik dan internasional. Market Opportunities (Peluang Pasar) Peran Pemerintah Sosialisasi: Menyediakan informasi yang memadai dan akurat yang diperlukan konsumen Bekerjasama dengan industri perbankan dan finansial untuk mendorong pendanaan untuk industri produk teknologi Surya Termal Initiative procurement (Promosi peralatan Surya Termal) Kebijakan Peran Pemerintah Membuat Standar Nasional Indonesia untuk semua sistem-sistem Surya Termal dan Labelisasi Mendorong keluarnya kebijakan-kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah yang lebih kondusif untuk penerapan sistem energi surya Mengembangkan inovasi sistem pendanaan untuk mendorong pendanaan untuk industri produk teknologi Surya Termal Peran Industri Membangun industri komponen penunjang sistem-sistem teknologi Surya Termal Mendorong pengembangan infrastruktur, seperti laboratorium uji untuk sertifikasi & Labelisasi Menerapkan kewajiban sertifikasi/labelisasi bagi penjualan sistem-sistem Surya Termal Memantau pelaksanaan kebijakan-kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah yang lebih kondusif untuk penerapan sistem energi surya Kebijakan Insentif: mendorong penerapan teknologi energi surya termal yang bersih lingkungan Kebijakan Transformasi Pasar: meningkatkan penggunaan produk yang memanfaatkan sumber energi surya termal di masyarakat 65

71 Kebijakan Informasi: meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang sumber-sumber energi terbarukan Peran Industri Partisipasi aktif dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah dan memberikan masukan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan pemerintah Bersama-sama pemerintah membuat Standar Nasional Indonesia untuk semua sistem-sistem teknologi energi surya termal Memberikan masukan kepada pemerintah dan legislative tentang kebijakan yang harus dibuat untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan insentif untuk investasi industri komponen energi surya Memberikan masukan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan pemerintah Mendorong penggunaan standar nasional Indonesia untuk produk-produk komponen dan sistem aplikasi Memberikan masukan kepada pemerintah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan sistem dukungan finansial yang lebih kondusif untuk usaha produksi teknologi energi surya Memproduksi komponenkomponen sistem teknologi energi surya termal sesuai SNI dan bersertifikat Menciptakan inovasiinovasi system finansial untuk mendukung perluasan pasar teknologi energi surya 66

72 11. Roadmap Sektor Energi Arus Laut Tahun Pasar Pengguna Khusus 12 x 25 kw off Grid 10 x 1000 mw of Grid Produk SKEAL Skala Kecil (Penelitian) SKEAL Skala 4 x 25kW SKEAL Skala > 500 kw (5 x 100kW) Teknologi SKEAL Skala Kecil 1 kw (Konstruksi Terapung, Terbenanm) SKEAL Skala 25kW (terapung) SKEAL Skala 50 kw (terbenam) (Kandungan Lokal Tinggi) SKEAL Skala > 500 kw (terapung dan terbenam) (kandungan lokal tinggi) Litbang Struktur terapung, struktur terbenam, generator kecp. Rendah, Sudu Turbin, Gear Box, Sistem Kendali, SIstem Kapasitor /Inverter, Material Struktur terapung, struktur terbenam, generator kecp. Rendah, Sudu Turbin, Gear Box, Sistem Kendali, SIstem Kapasitor /Inverter, Material, Sistem Insfeksi & Sertifikasi Struktur terapung, struktur terbenam, generator kecp. Rendah, Sudu Turbin, Gear Box, Sistem Kendali, SIstem Kapasitor /Inverter, Material, Sistem Inspeksi& Sertifikasi Pembuatan Peta Potensi Energi Arus Laut di Wilayah Indonesia (Survey & Simulasi Numerik) Pemetaan Rinci Energi Arus Laut di Daerah Potensial Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 67

73 68 Jangka Pendek ( ) Melaksanakan pemetaan potensi arus laut untuk SKEAL ( survey dan simulasi numerik) di Indonesia Melaksanakan litbang berbagai sistim konversi energi Arus Laut ( SKEAL ) yakni konversi SKEAL sumbu turbin horisontal dan vertikal Melakasanakan litbang rotor daun turbin yang cocok dengan perairan Indonesia dan meningkatkan performance dan efisiensi SKEAL Darieus turbine blade tidak simetris skala kecil Meningkatkan kinerja dan efisiensi sistem SKEAL skala kecil dengan mempertimbangkan pengaruh gelombang dan lingkungan sekelilingnya serta mengoptimumkan sistem kendalinya. Membuat Prototipe SKEAL skala 1 kw Menurunkan biaya produksi dengan meningkatkan volume produksi Mengurangi biaya konstruksi tower dan instalasi serta komponen lainya Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Melaksanakan pemetaan lebih rinci untuk daerahdaerah yang potensial untuk SKEAL Melaksanakan litbang kinerja SKEAL terhadap lingkungan tropis dan sksla menegah terhadap lingkungan laut yang bergelombang Meningkatkan kemampuan rancang bangun rekayasa sistem Darieus turbine blade tidak simetris skala kecil dan analisis disain rancang bangun sistem SKEAL skala menengah. Meningkatkan kinerja dan efisiensi sistem SKEAL skala menengah dengan mempertimbangkan pengaruh gelombang dan lingkungan sekelilingnya serta mengoptimumkan pengembangan sistem kendalinya. Membuat prototipe SKEAL skala 25 kw dan meningkatkan kemampuan rancang bangun SKEAL skala menengah ( kw) Peran Industri Menurunkan biaya perawatan dengan pemilihan komponen yang handal Mendukung pemerintah dalam pembiayaan riset-riset komponen SKEAL Jangka Panjang ( ) Melaksanakan Litbang untuk SKEAL skala menengah dalam jumlah banyak (Marine Curent Turbin Tidal Farm) Meningkatkan litbang dalam rancang bangun dan rekayasa komponen SKEAL dengan teknologi tinggi Meningkatkan litbang rancang bangun sistem kendali SKEAL Mengembangkan pemanfaatan teknologi SKEAL untuk berbagai keperluan Meningkatkan kualitas produksi komponen komponen SKEAL Meningkatkan penggunaan komponen lokal untuk pembuatan komponen SKEAL Mengembangkan peralatan dan proses untuk kegiatan produksi SKEAL Meningkatkan kehandalan sistem melalui pemilihan material yang sesuai namun relatif murah Peluang Pasar Peran Pemerintah Melaksanakan pemetaan Melanjutkan pemetaan Melanjutkan pemetaan

74 Jangka Pendek ( ) potensi energi Arus Laut dan pengguna untuk pemanfaatan SKEAL Menyelenggarakan openhouse, pameran, dan workshop Menerbitkan / mempublikasikan hasil hasil litbang dan produk SKEAL Melaksanakan diseminasi hasil hasil litbang melalui proyek percontohan Melaksanakan promosi produk SKEAL yang ada di pasaran Melaksanakan optimasi dalam proses produksi komponen SKEAL Menciptakan kebijakan yang mendukung pengembangan pasar dengan pemberian insentif pajak dan regulasi lainya Mendukung dan memberikan kemudahan kredit untuk program listrik menggunakan teknologi SKEAL Meningkatkan koordinasi antar pelaku litbang dan bisnis di bidang teknologi SKEAL Mendukung terciptanya pasar yang kompetitif Meningkatkan pengertian dan kepedulian masyarakat terhadap pelaku bisnis dan pengguna SKEAL Jangka Menengah ( ) potensi energi arus laut dan pengguna untuk pemanfaatan SKEAL Meningkatkan informasi dan pendidikan (sekolah dan luar sekolah) dalam pemanfaatan SKEAL Mendukung mekanisme pasar dalam efektifitas distribusi komponen komponnen pembangkit listrik Membuat / mengadopsi standar standar dan menerbitkan sertifikat SKEAL Peran Industri Mengembangkan kemungkinan pembiayaan dalam pemanfaatan SKEAL Mengembangkan dan memproduksi berbagai model dan kapasitas SKEAL untuk berbagai segmen pasar Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Mendorong pembangunan infrastruktur teknologi SKEAL (standar, sertifikat) Mendukung standar nasional dan international yang relevan untuk produk SKEAL Peran Industri Membangun infrastruktur jaringan distribusi untuk memasarkan produk SKEAL Melanjutkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dan memberikan training Jangka Panjang ( ) potensi energi Arus Laut dan pengguna untuk pemanfaatan SKEAL Melaksanakan training dan penyuluhan kepada masyarakat pengguna Mengembangkan strategi untuk mendapatkan material unggulan untuk penggunaan khusus bagi keperluan pengembangan SKEAL Meningkatkan partisipasi dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi SKEAL Menyiapkan dana untuk pembangunan infrastruktur pabrik SKEAL skala besar Membuat kerangka kerja peraturan dan kebijakan yang mendukung pengembangan dan pemanfaatan teknoloogi SKEAL Mendukung pemberian insentif pajak dan komponen biaya lainya dalam pengembangan dan pemanfaatan energi hijau Mendorong berlakunya mekanisme pasar SKEAL yang kompetitif dan terbuka 69

75 12. Roadmap Sektor Energi Gelombang Pasar Produk Teknologi Litbang 70 Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi

76 Jangka Pendek ( ) Melaksanakan litbang berbagai sistim konversi energi gelombang selain OWC Meningkatkan performance dan efisiensi SKEG metode OWC skala kecil Meningkatkan partisipasi masyarakat daerah dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi SKEG Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Melaksanakan litbang untuk meningkatkan performance Berbagai Sistem Konversi Energi Gelombang (SKEG) Meningkatkan kemampuan rancang bangun rekayasa sistem OWC Meningkatkan kemampuan analisis desain dan rancang bangun SKEG Jangka Panjang ( ) Meningkatkan litbang dalam rancang bangun dan rekayasa komponen SKEG dengan teknologi tinggi Meningkatkan litbang rancang bangun sistem kendali SKEG interkoneksi Mengembangkan pemanfaatan teknologi SKEG untuk berbagai keperluan Menurunkan biaya produksi dengan meningkatkan volume produksi Mengurangi biaya konstruksi tower dan instalasi serta komponen lainya Mengembangkan peralatan dan proses untuk kegiatan produksi SKEG Peran Industri Menurunkan biaya perawatan dengan pemilihan komponen yang handal Mendukung pemerintah dalam pembiayaan riset-riset komponen SKEG Meningkatkan kehandalan sistem melalui pemilihan material yang sesuai namun relatif murah Meningkatkan kualitas produksi komponen komponen SKEG Meningkatkan penggunaan komponen lokal untuk pembuatan komponen SKEG Melaksanakan pemetaan potensi energi angin dan pengguna untuk pemanfaatan SKEG Menyelenggarakan openhouse, pameran, dan workshop Menerbitkan / mempublikasikan hasil hasil litbang dan produk SKEG Melaksanakan diseminasi hasil hasil litbang melalui proyek percontohan Peluang Pasar Peran Pemerintah Melanjutkan pemetaan potensi energi gelombang dan pengguna untuk pemanfaatan SKEG Meningkatkan informasi dan pendidikan (sekolah dan luar sekolah) dalam pemanfaatan SKEG Mendukung mekanisme pasar dalam efektifitas distribusi komponen komponnen pembangkit listrik Membuat / mengadopsi standar standar dan menerbitkan sertifikat SKEG Melanjutkan pemetaan potensi energi gelombang dan pengguna untuk pemanfaatan SKEA Melaksanakan training dan penyuluhan kepada masyarakat pengguna Mengembangkan strategi untuk mendapatkan material unggulan untuk penggunaan khusus bagi keperluan pengembangan SKEG 71

77 Jangka Pendek ( ) Jangka Menengah ( ) Peran Industri Jangka Panjang ( ) Melaksanakan promosi produk SKEG yang ada di pasaran Melaksanakan optimasi dalam proses produksi komponen SKEG Menciptakan kebijakan yang mendukung pengembangan pasar dengan pemberian insentif pajak dan regulasi lainya Mendukung dan memberikan kemudahan kredit untuk program listrik menggunakan teknologi SKEG Meningkatkan koordinasi antar pelaku litbang dan bisnis di bidang teknologi SKEG Mendukung terciptanya pasar yang kompetitif Meningkatkan pengertian dan kepedulian masyarakat terhadap pelaku bisnis dan pengguna SKEG Mengembangkan kemungkinan pembiayaan dalam pemanfaatan SKEG Mengembangkan dan memproduksi berbagai model dan kapasitas SKEA untuk berbagai segmen pasar Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Mendorong pembangunan infrastruktur teknologi SKEG (standar, sertifikat) Mendukung standar nasional dan international yang relevan untuk produk SKEG Peran Industri Membangun infrastruktur jaringan distribusi untuk memasarkan produk SKEG Melanjutkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dan memberikan training Meningkatkan partisipasi dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi SKEG Menyiapkan dana untuk pembangunan infrastruktur pabrik SKEG skala besar Membuat kerangka kerja peraturan dan kebijakan yang mendukung pengembangan dan pemanfaatan teknoloogi SKEG Mendukung pemberian insentif pajak dan komponen biaya lainya dalam pengembangan dan pemanfaatan energi hijau Mendorong berlakunya mekanisme pasar SKEG yang kompetitif dan terbuka 72

78 13. Roadmap Sektor Energi Hidrogen/Fuel Cell Tahun Pasar 1 MW 50 MW 250 MW Produk Teknologi Litbang Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 73

79 Jangka Pendek ( ) Jangka Menengah ( ) Jangka Panjang ( ) Peran institusi Litbang : Disain dan pengembangan stack Proton Exchange Fuel Cell (PEFC) dan unit portable PEFC kapasitas per unit 2 5 kw dengan kandungan lokal hingga 70%. Sasaran untuk pembangkit listrik mikro di rumah tangga, unit emergency, penggunaan khusus, dan telekomunikasi. Peran Pemerintah : - Keringanan pajak dan dukungan kemudahan import sistem/komponen fuel cell untuk pengembangan dan penguasaan teknologi fuel cell di dalam negeri. - Mendorong penggunaan sistem portable fuel cell di fasilitas-fasilitas yang dipunyai oleh pemerintah. - Pembuatan regulasi dan standarisasi yang diperlukan. - Menetapkan persentase kontribusi pembangkit energi ramah lingkungan dan terbarukan. - Sosialisasi Penggu-naan Teknologi Energi Hidrogen dan Ternologi Fuel Cell Peran institusi Litbang : Disain dan pengembangan sistem PEFC kapasitas hingga 50 kw, dengan kandungan lokal %. Sasaran untuk pembangkit listrik mikro di rumah tangga, unit emergency, penggunaan khusus, telekomunikasi, dan utk alat transportasi. Peran Pemerintah : - Insentif pajak dan dukungan kemudahan untuk pengembangan industri fuel cell di dalam negeri. - Penggunaan sistem portable fuel cell di fasilitasfasilitas yang dipunyai oleh pemerintah dan mendorong penggunaannya di masyarakat luas. - Mendukung penyiapan sarana pendukung penggunaan teknologi fuel cell - Menetapkan tahapan persentase penggunaan komponen yang dikembangkan dengan teknologi bangsa sendiri dalam industri manufaktur di Indonesia. - Pembuatan dan penyesuaain regulasi dan standarisasi bila diperlukan. - Sosialisasi Penggunaan Teknologi Energi Hidrogen dan Ternologi Fuel Cell Peran institusi Litbang : Disain dan pengembangan system power generator PEFC dengan kapasitas modular 50 kw untuk digunakan sebagai unit utilitas, di Rumah sakit, maupun hotel. Sasaran kandungan lokal hingga 90 %. Peran Pemerintah : - Insentif pajak dan dukungan kemudahan untuk pengembangan industri fuel cell di dalam negeri. - Secara konsisten dan dukungan penuh untuk meningkatkan peran serta dan kesadran publik dalam penggunaan teknologi fuel cell. - Mendukung pengembngan sarana pendukung penggunaan teknologi fuel cell - Pembuatan dan penyesuaain regulasi dan standarisasi bila diperlukan. - Sosialisasi Penggunaan Teknologi Energi Hidrogen dan Ternologi Fuel Cell 74

80 Jangka Pendek ( ) Jangka Menengah ( ) Jangka Panjang ( ) Peran Swasta : Bekerjasama dan membuat jaringan dengan institusi litbang dalam negri dalam pertukaran informasi, pengembangan prototipe untuk komponen subsitusi, dan manufucturing. Mengembangkan unit perakitan dengan multi sourcing components, dan dengan sasran terus meningkatkan kandungan komponen lokal. Meningkatkan kapasitas produk dan dana investasi serta menciptakan kerjasama dengan investor luar negeri. Sasaran Kapasitas Terpasang dan Pengguna : 1 Mega Watt 2005 : s.d 15 kw, jenis portable, ±10 unit digunakan di rumah tangga (rt) kls menengah keatas sbg back-up sistem 2006 : s.d 50 kw, portable,± 20 unit digunakan di rumah tangga kls menengah keatas sbg back-up sistem 2007 : s.d 100 kw, ±50 unit portable, digunakan juga di industri parawisata : s.d 250 kw, ±125 unit portable di rt dan industri parawisata 2009 : s.d 500 kw, ±200 unit, diperkirakan mulai digunakan juga pada sistem telekomunikasi sbg catu daya dan back up system 2010 : s.d 1000 kw, ±400 unit, digunakan di rt, unit parawisata, dan telekomunikasi Peran Swasta : Mengembangkan instalasi produksi, penyimpanan dan pendistribusian gas hidrogen. Mendukung aktif dalam pengembangan standar industri untuk peralatan fuel cell. Membangun dan mengembangkan kemampuan industri manufucturing fuel cell di dalam negeri. Pengembangan dan diversifikasi produk komponen fuel cell. Sasaran Kapasitas Terpasang dan Pengguna : 50 Mega Watt Sistem dengan kapasitas hingga 50 kw mulai di gunakan, khususnya untuk komplek industri pariwisata, back up sistem pada instalasi khusus. Terintegrasi dengan jenis EBT lain ( PV dan Wind) menjadi sistem pembangkit tersebar yang digunakan pada daerah terpencil untuk keperluan khusus, a.l daerah wisata, pangkalan militer, telekomuni-kasi, industri budidaya perikanan : s.d 5 MW, ± 2500 unit* 2012 : s.d 10 MW, ± 5000 unit* 2013 : s.d 20 MW, ± unit* 2014 : s.d 35 MW, ± unit* 2015 : s.d 50 MW, Peran Swasta : Pengembangan dan diversifikasi produk fuel cell. Melakukan investasi manufaktur untuk menigkatkan kemampuan dan pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan peluang export. Meningkatkan pengembangkan instalasi produksi, penyimpanan dan pendistribusian gas hidrogen. Sasaran Kapasitas Terpasang dan Pengguna : 250 Mega Watt Teknologi sistem Portable telah sangat maju dan teruji keandalannya. Harga investasi per kw telah sangat kompetitif dengan pembangkit portable konvensional menggunakan bahan bakar non-ebt. Mekanisme perkembangan penggunaan telah memasuki tahap mengkuti mekanisme pasar. Diperkirakan penggunaan untuk sistem transportasi dimulai. Biaya per kw utk transportasi sudah mendekati US$ 100 s.d US $50. 75

81 ( 1kg Hidrogen ekivalen dengan 3,93 liter bahan bakar minyak, ekivalen dengan 33,5 kwjam listrik ) Penggunaan 5 jam per hari selama 1 tahun : 2005 ; 1,6 ton Hidrogen 2005 ; 5,4 ton Hidrogen 2007 ; 10,8 ton Hidrogen 2008 ; 27,2 ton Hidrogen 2009 ; 54,5 ton Hidrogen 2010 ; 108,9 ton Hidrogen 2011 ; 544,8 ton Hidrogen 2012 ; 1089,5 ton Hidrogen 2013 ; 2179,1 ton Hidrogen 2014 ; 3813,4 ton Hidrogen 2015 ; 5447,7 ton Hidrogen ; ton Hidrogen Penggunaan 7 jam per hari selama 1 tahun : 2005 ; 2,2 ton Hidrogen 2005 ; 7,6 ton Hidrogen 2007 ; 15,3 ton Hidrogen 2008 ; 38,1 ton Hidrogen 2009 ; 76,3 ton Hidrogen 2010 ; 152,5 ton Hidrogen 2011 ; 762,7 ton Hidrogen 2012 ; 1525,4 ton Hidrogen 2013 ; 3050,7 ton Hidrogen 2014 ; 5338,8 ton Hidrogen 2015 ; 7626,9 ton Hidrogen ; ton Hidrogen Penggunaan10 jam per hari selama 1 tahun : 2005 ; 3,2 ton Hidrogen 2005 ; 10,9 ton Hidrogen 2007 ; 21,8 ton Hidrogen 2008 ; 54,5 ton Hidrogen 2009 ; 109,5 ton Hidrogen 2010 ; 217,9 ton Hidrogen 2011 ; 1089,5 ton Hidrogen 2012 ; 2179,1 ton Hidrogen 2013 ; 4358,2 ton Hidrogen 2014 ; 7626,9 ton Hidrogen 2015 ; ,5 ton Hidrogen ; ton Hidrogen 76

82 14. ROADMAP SEKTOR INDUSTRI ENERGI NUKLIR Tahun Pasar PLTN 1, 2, 3 & 4 beroperasi Tahun 2016, 2017, 2023 & % listrik Jamali Produk Basis data untuk pengambilan kebijakan pengelolaan energi nuklir jangka panjang Konstruksi PLTN 1 & 2 Tahun 2010 dan 2011 Desain pabrik pengolahan bahan dan elemen bakar nuklir Desain sistem dan komponen PLTN Konstruksi PLTN 3 & 4 Tahun 2018 dan 2019 Peta Cadangan Uranium di seluruh Indonesia Teknologi /Eksplorasi Eksplorasi daerah potensial di Indonesia Pemilihan teknologi daur BBN Teknologi reaktor dan sistem PLTN Rancang-bangun pabrikasi BBN dan pengelolaan limbah Desain dan rancang-bangun Sistem & komponen PLTN Pabrikasi BBN dan proses pengolahan limbah Persiapan pembangunan & operasi Litbang teknologi daur BBN Litbang Litbang operasi dan perawatan Litbang industri komponen PLTN Kajian teknoekonomi bahan bakar nuklir (BBN) Litbang keselamatan PLTN Pemetaan cadangan uranium di seluruh wilayah Indonesia Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 77

83 Jangka Pendek Jangka Menengah ( ) ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Jangka Panjang ( ) Basis data untuk pengambilan kebijakan pengembangan bahan bakar nuklir dan pengelolaan Uranium jangka panjang. Explorasi Uranium di daerah Kalimantan, serta pengembangan pabrik Uranium Oksida (Yellow Cake) skala pilot. Kajian teknologi dan ekonomi bahan bakar nuklir yang disesuaikan dengan jenis PLTN yang akan dikembangkan di Indonesia. Kajian teknologi pengolahan limbah nuklir dan proses penyimpanan bahan bakar nuklir bekas. Teknologi Reaktor dan Sistem PLTN Dukungan untuk persiapan pembangunan (Pre-project activities), penyiapan URD, BIS, PSAR, transfer teknologi dan partisipasi industri nasional. Pembangunan & Pengoperasian PLTN 4x1000Mwe Updating data sebagai bagian dari pengembangan kapasitas pasokan Uranium jangka panjang. Eksplorasi Uranium di daerah Sumatera dan daerah lainnya di Indonesia. Desain pabrik bahan dan elemen bakar nuklir. Desain pabrik pengolahan limbah nuklir dan penyimpanan bahan bakar nuklir bekas. Penyiapan laboratorium Science & technology base bidang teknologi PLTN, khususnya nuklir Data terbukti tentang pasokan Uranium jangka panjang untuk mengamankan operasi PLTN. Cadangan Uranium di seluruh wilayah Indonesia. Produksi bahan dan elemen bakar nuklir. Proses pengolahan limbah nuklir dan penyimpanan bahan bakar nuklir bekas. Dukungan litbang untuk operasi dan perawatan serta desain komponen dan sistem PLTN. Public information & education, program penerimaan masyarakat terhadap PLTN. UU dan aturan pelaksanaannya, penyiapan dan penyelesaian sistem perizinan nasional, perizinan konstruksi PLTN ke 1 & Penerimaan masyarakat terhadap pembangunan PLTN. Sistem perizinan untuk Pembangunan dan pengoperasian PLTN. Penerimaan masyarakat terhadap pengoperasian PLTN. Perizinan pembangunan PLTN ke 3, 4 dan izin pengoperasian PLTN ke 1, 2, 3, 4. Penyiapan tapak dan draf Penyiapan tapak dan draf Penyiapan studi tapak

84 Jangka Pendek ( ) dokumen pendukung URD, PSAR, BIS serta pendanaan dan pembentukan pemilik (owner) untuk PLTN 1 & 2. Litbang pembangunan dan pengoperasian PLTN, serta transfer teknologi dan partisipasi industri nasional (parnas). Litbang keselamatan untuk mendukung perizinan pembangunan dan pengoperasian PLTN, serta dikuasainya karakteristik keselamatan calon reaktor. Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan teknologi, ekonomi dan pendanaan pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Teknologi Reaktor dan Sistem PLTN Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan teknologi, ekonomi dan pendanaan dalam rangka persiapan pembangunan PLTN, rangka transfer teknologi dan partisipasi industri nasional. Jangka Menengah ( ) dokumen pendukung URD, PSAR, BIS untuk PLTN 3 & 4. Transfer teknologi dan partisipasi industri nasional. Analisis keselamatan untuk dokumen izin konstruksi. Peran Industri Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan teknologi produksi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif dalam rangka transfer teknologi dan partisipasi industri nasional. Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan teknologi PLTN, khususnya bagian kenukliran (nuclear island) dalam rangka transfer teknologi dan partisipasi industri nasional. Jangka Panjang ( ) terpilih lainnya di Wilayah Jamali. Panas mencapai >30 %. Jaminan keselamatan operasi PLTN berikutnya. Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan desain dan prototipe untuk komponen peralatan pabrik dan proses manufacturing, serta pengembangan material/bahan peralatan yang semakin efisien dengan harga yang makin bersaing. Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan desain dan prototipe untuk komponen PLTN dan proses manufacturing, serta pengembangan material/bahan peralatan yang semakin efisien dengan harga yang makin bersaing. 79

85 Pembangunan & Pengoperasian PLTN 4x1000Mwe Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam penyiapan tapak dan draf dokumen pendukung URD, PSAR, BIS serta pendanaan dan pembentukan pemilik (owner) untuk PLTN 1 & 2. Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan teknologi, ekonomi dan pendanaan dalam rangka persiapan pembangunan PLTN, rangka transfer teknologi dan partisipasi industri nasional. Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam penyiapan tapak dan draf dokumen pendukung URD, PSAR, BIS untuk PLTN 3 & 4. Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan teknologi PLTN, khususnya bagian kenukliran (nuclear island) dalam rangka transfer teknologi dan partisipasi industri nasional. Peluang Pasar Peran Pemerintah Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pelaksanaan studi detil tapak terpilih lainnya di Wilayah Jamali. Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah dalam pengembangan desain dan prototipe untuk komponen PLTN dan proses manufacturing, serta pengembangan material/bahan peralatan yang semakin efisien dengan harga yang makin bersaing. Membantu BUMN dalam mengusahakan transfer teknologi tentang komponen dan sistem pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Teknologi Reaktor dan Sistem PLTN Membantu BUMN dalam mengembangankan desain komponen dan sistem pabrikasi, serta pembangunan pabrik bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Membantu BUMN dalam mengembangankan desain dan manufacturing komponen dan sistem pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Membantu BUMN/Swasta dalam mengushakan transfer teknologi dan pengembangan desain komponen dan sistem PLTN. Pembangunan & Pengoperasian PLTN 4x1000MWe Membantu BUMN/Swasta dalam program penyiapan pembangunan PLTN 1 & 2, termasuk penyiapan partisipasi industri nasional. Membantu BUMN/Swasta dalam pengembangan desain komponen dan sistem PLTN. Membantu BUMN/Swasta dalam proses pembangunan PLTN 1 & 2 dan penyiapan pembangunan PLTN 3 & 4. Membantu BUMN/Swasta dalam pengembangan desain komponen dan sistem PLTN. Membantu BUMN/Swasta dalam proses pembangunan PLTN 3 & 4. 80

86 Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Mengusahakan transfer teknologi tentang komponen dan sistem pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Teknologi Reaktor dan Sistem PLTN Mengusahakan transfer teknologi yang terkait dengan komponen dan sistem PLTN. Pembangunan & Pengoperasian PLTN 4x1000MWe Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah melaksanakan program penyiapan pembangunan PLTN 1 & 2, khususnya partisipasi industri nasional. Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Bersama BUMN merencanakan dan mengusahakan sendiri pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif, karena sifatnya yang strategis secara politis dan keamanan nasional. Teknologi Reaktor dan Sistem PLTN Merencanakan dan melaksanakan program transfer teknologi, pengembangan/desain komponen dan sistem PLTN, serta mengusahakan partisipasi industri nasional Peran Industri Mengembangkan desain komponen dan sistem pabrikasi, serta pembangunan pabrik bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Mengusahakan transfer teknologi serta pengembangan desain komponen dan sistem PLTN. Berperan aktif pada proses pembangunan PLTN 1 & 2, khususnya partisipasi industri nasional dan penyiapan pembangunan PLTN 3 & 4. Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Menetapkan sistem insentif dan disinsentif dalam transfer teknologi dan pengembangan sistem pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Menetapkan sistem insentif dan disinsentif dalam transfer teknologi dan pengembangan desain komponen dan sistem PLTN. Mengembangkan desain dan manufacturing komponen dan sistem pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Mengusahakan transfer teknologi serta pengembangan desain dan manufacturing komponen dan sistem PLTN. Berperan aktif pada proses pembangunan PLTN 3 & 4, khususnya partisipasi industri nasional. Menetapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pengembangan/desain komponen dan sistem serta manufakturing pabrik bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Menetapkan sistem insentif dan disinsentif serta pengembangan desain komponen dan sistem PLTN. 81

87 Pembangunan & Pengoperasian PLTN 4x1000MWe Mendorong penggunaan energi nuklir dalam program diversifikasi energi nasional, serta menetapkan persentase kontribusi energi nuklir terhadap penyediaan energi nasional, dan kontribusi prosentasi parnas. Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Merencanakan dan mengusahakan pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Teknologi Reaktor dan Sistem PLTN Merencanakan dan melaksanakan program transfer teknologi, pengembangan/desain komponen dan sistem PLTN, serta mengusahakan partisipasi industri nasional. Pembangunan & Pengoperasian PLTN 4x1000MWe Mengusahakan pembentukan pemilik (owner) PLTN dan proses pendanaannya. Mendukung dan menetapkan sistem insentif dan disinsentif pada proses penyiapan dan pembangunan PLTN 1 & 2 dan penyiapan pembangunan PLTN 3 & 4. Peran Industri Mengusahakan transfer teknologi dan pengembangan sistem pabrikasi bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Melaksanakan program transfer teknologi dan pengembangan/desain komponen dan sistem PLTN. Mengusahakan proses penyiapan dan pembangunan PLTN 1 & 2 dan penyiapan pembangunan PLTN 3 & 4. Mendukung dan menetapkan sistem insentif dan disinsentif pada proses pembangunan PLTN 3 & 4. Mengusahakan pengembangan/desain komponen dan sistem serta manufakturing pabrik bahan bakar nuklir dan pengolahan limbah radioaktif. Melaksanakan program pengembangan/ desain dan manufakturing komponen dan sistem PLTN. Mengusahakan proses pembangunan PLTN 3 & 4. 82

88 15. Roadmap Sektor Energi Batubara Pasar Coal Co., Ekspor Industri ( tekstil, semen, kimia,dll), Daerah, PLN PLN, Daerah, Industri Industri (petrokimia), Transportasi Produk Marketable Coal Mesin Briket Polution Control Pulverizer Boile r PLTU Kemampuan Nasional PLTU B.B. Cair Chemicals Teknologi Upgrading Briket Polution Control Pulverizing Boiler Integrasi Sistem Sistem Proses/pembangkit Efisien, Ramah Lingkungan Teknologi Liquefaksi, Separasi, B.B. Alternatif Fine CB Mill Fire Disain Komp. Disain Konsep DeSOx Litbang Upgrading Tek. Pembakaran Tek. Karboni sasi Chemical Analysis Karakterisasi Mapping Bio-Coal Teknologi Gasifikasi Teknologi Hidrogenas Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 83

89 Jangka Pendek ( ) Finalisasi mapping dan karakterisasi (sifat kimia dan fisik) batubara Meningkatkan litbang Teknologi up-grading (blending, peningkatan nilai kalor, pencucian, bio-coal mixed fuel, pembriketan batubara) serta pembuatan prototipe berdasarkan kemampuan bangsa sendiri Meningkatkan litbang di bidang teknologi pembakaran dan gasifikasi batubara peringkat rendah, serta disain sistemnya Meningkatkan litbang di bidang rekayasa rancang bangun gasifier, peralatan/komponen pem-bangkit listrik (boiler, BOP, dll), modifikasi boiler industri (fuel switching) serta pembuatan prototipenya. Meningkatkan litbang di bidang teknologi desulfurisasi pada sistem pembangkit dan pencegahan kebakaran spontan batubara Meningkatkan litbang di bidang optimalisasi teknologi fines coal briquetting atau briket limbah batubara halus Melakukan litbang di bidang teknologi karbonisasi (pembuatan kokas briket dan karbon aktif) dan hidrogenasi untuk penyediaan bahan bakar alternatif dan produk kimia Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Melakukan kerjasama dengan industri dan perusahaan tambang batubara untuk peningkatan ke skala komersial Melakukan litbang di bidang teknologi pembakaran & gasifikasi batubara peringkat rendah yang terintegrasi dengan lebih memperhatikan aspek lingkungan dan efisiensi. Menjembatani kerjasama antar industri nasional dan internasional untuk pembuatan skala komersial, serta melaksanakan integrasi sistem Melakukan kerjasama antar industri untuk peningkatan ke skala komersial Melakukan kerjasama dengan industri dan perusahaan tambang batubara untuk pembuatan skala komersial Melanjutkan litbang pembuatan skala prototipe dan mendorong kerjasama dengan industri untuk skala komersial terutama untuk briket kokas dan karbon aktif Jangka Panjang ( ) Peningkatan kapasitas teknologi nasional di bidang pemanfaatan batubara peringkat rendah Mendorong investor nasional dan internasional untuk peningkatan ke skala komersial, serta melaksanakan integrasi sistem Mendorong kerjasama dengan industri dan perusahaan tambang batubara untuk pembuatan skala komersial Mendorong kerjasama antar industri dan perusahaan tambang batubara untuk pembuatan industri Mendorong tercapainya kontribusi batu bara cair sedikitnya 2 % terhadap bauran energi nasional pada 84

90 Jangka Pendek ( ) Jangka Menengah ( ) pencairan batubara dalam skala demonstrasi/ komersial Jangka Panjang ( ) tahun 2025 Memberikan informasi kemampuan & fasilitas manufaktur untuk pembuatan prototipe peralatan up-grading batubara (blending, bio-coal mixed fuel, peningkatan nilai kalor, pencucian, pembriketan batubara) serta sistem PLTU dan boiler industri. Memberikan insentif finansial maupun pajak kepada pengusaha dan fabrikator teknologi nasional Memberikan kesempatan kepada fabrikator untuk memproduksi komponen & sistem Investasi untuk fasilitas manufakturing Peran Industri Peningkatan kemampuan SDM untuk menunjang kegiatan manufaktur dan peluang pasar Peluang Pasar Peran Pemerintah Investasi untuk peningkatan infrastruktur, serta jejaring untuk distribusi Memberikan fasilitas untuk pengembangan SDM Memberikan kemudahan keterlibatan swasta nasional dalam program PLN, Industri lain, dll Peran Industri Meningkatkan kemampuan manufakturing Mengembangkan kapasitas industri komponen & sistem energi nasional Membuka kesempatan pengembangan usaha di dalam negeri maupun luar negeri Menghimpun kemampuan manufakturing Memanfaatkan insentif pemerintah seoptimal mungkin untuk pengembangan kekuatan bisnis Mengembangkan model bisnis di bidang pembangkit listrik, industri, penyediaan bahan bakar, dan produk kimia serta jaringannya Mengembangkan pasar domestik dan internasional. Mengarahkan pemakaian batubara peringkat rendah baik digunakan sebagai bahan bakar langsung maupun tidak langsung melalui proses konversi di PLTU dan industri Kebijakan Peran Pemerintah Mendorong industri untuk mengutamakan produksi bangsa sendiri Mendorong perusahaan tambang batubara untuk meningkatkan produksi Meningkatkan kapasitas teknologi dan industri pemanfaatan energi batubara peringkat rendah nasional 85

91 Jangka Pendek ( ) Meningkatkan litbang untuk peningkatan kandungan lokal yang tinggi ( 68 %) dalam pembangunan PLTU skala kecil Mengkonsentrasikan pada kebijakan peningkatan kemampuan untuk dapat mandiri Jangka Menengah ( ) Peran Industri Meningkatkan kemampuan SDM dan fasilitas produksi Jangka Panjang ( ) Meningkatkan kapasitas dan daya saing produk 86

92 16. Roadmap Sektor Gas Bumi Pasar Konsumen Gas : Pembangkit Listrik Industri Rumah Tangga & Komersial Transportasi Penggunaan Gas domestik minimal 15 % dalam Energi Mix. Kandungan lokal meningkat dalam peralatan gas Penggunaan Gas domestik Mencapai 30,6 % dalam Energi Mix. Kandungan lokal tinggi dalam peralatan gas Produk Gas Pipa (Transmisi & distribusi Gas), LPG, LNG Gas Pipa (Transmisi & distribusi Gas), BBG, LPG Hidrat, LNG, Syngas, listrik Gas Pipa (Transmisi & distribusi Gas), BBG, LPG Hidrat, LNG, Syngas, listrik Teknologi Teknologi Infrastruktur (Pipa, BBG/SPBG, LPG) Teknologi CNG/LGV Teknologi PLTG Gas Pipa (Transmisi & distribusi Gas), Teknologi Small Scale : GTL, LNG, Hidrat, GTW, Fuel Cell Gas Pipa (Transmisi & distribusi Gas), Teknologi Small Scale : GTL, LNG, Hidrat, GTW, Fuel Cell (Kandungan Lokal Tinggi) Litbang Kelayakan Teknologi : Pipa, CNG/BBG, LPG, PLTG (Small Scale) GTL, LNG, Hidrat, reduksi flare gas, combustion, Fuel Cell Pilot Proyek Teknologi : (Small Scale) GTL, LNG, Hidrat, Natural gas based Fuel Cell Optimasi antara : Sumber Energi Gas Penggunaan Gas Domestik Infrastruktur Kandungan/Komponen Lokal Pemetaan Sumber Energi Gas : Lapangan Gas/stranded, CBM, Biogenic gas, Hidrat di darat/lepas pantai/laut dalam. Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 87

93 Jangka Pendek Jangka Menengah ( ) ( ) Penelitian dan Pengembangan (litbang) Peran Pemerintah Penyusunan Peta/Pemetaan Evaluasi/Review Kebijakan Nasional Sumber Energi Gas: Energi, Peta Nasional lapangan Gas/stranded, Sumber Energi Gas: CBM, Biogenic gas, hidrat di lapangan Gas/stranded, darat/lepas pantai/laut dalam CBM, Biogenic gas, hidrat di Persiapan dan Penyusunan Master Plan Gas: Alokasi, Harga, Pengembangan/ litbang, Standarisasi diversifikasi sumber (fosil maupun energi terbarukan) darat/lepas pantai/laut dalam. Evaluasi/Review Master Plan Gas: Alokasi, Harga, Pengembangan / litbang, Standarisasi diversifikasi sumber (fosil maupun energi terbarukan, dll.) Jangka Panjang ( ) Evaluasi & Review Kebijakan Energi Kajian Optimasi & Studi Kelayakan sumber-sumber gas/stranded gas, peningkatan teknologi produksi gas bumi, Kajian Teknologi Inspeksi/Monitoring Pipa Gas (Kehandalan sistem pipa) Kajian teknologi kendaraan BBG, SPBG, tangki BBG Kajian kelayakan teknologi konversi pilihan (LNG, GTL, H2, Hidrat.) Peningkatan status cadangan gas dari kategori probable / possible menjadi kategori proven melalui pemboran sumur-sumur pengembangan di lapanganlapangan gas yang telah ditemukan. Upaya peningkatan nilai keekonomian cadangan gas dari lapangan-lapangan marjinal melalui strategi pengembangan yang tepat Pembangunan infrastruktur produksi gas secara terpadu dalam upaya optimasi pengembangan lapanganlapangan gas. 88 Kajian Optimasi/Studi Kelayakan pengembangan stranded gas, peningkatan teknologi produksi gas bumi. Pengawasan/monitoring Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Peningkatan kandungan teknologi lokal pada Pemanfaatan BBG transportasi. Peningkatan kandungan lokal pada konversi pilihan (LNG, GTL, H2, Hidrat.) Upaya penemuan cadangan gas baru dari reservoir overlook zone melalui kajian ulang lapangan-lapangan gas yang telah ditemukan. Upaya mengembangkan lapangan-lapangan gas marjinal secara komersial melalui proyek terpadu Kesinambungan pembangunan infrastruktur produksi gas secara terpadu Peningkatan kandungan teknologi lokal pada industri hulu gas bumi. Pengawasan/monitoring Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Mempertahankan besar cadangan gas kategori proven yang dapat menjamin target produksi gas nasional Tercapainya pengembangan semua potensi cadangan gas dari lapangan-lapangan marjinal Tersedianya infrastruktur produksi gas terpadu sehingga semua lapangan gas dapat dikembangkan secara ekonomis

94 Jangka Pendek ( ) Pengembangan teknologi eksploitasi lapangan gas di laut dalam (deep offshore) Penelitian potensi cadangan gas inkonvensional (coalbed methane and gas hydrate) serta pelaksanaan proyek pilot. Eksplorasi gas di daerah frontier & laut dalam di Cekungan berpotensi mengandung gas, di wilayah Indonesia bagian Barat & Timur Persiapan & implementasi: kajian teknis penentuan wilayah eksplorasi, inventarisasi dan kemudahan akses data Pengujian/percontohan Optimasi & Kelayakan sumber-sumber gas, peningkatan teknologi produksi Gas Bumi Pilot proyek Penerapan teknologi pengawasan/keamanan pipa gas, konversi pilihan (LNG, GTL, H2, Hidrat) Berperan aktif dalam pelaksanaan pengembangan cadangan gas nasional melalui program kerja dan investasi yang tepat. Perencanaan, program kerja dan pelaksanaan Speculative survey dan pemboran eksplorasi migas di Cekungan frontier & laut dalam Kajian Pasar Gas Nasional & Internasional Penyusunan peta dan rencana strategis pengembangan industri pemakai gas Jangka Menengah ( ) Implementasi teknologi pengembangan lapanganlapangan gas di laut dalam Uji komersialisasi produksi gas inkonvensional dari coalbed methane dan gas hidrat. Evaluasi dan monitoring kegiatan eksplorasi lanjut untuk keperluan pelaksanaan pengembangan lapangan gas Peran Industri Penerapan teknologi peningkatan produksi Gas Bumi Pengembangan & Penerapan teknologi pengawasan/keamanan pipa gas, teknologi konversi pilihan (LNG, GTL, H2, Hidrat) Pembentukan konsorsium dan kerjasama yang saling menguntungkan diantara stakeholders dalam upaya optimalisasi pengembangan cadangan gas nasional Implementasi pembentukan konsorsium antar instansi terkait (pemerintah & industri migas) untuk kegiatan eksplorasi lanjut Peluang Pasar Peran Pemerintah Pengembangan Pasar Gas Nasional & Internasional Evaluasi Rencana strategis pengembangan industri pemakai gas Jangka Panjang ( ) Terciptanya standard baku (good engineering practices) pengembangan lapangan gas di laut dalam Pengembangan lapangan coalbed methane dan gas hidrat secara komersial skala penuh Monitoring pengembangan prospek-prospek berpotensi mengandung gas secara ekonomis di cekungan-frontier & laut dalam. Tercapainya pengembangan semua potensi cadangan gas nasional dalam upaya memenuhi target produksi gas Pengembangan dan komersialisasi lapanganlapangan gas daerah frontier & laut dalam untuk menjamin pasokan gas jangka panjang 89

95 Jangka Pendek ( ) Jangka Menengah ( ) Rencana Induk Substitusi Evaluasi Rencana Induk BBM oleh Gas/LPG Sektor Substitusi BBM oleh Gas/LPG Rumah Tangga Rumah Tangga Rencana Induk Substitusi Evaluasi Rencana Induk BBM oleh Gas/LPG Sektor Substitusi BBM oleh Gas/LPG Transportasi Sektor Transportasi Kajian Kebutuhan dan Evaluasi/review dan pelelangan Infrastruktur Gas monitoring Infrastruktur Gas Bumi/LPG (Rencana Induk Bumi/LPG (Rencana Induk Transmisi dan Distribusi Gas Transmisi dan Distribusi Gas Bumi) Bumi) Perencanaan, Monitor dan Evaluasi Monitor dan kendali kendali Implementasi Implementasi Substitusi BBM Substitusi BBM oleh Gas/LPG oleh Gas/LPG Penyusunan Peta Evaluasi dan Review Peta Pembangkit Gas bumi, dan Pembangkit Gas bumi, dan kajian pengembangan PLTG, kajian pengembangan PLTG, FC. FC. Kajian peningkatan kandunga Meningkatkan kandungan lokal sistem PLTG dan FC. lokal sistem PLTG dan FC. Penetapan kebijakan Strukturisasi harga gas yang prioritas pemanfaatan tepat sehingga lebih produksi gas kompetitif Pengembangan teknologi Pengembangan peluang pemanfaatan gas skala kecil pasar domestik dalam dan menengah pemanfaatan gas secara ekonomis Pembangunan sarana dan Peningkatan sarana dan prasarana untuk pemasaran prasarana sebagai upaya gas kepada konsumen berkesinambungan dari Penyusunan peta sebaran potensi gas Penyiapan dan melaksanakan penawaran wilayah kerja eksplorasi gas daerah froniter dan laut dalam Implementasi rencana induk pengembangan industri pemakai gas Distribusi Gas Bumi/LPG ke Pengguna Implementasi Rencana Induk Substitusi BBM oleh Gas/LPG Sektor Rumah Tangga Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi/LPG 90 rencana sebelumnya Pemanfaatan potensi gas untuk pengembangan gas & peningkatan produksi gas Intensifikasi penawaran wilayah kerja eksplorasi gas Peran Industri Pengembangan industri pemakai gas Perluasan distribusi gas bumi ke pengguna Peningkatan/perluaan substitusi BBM oleh Gas/LPG Sektor Rumah Tangga Pengembangan infrastruktur gas bumi Jangka Panjang ( ) Terciptanya pemanfaatan gas secara nasional Terciptanya peluang pasar gas domestik secara nasional Terciptanya sarana dan prasarana pemasaran gas Mempertahankan pengembangan gas untuk menambah peningkatan produksi gas Pengembangan industri lokal peralatan teknologi

96 Jangka Pendek ( ) Pelaksanaan produksi gas dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar melalui rencana kerja dan investasi yang tepat Penggunaan teknologi eksplorasi gas daerah frontier dan laut dalam Mendukung dan memberikan kemudahan kredit untuk program peningkatan penggunaan gas di dalam negeri Melakukan koordinasi antar pelaku litbang dan bisnis di bidang teknologi Gas Perumusan dan penetapan regulasi dalam pengusahaan dan pengelolaan cadangan gas inkonvensional Perumusan insentif (pajak/royalti) serta model keekonomian dalam pengembangan lapangan gas marjinal serta lapangan gas inkonvensional. Menciptakan kondisi sosial, politik dan keamanan nasional yang kondusif bagi investor dalam kegiatan pengusahaan cadangan gas Penentuan regulasi insentif eksplorasi gas daerah frontier dan laut dalam Penentuan regulasi kemudahan akses dan akuisisi data, serta penyiapan lahan eksplorasi gas Menyusun dan melaksanakan rencana strategis eksplorasi sumberdaya gas Jangka Menengah ( ) Upaya mempertahankan produksi gas untuk memenuhi kebutuhan pasar Mempercepat pelaksanaan investasi eksplorasi gas Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Mendukung standar nasional dan international yang relevan untuk penggunaan gas bumi Meningkatkan koordinasi antar pelaku litbang dan bisnis di bidang teknologi Gas Upaya perbaikan regulasi untuk menarik investor berpartisipasi dalam pengusahaan dan pengelolaan cadangan gas inkonvensional Perbaikan rumusan insentif (pajak/royalti) serta model keekonomian yang saling menguntungkan bagi pemerintah dan investor Mempertahankan kondisi sosial, politik dan keamanan nasional yang kondusif bagi investor dalam kegiatan pengusahaan cadangan gas Evaluasi dan monitoring regulasi insentif, akses data dan akuisisi data untuk tujuan meningkatkan investasi di bidang eksplorasi gas Menjalin kerjasama dengan investor disektor hulu Melanjutkan pelaksanaan renstra eksplorasi sumberdaya gas Jangka Panjang ( ) Terpenuhinya kebutuhan pasar gas baik domestik maupun ekspor Meningkatkan pelaksanaan investasi eksplorasi gas Mendukung pemberian insentif pajak dan komponen biaya lainnya dalam pengem- bangan dan pemanfaatan Gas/LPG Terciptanyan regulasi yang baku sebagai acuan bagi investor dalam pengusahaan dan pengelolaan cadangan gas inkonvensional Terciptanya rumusan insentif (pajak/royalti) serta model keekonomian yang memiliki daya tarik bagi investor Terciptanya kondisi sosial, politik dan keamanan nasional yang kondusif bagi investor dalam kegiatan pengusahaan cadangan gas Peningkatan kerjasama dengan investor disektor hulu Melanjutkan pelaksanaan renstra eksplorasi sumberdaya gas 91

97 Jangka Pendek ( ) Percontohan/Long-term test teknologi kendaraan BBG, SPBG, tangki dan industri pemakai gas Pengujian dan Piloting teknologi PLTG dan FC lokal. Mendukung terciptanya pasar yang kompetitif serta meningkatkan pengertian dan kepedulian masyarakat terhadap pelaku bisnis dan pengguna Gas Bumi Berperan aktif dalam pengembangan semua potensi cadangan gas nasional secara komersial baik yang berskala kecil, menengah maupun besar Transfer teknologi akuisisi data eksplorasi Jangka Menengah ( ) Peran Industri Membangun infrastruktur jaringan Transmisi dan distribusi gas Peningkatan kandungan lokal pada teknologi industri pemakai gas komponen automotif BBG, SPBG, PLTG dan FC untuk pembangkitan listrik Melanjutkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dan memberikan pelatihan. Meningkatkan besar dan status cadangan gas melalui program kerja dan investasi yang berkesinambungan serta pemanfaatan perkembangan teknologi Eksplorasi dan pengembangan gas secara komersial Jangka Panjang ( ) Mendorong berlakunya mekanisme pasar Gas/LPG yang kompetitif dan terbuka Menjamin terpenuhinya kebutuhan gas nasional baik domestik maupun ekspor melalui konsep usaha yang saling menguntungkan Melanjutkan eksplorasi dan pengembangan gas secara komersial 92

98 17. Roadmap Sektor Minyak Bumi TAHUN PASAR Residential Commercial Industry Electricity Transportation Crude oil supply PRODUK Clean Petroleum Fuels & Blend with Biofuels& synfuels Reliable Petroleum Logistic Integrated Refinery TEKNOLOGI LITBANG Exploration & Production Logistic System Low grade crude oil utilization Otimization Logistic Refinery Clean Fuels Technology Blending with bio-fuels and synthetic fuels Energy efficiency & Improve Process E-P Offshore/Deep Water Enhancement Oil Recovery Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 93

99 Jangka Pendek ( ) Explorasi dan Produksi Melaksanakan Libang Enhanced Oil Recovery (EOR) Melaksanakan Litbang Eksplorasi produksi migas offshore/deep water Logistik Minyak Bumi Litbang optimisasi sistem logistik minyak mentah dan bahan bakar Litbang minimisasi emisi polutan sistem distribusi BBM di sisi retail (SPBU) Kilang Minyak Jangka Menengah ( ) Penelitian dan Pengmbangan (litbang) Peran Pemerintah Melaksanakan litbang EOR Melaksanakan Litbang Eksplorasi produksi migas offshore/deep water Meningkatkan kehandalan sistem logistik minyak bumi baik disisi wholesale maupun retail Jangka Panjang ( ) Melaksanakan litbang EOR Melaksanakan Litbang Eksplorasi produksi migas offshore/deep water Meningkatkan kehandalan sistem logistik minyak bumi baik disisi wholesale maupun retail Meningkatkan kinerja kilang baik dari aspek efisiensi energi maupun aspek lingkungan Feasibility study (FS) pembangunan kilang baru dan revamping yang memenuhi kebutuhan BBM domestik dan spesifikasi bahan bakar ramah lingkungan Meningkatkan kinerja kilang baik dari aspek efisiensi energi maupun aspek lingkungan Intensifikasi proses kilang via bio-process Meningkatkan kinerja kilang baik dari aspek efisiensi energi maupun aspek lingkungan Intensifikasi proses kilang via bio-process Bahan bakar bersih Studi peningkatan kualitas Meningkatkan kualitas BBM BBM dalam negeri melalui dalam negeri pembangunan kilang modern dan blending dengan biofuels dan synfuels Peran Industri Eksplorasi dan Produksi Bekerjasama dengan Bekerjasama dengan institusi institusi litbang pemerintah litbang pemerintah melaksanakan riset dan melaksanakan riset dan pengembangan EOR & pengembangan EOR & deep deep water/offshore water/offshore technology technology Meningkatkan kualitas BBM dalam negeri Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah melaksanakan riset dan pengembangan EOR & deep water/offshore technology 94

100 Logistik Minyak Bumi Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah melaksanakan riset pengembangan logistik minyak yang handal Kilang Minyak Bumi Bekerjasama dengan institusi litbang melaksanakan benchmarking kinerja kilang minyak nasional FS pembangunan kilang baru dan revamping Bahan bakar bersih Bekerjasama dengan institusi litbang melaksanakan riset produksi bahan bakar bersih, biofuels dan synfuels Bekerjasama dengan institusi litbang melaksanakan riset blending BBM dengan biofuels dan synfuels Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah melaksanakan FS pembangunan infrastruktur (kilang, transportasi, penyimpanan) Bekerjasama dengan institusi litbang, melaksanakan studi Life Cycle Analysis (LCA) kilang minyak Bekerjasama dengan institusi litbang, melaksanakan studi intensifikasi proses untuk meningkatkan kinerja kilang dan mereduksi limbah Bekerjasama dengan institusi litbang melaksanakan riset produksi bahan bakar bersih, biofuels dan synfuels Peluang Pasar Peran Pemerintah Bekerjasama dengan institusi litbang pemerintah melaksanakan FS pembangunan infrastruktur (kilang, transportasi, penyimpanan) Bekerjasama dengan institusi litbang studi intensifikasi proses untuk meningkatkan kinerja kilang dan mereduksi limbah Bekerjasama dengan institusi litbang melaksanakan riset produksi bahan bakar bersih, biofuels, dan synfuels Mendorong industri dalam meningkatkan intensifikasi melalui EOR, dan eksplorasi produksi potensi migas deep water/offshore Mendorong industri dalam meningkatkan intensifikasi melalui EOR, dan eksplorasi produksi potensi migas deep water/offshore Mendorong industri dalam meningkatkan intensifikasi melalui EOR, dan eksplorasi produksi potensi migas deep water/offshore Mempercepat pembangunan infrastruktur minyak bumi untuk menjamin pasokan BBM nasional Menetapkan target minimum kinerja kilang Mendorong industri dalam pembangunan kilang modern baru Mempercepat pembangunan infrastruktur minyak bumi untuk menjamin pasokan BBM nasional Mendorong industri dalam pembangunan kilang modern baru Mempercepat pembangunan infrastruktur minyak bumi untuk menjamin pasokan BBM nasional Mendorong produksi bahan bakar bersih 95

101 Menetapkan standar kualitas bahan bakar yang lebih bersih Mendorong produksi bahan bakar bersih Peran Industri Meningkatkan produksi minyak melalui EOR dan pengembangan lapangan offshore/deep water Investasi pembangunan infrastruktur minyak: kilang, penyimpanan, transportasi Produksi bahan bakar bersih Paket insentif untuk meningkatkan produksi minyak melalui EOR untuk sumur tua dan cadangan offshore Kebijakan skema financial percepatan pembangunan infrastruktur minyak bumi untuk menjamin pasokan BBM nasional Meningkatkan produksi minyak melalui EOR dan pengembangan lapangan offshore/deep water Investasi pembangunan infrastruktur minyak: kilang, penyimpanan, transportasi Produksi bahan bakar bersih Kebijakan dan Inisiatif Peran Pemerintah Kebijakan skema financial percepatan pembangunan infrastruktur minyak bumi untuk menjamin pasokan BBM nasional Meningkatkan produksi minyak melalui EOR dan pengembangan lapangan offshore/deep water Investasi pembangunan infrastruktur minyak: kilang, penyimpanan, transportasi Produksi bahan bakar bersih Menetapkan standar kualitas bahan bakar yang lebih bersih Meningkatkan produksi minyak melalui investasi di kegiatan EOR untuk sumur tua dan cadangan offshore/deep water Paket Insentif untuk meningkatkan produksi bahan bakar bersih termasuk biofuels dan synfuels Peran Industri Meningkatkan produksi minyak melalui investasi di kegiatan EOR untuk sumur tua dan cadangan offshore /deep water Paket Insentif untuk meningkatkan produksi bahan bakar bersih termasuk biofuels dan synfuels Meningkatkan produksi minyak melalui investasi di kegiatan EOR untuk sumur tua dan cadangan offshore/deep water Investasi pembangunan infrastruktur minyak bumi Investasi produksi bahan bakar ramah lingkungan baik melalui pembangunan kilang modern maupun blending Investasi pembangunan infrastruktur minyak bumi Investasi produksi bahan bakar ramah lingkungan baik melalui pembangunan kilang modern maupun blending Investasi pembangunan infrastruktur minyak bumi Investasi produksi bahan bakar ramah lingkungan baik melalui pembangunan kilang modern maupun blending 96

102 18. Roadmap Konservasi Energi Gugus Tugas Energi Kementerian Negara Riset dan Teknologi 97

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI 2010-2014 KATA PENGANTAR Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai peran dan tugas melaksanakan pengkajian, pengujian, pengembangan,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan nasional mutlak dimiliki setiap negara yang berdaulat. Salah satu faktor penentu pencapaian ketahanan nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Menteri Negara PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta, 27 April 2006 Permasalahan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : PRESIDEN RUPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Analisis Ekonomi dan Kebijakan Bisnis Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah merealokasi pemanfaatan produksi gas bumi yang lebih

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,

Lebih terperinci

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI LOKAKARYA LPPM-ITB Bandung, 25 Februari 2011 YULI SETYO INDARTONO Dr Eng. Dr. AISYAH KUSUMA AGENDA 1. PENDAHULUAN 2. LANGKAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL 3. ARAH KEBIJAKAN

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 Disampaikan oleh: Dwi Hary Soeryadi Anggota Dewan Energi Nasional BANJARMASIN, 8 SEPTEMBER 2015 STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL PIMPINAN Ketua

Lebih terperinci

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan Sembuh Dari Penyakit Subsidi : Beberapa Alternatif Kebijakan Hanan Nugroho Penyakit subsidi yang cukup lama menggerogoti APBN/ ekonomi Indonesia sesungguhnya bisa disembuhkan. Penyakit ini terjadi karena

Lebih terperinci

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL Konferensi Informasi Pengawasan Oleh : Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 12

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2014 SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5609) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI Oleh : A. Edy Hermantoro Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas disampaikan pada : DISKUSI EVALUASI BLUE PRINT ENERGI NASIONAL PETROGAS DAYS 2010 Jakarta, 11

Lebih terperinci

BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun

Lebih terperinci

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA Oleh : Togar Timoteus Gultom, ST, MT Dosen STT-Immanuel, Medan Abstrak Penulisan bertujuan untuk mengetahui supply dan demand tenaga listrik di Indonesia. Metode

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi

Lebih terperinci

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia Direktorat t Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral STRATEGI DAN PROGRAM KERJA UNTUK MENINGKATKAN AKSES ENERGI DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Oleh:

Lebih terperinci

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari BPPT (2013) dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. Untuk itu sumber daya energi adalah aset untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini secara nasional ketergantungan terhadap energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) sebagai sumber energi utama masih cukup besar dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I 1. PENDAHULUAN BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi bauran energi primer Indonesia pada tahun 2010 masih didominasi oleh energi dari bahan bakar fosil khususnya minyak bumi seperti diberikan pada Tabel 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagai Negara penghasil minyak bumi yang cukup besar, masa keemasan ekspor minyak Indonesia telah lewat. Dilihat dari kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi listrik mengalami peningkatan inovasi di setiap tahunnya khususnya di bidang sumber energi terbarukan, hal ini dikarenakan jumlah penelitian, dan permintaan

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

PROGRAM KONSERVASI ENERGI PROGRAM KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada: Lokakarya Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Bandung,

Lebih terperinci

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE SITUASI ENERGI DI INDONESIA Presented by: HAKE Potensi Dan Pemanfaatan Energi Fosil Dan Energi Terbarukan No Energi Fosil Sumber Daya Cadangan Rasio Ct/Produksi Produksi (Sd) Terbukti (CT) (Tahun) 1 Minyak

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR SEMINAR KONVERSI BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN ITB Bandung, 23 Februari 2012 KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dr. Retno Gumilang

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

Untuk mewujudkan kesejahteraan

Untuk mewujudkan kesejahteraan Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna Penghematan Bahan Baku Fosil dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA Indyah Nurdyastuti ABSTRACT Energy demand for various economic sectors in Indonesia is fulfilled by various energy sources, either

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA. oleh: DR.Ir. Kardaya Warnika, DEA Ketua Komisi VII DPR RII

BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA. oleh: DR.Ir. Kardaya Warnika, DEA Ketua Komisi VII DPR RII BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA oleh: DR.Ir. Kardaya Warnika, DEA Ketua Komisi VII DPR RII 1 BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA Halaman I. UMUM. 3 II. KONDISI PERENERGIAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014 Energi di Indonesia Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi 3 Mei 2014 SUMBER ENERGI TERBARUKAN HULU HULU TRANS- FORMASI TRANSMISI / BULK TRANSPORTING TRANS- FORMASI DISTRIBUSI SUMBER

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin keamanan pasokan

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT Jalan Soekarno Hatta Nomor 576 Telepon +62 22 756 2048 Faksimil +62 22 756 2049 website http://www.esdm.jabarprov.go.id/ - e-mail: admin.esdm@jabarprov.go.id RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinu sangat penting dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Indonesia Energy Roadmap 2017-2025 Jakarta, 25 Januari 2017 1 1 Daftar Isi I.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan suatu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Peranan penting energi dalam kehidupan sosial, ekonomi serta lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Beberapa peranan strategis energi antara lain sumber penerimaan negara, bahan bakar dan bahan baku

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN ENERGI YANG TERPADU UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL BERKELANJUTAN

REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN ENERGI YANG TERPADU UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL BERKELANJUTAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL 2003-2020 KEBIJAKAN ENERGI YANG TERPADU UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL BERKELANJUTAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah konsumsi minyak bumi Indonesia sekitar 1,4 juta BOPD (Barrel Oil Per Day), sedangkan produksinya hanya sekitar 810 ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Kesenjangan konsumsi

Lebih terperinci

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci